Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan"

Transkripsi

1 Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel Nama Kelompok: Disusun oleh: Putri Mayang Sari NIM JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA SURABAYA 2014

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita berhadapan dengan peristiwa difusi dan osmosis, baik kita sadari maupun tidak kita sadari. Contohmya pada saat kita menyeduh teh celup dalam kemasan kantong, warna dari teh tersebut akan menyebar. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi teh dalam gelas lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi teh yang ada di dalam kantong teh tersebut. Peristiwa tersebut sering kita sebut sebagai difusi. Begitu pula pada tumbuhan, yang menyerap air dan zat hara yang diperlukan dari lingkungan melalui proses difusi, osmosis, maupun imbibisi. Peristiwa tersebut dapat berlangsung dengan baik jika terdapat perbedaan tekanan potensial air yang sangat besar antara larutan di luar sel tumbuhan dengan larutan di dalam sel tumbuhan tersebut. Tunbuhan mempunyai membran plasma yang jika dimasukkan dalam larutan dengan konsentrasi tinggi akan mengalami plasmolisis, yaitu tearlepasnya membran plasma dari dinding sel akibat tekanan osmotik. Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mencari pada konsentrasi berapakah sel bawang merah akan mengalami plasmolisis dengan prosentase jumlah sel bawang merah yang terplasmolisis mencapai 50%. Selain itu kita juga akan menghitung tekanan osmotik dari sel tersebut. 1.2 Rumusan Masalah 1) Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel daun Allium cepa yang terplasmolisis? 2) Pada konsentasi berapakah larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel daun Allium cepa mengalami plasmolisis?

3 3) Bagaimana cara mendapatkan besar tekanan osmosis sel cairan sel daun Allium cepa dengan metode plasmolisis? 1.3 Tujuan 4) Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis. 5) Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel mengalami plasmolisis. 6) Menghitung tekanan osmosis sel cairan sel dengan metode plasmolisis.

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umbi Lapis Bawang Merah Bawang merah dikelaskan dalam keluarga Alliaceae dalam order Asparagales. Nama saintifik adalah Allium cepa var. aggregatum. Bawang merah lebih kecil serta lebih manis rasanya berbanding bawang besar. Bawang merah merupakan tanaman semusim. Ia memiliki umbi yang berlapis (bulb), berakar serabut, dan daun berbentuk silinder berongga. Umbinya terbentuk daripada pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang kemudian berubah bentuk dan fungsinya yang seakan-akan umbi berlapis. Jadi, umbi bawang merah bukanlan ubi sebenarnya seperti ubi kentang ataupun ubi keledek. Ia terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan kemudiannya bersatu. 2.2 Perpindahan Molekul pada Jaringan Tumbuhan Menurut Bidwell (1979) molekul air dan zat terlarut yang berada dalam sel selalu bergerak. Oleh karena itu terjadi perpindahan terus-menerus dari molekul air, dari satu bagian ke bagian yang lain. Perpindahan molekul-molekul itu dapat ditinjau dari dua sudut. Pertama dari sudut sumber dan dari sudut tujuan. Dari sudut sumber dikatakan bahwa terdapat suatu tekanan yang menyebabkan molekul-molekul menyebar ke seluruh jaringan. Tekanan ini disebut dengan tekanan difusi. Dari sudut tujuan dapat dikatakan bahwa ada sesuatu kekurangan (defisit akan molekul-molekul. Hal ini dibandingkan dengan istilah daerah surplus molekul dan minus molekul. Ini bararti bahwa di sumber itu ada tekanan difusi positif dan ditinjau adanya tekanan difusi negatif. Istilah tekanan difusi negatif dapat ditukar dengan kekurangan tekanan difusi atau defisit tekanan difusi yang disingkat dengan DTD (Dwijo, 1985). Difusi adalah gerakan partikel dari tempat dengan potensial kimia lebih tinggi ke tempat dengan potensial kimia lebih rendah karena energi kinetiknya sendiri sampai terjadi keseimbangan dinamis (Indradewa, 2009). Senada dengan itu, Agrica (2009) menjelaskan bahwa difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu

5 zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara. Prinsip dasar yang dapat kita pegang mengenai peristiwa difusi ini adalah difusi terjadi sebagai suatu respon terhadap perbedaan konsentrasi. Suatu perbedaan terjadi apabila terjadi perubahan konsentrasi dari suatu keadaan ke keadaan lain. Selain perbedaan konsentrasi, perbedaan dalam sifat dapat juga menyebabkan difusi. Proses pertukaran gas pada tumbuhan yang terjadi di daun adalah suatu contoh proses difusi. Dalam proses ini gas CO2 dari atmosfir masuk ke dalam rongga antar sel pada mesofil daun yang selanjutnya digunakan untuk proses fotosintesis. Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan) medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat padat berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil. Pertukaran udara melalui stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada siang hari terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga konsentrasi O2 meningkat. Peningkatan konsentrasi O2 ini akan menyebabkan difusi O2 dari daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO2 di dalam jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO2 dari udara luar masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata (transpirasi) juga merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran air menyebarkan molekul lebih cepat dibanding dengan proses difusi (Anonymous a, 2009). Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel (Fetter, 1998). Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel

6 selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Agrica,2009). 2.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel Tekanan yang diberikan pada air atau larutan, akan meningkatkan kemampuan osmosis dalam larutan tersebut. Tekanan yang diberikan atau yang timbul dalam system ini disebut potensial tekanan, yang dalam tumbuhan potensial ini dapat timbul dalam bentuk tekanan turgor. Nilai potensial tekanan dapat positif, nol, maupun negatif. Selain potensial air (PA) dalam potensial tekanan (PT) osmosis juga dipengaruhi tekanan osmotic (PO). Potensial osmotic dari suatu larutan lebih menyatakan sebagai status larutan. Status larutan biasa kita nyatakan dalam bentuk satuan konsentrasi, satuan tekanan, atau satuan energi. Hubungan antara potensial air (PA) dan potensial tekanan (PT), dan potensial osmotic (PO) dapat dinyatakan dengan hubungan sebagai berikut: PA = PO + PT Dari rumus di atas dapat terlihat bahwa apabila tidak ada tekanan tambahan (PT), maka nilai PA = PO Untuk mengetahui nilai potensial osmotic cairan sel, salah satunya dapat digunakan metode plasmolisis. Jika potensial air dalam suatu sel lebih tinggi dari pada potensial air yang ada di sekitar sel atau di luar sel, maka air akan meninggalkan sel sampai potensial air yang ada dalam sel maupun di luar sel sama besar. Protoplas yang kehilangan air itu menyusut volumenya dan akhirnya dapat terlepas dari dinding sel, peristiwa tersebut biasa kita kenal dengan istilah plasmolisis. Metode plasmolisis dapat ditempuh dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa berapakah yang mengakibatkan jumlah sel yang terplasmolisis mencapai 50%. Pada kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel

7 terplasmolisis diketahui, maka tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: TO sel = 22,4 x M x T 273 Dengan : TO = Tekanan Osmotik M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis T = Temperatur mutlak (273 + t C) (Tim fisiologi tumbuhan. 2014). Sitoplasma biasanya bersifat hipertonis (potensial air tinggi), dan cairan di luar sel bersifat hipotonis (potensial air rendah), karena itulah air bisa masuk ke dalam sel sehingga antara kedua cairan bersifat isotonus. Apabila suatu sel diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonus terhadap sitoplasma, maka air di dalam sel akan berdifusi ke luar sehingga sitoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel, hal ini disebut plasmolisis. Bila sel itu kemudian dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonus, maka air akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma akan kembali mengembang hal ini disebut deplasmolisis. Pada dasarnya pengangkutan membran sel dapat terjadi secara pasif maupun secara aktif. Pengangkutan secara pasif terjadi jika mengikuti arah gradien konsentrasi, artinya dari larutan yang memiliki konsentrasi tinggi menuju larutan yang memiliki konsentrasi rendah tanpa memerlukan energi hasil metabolisme karena prosesnya searah gradien konsentrasi. Sedangkan pada proses pengangkutan secara aktif memerlukan energy hasil metabolisme seperti ATP (Adenosin Tri Phospat) kerena prosesnya melawan gradien konsentrasi. Difusi dan osmosis merupakan contoh proses pengangkutan secara pasif. Difusi adalah pergerakan partikel dari daerah tempat partikel itu lebih pekat ke daerah yang partikelnya kurang pekat, lalu terjadi sebaliknya hingga partikel-partikel tersebut tersebar merata.(loveles, 1987). Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan) medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat padat berdifusi

8 lebih lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil. Pertukaran udara melalui stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada siang hari terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga konsentrasi O2 meningkat. Peningkatan konsentrasi O2 ini akan menyebabkan difusi O2 dari daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO2 di dalam jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO2 dari udara luar masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata (transpirasi) juga merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran air menyebarkan molekul lebih cepat disbanding dengan proses difusi. Osmosis adalah difusi air melalui selaput yang permeable secara differensial dari satu tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Maksud dari konsentrasi adalah konsentrasi pelarutnya yaitu air dan bukan konsentrasi dari zat terlarut (molekul atau ion) dalam air itu. Oleh karena itu, osmosis juga bisa diartikan sebagai perpindahan molekul air dari konsentrasi air yang tinggi ke konsentrasi air yang rendah melalui membran semi permeabel. Membran semi permeabel adalah membran yang hanya mengijinkan lalunya air dan menghambat lalunya zat-zat terlarut. Osmosis pada Jaringan Tumbuhan Pada struktur sel tumbuhan, ditengah protoplasma terdapt vakuola yang dilapisi oleh lapisan protoplasma yang sifatnya semipermeabel, di sebelah luar terdapat dinding sel. Cairan sel tumbuhan pada umunya merupakan larutan hipertonis dibandingkan dengan cairan disekelilingnya, misalnya pada bulu akar dibandingkan dengan air tanah. Cairan ini sebagaian besar menempati vakuola. Osmosis juga dapat terjadi dari sitoplasma ke organel-organel bermembran. Osmosis dapat dicegah dengan menggunakan tekanan. Oleh karena itu, ahli fisiologi tanaman lebih suka menggunakan istilah potensial osmotik yakni tekanan yang diperlukan untuk mencegah osmosis. Sel tumbuhan mengambil air dari sekelilingnya dengan cara osmosis. Air masuk vakuola dan menekan protoplasma, protoplasma menekan dinding sel, tekanan pada

9 dinding sel ini disebut tekanan turgor. Karena tekanan turgor dinidng sel sedikit mengembang pada saat tekanan turgor dinding sel mengembang secara maksimum dikatakan sel mempunyai turgor penuh atau turgid penuh. Jika tumbuhan kekurangan air akan terjadi plasmolisis pada sel-selnya, makan tumbuhan akan menjadi layu. Di dalam kehidupan sehari-hariperistiwa terjadinya plasmolisis jika tanaman layu karena kekurangan air, sedangkan tegaknya tumbuhan muda atau daun disebabkan sel-selnya dalam keadaan turgor penuh. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Potensial Osmotik Meskipun potensial osmotik tidak dipengaruhi oleh tekanan, tetapi ada faktor lain yang dapat mempengaruhinya, yaitu : a. Konsentrasi Meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai potensial osmotiknya. Bila zat terlarut buka elektrolit dan molekulnya tidak mengikat air hidrasi, maka potensial osmotik larutan tersebut akan sebanding dengan konsentrasi molalnya. b. Ionisasi molekul zat terlarut Potensial osmotik suatu larutan tidak ditentukan oleh macam zatya, tetapi ditentukan oleh jumlah zat partikel (ion, molekul dan partikel koloid) yang terdapat di dalam larutan tersebut. PO lebih bergantung pada perbandingan antaraa jumlah pelarut dengan partikel yang dikandungnya. c. Hidrasi molekul zat terlarut Air yang berionisasi dengan partikel zat terlarut biasanya disebut air hidrasi. Air dapat berionosasi dengan ion, molekul atau pertikel koloid. Dampak dari air hidrasi adalah larutan menjadi lebih pekat. d. Suhu Potensial osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu. Potensial osmotik suatu larutan yang ideal akan sebanding dengan suhu absolutnya.

10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis percobaan yang dilakukan adalah percobaan eksperimental, karena percobaan dilakukan di laboratorium dan pada percobaan ini terdapat variabel manipulasi, variabel kontrol dan variabel respon. 3.2 Variabel Penelitian Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam percobaan ini sebagai berikut: - Variabel manipulasi : Konsentrasi larutan sukrosa (0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M; 0,14 M) - Variabel kontrol : Jenis sel sama, yaitu sel epidermis alium cepa. Jumlah sayatan epidermis Rhoe discolor yaitu selapis sayatan. Perbesaran mikroskop 10x Waktu perendaman sayatan epidermis dalam larutan sukrosa yaitu 30 menit. - Variabel respon : Persentase sel epidermis bawang merah (alium cepa) yang terplasmolisis 3.3 Alat dan Bahan a. Alat 1) Mikroskop 2) Kaca arloji dan cawan petri 8 buah 3) Kaca benda dan kaca penutup 4) Pisau/silet 5) Gelas beaker 100 ml 6) Pipet

11 b. Bahan 1) Umbi lapis bawang merah yang jaringan epidermisnya mengandung cairan sel yang berwarna. 2) Larutan sukrosa dengan molaritas 0,28 M ; 0,26 M ; 0,24 M ; 0,22 M ; 0,20 M ; 0,18 M ; 0,16 M dan 0,14 M. 3.4 Langkah Kerja 1) Menimbang. Buatlah larutan sukrosa dari konsentrasi ang terbesar yaitu 0,28 M, dengan cara menimbang sebanyak 95,76 gr Kristal sukrosa dan melarutkannya dalam aquades sehingga volumenya menajadi 1 liter. Sedangkan untuk membuat konsentrasi larutan yang lebih rendah, dapat digunakan rumus sebagai berikut : V 1.M 1 = V 2.M 2 Dengan: V 1 = volume awal ; M 1 = konsentrasi awal V 2 = volume akhir ; M 2 = konsentrasi akhir 2) Mengukur. Siapkan 8 buah kaca arloji, isi masing-masing dengan 5 ml larutan sukrosa yang telah disediakan dan beri label pada masing-masing kaca arloji berdasarkan konsentrasi larutan. 3) Ambil umbi lapis bawang merah, kemudian sayatlah lapisan epidermis yang berwarna dengan pisau silet. Usahakan menyayat selapis sel. 4) Rendamlah sayatan-sayatan epidermis tersebut pada kaca arloji yang sudah berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi tertentu. Setiap konsentrasi diisi dengan jumlah sayatan yang sama. Catat waktu mulai perendamannya. 5) Mengamati. Setelah 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa dengan menggunakan mikroskop. 6) Menghitung. Hitung jumlah seluruh sel pada satu lapang pandang, jumlah sel yang terplasmolisis dan prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya.

12 3.5 Alur Kerja Membuat larutan sukrosa dari konsentrasi yang terbesar 0,28 M hingga yang terkecil 0,14 M Mengisi kaca arloji dengan 5 ml larutan sukrosa, masing-masing dengan konsentrasi yang berbeda Buatlah sayatan tipis daun Allium cepa Rendam sayatan kedalam maing-masing larutan dengan konsentrasi yang berbeda (setiap konsentrasi diisi sayatan yang sama) Catat waktu mulai perendaman Setelah 30 menit, amati dengan mikroskop Menghitung jumlah sel 1 lapang pandang sel yang terplasmolisis (presentase) terhadap jumlah sel seluruhnya

13 BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN 4.1 Hasil Pada praktikum yang kami lakukan, dapat diketahui bahwa jumlah sel daun Allium cepa yang terplamolisis terus bertambah seiring dengan meningkatnya konsentrasi larutan sukrosa. (tabel 1) Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa terhadap Persentase Sel yang Mengalami Plasmolisis pada Bawang Merah (Allium cepa) Konsentrasi sukrosa (M) Ʃ Seluruh sel Ʃ Sel terplasmolisis % Sel terplasmolisis 0, ,10 0, ,71 0, ,63 0, , ,59 0, ,80 0, ,54 0, ,75 Dengan : Suhu ruangan ( t ) = 28 0 C M = 0,237 M TO sel = 5,85 atm 4.2 Analisis Data Berdasarkan data diatas, dapat dianalisis bahwa konsentrasi larutan sukrosa mempengaruhi jumlah sel dan persentase sel Allium cepa yang mengalami plasmolisis. Pada konsentrasi larutan sukrosa yang tinggi, persentase sel yang terplasmolisis banyak. Hal ini dapat dilihat pada data yang menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0,28 M persentase sel yang terplasmolisis sebesar 93,75%, sedangkan pada konsentrasi larutan sukrosa yang rendah, jumlah sel yang terplasmolisis juga

14 Presentase sel yang terplasmolisis (%) rendah, hal ini dapat dilihat pada konsentrasi 0,14 M persentase sel yang terplasmolisis sebesar 13,10 %. Sedangkan pada konsentrasi 0,26 jumlah sel yang terplasmolisis 78,54%, konsentrasi 0,24 jumlah sel yang terplasmolisis 51,80%, konsentrasi 0,22 jumlah sel yang terplasmolisis 35,59%, konsentrasi 0,20 jumlah sel yang terplasmolisis 34,48%, konsentrasi 0,18 jumlah sel yang terplasmolisis 23,63%, dan konsentrasi 0,16 jumlah sel yang terplasmolisis 25,71%. Persentase sel yang terplasmolisis didapatkan dengan rumus : % = n N x 100% Dengan : n = jumlah sel terplasmolisis N = jumlah sel keseluruhan Dari hasil yang didaptkan diatas kemudian dibuat grafik untuk mencari konsentrasi yang mneyebabkan 50% sel terplasmolisis ,14 0,16 0,18 0,20 0,22 0,24 0,26 0,28 Konsentrasi sukrosa (M) Grafik Pengaruh Konsentrasi Sukrosa terhadap Plasmolisis Sel Bawang Merah (Allium cepa) Konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis adalah 0,237 M, hasil ini di peroleh dengan cara menarik garis lurus pada sumbu Y

15 (persentase sel terplasmolisis) yaitu pada persentase 50 % dengan sumbu X (konsentrasi sukrosa) hingga bertemu di titik X=0 yang dilewati grafik. Pada percobaan ini, didapatkan nilai tekanan osmotik (TO) sel sebesar 5,85 atm. 4.3 Pembahasan Dari hasil analisa di atas maka dapat diperoleh bahwa semakin pekat konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan untuk merendam sayatan epidermis Allium cepa maka semakin banyak pula sel epidermis yang terplasmolisis. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari perbedaan potensial air di dalam dan di luar sel. Potensial air yang ada di dalam sel lebih besar dari pada potensial air yang ada di luar sel. Oleh karena potensial air berbanding lurus dengan potensial osmosis, maka potensial osmosis yang ada di dalam sel juga lebih besar dari pada potensial osmosis yang ada di luar sel. Hal inilah yang menyebabkan berpindahnya molekul air di dalam sel menuju ke luar sel yang dalam praktikum kali ini molekul air berpindah dari sel epidermis Allium cepa menuju ke larutan sukrosa, sehingga menyebabkan protoplas sel epidermis kehilangan air, menyusut volumenya (sel menjadi mengerut) dan akhirnya terlepas dari dinding sel, peristiwa yang terjadi pada sel epidermis Allium cepa ini biasa disebut dengan Plasmolisis. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,237 M jumlah sel yang mengalami plasmolisis telah mencapai 50%. Hal tersebut menandakan bahwa dalam kondisi tersebut merupakan kondisi yang isotonic, dimana dalam kondisi tersebut potential air yang ada di dalam sel epidermis Allium cepa maupun di luar sel (pada larutan sukrosa) menjadi sama, sehingga tidak terjadi lagi difusi air karena air yang masuk ke dalam sel epidermis Allium cepa dan air yang keluar meninggalkannya terdapat dalam jumlah yang sama atau dapat dikatakan terjadi keseimbangan dinamis. Jika potensial di dalam sel dan di luar sel sama, maka besarnya potensial osmosis yang ada di dalam dan di luar sel juga akan sebanding atau sama. Setelah diketahui bahwa pada konsentrasi M, jumlah sel epidermis Allium cepa mencapai 50%, maka dapat dihitung nilai tekanan osmosis yang ada pada sel epidermis Allium cepa,

16 TO = 22,4 x M x T 273 = 22,4 x 0,237 x ( C) 273 = 5,85 atm 4.4. Diskusi 1. Jelakan mengapa terjadi proses plasmolisis. Dukung dengan data yang anda peroleh. Jawab: Plasmolisis dapat terjadi karena terlepasnya membran sel dari dinding sel akibat air yang ada di dalam dinding sel terus keluar sampai terjadi keseimbangan antara potensial air yang ada di dalam dan di luar sel. Berdasarkan data yang telah diperoleh maka dapat diketahui bahwa dengan semakin pekat atau tingginya konsentrasi larutan sukrosa maka semakin banyak pula sel yang mengalami plasmolisis. Hal tersebut disebabkan oleh potensial air yang ada di dalam sel epidermis Allium cepa lebih besar dari pada di luar sel (larutan sukrosa), dan oleh karena potensial air berbanding lurus dengan potensial osmotiknya, maka potensial yang ada di dalam sel epidermis Allium cepa juga akan lebih besar dibandingkan dengan potensial osmosis yang ada di luar sel. Sel yang mengalami plasmolisis akan mencapai 50% dari jumlah keseluruhan sel yang tampak pada satu lapang pandang jika konsentrasi larutan sukrosa 0,237 M, karena pada kondisi tersebut potensial air yang ada di dalam sel epidermis Allium cepa maupun di luar selnya menjadi sama atau bias disebut dalam keadaan yang isotonic.

17 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1) Semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, semakin tinggi presentase sel Allium cepa yang terplasmolisis. 2) Konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% sel Allium cepa yang mengalami plasmolisis ialah 0,237 M. 3) Tekanan osmosis sel cairan sel Allium cepa yang didapatkan sebesar 5,85 atm, dengan menggunakan rumus : TO sel = 22,4 x M x T Dengan : M = konsentrasi yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis (0,237 M) T = suhu ruangan (301 K) 5.2 Saran Pada praktikum Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel, perlu ditingkatkan ketelitian dan kehatian-hatian oleh para praktikan dalam setiap langkah kerja yang dilakukan, karna kesalahan kecil yang dilakukan dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh sehingga nantinya tidak sesuai dengan teori yang ada. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah dalam membuat sayatan Allium cepa harus selapis sel, karena jika tidak didapatkan selapis sel maka akan mempersulit praktikan dalam melakukan pengamatan menggunakan mikroskop. Hal lain yaitu lama waktu perendaman Allium cepa dalam larutan sukrosa harus benar-benar di control,karena selisih waktu beberapa menit saja menyebabkan sel yang terplasmolisis lebih banyak lagi.

18 DAFTAR PUSTAKA Dwidjoseputro, D, Prof. DR Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia. Kimball, John W BIOLOGI. Jakarta: PT Erlangga. Loveless Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik. Jakarta: PT Gramedia. Sasmita, Drajat ; Arbasyah Siregar Fisiologi Tumbuhan. Bandung:ITB Press. Salisbury, Cleon Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung:ITB Press. Rahayu, Yuni Sri Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Jurusan Biologi FMIPA UNESA Bidwell. R.G.S Plant Physiology edition 2. Macmillion Publishing. Co : New York Dwidjoseputro. D Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia : Jakarta

19 Lampiran 1. Perhitungan Tabel Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa terhadap Persentase Sel yang Mengalami Plasmolisis pada Bawang Merah (Allium cepa) Konsentrasi sukrosa (M) Ʃ Seluruh sel Ʃ Sel terplasmolisis % Sel terplasmolisis 0, ,10 0, ,71 0, ,63 0, , ,59 0, ,80 0, ,54 0, ,75 Perhitungan persentase sel terplasmolisis = Jumlah sel terplasmolisis / jumlah sel x 100 % Pada konsentrasi 0,14 M = x 100% = 13,10% Pada konsentrasi 0,16 M = x 100% = 25,71% Pada konsentrasi 0,18 M = x 100% = 33,63% Pada konsentrasi 0,20 M = x 100% = 34,48% Pada konsentrasi 0,22 M = x 100% = 35,59% Pada konsentrasi 0,24 M = x 100% = 51,80% Pada konsentrasi 0,26 M = x 100% = 78,54% Pada konsentrasi 0,28 M = x 100% = 93,75% Jadi tekanan osmotiknya sebesar 6,19 atm

20 Lampiran 2. Dokumentasi Konsentrasi (M) Sebelum Terplasmolisis Keterangan Setelah Terplasmolisis 0,14 0,16 0,18

21 0,20 0,22 0,24

22 0,26 0,28

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Penentuan Potensial Air Jaringan Tumbuhan Nama Kelompok: Disusun oleh: Putri Mayang Sari NIM. 12030244024 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

DIFUSI MOLEKUL DAN TEKANAN OSMOTIK CAIRAN SEL

DIFUSI MOLEKUL DAN TEKANAN OSMOTIK CAIRAN SEL DIFUSI MOLEKUL DAN TEKANAN OSMOTIK CAIRAN SEL Indri Rahmawati 1205120863 Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru 28293 RINGKASAN Pengamatan ini dilakukan dalam hal

Lebih terperinci

A. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan umbi ubijalar? 2.

A. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan umbi ubijalar? 2. A. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan umbi ubijalar? 2. Berapakah konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

Siti Nur Faedah Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru 28293

Siti Nur Faedah Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru 28293 Proses Difusi Molekul KMnO 4 atau CuSO 4 Di dalam Aquades dan Tekanan Osmotik Cairan Sel Daun Rhoe discolor Dalam Larutan Glukosa Dengan Konsentrasi Yang Berbeda Siti Nur Faedah 1405113011 Program Studi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN PENGUKURAN POTENSIAL OSMOTIK DAN POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN PENGUKURAN POTENSIAL OSMOTIK DAN POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN PENGUKURAN POTENSIAL OSMOTIK DAN POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Fisiologi Tumbuhan Yang Dibina oleh Ir. Nugrahaningsih,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PLASMOLISIS

LAPORAN PRAKTIKUM PLASMOLISIS LAPORAN PRAKTIKUM PLASMOLISIS Nama: IDA AYU RATIH DWI NUGRAHA PUTRI 1208505001 JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2012 / 2013 LAPORAN PRAKTIKUM PLASMOLISIS

Lebih terperinci

Luas permukaan. Jarak zat pelarut dan zat terlarut. Suhu.

Luas permukaan. Jarak zat pelarut dan zat terlarut. Suhu. LAPORAN DIFUSI-OSMOSIS Abstrak Difusi adalah peristiwa perpindahan melekul dengan menggunakan tenaga kinetik bebas, proses perpindahan ini berlangsung dari derajat konsentrasi tinggi ke derajat konsentrasi

Lebih terperinci

MODUL III TRANSPORTASI MEMBRAN SEL

MODUL III TRANSPORTASI MEMBRAN SEL 15 MODUL III TRANSPORTASI MEMBRAN SEL TUJUAN Membandingkan antara proses difusi, osmosis, turgor, plasmolisis, krenasi, dan hemolisis sehingga dapat diketahui perbedaannya dengan jelas. TEORI Membran memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II POTENSIAL AIR PADA SEL TUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II POTENSIAL AIR PADA SEL TUMBUHAN Halaman Judul LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II POTENSIAL AIR PADA SEL TUMBUHAN Disusun oleh : 1. Erlin Aprilia 13312241004 2. Wahyu Marliyani 13312241005 3. Endah Setyorini 13312241010 4. Sopa

Lebih terperinci

Fisiologi Tumbuhan. PNA 2462 B/D Didik Indradewa Eka Tarwaca Susila Putra

Fisiologi Tumbuhan. PNA 2462 B/D Didik Indradewa Eka Tarwaca Susila Putra Fisiologi Tumbuhan PNA 2462 B/D Didik Indradewa Eka Tarwaca Susila Putra Sistem Perkuliahan Student centered learning : dibagi dalam kelompok diskusi, mahasiswa presentasi, ditambah materi dari dosen Research

Lebih terperinci

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL Berbagai organel yang terdapat di dalam sitoplasma memiliki membran yang strukturnya sama dengan membran plasma. Walaupun tebal membran plasma hanya ± 0,1 μm, membran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PLASMOLISIS

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PLASMOLISIS LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PLASMOLISIS Disusun oleh : Eugenia Septhariani XI IPA 1 / 6 SMA SANTA URSULA Jalan Pos No. 2 Jakarta 10010 2010 Tanggal praktikum : Jumat, 13 Agustus 2010 Nama : Eugenia Septhariani

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN SEL HEWAN DAN SEL TUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN SEL HEWAN DAN SEL TUMBUHAN LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN SEL HEWAN DAN SEL TUMBUHAN Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah : Konsep Dasar Biologi SD Dosen Pengampu : Ipin Aripin, M.Pd Kelas/Smt : 6 IPA-3 / PGSD Kelompok

Lebih terperinci

OSMOSIS & PENYERAPAN ZAT PADA TUMBUHAN 1 Oleh : Drs. Suyitno Al. MS. 2

OSMOSIS & PENYERAPAN ZAT PADA TUMBUHAN 1 Oleh : Drs. Suyitno Al. MS. 2 1 OSMOSIS & PENYERAPAN ZAT PADA TUMBUHAN 1 Oleh : Drs. Suyitno Al. MS. 2 KOMPETENSI DASAR 1. Memahami osmosis sebagai cara penyerapan air pada tumbuhan 2. Memahami pprinsip dasar cara penyerapan zat pada

Lebih terperinci

OSMOSIS LATAR BELAKANG

OSMOSIS LATAR BELAKANG OSMOSIS LATAR BELAKANG Sifat koligatif adalah sifat yang hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung pada jenis partikelnya. Koligatif artinya bergantung pada kumpulan atau

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PENENTUAN TITIK BEKU Nama Mahasiswa NIM : Ita Permadani : M0311040 Hari/Tanggal Praktikum : Kamis, 10 November 2011 Kelompok : 13 Asisten Pembimbing : Dewi Nur Rita LABORATORIUM

Lebih terperinci

Transportasi Air, Nutrisi, dan Unsur Hara

Transportasi Air, Nutrisi, dan Unsur Hara Transportasi Air, Nutrisi, dan Unsur Hara Source dan Sink Source: bagian di mana fotosintat memulai proses transportasi (tempat produksi atau menyimpan) Sink: tempat di mana fotosintat di tempatkan (bagian

Lebih terperinci

Sistem Transportasi Tumbuhan L/O/G/O

Sistem Transportasi Tumbuhan L/O/G/O Sistem Transportasi Tumbuhan L/O/G/O Apersepsi Pada percobaan tersebut, coba ingat kembali jaringan apa saja yang berperan dalam sistem pengangkut an pada tumbuhan? Daftar Isi 1 Jaringan yang berperan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TUMBUHAN DENGAN AIR, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI AZKI AFIDATI PUTRI ANFA ( ) KELOMPOK 3B (A)

HUBUNGAN TUMBUHAN DENGAN AIR, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI AZKI AFIDATI PUTRI ANFA ( ) KELOMPOK 3B (A) HUBUNGAN TUMBUHAN DENGAN AIR, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI AZKI AFIDATI PUTRI ANFA (1410422025) KELOMPOK 3B (A) ABSTRAK Praktikum Hubungan Tumbuhan dengan Air, Transpirasi dan Evaporasi ini dilakukan dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. Sat. Pendidikan

LEMBARAN SOAL. Sat. Pendidikan LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran Sat. Pendidikan Kelas / Program : BIOLOGI : SMA : XI IPA PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan teliti

Lebih terperinci

BIOLOGI UMUM SEMESTER GASAL 2014/2015 PRODI PENDIDIKAN FISIKA OLEH TIM LAYANAN BIOLOGI

BIOLOGI UMUM SEMESTER GASAL 2014/2015 PRODI PENDIDIKAN FISIKA OLEH TIM LAYANAN BIOLOGI BIOLOGI UMUM SEMESTER GASAL 2014/2015 PRODI PENDIDIKAN FISIKA OLEH TIM LAYANAN BIOLOGI SUB POKOK BAHASAN: Mekanisme transpor pada tumbuhan Gambaran umum mekanisme transpor pada tumbuhan Penyerapan air

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN. Hubungan Antara Jumlah Stomata Dengan Kecepatan Transpirasi. Nama : Bani Nugraha.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN. Hubungan Antara Jumlah Stomata Dengan Kecepatan Transpirasi. Nama : Bani Nugraha. LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN Hubungan Antara Jumlah Stomata Dengan Kecepatan Transpirasi Nama : Bani Nugraha Nim : 1210702008 Tanggal Praktikum : 16 April 2012 Tanggal Pengumpulan : 23 April 2012

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Gambar 1.1 Proses kenaikan titik didih Sumber: Jendela Iptek Materi Pada pelajaran bab pertama ini, akan dipelajari tentang penurunan tekanan uap larutan ( P), kenaikan titik

Lebih terperinci

Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Praktikum Fisiologi Tumbuhan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Pengaruh Luas Daun Terhadap Kecepatan Absorpsi Air Tanggal Praktikum : 29 Maret 2012 Tanggal Pengumpulan : 5 April 2012 Nama : Melin Amalia NIM : 1210702036 Semester : IV Kelas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI Oleh: Ayu Agustini Juhari 1210702007 Tanggal Praktikum : 16 April 2012 Tanggal Pengumpulan : 23 April 2012

Lebih terperinci

Rima Puspa Aryani : A1C311010

Rima Puspa Aryani : A1C311010 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SMA (AKKC 351) PERCOBAAN VIII SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Dosen: Dra. Hj. St. H. Nurdiniah, M.Si Drs. Rusmansyah, M.Pd Asisten Praktikum: Siti Meisyarah Trisda Mila Disusun Oleh: Kelompok

Lebih terperinci

LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS

LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS LAPORAN KARYA TEKNOLOGI TEPAT GUNA LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS Oleh: Supratman, S.Pd. SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 12 BENGKULU 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotosintesis berasal dari kata

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

PENGANGKUTAN AIR MELALUI XILEM PADA TANAMAN Allamanda cathartica

PENGANGKUTAN AIR MELALUI XILEM PADA TANAMAN Allamanda cathartica PENGANGKUTAN AIR MELALUI XILEM PADA TANAMAN Allamanda cathartica I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tumbuhan tingkat tinggi, air dan hara dari dalam tanah diambil dari diedarkan keseluruh tubuh tumbuhan

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

TRANSPORTASI TRANSMEMBRAN MEMBRAN SEL

TRANSPORTASI TRANSMEMBRAN MEMBRAN SEL 1. Dalam keseharian, seluruh aktifitas biologis, terjadi hubungan antara individu dengan lingkungan 2. Hubungan terjadi dalam bentuk pertukaran zat (cair, padat, gas) 3. Pertukaran zat dari tubuh ke lingkungan,

Lebih terperinci

Sulistyani M.Si

Sulistyani M.Si Sulistyani M.Si Email:sulistyani@uny.ac.id + Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Jumlah zat terlarut dalam suatu larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. Secara kuantitatif,

Lebih terperinci

Daya Tekan Akar dan Daya Isap Daun.

Daya Tekan Akar dan Daya Isap Daun. Daya Tekan Akar dan Daya Isap Daun. I. Tujuan Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini, yaitu agar mahasiswa mampu mengamati, dan membuktikan adanya daya tekan akar dan daya hisap daun dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perbanyakan secara generatif, masalah utama yang dihadapi adalah lamanya waktu yang diperlukan biji untuk berkecambah. Hal ini dikarenakan beberapa faktor antara

Lebih terperinci

KOMPONEN KIMIA MEMBRAN SEL DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMEABILITAS AZKI AFIDATI PUTRI ANFA ( ) KELOMPOK 3B (A)

KOMPONEN KIMIA MEMBRAN SEL DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMEABILITAS AZKI AFIDATI PUTRI ANFA ( ) KELOMPOK 3B (A) KOMPONEN KIMIA MEMBRAN SEL DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMEABILITAS AZKI AFIDATI PUTRI ANFA (1410422025) KELOMPOK 3B (A) ABSTRAK Membran plasma adalah bagian protoplasma yang berbentuk lapisan tipis

Lebih terperinci

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

Lebih terperinci

MEKANISME AIR PADA TUMBUHAN

MEKANISME AIR PADA TUMBUHAN MEKANISME AIR PADA TUMBUHAN Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup. Air mempunyai peranan sangat penting karena air merupakan bahan pelarut bagi kebanyakan reaksi dalam tubuh makhluk

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Proses Membuka dan Menutupnya Stomata pada Tumbuhan

Proses Membuka dan Menutupnya Stomata pada Tumbuhan Proses Membuka dan Menutupnya Stomata pada Tumbuhan Sebagian besar proses transpirasi pada tanaman lewat stomata, stomata bagian terbesar berada pada permukaan bawah daun yang memungkinkan terjadinya pertukaran

Lebih terperinci

TRANSPIRASI TUMBUHAN. Tujuan : - Mengukur laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan, yaitu Acalypha sp. dan Bauhemia sp.

TRANSPIRASI TUMBUHAN. Tujuan : - Mengukur laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan, yaitu Acalypha sp. dan Bauhemia sp. TRANSPIRASI TUMBUHAN Tujuan : - Mengukur laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan, yaitu Acalypha sp. dan Bauhemia sp. - Membandingkan laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan. - Mengamati jumlah stomata

Lebih terperinci

Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor BOGOR.

Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor BOGOR. JURNAL DIFUSI OSMOSIS DIFUSI OSMOSIS Riesqi Ayu Hardianti (G74120070)*, Angkatan 47, Angkatan 48, dan Angkatan 49 Institut pertanian Bogor. Asisten praktikum: Tatang Gunawan (G74100023), Didy Muliawan

Lebih terperinci

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan Pertemuan : Minggu ke 1 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Rumah tangga air pada tumbuhan Sub pokok

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan Pertemuan : Minggu ke 1 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Rumah tangga air pada tumbuhan Sub pokok Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan Pertemuan : Minggu ke 1 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Rumah tangga air pada tumbuhan Sub pokok bahasan : 1. Peran air dalam kehidupan tumbuhan 2. Penyerapan

Lebih terperinci

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031 PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR Laporan Praktikum Mikroteknik Nama NIM Kelompok Asisten OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031 : II (dua) : Ana Fatmasari PROGRAM

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN STANDAR KOMPETENSI 1. Mendeskripsikan sifat-sifat Larutan, metode pengukuran dan terapannya. KOMPETENSI DASAR 1.1 Mendeskripsikan sifat-sifat Larutan, metode pengukuran dan terapannya.

Lebih terperinci

ULANGAN TENGAH SEMESTER (UTS) GASAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

ULANGAN TENGAH SEMESTER (UTS) GASAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 1 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) 38 Jl. Raya Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta Selatan 12610 Telepon: 7270865, Fax: 7872056 ULANGAN TENGAH

Lebih terperinci

RESUME FISIOLOGI TUMBUHAN PERTEMUAN KE 2

RESUME FISIOLOGI TUMBUHAN PERTEMUAN KE 2 RESUME FISIOLOGI TUMBUHAN PERTEMUAN KE 2 KESEIMBANGAN AIR DALAM TANAMAN Air berfungsi sebagai bahan dasar fotosintesis, mencegah tanaman agar tidak layu, mempertahankan tekanan turgor, membantu proses

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR TRANSPORT MEMBRAN SEL

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR TRANSPORT MEMBRAN SEL LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR TRANSPORT MEMBRAN SEL 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sel adalah suatu mesin kimia. Sel memperoleh bahan dan energi dari lingkunganya dan mengubahnya di dalam sel melalui

Lebih terperinci

Sifat Koligatif Larutan

Sifat Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan A. PENDAHULUAN Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung kepada jenis zat, tetapi hanya bergantung pada konsentrasi larutan. Sifat koligatif terdiri dari

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal eori Kinetik Gas eori Kinetik Gas adalah konsep yang mempelajari sifat-sifat gas berdasarkan kelakuan partikel/molekul penyusun gas yang bergerak acak. Setiap benda, baik cairan, padatan, maupun gas tersusun

Lebih terperinci

KULIAH V TRANSPOR LARUTAN

KULIAH V TRANSPOR LARUTAN KULIAH V TRANSPOR LARUTAN Perhatian Sesudah perkuliahan diharapkan mahasiswa membaca bahan ajar yang sudah dipersiapkan Mahasiswa mengerjakan tugas yang sudah dibuat di dalam bahan ajar, dikerjakan secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Padi sawah dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : padi sawah (lahan yang cukup memperoleh air, digenangi waktu-waktu tertentu terutama musim tanam sampai

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL Nama : Ardian Lubis NIM : 121810301028 Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LABORATORIUM KIMIA FISIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI PETA KONSEP KIMIA

RINGKASAN MATERI PETA KONSEP KIMIA RINGKASAN MATERI PETA KONSEP KIMIA Peta Konsep berikut : Dari Peta konsep yang terlukiskan diatas maka akan dibuat ringkasan materi sebagai LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan.

Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan. Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan. Subcapaian pembelajaran: 1. Menentukan sifat koligatif

Lebih terperinci

Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa

Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa di dalam sel bersifat negatif dibandingkan dengan di

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Sifat koligatif larutan yaitu sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel zat terlarut. Syarat sifat koligatis: 1. Larutan harus encer (larutan dianggap ideal) tidak

Lebih terperinci

intermediet seperti asam-asam organik dengan berat molekul rendah Haung, 1980).

intermediet seperti asam-asam organik dengan berat molekul rendah Haung, 1980). EKOFISIOLOGI (2) RESPIRASI ~ Merupakan proses oksidasi makanan dari sel-sel yang hidup, menghasilkan energi yang akan digunakan untuk proses asimilasi, penyerapan mineral serta proses lain yang mempergunakan

Lebih terperinci

STOMATA Biosintesis, Mekanisme Kerja Dan Peranannya Dalam Metabolisme AFIFUDDIN DALIMUNTHE

STOMATA Biosintesis, Mekanisme Kerja Dan Peranannya Dalam Metabolisme AFIFUDDIN DALIMUNTHE STOMATA Biosintesis, Mekanisme Kerja Dan Peranannya Dalam Metabolisme AFIFUDDIN DALIMUNTHE Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Stomata berasal dari bahasa

Lebih terperinci

PENYERAPAN AIR OLEH AKAR TANAMAN

PENYERAPAN AIR OLEH AKAR TANAMAN PENYERAPAN AIR OLEH AKAR TANAMAN PENYERAPAN AIR OLEH AKAR TANAMAN Penyerapan air pada tumbuhan dilakukan dengan dua cara yaitu penyerapan air secara aktif dan penyerapan air secara pasif. Penyerapan air

Lebih terperinci

GUTASI, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI

GUTASI, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI GUTASI, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI PUBI INDAH SARI UMMU SYAUQAH A. VERAWATI WIWIK ASPIANTI T. PARAMITHA SARI LILI NUR ENDA IRA RABIAH NURLINA NUR SAKINAH ANDRE SUCI ALFIAH MUHAMMAD HANAFI LILIS DYA NENGSIH

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan yang diampu oleh Drs.Dahlia, M.Pd Disusun oleh : Kelompok II/Offering A 1. Annas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil DISUSUN OLEH : Irwin Septian F05110003 Kelompok VII PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS

Lebih terperinci

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Uraian Materi Laut mati yang memiliki kadar garam tinggi, menyebabkan seseorang tidak akan tenggelam. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan tekanan uap

Lebih terperinci

TITIK DIDIH LARUTAN. Disusun Oleh. Kelompok B-4. Zulmijar

TITIK DIDIH LARUTAN. Disusun Oleh. Kelompok B-4. Zulmijar Laporan khusus Laboratorium Kimia Fisika TITIK DIDIH LARUTAN Disusun Oleh Kelompok B-4 Zulmijar 1404103010044 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2015 pes

Lebih terperinci

3.1 Membran Sel (Book 1A, p. 3-3)

3.1 Membran Sel (Book 1A, p. 3-3) Riswanto, S. Pd, M. Si SMA Negeri 3 Rantau Utara 3 Gerakan zat melintasi membran sel 3.1 Membran Sel (Book 1A, p. 3-3) A Bagaimana struktur dari membran sel? (Book 1A, p. 3-3) Struktur membran sel dapat

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ZAT TERLARUT + PELARUT LARUTAN Komponen minor Komponen utama Sistem homogen PELARUTAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM. Biologi umum (kimia) Oleh : Dr. Tyas Pramesti G Ria Ramadhani, S.Kep Asmuni Hasyim, M.Si

PETUNJUK PRAKTIKUM. Biologi umum (kimia) Oleh : Dr. Tyas Pramesti G Ria Ramadhani, S.Kep Asmuni Hasyim, M.Si PETUNJUK PRAKTIKUM Biologi umum (kimia) Oleh : Dr. Tyas Pramesti G Ria Ramadhani, S.Kep Asmuni Hasyim, M.Si JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3)

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3) eori Kinetik Gas Pengertian Gas Ideal Istilah gas ideal digunakan menyederhanakan permasalahan tentang gas. Karena partikel-partikel gas dapat bergerak sangat bebas dan dapat mengisi seluruh ruangan yang

Lebih terperinci

Modul 1 Keseimbangan Air pada Tumbuhan

Modul 1 Keseimbangan Air pada Tumbuhan Modul 1 Keseimbangan Air pada Tumbuhan Oleh: Retno Mastuti Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Brawijaya 2016 0 Modul 1 - Keseimbangan Air pada Tumbuhan Air merupakan komponen penting pada sistem

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1. Autotrof. Parasit. Saprofit

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1. Autotrof. Parasit. Saprofit SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1 1. Makhluk hidup yang dapat berfotosintesis adalah makhluk hidup... Autotrof Heterotrof Parasit Saprofit Kunci Jawaban : A Makhluk hidup autotrof

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis (Fisiologi Tumbuhan) Disusun oleh J U W I L D A 06091009027 Kelompok 6 Dosen Pembimbing : Dra. Tasmania Puspita, M.Si. Dra. Rahmi Susanti, M.Si. Ermayanti,

Lebih terperinci

Perbedaan Transpirasi dengan. Evaporasi

Perbedaan Transpirasi dengan. Evaporasi TRANSPIRASI Definisi Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL Oleh: Ainun Nikmati Laily, M.Si Fitriyah, M. Si dr. Alvi Milliana JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2013 I. Tujuan TOPIK I Sel

Lebih terperinci

luar yang mempengaruhi laju fotosintesis dan peranannya masing-masing 2. Mahasiswa mengetahui dan dapat menjelaskan faktorfaktor

luar yang mempengaruhi laju fotosintesis dan peranannya masing-masing 2. Mahasiswa mengetahui dan dapat menjelaskan faktorfaktor Pertemuan : Minggu ke 5 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Faktor-faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis Sub pokok bahasan : 1. Faktor-faktor dan dalam tubuh tumbuhan 2. Faktor-faktor dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sel tumbuhan adalah unit struktural, fungsional, dan fundamental terkecil suatu tumbuhan. Di dalam sel tumbuhan terdapat dinding sel, membran sel, inti, dan organelnya.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI TUMBUHAN STRUKTUR TUMBUHAN PADA TINGKAT SEL

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI TUMBUHAN STRUKTUR TUMBUHAN PADA TINGKAT SEL LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI TUMBUHAN STRUKTUR TUMBUHAN PADA TINGKAT SEL Nama : Khoirun Ni mah NPM : 13320128 Kelas : 3 A PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis

Lebih terperinci

PERTEMUAN VI DAN VII SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

PERTEMUAN VI DAN VII SIFAT KOLIGATIF LARUTAN PERTEMUAN VI DAN VII LARUTAN IDEAL SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Larutan Ideal adalah larutan yang memnuhi kriteria sebagai berikut: 1.Homogenitas larutan Homogenitas larutan berlaku dari larutan yang sangat

Lebih terperinci

Panduan Praktikum. Botani. Tahun Akademik 2015/2016. Oleh : Nurcahyo Widyodaru Saputro, S.Si., M.Sc

Panduan Praktikum. Botani. Tahun Akademik 2015/2016. Oleh : Nurcahyo Widyodaru Saputro, S.Si., M.Sc Panduan Praktikum Botani Tahun Akademik 2015/2016 Oleh : Nurcahyo Widyodaru Saputro, S.Si., M.Sc PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG KARAWANG 2016 PENGAMATAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN 5 Penentuan Tegangan Permukaan Cara Cincin Du Nouy. Dosen Pembina Bapak Sumari dan Bapak Yahmin

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN 5 Penentuan Tegangan Permukaan Cara Cincin Du Nouy. Dosen Pembina Bapak Sumari dan Bapak Yahmin LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN 5 Penentuan Tegangan Permukaan Cara Cincin Du Nouy Dosen Pembina Bapak Sumari dan Bapak Yahmin Kelompok : 10 Anggota Kelompok 1. Novita Putri Islamiyah (140332600407)

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN A. KONSENTRASI LARUTAN B. PENGERTIAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN C. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN NONELEKTROLIT D. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT Di dalam kehidupan sehari-hari, banyak

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN PENURUNAN TEKANAN UAP Penurunan Tekanan Uap adalah selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh larutan. P = P - P P = Penurunan Tekanan Uap P = Tekanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen kuantitatif dengan variabel hendak diteliti (variabel terikat) kehadirannya sengaja ditimbulkan

Lebih terperinci

Sifat-sifat Fisis Larutan

Sifat-sifat Fisis Larutan Chapter 7a Sifat-sifat Fisis Larutan Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut Zat yang jumlahnya lebih banyak disebut zat pelarut. 13.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu molekul dalam fasa cair dapat dianggap secara sempurna dikelilingi oleh molekul lainnya yang secara rata-rata mengalami daya tarik yang sama ke semua arah. Bila

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI HEWAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI HEWAN LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI HEWAN Oleh : Annisa Putri 1302101010047 Gusfri Salman 1302101010001 Hafitatul Aini 1302101010213 Muhammad Rizky Ramadhan 1302101010215 Nisma Hayani 1302101010128 Nurhaspika 1302101010

Lebih terperinci

THE TOUR CYTOL CYT OGY OGY T : he Study of Cells V sualisasi sualisasi sel sel : :mikroskop meningkatkan n resolusi (jarak (jarak an tar obyek

THE TOUR CYTOL CYT OGY OGY T : he Study of Cells V sualisasi sualisasi sel sel : :mikroskop meningkatkan n resolusi (jarak (jarak an tar obyek THE TOUR Pendahuluan Tubuh manusia 100 trilyun sel 70% berat sel = air 2/3 dari seluruh air tubuh terdapat dalam sel 1/3 di rongga antar sel 67% berat tubuh = air manusia = air yang hidup CYTOLOGY : The

Lebih terperinci

NUTRISI DAN ENERGI TUMBUHAN. Oleh: Drs. Taufik Rahman, MPd.

NUTRISI DAN ENERGI TUMBUHAN. Oleh: Drs. Taufik Rahman, MPd. NUTRISI DAN ENERGI TUMBUHAN (SMP) Oleh: Drs. Taufik Rahman, MPd. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 NUTRISI DAN ENERGI TUMBUHAN Oleh: Taufik Rahman Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta didik

Lebih terperinci

I Sifat Koligatif Larutan

I Sifat Koligatif Larutan Bab I Sifat Koligatif Larutan Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini Anda dapat menjelaskan dan membandingkan sifat koligatif larutan nonelektrolit dengan sifat koligatif larutan elektrolit. Pernahkah

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem KESETIMBANGAN FASA Kata fase berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh

Lebih terperinci

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN Unsur hara yang diperuntukkan untuk tanaman terdiri atas 3 kategori. Tersedia dari udara itu sendiri, antara lain karbon, karbondioksida, oksigen. Ketersediaan

Lebih terperinci

LAPORAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

LAPORAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS LAPORAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. TUJUAN 1. Menentukan berat molekul senyawa yang mudah menguap (volatile) berdasarkan pengukuran massa jenis gas 2. Melatih

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

AIR DAN PENGARUHNYA THD PER TUMBUHAN TANAMAN

AIR DAN PENGARUHNYA THD PER TUMBUHAN TANAMAN AIR DAN PENGARUHNYA THD PER TUMBUHAN TANAMAN TM-6-Ekoltan-2015 2015 AIR DAN PENGARUHNYA TERHADAP TANAMAN Fungsi air bagi tanaman : sebagai : 1. Bahan baku (sumber H2) dalam proses Ps. 2. Penyusun protoplasma

Lebih terperinci

- Difusi air melintasi membrane permeabel aktif dinamakan osmosis. Keseimbangan air pada sel tak berdinding Jika suatu sel tanpa dinding direndam

- Difusi air melintasi membrane permeabel aktif dinamakan osmosis. Keseimbangan air pada sel tak berdinding Jika suatu sel tanpa dinding direndam Membrane sel bersifat permeabilitas selektif; artinya memungkinkan beberapa zat untuk menembus membrane tersebut secara lebih mudah daripada zat-zat yang lain Adalah suatu mosaic fluid dari lipid dan protein

Lebih terperinci

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering tidak menyadari mengapa es

Lebih terperinci