INTRODUCTION TO THE PARAMETERS OF POLLUTION ODOR BASED KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 50/MENLH/11/1996 REGARDING ODOR STANDARD
|
|
- Indra Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGENALAN POLUSI KEBAUAN DENGAN PARAMETER STANDAR KEBAUAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 50/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBAUAN INTRODUCTION TO THE PARAMETERS OF POLLUTION ODOR BASED KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 50/MENLH/11/1996 REGARDING ODOR STANDARD Halimanto Sapta Triyoga 1, Harits Kusuma Andaerri 2, Kristianto Rumaga 3 Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper, Kampus IPB Dramaga, Bogor, halimantosapta@gmail.com 1, harits.andaerri@gmail.com 2, kristiantorumaga@gmail.com 3 Abstrak: Udara adalah suatu campuran gas yang menyelimuti bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan dan selalu berubah menurut waktu. Udara mengandung sejumlah oksigen yang merupakan komponen esensial bagi kehidupan. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kualitas Udara Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 50/MenLH/11/1996 tentang baku tingkat kebauan yaitu amoniak (NH 3), hidrogen sulfida (H 2S), metil sulfida ((CH 3) 2S) dan stirena (C 6H 8CHCH 2). Identifikasi bau dilakukan oleh 8 kelompok uji dengan hasil penciuman bau yang berbeda-beda. Semua kelompok penguji hanya mampu mengidentifikasi satu senyawa standar kebauan dari tiap sampel. Hal ini disebabkan karena perbedaan ketajaman indra penciuman dari tiap individu dan persepsi material dari bau yang diperkirakan oleh penguji. Polusi kebauan dapat menimbulkan berbagai macam dampak terutama pada kesehatan. Polusi kebauan dapat ditanggulangi beberapa cara, salah satu cara diantaranya dengan cara adsorbsi. Penelitian ini bertujuan untuk memepelajari baku mutu nasional tingkat kebauan, mengenal sumber-sumber polusi kebauan di lingkungan dan mengenal berbagai contoh senyawa yang menimbulkan bau tidak sedap. Kata Kunci: Amoniak, hidrogen sulfida, metil sulfida, polusi kebauan, stirena. Abstract: The air is a mixture of gases that surrounds the earth. The composition of the gas mixture is not always constant and always changing according to the time. The air contains some oxygen which is an essential component for life. Research carried out in the Air Quality Laboratory of Civil and Environmental Engineering Department. The parameters used in this study based on the Ministry of Environment No. 50 / MenLH / 11/1996 regarding odor standard is ammonia (NH3), hydrogen sulfide (H 2S), methyl sulfide ((CH 3) 2S) and styrene (C 6H 8CHCH 2). The identification is done by 8 group smell test with the results of smell smells different. All groups of testers are only able to identify a standard odor compounds from each sample. This is due to differences in olfactory sensory acuity of each individual and the perception of odor material predicted by the examiner. Odor pollution can cause a variety of effects, especially on health. Odor pollution can be addressed in several ways, one way including by way of adsorption. This study aims to my study of the national quality standard odor, to know the sources of the odor pollution in the environment and get to know the various examples of compounds that cause odor. Keywords: Ammonia, hydrogen sulfide, methyl sulfide, odor pollution, styrene. PENDAHULUAN Permasalahan lingkungan yang kerap dibicarakan adalah mengenai pencemaran lingkungan, hal ini dikarenakan pencemaran lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung akan berimbas kepada kesehatan manusia. Pencemaran diakibatkan oleh adanya zat, energi atau komponen yang terinduksi ke dalam
2 lingkungan, dan salah satu komponen yang dapat menyebabkan pencemaran adalah kebauan. Apabila manusia menghirup udara yang mengandung pencemar fisik kebauan, maka akan dapat menimbulkan dampak yang merugikan terhadap kesehatan. Dampak kesehatan akibat kebauan biasanya dapat menyebabkan gangguan psikologis dan iritasi saluran pernafasan apabila sumber bau berasal dari parameter kebauan seperti gas H2S atau NH3. Bau dianggap sebagai efek atau dampak dari adanya pencemar primer, oleh karena itu dalam keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 50/MenLH/11/1996 tentang baku tingkat kebauan, yang diatur adalah sumber bau atau zat odoran. Yang dimaksud odoran adalah zat yang dapat menimbulkan rangsangan bau pada keadaan tertentu, berupa zat tunggal maupun campuran berbagai macam zat, dan lima jenis parameter bau amoniak (NH3), metil merkaptan (CH3SH), hidrogen Sulfida (H2S), metil Sulfida ((CH3)2S), stirena (C6H5CHCH2). Polusi kebauan tidak dapat dianggap sepele karena efeknya bisa merugikan kesehatan manusia, sehingga upaya yang telah dilakuakan pemerintah untuk mengendalikan pencemaran kebauan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan dan tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Yuwono 2008), sehingga penelitian ini bertujuan untuk memepelajari baku mutu nasional tingkat kebauan, mengenal sumber-sumber polusi kebauan di lingkungan dan mengenal berbagai contoh senyawa yang menimbulkan bau tidak sedap. TINJAUAN PUSTAKA Tujuan penyelidikan bau adalah untuk mengkaji kenyamanan yang berhubungan dengan bau. Bau sering menunjukkan indikator tentang buruknya kualitas udara di dalam ruangan. Bau yang tidak sedap biasanya timbul akibat senyawa-senyawa organik dan sulfurik. Karakterisitik bau dapat diterangkan dengan menggunakan deskriptor bau yang diterima. Kosentrasi bau umumnya dikenal dengan olfactory threshold atau ambang bau. Intensitas bau merupakan ukuran stimulus yang dihasilkan dari ambang bau dari suatu kosentrasi odoran tertentu. Intensitas bau akan naik secara logaritmik dengan semakin tingginya kosentrasi odoran (Soedomo 2001). Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Baku mutu tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan yang tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Berdasarkan KepmeLH No.50 tahun 1996 tentang baku tingkat kebauan diatur dalam dua jenis zat odoran bau yaitu berupa zat odoran tunggal dan zat odoran campuran. Parameter bau dari odoran tunggal adalah amoniak (NH3), metil merkaptan (CH3SH), Hidrogen sulfida (H2S), metil sulfida ((CH3)2S), stirena (C6H5CHCH2) sedangkan tingkat kebauan yang dihasilkan oleh campuran odoran dinyatakan sebagai ambang bau yang dapat dideteksi secara sensorik oleh lebih dari 50% anggota penguji yang berjumlah minimal 8 orang. Sumber-sumber polusi bau di lingkungan yaitu yang pertama industri kimia dan petroleum berupa industri bahan kimia anorganik (terdiri dari pupuk, soda ash, kapur, dioxide sulfuric acid), industri bahan kimia organik (terdiri dari plastik,karet, sabun, deterjen, tekstil), industri penghasil pakan ternak sumber kedua dengan
3 senyawa dan kelompok baunya yaitu ammonia, hydrogen sulfide, alkohol, aldehid, N2O. Sumber kedua yaitu pada daerah instalasi pengolahan air limbah (Yuwono 2008). Pada dasarnya senyawa yang berbau merupakan senyawa kimia yang mudah menguap dapat berasal dari golongan alcohol,keton, asam karboksilat, amina, dan thiols. Kehidupan keseharian, rumah sebagai tempat tinggal juga sering tercemar oleh polusi bau, misalnya berasal dari toilet kamar mandi atau sampah organik rumah tangga. Biasanya untuk mengatasi pencemaran bau tersebut digunakan teknik maskering, yaitu melapisi konsentrasi odoran tersebut dengan zat berbau wangi dengan konsentrasi yang lebih tinggi, misalnya penggunaan kamper atau pewangi ruangan, selain itu menghilangkan bau juga dapat dilakukan dengan teknik pengenceran, yaitu dengan menggunakan kipas angin. Penggunaan kipas angin volume udara yang lebih besar akan berkurang, sehingga konsentrasi kebauan menjadi lebih rendah (Yuwono 2008). METODE PENELITIAN Penelitian kali ini dilakukan di Laboratorium Kualitas Udara Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Langkah awal, salinan Keputusan Menteri Negara Lingkungn Hidup No. 50 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebauan disiapkan dan dibaca dengan seksama. Senyawa standar parameter bau (amonia, metil sulfida, stirena, dan H2S) disiapkan. Contoh uji limbah (kotoran kambing, bangkai ikan, air got, urine, sampah organik, dan makanan basi) disiapkan. Angin dihembuskan dengan pelan menggunakan gerakan telapak tangan diatas contoh uji (botol) yang berisi senyawa standar. Kesan bau yang ditimbulkan oleh contoh uji ditangkap dan dicoba untuk menghubungkan dengan sesuatu (misalnya limbah) yang mempunyai kesan bau yang sama. Kesan bau dicoba ditangkap dari sebuah contoh uji limbah dan kesan bau yang ditangkap dibandingkan untuk ditemukan kesamaanya dengan senyawa standar. Sebuah uraian umum dan singkat ditulis tentang proses terjadinya polusi bau di lingkungan. Uraian dapat berisi hal-hal seperti, reaksi kimia timbulnya bau di lingkungan, proses terlepasnya senyawa bau dari bahan padat atau udara cair ke udara lingkungan. Jenis-jenis senyawa bau yang lazim ditemui disekitar tempat tinggal, sumber-sumber polusi bau, teknik-teknik sederhana penanganan polusi bau yang bisa diterapkan di rumah tangga, hal-hal lain yang relevan dengan timbulan polusi bau di lingkungan dan teknologi penangannya. Tabel pada kertas praktikum diisi sesuai dengan kesan bau yang ditangkap dan dibuat simpulan singkat PEMBAHASAN Udara adalah suatu campuran gas yang menyelimuti bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan dan selalu berubah menurut waktu. Udara mengandung sejumlah oksigen yang merupakan komponen esensial bagi kehidupan. Penambahan gas-gas lain kedalam udara dapat menyebabkan polusi udara, salah satunya adalah polusi kebauan. Bau merupakan kondisi suatu zat yang dapat merangsang indera penciuman pada manusia dan hewan. Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat menganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Dalam penelitian digunakan 4 senyawa parameter standar kebauan yaitu amoniak (NH3), hidrogen sulfida (H2S), metil sulfida ((CH3)2S) dan stirena (C6H8CHCH2) sebagai standar bau yang akan diidentifikasi dari material uji.
4 Material uji ditutupi ditempatkan dalam toples dan ditutupi dengan koran sehingga penguji tidak dapat mengetahui material uji, selanjutnya kebauan diidentifikasi melalui cara penciuman kemudian senyawa standar yang berasal dari bau material tersebut diperkirakan. Berdasarkan identifikasi bau dari 8 kelompok penguji, diperoleh data tabulasi polusi kebauan seperti pada tabel 1. Tabel 1 Tabulasi hasil pengamatan polusi kebauan No. Senyawa standar Kelompok Kesan bau Perkiraan jenis material sampel parameter bau 1 1 Sedikit berbau Tanah (CH 3) 2S 2 Menyengat Binatang mati H 2S 3 Sedikit menyengat Air selokan NH 3 4 Mual, menyengat Air kencing/urin C 6H 8CHCH 2 5 Sedikit bau Karet gelang - 6 Menyengat Sampah organik busuk Sedikit berbau Tanah - 2 Sangat menyengat Bangkai hewan (CH 3) 2S 3 Menyengat Air selokan H 2S 4 Sangat menyengat Urin NH 3 5 Sedikit berbau Daun kering - 6 Sangat menyengat Sampah organik busuk H 2S 3 1 Tidak berbau Tanah - 2 Menyengat Bangkai hewan (CH 3) 2S 3 Cukup berbau Air got H 2S 4 Menyengat Air kencing NH 3 5 Ambang bau Daun kering C 6H 8CHCH 2 6 Cukup berbau Sampah organik Tidak berbau Tanah - 2 Bau busuk Bangkai ikan H 2S menyengat 3 Busuk Selokan H 2S 4 Busuk Urin NH 3 5 Tidak terlalu Karet gelang C 6H 8CHCH 2 berbau 6 Bawang busuk Bawang Sedikit bau Tanah sawah - 2 Sangat menyengat Bangkai - 3 Menyengat Air selokan H 2S 4 Menyengat Urin NH 3 5 Sedikit bau Daun kering - 6 Bau menyengat Sampah organik Sedikit bau Tanah - 2 Menyengat Bangkai hewan - 3 Menyengat Air selokan H 2S 4 Menyengat, urin Urin NH 3
5 Tabel 1 Tabulasi hasil pengamatan polusi kebauan (lanjutan) No. Senyawa standar Kesan bau Perkiraan jenis material sampel parameter bau 5 Sedikit bau Daun kering - 6 Bau menyengat Sampah organik Sedikit berbau Tanah basah (CH 3) 2S 2 Bau busuk Bangkai binatang NH 3 Menyengat 3 Menyengat Air got H 2S 4 Sangat menyengat Air kencing NH 3 5 Sedikit menyengat Karet gelang C 6H 8CHCH 2 6 Sedikit menyengat Sampah organik (CH 3) 2S 8 1 Cukup menyengat Tanah - 2 Sangat menyengat Ikan busuk H 2S 3 Cukup menyengat Air selokan H 2S 4 Cukup menyengat Urin NH 3 5 Tidak menyengat Sampah daun H 2S 6 Sangat menyengat Telur busuk H 2S Identifikasi yang dilakukan menunjukkan hasil yang berbeda dari setiap kelompok penguji. Semua kelompok penguji hanya mampu mengidentifikasi satu senyawa standar kebauan dari tiap sampel. Hal ini disebabkan karena perbedaan ketajaman indra penciuman dari tiap individu dan persepsi material dari bau yang diperkirakan oleh penguji. Bau dari zat odor atau sumber kebauan dapat terdiri dari senyawa tunggal atau campuran dari beberapa senyawa. Material sebenarnya dan senyawa standar yang terkandung dari dari sampel dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Isi aktual sampel dan senyawa standar No. sampel Jenis material Senyawa standar parameter bau 1 Pupuk kotoran kambing H 2S, ((CH 3) 2S) 2 Ikan busuk H 2S 3 Limbah domestik H 2S, NH 3 4 Urin NH 3 5 Sampah kering H 2S, ((CH 3) 2S) 6 Makanan basi H 2S, NH 3 Material uji yang digunakan dalam penelitian berasal dari sampah dan limbah domestik yang rata-rata terdapat di lingkungan sekitar dan dihasilkan dari masyarakat seperti yang tertera pada tabel 2. Bau yang dihasilkan dari material tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan bahkan gangguan kesehatan jika melebihi baku tingkat kebauan. Baku tingkat kebauan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 terdiri dari 5 parameter senyawa standar meliputi amoniak (NH3), metil merkaptan (CH3SH), hidrogen sulfida (H2S), metil sulfida ((CH3)2S) dan stirena (C6H8CHCH2). Baku tingkat kebauan yang melebihi baku tingkat kebauan seperti pada lampiran 1 dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Terlepasnya senyawa kimia di udara seperti klorin dan ammonia dapat pula menimbulkan masalah kesehatan meskipun jarang terjadi (Kusnuputranto 1995). Menurut Moestikahadi (1999), gangguan
6 pernafasan dapat timbul akibat senyawa hidrokarbon, meliputi radang pangkal tenggorokan, pharya, dan radang cabang-cabang tenggorok. Gangguan tersebut dikenal dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Menurut Nugraini (2008) dalam penelitian mengenai kasus luapan lumpur panas di Desa Renongkenongo, kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, polusi kebauan yang diakibatkan karena NO2, H2S, NH3, metil merkaptan dan etil merkaptan telah menyebabkan masyarakat terkena ISPA. Sumber-sumber polusi bau di lingkungan yaitu yang pertama industri kimia dan petroleum berupa industri bahan kimia anorganik (terdiri dari pupuk, soda ash, kapur,dioxide sulfuric acid), industri bahan kimia organik (terdiri dari plastik, karet, sabun, deterjen, tekstil), industri penghasil pakan ternak. Sumber kedua dengan senyawa dan kelompok baunya yaitu ammonia, hidrogen sulfida, alkohol, aldehid, N2O. Sumber kedua yaitu pada daerah instalasi pengolahan air limbah (Yuwono, 2008). Senyawa NH3 dapat menyebabkan menyebabkan sistem pernapasan, bronchitis, dan merusak indera penciuman, H2S dapat menyebabkan menimbulkan bau yang tidak sedap, dapat merusak indera penciuman (nervus olfactory). Sumber polusi kebauan yang banyak ditemukan umumnya berasal di masyarakat dari peternakan, pertanian, serta limbah rumah tangga seperti sampah organik sisa meliputi sisa makanan, sayuran, dan limbah domestik dengan senyawa standar yang terkandung adalah H2S dan NH3. Sumber polusi kebauan juga dapat berasal dari alam seperti letusan gunung berapi, kawah atau gas bumi, dan dedaunan dari tanaman perdu. Sumber polusi kebauan yang berbahaya dan melebihi ambang kebauan umumnya terdapat pada kawasan industri kimia. Sumber polusi kebauan yang melebihi ambang batas kebauan memerlukan pengelolaan secara khusus sebelum baunya menyebar di udara ambien. Polusi kebauan dapat ditanggulangi beberapa cara, sehingga bau yang dilepaskan ke udara ambien masih berada dalam batas aman terutama bagi kesehatan. Salah satu cara penanggulangan diantaranya dengan cara adsorbsi menggunakan bahan padat yang dapat menyerap polutan. Berbagai tipe adsorben yang dipergunakan antara lain karbon aktif dan silikat. Adsorben mempunyai daya kejenuhan sehingga selalu diperlukan pergantian, bersifat disposal (sekali pakai buang) atau dibersihkan kemudian dipakai kembali. Cara lain diantaranya dengan menggunakan reaktor biofilter yaitu penggunaan mikroorganisme untuk menyerap senyawa kebauan. SIMPULAN Udara adalah suatu campuran gas yang menyelimuti bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan dan selalu berubah menurut waktu. Penelitian ini digunakan 4 senyawa parameter standar kebauan yaitu amoniak (NH3), hidrogen sulfida (H2S), metil sulfida ((CH3)2S) dan stirena (C6H8CHCH2) sebagai standar bau yang akan diidentifikasi dari material uji. Identifikasi yang dilakukan menunjukkan hasil yang berbeda dari setiap kelompok penguji. Hal ini disebabkan karena perbedaan ketajaman indra penciuman dari tiap individu dan persepsi material dari bau yang diperkirakan oleh penguji. Polusi kebauan dapat
7 menimbulkan berbagai macam dampak terutama pada kesehatan. Polusi kebauan dapat ditanggulangi beberapa cara, salah satu cara diantaranya dengan cara adsorbsi SARAN Penelitian kali ini sebaiknya melakukan uji di lapangan, sehingga pengamat dapat mengerti berbagai macam sumber-sumber kebauan dengan luas. Sebaiknya dalam melakukan penelitian ini pengamat tidak ada gangguan kesehatan pada hidung sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Balitbang Kemhan Dampak Dan Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara. [Terhubung bekala] penanggulangan -pencemaran-udara (13 November 2014) Nugraini Nevy R Kajian risiko kesehatan lingkungan akibat pencemaran udara : studi kasus hidrogen sulfida pada semburan lumpur panas Sidoarjo. Jakarta: Universitas Indonesia. Soedomo, Moestikahadi Kumpulan Karya Ilmiah Pencemaran Udara. Bandung: ITB. Yuwono AS Kuantifikasi Bau dan Polusi Bau di Indonesia. Jurnal Purifikasi. Vol. 9 (2) :
8
9 LAMPIRAN Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 tanggal 25 november 1996
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semburan lumpur panas yang terletak di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur adalah salah satu dari akibat ekplorasi di bidang perminyakan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-50/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBAUAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-50/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBAUAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara
Lebih terperinciLIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.
LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Pengamatan terhadap sumber pencemar sektor industri dapat dilaksanakan pada masukan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG BAKU TINGKAT KEBAUAN
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG BAKU TINGKAT KEBAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) terutama rumah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena pada umumnya orang lebih banyak menghabiskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan
Lebih terperinciUJI PENGGUNAAN ASAP CAIR UNTUK MENGURANGI BAU PADA LIMBAH PENCUCIAN IKAN DENGAN METODE THRESHOLD ODOR TEST. Aditya W Dwi Cahyo
UJI PENGGUNAAN ASAP CAIR UNTUK MENGURANGI BAU PADA LIMBAH PENCUCIAN IKAN DENGAN METODE THRESHOLD ODOR TEST Aditya W Dwi Cahyo 3304.100.037 Aktifitas pencucian ikan menghasilkan bau Bau dampak pencemaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk kemakmuran rakyat hendaknya dilakukan secara terencana, rasional, optimal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub-sektor peternakan yang merupakan bagian integral dari sector pertanian pembangunanya terus diupayakan melalui peningkatan usaha diversifikasi, intensifikasi, dan
Lebih terperinciStandart Kompetensi Kompetensi Dasar
POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 yaitu melalui upaya kesehatan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan ayam merupakan salah satu sektor yang penting dalam memenuhi kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging dan telur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi secara global sekarang disebabkan oleh ketimpangan antara konsumsi dan sumber energi yang tersedia. Sumber energi fosil yang semakin langka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri
Lebih terperinciANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR
ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR OLEH ELGA MARDIA BP. 07174025 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS
Lebih terperinciBakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas
Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota besar, semakin banyak didirikan Rumah Sakit (RS). 1 Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK BIOLOGI SAMPAH KOTA PADANG
ANALISIS KARAKTERISTIK BIOLOGI SAMPAH KOTA PADANG Yenni Ruslinda*, Raida Hayati Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Kampus Limau Manis, 25163 *E-mail: yenni@ft.unand.ac.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas wilayah yang sangat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas wilayah yang sangat besar. Indonesia sering disebut juga sebagai negara agraria atau negara yang sebagian besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan
Lebih terperinciKuesioner Penelitian
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ANGGOTA KOMUNITAS PEMUDA PEDULI LINGKUNGAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SEI KERA HILIR I KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA
Lebih terperinciPolusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat
Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara
Lebih terperinciPENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd
PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok
Lebih terperinciKeputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Kebauan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Kebauan MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : 1. bahwa untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup agar dapat bermanfaat
Lebih terperinciBIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013
Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SISTEM PENGUKURAN POLUTAN GAS H 2 S PADA LOKASI MANIFESTASI GEOTHERMAL GEDUNG SONGO MENGGUNAKAN SENSOR TGS 2602 TUGAS AKHIR
RANCANG BANGUN SISTEM PENGUKURAN POLUTAN GAS H 2 S PADA LOKASI MANIFESTASI GEOTHERMAL GEDUNG SONGO MENGGUNAKAN SENSOR TGS 2602 TUGAS AKHIR Untuk memenuhi persyaratan mencapai pendidikan Diploma III (DIII)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahanbahan yang dapat
Lebih terperinciJURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PENCEMARAN Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi memiliki peran penting dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia. Terlebih, saat ini hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi.
Lebih terperinciNama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.
Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat
Keterp aparan 1. La BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius, penyebab dari pencemaran tadi tidak
Lebih terperinciBAB 4 ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN
BAB 4 ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN 4. 1 Aspek Dampak Lingkungan Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal toilet, kamar mandi, pencucian pakaian, wastafel, kegiatan membersihkan lantai dan aktifitas
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan
Lebih terperinciTENTANG LIMBAH PADAT
MAKALAH TENTANG LIMBAH PADAT Galih Pranowo Jurusan Matematika Ilmu Komputer FAKULTAS SAINS TERAPAN INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA I. PENDAHULUAN Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup
Lebih terperinciBAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS
BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan
Lebih terperinciPENCEMARAN LINGKUNGAN
KONSEP PENCEMARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Pencemaran : - Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan
Lebih terperinciHasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri
Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri Semua limbah yang dihasilkan home industry dibuang langsung ke sungai, selokan atau, bahkan, ke pekarangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi udara merupakan masalah lingkungan global yang terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), polusi udara menyebabkan kematian
Lebih terperinciOleh: ANA KUSUMAWATI
Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan
Lebih terperinciDAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA
DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah; sampah dianggap sebagai sesuatu
Lebih terperinciEVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)
EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit) A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan memberi silang pada salah satu huruf di lembar jawab! 1. Di Indonesia, pengaturan lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap detik selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidup tanpa udara lebih dari tiga menit. Udara tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penurunan kualitas lingkungan hidup dewasa ini salah satunya disebabkan oleh aktifitas kendaran bermotor yang menjadi sumber pencemaran udara. Gas-gas beracun penyebab
Lebih terperinciPengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah
Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah Oleh : Nur Laili 3307100085 Dosen Pembimbing : Susi A. Wilujeng, ST., MT 1 Latar Belakang 2 Salah satu faktor penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan suatu negara, bangsa, daerah atau wilayah yang sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi, akan mendorong meningkatnya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang
Lebih terperinciPemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat
Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Paryanto, Ir.,MS Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sebelas Maret Bimbingan Teknis Pengendalian B3 Pusat Pelatihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat
Lebih terperincimasuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat. lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan bagi manusia.
2.1 Pengertian Baku Mutu Lingkungan Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampah atau waste (Inggris) memiliki banyak pengertian dalam batasan ilmu pengetahuan. Namun pada prinsipnya, sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang
Lebih terperinciPEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI
PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan tersebut membawa
Lebih terperinciSTUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP
STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP Lutfi Noorghany Permadi luthfinoorghany@gmail.com M. Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era modern ini, proses modernisasi akan menaikkan konsumsi sejalan dengan berkembangnya proses industrialisasi. Dengan peningkatan industrialisasi tersebut maka
Lebih terperinciSOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.
NAMA : KELAS : NO : SOAL PENCEMARAN AIR Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. 1. Perhatika pernyataan di bawah ini : i. Perubahan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian
Lebih terperinciUbah Plastik Jadi Bahan Bakar
Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar Sampah plastik sangat banyak dijumpai di Indonesia. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sudah dijejali plastik, bahkan hingga ditimbun dalam tanah. Sampah plastik juga terbawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan. Limbah
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi yang terkait dengan penelitian, melaksanakan observasi langsung di Tempat Pembuangan
Lebih terperinciSOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA
SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA NAMA : KELAS : SOAL PENCEMARAN AIR NO : Pilihlah salah satu jawaban
Lebih terperinciKARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK
KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK Karakteristik limbah ternak dipengaruhi : a. unit produksi: padat, semipadat, cair b. Kandang : Lantai keras : terakumulasi diatas lantai kelembaban
Lebih terperinciPEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )
PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK
KARAKTERISTIK LIMBAH KARAKTERISTIK LIMBAH Karakteristik limbah ternak dipengaruhi : a. unit produksi: padat, semipadat, cair b. Kandang : Lantai keras : terakumulasi diatas lantai kelembaban dan konsistensinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat terjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia dengan jumlah produksi pada tahun 2013 yaitu sebesar 27.746.125 ton dengan luas lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan
Lebih terperinciBAB XV LIMBAH TERNAK RIMINANSIA
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XV LIMBAH TERNAK RIMINANSIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi tanah pada lahan pertanian saat sekarang ini untuk mencukupi kebutuhan akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk hingga
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.
1 I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Salah satu limbah peternakan ayam broiler yaitu litter bekas pakai pada masa pemeliharaan yang berupa bahan alas kandang yang sudah tercampur feses dan urine (litter broiler).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan
Lebih terperinciBuku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,
Lebih terperinciKISI-KISI INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga. Indikator Soal Soal No soal
KISI-KISI INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Standar Kompetensi : 1.7. Memahami saling ketergantungan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eceng Gondok Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) adalah tumbuhan air yang hidup di perairan tawar yang menyerap nutrien untuk pertumbuhannya. Penyerapan nutrien dalam jumlah
Lebih terperinci