BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 latar belakang 1.2 Tujuan penulisan Tujuan Umum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 latar belakang 1.2 Tujuan penulisan Tujuan Umum"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 latar belakang Masalah kesehatan di perkotaan yang terjadi pada umumnya berkaitan dengan faktor lingkungan, perilaku dan akses pelayanan kesehatan serta kependudukan. Masalah diperkotaan menjadi kompleks karena masyarakat perkotaan memiliki ciri khusus seperti individualistik, materialistik, heterogen, dan mempunyai tuntutan tinggi. Pertumbuhan kota biasanya diikuti oleh industrialisasi, munculnya kawasan industri akan menimbulkan derajat pencemaran dan berakibat buruk bagi lingkungan kehidupan masyarakat perkotaan. Sebagai akibat perkembangan kota yang sangat cepat dan dinamis akan berdampak pada perkembangan dan masalah kesehatan masyarakat yang khas perkotaan. Masalah kesehatan lebih kompleks dan beragam karena merupakan gabungan antara masalah konvensional dan modern, baik untuk medis, maupun masalah kesehatan masyarakat. Adanya berbagai masalah kesehatan di perkotaan diperlukakan keperawatan kesehatan komunitas khususnya di daerah perkotaan dimana keperawatan komunitas ini merupakan area keperawatan yang sudah berkembang, pelayanan keperawatan di area komunitas tidak bisa berfokus hanya merawat individu yang sakit tetapi juga melibatkan keluarga, lingkungan dan komunitas untuk megatasi permasalahan kesehatan dengan tujuan terciptanya individu, keluarga, lingkungan dan komunitas yang sehat. Keperawatan kesehatan komunitas di perkotaan menggunakan beberapa konsep asuhan keperawatan yaitu untuk individu dan keluarga menggunakan konsep menurut Friedman, untuk komunitas menggunakan community as partner dan menggunakan strategi promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatannya. 1.2 Tujuan penulisan Tujuan Umum Agar mahasiswa mampu memahami konsep dan teori keperawatan kesehatan komunitas terkait kesehatan masyarakat perkotaan.

2 Tujuan Khusus 1. Agar mahasiswa memahami dan menjelaskan teori dan konsep keperawatan kesehatan komunitas. 2. Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi kesenjangan yang dialami oleh masyarakat di daerah perkotaan. 3. Agar mahasiswa memahami dan menjelaskan model pelayanan keperawatan komunitas (Perkesmas) pada masyarakat perkotaan. 4. Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga dan komunitas pada masyarakat perkotaan. 1.3 Sistematika penulisan Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : BAB 1 berisi Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan, BAB 2 : Berisi tinjauan pustaka mengenai konsep dan teori keperawatan kesehatan komunitas terkait kesehatan masyarakat perkotaan BAB 3 : Pembahasan BAB 4: Penutup, berisi kesimpulan dan saran Daftar pustaka

3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep keperawatan kesehatan komunitas terkait masyarakat perkotaan Konsep model keperawatan komunitas Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (American Nursing association) (1973, dalam Tim pengajar keperawatan komunitas, 2008), yaitu suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat, bersifat menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat. Menurut Depkes RI (Departemen Kesehatan Republik Indonesia) (1986, dalam Tim pengajar keperawatan komunitas, 2008), perawatan kesehatan komunitas adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga, dan masyarakat. Ada beberapa konsep model keperawatan komunitas, yaitu Model Sistem Imogene King (1971), Model Adaptasi Roy (1976), Model Self Care Orem (1971), dan Model Health Care System Betty Neuman (1982). 1. Model Sistem Imogene King Komunitas adalah suatu sistem dari subsistem keluarga, dan suprasistemnya adalah sistem sosal yang lebih luas. Subsistem dalam komunitas ini akan saling berinteraksi satu sama lain, adanya gangguan pada subsistem akan mempengaruhi sistem komunitas. 2. Model Adaptasi Roy Difokuskan untuk mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku maladaptif pada komunitas untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. 3. Model Self Care Orem Berfokus pada kemandirian keluarga dalam melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan lima tugas kesehatan keluarga.

4 4. Model Health Care System Betty Neuman Ditekankan pada penurunan stres dengan memperkuat garis pertahanan diri yang fleksibel, normal, ataupun resisten melalui tiga level prevensi, yakni promotif, preventif, dan kuratif dan rehabilitative. 5. Model Community as Partner, Anderson & Mc Farlane (1996) Model ini berfokus untuk mengumpulkan dan memfungsikan kemampuan komunitas untuk mencapai kesehatan yang optimal. Perawat berperan untuk meningkatkan kesehatan dan bertindak sebagai fasilitator, katalisator, dan advocat sehingga komunitas sebagai satu kesatuan mampu mengontrol respon terhadap stresor yang dapat mengganggu kesehatannya. Berikut ini beberapa konsep terkait Model Community as Partner: Individu, kelompok, dan komunitas merupakan sistem terbuka yang saling berinteraksi dengan lingkungan (systems model). Model ini menganut teori adaptasi stres dalam aplikasinya di komunitas (stress adaptation). Definisi empat konsep sentral keperawatan (paradigma keperawatan), yaitu manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan memberikan kerangka kerja untuk model ini. Fokus pada model ini adalah community assesment wheel dan proses keperawatan. Community assesment wheel terdiri dari core assesment dan 8 subsistem. Core assesment menjelaskan tentang orang atau kumpulan individu dalam komunitas, termasuk demografi, nilai-nilai, kepercayaan, dan sejarahnya. Sementara itu, pengkajian terhadap 8 subsistem meliputi: lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi, dan rekreasi Peran perawat komunitas Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan; sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan; penemu kasus; penghubung dan koordinator; pelaksana konseling keperawatan; dan model peran (role model). Dalam hal ini terdapat dua peran sebagai perawat komunitas, yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan serta pelaksana

5 konseling keperawatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang merupakan bagian dari ruang lingkup promosi kesehatan yang bertujuan memberikan perubahan perilaku untuk hidup bersih dan sehat yang merupakan visi dari promosi kesehatan Sasaran perawatan kesehatan komunitas Menurut Anderson (1988) dalam Tim pengajar keperawatan komunitas (2008), terdapat tiga tingkatan sasaran keperawatan komunitas yaitu: 1. Tingkat individu 2. Tingkat keluarga Pada tingkat keluarga yang menjadi sasaran keperawatan komunitas adalah keluraga yang anggota keluarganya mempunyai masalah kesehatan. 3. Tingkat komunitas Diberikan untuk kelompok beresiko atau untuk masyarakat wilayah binaan dengan memandang komunitas sebagai klien, secara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat ataupu sakait atau yang mempunyai masalah kesehatan karena ketidaktahuan, ketidakmauan serta ketidakmampuan. 2.2 Kesenjangan keadaan kesehatan, keamanan yang dialami oleh masyarakat perkotaan Disparitas atau kesenjangan adalah jarak perbedaan antara sebuah nilai rata-rata dari sub populasi atau sub kelompok dengan nilai rata-rata sub kelompok lain dalam sebuah komunitas masyarakat yang lebih besar, yang seharusnya memiliki nilai, hak dan kewajiban yang sama (Achmadi, 2008). Contoh kesenjangan/disparitas tersebut adalah : Perbedaan fasilitas kesehatan Perbedaan fasilitas kesehatan daerah perkotaan dan pedesaan dapat dilihat dari segi jumlah, jenis pelayanan, sarana dan prasarana serta akses lokasi. Perkotaan: jumlah fasilitas kesehatan cukup banyak misalnya puskesmas, RS, klinik swasta, praktek pribadi/spesialis. Jenis pelayanan kesehatan yang di sediakan di perkotaan juga sangat beragam, mulai dari promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, serta pemeriksaan penunjang yang lengkap, SDM di daerah perkotaan pun cukup variatif, termasuk jumlah dan keahliannya.

6 Pedesaan: jumlah, jenis pelayanan, sarana dan prasarana serta akses lokasi terbatas, SDM sedikit Kesenjangan transportasi Perkotaan: sarana dan prasarana tersedia, jumlah alat transportasi banyak, jarak antara fasilitas layanan masyarakat berdekatan. Masalah yang muncul (terutama di Jakarta yakni kemacetan lalulintas). Pedesaan: masih sangat terbatas dalam ketersediaan maupun kelancaran sarana dan prasarana transportasi. Jarak fasilitas kesehatan sangat jauh sehingga individu akan menghabiskan waktu seharian untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Program-program pelayanan kesehatan oleh perawat komunitas belum tersosialisasi dengan baik, penyebaran kartu peserta belum merata, keterbatasan sumberdaya manusia dilapangan, minimnya biaya operasional, dan kurang aktifnya program-program keperawatan komunitas (Kemenkes RI, 2010) Kesenjangan lingkungan terkait pencemaran Pencemaran lingkungan dapat diakibatkan oleh proses alam dan akibat ulah manusia itu sendiri. Kesenjangan lingkungan tercemar yang terjadi antara masyarakat rural dan masyarakat urban antara lain : a. Tidak seimbangnya pembangunan antara desa dan kota b. Pencemaran yang biasa terjadi di daerah padat industri c. Pencemaran udara di daerah perkotaan diakibatkan adanya polusi kendaraan. d. Sempitnya lahan hijau atau pepohonan di daerah perkotaan e. Mayarakat Rural terbiasa hidup dengan lingkungan yang lebih alami, kesadaran akan lingkungan jauh lebih tinggi dan berusaha untuk lebih ramah terhadap lingkungan sekitar mereka Beberapa contoh masalah kesehatan lingkungan perkotaan Polusi udara dan kualitas atmosfir Sanitasi, dan kebersihan air Kesehatan dan keamanan pangan (food quality n food safety) Ancaman radiasi

7 Hewan penyebar penyakit (vector) Pembuangan limbah Kesenjangan keamanan terkait kecelakaan kerja Masalah kecelakaan kerja di area rural dan urban tentu saja berbeda, Masalah kecelakaan kerja di area urban biasanya meliputi tempat kerja yang tercemar racun atau limbah yang menyebabkan keracunan, penggunaan mesin yang berbahaya, pelecehan seksual, gerakan cidera yang berulang, tempat kerja yang menyebabkan kanker (Nies & McEwen, 2007). Sedangkan di area rural jarang sekali ditemui kecelakaan kerja, terutama yang berhubungan dengan industri, psikososial dan lingkungan yang tercemar. Pada area rural kecelakaan kerja biasa terjadi kondisi alam atau topografi, bencana alam, serta tingkah laku yang membahayakan akibat kurang pengetahuan Kesenjangan psikososial Masyarakat perkotaan cenderung mengalami masalah psikososial yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Tawuran antar pelajar, penggunaan NAPZA, masalah kejiwaan pada tenaga kerja, gelandangan, anak jalanan sangat banyak ditemukan di perkotaan dibandingkan daerah pedesaan. Hal ini disebabkan karena di pedesaan masih menjunjung tinggi sikap kekeluargaan dan gotong royong, masih menjunjung tinggi nilai & norma adat maupun agama, waktu yang lebih banyak bagi keluarga dalam berinteraksi. Masalah psikosisal yang terjadi di pedesaan, biasanya di daerah-daerah yang memang rawan bencana sehingga menimbulkan stress dan lain sebagainya Kesenjangan sosial Kehidupan sosial masyarakat perkotaan biasanya bergaya hidup konsumtif, masyarakatnya bersifat heterogen, berorientasi pada realitas tanpa ada pengaruh budaya yang mengekang, dan ketersediaan fasilitas sosial, pendidikan, pekerjaan yang sangat bervariasi. Sedangkan kehidupan sosial masyarakat pedesaan masih menganut gaya hidup dengan dasar kesederhanaan, masyarakatnya homogen, pengaruh budaya sangat kuat, fasilitas sosial yang tersedia sangat terbatas, pendidikan dan pekerjaan pun juga terbatas.

8 2.3 Model pelayanan keperawatan komunitas (Perkesmas) pada masyarakat perkotaan (risk and vulnerable population) Konsep pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care) Menurut WHO dalam Anderson & Farlane (2007) pelayanan kesehatan primer (PHC) adalah pelayanan kesehatan esensial, didasarkan pada praktik secara ilmiah, menggunakan metode teknologi yang dapat diterima secara sosial, terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat melalui partisipasi penuh dari masyarakat, pendanaan yang dapat dicapai dan diarahkan pada kepercayaan diri dan determinasi diri sendiri. Konsep dasar PHC antara lain: pencegahan, penanggulangan universal dan keterjangkauan, berdaya guna, kerjasama tim, penyusunan prioritas untuk mengarahkan permasalahan setempat, manajemen efektif, partisipasi masyarakat, dan sensitifitas budaya (Anderson & Farlane, 2007) Implementasi PHC di Indonesia Di Indonesia, penyelenggaraan PHC dilaksanakan di Puskesmas dan jaringan yang berbasis komunitas dan partisipasi masyarakat, yaitu Poskesdes dan Posyandu yang ada di setiap wilayah kecamatan dan kelurahan. Untuk strategi ketiga, Kementerian Kesehatan saat ini memiliki salah satu program yaitu saintifikasi jamu yang dimulai sejak tahun 2010 dan bertujuan untuk meningkatkan akses dan keterjangkauan masyarakat terhadap obat-obatan Konsep keperawatan kesehatan masyarakat Menurut Depkes RI (2006), perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada indiividu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.

9 2.3.4 Prinsip-prinsip dasar PERKESMAS Prinsip-prinsip dasar dalam praktek keperawatan kesehatan masyarakat adalah : 1. Keluarga sebagai unit pelayanan dalam perawatan kesehatan masyarakat 2. Ada 4 tingkat sasaran dalam pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yaitu; individu, keluarga, masyarakat dan kelompok khusus 3. Perawat kesehatan masyarakat bekerja dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan masalah kesehatan mereka sendiri. 4. Pelayanan yang diberikan lebih ditekankan kepada upaya promotif dan preventif. 5. Dasar utama dalam pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan metode pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan. 6. Kegiatan utama perawatan kesehatan masyarakat adalah di masyarakat dan bukan di rumah sakit. 7. Pasien adalah masyarakat secara keseluruhan baik sehat maupun sakit. 8. Keperawatan kesehatan masyarakat membina perilaku sehat masyarakat. 9. Tujuan perawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan fungsi kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin secara mandiri. 10. Perawat kesehatan masyarakat tidak bekerja sendiri akan tetapi bekerja secara tim. 11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan masyarakat digunakan untuk kegiatan-kegiatan peningkaan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat dan sakit, penduduk yang sakit dan tidak berobat ke puskesmas dan pasien yang kembali dari rumah sakit. 12. Perawatan kesehatan masyarakat harus melihat kenyataan dan keadaan yang nyata dilingkungan klien, baik di rumah, sekolah, panti-panti dan sebagainya. 13. Pendidikan kesehatan sebagai kegiatan utama bagi perawat kesehatan masyarakat guna merubah perilaku dan kebiasaan individu, keluarga dan masyarakat ke arah yang menguntungkan masyarakat. 14. Pelaksanaan keperawatan kesehatan masyarakat harus mengacu kepada perkembangan pembangunan dibidang kesehatan.

10 15. Pelaksanaan asuhan perawatan kesehatan masyarakat dilakukan diinstitusi pelayanan kesehatan yaitu puskesmas dan institusi lain seperti panti, sekolah dan lainnya serta rumah dimana keluarga sebagai unit pelayanan Asuhan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan menggunakan konsep asuhan keperawatan keluarga Perubahan sosial, ekonomi, demografi, politik dan budaya membawa pengaruh besar terhadap keluarga, Clark(1984; Coates, 1996: Toffler, 1990, dalam Friedman, 2010). Perubahan tersebut lebih banyak terjadi di perkotaan dan berpengaruh terhadap bentuk keluarga. Berbagai bentuk keluarga Friedman (2010) diantaranya: 1. Keluarga inti : terdiri dari ayah, ibu dan anak. Seiring perkembangan di dunia terjadi dua variasi keluarga inti yaitu; dual earning (kedua pasangan sama-sama memiliki penghasilan), keluarga diad (keluarga tanpa anak). 2. Keluarga adopsi 3. Extended Family: terdiri dari orang tua, kakak/adik dan keluarga dekat lainnya. 4. Keluarga orang tua tunggal: keluar ga dengan ibu atauayah sebagai kepala keluarga. Misal duda/janda yang bercerai, ditelantarkan atau berpisah. 5. Keluarga binuklir: keluarga yang terbentuk setelah perceraian dimana anak merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan paternal. 6. Cohabiting family: terdiri dari dua orang yang tinggal bersama tanpa menikah. 7. Keluarga homoseksual: dua atau lebih individu yang berbagi orientasi seksual yang sama atau minimal ada satu orang homoseksual yang memelihara anak Proses keperawatan keluarga 1. Pengkajian. Sumber data pengkajian Wawancara, observasi (rumah dan lingkungannya), pemeriksaan fisik (seluruh anggota keluarga), data sekunder: lab, X-ray, dll Model pengkajian keluarga menurut Friedman (2010) terdiri dari enam kategori yang luas: Mengidentifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress, koping, dan adaptasi keluarga.

11 Dalam pengumpulan data yang perlu dikaji adalah: a. Tahap I 1) Data umum Data ini mencakup kepala keluarga (KK), alamat dan telepon, pekerjaan KK, pendidikan KK, dan komposisi keluarga (dalam tabel) lengkap dengan genogramnya. Tipe keluarga (menjelaskan mengenai jenis/ tipe keluarga), suku, agama, status sosial ekonomi keluarga, aktivitas rekreasi keluarga. Penggunaan simbol dalam genogram: Laki-laki Perempuan pasien yang teridentifikasi Meninggal Anak kandung Anak kembar Anak adopsi/asuh Aborsi/keguguran Menikah Berpisah Bercerai Tidak menikah Anggota yang tinggal serumah Format genogram: Nama Keluarga:. Tanggal : Alamat keluarga:. Generasi 1 Generasi 2 Generasi 3 Hipotesis utama dan peristiwa hidup orang dekat lainnya Sumber: McGoldrick M, Gerson R: Genograms in family assessment, New York (1985, dalam Stanhope, 2010).

12 2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Tahap perkembangan keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga ditentu oleh usia anak tertua dari keluarga inti. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Riwayat kesehatan keluarga inti Riawayat kesehatan keluarga sebelumnya (generasi diatasnya) 3) Data lingkungan Karakteristik rumah, keadaan rumah (digambar sebagai denah rumah). Kaji pengaturan tidur didalam rumah (pertimbangan usia mereka, hubungan, dan kebutuhan khusus lainnya). Karakteristik tetangga dan komunitasnya, meliputi kebiasaan, seperti lingkungan fisik, nilai atau norma serta aturan/ kesepakatan penduduk setempat, dan budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan. Mobilitas geografis keluarga. Mungkin keluarga sering berpindah tempat atau ada anggota keluarga yang tinggal jauh dan sering berkunjung pada keluarga yang dibina. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul dan berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Sistem pendukung keluarga; jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga yang menunjang kesehatan (askes, jamsostek, kartu sehat, asuransi, atau yang lain). 4) Struktur keluarga Struktur peran (peran masing-masing anggota keluarga secara formal maupun informal baik dikeluarga atau masyarkat. Nilai atau norma yang berhubungan dengan kesehatan. Pola komunikasi keluarga (bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa pengambil keputusan utama, dan bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi). Struktur kekuatan keluarga (kemampuan keluarga mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan).

13 5) Fungsi keluarga Fungsi ekonomi ; upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Fungsi sosialiasasi; hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya, dan perilaku yang berlaku di keluarga dan masyarakat. Fungsi afektif: sejauh mana anggota keluarga saling asuh dan mendukung, apakah mereka menunjukkan kasih sayang satu sama lain Fungsi sosialisasi: siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak atau fungsi sosialisasi, apakah fungsi ini dipikul bersama, bagaimana anak-anak dihargai dalam keluarga ini?, Fungsi perawatan kesehatan keyakianan, nilai, dan perilaku, tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat-sakit, tindakan pencegahan secara medis, terapi komplementer dan alternatif, riwayat kesehatan keluarga, layanan perawatan kesehatan yang diterima, perasaan dan persepsi mengenai pelayanan kesehatan, sumber pembayaran, untuk mendapatkan perawatan. 6) Stres dan koping keluarga Stressor jangka pendek dan panjang Stressor jangka pendek adalah stressor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu penyelesaian lebih kurang 6 bulan. Stressor jangka panjang adalah stressor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 6 bulan. 7) Pemeriksaan fisik Dilakukan terhadap seluruh anggota keluarga menggunakan metode Inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda vital dan pemeriksaan head to toe. 8) Harapan keluarga Tanyakan harapan keluarga terhadap petugas/ pelayanan kesehatan yang ada. b. Tahap II Penjajakan tahap dua mengacu pada 5 tugas kesehatan keluarga. 1) Mengenal masalah

14 Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, identifikasi tingkat keseriusan masalah pada keluarga. 2) Mengambil keputusan Akibat, keputusan yang dibuat keluarga 3) Melakukan perawatan kesehatan Cara-cara perawatan yang sudah dilakukan, cara pencegahan. 4) Memodifikasi lingkungan Lingkungan fisik, lingkungan psikologis. 5) Pemanfaatan faslitas kesehatan Pusat layanan kesehatan yang biasa dikunjungi oleh keluarga, frekuensi kunjungan. 2. Diagnosa keperawatan a. Jenis diagnosa keperawatan Aktual, risiko, potensial/wellness b. Komponen diagnosa keperawatan - Masalah: mengacu kepada respon keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan dasar. - Etiologi (penyebab): mengacu pada pelaksanaan 5 tugas kesehatan keluarga - Tanda dan gejala c. Diagnosa keperawatan: NANDA - Gangguan proses keluarga - Penurunan koping keluarga - Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh - Gangguan pemeliharaan rumah - Isolasi sosial - Perubahan pola eliminasi - Risiko trauma (injuri) - dll contoh: risiko cedera pada keluarga Bpk X, khususnya Ny. Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menyediakan lingkungan yang aman. d. Analisa data Data Masalah/diagnosa keperawatan

15 e. Prioritas masalah Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran 1. Sifat masalah 1 Potensial: 1 Risiko: 2 Aktual: 3 2. Kemungkinan masalah dapat 2 diubah Mudah: 2 Sebagian: 1 Tidak dapat: 0 3. Potensial masalah untuk dicegah 1 Tinggi: 3 Cukup: 2 Rendah: 1 4. Menonjolnya masalah 1 Segera ditangani: 2 Tidak perlu segera ditangani: 1 Masalah tidak dirasakan: 0 Cara perhitungan Skor x Bobot = angka tertinggi 3. Perencanaan a. Tujuan jangka panjang: mengacu pada penyelesaian masalah b. Tujuan jangka pendek: mengacu pada penyelesaian etiologi c. Kriteria evaluasi: kriteria (kognitif, psikomotor, afektif), standar. 4. Implementasi Tuliskan yang telah dilakukan dengan jelas meliputi: alat bantu yang digunakan, pelaksanaan tindakan, lama tindakan, modifikasi yang diperlukan 5. Evaluasi Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional. Evaluasi terhadap proses dan hasil.

16 2.5 Asuhan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan menggunakan konsep asuhan keperawatan komunitas Pengkajian komunitas menurut Community as Partner Pengkajian komunitas adalah suatu proses yang berupaya untuk mengenai tujuan mengidentifikasi faktor faktor baik bersifat positif maupun negatif yang mempengaruhi warga masyarakat agar dapat mengembangkan strategi promosi kesehatan (Anderson, Elizabet T, 2006). Pengkajian meliputi : - Pengkajian individu (pengkajian yang dilakukan terhadap keluarga berkaitan dengan keluarga, peran dan pertahanan). - Pengkajian keluarga (pengkajian yang dilakukan berdasarkan pada struktur dan karakteristik keluarga, status sosial ekonomi dan budaya, lingkungan, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik). - Pengkajian masyarakat (pengkajian yang dilakukan berdasarkan riwayat atau sejarah terjadinya dan perkembangan, demografik dan etnik (penduduk, umur, jenis kelamin, ras / suku, tipe keluarga dan status perkawinan), statistik vital (angka kelahiran, angka kematian dan penyebabnya). - Nilai, keyakinan dan keagamaan - Pengkajian lingkungan fisik, terdiri dari inspeksi dengan melihat denah daerah / suatu wilayah, auskultasi dengan mendengarkan keluhan dari masyarakat, TTV (Tanda Tanda Vital) dengan melakukan observasi iklim dan kepadatan jumlah penduduk serta tingkat pendidikan. Metode pengumpulan data Wawancara, pengamatan (fisik, psikologis, perilaku dan sikap), pemeriksaan fisik (Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan Palpasi (Mubarak, 2005)), rembug desa atau survey mawas diri bersama masyarakat, dan pengukuran langsung data kesehatan. Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai berikut : 1. Klasifikasi data atau kategori data, 2. Penghitungan prosentase cakupan. 3. Tabulasi data. 4. Interpretasi data.

17 2.5.2 Diagnosa keperawatan komunitas Diagnosa Komunitas adalah hipotesis atau pernyataan dari hasil analisis dan sintesis data serta informasi yang didapat selama pengumpulan data tentang komunitas (Ervin, 2002). Format untuk menyatakan diagnosa komunitas diadaptasi dari kerja Muecke (1984). Dengan pendekatan ini, diagnosa komunitas memiliki 4 elemen: 1. Kesimpulan dari analisis dan sintesis data dinyatakan sebagai sebuah hipotesis tentang situasi atau status yang berlawanan, kekuatan, tren, kelemahan, masalah potensial atau resiko. 2. Deskripsi dari populasi, komunitas, jumlah keseluruhan, atau kelompok dimana kesimpulan digunakan; mempunyai hubungan dengan penyataan hipotesis dengan kata diantara. 3. Sosial, lingkungan, budaya, ekonomi, komunitas, atau keseluruhan yang berhubungan dengan kesimpulan; dihubungkan dengan deskripsi komunitas oleh ungkapan berhubungan dengan. 4. Indikator dimana situasi atau status yang berlawanan, kekuatan, tren, kelemahan, resiko atau masalah potensial yang ada; berhubungan dengan karakteristik yang diungkapkan dengan yang ditandai dengan. Diagnosa keperawatan komunitas mengandung komponen utama: Problem: kesenjangan dari keadaan normal Etiology: penyebab masalah kesehatan/keperawatan yang meliputi perilaku individu, keluarga, masyarakat, lingkungan. Sign/symptom: informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa, serangkaian petunjuk timbulnya masalah. Contoh: Resiko terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (diare, ISPA, DBD) di desa X RW Y berhubungan dengan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan, terpaparnya lingkungan oleh bermacam polusi.

18 2.5.3 Skoring untuk menentukan prioritas masalah Untuk menentukan prioritas masalah diperlukan skoring. Berikut akan dicontohkan skoring menurut Stanhope untuk memprioritaskan masalah dengan masalah malnutrisi pada balita. Kriteria Bobot Masalah Nilai Rasional Peringkat Kesadaran masyarakat masalah ttg Motivasi masy. utk menyelesaikan masalah Kemampuan perawat utk mempengaruhi penyelesaian masalah Ketersediaan keahlian yang relevan dg penyelesaian masalah Tingkat keparahan hasil jika masalah yg tersisa blm terselesaikan 5 Malnutisi pada balita 10 Penyedia layanan kesehatan, guru, dan orang tua yang menyatakan masalah 10 3 Sebagian besar orang percaya bahwa masalah ini tidak dipecahkan karena yang terkena dampak ini adalah orang miskin 5 8 Perawat terampil dalam meningkatkan kesadaran dan memobilisasi dukungan 7 10 Program WIC (women, infants and children) dan ahli gizi tersedia 8 5 Efek malnutisi marginal tidak terdokumentasi dg baik Kecepatan yg 3 3 Waktu untuk dapat dicapai memobilisasi masy. dlm perkotaan yg tidak penyelesaian memiliki aksi sosial yg masalah panjang Total : 239 Skor maksimal: 600 (bobot nilai) x

19 2.5.4 Intervensi asuhan keperawatan komunitas 1. Perumusan Berfokus kepada masyarakat, jelas dan singkat, dapat diukur dan diobservasi, realistik, ada target waktu, melibatkan peran serta masyarakat. 2. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan Dibuat berdasarkan goal : sasaran sesuai hasil akhir yang diharapkan. Perilaku yang diharapkan berubah. 3. Kriteria hasil untuk mencapai tujuan. SMART S :Spesifik, M : Measurable (dapat diukur), A: Attainable (dapat dicapai), R: Relevant/Realistic (sesuai), T: Time-Bound (waktu tertentu), S: Sustainable (berkelanjutan) Implementasi Implementasi berfokus pada upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. 1. Prevensi primer, tingkatan kesehatan dan kesejahteraan komunitas, menurunkan kerentanan komunitas/ masyarakat perkotaan terhadap stressor. Contohnya, promosi kesehatan yang fokusnya perlindungan spesifik penyakit seperti imunisasi, pendkes gizi-olahraga dan lain-lain. 2. Prevensi sekunder, setelah kondisi sakit/penyakit muncul (walaupun tanpa gejala). Misalnya skrining, diagnosis dini (SADARI, tes tuberculin). 3. Prevensi tertier, fokus pada restorasi dan rehabilitasi, yaitu mengembalikan kesehatan komunitas yang optimal. Misalnya, rehabilitasi dan konseling korban kekerasan, program terapi kesehatan (Anderson, 2007) Evaluasi Evaluasi adalah penilaian terhadap pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah diberikan untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang telah diperoleh. Apabila tidak berhasil maka dilakukan pengkajian ulang dan bila berhasil perlu disusun rencana tindak lanjut ( Depkes, 2000).

20 BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Profil Kota Jakarta Jakarta adalah ibukota negara Indonesia, merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Jakarta sering disebut juga kota metropolitan terbesar di Indonesia dan urutan keenam di dunia. Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota negara, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat akibat kebutuhan tenaga kerja yang hampir semua terpusat di Jakarta. Hingga saat ini Jakarta masih bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi akibat kepadatan penduduk, seperti banjir, kemacetan, serta kekurangan alat transportasi umum yang memadai. meski kota Jakarta tergolong modern, masalah kesehatan ternyata masih menjadi masalah serius yang harus dibenahi. 3.2 Keperawatan kesehatan komunitas di Jakarta Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan meliputi bio-psiko-sosial dan spiritual dalam. Dengan kompleksnya masalah bio-psiko-sosial dan spiritual yang terjadi di Jakarta, rasanya tepat apabila perawat komunitas menggumakan model Community as Partner. Model Community as Partner, Anderson & Mc Farlane (1996) yang berfokus untuk mengumpulkan dan memfungsikan kemampuan komunitas untuk mencapai kesehatan yang optimal. Fokus pada model ini adalah community assesment wheel dan proses keperawatan. Community assesment wheel terdiri dari core assesment dan 8 subsistem. 1. Core assessment (kota Jakarta) Sejarah: Kota jakarta merupakan kota metropolitan terbesar di Indonesia. sebagai pusat pemerintahan, bisnis dan perdagangan. memiliki masyarakat kelas menengah terbanyak di asia. Beragam etnis, budaya dan agama terdapat di Jakarta. Demografi: Dilihat dari struktur umur, penduduk Jakarta sudah mengarah ke penduduk tua, artinya proporsi penduduk muda yaitu yang berumur 0-14 tahun sudah mulai menurun. Bila pada tahun 1990, proporsi penduduk muda masih sebesar 31,9 persen, maka pada tahun 2006 proporsi ini menurun menjadi 23,8 persen. Sepanjang tahun , proporsi penduduk umur

21 muda tersebut relatif stabil, yaitu sekitar 23,8 persen. Sebaliknya proporsi penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas) naik dari 1,5 persen pada tahun 1990, menjadi 2,2 persen pada tahun Tahun 2006, proporsi penduduk usia lanjut mengalami kenaikan menjadi 3,23 persen. Kenaikan penduduk lansia mencerminkan adanya kenaikan rata-rata usia harapan hidup, yaitu dari 72,79 tahun pada tahun 2002 menjadi 74,14 tahun pada tahun 2006 ( 2008). Etnik: berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta, yaitu; suku jawa, tionghoa, betawi, minangkabau, bugis, makasar dan ambon. Nilai dan kepercayaan: agama yang di anut oleh penduduk Jakarta beragam yaitu; islam, Kristen, hindu, budha, konghucu sub sistem Community assesment wheel - Lingkungan fisik Terdapat berbagai masalah yang terjadi di lingkungan fisik Jakarta yaiitu; banjir, pencemaran air dan udara, polusi suara, hujan asam dan penurunan muka air tanah. - Pendidikan Jakarta menyediakan sarana pendidikan dari taman kanakkanak sampai perguruan tinggi. Kualitas dari pendidikan pun juga sangat bervariasi dari gedung mewah ber-ac sampai yang sederhana - Keamanan dan transportasi Tingkat keamanan rendah, pencurian, perampokan, perkelahian, narkoba, terorisme dan pemerkosaan. jumlah alat transportasi umum masih kurang memadai. kemacetan terjadi dimana-mana. - Politik dan pemerintahan Jakarta memiliki hak otonomi yang mencakup seluruh urusan pemerintahan, salah satu kebijakan yang baru-baru ini dikeluarkan oleh pemerintah Jakarta terkait masalah kesehatan adalah KJS (kartu Jakarta sehat). KJS merupakan suatu program jaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah Jakarta kepada masyarakat dalambentuk bantuan pengobatan. - Pelayanan kesehatan dan sosial

22 terdapat banyak pelayanan kesehatan mulai dari yang preventif, curative bahkan rehabilitatif. terdapat banyak panti, tempat rehabilitasi, dan lembaga social masyarakat (LSM). - Komunikasi Sarana komunikasi yang memadai, internet, telepon, media televisi, media cetak. - Ekonomi Jakarta menjadi pusat perekonomian di indonesia - Rekreasi. Terdapat banyak tempat rekreasi, taman kota dan tempat hiburan public. 3.3 Implementasi PHC di Jakarta Dalam mendukung strategi PHC yang pertama, 5 nilai yang harus diterapkan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan, yaitu pro-rakyat, inklusif, responsif, efektif, dan bersih. Strategi PHC yang kedua, yaitu 1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan; 3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan 4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

23 BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Kota menurut definisi universal adalah sebuah area urban yang berbeda dari desa berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan atau status hukum. Disparitas antara desa dan kota terjadi pada kota itu sendiri dan masyarakatnya. Tingginya perkembangan teknologi dan urbanisasi menyebabkan kota menjadi lebih padat. Jumlah kendaraan yang banyak, pertumbuhan industri yang pesat, berkurangnya lahan pemukiman membawa dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat perkotaan. Beberapa dampak buruk yang terjadi diantaranya polusi udara, kebisingan, perkampungan kumuh, kecelakaan lalu lintas dan penyebaran penyakit yang cepat. Individu, keluarga dan masyarakat yang tinggal di perkotaan secara langsung terkena dampak buruk dari perubahan yang telah terjadi di perkotaan. Kondisi masyarakat dan gaya hidup perkotaan menuntut pelayanan kesehatan untuk dapat memberikan informasi yang cepat dan akurat. Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan, yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan serta pelaksana konseling keperawatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. PHC dan perkesmas bisa menjadi kekuatan untuk menjadikan masyarakat perkotaan tetap berada pada standar kesehatan yang optimal 4.2 Saran Perawatan kesehatan masyarakat merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan peran serta masyarakat secara aktif. ditujukan kepada indiividu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya. Oleh karenanya partisipasi perawat dan mahasiswa keperawatan dalam bentuk aplikasi di masyarakat lebih ditingkatkan lagi. Sehingga di waktu yang akan datang masyarakat dapat mengupayakan kemandirian dalam pemeliharaan kesehatan.

24 Daftar Pustaka Achmadi, U.F Horison Baru Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. Adisasmita, S. A. (2010). Perencanaan infrastruktur Transportasi wilayah. Edisi pertama. UNHAS. Makassar Allender, J.A. (2010). Community health nursing: promoting and protecting the public s health. 7th ed. China: Wolters Kluwer Health/ Lippincot Williams & Wilkins. Anderson, E. T. (2006). Buku ajar keperawatan komunitas; teori dan praktik (Alih bahasa, Agus Sutarna). Jakarta: EGC. Bird Jr, F. & Germain, G. L. (1990). Practical losscontrol leadership. USA: Institute Publishing. ICSU. (2011). Health and wellbeing in the changingurban environment: A systems analysis approach. Paris: International Counsilfor Science. Djoko Sudantoko, H.D.,& Mariyono,J. (2010). Tinjauan teoritis pembangunan pedesaan yang berkelanjutan: pengentasan kemiskinan dan perbaikan kualitas lingkungan. 20 Febuari ep.unnes.ac.id/wp-content/uploads/.../05-artikel-bjoko-joko.pdf. Friedman, M. Bowden, V. R. Jones, E. G. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori & praktik. Alih bahasa, Achir yani S. Hamid et al. Ed.5. Jakarta: EGC. Hitchcock, J. E., Schubert, P.E. & Thomas, S.A. (2004). Community health nursing: Caring in action. Albany: Delmar Publisher. Kusyadi,A.E., Wairocana, I.G.N., Sumerthayasa,P.G.A. (2009). Penegakan hukum lingkungan terhadap kasus pencemaran lingkungan oleh limbah sablon di kabupaten badung. 20 Febuari Kemenkes RI. (2010). Jaminan kesehatan masyaraat salah satu cara mensejahterakan masyarakat; article. Jakarta: Kemenkes RI. Nies, M.A., McEwen, M. (2007). Community / public health nursing. 4 th Missiouri: Elsevier. edition. Robinsin, R., Thagesen, B. (2004). Road engineering for development. London (UK): spon Press. Stanhope, M. Knollmueller, R.N. (2010). Praktik keperawatan kesehatan komunitas. Ed. 2. Jakarta: EGC. Vlahov, David., Boufford, J.I., Pearson, Clarence., Norris, Laurie. (2010). Urban Health; Global perspective. United States: John Wiley & Sons.

25 KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN TERKAIT FENOMENA JAKARTA Disusun oleh : Kelompok V Ahmad Syafei Iwan S Kartika Mawar Sari Neli suharti Rohmiyati FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2013

26 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sistematika penulisan.. 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep keperawatan kesehatan komunitas terkait masyarakat perkotaan Konsep model keperawatan komunitas Peran perawat komunitas Sasaran perawatan kesehatan komunitas Kesenjangan keadaan kesehatan, keamanan yang dialami oleh masyarakat perkotaan Perbedaan fasilitas kesehatan Kesenjangan transportasi Kesenjangan lingkungan terkait pencemaran Kesenjangan keamanan terkait kecelakaan kerja Kesenjangan psikososial Kesenjangan sosial Model pelayanan keperawatan komunitas (Perkesmas) pada masyarakat perkotaan Konsep pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care) Implementasi PHC di Indonesia Konsep keperawatan kesehatan masyarakat Prinsip-prinsip dasar PERKESMAS Asuhan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan menggunakan konsep asuhan keperawatan keluarga Proses keperawatan keluarga.. 10 a. Pengkajian 10 b. Diagnosa keperawatan. 14

27 c. Intervensi dan implementasi 15 d. Evaluasi Asuhan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan menggunakan konsep asuhan keperawatan komunitas Pengkajian komunitas menurut Community as Partner Diagnosa Keperawatan komunitas Skoring untuk menentukan prioritas masalah Intervensi asuhan keperawatan komunitas Implementasi Evaluasi 19 BAB 3 PEMBAHASAN.. 20 BAB 4 PENUTUP DAFTAR PUSTAKA 21

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KEPERAWATAN KOMUNITAS PSIK UNLAM BANJARBARU ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS H. Ahyar Wahyudi, S.Kep.,Ns. Community Health Nursing Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL KESEHATAN KOMUNITAS

MODEL KONSEPTUAL KESEHATAN KOMUNITAS MODEL MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS Oleh : Makhfudli Bagian Keperawatan Komunitas Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya 03 April 2009

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA BINAAN PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KELUARGA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA BINAAN PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KELUARGA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU Nama LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA BINAAN PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KELUARGA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU : Fajri Alfiannur Nim : 1511437971 Kunjungan : Minggu ke-1 Tanggal : 16 Januari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Perawatan Kesehatan Masyarakat Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS KESAMBEN Jl. Raya Kesamben No. 3A Kecamatan Kesamben Kode Pos : 61484 Telp. 085655075735 Fax - Email : pkmkesamben@gmail.com Website : puskesmaskesamben.blogspot.com

Lebih terperinci

Metodologi Asuhan Keperawatan

Metodologi Asuhan Keperawatan Metodologi Asuhan Keperawatan A. Pendahuluan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

Lebih terperinci

DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA A. KONSEP DIAGNOSA. Definisi Keperawatan Keluarga Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diri diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Nama Mahasiswa :... Pengkajian diambil tanggal :... Jam :... A. IDENTITAS UMUM. Identitas Kepala Keluarga: Nama :... Pendidikan :... Umur :... Pekerjaan :...

Lebih terperinci

SEJARAH KEPERAWATAN KOMUNITAS & KONSEP MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS

SEJARAH KEPERAWATAN KOMUNITAS & KONSEP MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS SEJARAH KEPERAWATAN KOMUNITAS & KONSEP MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS Elfrida Nainggolan, SKM SEJARAH CHN Early Home care Nursing (Before mid- 1800s) District Nursing (Mid-1800s to 1900) Visiting nurse William

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH 1. PENDAHULUAN Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks, karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal (Nursalam, 2013). Keperawatan merupakan indikator dari kualitas

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal (Nursalam, 2013). Keperawatan merupakan indikator dari kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keperawatan merupakan pelayanan profesional dalam memenuhi kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis,

Lebih terperinci

Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasangan Baru Menikah

Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasangan Baru Menikah Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasangan Baru Menikah A. IDENTITAS UMUM 1. Identitas Kepala Keluarga: Nama : Tn. A Pendidikan : SMA Umur : 24 Tahun Pekerjaan : PNS Agama : Islam. Alamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dituangkan menjadi 4 misi yaitu Meningkatkan derajat kesehatan. tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan

BAB I PENDAHULUAN. ini dituangkan menjadi 4 misi yaitu Meningkatkan derajat kesehatan. tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Visi pembangunan kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan. Visi ini dituangkan menjadi 4 misi yaitu Meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI

PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Apakah saya sehat jiwa? Sehat Jiwa Bukan semata-mata tidak adanya penyakit/gangguan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA Y A Y A S A N R U S T I D A AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA Program Studi DIII Keperawatan Alamat : Jalan RSU. Bhakti Husada Telp. (0333)821495, Fax: (0333)821193 KRIKILAN GLENMORE BANYUWANGI FORMAT PENGKAJIAN

Lebih terperinci

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia. Di era globalisasi ini banyak kita temukan penyakit-penyakit yang bukan hal biasa lagi.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. b. Usia : 51 tahun. d. Pekerjaan KK : Buruh lepas (sablonan) e. Alamat : Sambiroto 11 RT 05 RW 07

BAB III TINJAUAN KASUS. b. Usia : 51 tahun. d. Pekerjaan KK : Buruh lepas (sablonan) e. Alamat : Sambiroto 11 RT 05 RW 07 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian (30 juni 2010) 1. Data Umum a. Nama KK : Tn. S b. Usia : 51 tahun c. Pendidikan : SD d. Pekerjaan KK : Buruh lepas (sablonan) e. Alamat : Sambiroto 11 RT 05 RW 07 f.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Depkes, 2014). Hawkins dan Groves

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Depkes, 2014). Hawkins dan Groves 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan merupakan faktor

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah yaitu: 1. Apa pengertian dari keperawatan keluarga?

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah yaitu: 1. Apa pengertian dari keperawatan keluarga? BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat. Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA

BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA DISUSUN OLEH : AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunianya, maka buku panduan AKPER

Lebih terperinci

Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk

Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk BENTUK BENTUK PENDEKATAN DAN PARTISIPASI / PERAN SERTA MASYARAKAT T SERTA PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang penting karena

Lebih terperinci

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN & SISTEM RUJUKAN. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.KES

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN & SISTEM RUJUKAN. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.KES SISTEM PELAYANAN KESEHATAN & SISTEM RUJUKAN Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.KES Definisi Sistem kesehatan suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side) & orang yang menggunakan pelayanan tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak kota di dunia dilanda oleh permasalahan lingkungan, paling tidak adalah semakin memburuknya kualitas udara. Terpapar oleh polusi udara saat ini merupakan

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN HOSPITAL HOMECARE DI RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN HOSPITAL HOMECARE DI RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. Topik : Keperawatan Komunitas : Kunjungan Rumah

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. Topik : Keperawatan Komunitas : Kunjungan Rumah Nama : Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : 19671215 200003 1 002 Departemen Mata Kuliah : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas : Keperawatan Komunitas Topik : Keperawatan Komunitas : Kunjungan Rumah Home Visit Merupakan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR ASKEB KELOMPOK KHUSUS

KONSEP DASAR ASKEB KELOMPOK KHUSUS KONSEP DASAR ASKEB KELOMPOK KHUSUS SRI WAHYUNI, M.Mid KELOMPOK KHUSUS Sekelompok masyarakat atau individu yang karena keadaan fisik, mental maupun sosial budaya dan ekonominya perlu mendapatkan bantuan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep Tabel 6.1 Strategi dan Kabupaten Sumenep 2016-2021 Visi : Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional Tujuan Sasaran Strategi Misi I :

Lebih terperinci

GRAND THEORY BETTY NEUMAN. KLP II Ayu Lestari Rasdin Suarni Tutik Agustini Mardin Paridah Lairing Andan Firmansyah

GRAND THEORY BETTY NEUMAN. KLP II Ayu Lestari Rasdin Suarni Tutik Agustini Mardin Paridah Lairing Andan Firmansyah GRAND THEORY BETTY NEUMAN KLP II Ayu Lestari Rasdin Suarni Tutik Agustini Mardin Paridah Lairing Andan Firmansyah Grand teori Grand teori adalah struktur konseptual model keperawatan yang hampir abstrak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi juga merupakan target sasaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian 1. Komunitas adalah sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, memiliki nilai nilai keyakinan dan minat yang relative sama, serta adanya interaksi satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah masyarakat yang sehat mandiri dan berkeadilan. Visi tersebut menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rakyat Indonesia? Visi Indonesia sehat 2010 bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rakyat Indonesia? Visi Indonesia sehat 2010 bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 menetapkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Children s Fund (UNICEF) melaporkan bahwa di Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam laporan itu, Indonesia menempati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bayi terjadi transisi epidemiologis penyakit. Populasi lansia semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bayi terjadi transisi epidemiologis penyakit. Populasi lansia semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, diperkirakan sebanyak 24 juta orang telah menderita skizofrenia (WHO, 2009). Di Indonesia, menurut Riskesdas (2007), sebanyak 1 juta orang atau sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN KADER TERHADAP KEMAMPUAN KADER MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DIRUMAH

PENGARUH PELATIHAN KADER TERHADAP KEMAMPUAN KADER MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DIRUMAH Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2015 PENGARUH PELATIHAN KADER TERHADAP KEMAMPUAN KADER MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DIRUMAH Ni Made Dian Sulistiowati, Kadek Eka

Lebih terperinci

By. Rahmad Gurusinga,S.Kep,Ns.,M.Kep.-

By. Rahmad Gurusinga,S.Kep,Ns.,M.Kep.- By. Rahmad Gurusinga,S.Kep,Ns.,M.Kep.- PENGERTIAN ISTILAH PHN (Publik Health Nursing) dikemukakan oleh Ruth B. Freeman pada tahun 1961 dalam bukunya Public Health Nursing Practice Pada tahun 1981 Freeman

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Dr. Wartanto (Sekretaris Ditjen PAUD dan Dikmas) DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TUJUAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perawat 1. Pengertian Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King Imogene M. King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan suatu upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa untuk mewujudkan status kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan globalisasi dunia berdampak secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit

Lebih terperinci

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Oleh : Agus Samsudrajat S, SKM Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin

Lebih terperinci

PENGANTAR MANAJEMEN KEPERAWATAN. Sumijatun

PENGANTAR MANAJEMEN KEPERAWATAN. Sumijatun PENGANTAR MANAJEMEN KEPERAWATAN Sumijatun Beberapa Teori Penting yg terkait dgn Man. Keperawatan : Teori Boulding Paradigma Keperawatan Model Konseptual Keperawatan 9 teori penting dlm man kep : Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan Kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fasilitas pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

Lebih terperinci

PRIMARY HEALTH CARE PELAYANAN KESEHATAN PRIMER ) AYU NAVY FRANSISKA F.L, S.ST

PRIMARY HEALTH CARE PELAYANAN KESEHATAN PRIMER ) AYU NAVY FRANSISKA F.L, S.ST PRIMARY HEALTH CARE PELAYANAN KESEHATAN PRIMER ) AYU NAVY FRANSISKA F.L, S.ST RIMARY HEALTH CARE ( PELAYANAN KESEHATAN PRIMER ) LATAR BELAKANG PENGERTIAN ( DEFINISI ) TUJUAN PRINSIP DASAR CIRI-CIRI RUANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal. Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal. Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. berinterkasi satu sama lain untuk mencapai tujuan (Mubarak, 2009).

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. berinterkasi satu sama lain untuk mencapai tujuan (Mubarak, 2009). BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar 1. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas a. Defenisi Komunitas adalah sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, memiliki nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes RI No 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, menyatakan bahwa bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Kepala Puskesmas Wara Barat Nomor : / SK / PKM - WB / I Tanggal : Januari 2015 PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien atau

Lebih terperinci

Oleh. Dr.Lili Irawati,M.Biomed

Oleh. Dr.Lili Irawati,M.Biomed Oleh Dr.Lili Irawati,M.Biomed Dalam manajemen klinik untuk tempat praktek dokter ada komponen yg perlu diketahui yaitu 1. Manajemen bisnis dan marketing (Business management and marketing) 2. Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang perlunya melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan hidup (Environment) dapat diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya dan keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya yaitu manusia dan

Lebih terperinci

ASKEP KELUARGA TAHAP LANSIA. RETNO INDARWATI TIM KEPERAWATAN GERONTIK PSIK FKp UNAIR

ASKEP KELUARGA TAHAP LANSIA. RETNO INDARWATI TIM KEPERAWATAN GERONTIK PSIK FKp UNAIR ASKEP KELUARGA TAHAP LANSIA RETNO INDARWATI TIM KEPERAWATAN GERONTIK PSIK FKp UNAIR Lanjut Usia Lansia bukan suatu penyakit tapi tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dg penurunan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Keperawatan 1. Pengertian perawat Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seseorang

Lebih terperinci

TEORI / KONSEP YG TERKAIT DGN MANAJEMEN KEPERAWATAN

TEORI / KONSEP YG TERKAIT DGN MANAJEMEN KEPERAWATAN TEORI / KONSEP YG TERKAIT DGN MANAJEMEN KEPERAWATAN Sumijatun Beberapa Teori Penting yg terkait dgn Man. Keperawatan : Teori Boulding Paradigma Keperawatan Model Konseptual Keperawatan 9 teori penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh lingkungan sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010-2014 mencantumkan empat sasaran pembangunan kesehatan, yaitu: 1) Menurunnya disparitas status kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa

Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa Artikel Pengabdian Masyarakat Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa Desa Karya Mukti Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo Ns. Rhein R. Djunaid, M.Kes* dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes** dr. Vivien N.A Kasim, M.Kes***

Lebih terperinci

Key word: family centered nursing, community as partner, Tannahill s models, child with eating disorders ABSTRAK

Key word: family centered nursing, community as partner, Tannahill s models, child with eating disorders ABSTRAK Integration of Family-centered nursing, communitas as partner, and Tannahill s health promotion models: for child under five years with eating disorders : Integrasi Teori Dan Model Family-Centered Nursing,

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA

KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA MASALAH KESEHATAN JIWA DI SEKITAR KITA Stres Agresif anarkis Depresi Paranoid Bunuh diri NAPZA PENGERTIAN KESEHATAN Menurut WHO : Keadaan sejahtera secara tubuh, jiwa, & sosial

Lebih terperinci

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas Nama : Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : 19671215 200003 1 002 Departemen Mata Kuliah Topik : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas : Keperawatan Komunitas : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas LAPORAN WHO (2002)

Lebih terperinci

Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat. Contact: Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: /

Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat. Contact:   Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: / Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat Oleh : Suyatno, Ir. MKes Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: 08122815730 / 024-70251915 Upaya Kesehatan ( Menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013 prevalensi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang ini berakibat makin kompleks kebutuhan masyarakat. Industrialisasi dan urbanisasi makin lekat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi : Kode : 25 : KEDOKTERAN KOMUNITAS Semester : 7 (tujuh) Standar Kompetensi : mahasiswa mampu menjelaskan dan menerapkan aspek promotif,

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTEK BELAJAR KLINIK KEPERAWATAN GERONTIK PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2016/2017

PANDUAN PRAKTEK BELAJAR KLINIK KEPERAWATAN GERONTIK PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2016/2017 PANDUAN PRAKTEK BELAJAR KLINIK KEPERAWATAN GERONTIK PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2016/2017 KEPERAWATAN GERONTIK II BOBOT : I SKS A. DESKRIPSI MATA AJARAN Keperawatan gerontik

Lebih terperinci

Pemberdayaan Pasien. Dr. Budi Wahyuni, MM,MA PKBI-DIY

Pemberdayaan Pasien. Dr. Budi Wahyuni, MM,MA PKBI-DIY Pemberdayaan Pasien Dr. Budi Wahyuni, MM,MA PKBI-DIY Pasien Pemberdayaan Promosi Sehat Komunitas Sekelompok pelaku dalam suatu teritorial terbatas merupakan dasar bagi mereka untuk bekerja bersama dalam

Lebih terperinci

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONGRES INTERNASIONAL KE-6 ISPAH (KONGRES KESEHATAN MASYARAKAT DAN AKTIVITAS FISIK Bangkok, Thailand 16-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Epidemi penyakit tidak menular muncul menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia saat ini. Berdasarkan studi epidemiologi terbaru, Indonesia telah memasuki

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan No.1942, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Standar Pelayanan Rehabilitasi. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN REHABILTASI BAGI

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU Cecep Kusmana Guru Besar Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diane Prisila Purnawan, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diane Prisila Purnawan, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian Perinatal merupakan massalah besar, khususnya dinegara sedang berkembang. Menurut laporan WHO tahun 1996, terjadi kematian Maternal sekitar 585.000 orang/ tahun,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY 3 DIMENSI PEMBANGUNAN: PEMBANGUNAN MANUSIA, SEKTOR UNGGULAN, PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN VISI DAN MISI PRESIDEN TRISAKTI: Mandiri di bidang ekonomi;

Lebih terperinci