BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografiis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1Kondisi Geografis Dilihat dari letak geografis Kabupaten Halmahera Timur berada disebelah Timur Pulau Halmahera dan terletak antara Lintang Utara dan Bujur Timu, dengan luas wilayah Km2 yang terdiri dari luas daratan km 2 dan luas lautan Km 2. Kabupaten Halmahera Timur merupakan daerah pantai karena kurang lebih 80% desa berada di daerah pantai sedangakan 20% lainnya beada di daerah pegunungan. Secara administrafif Kabupaten Halmahera Timur berbatasan dengan: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Utara b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Tengah c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Tidore Kepulauan d. Sebelah Timur berbatasan dengan laut Halmaheran dan Samudera Pasifik Kondisi Fisik Wilayah Hidrologi Kondisi hidrologi khususnya kondisi air tanah dan air permukaan di Kabupaten Halmahera Timur sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan curah hujan serta keberadaan Sungai, Mata Air, Daerah Aliran Sungai dan Embung dengan akuifer berskala kecil sampai yang berskala besar. Yaitu antara akuifer 200 Sampai dengan akuifer 825. Selain itu juga terdapat berbagai mata air dengan debet air yang berfariasi antara 0,1 sampai dengan 500 liter per detik. Kondisi air tanah di Kabupaten Halmahera Timur secara umum dapat dilihat sebagai berikut: a. Air tanah bebas, kondisi ini dapat ditemukan pada sumur-sumur penduduk, muka air tanah berkisar antara 2-3 meter di bawah muka tanah setempat dengan kualitas yang sangat beragam. Hal ini di pengaruhi oleh kondisi tanah. di wilayah yang kondisi tanah berawah, kondisi air tanahnya kurang baik dan tidak dapat dikonsumsi pada umumnya terdapat pada wilayah Kota Maba, Kecamatan Maba, dan Kecamatan Maba selatan sedangkan pada kondisi tanah yang baik, kondisi air tanahnya cukup baik dan dapat di manfaatkan sebagai sumber air terdapat di Kecamatan wasile, wasile Timur, wasile Selatan, Wasile Tengah,Maba Utara dan Maba Tengah. b. Mata air adalah air tanah yang keluar ke permukaan tanah karena akuifer terpotong oleh topografi. Mata air ini ditemukan pada batas antara pelapukan tanah dengan bantuan dasar. Beberapa mata air ini terdapat di Mata air Lolos Manidi Kecamatan Kota Maba dan mata air tujuh bidadari di kecamatan Wasile. c. Kota Maba sebagai Ibu Kota Kabupaten Halmahera Timur termasuk Daerah Aliran Sungai atau DAS karena ditengah wilayah kota Maba terdapat aliran sungai Kimalaha yang berada antar desa Sangaji dan Desa Soagimalaha. 9

2 Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Halmahera Timur No Nama Sungai Luas DAS (KM 2 ) 1 Ake Akelamo Air Onat Air sangaji Ake Waci Ake koke Air Dodaga Ake Noe Kimalaha 223 Sumber: Bapeda Kab. Halmahera Timur, 2013 Dari tabel DAS diatas menunjukan bahwa sungai Kimalaha yang terletak ditengah Kota Maba dengan luas 223 km 2 dan sungai Air Sanggaji di Kecamatan Maba dengan luas 824 km 2. merupakan potensi rawan banjir di wilayah kota Mabaan dan Maba berpeluang sangat besar jika tidak dilakukan penataan lingkungan yang baik khususnya didaerah Aliran sungan. 10

3 PETA DAERAH ALIRAN SUNGAI KAB. HALMAHERA TIMUR 9

4 Dari Peta Daerah Aliran Sungai diatas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa Daerah Aliran Sungai yang bermuarah langsung pada permukiman warga yaitu antara lain DAS Sangaji dan DAS Kimalaha yang melintas di tengah tengah kota Maba, DAS Waci di Kecamatan Maba Selatan yang melitas ditengah desa Waci dan desa Peteley, DAS Subaim di Kecamatan Wasile melintasi desa Subaim dan beberapa desa sekitarnya, DAS Ake lamo di Kecamatan Maba Utara juga melintasi dibeberapa desa yang ada diwilayah tersebut, dan DAS Onat yang melitasi beberapa desa di Kecamatan maba Tengah. Kondisi Topografi Kondisi topografi Kabupaten Halmahera Timur pada umumnya dan kawasan perkotaan Maba berada pada lahan yang cukup luas dengan kemiringan lereng hanya mencapai 15 % dengan luas Ha atau hampir 13% dari luas wilayah keseluruhan Kabupaten Halmahera Timur kurang lebih Ha. Kondisi yang ada sangat memungkikan untuk pengembangan pembangunan kawasan kota Maba, serta kawsan pedesaan. Dari luas wilayah tersebut diatas, baru kurang lebih 80,169 Ha yang merupakan kawasan ruang terbangun atau 12,32 persen, yang sisanya merupakan kawasan belum terbangun. Wilayah Dengan Topografi Berada Dibawa Muka Air Laut. Topografi wilayah di Kabupaten Halmahera Timur bervariasi dari berombak, berbukit, bergelombang hingga bergunung dengan kemiringan bervariasi dari 0% hingga lebih dari 40%. Disepanjang pantai Teluk Kao dari Desa Hatetabako Kecamatan Wasile Selatan hingga ujung Desa Nusa Ambu kemiringan lahannya antara 0% hingga 2%. selain itu di Wilayah Buli, Kecamatan Kota Maba dan Maba Selatan kondisi kemiringan lereng di pesisir pantai sebagian besarnya berkisar 0-15%, dengan ketinggian rata-rata 0-5 meter dari permukaan air laut. Dari data diatas, dapat dikategorikan bahwa sebagian besar wilayah yang memiliki ketinggian antara 0-5 dan yang mempunyai elevasi 0-2%, merupakan daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut (rob). Wilayah yang di pengaruhi oleh pasang surut (Rob) di Kabupaten Halmahera Timur adalah Kecamatan Kota Maba, Maba selatan, dan Kecamatan wasile. Klimatologi. Wilayah Kabupaten Halmahera Timur beriklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan, curah hujan rata-rata 2500 mm pertahun dengan kelembaban udara antara 74,0% pada bulan september dan 84,0% terjadi pada bulan Januari sampai dengan bulan Agustus, sedangkan tempratur udara antara C. curah hujan hampir merata disemua wilayah di Kabupaten Halmahera Timur dengan intensitas curah hujan yang tergolong sangat tinggi terjadi pada bulan Desember, januari, Pebruari, Maret, April dan Bulan Mei. Berikut tabel Kilimatologi dan Curah hujan di Kabupaten Halmahera Timur. 9

5 Grafik 2.1a Curah Hujan Grafik 2.1b Suhu Udara Administratif Kabupaten Halmahera Timur sebagai daerah otonom baru adalah bagian dari pemekaran Kabupaten induk Halmahera Tengah, Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 dengan ibu kota Kabupaten berada Di Kota Maba. Secara Administratif Kabupaten Halmahera Timur terdiri dari sepuluh Kecamatan yaitu Kecamatan Maba Selatan, Kecamatan Kota Maba, Kecamatan Maba, Kecamatan MabaTengah, Kecamatan Maba Utara, Kecamatan Wasile, Kecamatan wasile Selatan, Kecamatan Wasile Tengah, Kecamatan wasile Timur dan Kecamatan Wasile Utara dengan jumlah desa sebanyak102 desa dengan total jumlah penduduk sebanyak jiwa. Data tahun

6 Tabel 2.2 Nama Kecamatan, Jumlah Desa, dan Luas Wilayah KECAMATAN Jumlah Desa Administrasi Ha Luas Wilayah (%) thd total (Ha) Terbangun (%) thd total 1 Kec. Kota Maba % % 2 Kec. Maba % % 3 Kec. Maba Selatan % % 4 Kec. Maba Tengah % % 5 Kec. Maba Utara % % 6 Kec. Wasile Tengah % % 7 Kec. Wasile Utara % % 8 Kec. Wasile Timur % % 9 Kec. Wasile % % 10 Kec. Wasile Selatan % % jumlah % % Sumber: Halmahera Timur Dalam Angka, 2012 Berdasarkan tabel diatas bahwa dari 10 Kecamatan di Kabupaten Halmahera Timur, Kecamatan Wasile Selatan memiliki luas wilayah terbesar yaitu Ha. Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Wasile Timur dengan luas 3.18 Ha 11

7 PETA ORIENTASI WILAYAH KAB. HALMAHERA TIMUR 13

8 PETA ADMINISTRASI DAN ORIENTASI WILAYAH KAJIAN KAB. HALMAHERA TIMUR 14

9 Dari peta Alministrasi diatas dapat dilihat bahwa Kabupaten Halmahera Timur berada di daratan pulau Halmahera bagian timur secara Administrasi Kabupaten Halmahera Timur berbatasan dengan, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Utara, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kota Tidore Kepulauan, sebelah timur berbatasan dengan laut Halmaheran dan Samudera Pasifik. Dalam peta Administrasi ini juga sekaligus dicantumkan wilayah kajian Buku Butih yaitu Kecamatan Kota Maba, Kecamatan Maba, Kecamatan Wasile, dan Kecamatan Wasile Timur. 2.2 Demografi Data jumlah penduduk yang diterima dari Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Halmahera Timur tahun 2012, penduduk Kabupaten Halmahera Timur tercatat sebanyak jiwa,dengan ke padatan penduduk rata rata per kilometer sebanyak 11,93 jiwa per Km 2. Jika di bandingkan dengan daerah lain di Indonesia maka Halmahera Timur memiliki tingkat penyebaran penduduk yang masih sangat rendah dan tidak merata diseluruh wilayah, hal ini dapat dilihat dari rentang tingkat kepadatan penduduk dari satu kecamatan dengan kecamatan lainnya. Kepadatan penduduk per kecamatan dan tingkat kepadatannya jiwa per km 2 antara lain,. Kecamatan wasile Selatan jumlah penduduk sebanyak 11,674 jiwa dengan kepadatan 8,47 jiwa per km 2. Kecamatan Maba jiwa dengan tingkat kepadatan 25,38 jiwa per km 2 Kecamatan Wasile 9,458 Jiwa dengan tingkat kepadata 19,54 jiwa per km 2. Kecamatan Wasile Timur 9,208 dengan tingkat kepadatan 28,42 jiwa per km 2. Kecamatan Kota Maba jumlah penduduk dengan kepadatan penduduk 9,53 jiwa per km 2. kecamatan Wasile Utara jumlah penduduk kepadatan penduduk 6,48 jiwa per km 2 dan Kecamatan WasileTengah jumlah penduduk sebanyak jiwa, kepadatan penduduk 10,66 jiwa per km 2.. Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk 3-5 tahun terahir Sumber: Halmahera Timur Dalam Angka, 2012 Jika dilihat dari kepadatanya, Tabel diatas menunjukan bahwa ada empat kecamatan yang menjadi konsentrasi tempat tinggal penduduk yaitu di kecamatan Wasile Timur, Kecamatan Maba, Kecamatan Wasile Tengah, dan Kecamatan wasilei 15

10 Berdasarkan perhitungan analisis penduduk dengan menggunakan Rumus : geometrik serta memperhitungkan dinamika perkembangan penduduk setiap kecamatan, maka jumlah penduduk di Kabupaten Halmahera Timur diproyeksikan pada tahun 2014 adalah sebanyak jiwa, pada tahun 2016 adalah sebanyak jiwa, tahun 2020 sebanyak jiwa dan pada tahun 2025 sebanyak 116,899 jiwa Metoda Regresi Linier dalam perhitungan proyeksi jumlah penduduk adalah: Pn =(1 + r) dn Ket: Pn = Jumlah penduduk pada akir tahun priode Po= r = dn = Jumlah penduduk pada awal proyeksi Rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun Kurun waktu proyeksi 16

11 Tabel 2.4. Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun Sumber: Hasil Alanalisis Bappeda Kab. Haltim,

12 2.3 Keuangan dan Perekonomian daerah Kondisi Keuangan Daerah Pendapatan Asli Daerah Salah satu sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. PAD Kabupaten Halmahera Timur untuk periode tahun mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 42 %.pertahun. Namun demikian kontribusi terbesar untuk PAD masi tergantung pada dana perimbangan yaitu sebesar 79,79 persen per tahun. Dana Perimbangan Dalam kurun waktu pendapatan daerah yang bersumber dari Dana Perimbangan mengalami kenaikan rata-rata 35 persen. Kontribusinya terhadap total pendapatan daerah jauh lebih besar dibandingkan dengan PAD. Kontribusi Dana Perimbangan mencapai angka rata-rata 79,79 persen per tahun selama lima tahun terakhir, sementara PAD hanya penyumbang sebesar 10,91 persen, selebihnya bersumber dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah terdiri atas Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya. Realisasi pendapatan dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dalam kurun waktu menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan dengan rata-rata kenaika sebesar 9,30 %. Belanja Tidak Langsung Belanja tidak langsung diarahkan pada upaya pemenuhan belanja pegawai, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa, belanja bantuan Keuangan kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa dan belanja tidak terduga. Rata-rata pertumbuhan realisasi belanja tidak langsung pada periode , menunjukkan kenaikan sebesar 30 persen pertahun Belanja Langsung Belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal yaitu belanja yang diperuntukkan bagi pelaksanaan programprogram pembangunan dan mencerminkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD lingkup pemerintah Kabupaten Halmahera Timur. Realisasi belanja langsung dari 2009 s/d 2013 mengalami pertumbuhan yang positif dengan rincian untuk belanja pegawai rata-rata pertumbuhan sebesar 37persen, belanja barang 18

13 dan jasa dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 31 persen, sedangkan pada belanja modal turun rata rata pertumbuhan 36 persen Pendapatan Daerah dan Belanja Modal Sanitasi Pengalokasian anggaran APBD untuk kegiatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar sanitasi yaitu dari drainase, pengelolaan limbah rumah tangga dan persampahan di Kabupaten Halmahera Timur selama 5 tahun terakhir memiliki proporsi sebagai berikut. Tahun 2009, proporsi anggaran sanitasi terhadap belanja total APBD Kabupaten Halmahera Timur hanya berkisar di angka 3,57%. Begitu pula di tahun 2010 hanya berkisar pada angka 2,96 %. Pada tahun 2011 proporsinya di angka 2,15 %. Proporsi padatahun 2012 di angka 2,93 % dan pada tahun 2013 hanya mencapai angka 2,70% dari total belanja Sannitasi yang mendapat pengalokasian terbesar adalah di Dinas PU yaitu rata-rata diatas 90 % dari total penganggaran sanitasi untuk setiap tahunnya. Berikut tabel realisasi APBD Kabupaten Halmahera Timur untuk lima tahun terahir mulai dari tahun

14 Tabel 2.5 Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Halmahera Timur tahun Sumber: Realisasi APBD Haltim,

15 Tabel 2.6 Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Halmahera Timur Tahun Sumber: Realisasi APBD Haltim,

16 Tabel 2.7 Belanja Sanitasi per Kapita Kabupaten Halmahera Timur tahun No 1 Deskripsi Tahun Total Belanja Sanitasi 21,590,863,924 13,038,461,293 12,939,810,000 16,055,791,800 17,974,797,477 2 Jumlah Penduduk 72,647 74,976 76,883 79,603 81,932 Belanja Sanitasi 297, , , , ,388 Perkapita Sumber: Realisasi Haltim APBD Tahun Perekonomian Daerah Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran mengenai kemajuan pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu daerah sebagai dampak dari kebijakan pembangunan dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut didukung oleh laju pertumbuhan yang berasal dari berbagai sektor ekonomi, pertumbuihan ekonomi yang baik akan memberikan peluang bagi peningkatan pendapatan masyarakat Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai maka yang digunakan adalah data PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan dengan tahun dasar tahun PDRB Halmahera Timur atas dasar harga konstan terus mengalami kenaikan yaitu dari 219,563 miliar rupiah pada tahun 2008, meningkat menjadi 252,906 milyar rupiah pada tahun 2012 PDRB atas dasar harga konstan dari tahun ketahun mengindikasikan pertumbuhan ekonomi yang positif Yang dialami oleh suatu daerah. Selama lima tahun terakhir sejak tahun Halmahera Timur mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 7,40 persen. Pertumbuhan tertinggi tercatat pada tahun 2009 Sebesar 7,98 persen. Produktifitas ekonomi Halmahera Timur bertumpu pada beberapa sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap peningkatan PDRB yakni terdiri darai sektor pertanian sebesar 45 persen, kemudian sector pertambangan dan penggalian sebesar 24 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 13 persen dan diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 6 persen. PDRB perkapita Halmahera Timur diperoleh dengan membagi besaran PDRB dengan jumlah penduduk. Angka agregat Pendapatan perkapita Halmahera Timur atas dasar harga konstan pada tahun 2011 mencapai 3,320,000 rupiah dari pendapatan perkapita tahun 2008 yang hanya mencapai 2,960,000 Selanjutnya dapat dilihat pada tampilan table Peta Perekonomian Kabupaten Halmahera Timur pada Tabel 2.11 dibawah ini. 22

17 Tabel 2.8 Perekonomian Kabupaten Halmahera Timur No 1 2 Deskripsi PDRB Konstan (struktur perekonomian) (Rp) Pendapatan Perkapita Kabupaten (Rp) Tahun , , , ,906 2,960,000 3,030,000 3,090,000 3,320,000 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 7.4% 7.8% 8.2% 7.6% Sumber:PBS Kabupaten Halmahera timur Tata Ruang Wilayah Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Halmahera Timur meliputi, Kebijakan perencanaann ruang, pemanfaatan ruang, dan kebijakan pengendalian ruangyang terdiri dari: A. Kebijakan Perencanaan Ruang Kebijakan perencanaan ruang disusun dalam rangka mewujudkan perencanaan ruang yang berkelanjutan dan operasional, serta mengakomodasi paradigma baru dalam perencanaan. Kebijakan perencanaan ruang terdiri dari: 1. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang dilakukan dengan pendekatan partisipatif. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan rencana tata ruang sesuai dengan kaidah penataan ruang. 2. RTRW Kabupaten akan ditinjau kembali dan/atau disempurnakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dalam hal apabila RTRW Kabupaten tidak mampu mengakomodasikan dinamikan dan perkembangan yang disebabkan oleh factor eksternal maupuin internal, perobahan kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar, serta ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan/atau perobahan batas wilayah provinsi berdasarkan undang-undang. Kebijakan ini bertujuan untuk: 1. Mewujudkan sinkronisasi antara perencanaan ruang dengan perencanaan sektoral dan wilayah. 2. Mewujudkan keselarasan perencanaan ruang antara perencanaan ruang provinsi, dengan rencana ruang kabupaten yang berdekatan lokasinya. 3. RTRW Kabupaten perlu ditindaklanjutikedalam rencana yang lebih terperinci, dalam bentuk produk perencanaan selanjutnya seperti, RDTRK, RTRK,RTBL, dan lain sebagainya. 4. RTRW Kabupaten wajib menyelaraskan dengan subtansi RTRWP, sehingga terwujud keterpaduan dan keterkaitan perencanaan tata ruang antara Provinsi dan Kabupaten serta antar Kabupaten. 23

18 B. Kebijakan Pemanfaatan Ruang Kebijaka pengembangan wilayah bertujuan untuk meminimalisasi kesenjangan kesejahteraan masyarakat antar wilayah, dalam hal ini kesenjangan antar wilayah perkotaan dan pedesaaan. Kebijakan pengembangan wilayah Kabupaten Halmahera Timur terdiri dari: Wilayah Pengembangan Maba meliputi Kecamatan Kota Maba, Maba Selatan, dan kecamatan Maba dengan pusat pelayanan di kawasan Perkotaan Kota Maba. Wilayah Pengembangan Cemarajaya meliputi Kecamatan Wasile dan Wasile Timur dengan pusat pelayanan di Kawasan Perkotaan Cemarajaya. Wilayah Pengembangan Nusajaya meliputi Kecamatan Wasile Selatan dengan pusat pelayanan dikawasan perkotaan Nusajaya Wilayah Pengembangan Wayamli meliputi Kecamatan Maba Tengah dan Maba Utara dengan pusat pelayana di Kawasan Perkotaan Wayamli Wilayah Pengembangan Lolobata meliputi Kecamatan wasile Tengah dan wasile Utara dengan pusat pelayanan di kawasan Perkotaan Lolobata. Wilayah Pengembangan Loleba meliputi Kecamatan Wasile selatan dengan pusat pelayanan di kawasan Perkotaan Loleba. Keterkaitan fungsional antar wilayah pengembangan dan antar pusat-pusat pengembangan yang terbentuk dalam sistem Perkotaan Kabupaten Halmahera Timur yaitu meliputi: Kawasan Perkotaan Maba dan Kawasan Perkotaan Cemara Jaya diusulkan oleh Provinsi Maluku Utara sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berdasarkan RTRW Provinsi Maluku Utara yang semula adalah pusat kegiatan lokal. Kawasan Perkotaan Buli, Kawasan perkotaan Bicoli, kawasan Perkotaan wayamli,kawasan Perkotaan Dorosagu, Kawasan Perkotaan Labi-Labi, Kawasan Perkotaan Lolobata, kawasan Perkotaann Dodaga, Kawasan Perkotaan Nusa Jaya, dan kawasan Perkotaan Loleba sebagai Pusat Pelayanan kawasan (PPK). Maba Pura, Geltoli, Gotowasi, Miaf, Patlean, Waijoi, Wailukum, Tatam, Silalayang, Dakaino, dan Binagara merupakan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). 24

19 PETA RENCANA PUSAT LAYANAN KAB. HALMAHERA TIMUR 25

20 Dari Peta diatas menunjukan bahwa Rencana Pusat Layana sebagaimana diatur dalam RTRW khususnya pada Kebijakan pemanfaatan ruang yang bertujuan untuk meminimalisir kesenjangan tingkat kesejahteraan masyarakat antara wilayah pedesaan dan wilayah perkotaan. C. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang Kebijakan strategi pengembangan pola ruang meliputi kawasan lindung dan budidaya. Secara fisik Kawasan lindung dibedakan menjadi: 1. Kawasan Kehutanan a. Hutan konfensi, yaitu kawasan suska alam, pelestarian alam, taman baru b. Hutan Lindung, yaitu kawasan hutan lindung atau kawasan hutan lainnya yang mempunyai skor lebih besar dari Kawasan Non Hutan a. Kawasan resapan Air b. Kawasan sekitar Danau/Waduk c. Kawasan sekitar mata air d. Kawasan Terbuha hijau e. Sempadan pantai f. Sempadan sungai g. Kawasan caga budaya h. Kawasan rawan Bencana i. Kawasan perlindungan plasma nutfah j. Kawasan perkebunan yang masuk dalam criteria skor (kurang dari 125) dan/atau. k. Kawasan lain non hutan yang mempunyai skor lebih besar dari 125. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan merupakan komponen dalam penataan ruang baik yang dilakukan berdasarkan wilayah administratife, kegiatan kawasan, maupun nilai strategi kawasan yang termasuk dalam kawasan lindung adalah: 1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, antara lain kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air 2. Kawasan perlindungan setempat antara lain sepadan pantai, sepadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air 3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya antaralain, kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lain Sasaran pengendalian pemanfaatan ruang kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka margasatwa, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan 26

21 4. Kawasan rawan bencana alam antara lain, kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir 5. Kawasan lindung lainya, misalnya taman buru, cagar biosfer, kawasan perlindungan plasma nutfa, kawasan pengungsian satwa dan terumbu karang 27

22 PETA POLA RUANG KAB. HALMAHERA TIMUR 27

23 Peta Pola ruang dimaksudkan untuk menjelaskan penataan ruang berdasarkan fungsi utama kegiatan kawasan maupun nilai strategis kawasan yang dilakukan berdasarkan wilayah Administratif. D. Kebijakan Pengendalian Ruang Pengendalian pemanfaatan ruang bertujuan untuk menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Sasaran pengendalian pemanfaatan ruang adalah terminimalisasinya penyimpangan terhadap RTRW Kabupaten yang dilaksanakn melalui pengawasan dan penertiban. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan meliputi: Peraturan Zonasi pada dasarnya berisikan ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang. Ketentuanketentuan tersebut berkaitan dengan koefisen dasar ruang hijau, koefisen dasar bangunan, koefisen lantai bangunan, garis sempadan bangunan, penyediaan sarana dan prasarana, keselamatan penerbangan, pembangunan alat pemancar komunikasi, dean pembangunan listrik tegangan tinggi yang berkelanjutan. Dengan demikian peraturan zonasis merupakan unsrtumen yang berfungsi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang. Arah peraturan zonasis dalam RTRW Kabupaten Halmahera TImur diarahkan pada pengaturan pemanfaatan ruang dan pengaturan unsureunsur penghendakliannya yang disusun untuk setiap zona peruntukan ruang. Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Halmahera Timur peratutan zona ditetapkan dngan Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Timur. Prosedur Pelaksanaan Peraturan Zona Peraturan zona merupakan ketentuan tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya, dan disusun i untuk setiap Blok/zona peruntukan dimana penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang melengkapi rencana rinci tersebut menjadi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan subtansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan subblok pereuntukan. Penyusunan rencana rinci tersebut dimaksudkan sebagai operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar penetapan peraturan zonasi. Berdasarkan rencana rinci tata ruang yang telah disusun tersebut, kemudian disusun peraturan zonasi yang ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten. Peraturan daerah tentang aturan zonasi tersebut digunakan untuk pengendalian pemanfaatan ruang. 28

24 Peraturan zonasi hanya berlaku pada kawasan yang belum terbangun, untuk yang sudah terbangun terdapat beberapa alternative, dikenakan secara langsung, dikenakan pada saat akan melakukan rehabilitasi, atau diberi jangka waktu untuk menyesuaikan dengan rencana. Ketentuan pemanfaatan ruang ditetapkan pada pembangunan baru, peremajaan lingkungan, dan perbaikan lingkungan. E. Pola Ruang Kawasan Bencana Bedasarkan kondisi fisik wilayah dan analisis kerawanan bencana yang telah dilakukan, setidaknya terdapat 4 (empat) jenis bencana yang rawan terjadi di Kabupaten Halmahera Timur, yaitu: a. Gempa Bumi Kawasan rentan bencana gempa bumi berdasarkan peta rawan bencana alam Kabupaten Halmahera Timur relative sama, akan tetapi kawasan rentan bencana gempa bumi terfokus pada wilayah sekitar Kecamatan Wasile Utara, Maba Tengah dan Maba Utara. b. Tsunami Berdasarkan pada PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Kriteria untuk menentukan kawasan rawan bencana tsunami adalah kawasan pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami. Di Kawasa Timur Indonesia termasuk Halmahera pada umumnya ketinggian gelombang tsunami ratarata 10 meteran (Diposaptono S dan Budiman 2008). Kawasan rawan tsunami pada dasarnya berada disepanjang kawasan pantai Halmahera Timur. Akan tetapi untuk luasan yang agak besar terdapat di kawasan sekitar Maba, Wayamli, Akelamo Lolobata, Dodaga, Waijoi, loloba, dan Subaim. c. Tanah Longsor. Kawasan bencana Tanah Longsor berdasarkan data yang ada bahwa wilayah yang rentan terhadap bencana tanah longsor adalah wilayah sekitar Saramaake, Fayaul, Dorosagu, Dorolamo, Puao, dan Lolobata. d. Banjir. Kawasan rentan bencana banjir terdapat di dua kawasan yaitu, wilayah kota Maba dan Wasile Selatan. Sedangkan kawasan yang yang mempunyai potensi untuk mengalami bencana yang lebih dari satu adalah: 1. Kawasan rawan lingsor dan gempa bumi berada diperbukitan disekitar zona patahan lokal yang cukup intensif seperti di perbukitan sebelah barat Wayamli/ Watam, Dorolamo, Dorosagu, serta perbukitan disebelah Timur Iga, lolobata, serta disekitar Wasile. 2. Kawasan banjir dan Tsunami, berada diantara sekitar Maba, Wasile selatan, Wasile Tengah, dan disekitar Dodaga dan Selatan Parapara serta Minamin. 29

25 2.5 Sosial dan Budaya Peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui Sector pendidikan formal memegang peranan penting dalam pembangunan, pindidikan yang bermutu merupakan jaminan terbentuknya manusia yang handal dan berdaya saing. Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah adalah tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas. Dimana sumber daya tersebut tercipta melalui tingkat pendidikan yang memadai. Di Kabupaten Halmahera Timur saat ini jumlah sarana pendidikan sebanyak 134 gedung sekolah dengan komposisi Sekolah Dasar (SD/Sederajat) sebanyak 83 buah, Sekolah Menengah Pertama (SMP/Sederajat) sebanyak 35 buah, dan Sekolah Menengah Umum (SMU/Sederajat) sebanyak 16 buah, dengan jumlah murid kurang lebih murid. Tabel 2.9 Fasilitas Pendidikan yan Tersedia di Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2013 Jumlah Sarana Pendidikan No Kecamatan Umum Agama SD SMP SMA SMK MI MTs MA 1 Maba Selatan (-) Kota Maba (-) 1 (-) 3 Maba (-) 4 Maba Tengah (-) (-) Maba Utara (-) (-) Wasile Utara (-) (-) (-) (-) 7 Wasile Tengah (-) (-) (-) (-) 8 Wasile Timur Wasile (-) Wasile Selatan (-) Sumber: Halmahera Timur Dalam Angka Tahun 2012 Kemiskinan merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan minimum hidupnya. Standar kebutuhan huidup minimum suatu daerah dengan daerah lainya berbeda karena sangat tergantung pada kebiasaan, adat istiadat, letak geografis, serta kesediaan infra struktur pembangunan daerah yang dapat memberikan akses pelayanan terhadap penduduk di daerah tersebut.kebutuhan minimum tersebut meliputi kebutuhan untuk makan terutama energy kalori sehingga memungkinkan seseorang dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Secara ekonomis tingkat kemiskian yang ada pada suatu daerah merupakan salah satu indikator untuk melihat perkembangan tingkat kesejahteraan masyarat. Semakin berkurangnya tingkat kemiskinan pada masyarkat, maka dapat disimpulkan telah terjadi peningkatan tingkat kesejahteraan yang ada dalam masyarakat. 30

26 Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan di Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2013 Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK) Kec. Kota Maba 1.73 Kec. Maba 2251 Kec. Maba Selatan Kec. Maba Tengah 1154 Kec. Maba Utara 1639 Kec. Wasile Tengah 1999 Kec. Wasile Utara 979 Kec. Wasile Timur 1098 Kec. Wasile 2053 Kec. Wasile Selatan 2535 jumlah 13,711 Sumber: Bappeda Kab. Halmahera Timur, 2013 Tabel 2.11 Jumlah Rumah per Kecamatan Nama Kecamatan Jumlah Rumah Kota Maba 1,448 Maba 1,885 Maba Selatan 1,179 Maba Tengah 967 Maba Utara 1,373 Wasile Tengah 920 Wasile Utara 837 Wasile Timur 1,674 Wasile 172 Wasile Selatan 2,123 Jumlah `12,578 Sumber: Bappeda Halmahera Timur, 2013 Wilayah Kumuh Kawasan Perkotaan Kawasan Perkotaan Kota Maba merupakan daerah perkotaan yang baru berkembang, karena Kota Maba sebagai Ibu Kota Kabupaten Halmahera Timur baru berusia 10 tahun yang terbentuk sejak Pemekaran Kabupaten Halmahera Timur dari Kabupaten Induk Halmahera Tengah. Dengan baru berkembangnya kota Maba maka wilayah Kota Maba belum terdapat wilayah kumuh sebagai mana Kota kota besar lainya di Indonesia. 31

27 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 25 tahun 2007 tentang perobahan atas Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Organisasi dan tata Kerja Lembanga Teknis Daerah Kabupaten Halmahera Timur terdiri dari: 1. Sekretaris Daerah 2. Sekretaris DPRD 3. Sekretaris KPU 4. Dinas Perhubungan 5. Dinas Parawisata dan Kebudayaan 6. Dinas Kesehatan 7. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga 8. Dinas Kehutanan dan Perkebunan 9. Dinas Pekerjaan Umum 10. Dinas Pertambangan dan Energi 11 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 12. Dinas Perindustrian dan Perdagangan 13. Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah 14. Dinas Pertanian dan Petrnakan 15. Dinas Kelautan dan Perikanan 16. DinasKesejahteraan Sosial 17. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 18. Departemen Agama 19. Badan Lingkungan Hidup 20. Badan Koordinasi KB dan Pemberdayaan Perempuan 21. Badan kepegawayan Daerah 22. Badan Pusat Statistic 23. Badan Pertanahan Nasional (Perwakilan) 24. BPKKD 25. BAPPEDA 26. INSPEKTORAT 27. BPMD 28. Badan Kesbanglinmas 29 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 32

28 Gambar 2.2 Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan Sanitasi Mandat Tupoksi Langsung Sektor Sanitasi BAPPEDA - Bidang Fisik dan Prasarana DINAS PU DAN KIMPRASWIL - Bidangang Cipta Karya B L H Bidang Lingkungan Hidup BUPATI DINAS KESEHATAN - Bidang P2PL Mandat Tupoksi Tidak Langsung Sanitasi DPPKD Kabid Anggaran dan Pembendaharaan Asisten II Yang membidangi 33

29 Gambar. 2.3 Pola Organisasi Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur 34

MOMERANDUM PROGRAM SANITASI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR. BAB I Pendahuluan

MOMERANDUM PROGRAM SANITASI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR. BAB I Pendahuluan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Momerandum Program Sanitasi atau MPS adalah dokumen sanitasi yang disusun setelah Kabupaten/Kota selesai melakukan penyusunan dokumen Buku Putih dan Strategi Sanitasi

Lebih terperinci

Gambaran Umum Wilayah

Gambaran Umum Wilayah Bab 2: Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geogrfis, Administratif dan Kondisi Fisik Kabupaten Minahasa Selatan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan adalah Amurang,

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR, Menimbang : a. bahwa pembentukan desa adalah wujud tindak

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor 24

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat Undang-undang Nomor 24 Tahun

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Kabupaten Kepulauan Aru dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2003 dengan maksud mengoptimalkan penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH ` 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik 2.1.1 Letak Geografis merupakan salah satu dari 14 Kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan Timur dan merupakan hasil pemekaran

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha)

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha) B A B KONDISI GEOGRAFIS 3.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Sumedang terletak antara 6º44 70º83 Lintang Selatan dan 107º21 108º21 Bujur Timur, dengan Luas Wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari

Lebih terperinci

Gambaran Umum Wilayah`

Gambaran Umum Wilayah` Bab 2: Gambaran Umum Wilayah` 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Kabupaten Seram Bagian Timur merupakan kabupaten hasil pemekaran berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2003 Tanggal 18 Desember 2003

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administrasi, dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Sumatera Selatan yang secara geografis terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

19 Oktober Ema Umilia

19 Oktober Ema Umilia 19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL. PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber: LN 1997/96;

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 39 Tahun 1996 Tentang : Jenis Usaha Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

12. Tarigan, Robinson Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara : Jakarta. 13. Virtriana, Riantini. 2007, Analisis Korelasi Jumlah Penduduk

12. Tarigan, Robinson Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara : Jakarta. 13. Virtriana, Riantini. 2007, Analisis Korelasi Jumlah Penduduk DAFTAR PUSTAKA 1. Andries, Benjamin. 2007. Pengembangan Metode Penilaina Tanah dengan Mempertimbangkan Aspek Ekonomi, Sosial dan Lingkungan untuk Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai Fungsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011-2031 I. UMUM Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Sumatera Utara digunakan sebagai merupakan acuan dalam pelaksanaan pengendalian

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis 43 KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografis Provinsi Banten dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten. Wilayah Provinsi Banten berasal dari sebagian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang 4 TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang Ruang (space) dalam ilmu geografi didefinisikan sebagai seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfer, tempat hidup tumbuhan, hewan dan manusia (Jayadinata

Lebih terperinci

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab. LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR : 3 TAHUN 2012 TANGGAL : 11 SEPTEMBER 2012 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2011-2031 I. RENCANA STRUKTUR RUANG No Rencana

Lebih terperinci

Daftar Isi. KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii

Daftar Isi. KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii Daftar Isi KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii BAB. I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Dasar Hukum... I-1 1.2. Gambaran Umum Wilayah... I-2 1.2.1. Kondisi Geografis Daerah... I-2 1.2.2. Topografi...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

Lampiran I Peraturan Daerah Nomor : TAHUN 08 Tanggal : Januari 08 PEMERINTAH PROVINSI PAPUA RINGKASAN APBD Tahun Anggaran 08 NOMOR URUT URAIAN JUMLAH. PENDAPATAN.8..0.8,00 PENDAPATAN ASLI DAERAH.008.78..8,00..

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang No. 5, Agustus 2002 Warta Kebijakan C I F O R - C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

Kota Salatiga terletak antara Lintang Selatan dan antara , ,64 Bujur Timur.

Kota Salatiga terletak antara Lintang Selatan dan antara , ,64 Bujur Timur. BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH BUKU PUTIH SANITASI Gambaran Umum Wilayah menjelaskan kondisi umum Kota Salatiga yang mencakup: kondisi fisik, kependudukan, administratif, keuangan dan perekonomian daerah,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya laporan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas admistrasi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian tengah, di bagian selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian

Lebih terperinci