2.7 Asuhan Keperawatan A. Pengkajian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2.7 Asuhan Keperawatan A. Pengkajian"

Transkripsi

1 ASKEP DPD 2.7 Asuhan Keperawatan A. Pengkajian 1. Identitas klien Nama : Tn. A Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 35 Tahun tinggal : Status : 2. Riwayat kesehatan RKS :lelah,badan bau,rambut kotor dan pemalas RKD : apakah pernah sebelumnya mengalami deficit perawatan diri,dan apa-apa saja cara yang digunakan untuk mengatasi masalah ini. RKK : adakah keluarga mengalami deficit perawatan diri sebelumnya. 3. Keluhan utama Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri,defisit perawatan diri dan Isolasi Sosial B.Analisa Data Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah : 1. Data subyektif Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di RS tidak tersedia alat mandi. Klien mengatakan dirinya malas berdandan. Klien mengatakan ingin di suapi makan.

2 BAB. Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK atau Pasien merasa lemah Malas untuk beraktivitas Merasa tidak berdaya. 2. Data obyektif Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor. Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut acakacakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (wanita). Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK Rambut kotor, acak acakan Badan dan pakaian kotor dan bau Mulut dan gigi bau. Kulit kusam dan kotor Kuku panjang dan tidak terawat C. Diagnosa Keperawatan Menurut Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien defisit perawatan diri yaitu:

3 1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri 2. Defisit perawatan diri. 3. Isolasi Sosial. D. Intervensi Keperawatan Diagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri. Tujuan Umum Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri. Tujuan Khusus TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Kriteria evaluasi Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat: a. Wajah cerah, tersenyum b. Mau berkenalan c. Ada kontak mata d. Menerima kehadiran perawat e. Bersedia menceritakan perasaannya Intervensi : a. Berikan salam setiap berinteraksi. b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan. c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien. d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien. f. Buat kontrak interaksi yang jelas. g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati. h. Penuhi kebutuhan dasar klien.

4 TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri. Kriteria evaluasi Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan, mampu menyebutkan kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah penyakit dan klien dapat meningkatkan cara merawat diri. Intervensi a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik. b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih. c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri. d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri. e.bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri. f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri. g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang. TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat. Kriteria evaluasi Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan disiram pakai air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari hari, dan merapikan penampilan. Intervensi a. Motivasi klien untuk mandi. b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar. c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari. d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.

5 e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi. f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal. TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri. Kriteria evaluasi Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin dan teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari, penampilan bersih dan rapi. Intervensi Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal. TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri. Kriteria evaluasi Klien selalu tampak bersih dan rapi. Intervensi 1. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri. TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri. Kriteria evaluasi Keluarga selalu mengingatkan hal hal yang berhubungan dengan kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan diri, dan keluarga membantu dan membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri. Intervensi a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.

6 b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS. c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS. d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien. e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri. f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain. E. Implementasi. DX. a. Memberikan salam setiap berinteraksi. b. Memperkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan. c. Menanyakan nama dan panggilan kesukaan klien. d. Menunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. e. Menanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien. f. Membuat kontrak interaksi yang jelas. g. Mendengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati. h. Memenuhi kebutuhan dasar klien. DX. a. Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik. b. Bediskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih. c. Mendorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri. d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri. e. Membantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara

7 kebersihan diri. f. Memberi reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihandiri. g. Mengingatkan klien untukmemelihara kebersihandiri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang. DX. a. Memotivasi klien untuk mandi. b.memberi kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar. c. Menganjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari. d. Mengkaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut. e. Berkolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi. f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal. DX. Memonitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal. DX. 1. Memberi reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri. DX. a. Menjelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri. b. Berdiskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien

8 selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS. c. Menganjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS. d.menjelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien. e. Menganjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri. f. Berdiskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri g. Berdiskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain. F. Evalusi Setelah diberikan asuhan keperawatan terhadap klien, kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi

9 sampun68 A topnotch WordPress.com site Menu Cari ASKEP JIWA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI LAPORAN PENDAHULUAN 1. Masalah Utama Defisit Perawatan Diri 2. Proses Terjadinya Masalah a. Pengertian Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000). b. Tanda dan Gejala : Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan.

10 Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makana tidak pada tempatnya Ketidakmampuan eliminasi sevara mandiri, ditandai dengan buang air besar atau buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak membersihakan diri dengan baik setelah BAB/BAK b. Penyebab Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :kelelahan fisikdan penurunan kesadaran. Tanda dan Gejala Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah: a)fisik Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor. Kuku panjang dan kotor Gigi kotor disertai mulut bau Penampilan tidak rapi b) Psikologis Malas, tidak ada inisiatif. Menarik diri, isolasi diri. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. c) Sosial Interaksi kurang Kegiatan kurang Tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat 1. Pohon Masalah

11 Perawatan diri tidak efektif (BAB / BAK / PH / Nutrisi dan cairan ) Defisit Perawatan Diri Penurunan motivasi dan kemampuan 1. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji a) Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri Data subyektif a. Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa melakukan apa-apa, Data obyektif a. Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis, badan bau, kulit kotor b) Isolasi Sosial Data subyektif a. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data obyektif b. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan c) Defisit Perawatan Diri Data subyektif a. Pasien merasa lemah b. Malas untuk beraktivitas c. Merasa tidak berdaya. Data obyektif a. Rambut kotor, acak acakan b. Badan dan pakaian kotor dan bau c. Mulut dan gigi bau. d. Kulit kusam dan kotor e. Kuku panjang dan tidak terawat

12 2. Diagnosa Keperawatan a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri b. Isolasi Sosial c. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK 3. Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri Tujuan Umum:Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri Tujuan Khusus : TUK I : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat. Intervensi a. Berikan salam setiap berinteraksi. b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan. c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien. d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien. f. Buat kontrak interaksi yang jelas. g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati. h. Penuhi kebutuhan dasar klien. TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri. Intervensi a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

13 b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih. c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri. d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri. e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri. f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri. g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang. TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat. Intervensi a. Motivasi klien untuk mandi. b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar. c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari. d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut. e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi. f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal. TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri. Intervensi a. Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal. TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.

14 Intervensi a. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri. TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri. Intervensi a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri. b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS. c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS. d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien. e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri. f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri. g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain. Diagnosa 2 Tujuan Umum : Isolasi sosial :klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi Tujuan Khusus : TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya Intervensi a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu. b. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.

15 c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien. TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Intervensi a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul b. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul c. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Intervensi A. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain c. Berireinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain B. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

16 TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial Intervensi a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan TUK IV : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain Intervensi a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain Diagnosa 3 : Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri Tujuan Khusus :

17 Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik Pasien mampu melakukan makan dengan baik Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri Intervensi 1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri. b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri 2) Melatih pasien berdandan/berhias Untuk pasien laki-laki latihan meliputi : a) Berpakaian b) Menyisir rambut c) Bercukur Untuk pasien wanita, latihannya meliputi : a) Berpakaian b) Menyisir rambut c) Berhias 3) Melatih pasien makan secara mandiri a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan b) Menjelaskan cara makan yang tertib c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik 4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK Referensi Carpenito, Lynda Juall Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.

18 Depkes Standar Pedoman Perawatan jiwa.kaplan Sadoch Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC Keliat. B.A Modul MPKP Jiwa UI. Jakarta : EGC Keliat. B.A Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Nurjanah, Intansari S.Kep Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia Perry, Potter Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Rasmun S. Kep. M Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Stuart, Sudden, Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri. 1.2 Tujuan Penulisan 1. Untuk membahas tentang Defisit Perawatan Diri 2. Untuk Pengetahuan Dasar Praktek Lapangan 3. Untuk membahas Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Defisit Perawatan Diri 1.3 Metode Penulisan Dalam penulisan makalah ini menggunakan penulisan metode studi pustaka, diskusi kelompok dan browsing internet. BAB II PEMBAHASAN 2. 1 Masalah Utama Defisit perawatan diri

19 2.2 Proses Terjadinya Masalah Pengertian Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000) Jenis Jenis Perawatan Diri 1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri. 2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri. 3. Kurang perawatan diri : Makan Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan. 4. Kurang perawatan diri : Toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79) Etiologi Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : 1. Kelelahan fisik 2. Penurunan kesadaran Menurut DepKes (2000: 20) Penyebab kurang perawatan diri adalah : 1. Faktor Predisposisi Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

20 Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. 2. Faktor Presipitasi Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59) Faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: 1. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. 2. Praktik Sosial Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan Seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain. 7. Kondisi Fisik atau Psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene. 1. Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

21 2. Dampak Psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial Tanda dan Gejala Menurut Depkes (2000: 20), Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah : 1. Fisik Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai, mulut bau, penampilan tidak rapi. 2. Psikologis Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. 3. Sosial Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma, cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri Pohon Masalah Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri Isolasi sosial Defisit perawatan diri : mandi, berdandan Harga diri rendah Masalah Keperawatan 1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri 2. Defisit perawatan diri : mandi, berdandan 3. Isolasi sosial Data yang Perlu Dikaji 1) Data Subyektif

22 Mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau menggosok gigi, tak mau memotong kuku, tak mau berhias, tak bisa menggunakan alat mandi / kebersihan diri. 2) Data Obyektif Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor, mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa menggunakan alat mandi Diagnosa Keperawatan 1) Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri 2) Defisit perawatan diri Strategi Pelaksanaan 1) Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien Data Sujektif Klien mengatakan sudah mandi tapi tidak pakai sabun. Data Objektif - Klien tampak kurang rapi - Kumis tampak berserakan - Rambut tidak rapi - Baju belum diganti 2. Diagnosa Keperawatan Defisit perawatan diri : berdandan 3. Tujuan Umum : klien dapat mandiri dalam perawatan diri Tujuan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya Klien dapat mengetahui pentingnya perawatan diri Klien mampu melakukan berhias / berdandan 4. Tindakan Keperawatan Menjelaskan pentingnya kebersihan diri Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri Membantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari 2) Strategi Keperawatan 1. Fase Orientasi Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya? Ayo siapa nama saya? Bagus... Bagaimana keadaan hari ini? Nyenyak tidurnya tadi malam? 2. Fase Kerja Ibu sudah mandi, bagus... sudah ganti baju? Tapi mandinya pakai sabun gak? Sikat gigi gak? Menurut bapak kalau mandi itu harus bagaimana? Apa untungnya mandi? Kenapa kukunya panjang? Terus bajunya kenapa belum diganti? Ibu mau jika saya ajak mengganti baju dan memotong kuku? Sekalian nanti saya ajarkan ibu cara mandi yang benar ya? Kan ibu sudah rajin mandi, nanti kalau udah masuk dalam jadwal ya... mari kita ganti baju dan potong kuku.

23 3. Fase Terminasi Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tadi? Evaluasi Objektif Coba ibu lakukan apa yang sudah kita pelajari tadi! Rencana Tindak Lanjut Jadi nanti kalau saya tidak ada diruangan, ibu bisa melakukan apa yang sudah kita pelajari tadi, dan jangan lupa memasukkannya dalam kegiatan harian ibu. 4. Kontrak yang akan datang Topik Bagaimana kalau besok siang kita bertemu lagi untuk melatih kemampuan berdua yang ibu miliki? Waktu Jam berapa kita akan bertemu? Bagaimana kalau jam wib? Tempat Bagaimana kalau diruangan ini saja bu? Sampai bertemu besok ya bu Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri. Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri. Tujuan Khusus : TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Intervensi : 1. Berikan salam setiap berinteraksi. 2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan. 3. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien. 4. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. 5. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien. 6. Buat kontrak interaksi yang jelas. 7. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati. 8. Penuhi kebutuhan dasar klien. TUK II Intervensi : : Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri. 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik. 2. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih. 3. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri. 4. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri. 5. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri. 6. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.

24 7. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang. TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat. Intervensi : 1. Motivasi klien untuk mandi. 2. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar. 3. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari. 4. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut. 5. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi. 6. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal. TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri. Intervensi : 1. Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal. TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri. Intervensi : 1. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri. TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri. Intervensi : 1. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri. 2. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS. 3. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS. 4. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien. 5. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri. 6. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri. 7. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain. Diagnosa 2 : Defisit Perawatan Diri (kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK). Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri. Tujuan Khusus : 1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri 2. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik

25 3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik 4. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri Intervensi : 1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri d. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri 2. Melatih pasien berdandan/berhias Untuk pasien laki laki, latihannya meliputi : a. Berpakaian b. Menyisir rambut c. Bercukur Untuk pasien wanita, latihannya meliputi : a. Berpakaian b. Menyisir rambut c. Berhias 3. Melatih pasien makan secara mandiri a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan b. Menjelaskan cara makan yang tertib c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik 4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK Diagnosa 3 : Isolasi Sosial Tujuan Umum : Klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi. Tujuan Khusus : TUK I Intervensi : : Klien dapat membina hubungan saling percaya. 1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu. 2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab. 3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien. TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri. Intervensi : 1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya. 2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul.

26 3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul. 4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya. TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Intervensi : 1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain. 2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain. 3. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain. 4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain. 5. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain. 6. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain. 7. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. 8. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. TUK IV Intervensi : : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial. 1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain. 2. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain. 3. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai. 4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan. 5. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu. 6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan. 7. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan. TUK IV : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain. Intervensi : 1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain. 2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain. 3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain Kasus Klien Ny. R berumur 59 tahun datang ke Rumah Sakit Jiwa Bogor diantar oleh keluarganya. Keluarga klien mengatakan klien malas untuk mandi dan berdandan, merasa lebih nyaman dengan kondisi seperti ini (tidak mau mandi). Klien mengatakan bila mandi

27 rasanya dingin dan badan kaku semua. Klien tampak rambut acak-acakan dan banyak kutu, kuku panjang dan hitam. Kulit kotor, tampak malas untuk menyisir rambut dan ganti pakaian harus disuruh petugas. A. Pengkajian a) Identitas Klien 1) Nama klien : Ny. R 2) Umur : 59 tahun 3) Jenis kelamin : Perempuan 4) Agama : Islam 5) Alamat : Jl. Ir. Soekarno, Bogor, Jawa Barat b) Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Kesehatan Sekarang Keluarga klien mengatakan klien malas untuk mandi dan berdandan, merasa lebih nyaman dengan kondisi seperti ini (tidak mau mandi). Klien mengatakan bila mandi rasanya dingin dan badan kaku semua. Klien tampak rambut acak-acakan dan banyak kutu, kuku panjang dan hitam. Kulit kotor, tampak malas untuk menyisir rambut dan tidak pernah mau ganti pakaian. 2) Riwayat Kesehatan Dahulu Keluarga klien mengatakan klien tidak mau mandi dan mengurus diri sejak 3 bulan yang lalu, semenjak terjadi peristiwa perselingkuhan antara suaminya dan rekan kerja suaminya. 3) Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan jiwa seperti ini.

28 . B. Analisa Data Data Problem Etiologi DS: Pasien mengatakan malas untuk mandi dan berdandan, merasa lebih nyaman dengan kondisi seperti ini ( tidak mau mandi). Pasien mengatakan bila mandi rasanya dingin dan badan kaku semua. Pasien mengatakan malas mandi dan berdandan sebab pasangan saya selingkuh dengan orang lain, buat apa saya mandi dan cantik. Defisit perawatan diri : mandi, berdandan dan berpakaian Penurunan Motivasi DO: Bila diminta mandi klien marah marah. Keadaan pasien tampak bau, kebutuhan mandi pasien selalu dimandikan oleh petugas dengan dimotivasi bahkan sambil dipaksa. Pasien tampak rambut acak-acakan dan banyak kutu, kuku panjang dan hitam. Kulit kotor, tampak malas untuk menyisir rambut dang anti pakaian harus disuruh petugas. C. Pohon Masalah Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri Isolasi sosial Defisit perawatan diri : mandi, berdandan Harga diri rendah

29 . D. Diagnosa Keperawatan Utama Defisit perawatan diri : mandi, berdandan dan berpakaian E. Intervensi pada Kasus Utama Tujuan Umum : Klien mampu melakukan perawatan diri : higiene. Tujuan Khusus : 1) Klien dapat menyebutkan pengertian dan tanda tanda kebersihan diri Tindakan : 1.1. Diskusikan bersama klien tentang pengertian bersih dan tanda tanda bersih 1.2. Beri reinforcement positif bila klien mampu melakukan hal yang positif. 2) Klien dapat menyebutkan penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri Tindakan : 2.1. Bicarakan dengan klien penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri 2.2. Diskusikan akibat dari tidak mau menjaga kebersihan diri 3) Klien dapat menyebutkan manfaat higiene Tindakan : Diskusikan bersama klien tentang manfaat higiene 3.2. Bantu klien mengidentifikasikan kemampuan untuk menjaga kebersihan diri 4) Klien dapat menyebutkan cara menjaga kebersihan diri Tindakan : Diskusikan dengan klien cara menjaga kebersihan diri : mandi 2x sehari (pagi dan sore) dengan memakai sabun mandi, gosok gigi minimal 2x sehari dengan pasta gigi, mencuci rambut minimal 2x seminggu dengan sampo, memotong kuku minimal 1x seminggu, memotong rambut minimal 1 x sebulan Beri reinforcement positif bila klien berhasil 5) Klien dapat melaksanakan perawatan diri higiene dengan bantuan minimal Tindakan : Bimbing klien melakukan demonstrasi tentang cara menjaga kebersihan diri

30 5.2. Dorong klien untuk melakukan kebersihan diri dengan bantuan minimal 6) Klien dapat melakukan perawatan diri higiene secara mandiri Tindakan : Beri kesempatan klien untuk membersihkan diri secara bertahap 6.2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah membersihkan diri 6.3 Bersama klien membuat jadwal menjaga kebersihan diri 6.4. Bimbing klien untuk melakukan aktivitas higiene secara teratur 7) Klien mendapat dukungan keluarga Tindakan : Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga 7.2. Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga F. Catatan Perkembangan Nama klien : Ny. R Umur : 59 tahun Ruangan : Utari Catatan Perkembangan No Diagnosa Kep Implementasi Evaluasi / SOAP 1. Defisit perawatan diri Jum at, 15/3/2013 Pukul wib SP 1 1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri. 2. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan. 3. Menjelaskan cara menjaga kebersihan. 4. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. S : saat ditanya, klien mengatakan tidak pernah mau mandi. O : - penampilan klien tidak rapi - rambut acak-acakan - wajah kusam - tercium bau badan A : - klien belum mampu merawat diri - klien belum terlalu mengerti tentang pentingnya merawat diri P : PK : menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan dirinya PP : membantu klien cara membersihkan dirinya

31 2. Pukul wib 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. 2. Membantu klien mempraktekkan cara makan yang baik. 3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. S : keluarga mengatakan sebelum dan sesudah makan klien tidak mau cuci tangan O : - tampak klien makan berserakan - klien tidak mencuci tangan setelah makan A : - SP I belum sepenuhnya - klien belum mampu melakukan SP II P : PK : praktekkan cara makan yang baik PP : membantu klien mempraktekkan evaluasi 3. Sabtu, 16/3/2013 Pukul wib SP III 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik 3. Membantu klien mempraktekkan cara eliminasi yang baik S : saat ditanya seputar BAB/BAK, klien mengatakan melakukan pada tempatnya O : - klien sudah sedikit tampak rapi - gigi klien masih kuning - BAB/BAK tertib, bersih A : SP I, II, III, sudah mulai mampu dilakukan P : menganjurkan klien untuk tetap melakukan SP I tanpa mengabaikan SP II dan SP III 4. Defisit perawatan diri Rabu, 20/03/2012 Pukul wib SP IV 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 2. Menjelaskan cara berdandan 3. Membantu klien mempraktekkan cara berdandan 4. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian S : klien mengatakan tidak mau mandi dan sikat gigi O : - klien tampak lusuh - rambut terlihat acak acakan A : klien sudah mulai mampu melakukan SP I, II, III, IV tetapi belum sepenuhnya P : - menganjurkan klien untuk memasukkan dalam jadwal harian - berikan reinforment atas usaha yang klien lakukan

32 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). 3.2 Saran 1) Sebagai mahasiswa/mahasiswi calon perawat agar dapat lebih memperdalam ilmu serta wawasan mengenai gangguan jiwa pada klien dengan defisit perawatan diri dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan. 2) Bagi masyarakat agar lebih peduli dan berpartisipasi dalam menjaga kesehatan dan jangan mengabaikan tanda dan gejala yang muncul sebagai penyakit yang wajar tetapi segera periksakan kedokter atau pelayanaan kesehatan yang terdekat untuk mencegah komplikasi dan prognosis yang buruk.

33 ASKEP DEFISIT PERAWATAN DIRI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri. B. Tujuan Penulisan 1. Untuk membahas tentang Defisit Perawatan Diri 2. Untuk Pengetahuan Dasar Praktek Lapangan 3. Untuk membahas Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Defisit Perawatan Diri C. Metode Penulisan Dalam penulisan makalah ini menggunakan penulisan metode studi pustaka, diskusi kelompok dan browsing internet.

34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000). Defisit Perawatan Diri adalah Suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri. B. Jenis jenis Perawatan Diri 1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri. 2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias. Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri. 3. Kurang perawatan diri : Makan Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan. 4. Kurang perawatan diri : Toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ). C. Etiologi Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : 1. Kelelahan fisik. 2. Penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah: 1. Faktor prediposisi

35 a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. c. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. d. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. 2. Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59) Faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: 1. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. 2. Praktik Sosial Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain. 7. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

36 Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene. 1. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. 2. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. D. Tanda dan Gejala Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah : 1. Fisik a. Badan bau, pakaian kotor. b. Rambut dan kulit kotor. c. Kuku panjang dan kotor. d. Gigi kotor disertai mulut bau. e. Penampilan tidak rapi. 2. Psikologis a. Malas, tidak ada inisiatif. b. Menarik diri, isolasi diri. c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. 3. Sosial a. Interaksi kurang. b. Kegiatan kurang. c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma. d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri. Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah : 1. Data subyektif a. Pasien merasa lemah b. Malas untuk beraktivitas c. Merasa tidak berdaya. 2. Data obyektif a. Rambut kotor, acak acakan b. Badan dan pakaian kotor dan bau c. Mulut dan gigi bau. d. Kulit kusam dan kotor

37 e. Kuku panjang dan tidak terawat E. Mekanisme Koping 1. Regresi 2. Penyangkalan 3. Isolasi diri, menarik diri 4. Intelektualisasi F. Rentang Respon Kognitif Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah : 1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri a. Bina hubungan saling percaya. b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan. c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri. 2. Membimbing dan menolong klien merawat diri. a. Bantu klien merawat diri b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari 3. Ciptakan lingkungan yang mendukung a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi. b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien. c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar mandi yang dekat dan tertutup. G. Pohon Masalah Resiko tinggi isolasi Harga diri rendah Kronis H. Diagnosa Keperawatan Menurut Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien defisit perawatan diri sesuai dengan bagan 1.1 yaitu: 1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri 2. Defisit perawatan diri. 3. Isolasi Sosial. I. Data yang perlu Dikaji Masalah Perawatan Data yang perlu Dikaji Defisit perawatan diri Subjektif

38 Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di RS tidak tersedia alat mandi. Klien mengatakan dirinya malas berdandan. Klien mengatakan ingin di suapi makan. Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK atau BAB. Objektif Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor. Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (wanita). Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK J. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Tujuan Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK 2. Tindakan Keperawatan untuk Klien a. Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri yang meliputi mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara mandiri. b. Memberikan latihan cara melakukan mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK secara mandiri. c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri. 3. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Klien Keluarga dapat meneruskan melatih klien dan mendukung agar kemampuan klien dalam perawatan dirinya meningkat. Serangkaian intervensi ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. a. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh klien agar dapat menjaga kebersihan diri. b. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan membantu klien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati) c. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam merawat diri.

39 BAB III PEMBAHASAN A. Kasus An.Cinta umur 15 tahun dibawa ke RSJ Magelang karena menurut keluarga An.Cinta sudah 1 bulan ini tidak mau makan, tidak mau mandi, gosok gigi, dan menata rambut. Hal ini dialami An.Cinta sejak diputuskan oleh pacarnya. B. Analisa Kasus Pada kasus An.Cinta masalah dimulai sejak An.Cinta diputuskan oleh pacarnya. Hal tersebut membuat An.Cinta mengalami harga diri rendah kronis dengan kata lain putus cinta merupakan faktor pencetus atau presipitasi dari masalah harga diri rendah kronis. Dari kasus tidak kami temukan faktor predisposisi, sehingga kami mengambil bahwa tidak adanya dukungan keluarga sebagai faktor predisposisi. Jika di lapangan ditemukan kasus seperti An.Cinta kami perlu pengkajian lebih lanjut menemukan faktor predisposisi. Pokok masalah dari kasus An.Cinta yang dapat kami diskusikan, sebagai berikut : Resiko Tinggi Isolasi Sosial Tidak mau makan, mandi, gosok gigi, menata rambut. Harga diri rendah kronis putus cinta Kesimpulan masalah keperawatan yang mungkin muncul : 1. Harga diri rendah kronis. 2. Defisit perawatan diri. 3. Resiko tinggi isolasi sosial. Dari ketiga masalah keperawatan tersebut, kami mengambil diagnosa keperawatan defisit perawatan diri masalah utama An.Cinta, yang kemudian dibuat strategi pelaksanaan. Tanda dan Gejala a. Mandi/Higiene An.Cinta mengalami ketidaksamaan dalam membersihkan badan, dan memperoleh perlengkapan untuk mandi. b. Berhias An.Cinta mempunyai kelemahan dalam mengenakan atau melepaskan pakaian

40 atau berhias (menyisir rambut). c. Makan An.Cinta mempunyai ketidakmampuan dalam keinginan untuk makan Faktor presipitasi : diputus pacarnya. Faktor presdisposisi : tidak ada dukungan keluarga. Masalah Defisit perawatan diri yang mungkin muncul : Tidak mau makan Masalah Higiene (tidak mau mandi dan gosok gigi). Tidak mau berhias Pohon Masalah Resiko Tinggi Isolasi Sosial Defisit Perawatan Diri Harga Diri Rendah (diputus pacarnya) STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Defisit Perawatan Diri Pertemuan : Ke I (pertama) A. Proses Keperawatam. 1. Kondisi klien : Klien sudah satu bulan tidak mau makan, tidak mau mandi dan tidak mau menata rambut. 2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri. 3. Tujuan khusus/sp I. a. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteri sebagai berikut : 1. Ekspresi wajah bersahabat 2. Menunujukan rasa senang 3. Klien bersedia berjabat tangan 4. Klien bersedia menyebutkan nama 5. Ada kontak Mata 6. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat 7. Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya b. Mengidentifikasi kebersihan diri, berdandan, dan makan. c. Menjelaskan pentingya kebersihan diri.

41 d. Menjelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan diri dan cara melakukan kebersihan diri. e. Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien. 4. Rencana tindakan keperawatan. a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik. 1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal 2. Perkenalkan diri dengan sopan 3. tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan 4. Jelaskan tujuan peremuan 5. jujur dan menempati janji 6. tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya 7. Beri perhatian pada pemenuhan kebutuhan dasar klien b. Identifikasi kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri, berdandan, dan makan. c. Jelaskan pentingnya kebersihan diri dengan cara memberikan penjelasan terhadap pentingnya kebersihan diri, selanjutnya minta klien menjelaskan kembali pentingnya kebersihan diri. d. Jelaskan peralatan yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri, dengan tahapan tindakan berikut. 1. Jelaskan alat yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri 2. peragakan cara membersihkan diri dan mempergunakan alat untuk membersihkan diri 3. Minta klien untuk memperagakan ulang alat dan cara kebersihan diri e. Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien. B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan 1. Orientasi a. Salam terapeutik. Assalamualaikum Boleh saya kenalan dengan adik? Nama saya adik boleh panggil saya saya mahasiswa keperawatan saya sedang praktek disini. Kalau boleh saya tahu nama adik siapa, dan senangnya dipanggil dengan sebutan apa? b. Evaluasi/Validasi c. Kontrak 2. Topik : Apakah adik tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya? Menurut adik sebaiknya kita ngobrol tentang apa? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang kebersihan diri? 3. Waktu : Berapa lama kira-kira bisa ngobrol? Adik maunya berapa menit? bagaimana kalau 10 menit? Bisa? 4. Tempat : Dimana kita duduk? Diteras, dikursi panjang itu, atau dimana? 2. Kerja Berapa kali adik membersihkan diri dalam sehari?

42 Apakah adik suka berdandan? Alat apa yang adik gunakan pada saat makan, menggunakan sendok atau tangan? Apakah adik tahu pentingya kebersihan diri? Bagaimana cara adik menjaga kebersihan diri? Apakah adik tahu tentang alat-alat yang digunakan untuk membersihkan diri? Bagaimana cara adik membersihkan diri? Pertama lepaskan seluruh baju yang dikenakan, lalu siramkan pada seluruh bagian tubuh dan bilas sampai bersih. Setelah itu menggosok gigi, keringkan badan dengan handuk dan ganti pakaian dengan pakaian bersih. 3. Terminasi a. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan adik dengan obrolan kita tadi? Adik merasa senang tidak dengan latihan tadi? b. Evaluasi Objektif Setelah kita berdiskusi panjang lebar, sekarang coba adik simpulkan pembicaraan kita tadi? Coba sebutkan cara menjaga kebersihan diri? c. Rencana tindak lanjut kalau adik sudah tahu cara membersihkan diri, nanti saat jam coba adik praktek penjelasan saya tadi? d. Kontrak yang akan datang : 1. Topik : Adik, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang bagaimana cara menjaga kebersihan mulut? 2. Waktu : Kira-kira waktuya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam WIB, bisa? 3. Tempat : Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok dimana ya, apa masih disini atau cari tempat lain? Sampai jumpa. Masalah : Defisit Perawatan Diri Pertemuan : Ke -2 (dua) Hari/tanggal : Waktu : A. Proses Keperawatan 1. Kondisi klien : Klien sudah satu bulan tidak mau makan, tidak mau mandi dan tidak mau menata rambut. 2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri 3. Tujuan Khusus/SP 2 a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien b. Menjelaskan cara mandi yang benar c. Membantu pasien mempraktekan cara makan yang baik

43 d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian 4. Tindakan Keperawatan a. Jelaskan cara mempersiapkan mandi b. Jelaskan cara mandi yang benar c. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari yang sudah dilatih d. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan 1. Orientasi a. Salam terupeutik Assalamualaikum Cinta, sesuai janji saya kemarin sekarang saya datang lagi. b. Evaluasi/Validasi Bagaimana perasaan cinta hari ini? Apakah cinta masih ingat tanda-tandanya bersih? Apakah sudah dipakai yang telah kita latih kemarin? Bagaimana hasilnya? c. Kontrak 1. Topik : sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berdiskusi tentang cara mandi yang benar. 2. Waktu : Mau berapa lama kita berbincang-bincang? 15 menit saja cukup? 3. Tempat : Tempatnya mau dimana cinta? Baiklah disini saja. 2. Fase Kerja Menurut cinta kalau mandi itu kita harus gimana? Sebelum mandi apa yang perlu kita persiapkan? Benar sekali. Cinta perlu menyiapkan pekaian ganti, handuk, sikat gigi, sampo, sabun dan sisir. Bagaimana kalau sekarang kita kekamar mandi. Saya akan membimbing cinta melakukannya. Sekarang cinta siram seluruh tubuh cinta termasuk rambut lalu ambil sampo dan gosokan pada kepala cinta sampai berbusa, setelah itu bilas sampai bersih. Bagus sekali. Selanjutnya ambil sabun, gosokan diseluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol. Gosok seluruh gigi. Giginya disikat mulai dari depan sampai belakang, dan arahnya dari arah atas ke bawah. Lalu kumur-kumur sampai bersih, terakhir siram lagi seluruh tubuh, sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Cinta bagus sekali melakukannya. Selanjutnya cinta pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik. 3. Fase Terminasi a. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan cinta setelah mandi dan mengganti pakaian? b. Evaluasi Objektif Coba cinta sebutkan lagi bagaimana cara-cara mandi yang baik seperti yang sudah cinta lakukan tadi. c. Rencana tindak lanjut Nanti cinta lakukan secara mandiri, sesuai jadwal yang sudah kita buat.

44 d. Kontrak 1. Topik : Besok kita ketemu untuk mendiskusikan jadwal kegiatan cinta terkait dengan kemampuan cinta dalam merawat diri 2. Waktu : Cinta mau ketemu jam berapa? 3. Tempat : Kira-kira cinta mau ketemu dimana? Masalah : Defisit Perawatan Diri Pertemuan : Ke 3 (tiga) Hari/tanggal : Waktu : A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien Klien sudah satu bulan tidak mau makan, tidak mau mandi dan tidak mau menata rambut. 2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri 3. Tujuan Khusus/SP 3 a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien b. Menjelaskan cara makan yang baik c. Membantu pasien mempraktekan cara makan yang baik d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian 4. Tindakan Keperawatan a. Jelaskan cara mempersiapkan makan b. Jelaskan cara makan yang tertib c. Jelaskan merapikan peralatan makan setealah makan d. Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik e. Menyusun Jadwal aktivitas sehari hari, sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih f. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan 1. Orientasi a. Salam terupeutik Assalamualaikum Cinta, sesuai janji saya kemarin sekarang saya datang lagi. b. Evaluasi / Validasi Bagaimana perasaan Cinta hari ini? Apakah berdandan sudah dilakukan tiap hari? c. Kontrak 1. Topik : Hari ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik 2. Waktu : Kita latihan selama satu jam 3. Tempat : Langsung di ruang makan ya Cinta! 2. Fase Kerja Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setalah makan? Dimana Cinta

45 makan?. Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktikkan. Bagus Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. Silakan Cinta yang pimpin. Bagus. Mari kita makan saat makan kita harus menyuap makanan dengan pelan pelan. Ya, mari kita makan. Setelah makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya betul dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus. 3. Fase Terminasi a. Evaluasi Subjektif Bagaimana Cinta setelah kita makan bersama sama. b. Evaluasi Objektif Ayo, coba sebutkan lagi cara cara makan yang benar. Bagus. c. Rencana Tindak Lanjut Setelah makan apa yang sebaiknya kita lakukan. Hari hari berikutnya saya berharap Cinta melakukan cara tadi dengan baik. d. Kontrak 1. Topik : Besok kita ketemu untuk mendiskusikan jadwal kegiatan dalam kemampuan berdandan. 2. Waktu : Cinta mau ketemu jam berapa? 3. Tempat : Kira kira Cinta mau ketemu dimana? Masalah : Defisit Perawatan Diri Pertemuan : Ke 4 (empat) Hari/tanggal : Waktu : A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien Klien sudah satu bulan tidak mau makan, tidak mau mandi dan tidak mau menata rambut. 2. Diagnosa Keperawatan : Defisit perawatan diri 3. Tujuan Khusus / SP 4 a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien b. Menjelaskan cara berdandan c. Membantu pasien mempraktekkan dalam jadwal d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian 4. Rencana Tindakan Keperawatan a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien b. Jelaskan cara berdandan c. Bantu pasien mempraktekkan cara berdandan d. Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan

46 1. Orientasi a. Salam Teraupeutik Assalamualaikum, adik. masih ingat saya? adik masih senang dipanggil dengan sebutan? b. Evaluasi / Validasi Bagaimana perasaan adik saat ini? Bagaimana, apakah jadwal kegiatan yang kemarin dilakukan? c. Kontrak 1) Topik : Sesuai janji kita hari ini kita akan latihan berdandan agar adik tampak rapih dan cantik 2) Waktu : Berapa lama kira-kira kita bisa latihan berdandan? Adik maunya berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit? 3) Tempat : Dimana kita bisa latihan berdandan? Bagaimana kalau dikamar saja? 2. Kerja Bagaimana cara adik berdandan? Apakah dengan menyisir rambut? Bagaimana cara adik menyisir rambut? Apa kebiasaan adik dalam berdandan? Apakah adik biasa memakai bedak? Nah, sekarang kita praktikan ya, mulai dengan mengganti pakaian, bagus. Sekarang menyisir rambut ya bagus sekali, selanjutnya merias muka, ya bagus. Adik sekarang sudah nampak cantik. Saya jelaskan bahwa ganti baju sebaiknya dilakukan dua kali dalam sehari, menyisir rambut setelah mandi, memakai bedak dilakukan setelah mandi. 3. Terminasi a. Evaluasi subjektif Bagaimana perasaan adik setelah belajar berdandan? b. Evaluasi objektif Untuk berdandan caranya bagaimana? c. Rencana tindak lanjut Hari-hari berikutnya, saya harap ibu sudah bisa berdandan dengan baik d. Kontrak yang akan datang Baik, besok kita bertemu lagi. Adik mau kita bertemu dimana? jam berapa? SP KELUARGA Masalah : Defisit Perawatan Diri Pertemuan : Ke 1 (pertama) Hari/tanggal : Waktu :

47 A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien tidak mau makan, tidak mau mandi, gosok gigi dan menata rambut. 2. Diagnosa Keperawatan Defisit Perawatan Diri 3. Tujuan Khusus / SPK1 a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien. b. Menjelaskan pengertian tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan jenis defisit perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya. c. Menjelaskan cara cara merawat pasien defisit perawatan diri. 4. Tindakan Keperawatan a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga. b. Menjelaskan : 1) Pengertian defisit perawatan diri 2) Tanda dan gejala defisit perawatan diri 3) Jenis jenis perawatan diri 4) Jenis defisit perawatan diri yang dialami oleh pasien c. Menjelaskan cara cara merawat pasien defisit perawatan diri B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan 1. Orientasi a. Salam Terapeutik Assalamualaikum, selamat pagi bapak. Saya perawat yang merawat anak bapak. b. Evaluasi / Validasi Bagaimana perasaan bapak hari ini? apa pendapat bapak tentang anak bapak Cinta? c. Kontrak 1) Topik : Hari ini kita akan berdiskusi tentang masalah yang Cinta alami dan bantuan apa yang bisa bapak berikan 2) Waktu : Waktunya 15 menit cukupkan? 3) Tempat : Tempatnya di sini saja ya pak? 2. Fase Kerja Selama ini apa yang dilakukan oleh Cinta dalam merawat diri? Perilaku yang ditunjukkan oleh Cinta itu dikarenakan gangguan jiwanya yang membuat klien tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sendiri. Bapak, apakah selama ini dalam merawat Cinta, bapak menemukan kesulitan? kalau ada apa saja pak?. Pada dasarnya Cinta mengalami masalah defisit perawatan diri. Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan, kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan

48 diri secara mandiri, seperti mandi, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toiletting) Tanda dan gejala defisit perawatan diri antara lain : a. Mandi : Seseorang dikatakan mengalami DPD jika mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan. b. Berpakaian / Berhias : Seseorang dikatakan mengalami DPD jika tidak memiliki kemampuan untuk memakai pakaian, memilih pakaian, mempertahankan, penampilan pada tingkat yang memuaskan c. Makan : Seseorang dikatakan mengalami DPD jika tidak mempunyai kemampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan, mengunyah makanan, mendapatkan makanan / dengan kata lain tidak ada kemauan untuk makan. d. BAB/BAK (Toileting) : Seseorang dikatakan mengalami DPD jika memiliki keterbatasan/ketidakmampuan dalam mendapatkan kamar kecil, duduk/bangkit dari jamban, membersihkan diri setelah BAB/BAK secara tepat dan menyiram toilet/kamar mandi. Jenis-jenis defisit perawatan diri seperti yang telah saya sebutkan tadi, yaitu : Mandi, berpakaian/berhias, makan, BAB/BAK (Toiletting) Dari tanda-tanda yang dialami anak bapak, anak bapak mengalami DPD dalam tiga hal yaitu : mandi, berpakaian, makan. Kalau Cinta Kurang motivasi dalam merawat diri apa yang bapak lakukan? Bapak perlu juga memperhatikan alat alat kebersihan diri yang dibutuhkan oleh Cinta seperti handuk, baju ganti, sikat gigi, sampo, dan alat kebersihan lainnya. Bapak juga perlu mendampinginya saat merawat diri sehingga dapat diketahui apakah Cinta sudah bisa mandiri / mengalami hambatan dalam melakukannya. 3. Fase Terminasi a. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap cakap? b. Evaluasi Objektif Coba bapak sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan dalam membantu Cinta dalam merawat diri c. Rencana Tindak Lanjut ( RTL ) Mulai sekarang cobalah bapak mendampingi dan membantu Cinta saat membersihkan diri d. Kontak Topik : Baiklah bapak tiga (3) hari lagi saya akan datang lagi. Kita akan mendiskusikan tentang hasil yang sudah dicapai Cinta dan saya akan melatih bapak dalam mempraktikan cara merawat Cinta.

49 Waktu : Mau jam berapa kita mau bertemu bapak? ya baiklah jam WIB saja Tempat : Tempatnya disini saja ya pak. Masalah : Defisit Perawatan Diri Pertemuan : Ke 2 (kedua) Hari/tanggal : Waktu : A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien tidak mau makan, tidak mau mandi, gosok gigi dan menata rambut. 2. Diagnosa Keperawatan Defisit perawatan diri 3. Tujuan khusus / SPK2 a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien defisit perawatan diri b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien defisit perawatan diri 4. Tindakan keperawatan Mempraktekan cara merawat pasien defisit perawatan diri langsung terhadap pasien B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan 1. Orientasi a. Salam terapeutik Assalmualaikum, bapak sesuai janji saya tiga hari yang lalu sekarang saya datang lagi b. Evaluasi / Validasi Bagaimana perasaan bapak hari ini? apakah bapak sudah membantu dan mendampingi Cinta saat membersihkan diri? c. Kontrak 1) Topik : Hari ini kita akan berlatih cara merawat anak bapak dan mempraktekan secara langsung 2) Waktu : Waktunya 30 menit ya pak? 3) Tempat : Tempatnya di sini saja ya pak? 2. Fase Kerja Sekarang kita akan berlatih cara menyuap anak bapak, merapikan dan memandikan Caranya seperti ini pak Bagaimana bapak, apakah sudah paham? Coba bapak pratekkan! Betul pak seperti itu, bapak sudah bisa 3. Fase Terminasi

50 a. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan bapak setelah kita berlatih tadi? b. Evaluasi Objektif Coba bapak praktekkan lagi! Bagus sekali bapak sudah bisa c. Rencana Tindak Lanjut Mulai sekarang bapak praktekkan cara merawat Cinta seperti yang saya ajarkan tadi d. Kontrak 1. Topik : Baiklah bapak, tiga hari lagi saya akan datang, kita akan berbincang bincang tentang cara menyusun jadwal kegiatan Cinta di rumah termasuk minum obat dan apa yang harus bapak lakukan setelah Cinta pulang 2. Waktu : Mau jam berapa pak kita ketemu? 3. Baiklah kita ketemu jam 09.00? 4. Tempat : Tempatnya mau dimana pak? Bagaimana kalau di sini saja? Baiklah bapak, 3 hari lagi saya akan datang Senang bisa membantu bapak Masalah : Defisit Perawatan Diri Pertemuan : Ke 3 (ketiga) Hari/tanggal : Waktu : A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien tidak mau makan, tidak mau mandi, gosok gigi dan menata rambut. 2. Diagnosa Keperawatan Defisit perawatan diri 3. Tujuan Khusus / SPK 3 a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang 4. Tindakan Keperawatan a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah b. Membantu keluarga membuat jadwal minum obat c. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan 1. Orientasi a. Salam terapeutik Assalamualaikum, selamat pagi bapak, sesuai janji saya. Sekarang saya datang lagi. b. Evaluasi/Validasi

51 Bagaimana perasaan bapak hari ini? apakah bapak sudah mempraktekkan cara cara yang kita berlatih 3 hari yang lalu? c. Kontrak 1. Topik : Hari ini kita akan berbincang-bincang tentang jadwal aktivitas di rumah dan jadwal minum obat untuk Cinta serta tindakan untuk Cinta setelah pulang 2. Waktu : Waktunya 30 menit ya pak 3. Tempat : Tempatnya di sini saja pak 2. Fase Kerja Baiklah bapak sekarang kita akan membuat jadwal aktivitas Cinta di rumah dimulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, termasuk jadwal minum obat Cinta. Nah, berarti bapak harus menulis semua aktivitas Cinta secara terjadwal. Setelah di rumah nanti bapak harus selalu mengawasi Cinta dan apabila ada halhal yang tidak bapak ketahui, bapak bisa hubungi petugas kesehatan terdekat. Jangan lupa juga sebelum obat habis, bapak sudah kontrol agar petugas kesehatan nantinya bisa membantu bapak apakah Cinta masih memerlukan obat atau tidak. Bagaimana bapak? Apakah bapak sudah paham? Coba bapak simpulkan yang telah kita bicarakan tadi! Betul sekali pak, bapak sudah paham. 3. Fase Terminasi a. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi? b. Evaluasi Objektif Coba bapak buat contoh jadwal aktivitas Cinta termasuk minum obat. Bagaimana kalau bapak Cinta sudah pulang? Apa yang perlu bapak lakukan? Bagus bapak sudah paham c. Rencana Tindak Lanjut Nah mulai sekarang bapak buat jadwal untuk aktivitas Cinta agar setelah pulang bisa langsung dipraktekkan Kalau ada kesulitan bapak bisa hubungan perawat. Terimakasih bapak, senang bisa membantu bapak DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC. Depkes Standar Pedoman Perawatan jiwa. Kaplan Sadoch Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

52 Keliat. B.A Modul MPKP Jiwa UI. Jakarta : EGC Keliat. B.A Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Nurjanah, Intansari S.Kep Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia Perry, Potter Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Rasmun S. Kep. M Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Stuart, Sudden, Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC Santosa, Budi Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Jakarta : Prima Medika. Stuart, GW Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC. Tarwoto dan Wartonah Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta. Townsend, Marry C Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC oke sampai didini dulu askep defisit perawatan diri,lain kali saya akan membagikan askep jiwa lainnya,bye-bye... Diposkan oleh radinsam saja di Kirimkan Ini lewat BlogThis! Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Tidak ada komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) poin web mau dapat pulsa gratis! klik di bawah ini m-cent satu-satunya like yang di bayar

53 ikuti survey dan anda akan di bayar $ 0.30/opini anda tentang website hanya dengan mengklik iklan anda pun akan di bayar dengan $

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI 1.1 KONSEP PERAWATAN DIRI A. Definisi Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Defisit Perawatan Diri 1.1. Pengertian Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVSU

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVSU LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVSU OLEH : REFIDA VERONIKA S 012015020 STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan Hygiene berarti sehat. Personal Hygiene adalah suatu tindakan memelihara kesehatan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN MASALAH DEFISIT PERAWATAN DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN MASALAH DEFISIT PERAWATAN DIRI LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN MASALAH DEFISIT PERAWATAN DIRI Disusun Oleh : Kelompok 8 1. Bagas Amang S (14.401.15.014) 2. Dayu Ageng Safitri (14.401.15.021) 3. Dimas Viki H

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. Tindakan Keperawatan

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. Tindakan Keperawatan No. Hari/ Dx tanggal 1. Selasa/ 18 juni 2013 CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Pukul Tindakan Keperawatan SP 1 08.30 - Mengidentifikasi kemampuan klien dalam melakukan kebersihan

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan pada Pasien Defisit Perawatan Diri

Asuhan Keperawatan pada Pasien Defisit Perawatan Diri Asuhan Keperawatan pada Pasien Defisit Perawatan Diri Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik sering kali tidak memdulikan perawatan diri. Hal ini yang menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga dan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. 1 BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis membahas dua kasus asuhan keperawatan pada klien defisit perawatan diri dengan penerapan pendidikan kesehatan personal hygiene di rumah

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI Disusun oleh : Kelompok 8 1. Khusnul khotimah (14.401.15.050) 2. Marfuah (14.401.15.054) 3. Muhammad Gimnastiyar

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register 14 BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2004 1. Identitas a. Identitas pasien Nama klien Ny. K, umur 30 tahun, agama Kristen, pendidikan SD, suku/bangsa

Lebih terperinci

Koping individu tidak efektif

Koping individu tidak efektif LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014 Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Status perkawinan Agama Pendidikan Pekerjaan : Tn. M : Laki-laki : 34 thn : Sudah Menikah : Islam

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD) ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD) A. Latar Belakang Bencana tsunami yang terjadi beberapa waktu lalu di NAD Aceh menyebabkan terjadinya masalah kesehatan. Gangguan jiwa merupakan

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) 1 PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) A. Identitas Klien Inisial Klien Usia Agama Pendidikan : Ny. F : 42 Tahun : Islam : SMA Nomor Register : 02. 14. 77 Masuk RSJSH : 27/03/2012 Nama Keluarga Alamat

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu) CONTOH KASUS Setiap lansia pada akhirnya akan mengalami penurunan fungsi organ, Hal ini timbul karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereakasi

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL 1 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : Senang menyendiri, tidak mau melakukan aktivitas, tampak murung, lebih banyak menunduk

Lebih terperinci

perawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA Disusun Oleh: DESI SUCI ANGRAENI SRI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

d. Sosial Universitas Sumatera Utara

d. Sosial Universitas Sumatera Utara BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar 1. Defenisi Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu

Lebih terperinci

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi NO. Keperawatan DX Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi 1. Kamis, 10.00 1. Mempertimbangkan S : Klien mengatakan 21 Mei 2015 WIB budaya klien ketika

Lebih terperinci

GAMBARAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

GAMBARAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG GAMBARAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG 5 Nurul Amin ABSTRAK Kebutuhan personal hygiene klien skizofrenia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Personal Hygiene Personal Hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 2006).

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar defisit perawatan diri: Mandi dan Berdandan 1. Defenisi defisit perawatan diri: Mandi dan berdandan Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan Jiwa menurut Undang-undang kesehatan jiwa tahun 2014 adalah suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA. No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA. No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Lampiran 1 STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Nama klien : Ny. M Ruangan : Nakula No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Januari 2009, jam 10.00 WIB, di Ruang VIII Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondhohutomo Semarang. 1. Biodata a. Identitas klien

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri 1. Definisi Defisit Perawatan Diri Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE) Di Ruang Cendana V RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tugas Mandiri Stase Praktek

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF Tgl Nama Klien : Medis : No MR : Ruangan : Penatalaksanaan regiment terapeutik inefektif TUM: merawat yang mengalami

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara berkembang. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL AMARTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL AMARTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL AMARTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat Syarat Untuk

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN Pertemuan... Hari, TGL :... A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien : a. Data Subjektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007) BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). 1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAKARTA A. KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Desember 2008 diruang III Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.J DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : KEBERSIHAN DIRI DAN PAKAIAN/BERHIAS DI RUANGAN ABIMANYU RSJ DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Data Fokus Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Juni 2011 jam 16.00 WIB pada keluarga Tn.L (60th). Tn.L merupakan kepala keluarga dari Ny. N (51th) dan kedua anaknya

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 1

LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 1 LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 1 A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien: Mengkritik diri sendiri Perasaan tidak mampu Pandangan hidup yang pesimis Penurunan produktivitas

Lebih terperinci

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ` POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB. SA ANIN PADANG KARYA TULIS ILMIAH Oleh : DINO SAPUTRA

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

nonfarmakologi misalnya, teknik

nonfarmakologi misalnya, teknik LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Hari Pertama Hari/ tanggal/ Waktu Rabu, 20 Mei 2015 Pukul 09.00-10.30 No. Implementasi DX 1. 9. Mengkaji keluhan nyeri meliputi lokasi, karakteristik, awitan/durasi, frekuensi,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Desember 2009 jam 10.00 wib A. Pengkajian Tanggal masuk Rumah Sakit : 05-11-2009 Bangsal di rawat : Gatotkoco/ruang VI No Rekam Medis : 067714

Lebih terperinci

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE Lampiran 8 MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE 2009.33.032 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran atau menularkan kuman penyakit bagi diri

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 18-12-2008 di Ruang ketergantungan obat Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondho Hutomo Semarang, dengan diagnosa medis skizofrenia

Lebih terperinci

DATA RESPONDEN. Laki-laki. Perempuan. 2. Berapakah usia Bapak/ Ibu/ Saudara saat ini : Tahun. 3. Apakah pendidikan tertinggi Bapak/ Ibu/ Saudara :

DATA RESPONDEN. Laki-laki. Perempuan. 2. Berapakah usia Bapak/ Ibu/ Saudara saat ini : Tahun. 3. Apakah pendidikan tertinggi Bapak/ Ibu/ Saudara : DATA RESPONDEN Petunjuk : 1. Isilah titik-titik sesuai dengan jawaban anda. 2. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda pilih pada setiap nomor. PROFIL RESPONDEN Responden nomer :...

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 26 Desember 2007 di ruang III (Graha Citro Anggono) Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondho Utomo Semarang, dengan diagnosa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV (Dewaruci) Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Aminogondho Hutomo Semarang, dengan diagnosa medis Skizophrenia Katatonik.

Lebih terperinci

SURAT PENGANTAR RESPONDEN

SURAT PENGANTAR RESPONDEN Lampiran 1 Kepada Yth. Calon Responden Di Tempat SURAT PENGANTAR RESPONDEN Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Thoyyib NIM : 11612025 Alamat : Dsn Manggis, Desa Baosan Kidul RT

Lebih terperinci

NURSING CARE PLAN (NCP)

NURSING CARE PLAN (NCP) NURSING CARE PLAN (NCP) 1. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN Nama Klien : DiagnosaMedis : No CM : Ruangan : Tgl No. Dx Diagnosa Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perawat memiliki peran dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak yang dimiliki pasien dalam memperoleh perawatan yang baik (Asmadi, 2008). Peran tersebut dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN No.Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) I Hari pertama Senin/17 Juni 09.00-10.30 1. Mengkaji kemampuan secara fungsional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertian Everly dkk (dalam Munandar, 2001) mengatakan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA RUANGAN RAWAT : TANGGAL DIRAWAT : I. IDENTITAS KLIEN Inisial : ( L

Lebih terperinci

STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI DUSUN SADANG TANJUNGHARJO, NANGGULAN KULON PROGO

STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI DUSUN SADANG TANJUNGHARJO, NANGGULAN KULON PROGO STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI DUSUN SADANG TANJUNGHARJO, NANGGULAN KULON PROGO Disusun Oleh : Diyah Nur Rahmawati NIM : 3213042 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI DiajukanGunaMelengkapiTugas-TugasdanMemenuhi Syarat-SyaratUntukMenyelesaikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131 NOMOR :.. SET : Jiwa 1 ( K.1 ) FORMAT PEAN : HALUSINASI ( MEMBANTU PASIEN MENGENAL HALUSINASI PENDENGARAN) NO ASPEK YANG DI BOBOT A. FASE ORIENTASI ( 25% ) 1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang optimal. Salah satu teori orem ialah self care deficit, Inti dari teori ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang optimal. Salah satu teori orem ialah self care deficit, Inti dari teori ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebutuhan Dasar Manusia Konsep keperawatan Orem mendasari peran perawat dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri pasien untuk mencapai kemandirian dan kesehatan yang optimal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Panti Wredha Salib Putih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Panti Wredha Salib Putih BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Panti Wredha Salib Putih Panti Wredha Salib Putih dibentuk pada tahun 1959 yang merupakan Panti Wredha Sosial. Panti

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS 1.1. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri 1. Definisi Defisit Perawatan Diri Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien BAB III TINJAUAN KASUS I. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Januari 2008 di ruang XII RSJD dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien dan data dari catatan medik

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata Sdr. D diruang Dewa Ruci RSJD Amino Gondohutomo

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN NGARINGAN SD NEGERI 3 BELOR Alamat : Jl. Singosari, Desa Belor, Kec. Ngaringan Kab.

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN NGARINGAN SD NEGERI 3 BELOR Alamat : Jl. Singosari, Desa Belor, Kec. Ngaringan Kab. 37 PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN NGARINGAN SD NEGERI 3 BELOR Alamat : Jl. Singosari, Desa Belor, Kec. Ngaringan Kab. Grobogan SURAT IJIN PENELITIAN Nomor:.. Yang bertanda tangan

Lebih terperinci

4. PENGKAJIAN 1) DATA UMUM Nama kepala keluarga Alamat kepala keluarga Pekerjaan kepala keluarga Pendidikan kepala keluarga Genogram

4. PENGKAJIAN 1) DATA UMUM Nama kepala keluarga Alamat kepala keluarga Pekerjaan kepala keluarga Pendidikan kepala keluarga Genogram Transcript 1. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA (HOME CARE) PADA TN. K DENGAN ULKUS DEABITUS MILITUS (DM) DI DESA MIJEN RT 01 / RW 05 KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KUDUS 1. Heru Indriyanto 2. Ika Lestari 3.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 Januari 2008 diruang II Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan Skizofrenia berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Identitas 1. Pasien Nama : Tn. S Umur : 30 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Tani Alamat : Grobogan Suku Bangsa : Jawa, Indonesia No.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM ,

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM , BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 29 Desenber 2004. I. Identitas a. Identitas Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM 038164, Alamat Tayu

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien Klien sudah beberapa hari mengalami gelisah, sulit tidur, tidak nafsu makan. Klien selalu memikirkan

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAKARTA A. KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Sanitasi dan Higiene

BAB V PEMBAHASAN. A. Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Sanitasi dan Higiene BAB V PEMBAHASAN A. Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Sanitasi dan Higiene Perorangan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui panca indera seseorang (penginderaan) terhadap

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan Jiwa 1. Biodata Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 27 Desember 2010 di ruang Gatotkoco RSJD Dr. amino Gondohutomo Semarang a. Identitas klien Nama :

Lebih terperinci

INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG

INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG A. Pengertian Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran I KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KELUHAN KULIT PADA PEMULUNG DAN GAMBARAN FASILITAS SANITASI DI TPA TERJUN KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2013 Keterangan

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi. 2. Mengkaji tandatanda

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi. 2. Mengkaji tandatanda Lampiran 1 CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi Dx I Selasa, 03 08.00 1. Mengkaji identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar perawatan diri/personal hygiene 1. Defenisi perawatan diri/personal hygiene Perawatan diri adalah suatu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan nya guna

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci