KOTA SE-JAWA TIMUR DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOTA SE-JAWA TIMUR DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)"

Transkripsi

1 KOTA SE-JAWA TIMUR DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

2

3 ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PELAYANAN KESEHATAN DI TIAP KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TIMUR DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Rizqiyanti Ramadany(1), Destri Susilaningrum (2) Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA ITS, (2)Dosen Jurusan Statistika FMIPA ITS (1)riz.rizqiii@gmail.com, (2)destri_s@statistika.its.ac.id (1) Abstrak Dalam upaya memaksimalkan pelayanan kesehatan, pemerintah kabupaten/kota harus mencapai target pelayanan. Kemampuan dasar dan pengelolaan sumber daya dapat mencerminkan tingkat efisiensi pelayanan kesehatan di kabupaten/kota tersebut. Metode yang biasa digunakan dalam pengukuran efisiensi suatu unit, salah satunya adalah metode Data Envelopment Analysis (DEA). Pada tugas akhir ini dilakukan analisis tingkat efisiensi pelayanan kesehatan di tiap kabupaten/kota se- Jawa Timur menggunakan metode DEACCR yang berorientasi input. Data yang digunakan adalah data jumlah kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap sebagai output serta data sumber daya kesehatan sebagai input. Data tersebut berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 38 kabupaten/kota, ada 18 kabupaten/kota yang sudah efisien dalam pelayanan kesehatan, akan tetapi sisanya belum efisien. Berdasarkan nilai efisiensi tersebut dipetakan secara visual daerah yang sudah dan tidak efisien agar pembuat kebijakan lebih mudah dalam melakukan tidakan terhadap kabupaten/kota di Jawa Timur yang tidak efisien dalam pelayanan kesehatan. Selain itu diproyeksikan daerah yang tidak efisien agar menjadi efisien. Hasil proyeksi menunjukkan bahwa sumber daya yang perlu dioptimalkan di tiap kabupaten/kota berbedabeda. Kata kunci: Data Envelopment Analysis (DEA), efisiensi, pelayanan kesehatan, Jawa Timur, DEA-CCR orientasi input Beberapa penelitian tentang DEA dalam bidang kesehatan sudah banyak dilakukan. Akan tetapi, pada umumnya penelitian tersebut dipusatkan pada kinerja antar rumah sakit, unit gawat darurat, maupun puskesmas. Budi (2010) melakukan studi kasus yang mengambil 29 puskesmas di Kabupaten Pati. Osei (2005) melakukan studi kasus di 17 Pusat Kesehatan Ghana. Selanjutnya penelitian Saputra (2004) mengambil studi kasus di Unit Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo, RS. Adi Husana Undaan, RKZ, RS Adi Husada Kapasari, RS Haji, dan RS Al Irsyad. Pada penelitian ini muncul permasalahan ingin mengetahui unit-unit kabupaten/kota di Jawa Timur yang efisien dan tidak efisien dalam pelayanan kesehatan. Tingkat efisiensi ini dicoba dianalisis dengan metode DEA. Melalui metode DEA, dengan mengetahui input dari unit yang tidak efisien, maka diharapkan dapat meningkatkan efisiensi secara berkesinambungan. Kabupaten/kota yang sudah memiliki pelayanan kesehatan efisien tidak efisien akan divisualisasikan dalam sebuah peta. Selain itu, untuk kabupaten/kota yang tidak efisien, akan dilakukan proyeksi perbaikan tehadap variabel input dan outputnya sehingga bisa menjadi efisien. 1. PENDAHULUAN Sejak diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan otonomi daerah, tiap daerah memiliki wewenang yang luas untuk mengatur daerah masing-masing. Pemerintah daerah harus berupaya untuk meningkatkan pelayanannya di segala bidang. Tidak terkecuali pada bidang kesehatan. Sumber daya yang memenuhi sangat diperlukan supaya dapat memberikan pelayanan yang maksimal. Dalam upaya memaksimalkan pelayanan tersebut, pemerintah kabupaten/kota harus mencapai target pelayanan. Kemampuan dasar dan pengelolaan sumber daya dapat mencerminkan tingkat efisiensi pelayanan kesehatan di kabupaten/kota tersebut. Metode Data Envelopment Analysis (DEA) digunakan dalam pengukuran efisiensi suatu unit. Kelebihan DEA adalah mampu mengakomodasi banyak input maupun output dalam banyak dimensi. Pengukuran efisiensi yang didapatkan pun lebih akurat. DEA telah diaplikasikan secara luas dalam evaluasi performance pada bidang kesehatan, pendidikan, perikanan, perbankan, production plan

4 dan lain-lain. 1 Manfaat yang ingin dicapai adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat dan memberikan masukan untuk pengambil kebijakan tentang kabupaten/kota di Jawa Timur yang sudah dan belum efisien dalam hal pelayanan kesehatan. Hal tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan rencana strategis untuk beberapa tahun selanjutnya. lebih rendah daripada tingkat penurunan untuk input 2.3 Data Envelopment Analysis (DEA) DEA merupakan pengembangan linier programming yang didasarkan pada pengukuran kinerja relatif dari suatu unit produksi berdasarkan beberapa rasio bobot dari output terhadap input untuk suatu DMU. Yang dimaksud DMU adalah sesuatu hal yang memiliki kesamaan karakteristik operasional, misalnya saja seperti unit pelayanan kesehatan, rumah sakit, bank, universitas, sekolah, dan lainlain. DEA pertama kali dikembangkan secara teoritik oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun DEA dikembangkan sebagai perluasan dari metode rasio teknik klasik untuk efisiensi. DEA menentukan rasio maksimal dari jumlah output yang diberi bobot terhadap jumlah input yang diberi bobot, dengan bobot yang ditentukan oleh model. Efisiensi relatif (θk) dari sebuah DMU diformulasikan sebagai berikut. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil Pelayanan Kesehatan Jawa Timur Pada Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2009 dituliskan bahwa pelayanan kesehatan tidak terlepas dari sumber daya kesehatan dan pasien yang mengunjungi sarana kesehatan. Sumber daya kesehatan meliputi halhal sebagai berikut. 1. Sarana kesehatan Yang termasuk dalam sarana kesehatan adalah Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Pos Kesehatan Desa (Poskendes), Desa Siaga, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Bersalin Desa (Polindes), Rumah Bersalin, dan Balai Pengobatan Klinik. 2. Tenaga kesehatan Tenaga kesehatan meliputi tenaga medis, perawat, bidan, farmasi, kesehatan masyarakat, gizi, keterapian fisik, serta teknisi medis. 3. Pembiayaan kesehatan Anggaran pemerintah untuk bidang kesehatan. 2.2 Konsep Efisiensi Efisiensi pada dasarnya adalah rasio antara output dan input. Farrel (1957) menyatakan bahwa efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja suatu organisasi. Efisiensi juga didefinisikan sebagai kesuksesan dalam mengakomodasi output semaksimal mungkin dari sejumlah input yang ada. Menurut Ozcan (2008) efisiensi dapat ditingkatkan dengan memperhatikan hal-hal yang tercantum sebagai berikut. a. Meningkatkan output b. Mengurangi input c. Jika kedua output dan input ditingkatkan, maka tingkat kenaikan untuk output harus lebih besar daripada tingkat kenaikan untuk input d. Jika kedua output dan input diturunkan, maka tingkat penurunan untuk output harus t k u r y kr r 1 m v i x ki i 1 (2.1) Keterangan: ur = bobot output r, r = 1,2,3,...,t vi = bobot input i, i = 1,2,3,...,m ykr = nilai dari

5 output suatu unit ke-k xki = nilai dari input suatu unit ke-k k = jenis DMU, k = 1, 2, 3,...,n 2.4 Model DEA-CCR (Charnes Cooper Rhodes) Model DEA-CCR merupakan bentuk original dari metode Data Envelopment Analysis yang dikembangkan pertama kali oleh Charner, Cooper, Rhodes (1978). Pada model DEA-CCR ini juga dikenal sebagai model CRS (Constant Return to Scale), yaitu suatu model yang berasumsi bahwa tiap DMU telah beroperasi secara optimal. Nilai efisiensi dari model DEA- CCR input-oriented didefinikan sebagai berikut: t m min k S i S r r i dengan kendala n j y jr ykr Sr 0, i = 1, 2,..., m j 2 n j x ji Si k xki j, Si, Sr 0 dilayani. Sedangkan variabel input berupa data sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, sarana kesehatan desa, sarana persalinan, balai pengobatan), tenaga kesehatan (dokter, asisten medis, dan tenaga kesehatan lain), dan anggaran pemerintah untuk kesehatan Pengelompokan variabel tenaga kesehatan yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian Budi (2010)., r = 1, 2,...,t j, j = 1, 2,..., n; k:objek yang diteliti (2.2) Pada dua model diatas, S i adalah variabel slack untuk input ke-i dan S r adalah variabel slack untuk output ke-r. adalah bilangan real dengan nilai positif yang sangat kecil. Nilai dalam DEA merupakan bilangan positif terkecil. Kehadiran dalam fungsi objektif tersebut, secara efektif mengijinkan untuk mengoptimasi θk terlebih dahulu sebelum variabel-variabel slacknya. Dengan demikian optimasi variabel-variabel slack tidak mempengaruhi hasil optimasi θk. DMU dikatakan efisien pada model (2.2) jika dan hanya jika θk =1, dan semua slacknya nol ( S i = Tabel 1 Variabel Penelitian No Nama Variabel 1 X1 Rumah Sakit (input) 6 X6 Dokter(input)

6 7 X7 Asisten Medis (input) 8 X8 Tenaga Kesehatan Lainnya(input) 9 X9 Biaya(input) 10 Y1 Pasien Rawat Jalan (output) 11 Y2 Pasien Rawat Inap (output) % pasien rawat inap di sarana kesehatan 2 X2 Puskesmas (input) 3 X3 Sarana Kesehatan Desa (input) 4 X4 y r S r 5 X5 (2.4) (Cooper, Seiford, Tone, 2007) yˆ r y r y r y r S y r r 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder tentang jumlah sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang diperoleh dari Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2009 serta data jumlah pasien rawat inap, rawat jalan, dan jumlah anggaran kesehatan berdasarkan APBD tiap kabupaten/kota tahun 2009 di Jawa Timur dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur.Unit penelitian adalah 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. % jumlah RS % jumlah puskesmas, puskesmas pembantu, dan puskesmas keliling % jumlah desa siaga, poskesdes, dan posyandu % jumlah polindes dan rumah sakit % jumlah balai pengobatan/klinik % jumlah dokter (dokter umum,gigi,spesalis) % jumlah bidan dan perawat % jumlah tenaga bidang kefarmasian, kesmas, ahli gizi, terapi medis, dan teknisi fisik % anggaran kesehatan terhadap total APBD % pasien rawat jalan di sarana kesehatan

7 0, S r = 0). 2.5 Peningkatan Efisiensi Model DEA-CCR Berdasarkan nilai efisiensi dan slack metode untuk meningkatkan nilai efisiensi DMU yang tidak efisien dapat dilakukan. Besar perbaikan input x i dan perbaikan output y r dapat dihitung dari: xi xi k xi S i (1 k ) xi S i Rumus untuk perbaikan nilai input dan nilai output yang disebut dengan CCR proyection yaitu: (2.3) xˆ i xi xi k xi S i xi Keterangan Sarana Persalinan (input) Balai Pengobatan (input) 3.3 Langkah Penelitian Secara garis besar, langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menentukan DMU, variabel input, dan output 2. Mengumpulkan data 3. Melakukan pengukuran efisiensi terhadap pelayanan kesehatan di kabupaten/kota sejawa Timur dengan DEA-CCR. 4. Membuat pemetaan kabupaten/kota di Jawa Timur berdasarkan status efisiensi pelayanan kesehatannya (efisien atau tidak efisien). 5. Melakukan proyeksi perbaikan kabupaten/ kota di Jawa Timur yang tidak efisien. 6. Menarik kesimpulan 3.2 Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel output dan variabel input. Variabel output berupa data jumlah pasien rawat inap dan pasien rawat jalan yang 3 Sarana Persalinan ada dua yaitu Polindes dan Rumah Bersalin. Polindes dibuat dalam rangka mendekatkan pelayanan kebidanan melalui penyediaan tempat pertolongan melahirkan. Polindes hanya ada di kabupaten. Sementara Rumah bersalin banyak terdapat di Kota. Pada Tahun 2009, jumlah Polindes di Jawa Timur sebanyak 5775 buah. Hal tersebut masih jauh di bawah jumlah bidan yang mencapai 6439 buah. Artinya belum semua bidan mempunyai Polindes. Sedangkan jumlah Rumah Bersalin hanya sebanyak 242 buah. Klinik atau balai pengobatan merupakan sarana kesehatan yang merupakan milik swasta. Pada tahun 2009, jumlah Klinik di Jawa Timur mencapai 843 buah. ada dua kabupaten/kota yang tidak memiliki klinik, yaitu Kabupaten Sampang dan Kota Mojokerto. Sedangkan daerah dengan jumlah klinik terbanyak adalah Kota Surabaya. Sumberdaya manusia merupakan penggerak utama dalam pelayanan kesehatan. Khususnya adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, perawat, bidan, tenaga farmasi, tenaga kesehatan masyarakat, ahli gizi, tenaga terapis fisik, dan teknisi medis. Jumlah total tenaga kesehatan di Jawa Timur tahun 2009 mencapai tenaga kesehatan. Rincian jumlah dan persentase tenaga kesehatan di Jawa Timur tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Indikator Pelayanan Kesehatan Indikator pelayanan kesehatan meliputi sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, sarana kesehatan desa, sarana persalinan, balai pengobatan), tenaga kesehatan (dokter, asisten medis, tenaga kesehatan lain), dan anggaran pemerintah untuk kesehatan. Provinsi Jawa Timur terdiri dari 29 Kabupaten dan 9 Kota. Pada tahun 2009, berdasarkan hasil proyeksi BPS Provinsi Jawa Timur, total jumlah penduduk Jawa Timur sebanyak jiwa. Tiap kabupaten/ kota di Jawa Timur memiliki jumlah penduduk yang beragam, oleh karena itu, pada penghitungan variabel input dan output digunakan data persentase variabel input dan output tersebut terhadap jumlah penduduk di tiap kabupaten/kota. Sarana pelayanan kesehatan dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Sebagian besar sarana pelayanan kesehatan dipersiapkan untuk menangani masyarakat yang akan berobat jalan. Akan tetapi ada beberapa sarana kesehatan yang dilengkapi berbagai fasilitas untuk dapat menangani kunjungan pasien rawat inap. Di Provinsi Jawa Timur, kunjungan rawat jalan mencapai 93% sedangkan kunjungan rawat inap hanya 7%. Hal tersebut disebabkan karena tidak semua sarana kesehatan menerima kunjungan pasien rawat inap.

8 Hanya Rumah Sakit, Puskesmas, sarana persalinan, dan klinik tertentu yang mempunyai fasilitas tersebut. Rumah Sakit (RS) merupakan sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang dapat menangani kunjungan pasien rawat jalan maupun rawat ini. Pada tahun 2009, ada sebanyak 287 RS di Jawa Timur. Meliputi 205 RS Umum, 3 RS Jiwa, 56 RS Bersalin, dan 23 RS khusus lainnya. Jumlah paling banyak adalah Kota Surabaya yaitu mencapai 48 RS. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis pelayanan kesehatan yang berada di wilayah kecamatan. Untuk melaksanakan tugasnya, ada yang dinamakan Puskesmas (terdiri dari Puskesmas Perawatan dan non Perawatan), Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling. Kota Surabaya memiliki jumlah Puskesmas terbanyak. Sedangkan Kabupaten Jember mempunyai Jumlah Puskesmas Pembantu terbanyak. Untuk Kabupaten dengan jumlah Puskesmas Keliling terbanyak adalah Kabupaten Ponorogo. Tabel 2 Jumlah dan Proporsi Tenaga Kesehatan di Jawa Timur Tahun 2009 No Kategori Medis Perawat Bidan Farmasi Kesehatan Masyarakat Gizi Keterapian Fisik Teknisi Medis Jumlah Jumlah % 16.17% 43.51% 23.87% 6.01% 4.25% 2.77% 0.54% 2.88% 100% Pembiayaan program dan kegiatan kesehatan tiap kabupaten/kota Jawa Timur diperoleh dari berbagai sumber. Diantaranya dari dana APBD tiap kabupaten/kota. persentase anggaran kesehatan terhadap APBD di tiap kabupaten/kota berbeda-beda. Kabupaten Banyuwangi memiliki persentase anggaran kesehatan terendah yaitu sebesar 2.54% dari total APBD kabupaten tersebut. Sedangkan Kota Blitar memiliki persentase terbesar, anggaran kesehatan di Kota Blitar 16.18% dari total APBD Kota Blitar. Persentase tersebut 4 berbeda-beda karena tergantung dari banyaknya penduduk, banyaknya sarana kesehatan serta tenaga kesehatan. Selain itu memang ada kabupaten/kota yang sedang fokus dalam pengembangan di bidang lainnya, seperti bidang pendidikan, atau pariwisata, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Madiun, dan Kota Batu. Kabupaten/kota yang tidak efisien dalam pelayanan kesehatan adalah kabupaten/kota dengan nilai efisiensi di bawah 100%, yaitu Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, Kediri Kota, dan Surabaya Kota. Peringkat kabupaten/kota berdasarkan persentase anggaran kesehatan terhadap total APBD tiap kabupaten/kota di Jawa Timur dari yang memiliki persentase anggaran yang terkecil hingga terbesar ditunjukkan di Tabel Perhitungan Efisiensi Pelayan Kesehatan Menggunakan DEA Analisis efisiensi yang digunakan adalah metode DEA-CCR dengan pendekatan yang berorientasi input. Maksud dari orientasi input adalah ingin diketahui tingkat penggunaan optimal suatu sumber daya pelayanan kesehatan. Model DEA-CCR digunakan untuk mencari nilai efisiensi teknis CRS (Constant Return to Scale) yang didefinisikan sebagai θk. Hasil pengukuran efisiensi pelayanan kesehatan 38 kabupaten/kota di Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 1.

9 Tabel 3 Peringkat Kabupaten/Kota di Jawa Timur Berdasarkan Peringkat Persentase Anggaran Kesehatan Terhadap Total APBD Tahun % % % % 51% 23.54% 92% 96.83% 59.17% 100% % % 100% 81.56% 72.64% 100% 73.88% 55.03% 100% 47.84% 100% 91.70% 56.90% Banyuwangi Batu (Kota) Malang (Kota) Malang Pasuruan (Kota) Probolinggo (Kota) Bojonegoro Jember Kediri Kediri (Kota) Pamekasan Blitar Bangkalan Surabaya (Kota) Probolinggo Sampang Jombang Mojokerto Situbondo Pacitan Ponorogo Gresik Tulungagung Magetan Madiun Trenggalek

10 5 100% Efisiensi 4 Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa dari 38 kabupaten/kota terdapat 18 kabupaten/kota yang efisien secara teknis dan 20 kabupaten/kota lainnya tidak efisien secara teknis. Terdapat 18 kabupaten/kota yang memiliki nilai efisiensi 100%. Kabupaten/kota yang efisien secara teknis antara lain Kabupaten Malang, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Magetan, Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Pasien Rawat Inap DMU 3 Gambar 1 Nilai Efisiensi Pelayanan Kesehatan 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun % 100% Pasien Rawat Jalan Peringkat dibuatlah pemetaan seperti pada Gambar 2. Pemetaan ditujukan agar pembuat kebijakan lebih mudah dalam melakukan tidakan terhadap kabupaten/kota di Jawa Timur yang tidak efisien dalam pelayanan kesehatan. Tabel 3 Lanjutan Peringkat DMU Efisiensi 27 Bondowoso Mojokerto (Kota) Sumenep Madiun (Kota) Ngawi Lumajang Nganjuk Pasuruan Sidoarjo Lamongan Tuban Blitar (Kota) 100% Pasien Rawat Jalan % 48.09

11 % % % 68.81% 100% 100% 100% 83.42% 62.75% 100% Pasien Rawat Inap TU B A N SU M E NE P SA M PA N G G R ES IK B A NG K AL A N LA M O N G A N B O JON E G O R O PA M E KA SA N S U R A B A Y A ( K OT A ) NG A W I M O JO K E R T O (K OT A ) SID O A R J O J OM B A N G M AD I UN M OJ O K E R T O NG A N J UK M A D I U N ( KO T A ) PA SU R U A N (K OT A ) M AG E T A N PA SU R U A N PR O B O L IN G G O ( K OT A ) K E D IR I ( K O T A ) B A TU ( KO T A ) PR O B O L IN G G O PO N O R OG O KE D IR I M AL A N G ( KO T A ) B LI T A R ( K O T A) LU M A J A NG TU L U N G A G UN G PA C I TA N TR E NG G A LE K B LI T A R M AL A N G S IT U B O N D O B O ND O W O SO JE M B E R

12 B A NY U W A N G I Tidak efisien Efisien Gambar 2 Pemetaan Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Tingkat Efisiensi Pelayanan Kesehatan Tahun 2009 Pemeringkatan pada Tabel 3 berdasarkan kabupaten/kota di Jawa Timur berdasarkan persentase anggaran kesehatan terhadap total APBD yang terkecil hingga terbesar. Peringkat pertama sampai keenam menunjukkan bahwa kabupaten/kota efisien dalam pelayanan kesehatan dengan memiliki anggaran kesehatan kecil yaitu Kabupaten Banyuwangi, Kota Batu, Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Pasuruan, dan Kota Probolinggo. Akan tetapi pada peringkat ketujuh yaitu Kabupaten Bojonegoro tidak efisien dalam pelayanan kesehatan. Dapat dilihat pada Tabel 4.2 bahwa Kabupaten Banyuwangi dengan anggaran kesehatan hanya 2.54% dari APBD mampu melayani pasien rawat jalan sebanyak 84.29% sedangkan Kabupaten Bojonegoro dengan anggaran kesehatan sebesar 4.36% dari APBD hanya mampu melayani pasien rawat jalan sebanyak 55.13% saja jumlah penduduk yang ada. 4.4 Proyeksi DEA-CCR Orientasi Input Efisien secara teknis berasumsi bahwa semua sumber daya dalam pelayanan kesehatan digunakan secara optimal. Pada penelitian ini digunakan metode optimasi orientasi input. Suatu DMU dikatakan efisien secara teknis pada model jika θk=1 dan semua slacknya nol ( S i = 0, S r = 0). Nilai slack digunakan untuk proyeksi perbaikan variabel input dan variabel output penyebab tidak efisiennya suatu pelayanan kesehatan. Peningkatan efisiensi pada kabupaten/ kota dilakukan dengan cara proyeksi menggunakan model DEA-CCR orientasi input. Hasil proyeksi didapatkan dengan melibatkan nilai input dan output, nilai efisiensi, slack input, slack output. Perhitungan proyeksi menggunakan persamaan 2.3 dan 2.4. Persamaan tersebut digunakan untuk menghitung proyeksi dari variabel input dan output dari kabupaten/kota yang tidak efisien. Sesuai dengan tujuan dari model DEA-CCR orientasi input adalah untuk mengetahui batas optimal penggunaan sumber daya yang menjadi indikator pelayanan kesehatan. Data yang digunakan untuk analisis adalah data persentase. Akan tetapi setelah didapatkan proyeksi variabel input dan output, maka dikembalikan pada data asli dari masing-masing variabel output dan input. 4.3 Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Berdasarkan Efisiensi Pelayanan Kesehatan Análisis efisiensi pelayanan kesehatan tiap kabupaten/kota di Jawa Timur menunjukkan bahwa terdapat 18 kabupaten/kota yang sudah efisien. Sedangkan 20 kabupaten/kota lainnya tidak efisien. Berdasarkan status efisiensi tersebut, maka dilakukan pemetaan untuk visualisasi kabupaten/kota mana sajakah yang sudah efisien dan belum efisien. Maka. 6 Hasil proyeksi variabel input dan output dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Data Asli dan Hasil Proyeksi Variabel Indikator Pelayanan Kesehatan dengan Metode CCR-I DMU Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Lumajang Jember Probolinggo Mojokerto Jombang Madiun Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Pamekasan Sumenep Kediri (Kota) Surabaya (Kota) Data Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi Asli Proyeksi

13 X X X X X X X X X Y Y Tabel 4 merupakan hasil proyeksi input dan output ke daerah efisien pada kabupaten/ kota yang tidak efisien dengan menggunakan DEA-CCR orientasi input. Pada Tabel 4 terlihat setiap input masing-masing DMU mengalami pengurangan tergantung pada nilai efisiensi teknis dan nilai slack variabel input tersebut. Sedangkan perubahan outputnya hanya tergantung pada nilai slack variabel output. Misalkan saja Kabupaten Pacitan dikatakan efisien apabila bisa melayani pasien rawat jalan sejumlah dan pasien rawat inap sejumlah dengan satu RS, 40 Puskesmas, 643 Sarana Kesehatan Desa, 45 Sarana Persalinan, 3 Klinik, 35 Tenaga Medis, 210 Asisten Medis, 40 Tenaga Kesehatan Lainnya serta persentase anggaran kesehatan sebesar 3.86% dari total APBD Kabupaten Pacitan. Dari sembilan sumber daya kesehatan, yang paling perlu dioptimalkan karena berpengaruh besar dalam penyebab ketidakefisienan adalah jumlah Puskesmas(X2) disusul oleh jumlah tenaga kesehatan lainnya(x8). Begitu juga interpretasi untuk kabupaten/kota yang lain. Berdasarkan Tabel 4 maka dapat dianalisis untuk persentase penurunan input dan kenaikan output yang ditampilkan seperti pada Tabel 5. 7

14 Tabel 5 Persentase Penurunan Input dan Kenaikan Output dari DMU yang Tidak Efisien DMU Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Lumajang Jember Probolinggo Mojokerto Jombang Madiun Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Pamekasan Sumenep Kediri Kota Surabaya Kota X1 26% 64% 47% 73% 47% 91% 57% 71% 50% 52% 48% 20% 24% 58% 39% 17% 3% 27% 80% 61% X2 66% 48% 63% 52% 46% 90% 51% 66% 64% 33% 21% 25% 24% 54% 61% 53% 43% 57% 8% 39% X3 42% 45% 53% 52% 44% 86% 31% 69% 26% 33% 18% 8% 28% 46% 37% 19% 39% 56% 31% 72% X4 58% 62% 45% 67% 54% 91% 31% 49% 57% 59% 40% 34% 32% 73% 66% 65% 76% 64% 8% 25% Berdasarkan pada Tabel 5 dapat dilihat sumber daya apa saja yang paling mempengaruhi ketidak efisienan masingmasing DMU. Sumber daya tersebut adalah sumber daya yang mempunyai persentase penurunan paling besar dibanduingkan dengan sumber daya yang lain pada masingmasing DMU. a. Kabupaten Pacitan: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah Puskesmas. b. Kabupaten Ponorogo: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah klinik. c. Kabupaten Trenggalek: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah Puskesmas. d. Kabupaten Tulungagung: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah RS. e. Kabupaten Blitar: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah adalah persentase anggaran biaya kesehatan. f. Kabupaten Kediri: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah klinik. g. Kabupaten Lumajang: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah RS. X5 26% 75% 43% 60% 41% 92% 35% 75% 73% 31% 76% 22% 40% 12% 66% 86% 3% 58% 65% 87% 8 X6 57% 45% 43% 52% 41% 76% 44% 61% 13% 46% 24% 8% 40% 60% 37% 21% 53% 27% 8% 81% X7 58% 53% 43% 58% 52% 85% 31% 61% 33% 48% 18% 30% 48% 59% 40% 44% 55% 69% 63% 25% X8 65% 45% 44% 52% 41% 76% 46% 49% 41% 27% 18% 8% 69% 12% 37% 17% 63% 35% 60% 25% X9 26% 45% 61% 57% 54% 88% 50% 74% 23% 52% 22% 15% 28% 39% 71% 48% 32% 56% 17% 26% Y1 0% 0% 71% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% Y2 11% 0% 0% 0% 24% 43% 308% 0% 29% 0% 0% 49% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 1664% 35% h. Kabupaten Jember: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah klinik. i. Kabupaten Probolinggo: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah klinik. j. Kabupaten Mojokerto: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana persalinan. k. Kabupaten Jombang: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah klinik. l. Kabupaten Madiun: sumber daya yang paling mempengaruhi

15 ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana persalinan. m. Kabupaten Ngawi: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah tenaga kesehatan. n. Kabupaten Bojonegoro: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana persalinan. o. Kabupaten Tuban: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah persentase anggaran biaya kesehatan. p. Kabupaten Lamongan: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah klinik. q. Kabupaten Pamekasan: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana persalinan. r. Kabupaten Sumenep: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah asisten medis. s. Kota Kediri: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah RS. t. Kota Surabaya: sumber daya yang paling mempengaruhi ketidakefisienan pelayanan kesehatan adalah jumlah klinik KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap 38 Kabupaten/Kota, kesimpulan yang dapat diambil antara lain : 1. Ada 18 kabupaten/kota yang memiliki kinerja efisien untuk pelayanan kesehatan pada model DEA-CCR yaitu Kabupaten Malang, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Magetan, Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Madiun, dan Kota Batu. Artinya kabupaten/kota tersebut dapat secara optimal memanfaatkan sumber daya kesehatan dan dapat menangani kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap dengan optimal. Sedangkan 20 kabupaten/kota yang lain tidak efisien dalam pelayanan kesehatan. Artinya kabupaten/kota tersebut belum dapat secara optimal memanfaatkan sumber daya kesehatan dan dapat menangani kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap dengan optimal. 2. Pemetaan kabupaten/kota di Jawa Timur berdasarkan tingkat efisiensi pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa ada 18 kabupaten/kota yang termasuk kategori efisien dan 20 kabupaten/kota yang tidak efisien. 3. Proyeksi perbaikan pada tiap kabupaten/ kota yang tidak efisien menjadi efisien dengan model CCR orientasi input umumnya perlu dilakukan perubahan pada semua variabel pelayanan kesehatan. Akan tetapi yang paling utama untuk diperbaiki dari tiap kabupaten/kota adalah sebagai berikut. - Kabupaten Pacitan : variabel Puskesmas. - Kabupaten Ponorogo : variabel klinik Kabupaten Trenggalek : variabel Puskesmas Kabupaten Tulungagung: variabel RS Kabupaten Blitar : variabel biaya Kabupaten Kediri : variabel klinik Kabupaten Lumajang: variabel RS Kabupaten Jember: variabel klinik Kabupaten Probolinggo: variabel klinik Kabupaten Mojokerto: variabel sarana persalinan Kabupaten Jombang: variabel klinik Kabupaten Madiun: variabel sarana persalinan Kabupaten Ngawi: variabel tenaga kesehatan lainnya Kabupaten Bojonegoro: variabel sarana persalinan Kabupaten Tuban: variabel biaya Kabupaten Lamongan: variabel klinik Kabupaten Pamekasan: variabel sarana persalinan Kabupaten Sumenep: variabel asisten medis Kota Kediri: variabel RS Kota Surabaya: variabel klinik 8. DAFTAR PUSTAKA Budi, D.S Efisiensi Relatif PuskesmasPuskesmas di Kabupaten Pati Tahun 2009[tesis]. Jakarta: Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Charnes, A., Cooper, W.W., and Rhodes, E Measuring the Efficiency of Decision Making Units. European Journal of Operation Research, Vol. 2, pp Cooper,W.W., Seiford, L.M., Tone, K A Comprehensive Text with Models, Aplication, References, and DEASolver-Software. London: Kluwer

16 Academic Publisher. Dinas Kesehatan Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Surabaya. Farrel, M.J The Measurement of Productive Efficiency. Journal of The Royal Statistical Society, Series A, CXX, Part 3, Osei, D Technical Efficiency of Public District Hospital and Health Centres in Ghana. BioMed Central Ltd.. Ozcan, Y.A Health Care Benchmarking and Performance Evaluation. New York: Springer. 9 Ramanathan, R An Introduciton To Data Envelopment Analysis: A Tool For Performance Measurement. New Delhi: Sage Publications. Saputra, D Penerapan Data Envelopment Analysis (DEA) untuk Membandingkan Efisiensi Unit Gawat Darurat (UGD) [skripsi]. Surabaya: Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember 10

17

Analisis Efisiensi Pelayanan Kesehatan di Kabupaten/Kota se-jawa Timur dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

Analisis Efisiensi Pelayanan Kesehatan di Kabupaten/Kota se-jawa Timur dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Analisis Efisiensi Pelayanan Kesehatan di Kabupaten/Kota se-jawa Timur dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) RIZQIYANTI RAMADANY 1308 100 034 Dosen Pembimbing: Dra. DESTRI SUSILANINGRUM, M.Si Seminar

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

P E N U T U P P E N U T U P

P E N U T U P P E N U T U P P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

Pengukuran Tingkat Efisiensi Pelayanan Unit Hemodialisis di Rumah Sakit H1 dan H2 dengan Data Envelopment Analysis (DEA)

Pengukuran Tingkat Efisiensi Pelayanan Unit Hemodialisis di Rumah Sakit H1 dan H2 dengan Data Envelopment Analysis (DEA) JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-219 Pengukuran Tingkat Efisiensi Pelayanan Unit Hemodialisis di Rumah Sakit H1 dan H2 dengan Data Envelopment Analysis (DEA) Riza

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia

Lebih terperinci

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 \ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL

Lebih terperinci

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG TIM PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA INVESTASI NON PMDN / PMA PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari

Lebih terperinci

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 ) LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan. tentang rumah sakit, fungsi rumah sakit adalah:

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan. tentang rumah sakit, fungsi rumah sakit adalah: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit umum tidak lain mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I 1 DERAJAT KESEHATAN (AHH, AKB DAN AKI) 2 STATUS GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA 3 JUMLAH RUMAH SAKIT BERDASARKAN KEPEMILIKAN DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi 29 kabupaten dan 9 kota. Peta wilayah disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

Lebih terperinci

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROP. JAWA TIMUR DINKES PROPINSI JATIM

KETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROP. JAWA TIMUR DINKES PROPINSI JATIM KETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROP. JAWA TIMUR DINKES PROPINSI JATIM KETERSEDIAAN DATA PENGUMPULAN PENGOLAHAN DATA ANALISA DATA INTERPRETASI T U J U A N UMUM DIPEROLEHNYA GAMBARAN DAN INFORMASI

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

EVALUASI DUA TAHAP EFISIENSI CABANG BANK MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

EVALUASI DUA TAHAP EFISIENSI CABANG BANK MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) EVALUASI DUA TAHAP EFISIENSI CABANG BANK MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Oleh : Vivit Ninda Mayangsari (1207 100 030) Dosen Pembimbing: Drs. Sulistiyo,, MT 1 Latar Belakang Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA UNIT USAHA MENGGUNAKAN MODEL CCR (STUDI KASUS PADA APOTEK KIMIA FARMA SEMARANG) Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

ANALISIS KINERJA UNIT USAHA MENGGUNAKAN MODEL CCR (STUDI KASUS PADA APOTEK KIMIA FARMA SEMARANG) Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang ANALISIS KINERJA UNIT USAHA MENGGUNAKAN MODEL CCR (STUDI KASUS PADA APOTEK KIMIA FARMA SEMARANG) Laily Rahmania 1, Farikhin 2, Bayu Surarso 3 1,2,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR,

EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR, EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR, 2017 1 INDIKATOR KKP 2 INDIKATOR PROGRAM TAHUN 2017 NO INDIKATOR PROGRAM 2017 SASARAN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PERUSAHAAN FURNITURE DENGAN PENDEKATAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PERUSAHAAN FURNITURE DENGAN PENDEKATAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PERUSAHAAN FURNITURE DENGAN PENDEKATAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi Kasus pada CV. X) Skripsi Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Berikut dijelaskan tentang tugas pokok dan fungsi, profil, visi misi, dan keorganisasian Badan Ketahanan Pangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman kedelai adalah bijinya. Berdasarkan Sastrahidajat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA CABANG DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN BIROKRASI AKUNTABEL, EFEKTIF DAN EFISIEN

MEWUJUDKAN BIROKRASI AKUNTABEL, EFEKTIF DAN EFISIEN MEWUJUDKAN BIROKRASI AKUNTABEL, EFEKTIF DAN EFISIEN 1 3 S A S A R A N R E F O R M A S I B I R O K R A S I Pemerintah yang bersih, akuntabel, dan berkinerja tinggi Pemerintah yang efektif dan efisien Pemerintahan

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M. 16 JANUARI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDUDUK MISKIN DAN PENGELUARAN PERKAPITA MAKANAN DI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI NONPARAMETRIK BIRESPON SPLINE Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH Hitapriya Suprayitno 1) dan Ria Asih Aryani Soemitro 2) 1) Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil ITS, suprayitno.hita@gmail.com

Lebih terperinci

Pengukuran Tingkat Efisiensi Pelayanan Unit Hemodialisis di Rumah Sakit H1 dan H2 dengan Data Envelopment Analysis (DEA)

Pengukuran Tingkat Efisiensi Pelayanan Unit Hemodialisis di Rumah Sakit H1 dan H2 dengan Data Envelopment Analysis (DEA) JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (213) 2337-352 (231-928X Print) D-78 Pengukuran Tingkat Efisiensi Pelayanan Unit Hemodialisis di Rumah Sakit H1 dan H2 dengan Data Envelopment Analysis (DEA)

Lebih terperinci

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun 1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10

Lebih terperinci

CENTER OF GRAVITY MODEL PENENTUAN LOKASI SARANA KESEHATAN ILHAM AKHSANU RIDLO

CENTER OF GRAVITY MODEL PENENTUAN LOKASI SARANA KESEHATAN ILHAM AKHSANU RIDLO CENTER OF GRAVITY MODEL PENENTUAN LOKASI SARANA KESEHATAN ILHAM AKHSANU RIDLO 1 CENTER OF GRAVITY MODEL PENENTUAN LOKASI SARANA KESEHATAN Serial Paper Manajemen Penulis: Ilham Akhsanu Ridlo PHMovement

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 114 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah menerapkan penyelenggaraan Pemerintah daerah yang berdasarkan asas otonomi daerah. Pemerintah daerah memiliki hak untuk membuat kebijakannya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut

Lebih terperinci

1. Pendahuluan ANALISIS PENGARUH TINGKAT EFISIENSI TENAGA KESEHATAN TERHADAP ANGKA PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS (TB) PARU DI GORONTALO

1. Pendahuluan ANALISIS PENGARUH TINGKAT EFISIENSI TENAGA KESEHATAN TERHADAP ANGKA PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS (TB) PARU DI GORONTALO Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 ANALISIS PENGARUH TINGKAT EFISIENSI TENAGA KESEHATAN TERHADAP ANGKA PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS (TB) PARU DI GORONTALO 1 Kholis Ernawati, 2

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang

Lebih terperinci

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO 2 Penjelasan Umum Sensus Ekonomi 2016 Sensus Ekonomi merupakan kegiatan pendataan lengkap atas seluruh unit usaha/perusahaan (kecuali

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

64 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

64 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes PELATIHAN PERAWAT DAN KADER DALAM PENANGANAN PASUNG BERBASIS KOMUNITAS DI PROVINSI JAWA TIMUR Yuni Ramawati (Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga) ABSTRAK Provinsi Jawa Timur memiliki target

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

Muhammad Aqik Ardiansyah. Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Januari Dr. Setiawan, MS

Muhammad Aqik Ardiansyah. Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Januari Dr. Setiawan, MS Muhammad Aqik Ardiansyah Fatah Nurdin 1310 Hamsyah 030 076 1310 030 033 08 Januari 2014 PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA JURUSAN STATISTIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Seminar Hasil Tugas Akhir Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Mega Pradipta 1309100038 Pembimbing I : Dra. Madu Ratna, M.Si Pembimbing II

Lebih terperinci

KABUPATEN / NO ORGANISASI PERANGKAT DAERAH ALAMAT KANTOR KOTA. Dinas PMD Kab. Trenggalek

KABUPATEN / NO ORGANISASI PERANGKAT DAERAH ALAMAT KANTOR KOTA. Dinas PMD Kab. Trenggalek NO BAKORWIL MADIUN ALAMAT DINAS PMD KABUPATEN/ SE JAWA TIMUR 1 MADIUN - - 2 MADIUN Dinas PMD Kab. Madiun Jl. Mayjen Soengkono No. 42 Madiun Telp. (0351) 462270, 463577 3 MAGETAN Dinas PMD Kab. Magetan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu menunjukkan ketidak berhasilan dan adanya disparitas maupun terjadinya kesenjangan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak

Lebih terperinci

ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA

ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA IKO PUTRI TYASHENING 1311 030 013 Dosen Pembimbing : Dr Santi Wulan Purnami, MSi PENDAHULUAN PENDAHULUAN RUMUSAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG KOORDINATOR WILAYAH PENGAIRAN PADA DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN DAERAH PROPINSI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (NET) MINYAK TANAH Dl PANGKALAN MINYAK TANAH Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

Listyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal.

Listyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal. 149 DAFTAR PUSTAKA Amir, H. dan S. Nazara. 2005. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000: Analisis Input Output. Jurnal

Lebih terperinci

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN 2008-2012 PADA MASING-MASING DAS (BRANTAS, SOLO DAN SAMPEAN) No Kabupaten Luas Wilayah Lahan Kritis Luar Kawasan Hutan (Ha) Ket. (Ha)

Lebih terperinci

Peramalan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur

Peramalan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) D-65 Peramalan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur Retno Dyah Handini, Agus Suharsono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

8/7/2014. Sumber Data

8/7/2014. Sumber Data 8/7/2014 1 8/7/2014 2 Sumber Data 8/7/2014 3 Variabel Penelitian 8/7/2014 4 Diagram Alir Mendeskripsikan data Analisis Statistika Deskriptif Pemeriksaan Multiko antar Variabel Prediktor Ya Tidak Buang

Lebih terperinci

Peran BPJS Kesehatan dalam Integrasi System pada FKTP

Peran BPJS Kesehatan dalam Integrasi System pada FKTP Peran BPJS Kesehatan dalam Integrasi System pada FKTP Nama : EDY SURLIS, S. Komp, IT IL, AAAK Jabatan : Kepala Departemen Perencanaan, Evaluasi, Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko Kantor : BPJS Kesehatan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus konomi 2016 No. 35/05/35/Th. XV, 24 Mei 2017 BRTA RSM STATSTK BADAN PUSAT STATSTK PROVNS JAWA TMUR Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini mengembangkan model pengklasteran Pemerintah Daerah di Indonesia dengan mengambil sampel pada 30 Pemerintah Kota dan 91 Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Peningkatan Efisiensi

Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Peningkatan Efisiensi JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (0) ISSN: 0-97 Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Reza P. Adhi, Eko Budi Santoso Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini salah satunya karena Provinsi Jawa Timur menepati urutan pertama

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 159 TAHUN 1980

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 159 TAHUN 1980 GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 159 TAHUN 1980 TENTANG PEMBENTUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA CABANG

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas tentang pola penyebaran angka buta huruf (ABH) dan faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically Weighted Regression (GWR),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Pulau Jawa Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota di antaranya dari Kab Pacitan, Kab Ponorogo, Kab Trenggalek,

Lebih terperinci

Jumlah Penderita Baru Di Asean Tahun 2012

Jumlah Penderita Baru Di Asean Tahun 2012 PERINGATAN HARI KUSTA SEDUNIA TAHUN 214 Tema : Galang kekuatan, hapus stigma dan diskriminasi terhadap orang yang pernah mengalami kusta 1. Penyakit kusta merupakan penyakit kronis disebabkan oleh Micobacterium

Lebih terperinci

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH Perhatian! 1. Format Kartu Kendali Validasi Proses Visitasi di bawah ini, mohon di print oleh asesor sebanyak 16 set (sesuai kebutuhan/jumlah sasaran visitasi). Selanjutnya tiap-tiap sekolah/ madrasah

Lebih terperinci

Pengukuran Efisiensi Menggunakan Allocation Model Dalam Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Pada Divisi Doorlock PT. XYZ

Pengukuran Efisiensi Menggunakan Allocation Model Dalam Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Pada Divisi Doorlock PT. XYZ . Pengukuran Efisiensi Menggunakan Allocation Model Dalam Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Pada Divisi Doorlock PT. XYZ Aditiya Eko Saputro 1, Faula Arina 2, Ratna Ekawati 3 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan Lampiran. Data Dana Perimbangan DANA PERIMBANGAN (Dalam Ribuan) No Daerah 2009 200 20 202 203 Kab. Bangkalan 628,028 64,037 738,324 870,077,004,255 2 Kab. Banyuwangi 897,07 908,07 954,894,70,038,299,958

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG PENGUMUMAN RENCANA UMUM BARANG/JASA PEMERINTAH DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR : 027/1388/114.5/2013 TANGGAL : 1 April 2013 ALAMAT : JL. GAYUNG KEBONSARI NO. 171 SURABAYA NO NAMA PAKET 1 059114

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan pendekatan regional dalam menganalisis karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Berdasarkan Tipologi Klassen periode 1984-2012, maka ada 8 (delapan) daerah yang termasuk

Lebih terperinci

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur.

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur. BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8667540 Pes. 104, Fax. 031-8673119 E-mail : meteojuanda@bmg.go.id

Lebih terperinci