KELAS DENGAN BUDAYA BERTANYA. I. Bertanya Yang Efektif.
|
|
- Benny Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KELAS DENGAN BUDAYA BERTANYA I. Bertanya Yang Efektif. Proses Tanya jawab didalam kelas adalah salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan pola pikir dan daya tangkap siswa, atau dalam bahasa Inggrisnya adalah Thinking Skills, dan untuk selanjutnya kita menggunakan istilah ini. Bertanya bukan hanya milik guru yang akan menilai kemampuan hasil belajar siswanya, tetapi juga milik siswa yang ingin menambah pengtahuannya. Ada beberapa tujuan dari pertanyaan seorang guru didalam kelas: Menarik perhatian dan keingintahuan. Menuntun siswa berpikir secara spesifik dan cara yang khusus Memfokuskan perhatian pada suatu topic Mengontrol perilaku kelas dan individu Memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam belajar Sebuah tantangan untuk siswa Saat dimana siswa dapat mengulang pelajaran sebelumnya Sebagai sarana untuk mereinforce siswa Sebagai struktur atau petunjuk siswa dalam mengerjakan tugas Mendapatkan feedback atas pengajaran/refleksi Menilai siswa Refleksi akan pembelajaran siswa Untuk merevisi konten Membantu siswa untuk mengklarifikasi pemahaman mereka Tujuan evaluasi Model bertanya dan berpikir Melibatkan siswa dalam tingkatan berpkir yang bervariasi (kritikal, kretaif atau reflektif) Membantu siswa menghubungkan suatu konsep Mengispirasikan pertanyaan lanjutan Memotivasi inkuiri siswa Mengidentifikasi kesenjangan dalam pembelajaran siswa Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dengan cara diskusi Pertanyaa guru yang efektif adalah pertanyaan yang mempunyai tujuan dan mencakup tingkatan kognitif siswa. Maksudnya adalah pertanyaan guru tersebut haruslah sesuai dengan kebutuhan guru dan ketika melemparkan pertanyaan haruslah mempertimbangkan bagaimana siswa akan merespon terhadap pertanyaan tersebut. Dengan pertanyaa guru siswa diharapkan mampu berpikir secara kreatif dan termotivasi untuk melakukan investigasi lanjutan. Ketika hal ini terjadi, dimana siswa termotivasi untuk bertanya leboh jauh dan menantang mereka untuk menggali ide-ide mereka yang lain, maka pertanyaa guru tersebut sangat potensial untuk membawa siswa kearah yang lebih jauh dari apa yang sekarang tengah mereka bahas dan mengajak mereka untuk menggunakan kemampuan berpikir higherorder thinking atau yang lebih tinggi tingkatannya.
2 Pertanyaan membantu seseorang mengangap bahwa semua yang ada di muka bumi ini adalah normal, semua ada jawabannya, semua ada penjelasannya dan masuk akal. Misalnya: Bagaimana ini bias terjadi? Apa yang akan terjadi jika.? Bagaimana hal ini bias berubah seperti itu? Mengapa seseorang bias menganggap hal ini seperti ini..? dll. Pertanyaan yang efektif juga akan memecahkan suatu masalah, menciptakan solusi dan perubahan. Pertanyaan semacam ini memberikan suatu proses, kritik, menantang untuk mencari informasi baru dan pada akhirnya membuat suatu keputusan. Intelektual dan emosionalitas siswa juga dilibatkan dalam merespon pertanyaan efektif seorang guru. Oleh karena itu pertanyaan tersebut haruslah yang bersifat open-ended question atau pertanyaan terbuka, bersifat memprovokasi siswa, dan tidak mempunyai penilaian yang bersifat menghakimi. Dibawah ini adalah perbedaan antara pertanyaan terbuka dan tertutup / open-ended questions atau Closed question: Pertanyaan terbuka/open-ended question: Yaitu pertanyaan yang memerlukan jawaban panjang, karena melibatkan daya pikir seseorang, knowledge atau pengetahuan untuk diingat kembali. Contoh pertanyaannya dapat dilihat pada Box.1. Pertanyaan tertutup/closed question: Yaitu pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban Ya atau Tidak, Setuju atau Tidak Setuju. Pertanyaan ini tidak memerlukan pemikiran lebih lanjut, dan seorang siswa pun dapat dengan mudahnya menjawab tanpa harus berpikir alias asal jawab siapa tahu benar atau untunguntungan. Pertanyaan ini akan lebih baik jika dilengkapi dengan pertanyaan mengapa, atau jelaskan alasanmu? Namun demikian tingkat keterlibatan thinking skill-nya juga tidak akurat, karena pertanyaan itu sendiri telah menyediakan jawaban. Box.2 Pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup: Open-ended question/terbuka: Bagaimana ikan bias bernafas? Mengapa kita tidak boleh menebang pohon di hutan? Apa akibatnya bila terjadi penggundulan hutan? Bagaimana es bias menjadi cair bila terkena matahari? Closed question/tertutup: Apakah ikan bernafas dengan ingsang? Apakah kita tidak boleh menebang pohon di hutan? Apakah akan terjadi banjir dan tanah longsor jika kita menggunduli hutan? Apakah es tidak bisa mencair jika kita panaskan?
3 Bagaimana menciptakan pertanyaan yang efektif? Seorang guru harus mampu merencanakan beberapa pertanyaan yang bersifat lanjutan. Artinya guru harus mampu membangun situasi Tanya jawab yang tingkat kesulitannya bertahap, sehingga dapat membangun kepercayaan diri siswa. Dalam menciptakan pertanyaan yang efektif seorang guru juga harus mapu memfokuskan pada pertanyaan terbuka yang terkonstrak dengan baik, yaitu yang melibatkan tahapan thinking skills (Lihat box.2) dan meminimalisir pertanyaan tertutup. Selain itu pertanyaan juga harus menghindari kemungkinan terjadinya pemikiran yang ambigu. Saat yang tepat dalam melemparkan pertanyaan juga sangat mempengaruhi pertanyya tersebut menjadi efektif atau tidak bagi siswa. Apakah siswa diberi oertnyaan setelah mereka diberika pengtahuan sebelumnya atau memang pertanyaan tersebut ditujukan agar siswa dapat menggali pengetahuan dari pertanyaan tersebut? Juga pada saat memberikan suatu pertanyaan, hendaknya guru hanya memberikan satu inti pertanyaan pada suatu waktu tertentu. Pertanyaan yang beruntun akan membuat siswa bingung. Seorang guru juga harus mempertimbangkan waktu yang dibuthkan siswa dalam menjawab pertanyaan. Siswa membutuhkan beberapa waktu untuk berpikir sebelum menjawab. Mereka membuthkan waktu untuk mencerna pertanyaan dan kemudian memikirkan jawabannya. Mereka dapat merecall atau mengingat kembali apa yang sudah mereka pernah pelajari atau mengingat kembali apa yang pernah mereka lihat atau alami disuatu tempat yang berbeda. Guru hendaknya menghindari menjawab pertanyaan mereka sendiri secara langsung ketika menunggu siswa memberika respon terhadap pertanyaan. Hal ini dapat menimbulkan rasa putus asa pada siswa. Menggunakan bermacam-macam strategi dalam memberikan pertanyaa juga sangat penting. Misalnya memberikan pertanyaan dengan didahului pernyataan provokasi dan tunggu hingga siswa memnerikan respon. Siswa akan lebih tertarik dengan strategi ini daripada langsung melemparkan pertanyaan. Provokasi dapat berupa pernyataan biasa, atau juga dapat berupa gambar, film documenter, berita di Koran, dan lain sebagainya. Seorang guru juga harus bias memastikan semua pertanyaan ditujukan untuk seluruh siswanya tanpa terkecuali. Dengan perbedaan yang dimiliki siswa, maka seorang guru dapat memvariasi pertanyaan dengan tingkat kesulitan yang berbeda pula. Yaitu dengan memudahkan atau mensederhanakan kalimat atau bahasa yang digunakan. Keahlian guru tidak hanya dituntut dari segi bagaimana ia melemparkan pertanyaan, tetapi juga bagaimana dia merespon jawaban siswa. Cara guru memberikan feedback atau umpan balik pada siswa yang memberikan jawaban dapat berupa: Anggukan kepala Pujian secara verbal Pertanyaan yang bertujuan mengklarifikasi jawaban siswa
4 Mencatat jawaban siswa, menunjukkan bahwa jawaban siswa adalah sebagai sesuatu yang dipertimbangkan oleh guru. Memberikan kesempatan pada siswa lain untuk menambahkan jawaban atau melengkapinya. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya lebih lanjut tentang apa yang sudah ia mengerti. Dengan respon yang baik, siswa dan guru dapat saling melengkapi dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut akan dijelaskan bagaimana guru membantu siswa dalam mengembangkan strategi untuk menjadi inquirer dengan bertanya. Yang terpenting adalah pertanyaan membantu siswa dalam berparticipasi secara aktif dalam diskusi kelas dan pada akhirnya membawa kebiasaan ini pada konteks yang lebih luas lagi yaitu dunia nyata mereka di luar sekolah. II. Question-Friendly Classroom Gambar: suasana kelas sedang Tanya jawab. Siapa yang biasanya bertanya didalam kelas? Di beberapa kelas, ada sebuah harapan bahwa guru adalah sebagai penanya dan siswa sebagai penjawab. Namun suasana kelas seharusnya dibuat sebersahabat mungkin dengan membudayakan kedua belah pihak sebagaimana sahabat atau teman yang saling melengkapi, sehingga buru dan siswa masing-masing dapat sebagai penanya dan penjawab. Di sebuah kelas yang berbasis student-centered classroom atau berbasis siswa yang menjadi pusat belajar dikelas, pendekatan inquiri menjadi solusi dan inti pembelajaran. Siswa yang bertanya menjadi hal biasa dan menjadi salah satu bahan pertimbangan guru dalam merencanakan system belajar mengajar dikelas. Kelas yang demikian tidak terlepas dari peran guru yang membiasakan siswa-siswinya bersikap terbuka dan tentu tidak terlepas dari skills yang dimiliki guru dalam mengembangkan seni bertanya didalam kelas terhadap muridnya. Sehingga dengan pendekatan ini, siswa dapat mengembangkan sthinking skills mereka melalui seni bertanya sebagaimana yang dilakukan oleh guru mereka. Sebagai contoh: seorang murid diawal topic, telah dibiasakan oleh guru dengan pertanyaan kreatif seperti Apa yang sudah saya ketahui tentang makhluk hidup? Atau Apa yang sudah saya ketahui tentang benda gas?, dengan pertanyaan awal ini, siswa telah ditantang untuk menjawab pertanyaan
5 yang berkaitan tentang apa yang sudah ia dapatkan sebelumnya. Lalu untuk selanjutnya, peran guru sangat berpengaruh pada kemampuan siswa berpikir dan mengungkapkan rasa keingintahuannya melalui pertanyaan. Dibagian lain buku ini akan dibahas lebih detil bagaimana guru melangsungkan proses belajar mengajarnya dikelas dengan pendekatan inquiri sehingga kelas yang bersahabat dengan pertanyaan-pertanyaan menjadi terwujud. Diskusi kelas menjadi salah satu ajang yang praktis dan efektif untuk membudayakan kelas menjadi A Question-Friendly Classroom. Dalam diskusi, guru memberikan provokasi dan pertanyaan-pertanyaan yang melibatkan kemampuan berpikir siswa. Dengan tahapan berpikir yang lebih tinggi, siswa akan tertantang untuk melakukan investigasi terhadaop pertanyaan dan memberikan pertanyaan lanjutan. Maka inilah yang disebut dengan membentuk siswa bertanya atau inquiry approach. Dengan pendekatan ini maka budaya bertanya didalam kelas bukanlah hal yang tabu dan mengerikan bagi siswa. Bertanya dalam kelompok: Seni bertanya yang belangsung didalam kelas dapat bervariasi, sesuai dengan konteksnya. Dapat dilakukan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil, atau individual. Perbedaan dari ketiga konteks pelaksanaan ini adalah: 1. Kelompok besar / whole class: Startegi ini dilakukan untuk mengatur dinamika kelas, dapat lebih mengontrol kesinambungan topic melalui pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dan terjawab. Beberapa hal yang perlu diingat dan dipertimbangkan guru dalam menggunakan kelompok besar: Mengarahkan kembali pertanyaan sehingga banyak siswa yang sanggup merespon, bukan hanya beberapa siswa dengan intelektual yang tinggi saja yang dapat merespon. Memberikan kesimpulan dari respon siswa, sehingga dapat tetap mengarahkan pembahasan pada topic tertentu. Memberika peraturan dalam berdisuksi. Misalnya: memberika konsekuensi pada siswa yang interupsi disaat siswa yang lain sedang berbicara. 2. Kelompok kecil / Small group: Diskusi dalam kelompok kecil memberikan kesempatan yang baik bagi siswa untuk membangun rasa percaya diri sebelum masuk pad diskusi kelompok besar. Siswa juga diberi kesempatan untuk belajar membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Dalam konteks ini, pertanyaan akan lebih mudah didistribusikan secara merata bagi setiap siswa, juga akan lebih mudah dalam mengklarifikasikan jawaban atau respon siswa. Memberikan support atau dorongan bagi siswa untuk terlibat dalam diskusi juga akan lebih mudah. Seorang guru juga akan lebih mudah dalam mengambil langkah selanjutnya, apakah sudah siap maju dengan pertanyaan berikutnya atau pertanyaan harus diulangi atau bahkan harus kembali mundur. Siswa juga mempunyai kesempatan untuk memimpin group kecil mereka secara bergantian, sehingga dapat membangun rasa percaya diri mereka. Dengan skills ini, siswa diharapkan dapat bertindak secara mandiri dan tidak tergantung pada guru. Ketika mereka saling bertanya, maka mereka mengembangkan potensi berpikir mereka kepada tahapan berpikir yang lebih tinggi.
6 3. Individual Situasi ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengenali kemampuan atau keberhasilan belajar mereka sendiri. Hal ini lebih sering disebut dengan Refleksi diri atau Reflection. Bagi guru, maka situasi ini adalah kesempatan untuk memonitor belajar siswa dan menentukan bantuan apa yang dibutuhkan siswa. Pertanyaan harus dibuat dengan hati-hati dan disampaikan dengan strategi tertentu sehingga siswa tidak merasa diinterogasi. Dalam konteks Tanya jawab ini, masing-masing pihak, yaitu guru dan siswa harus menjalankan tangung jawab mereka masing-masing, agar proses ini dapat mencapai tujuan dan tepat sasaran. Dibawah ini adalah tanggung jawab masing-masing guru dan siswa: Tanggung jawab siswa: Tanggung jawab guru: Berinisiatif bertanya: Tidak usah menunggu siswa lain untuk memulai. Berani mengambil resiko: Kadang kala siswa ragu untuk membuat suatu pertanyaan, namun tetap saja ungkapkan pertanyaan tersebut, tentu saja dengan dukungan dari guru, dan guru dapat mengklarifikasi pertanyaan tersebut. Dan siswa juga harus mempersiapkan diri dengan respon dari teman yang mungkin mempunyai persepsi yang berbeda. Mengeksplorasi ide: Siswa harus bertanya tentang apa yang sudah mereka ungkapkan, misalnya dengan memberika tekanan, yaitu: Benar atau tidak? Apakah mungkin jika. Bagaimana jika..? dll. Self-reflection: Menanyakan kemajuan atau hasil belajar yang mereka capai, misalnya: Apakah saya sudah benar? Apa yang harus saya tingkatkan?. Menciptakan atmospir belajar yang dapat dipercaya siswa: Siswa membutuhkan dukungan dari guru dan teman berupa respon yang diberikan oleh mereka. Menjadi contoh dalam memberikan berbagai macam type pertanyaan: Siswa membutuhkan contoh yang dapat ditiru siswa ketika mereka harus dituntut untuk kembali melemparkan pertanyaan. Mengadopsi beberapa perbedaan pertanyaan: Guru harus mampu memberikan pertanyaan yang berupa fasilitator, provoker, monitor dan mediator. Contoh pertanyaan sebagai fasilitator dapat membantu siswa mengembangkan ide, contohnya: Bagaimana lagi cara melihat kejadian ini dari sisi lain? Siapa yang mempunya persepsi lain terhadap kasus ini?. Contoh pertanyaan sebagai provoker: Coba berika contoh atau bukti atas jawabanmu? Bagaimana kamu bias menjawab seperti itu?. Contoh pertanyaan sebagai monitor dapat memberika perhatian khusus terhadap suatu alas an. Misalnya: Apakah ini sebagai kesimpulanmu? Apa yang menjadi konsekuensi dari jawaban ini?. Sebagai mediator, pertanyaan ini dapat membantu siswa dalam melihat perbedaan. Misalnya: Ayo kita buat suatu keputusan?, Apa yang membuat kita setuju dengan keputusan ini?.
7 Membiasakan siswa dengan pertanyaan yang meilbatkan strategi berpikir: Siswa membutuhkan beberapa trik untuk mengembangkan daya pikir siswa, yaitu dnegan mengaplikasika beberapa tahapan thingkin skills seperti yang tertera pada box 2, dan box. Menciptakan ruang untuk pertanyaan siswa: Memberikan waktu bagi siswa untuk bertanya.
II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Gulo menyatakan strategi inkuiri berarti
Lebih terperinciMODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Dr. Syamsurizal PELATIHAN PEMBELAJARAN AKTIF DI UNIVERSITAS JAMBI 14 sd 17 NOPEMBER 2011 Usaha sadar seseorang untuk merubah tingkah laku, melaui interaksi dengan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian tujuan pendidikan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Banyak permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan untuk menghasilkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran PBL Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan.dalam konteks pembelajaran biologi masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan,
Lebih terperinciPEDOMAN TUTORIAL A. TUGAS PESERTA DISKUSI KELOMPOK (TUTORIAL)
PEDOMAN TUTORIAL A. TUGAS PESERTA DISKUSI KELOMPOK (TUTORIAL) 1. Tugas Dasar Tutor dalam Diskusi Kelompok a. Mendorong partisipasi aktif setiap anggota diskusi kelompok. b. Membantu ketua kelompok dalam
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)
7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas
Lebih terperinciMembangun Ketrampilan Memfasilitasi
Membangun Ketrampilan Memfasilitasi Fasilitasi menjelaskan proses membawa satu kelompok melalui cara pembelajaran, atau berubah dengan cara yang mendorong semua anggota kelompok tersebut, untuk berpartisipasi.
Lebih terperinciBAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR. bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual
1 BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Inkuiri Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin
Lebih terperinciKURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015
KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan pembelajaran berbasis
Lebih terperinciKETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN
KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam masyarakat modern, karena dapat membuat manusia
Lebih terperinciMenurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :
A. Pengertian Metode Inkuiri Inquiri berasal dari bahasa inggris inquiry, yang secara harafiah berarti penyelidikan. Piaget, dalam (E. Mulyasa, 2007 : 108) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode
Lebih terperinciInterpersonal Communication Skill
MODUL PERKULIAHAN Interpersonal Communication Skill Introduksi Umpan Balik dan Membujuk Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Komunikasi Bidang Studi Advertising and Marketing
Lebih terperinciKETERAMPILAN DASAR MENGAJAR. MODUL 7 Strategi Pembelajaran di SD
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR MODUL 7 Strategi Pembelajaran di SD Keterampilan Yang harus dukuasai 1. Bertanya 2. Memberi penguatan 3. Mengadakan variasi 4. Menjelaskan 5. Membuka dan menutup pelajaran 6.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPS merupakan suatu bidang kajian tentang masalah-masalah sosial dimana siswa dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai dalam kehidupan
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP
PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP Anita Fitriyanti Guru Mata Pelajaran IPA di SMP 1 Paliyan, Kab. Gunungkidul ABSTRAK Keberhasilan dalam pembelajaran
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar, berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Secara garis besar, berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Kemampuan berpikir dapat dilatihkan kepada siswa dengan mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada pengaruhnya, akibatnya. Menurut Peter Salim (Rakasiwi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
Lebih terperinciBPSL BLOK KOMUNIKASI 1 SEMESTER I TAHUN AKADEMIK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
BPSL KOMUNIKASI 1 SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2016-2017 BLOK 1.1.2 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 0 Modul 1 : Memulai Wawancara (Beginning an interview) Tanggal : 29 November 2016 Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja
II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Learning Cycle 5 Fase (LC5E) Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensikompetensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang diperlukan dalam pembelajaran matematik. Hal ini disebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berpikir reflektif matematis merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan dalam pembelajaran matematik. Hal ini disebabkan target pembelajaran
Lebih terperinciKAMUS KOMPETENSI. 1. Mendengarkan ucapan orang lain Berupaya mendengarkan ucapan atau perkataan orang lain dengan seksama.
KAMUS KOMPETENSI NO. KOMPETENSI DASAR PENGERTIAN TINGKAT KOMPETENSI 1. Berorientasi pada pelayanan Keinginan untuk membantu atau melayani orang lain guna memenuhi kebutuhan mereka, artinya selalu berusaha
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Inkuiri Menurut Sund, yang dikutip oleh Suryasubroto (1993), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry atau inquiry merupakan perluasan
Lebih terperinciPENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Pengertian Pembelajaran Kontekstual 1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kemampuan Komunikasi Matematika Komunikasi merupakan suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih, dan di dalamnya terdapat pertukaran informasi dalam rangka mencapai suatu
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian dilakukan di kelas 4 SD Negeri Ujung-Ujung 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2012/2013
Lebih terperinciDwi Ambarwati 1. PENDAHULUAN
TERSEDIA SECARA ONLINE http://journal2.um.ac.id/index.php /jpg/ JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi Tahun 22, No. 2, Juni 2017 Halaman: 76-84
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu menghasilkan kemampuan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pelaku, seperti yang dinyatakan Cooney, et al. berikut:...
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Beberapa ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Namun tidak setiap
Lebih terperinciLEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG
LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG PENILAIAN PRIBADI SANDIMAN DI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinci21/04/2006 Draft MODUL TEACHING LEARNING
PERUBAHAN PEMBELAJARAN DARI TEACHER CENTERED LEARNING MENJADI STUDENT CENTERED LEARNING MENGAPA HARUS MELAKUKAN PERUBAHAN PEMBELAJARAN? APAKAH DENGAN SISTIM PEMBELAJARAN YANG BIASA DILAKUKAN SUDAH DIANGGAP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi manusia. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu bersaing. Sumber
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning Teori yang melandasi Problem Based Learning adalah teori Vygotsky, Bruner dan Dewey. Teori Vgostky menjelaskan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Hasil belajar IPA siswa kelas II SD Negeri 2 Tlogorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan sebelum diadakan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendidikan juga di pandang sebagai sarana untuk menjadikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan seseorang yang berkualitas. Pendidikan juga di pandang sebagai sarana untuk menjadikan seseorang cerdas,
Lebih terperinciBAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bosan merupakan masalah yang selalu terjadi dimana-mana dan orang selalu berusaha menghilangkannya, bosan terjadi jika seseorang selalu melihat, merasakan, mengalami
Lebih terperinciIFA HANIFAH MISBACH, S.Psi, Psikolog UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
IFA HANIFAH MISBACH, S.Psi, Psikolog UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Interview merupakan salah satu alat ukur untuk memperoleh informasi antara dua orang yang dilakukan dengan cara dua arah di dalam melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mengajar adalah suatu usaha guru memimpin siswa kepada perubahan dalam arti kemajuan atau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang benar-benar
Lebih terperinciRumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih
memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal soal yang berkaitan dengan menghitung luas selimut tabung, kerucut dan bola, sehingga
Lebih terperinciPENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MENERAPKAN MODEL BELAJAR INQUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN I JATI TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Sri Utami, Peningkatan Prestasi Belajar IPA Menerapkan Model... 105 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MENERAPKAN MODEL BELAJAR INQUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN I JATI TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN PELAJARAN
Lebih terperinciDASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
DASAR FILOSOFI Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transformasi adalah setelah terjadi transfer pengetahuan itu dikembangkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran dilakukan dalam suatu aktivitas yang kita kenal dengan istilah mengajar. Pengajaran sangat dekat dengan istilah pedagogi. Pedagogi adalah seni atau ilmu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap atau prosedur ilmiah (Trianto, 2012: 137). Pembelajaran Ilmu
Lebih terperinciHannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan
1 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-7 SMP NEGERI 1 KREMBUNG SIDOARJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi, rata-rata hasil belajar IPA semester I kelas III SD Negeri Karangwotan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia
Lebih terperinciSITUASI SULIT SAAT MEMFASILITASI
SAAT MEMFASILITASI 1 81 1 82 BAB 4 Teknik Menangani Situasi Sulit Saat Memfasilitasi Bayangkan situasi sulit apa yang bisa dihadapi seorang fasilitator infomobilisasi saat mengelola kegiatan kelompok atau
Lebih terperinciPenggunaan Metode Inquiri Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Apal
Penggunaan Metode Inquiri Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Apal Arekson Tola, Bonifasius Saneba, dan Anthonius Polimbong Mahasiswa Program Guru Dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Jumlah siswa kelas 4 pada SDN
Lebih terperinciLEMMA VOL I NO. 2, MEI 2015
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPS SMA Tamansiswa Padang dengan Penggunaan Pendekatan Kontekstual Berbasis Tugas yang Menantang (Challenging Task) Fauziah Dosen Universitas Bung Hatta
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilakukan di STIKES Surya Global, pada mahasiswa semester 6 pada tanggal 18-19 Mei 2016. Jumlah sample dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berinteraksi sosial bahasa merupakan media yang sangat dominan di dalam kehidupan manusia. Manusia memberdayakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas pendidikan baik pendidikan formal, informal maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang peranan penting. Suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan dalam teknologinya, jika pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Rasa percaya diri merupakan salah satu diantara aspek-aspek kepribadian
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rasa percaya diri merupakan salah satu diantara aspek-aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia. Rasa percaya diri sangat membantu manusia dalam perkembangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti berhasil guna. Efektivitas berhubungan
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI
STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemecahan masalah matematis merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki siswa. Pengembangan kemampuan ini menjadi fokus penting dalam pembelajaran matematika
Lebih terperinciMETODOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
METODOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA Disampaikan pada kunjungan guru-guru SD Wilayah Binaan III Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat di FMIPA UNY, pada Sabtu, 4 Januari 2003 Oleh : Drs. Marsigit MA Jurusan
Lebih terperinciPROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING
PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING Proses-proses konseling meliputi tahap awal, tahap pertengahan (tahap kerja), tahap akhir. Teknik-teknik konseling meliputi ragam teknik konseling, penguasaan teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu keaktifan pribadi manusia yang. mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Berpikir juga merupakan suatu kegiatan mental
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dari aspek pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa SMA dalam Kurikulum 2013. Kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuatan keputusan dengan cepat dan tepat waktu (frinaldi dan embi, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberanian diartikan sebagai sifat yang berani menanggung resiko dalam pembuatan keputusan dengan cepat dan tepat waktu (frinaldi dan embi, 2011). Sifat keberanian seseorang
Lebih terperinciPaket 1. Pengamatan terhadap guru SD Islam Al-Azhar Cianjur. Kompetensi yang dinilai: Kompetensi 1 dan 5
Paket 1 Pengamatan terhadap guru SD Islam Al-Azhar Cianjur Kompetensi yang dinilai: Kompetensi 1 dan 5 Segmen 1 (menit ke 00.00 - menit ke 04.35) Segmen 2 (menit ke 04.35 - menit ke 10.26) Segmen 3 (menit
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil penelitian, mengenai kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik siswa melalui pembelajaran
Lebih terperinci1 2 http://creativegapminding.com 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 MODUL 4 COACHING UNTUK MENGEMBANGKAN ORANG A. SUB POKOK BAHASAN - Arti, Tujuan dan Penggunaan Coaching - Kompetensi Dasar
Lebih terperinciDuduk saling membelakangi, salah seorang berperan sebagai konseli berbicara dan konselor mendengarkan dengan perhatian Duduk berhadapan.
Gantina Komalasari Duduk saling membelakangi, salah seorang berperan sebagai konseli berbicara dan konselor mendengarkan dengan perhatian Duduk berhadapan. Konseli berbicara dan konselor tidak memberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi salah satu hal yang penting bagi setiap manusia. Melalui pendidikan seseorang dapat belajar mengenai banyak hal, mulai dari hal yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesimpulan (Hohenberg, 2010). Langkah-langkah metode ilmiah ini dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Penelitian Ilmuwan menemukan sains dengan menggunakan metode ilmiah (scientific method). Metode ini dimulai dari pengamatan terhadap suatu fenomena, merumuskan permasalahan,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan
Lebih terperinci2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) yang selama ini berlangsung di Sekolah Dasar lebih menekankan pada pembelajaran yang bersifat ekspositori. Dimana siswa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Meningkatan hasil belajar bagi siswa yang kurang mampu dalam memahami mata pelajaran biologi merupakan penelitian tindakan kelas yang direncanakan pelaksanaannya
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII SMP PGRI SUDIMORO, KABUPATEN PACITAN TAHUN AJARAN 2014/2015 Endah Dwi Nur Qori ah dan Dwi Avita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang dibutuhkan oleh setiap individu. Sejak lahir, setiap individu sudah membutuhkan layanan pendidikan. Secara formal, layanan pendidikan
Lebih terperinciApa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL
Apa itu CTL? Mengapa harus CTL Pendekatan CTL merupakan Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
Lebih terperinci