BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sebelumnya Skripsi Siti Rofi ah yang berjudul Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Siswa yang Bermasalah Di SMKN 1 Palangka Raya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi perilaku siswa yang bermasalah di SMKN-1 Palangka Raya yaitu mengenai perencanaan program telah membuat program tahunan dan program semester yang dibuat pada awal tahun ajaran keduanya di buat secara bersamaan, namun dalam pelaksanaannya tidak mempunyai jadwal. Sedangkan pelaksanaan BK dalam mengatasi perilaku siswa yang bermasalah sudah dilaksanakan artinya guru BK telah memberikan bimbingan kepada siswa yang bermasalah dan memberikan tindakan-tindakan yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan siswa bermasalah, namun guru BK kurang mensosialisasi terhadap program yang dilaksanakan, karena ada sebagian wali kelas yang tidak mengetahuinya. Faktor yang mendukung dalam pelaksanaan BK yaitu jumlah guru BK dan mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai, yaitu berlatar belakang sebagai guru BK. Sedangkan kendala yang dihadapi untuk melakukan bimbingan yaitu

2 ruang Bimbingan dan Konseling yang masih terbatas. Evaluasi pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi perilaku siswa yang bermasalah yaitu dengan membuat laporan bulanan kegiatan bimbingan dan mengawasi tingkah lakunya serta memberikan penilaian terhadap hasil bimbingan. 1 Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pelaksanaan BK dalam mengatasi perilaku siswa yang bermasalah sudah dilaksanakan artinya guru BK telah memberikan bimbingan kepada siswa yang bermasalah dan memberikan tindakan-tindakan yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan siswa bermasalah, namun guru BK kurang mensosialisasi terhadap program yang dilaksanakan, karena ada sebagian wali kelas yang tidak mengetahuinya. Sedangkan dalam penelitian yang saya teliti adalah peranan guru BK dalam mengatasi pelanggaran tata tertib siswa di SMPN 8 Palangka Raya. Diharapkan peranan guru Bk tersebut dapat membantu siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib di SMP-N 8 Palangka Raya. B. Deskripsi Teoritik 1. Peranan guru bimbingan konseling a. Pengertian Peranan 1 Siti Rofi ah, Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Siswa yang Bermasalah Di SMKN 1 Palangka Raya, Palangka Raya: STAIN, t.h, 2011

3 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa: Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang disuatu peristiwa. 2 Menurut Usman dalam bukunya Menjadi Guru Profesional mengatakan: Peranan adalah serangkaian tingkah laku yang saling bersangkutan, yang dilakukan seseorang dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan dalam tingkah laku. 3 Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar, menguraikan pengertian peranan sebagai berikut: 1. Peranan meliputi norma-norma yamg dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam artian merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan; 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur masyarakat. 4. Berdasarkan pendapat di atas peranan adalah tindakan yang dilakukan orang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa, peranan 2 Depdikbud, Kamus Bersar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995, h hal Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 4 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Peres, hal.

4 merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan dimasyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan pengetahuan, keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. b. Pengertian Guru Dalam undang-undang RI No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, menyatakan : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. 5 Dalam kamus besar bahasa Indonesia menyatakan : Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. 6 Usman menyatakan : Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. 7 Menurut Djamarah pengertian Guru adalah : Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempermasalahkan masalah 5 Depaq RI, UU RI Tentang Guru dan Dosen, 2007, hal. 6 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.hal Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.h. 5

5 dunia pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal disekolah. 8 Djamarah juga menyatakan bahwa disekolah guru adalah orang tua kedua bagi anak didik. Sebagai orang tua, guru harus menganggap siswanya sebagai anak didik, bukan menganggap sebagai peserta didik. Kebaikan seorang guru tercermin dari kepribadiannya dalam bersikap dan berbuat, tidak saja ketika dia disekolah tetapi juga diluar sekolah. Guru memang harus menyadari bahwa dirinya adalah figur yang diteladani oleh semua pihak terutama oleh anak didiknya disekolah. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya memiliki ilmu pengetahuan dan tanggung jawab terhadap pekerjaannya sebagai pengajar dan pendidik, dimana ia memiliki keahlian dan tanggung jawab terhadap pekerjaannya sebagai pengajar yang profesional, sebagai anak didik mampu mencapai kedewasaan jasmani dan rohani. c. Pengertian Bimbingan dan Konseling Pengertian bimbingan dan konseling dapat diuraikan sebagai berikut : Menurut Walgito pengertian bimbingan adalah : Bantuan / pertolongan kepada individu atau sekumpulan individuindividu dalam menghindari / mengatasi kesulitan-kesulitan didalam Rieneka Cipta, 2000.h Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:

6 kehidupannya, agar individu / sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. 9 Menurut Winkel pengertian bimbingan adalah : Pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan mengadakan penyesuaian diri terhadap runtutan-runtutan hidup. Bantuan ini bersifat psikis (kejiwaan) bukan pertolongan financial, medis dan sebagainya. 10 Sedangkan menurut Gunarsa pengertian bimbingan adalah : Bimbingan adalah suatu proses bantuan kepada anak didik yang dilakukan secara terus menerus supaya anak didik dapat memahami diri sendiri, sehingga sanggup mengarahkan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. 11 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses bimbingan yang diberikan kepada seseorang maupun sekelompok orang secara terarah dan sistematis dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, mengadakan penyesuaian terhadap tuntutan-tuntutan hidup dan mengembangkan kemampuannya sehingga mendapatkan kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial yang sebaikbaiknya. Sedangkan penyuluhan menurut Walgito adalah : 9 Walgito, Bimbingan Penyuluhan Di Sekolah, Jakarta: Rieneka Cipta, 1995, hal Winkel, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah Menengah, Jakarta: Rieneka Cipta, 1987, hal Gunarsa dan Ny.Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, Jakarta: Gunung Mulia, 1982, hal. 13

7 Bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. 12 Menurut Rochman Natawidjaja konseling adalah : Konseling merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, dimana yang seorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya. 13 Dari beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa penyuluhan adalah proses menolong seseorang yang menghadapi suatu masalah yang dilakukan melalui komunikasi timbal balik antara pembimbing dengan yang dibimbing dan sesuai keadaan individu yang dihadapi sehingga individu yang mengalami suatu masalah dapat menyelesaikannya secara mandiri dan bertanggung jawab. Jadi yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling (bimbingan penyuluhan) adalah suatu proses bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang sedang menghadapi masalah atau dalam rangka pengembangan potensi individu sehingga adanya bantuan tersebut individu yang dibantu dapat menyelesaikan dengan baik dalam rangka pencapaian kesejahteraan hidupnya. 12 Walgito, Bimbingan Penyuluhan Di Sekolah, Jakarta: Rieneka Cipta, 1995, hal Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Jakarta : Rieneka Cipta, 1996, hal. 21

8 d. Guru bimbingan dan konseling Guru bimbingan dan konseling adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, guru pembimbing bertugas : 1. Memasyarakatka pelayanan bimbingan 2. Merencanakan program bimbingan 3. Melaksanakan segenap layanan bimbingan 4. Melaksanakan kegiatan pendukung bimbingan 5. Menilai proses dan hasil pelayanan bimbingan dan kegiatan pendukungnya 6. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian 7. Mengadministrasikan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakannya 8. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan kepada coordinator bimbingan. Disamping bertugas memberikan layanan informasi kepada siswa juga sebagai sumber data yang meliputi kartu akademis, catatan konseling, data psikotes, dan catatan konferensi kasus. Maka guru bimbingan perlu melengkapi data yang diperoleh guru mata pelajaran. 14 e. Peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi pelanggaran siswa Siswa yang sering melanggar tata tertib, kadang-kadang ada yang mengerti bahwa dia mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan ada juga yang tidak mengerti kepada siapa ia harus 14 Ibid, hal. 56 dan 60

9 meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya itu. Disinilah pentingnya peranan guru bimbingan konseling dalam membantu mengatasi masalah siswa. Adapun peranan guru bimbingan konseling adalah : 1. Membantu menyadarkan klien bahwa gangguan atau masalah yang dihadapinya disebabkan oleh cara berpikirnya yang tidk logis. 2. Menyadarkan klien bahwa pemecahan masalah yang dihadapinya merupakan tanggung jawab sendiri. 3. Berusaha mengajak klien mengubah cara berpikirnya dengan cara menghilangkan gagasan-gagasan yang tidak logis. 4. Menyerang inti cara berpikir yang tidak rasional dari klien dan mengajarkan bagaimana caranya mengganti cara berpikir yang tidak rasional dengan rasional. 15 Selain itu dalam buku Dimensi Administrasi Pendidikan menurut Piet A. Sahertian peranan petugas bimbingan adalah : 1. Memberi informasi yang penting. 2. Bekerja sama dengan para siswa dalam memberikan konseling secara individu untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. 3. Memberikan konseling kepada siswa secara kelompok. 4. Menjelaskan terapi yang sesuai bila diperlukan. 15 Ibid, hal

10 5. Menyampaikan kasus-kasus yang berat kepada para spesialis. 6. Memberi perhatian kepada orang tua agar program bimbingan dapat berhasil. 7. Berfungsi sebagai alat stabilisator yang bias menciptakan sistem yang menciptakan hubungan baik dengan antara petugas bimbingan, para siswa, orang tua dan masyarakat awam. 16 f. Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik baik individu atau kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, social, belajar, karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Tujuan bimbingan dan konseling, yaitu untuk membantu memandirikan peserta didik dalam mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal. Adapun tujuan bimbingan dan konseling di sekolah menurut Sukardi dan Sumiati adalah sebagai berikut : 1. Tujuan umum a) Agar siswa dapat memperkembangkan pengertian dan pemahaman diri dalam kemajuannya disekolah. b) Agar siswa dapat memperkembangkan pengetahuan tentang dunia kerja, serta rasa tanggung jawab dalam memilih suatu kesempatan kerja tertentu. hal Piet Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, Surabaya :Usaha Nasional, 1985,

11 c) Agar siswa dapat memperkembangkan kemampuan untuk memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggung jawab. d) Agar siswa dapat mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga diri orang lain. 2. Tujuan khusus a) Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan didalam memahami dirinya sendiri. b) Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan didalam memahami lingkungannya termasuk lingkungan sekolah, keluarga dan kehidupan masyarakat yang lebih luas. c) Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya. d) Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi dan menyalurkan potensi-potensi yang dimilikinya dalam pendidikan dan lapangan kerja secara tepat. 17 Kosasi dan Soecipto mengemukakan bahwa tujuan bimbingan dan konseling disekolah adalah : 1) Mengatasi kesulitan-kesuitan yang berhubungan dengan masalahmasalah sosial emosional disekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan yang lebih luas. 18 Dari keterangan diatas dapat dipahami bahwa tujuan dari bimbingan dan konseling baik secara umum maupun khusus adalah menyangkut halhal berhubungan dengan masalah siswa dan kesulitan yang dihadapi Cipta, 1990.h Sukardi dan Sumiati, Pedoman Praktis Bimbingan Dan Penyuluhan, Jakarta: Rieneka 18 Kosasi dan Soecipto, Profesi Keguruan, Jakarta: Rieneka Cipta, 1999, hal. 17

12 siswa dalam dirinya. Dari pendapat diatas tergambar bahwa tujuan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan suatu pemberian bantuan oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa seperti pelanggaran terhadap tata tertib yang dapat membawa dampak kurang baik terhadap kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan program pendidikan di sekolah. g. Fungsi bimbingan di sekolah Adapun fungsi dari bimbingan dan konseling di sekolah diantaranya adalah: 1. Fungsi pemahaman Yaitu, fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya. Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara oftimal, menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. 2. Fungsi preventif Yaitu, fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

13 3. Fungsi pengembangan yaitu, fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. 4. Fungsi penyembuhan Yaitu, fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, social, belajar maupun karir. 5. Fungsi penyaluran Yaitu, fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. 6. Fungsi adaptasi Yaitu, fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah/madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan konseli.

14 7. Fungsi penyesuaian Yaitu, fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. 8. Fungsi perbaikan Yaitu, fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak. Konselor memberikan perlakuan terhadap konseli supaya memiliki pola berpikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif atau normatif. 9. Fungsi fasilitasi Yaitu, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang oftimal, serasi, selaras, dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli. 10. Fungsi pemeliharaan Yaitu, fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan memperta hankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar

15 terhindar dari kondisi yang menyebabkan penurunan produktivitas diri. 19 Fungsi-fungsi tersebut ditujukan melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung dari masing-masing fungsi itu. Setiap layanan kegiatan yang akan dilakukan harus secara langsung mengacu atau mengarah pada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil yang hendak dicapai / diperoleh secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi. h. Proses Bimbingan dan Konseling Willis dan Setiawan mengemukakan bahwa proses atau sistematika proses bimbingan dan konseling adalah : 1. Memahami terlebih dahulu gejala-gejala kesulitan yang dihadapi murid. 2. Memahami identitas pribadi murid. 3. Memahami latar belakang masalah. 4. Analisis masalah. 5. Pengumpulan data. 6. Upaya pelayanan bimbingan dan konseling. Gunarsa dan Ny.Gunarsa mengemukakan bahwa proses bimbingan dan konseling adalah : 1. Wawancara 2. Penentuan masalah 3. Pengumpulan data 2010.h Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, Jakarta: PT.Raja Grapindo Persada,

16 4. Analisis data 5. Penyelesaian masalah 6. Penilaian 7. Pelaksanaan bantuan 8. evaluasi 20 Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa dalam proses bimbingan dan konseling terlebih dahulu perlu memahami masalah yang terjadi serta identitas kepribadian murid, selanjutnya diberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan kemudian diadakan evaluasi terhadap hasil yang diberikan bantuan tersebut. Dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain : a) Teknik pelaksanaan Pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan dalam beberapa cara tergantung kepada sifat permasalahan, jadwal siswa, kesiapan tenaga pembimbing, serta tersedianya waktu dan tempat. b) Waktu Agar layanan bimbingan dapat terlaksana secara efektif maka kegiatannya memerlukan pengaturan waktu tertentu baik secara terjadwal. c) Tempat pelaksanaan 20 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia,, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, hal. 213

17 Kegiatan layanan bimbingan memerlukan pengaturan tempat secara baik dan tepat. Kegiatan bimbingan dapat dilakukan diruang yang sudah disiapkan secara khusus untuk keperluan itu atau tempat yang sudah disepakati bersama siswa. i. Jenis-jenis layanan Bimbingan konseling di sekolah Layanan bimbingan adalah kegiatan yang dilakukan petugas bimbingan dalam rangka menemukan, melaksanakan fungsi-fungsi untuk mencapai tujuan bimbingan konseling. Adapun jenis-jenis layanan yang diberikan : 1. Layanan orientasi, yakni layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru terhadap lingkungan baru yang dimasukinya. 2. Layanan informasi, yakni bersama layanan orientasi memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan dengan berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan. 3. Layanan konseling perorangan, yakni sebagai pelayanan khusus dalam hubungan tatap muka antara konselor dan klien. Dalam hubungan ini masalah klien dicermati dan diupayakan pengentasannya, sedapat-dapanya dengan kekuatan klien sendiri.

18 4. Layanan bimbingan konseling kelompok, yakni apabila konseling perorangan menunjukkan layanan kepada individu atau klien orang perorangan, maka bimbingan konseling kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. 5. Kegiatan penunjang, yakni pelaksanaan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling memerlukan sejumlah kegiatan penunjang dengan berbagai data, keterangan, informasi, terutama tentang klien dan lingkungannya. 21 j. Langkah-langkah pelaksanaan bimbingan dan konseling Melakukan layanan bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya perlu diketahui langkah-langkah dalam memberikan layanan bimbingan konseling kepada siswa,terutama mereka yang mempunyai masalah. Adapun langkah-langkah tersebut meliputi : 1. Identifikasi masalah Pada langkah ini hendaknya diperhatikan guru adalah mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa. Maksud dari gejala awal disini adalah apabila siswa menunjukkan tingkah laku berbeda atau menyimpang dari biasanya. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan 21 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : PT. Rieneka Cipta, 1994, hal 225

19 memerhatikan gejala yang tampak, kemudian dianalisis dan selanjutnya dievaluasi. 2. Diagnosis Pada langkah ini yang dilakukan adalah menetapkan masalah berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang menjadi latar belakang atau yang melatarbelakangi gejala yang muncul. 3. Prognosis Langkah prognosis ini pembimbing menetapkan alternatif tindakan bantuan yang akan diberikan. Langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosis, yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. 4. Pemberian bantuan Setelah guru merencanakan pemberian bantuan, maka dilanjutkan dengan merealisasikan langkah-langkah alternatif bentuk bantuan berdasarkan masalah dan latar belakang yang manjadi penyebabnya. Langkah pemberian bantuan ini dilaksanakan dengan berbagai pendekatan dan teknik pemberian bantuan. 5. Evaluasi dan tindak lanjut Setelah pembimbing dan klien melakukan beberapa kali pertemuan, dan mengumpulkan data dari beberapa individu, maka langkah

20 selanjutnya adalah melakukan evaluasi dan tindak lanjut. Evaluasi dapat dilakukan selama pemberian proses bantuan berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, seperti melalui wawancara, angket, observasi, diskusi, dokumentasi dan sebagainya. 22 k. Pendekatan dalam bimbingan dan konseling Jika kita memahami bahwa pendidikan sebagai bantuan yang diberikan oleh orang yang dewasa kepada orang yang belum dewasa dalam proses perkembangan menuju ke kedewasaan. Dalam hal ini sangat diperlukan bimbingan, dan perlu ada pendekatan dalam bimbingan tersebut. Ada tiga macam pendekatan yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain yang dikutip oleh Fenti Hikmawati yaitu: 1. Bimbingan preventif Pendekatan bimbingan ini menolong seseorang sebelum seseorang menghadapi masalah. Caranya dengan menghindari masalah itu (jika memungkinkan), mempersiapkan orang tersebut untuk menghadapi masalah yang pasti akan dihadapi dengan memberi bekal pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan untuk menghadapi masalah itu. 2. Bimbingan kuratif Fenti Hikmawati, bimbingan konseling edisi revisi, Jakarta:PT Rajagrafindo Persada,

21 Dalam pendekatan ini pembimbing menolong seseorang jika orang itu menghadapi masalah yang cukup berat hingga tidak dapat diselesaikan sendiri. 3. Bimbingan perseveratif Bimbingan ini bertujuan meningkatkan yang sudah baik, yang mencakup sifat dan sikap yang menguntungkan tercapainya penyesuaian diri dan terhadap lingkungan, kesehatan jiwa yang dimilikinya, kesehatan jasmani dan kebiasaan-kebiasaan hidup yang sehat, kebiasaan cara bergaul yang baik dan sebagainya. Bimbingan dapat dilakukan secara individual dan kelompok, sehingga ada pendekatan individu dan pendekatan kelompok, yaitu: 1. Pendekatan individu Pendekatan ini dilakukan dengan pendekatan perseorangan dan dilaksanakan melalui wawancara langsung dengan individu. Dalam pendekaatan ini terdapat hubungan yang dinamis, sehingga individu measa diterima dan di mengerti oleh pembimbing. Pendekatan bimbingan individu mencakup : a. Informasi individual b. Penasihatan individual c. Pengajaran remedial individual d. Penyuluhan individual. 2. Pendekatan kelompok

22 Pendekatan bimbingan kelompok diberikan oleh pembimbing per kelompok. Beberapa orang yang bermasalah sama, atau yang dapat memperoleh manfaat dari pembimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok kecil(2-6 orang), kelompok sedang(7-12 orang), dan kelompok besar (20-40 orang). Pendekatan bimbingan kelompok mencakup : a. Informasi kelompok b. Penasihatan kelompok c. Pengajaran remedial kelompok d. Penyuluhan kelompok e. Home room f. Sosiodrama g. Karya wisata h. Belajar kelompok i. Kerja kelompok j. Diskusi kelompok k. Kegiatan club/ pramuka Mengatasi pelanggaran tata tertib sekolah a. Pengertian mengatasi 2011, h Fenti Hikmawati, bimbingan konseling edisi revisi, Jakarta:PT Rajagrafindo Persada,

23 Dalam kamus besar bahasa Indonesia Mengatasi adalah adalah menguasai (keadaan) untuk persoalan itu diperlukan kebijaksanaan para petugas. b. Pengertian Tata Tertib Sekolah Dalam kamus besar bahasa Indonesia tata berarti aturan. Sedangkan tata tertib ialah peraturan-peraturan yang harus ditaati atau dilaksanakan, disiplin. 24 Sedangkan menurut Arikunto tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa. 25 Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan tata tertib ialah bentuk peraturan yang wajib diikuti dalam rangka kepentingan bersama. Tata tertib sekolah adalah ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari yang mengandung sangsi terhadap pelanggarannya. Peraturan yang mengatur kehidupan disekolah sehari-hari yang menjadi pedoman tingkah laku siswa untuk mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing. Adapun fungsi dari tata tertib yaitu mengamankan keadaan sekolah juga melindungi dan menyelamatkan siswa dari gangguan. 24 Ibid, hal. 74 Cipta, 1990.h Arikunto dan Suharsimi, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rieneka

24 Tata tertib murid adalah bagian dari tata tertib sekolah, disamping itu masih ada tata tertib guru dan tata tertib administratif. Kewajiban mentaati tata tertib sekolah adalah hal yang penting sebab merupakan dari sistem persekolahan dan bukan sekedar sebagai kelengkapan sekolah. Pada dasarnya tata tertib untuk murid adalah sebagai berikut : 1. Tugas dan kewajiban dalam intra sekolah : a. Murid harus datang di sekolah sebelum jam pelajaran dimulai. b. Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal sebelum pelajaran dimulai. c. Murid tidak dibenarkan tinggal didalam kelas pada sat jam istirahat kecuali keadaan tidak mengizinkan misalnya hujan. d. Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah. e. Murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan oleh sekolah. f. Murid harus juga memperhatikan kegiatan ekstrakurikuler seperti kepramukaan, kesenian, palang merah remaja dsb. 2. Larangan yang harus diperhatikan : a. Meninggalkan sekolah / jam pelajaran tanpa izin dari kepala sekolah atau guru yang bersangkutan. b. Merokok di sekolah. c. Berpakaian tidak senonoh atau bersolek berlebihan. d. Kegiatan yang mengganggu jalannya pelajaran. 3. Sangsi bagi murid : a. Peringatan lisan secara langsung b. Peringatan tertulis dengan tebusan orang tua. c. Dikeluarkan sementara.

25 Dalam prakteknya, aturan tata tertib yang bersumber dari instruksi menteri pendidikan dan kebudayaan tersebut perlu dijabarkan atau diperinci sejelas-jelasnya dan disesuaikan dengan kondisi sekolah agar mudah dipahami oleh murid. 26 Adapun tata tertib yang ada di SMP Negeri 8 Palangka Raya adalah : A. Dilingkungan sekolah 1. Siswa berada di sekolah 20 menit sebelum jam pelajaran dimulai. 2. Di wajibkan mengikuti upacara bendera setiap hari senin mulai pukul WIB. 3. Siswa yang berhalangan hadir harus menyampaikan kabar tertulis melalui wali kelas atau guru piket, apabila siswa tidak hadir selama 3 kali akan mendapat teguran. 4. Selama jam pelajaran efektif, apabila siswa meninggalkan sekolah harus membawa surat izin dari guru piket. 5. Selama jam pelajaran istirahat harus tetap berada dilingkungan sekolah. 6. Sepeda harus ditempatkan di lokasi parkir dan harus dikunci. 7. Tidak diperkenankan membawa sepeda motor. 8. Membuang sampah sembarangan, dikenakan sanksi Rp.5.000,- 9. Tidak boleh memetik bunga / merusak tanaman, sesuai surat pernyataan bersama siswa. 10. Tiap siswa wajib menanam satu pohon atau lebih untuk kerindangan lingkungan sekolah serta pemeliharaannya. 11. Bagi siswa memakai WC harus disiram dan ikut menjaga kebersihan sekolah. 12. Tidak diperkenankan menerima tamu di sekolah tanpa seizing guru piket dan satpam. 13. Bagi orang tua atau wali murid apabila memasuki lokasi sekolah harap melapor terlebih dahulu ke guru piket atau satpam sekolah. Cipta, 2004.h Suryosubroto, Dimensi-Dimensi Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Jakarta: Rieneka

26 14. Dilarang membawa makanan / minuman dari kantin/ warung, keluar dari daerah kantin. B. Kebersihan badan dan pakaian 15. Ketentuan rambut : a. Untuk siswa putra, Panjang rambut bagian atas tidak boleh melebihi 8 cm. Tidak boleh menutup telinga Tidak boleh menutup kerah baju Tidak boleh dicat/diwarnai (harus warna aslinya) b. Untuk siswa putri, Yang berambut panjang agar diikat dengan rapi Tidak boleh dicat/diwarnai (harus warna aslinya) 16. Seragam berada di lingkungan sekolah baju harus dimasukan ke celana/rok. 17. Pada saat jam olahraga, siswa harus menggunakan pakaian olahraga. 18. Tidak diperkenankan memakai perhiasan berlebihan atau betindik. 19. Siswa perempuan diharuskan memakai rok panjang atau dibawah lutut. 20. Tidak boleh memelihara kuku panjang dan tidak boleh diberi warna. 21. Siswa laki-laki tidak diperkenankan memakai anting-anting, kalung, gelang dan tindik. 22. Siswa diwajibkan memakai ikat pinggang dan kaos kaki yang berlogo SMPN 8 Palangka Raya. 23. Jenis pakaian yang dipakai adalah: Hari Seragam Sepatu / kaos kaki Senin Biru putih lengkap Hitam / putih dengan topi dan dasi Selasa Biru putih Hitam / putih Rabu & kamis Atas batik, bawah biru Warna bebas / rapi Jum at Pramuka Hitam / putih Sabtu Pramuka Hitam / putih C. Sikap / perilaku

27 24. Tidak boleh membawa buku bacaan yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah. 25. Tidak diperkenankan membawa senjata tajam. 26. Tidak diperkenankan merokok, meminum-minuman keras, obat terlarang dan berjudi. 27. Tidak diperkenankan membawa gambar porno dalam bentuk apapun. 28. Tidak diperkenankan membawa HP. 29. Tidak diperkenankan bekelahi sesama teman maupun dengan orang lain. 30. Semua siswa harus melakukan 7K. 31. Tidak diperkenankan mencoret-coret pakaian seragam maupun pakaian olahraga, bangku, dinding dan fasilitas lain yang ada di sekolah. 27 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku siswa Sarwono menyatakan bahwa Philip Graham membagi faktor-faktor penyebab kelainan perilaku anak dan remaja kedalam dua golongan. Ia lebih mendasarkan teorinya pada pengamatan dari sudut kesehatan mental anak remaja yaitu : 1. Faktor lingkungan, meliputi : a) Kemiskinan b) Keluarga yang bercerai c) Gangguan dalam pengasuhan keluarga (kematian orang tua, orang tua sakit/cacat, hubungan keluarga tidak harmonis, kesulitan pengasuhan dalam keluarga karena pengangguran). 2. Faktor pribadi a) Faktor bakat karena mempengaruhi temperamen (menjadi hiperaktif) b) Ketidakmampuan menyesuaikan diri Tata tertib SMPN 8 Palangka Raya 28 Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1991.h.190

28 Menurut Bimo Walgito faktor yang mempengaruhi disiplin adalah faktor diri sendiri yaitu menyangkut fisik, hal ini harus memiliki kondisi baik dalam artian sehat. 29 Faktor Keluarga, barang kali sulit untuk mengabaikan peran keluarga dalam pendidikan. Anak anak sejak masa bayi hingga usia sekolah memiliki lingkungan yang tunggal, yaitu keluarga. Makanya tak mengherankan jika Gilbert Highest menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak anak sebagaian besar berbentuk oleh pendidikan keluarga. 30 Faktor lingkungan menurut Ahmadi yakni, segala sesuatu yang ada pada lingkungan ia berada (bertempat tinggal) atau bergaul. 31 Memang sukar dipungkiri bahwa lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap proses perkembangan dan masa depan siswa. Dalam hal ini lingkungan keluarga (bukan bakat pembawaan dari keluarga) dan lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti menentukan tinggi rendahnya mutu perilaku dan masa depan seorang siswa. 32 Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan anak yaitu tidak lepas dari faktor diri 29 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta : Andi Offset.h Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta, PT. Raja Grapindo Persada,2002, h Ahmad dan Munawar, Psikologi Perkembangan, Jakarta, Rineka Cipta, 2005, h Ibid. 60

29 sendiri, keluarga dan lingkungan. Diri sendiri itu adalah menyangkut dengan minat, bakat, kemauan dan perhatian orang tua kepada anaknya. Sedangkan faktor keluarga yaitu menyangkut dengan pendidikan yang ditanamkan oleh keluarga serta kebiasaan yang dilakukan dalam keluarga akan sangat berpengaruh kepada anak. Lingkungan terdiri dari masyarakat dan tempat bergaul anak. Pendapat lain juga menambahkan bahwa faktor lingkungan itu menyangkut dengan orang banyak seperti situasi dan kondisi dan sarana prasarana yang tersedia. d. Pola penanganan siswa yang sering melanggar Pola penanganan terhadap siswa yang sering melanggar tata tertib dapat ditindak oleh kepala sekolah. Tindakan tersebut dapat diinformasikan kepada wali kelas yang bersangkutan. Sementara itu, guru pembimbing berperan dalam mengetahui sebab-sebab yang melatarbelakangi sikap dan tindakan siswa tersebut. Dalam hal ini guru pembimbing bertugas membantu menangani masalah siswa tersebut dengan meneliti latar belakang tindakan siswa melalui serangkaian wawancara dan informasi dari sejumlah sumber data, setelah wali kelas merekomendasinya. 33 Upaya untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan masalah pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan 33 Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Jakarta : Rieneka Cipta, 1996, hal

30 melalui dua pendekatan yaitu pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan dan konseling. Penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan tata tertib yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan tata tertib memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, sekolah bukan lembaga hukum yang mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya. Di sinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan, yaitu melalui bimbingan dan konseling. Penanganan siswa melalui bimbingan dan konseling ini justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Pelayanan siswa bermasalah melalui bimbingan dan konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apapun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya diantara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan

31 lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik. 34 1) Faktor penunjang kegiatan bimbingan dan konseling Faktor penunjang yang diperlukan yaitu sarana dan prasarana yang disesuaikan dengan kondisi setempat, namun untuk keperluan ini perlu diprogramkan sebelun tahun pelajaran baru, agar bimbingan dapat berjalan lancar. Sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain sebagai berikut : a) Sarana - Alat pengumpul data, seperti format-format, pedoman observasi, pedoman wawancara. - Alat penyimpan data, seperti kartu pribadi, buku pribadi, map, dan sebagainya. - Perlengkapan teknis, sperti buku pedoman. b) Prasarana - Ruang bimbingan - Anggaran biaya untuk menunjang kegiatan layanan. c) Kerjasama Layanan bimbingan yang efektif tidak mungkin terlaksana dengan baik tanpa adanya kerjasama guru pembimbing dengan pihak-pihak yang terkait baik didalam maupun diluar sekolah. 35 Program pelayanan bimbingan dan konseling yang telah direncanakan itu tidak mungkin terlaksana dengan baik apabila tidak 34 Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, Jakarta: PT.Raja Grapindo Persada, 2010, hal Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Jakarta : Rieneka Cipta, 1996, hal.62-65

32 ditunjang oleh faktor pendukung dan perlengkapan yang memadai. Halhal pokok yang harus mendapatkan perhatian demi terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang baik adalah sarana, prasarana dan kerjasama. C. Kerangka Pikir dan Pertanyaan Penelitian 1. Kerangka pikir Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita, mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Disetiap sekolah tentu saja ada siswa yang sering melanggar tata tertib seperti terlambat masuk, membolos, berkelahi dan lain sebagainya. Disinilah peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi pelanggaran tata tertib di sekolah sangat membantu moral siswa, dengan perhatian dari konselor maka dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah. Agar nantinya para siswa diharapkan dapat mentaati semua tata tertib yang berlaku di sekolah dengan penuh kesadaran. Dalam peranan guru tersebut tentunya tidak bias dipisahkan dari berbagai macam komponen yang saling berhubungan erat sehingga peranan yang dilakukan nantinya akan berhasil sesuai dengan tujuan yang

33 diinginkan. Selain itu di dalam peranan tersebut juga tentunya tidak bisa lepas dari berbagai macam langkah yang digunakan. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir diatas, maka dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

34 Bentuk pelanggaran tata tertib yang dilanggar 1. Terlambat datang 2. Tidak masuk sekolah 3. Tidak melaksanakan tugas piket 4. Tidak menjaga tata kebersihan / kerapian 5. Berperilaku nakal dilingkungan sekolah 6. Membolos 7. berpacaran Langkah-langkah guru BK dalam mengatasi pelanggaran 1. Identifikasi masalah 2. Diagnosis 3. Prognosis 4. Pemberian bantuan 5. Evaluasi Peranan guru BK dalam mengatasi pelanggaran Memanggil siswa yang sering melakukan pelanggaran dan mengajak siswa untuk membicarakan atau mencari solusi masalah yang sedang dihadapi siswa.

35 2. Pertanyaan penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir diatas, maka dalam penelitian ini dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : a) Apa latar belakang pendidikan guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 8 Palangka Raya? b) Apa saja bentuk pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa SMP Negeri 8 Palangka Raya? 1. Apa faktor penyebab pelanggaran tata tertib siswa di SMP Negeri 8 Palangka Raya? c) Apa langkah-langkah guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi pelanggaran tata tertib siswa di SMP Negeri 8 Palangka Raya? 1. Bagaimana cara guru bimbingan dan konseling menindaklanjuti pelanggaran tata tertib siswa di SMP Negeri 8 Palangka Raya? 2. Metode apa yang digunakan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 8 Palangka Raya? d) Bagaimana peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 8 Palangka Raya? 1. Bagaimana pelayanan yang diberikan kepada siswa yang melanggar tata tertib di SMP Negeri 8 Palangka Raya? 2. Apakah ada perubahan yang dialami oleh siswa SMPN 8 Palangka Raya setelah diberi bimbingan?

36

BAB V PENUTUP. simpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi

BAB V PENUTUP. simpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat peneliti simpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi pelanggaran tata tertib siswa di SMP

Lebih terperinci

Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Kewajiban Siswa

Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Kewajiban Siswa BUKU SAKU Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Kewajiban Siswa Setiap siswa wajib : 1. Mempunyai dan membawa buku saku setiap mengikuti kegiatan di sekolah 2. Memahami, menghayati, dan melaksanakan semua ketentuan

Lebih terperinci

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas diperlukan tata tertib siswa yang terdiri dari hak, kewajiban, larangan dan sanksi.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas diperlukan tata tertib siswa yang terdiri dari hak, kewajiban, larangan dan sanksi. PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 19 JAKARTA Jalan Perniagaan No 31, Tambora Telepon (021) 6904454 Email : sman19jkt@yahoo.com JAKARTA Kode

Lebih terperinci

Petunjuk Kerja ini disusun sebagai panduan tata tertib peserta didik dan sanksi pelanggaran di SMPN 1 Mojokerto

Petunjuk Kerja ini disusun sebagai panduan tata tertib peserta didik dan sanksi pelanggaran di SMPN 1 Mojokerto 1. Tujuan Petunjuk Kerja ini disusun sebagai panduan tata tertib peserta didik dan sanksi pelanggaran di SMPN 1 Mojokerto 2. Petunjuk Kerja 2.1. Hal Masuk Sekolah 1) Semua peserta didik harus hadir di

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BEKASI DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 KOTA BEKASI Jalan KH. Agus Salim No. 181 Telp Fax Bekasi 17112

PEMERINTAH KOTA BEKASI DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 KOTA BEKASI Jalan KH. Agus Salim No. 181 Telp Fax Bekasi 17112 Rev. : 0/051009 SMAN 1 Bekasi PEMERINTAH KOTA BEKASI DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 KOTA BEKASI Jalan KH. Agus Salim No. 181 Telp. 8802538 Fax. 8803854 Bekasi 17112 FM-KSW-01 TATA TERTIB SEKOLAH I. KEWAJIBAN

Lebih terperinci

PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 78 Jakarta, Menimbang : a.

Lebih terperinci

JADWAL KEGIATAN STUDI PENGENALAN DAN SIMULASI AKTIVITAS KAMPUS (SPESIVIK) XI 2016

JADWAL KEGIATAN STUDI PENGENALAN DAN SIMULASI AKTIVITAS KAMPUS (SPESIVIK) XI 2016 JADWAL KEGIATAN STUDI PENGENALAN DAN SIMULASI AKTIVITAS KAMPUS (SPESIVIK) XI 2016 Hari/ tanggal Ketentuan dan atribut Tempat Keterangan Kamis, 11 Agustus 2016 1. Wajib hadir pada pukul 07.00 WIB 2. Pakaian

Lebih terperinci

TATA TERTIB STUDI PENGENALAN DAN SIMULASI AKTIVITAS KAMPUS X (SPESIVIK X) A. TATA TERTIB SPESIVIK

TATA TERTIB STUDI PENGENALAN DAN SIMULASI AKTIVITAS KAMPUS X (SPESIVIK X) A. TATA TERTIB SPESIVIK TATA TERTIB STUDI PENGENALAN DAN SIMULASI AKTIVITAS KAMPUS X () A. TATA TERTIB SPESIVIK 1. Mematuhi peraturan dan tata tertib SPESIVIK 2. Hadir tepat waktu 30 menit sebelum acara dimulai. 3. Menerapkan

Lebih terperinci

TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 10 PADANG TP 2007/2008

TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 10 PADANG TP 2007/2008 TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 10 PADANG TP 2007/2008 BAB I PASAL 1-121 12 SEBELUM DAN SELAMA PBM BERLANGSUNG Piket kelas datang ke sekolah paling lambat 15 menit sebelum bel masuk dibunyikan yang bertugas

Lebih terperinci

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2017/2018

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2017/2018 TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2017/2018 A. Kegiatan Pembelajaran 1. Peserta didik sudah harus hadir di sekolah pukul 07.10 Wib. 2. Tanda masuk berbunyi,

Lebih terperinci

3. Tata tertib ini wajib ditaati oleh semua siswa selama mereka masih berlajar di SMK. BONAVITA TANGERANG.

3. Tata tertib ini wajib ditaati oleh semua siswa selama mereka masih berlajar di SMK. BONAVITA TANGERANG. TATA TERTIB SISWA SMK BONAVITA I. PENDAHULUAN 1. Tata tertib ini disusun untuk menciptakan disiplin peserta didik sebagai syarat utama terlaksananya proses belajar mengajar yang efektif. 2. Tata tertib

Lebih terperinci

FORMULIR DATA PESERTA DIDIK BARU TAHUN PELAJARAN 2016/2017

FORMULIR DATA PESERTA DIDIK BARU TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Keterangan Pengisian : FORMULIR DATA PESERTA DIDIK BARU TAHUN PELAJARAN 2016/2017 1. Diisi dengan huruf cetak 2. Tempat tanggal lahir diisi sesuai dengan Akta Tanggal Lahir A. KETERANGAN PRIBADI 1. Nama

Lebih terperinci

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SEKOLAH UNGGUL SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SEKOLAH UNGGUL SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG TATA TERTIB PESERTA DIDIK SEKOLAH UNGGUL SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG Nama Siswa :... Sekolah Asal :... A. Kegiatan Pembelajaran 1. Peserta didik sudah harus hadir di sekolah pukul 07.15. 2. Tanda masuk berbunyi,

Lebih terperinci

PERATURAN SISWA. Setiap siswa/ siswi Madrasah Aliyah YATPI wajib mengikuti ketentuanketentuan

PERATURAN SISWA. Setiap siswa/ siswi Madrasah Aliyah YATPI wajib mengikuti ketentuanketentuan PERATURAN SISWA Setiap siswa/ siswi Madrasah Aliyah YATPI wajib mengikuti ketentuanketentuan sebagai berikut: A. KEWAJIBAN 1. Kehadiran Siswa a. Siswa/i hadir di madrasah pada hari-hari madrasah atau hari-hari

Lebih terperinci

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2016/2017

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2016/2017 TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2016/2017 Nama Siswa :... Sekolah Asal :... A. Kegiatan Pembelajaran 1. Peserta didik sudah harus hadir di sekolah sebelum

Lebih terperinci

INGAT: DIISI DITANDATANGANI DIKEMBALIKAN KE SEKOLAH

INGAT: DIISI DITANDATANGANI DIKEMBALIKAN KE SEKOLAH ISI 1. Foto 3x4 dua lembar berwarna 2. Bukti Pendaftaran 3. Hasil printout formulir Online 4. F.C. SKHUS yang telah dilegalisir 1 lembar 5. Lembar pernyataan orang tua yang sudah diisi dan bermaterai 6000

Lebih terperinci

Sigit Sanyata

Sigit Sanyata #3 Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id Komitmen kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/ Madrasah,

Lebih terperinci

2. Tata tertib ini sifatnya mengikat dan wajib ditaati oleh seluruh siswa

2. Tata tertib ini sifatnya mengikat dan wajib ditaati oleh seluruh siswa TATA TERTIB SISWA BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 1. Untuk mewujudkan ketertiban di sekolah dan menjamin terselenggaranya Kegiatan Proses Belajar Mengajar di sekolah, dipandang perlu ditetapkan peraturan tata

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 Hak cipta Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Catharina

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Sekolah yang merupakan suatu sarana pendidikan diharapkan dapat menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan jaman.

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Selasa, 21 Desember :32 - Terakhir Diperbaharui Senin, 27 Desember :28

Ditulis oleh Administrator Selasa, 21 Desember :32 - Terakhir Diperbaharui Senin, 27 Desember :28 Tata Tertib SMP Negeri 5 Amlapura Meliputi beberapa Aspek antara lain : 1. Tata Tertib Guru 2. Tata Tertib Pegawai 3. Tata Tertib Siswa Berikut Penjelasan masing - masing tata tertib tersebut : TATA TERTIB

Lebih terperinci

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 45 JAKARTA

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 45 JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 45 JAKARTA JL. Perintis Kemerdekaan Kelapa Gading - Jakarta Utara (021) 4527345 Website: sman45-jkt.sch.id Email: sman45-gading@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis bentuk kenakalan siswa di SDN 02 Kalijoyo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan SDN 02

Lebih terperinci

Perancangan Teknik Industri 3

Perancangan Teknik Industri 3 Nama : NPM : Kelas : Kelompok : PANDUAN PRAKTIKUM Perancangan Teknik Industri 3 Disusun Guna Menunjang Praktikum Perancangan Teknik Industri 3 (Untuk Praktikan) Oleh: Asisten Laboratorium Perancangan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dari kehidupan manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri, karena tanpa pendidikan manusia

Lebih terperinci

Perancangan Teknik Industri 2

Perancangan Teknik Industri 2 Nama : NPM : Kelas : Kelompok : PANDUAN PRAKTIKUM Perancangan Teknik Industri 2 Disusun Guna Menunjang Praktikum Perancangan Teknik Industri 2 (Untuk Praktikan) Oleh: Asisten Laboratorium Perancangan Teknik

Lebih terperinci

TATA KRAMA DAN TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 1 SIDOARJO

TATA KRAMA DAN TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 1 SIDOARJO PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 SIDOARJO Jl. Jenggolo No. 1 Telp. (031) 8941493 8946606 Fax. (031) 8946606 SIDOARJO - 61251 TATA KRAMA DAN TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 1 SIDOARJO

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PERATURAN TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMK NEGERI 2 PENAJAM PASER UTARA

LEMBAR PENGESAHAN PERATURAN TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMK NEGERI 2 PENAJAM PASER UTARA LEMBAR PENGESAHAN PERATURAN TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMK NEGERI 2 PENAJAM PASER UTARA Waka.Kesiswaan Penajam. 10 Juli 2017 Kepala SMKN 2 PPU Arsyad Mansyur,S.Pd Nip.197907082006041009 Drs.Jukianta,M.M

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Negara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. SMP Negeri 19 Bandar Lampung merupakan salah satu SMP milik pemerintah

IV. GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. SMP Negeri 19 Bandar Lampung merupakan salah satu SMP milik pemerintah IV. GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Singkat SMPN 19 Bandar Lampung SMP Negeri 19 Bandar Lampung merupakan salah satu SMP milik pemerintah yang beralamat di Jl. Turi Raya No. 1 Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dari, untuk, dan oleh manusia, berisi hal-hal yang menyangkut perkembangan dan kehidupan manusia serta diselenggarakan dalam hubungan

Lebih terperinci

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa mempersiapkan dirinya di masa yang akan datang. Sekolah Menengah

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENANGANAN MASALAH SISWA (STUDI DI MTS MUHAMMADIYAH 3 AL-FURQAN BANJARMASIN) Husnul Madihah*

MANAJEMEN PENANGANAN MASALAH SISWA (STUDI DI MTS MUHAMMADIYAH 3 AL-FURQAN BANJARMASIN) Husnul Madihah* Al Ulum Vol.64 No.2 April 2015 halaman 8-13 8 MANAJEMEN PENANGANAN MASALAH SISWA (STUDI DI MTS MUHAMMADIYAH 3 AL-FURQAN BANJARMASIN) Husnul Madihah* ABSTRAK Pokok persoalan dalam penelitian adalah 1) Apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu. Oleh karena itu pendidikan harus mendapat perhatian yang sangat signifikan supaya pendidikan yang telah dilaksanakan

Lebih terperinci

TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 59 JAKARTA

TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 59 JAKARTA PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 59 JAKARTA Jl. Bulak Timur I/10-11 Klender, Jakarta Timur 13470 Telpon (021) 8614101, (021) 86612548

Lebih terperinci

TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 10 SAMARINDA

TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 10 SAMARINDA TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011 0 Tata Tertib Ini Telah Divalidasi oleh: No Nama / NIP Jabatan Tanda tangan 1. Atik Sri Rahayu, S.Pd. / 19701128 199702 2 004 Guru

Lebih terperinci

MENDIDIK (Educating), MENGINSPIRASI (Inspiring) dan MEMBENTUK (Transforming) Siswa untuk menjadi yang terbaik dalam dunia media

MENDIDIK (Educating), MENGINSPIRASI (Inspiring) dan MEMBENTUK (Transforming) Siswa untuk menjadi yang terbaik dalam dunia media 1 VISI SMK VISI MEDIA INDONESIA MENDIDIK (Educating), MENGINSPIRASI (Inspiring) dan MEMBENTUK (Transforming) Siswa untuk menjadi yang terbaik dalam dunia media MISI SMK VISI MEDIA INDONESIA Upaya mewujudkan

Lebih terperinci

KEWAJIBAN Setiap peserta didik mempunyai kewajiban sebagai berikut : 1. Memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila serta mentaati semua ketentuan

KEWAJIBAN Setiap peserta didik mempunyai kewajiban sebagai berikut : 1. Memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila serta mentaati semua ketentuan TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMK METHODIST 8 MEDAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam tata tertib Peserta Didik tahun pelajaran 2016/2017 yang dimaksud dengan : Tata tertib peserta didik adalah ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

Mencetak manusia yang unggul dalam intelektual dan keterampilan dalam bidang akuntansi serta terpuji dalam moral

Mencetak manusia yang unggul dalam intelektual dan keterampilan dalam bidang akuntansi serta terpuji dalam moral VISI PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI Mencetak manusia yang unggul dalam intelektual dan keterampilan dalam bidang akuntansi serta terpuji dalam moral MISI PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI SMK BONAVITA TANGERANG 1.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan di lahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan di lahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya pemerintah dalam rangka menunjang lajunya pembangunan nasional adalah dengan meningkatkan sumber daya manusia melalui jalur pendidikan di

Lebih terperinci

TATA TERTIB PESERTA DIDIK

TATA TERTIB PESERTA DIDIK YAYASAN AL HASANAT JAYA SMK BAKTI 17 Jl. Persahabatan No.23 Kel. Cipedak, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan Telp : (021) 7866917 Fax : (021) 78887377 E-mail : smk_bakti17@yahoo.com A. MAKSUD DAN TUJUAN TATA

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna

Lebih terperinci

Perancangan Teknik Industri 3

Perancangan Teknik Industri 3 Nama : NPM : Kelas : Kelompok : PANDUAN PRAKTIKUM Perancangan Teknik Industri 3 Disusun Guna Menunjang Praktikum Perancangan Teknik Industri 3 (Untuk Praktikan) Oleh: Asisten Laboratorium Perancangan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan

Lebih terperinci

OKK TAHUN 2010 UNDIKSHA PANITIA PELAKSANA 0KK TAHUN 2010 BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TERSEDIA:

OKK TAHUN 2010 UNDIKSHA PANITIA PELAKSANA 0KK TAHUN 2010 BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TERSEDIA: UNDIKSHA OKK TAHUN 2010 PANITIA PELAKSANA 0KK TAHUN 2010 TERSEDIA: Jadwal Acara Tata tertib Form Minat dan Bakat Contact Person: WIJAYA : 085739088874 SARASWATI : 081805339217 BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SDN Anjir Muara Kota Tengah SDN Anjir Muara Kota Tengah merupakan sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Anjir

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum SMP N 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan 1. Letak Geografis SMP N 1 Wiradesa terletak di kelurahan Pekuncen, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. Mempunyai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA SMA NEGERI 1 PURI KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR: / 660 / / 2017 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA SMA NEGERI 1 PURI KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR: / 660 / / 2017 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PURI Jalan Jayanegara No. 2 Mojokerto, Jawa Timur Kode Pos 61363 Telp. ( 0321 ) 322636 Fax ( 0321 ) 322636 Website : www.sman1puri.sch.id

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 KRAMATWATU

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 KRAMATWATU PEMERINTAH KABUPATEN SERANG DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 KRAMATWATU Jl. Pancoran No.1 Kramatwatu Telp.0254230860 Fax. 0254230971 Serang 42161 Banten www.sman1kramatwatu.sch.id e-mail smansakramatwatu@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA Pada bab ini penulis akan mengemukakan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan. Adapun data yang dimaksud yaitu data yang berkaitan dengan disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sekolah memiliki tanggung jawab membantu siswa agar berhasil dalam belajar. Untuk itu sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya 22 BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling Kata layanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara melayani atau sesuatu

Lebih terperinci

PERATURAN PSYCHE 2017

PERATURAN PSYCHE 2017 PERATURAN PSYCHE 2017 HIMPUNAN MAHASISWA PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017 TATA TERTIB PSYCHE 2017 A. Hak Peserta 1. Peserta berhak untuk mendapatkan perlakuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah. BAB I PENDAHULUAN Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern, kehadiran bimbingan konseling Islami telah menjadi wawasan baru dalam perkembangan keilmuan bimbingan dan konseling di sekolah ataupun di madrasah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, melainkan senantiasa hidup dan bergaul dengan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk berinteraksi

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN SEKOLAH TENTANG KREDIT POIN PRESTASI PESERTA DIDIK DAN KREDIT POIN PELANGGARAN BESERTA SANKSINYA

PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN SEKOLAH TENTANG KREDIT POIN PRESTASI PESERTA DIDIK DAN KREDIT POIN PELANGGARAN BESERTA SANKSINYA 1 KONSULAT JENDERAL REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH INDONESIA JEDDAH (SIJ) PO BOX 10 Jeddah 21411, KSA. Phone: +966-2-64696 http://sekolahindonesiajeddah.sch.id PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN SEKOLAH TENTANG

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH

WALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan suasana dan tata

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Aktivitas Program BK di MA Imam Syafi i Pakal Surabaya. Dalam proses Pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen dan

BAB V PEMBAHASAN. 1. Aktivitas Program BK di MA Imam Syafi i Pakal Surabaya. Dalam proses Pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen dan BAB V PEMBAHASAN 1. Aktivitas Program BK di MA Imam Syafi i Pakal Surabaya Dalam proses Pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen dan Schmuller (1976) mengemukakan adanya bidang-bidang tugas atau pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Hakikat Bimbingan dan Konseling Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA SMA NEGERI 1 JOGONALAN NOMOR : 420 / 2918/13 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK

KEPUTUSAN KEPALA SMA NEGERI 1 JOGONALAN NOMOR : 420 / 2918/13 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK KEPUTUSAN KEPALA SMA NEGERI 1 JOGONALAN NOMOR : 420 / 2918/13 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan

Lebih terperinci

INFORMASI ACARA UPH SURABAYA FESTIVAL 06 TAHUN 2013

INFORMASI ACARA UPH SURABAYA FESTIVAL 06 TAHUN 2013 INFORMASI ACARA UPH SURABAYA FESTIVAL 06 TAHUN 2013 UPH Surabaya Festival 06 adalah acara yang diselenggarakan oleh Universitas Pelita Harapan (UPH) Surabaya dalam rangka penerimaan mahasiswa baru UPH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya kurikulum 1975 yang menyatakan bawa bimbingan dan penyuluhan

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya kurikulum 1975 yang menyatakan bawa bimbingan dan penyuluhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara formal bimbingan dan konseling diprogramkan di sekolah sejak berlakunya kurikulum 1975 yang menyatakan bawa bimbingan dan penyuluhan merupakan bagian

Lebih terperinci

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I HAK HAK PESERTA DIDIK BAB II KEWAJIBAN PESERTA DIDIK

BAB I HAK HAK PESERTA DIDIK BAB II KEWAJIBAN PESERTA DIDIK TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA ISLAM SINAR CENDEKIA SERPONG TANGERANG SELATAN BAB I HAK HAK PESERTA DIDIK Selama masih menjadi Peserta didik SMA Sinar Cendekia secara sah, maka mendapatkan hak hak sebagai

Lebih terperinci

Jurnal Konseling dan Pendidikan

Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan ISSN Cetak: 2337-6740 - ISSN Online: 2337-6880 http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 2 Nomor 2, Juni 2014, Hlm 9-13 dan Info Artikel: Diterima 05/06/2014 Direvisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Tujuan dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari anak didik. Dengan demikian setiap proses pendidikan harus diarahkan pada tercapainya

Lebih terperinci

SULUH Jurnal Bimbingan Konseling, April 2017, Volume 3 Nomor 1 (42-46)

SULUH Jurnal Bimbingan Konseling, April 2017, Volume 3 Nomor 1 (42-46) SULUH Jurnal Bimbingan Konseling, April 2017, Volume 3 Nomor 1 (42-46) http://jurnal.umpalangkaraya.ac.id/ejurnal/suluh PEMILIHAN LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN DALAM PEMILIHAN JURUSAN PESERTA DIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Disiplin dan tata tertib sekolah merupakan pedoman bagi sekolah untuk menciptakan suasana sekolah yang aman dan tertib sehingga akan terhindar dari kejadian-kejadian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian ini akan dipaparkan per siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi nasional cita-cita bangsa dan tujuan pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah,

1. PENDAHULUAN. Bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, 1 1. PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

Lebih terperinci

STATUS AKREDITASI : A. Bentuk Pelanggaran / Penyimpangan. Jumlah Peraturan Dan Tata Tertib Sekolah. No.

STATUS AKREDITASI : A. Bentuk Pelanggaran / Penyimpangan. Jumlah Peraturan Dan Tata Tertib Sekolah. No. YAYASAN ARDHYA GARINI PENGURUS CABANG LANUD ADISUTJIPTO SEKOLAH MENENGAH ATAS SMA ANGKASA ADISUTJIPTO STATUS AKREDITASI : A Alamat : Jl. Janti Lanud Adisutjipto Yogyakarta 55282 Telp. (0274) 489067 EDARAN

Lebih terperinci

DAFTAR TERJEMAH. No Hal BAB Terjemahan

DAFTAR TERJEMAH. No Hal BAB Terjemahan DAFTAR TERJEMAH No Hal BAB Terjemahan 1 2 I Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya, Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya menjadi orangorang

Lebih terperinci

TATA TERTIB SEKOLAH SD NEGERI 01 DUKUH

TATA TERTIB SEKOLAH SD NEGERI 01 DUKUH Lampiran PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA UPT PUD, NFI DAN SEKOLAH DASAR KECAMATAN NGARGOYOSO SEKOLAH DASAR NEGERI 01 DUKUH Alamat : Karangrejo, Dukuh, Kec.Ngargoyoso,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergambar dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tergambar dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Hal ini tergambar

Lebih terperinci

SMA NEGERI 23 JAKARTA KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT. KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH SMA NEGERI 23 JAKARTA Nomor : 22 Tahun 2015 TENTANG

SMA NEGERI 23 JAKARTA KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT. KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH SMA NEGERI 23 JAKARTA Nomor : 22 Tahun 2015 TENTANG SMA NEGERI 23 JAKARTA KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH SMA NEGERI 23 JAKARTA Nomor : 22 Tahun 2015 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 23 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/20116

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam diri manusia dalam rangka menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin modern dan

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN DAN MAHASISWA. Kode etik Dosen Universitas Swadaya Gunung Jati meliputi 3 hal.

KODE ETIK DOSEN DAN MAHASISWA. Kode etik Dosen Universitas Swadaya Gunung Jati meliputi 3 hal. KODE ETIK DOSEN DAN MAHASISWA 1. Kode Etik Dosen Kode etik Dosen Universitas Swadaya Gunung Jati meliputi 3 hal. 1. Pedoman Pelaksanaan tugas yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran. 2. Pedoman

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k FOKUS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Suherman, M.Pd. Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. SMA Muhammadiyah 3 Tulangan Sidoarjo adalah suatu institusi. pendidikan yang telah berdiri 29 tahun. SMA tersebut telah terakreditasi A

PENDAHULUAN. SMA Muhammadiyah 3 Tulangan Sidoarjo adalah suatu institusi. pendidikan yang telah berdiri 29 tahun. SMA tersebut telah terakreditasi A BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang SMA Muhammadiyah 3 Tulangan Sidoarjo adalah suatu institusi pendidikan yang telah berdiri 29 tahun. SMA tersebut telah terakreditasi A (Disamakan). Jumlah murid di SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah maupun madrasah. Pendidikan juga bermakna

Lebih terperinci

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA DI SUSUN OLEH : SURANTO HARIYO H RIAN DWI S YUNITA SETIA U YUYUN DESMITA S FITRA VIDIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

TATA TERTIB PENGHUNI ASRAMA SADEWA SMK PERTANIAN PEMBANGUNAN NEGERI SEMBAWA TAHUN PEMBELAJARAN 2017/2018

TATA TERTIB PENGHUNI ASRAMA SADEWA SMK PERTANIAN PEMBANGUNAN NEGERI SEMBAWA TAHUN PEMBELAJARAN 2017/2018 TATA TERTIB PENGHUNI ASRAMA SADEWA SMK PERTANIAN PEMBANGUNAN NEGERI SEMBAWA TAHUN PEMBELAJARAN 2017/2018 VISI DAN MISI SMK PERTANIAN PEMBANGUNAN NEGERI SEMBAWA Visi Terwujudnya lulusan yang berakhlak mulia,

Lebih terperinci

TATA TERTIB DAN TATA KRAMA KEHIDUPAN SOSIAL SISWA SMK MAKMUR 1 CILACAP BAB I KETENTUAN UMUM PASAL 1 WAKTU BELAJAR

TATA TERTIB DAN TATA KRAMA KEHIDUPAN SOSIAL SISWA SMK MAKMUR 1 CILACAP BAB I KETENTUAN UMUM PASAL 1 WAKTU BELAJAR TATA TERTIB DAN TATA KRAMA KEHIDUPAN SOSIAL SISWA SMK MAKMUR 1 CILACAP BAB I KETENTUAN UMUM 1. TATA TERTIB DAN TATA KRAMA KEHIDUPAN SOSIAL SISWA ini dimaksudkan sebagai rambu-rambu bagi siswa dalam berpikir,

Lebih terperinci

PERATURAN DEKAN FAKULKTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR : 4426/UN26/I/KP/2016 TENTANG TATA PERGAULAN MAHASISWA DI FEB UNILA

PERATURAN DEKAN FAKULKTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR : 4426/UN26/I/KP/2016 TENTANG TATA PERGAULAN MAHASISWA DI FEB UNILA PERATURAN DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR : 4426/UN26/I/KP/2016 TENTANG TATA PERGAULAN MAHASISWA DI FEB UNILA DEKAN FAKULKTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG Menimbang

Lebih terperinci

KONTRIBUSI GURU DALAM MEMBIMBING DAN MENDIDIK AKHLAK SISWA KELAS XI SMAN 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL. Oleh:

KONTRIBUSI GURU DALAM MEMBIMBING DAN MENDIDIK AKHLAK SISWA KELAS XI SMAN 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL. Oleh: KONTRIBUSI GURU DALAM MEMBIMBING DAN MENDIDIK AKHLAK SISWA KELAS XI SMAN 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL Oleh: YELLA AGUSTI NINGSIH NPM. 12070112 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 5 2.1 Pengertian Perilaku BAB II KAJIAN TEORITIS Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya interaksi antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal sebagai tempat untuk mendapatkan pendidikan diharapkan dapat. memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. formal sebagai tempat untuk mendapatkan pendidikan diharapkan dapat. memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada saat ini keberadaannya dirasakan sangat penting. Oleh karena itu sebagai tugas utama dari keluarga bagi pendidikan adalah mendidik anak sebaik-baiknya

Lebih terperinci

Nomor : In.06.0/R.3/PP.03.1/1701/2009 Semarang, 3 Agustus 2009 Lamp : 1 (satu) berkas. H a l : Pemberitahuan Ketentuan OPAK

Nomor : In.06.0/R.3/PP.03.1/1701/2009 Semarang, 3 Agustus 2009 Lamp : 1 (satu) berkas. H a l : Pemberitahuan Ketentuan OPAK Nomor : In.06.0/R.3/PP.03.1/1701/2009 Semarang, 3 Agustus 2009 Lamp : 1 (satu) berkas. H a l : Pemberitahuan Ketentuan OPAK Kepada Yth Para Mahasiswa Baru IAIN Walisongo TA 2009/2010 Assalamu'alaikum Wr.

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan suasana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap individu mengalami perubahan melalui serangkaian tahap perkembangan. Pelajar dalam hal ini masuk dalam tahap perkembangan remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah sedang menggalakkan berbagai usaha untuk membangun manusia seutuhnya dan ditempuh secara bertahap melalui berbagai kegiatan. Dalam hal ini kegiatan

Lebih terperinci

BAB I HAK DAN KEWAJIBAN DASAR PESERTA OMBUS. Pasal 1 Hak Peserta. Pasal 2 Kewajiban

BAB I HAK DAN KEWAJIBAN DASAR PESERTA OMBUS. Pasal 1 Hak Peserta. Pasal 2 Kewajiban TATA TERTIB PESERTA OMBUS (ORIENTASI MAHASISWA BARU UNIVERSITAS SILIWANGI) JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI TAHUN AKADEMIK 2016/2017 BAB I HAK DAN KEWAJIBAN DASAR PESERTA OMBUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA Arni Murnita

Lebih terperinci