LAPORAN KUNJUNGAN DIREKTORAT JENDRAL PAJAK (KANTOR PELAYANAN PAJAK KEBAYORAN BARU 4)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KUNJUNGAN DIREKTORAT JENDRAL PAJAK (KANTOR PELAYANAN PAJAK KEBAYORAN BARU 4)"

Transkripsi

1 LAPORAN KUNJUNGAN DIREKTORAT JENDRAL PAJAK (KANTOR PELAYANAN PAJAK KEBAYORAN BARU 4) Dibuat sebagai syarat pemenuhan nilai mata kuliah Etika Profesi Kelompok 04 Kelas 4F Freddy M. H. N. (13) Moh. Afif Waliyurrohman (21) Nafis Dwi Kartiko (26) Panca Indriani Y. S (27) Rumita Miranda (31) Tubagus Putra Maolana (34) William Andreas Fernando S (35) PROGRAM DIPLOMA III PAJAK JURUSAN PAJAK POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN TANGERANG SELATAN 2016 i

2 KATA PENGANTAR Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, penulis mengucapkan puji syukur kepada- Nya, karena atas berkah-nya serta petunjuk dan bimbingan-nya jualah, penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk pemenuhan nilai mata kuliah Etika Profesi di lingkungan kampus Politeknik Keuangan Negara STAN. Penulisan ini berjudul Laporan Kunjungan Direktorat Jendral Pajak. Dalam penulisan ini, penulis menyadari masih terdapat beberapa kelemahan, baik dari segi penulisan maupun kronologis penyampaian dan sebagainya. Oleh sebab itu, penulis dengan senang hati serta memohon kepada semua pihak dapat menyampaikan kritik-kritik positif demi penyempurnaan dan perbaikan penlisan ini, dan pada kesempatan ini kelompok kami menyampaikan terima kasih kepada : 1. Ibu Anisa Fahmi selaku dosen Etika Profesi, 2. Teman-teman kelas 4F/D-III Pajak Di dalam penulisan tugas ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami siap menerima segala masukan dari semua pihak. Akhir kata, kami berharap tugas ini dapat bermanfaat khususnya bagi kelompok kami sendiri, dan pembaca pada umumnya. Tangerang Selatan, 27 April 2016 Penyusun ii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Waktu dan Tempat Pengamatan BAB II Visi dan Misi Direktorat Jendral Pajak Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak( KPP) KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Empat sebagai KPP yang modern Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kebayoran Baru Empat Tugas dafungskantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran Baru Empat Kode Etik DJP BAB III Hasil Kunjungan ACCOUNT REPRESENTATIVE KEPATUHAN INTERNAL BAB IV PENUTUP DAFTAR REFERENSI iii

4 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kode etik (code of ethics) dapat diartikan sebagai sebuah panduan prinsip yang dirancang untuk membantu para profesional dalam menjalankan bisnis secara jujur dan berintegritas ( Bisnis dan organisasi secara khas memiliki kode etik yang harus dipatuhi oleh karyawan. Pelanggaran kode etik dapat menyebabkan pemutusan hubungan kerja karyawan atau pemecatan dari organisasi. Sebuah kode etik penting karena secara nyata memberikan aturan berperilaku dan peringatan terlebih dahulu. Oleh karena itu, kode etik merupakan sebuah sarana potensial untuk mempengaruhi perilaku perusahaan dan karyawan (Schwartz, 2004). Penggunaan kode etik dalam organisasi telah meningkat secara global. Riset perusahaan yang masuk dalam Fortune Global 200 menunjukkan bahwa sebanyak 86% perusahaan telah memiliki kode etik sendiri (KPMG, 2008). Pada Tahun1970, hanya sedikit perusahaan yang memiliki kode etik, tetapi pada Tahun 1990, proporsinya meningkat 14%. Tahun 1990 sampai dengan tahun 2011, terjadi peningkatan yang dramatis dalam proporsi perusahaan Fortune Global 200 yang memiliki kode etik. Proporsi berdasarkan wilayah sebagai berikut: Amerika Utara 100%, Asia 52%, dan Eropa 80% (KPMG,2008). The Global Business Responsibility Resources Centre (sebagaimana dikutip dalam Singh, 2011) mengidentifikasi alasan semakin pentingnya kode etik, yaitu: pertama, kode etik meningkatkan reputasi dan citra perusahaan. Keakraban stakeholders internal dan eksternal dengan kode etik dapat menciptakan kesan yang positif mengenai praktik bisnis perusahaan. Kedua, kode etik membawa pesan bahwa perusahaan 1

5 mempunyai komitmen terhadap perilaku etis. Ketiga, kode etik dapat menyatukan karyawan dalam budaya perusahaan. Keempat, dalam beberapa yurisdiksi, memiliki kode etik dapat mengurangi hukuman bagi perusahaan ketika melanggar hukum. Kelima, praktik bisnis yang sehat dan berakar pada pondasi etika yang kuat akan meningkatkan prospek pembangunan negaranegara berkembang di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Institusi Pajak selama ini dikenal sebagai institusi yang basah, rawan praktik suap, korupsi dan kolusi (Pardossi,n.d.). Survei Partnership for Governance Reform mengenai korupsi telah menempatkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai instansi terkorup nomor lima di Indonesia pada Tahun Indeks Persepsi Penyuapan (Bribery Perception Index) yang dirilis oleh Transparency International Indonesiapada Tahun 2005, menempatkan DJP sebagai institusi yang paling banyak menerima suap setelah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Widoyoko,14 April 2005). Berdasarkan hal tersebut, pemerintah melalui DJP telah melakukan reformasi birokrasi dalam bentuk modernisasi sistem dan struktur organisasi yang berorientasi pada fungsi sejak Tahun DJP mengubah dan menyempurnakan struktur organisasi, proses bisnis, teknologi informasi, serta melakukan pembenahan manajemen sumber daya manusia dengan memberlakukan kode etik pegawai (Tim usaha anda SCTV, 15 Juli 2012). Tujuan utama yang ingin dicapai adalah untuk menciptakan aparat pajak yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mengoptimalkan pelayanan terhadap wajib pajak. Dengan reformasi perpajakan, fungsi yang dapat diperoleh adalah tercapainya tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, tercapainya kepercayaan pada administrasi perpajakan dan tercapainya produktifitas aparat perpajakan (Jurnal legislasi, 29 April 2011). 2

6 Gordon dan Miyake (2001) menyatakan bahwa hal yang lebih efektif dalam melawan suap dan praktik tidak etis lainnya adalah melalui peraturan perundang-undangan pemerintah sekaligus tindakan perusahaan secara internal, terutama dalam bentuk pembuatan kode etik. Darmin Nasution (mantan Direktur Jenderal Pajak Tahun ) dalam kata pengantarnya pada Buku Panduan Pelaksanaan Kode Etik Pegawai DJP menyatakan bahwa penerapan sistem administrasi modern di lingkungan DJP harus dibarengi dengan perilaku pegawai yang mengacu pada kode etik pegawai. Dasar hukum penerapan Kode etik pegawai sebagai standar perilaku pegawai adalah Keputusan Menteri Keuangan Nomor 222/KMK.03/2002 tanggal 14 Mei 2002 yang kemudian mengalami penyempurnaan dan perubahan hingga diberlakukannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PM.3/2007 tanggal 23 Juli 2007, dan dijabarkan lebih lanjut dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- 33/PJ/2007 tanggal 23 Juli 2007 tentang Panduan Pelaksanaan Kode Etik Pegawai DJP. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PM.3/2007, Kode Etik Pegawai DJP adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan yang mengikat pegawai DJP dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta dalam pergaulan hidup sehari-hari. Alasan lahirnya kode etik pegawai ini adalah bahwasistem legal dan pasar tidak cukup mampu mengarahkan perilaku organisasi untuk mempertimbangkan dampak moral dalam setiap keputusannya. Kode etik merupakan suatu cara untuk memperbaiki iklim organisasional sehingga individu-individu dapat berperilaku secara etis. Kode etik diharapkan akan membawa perubahan paradigma dan pola tindak pegawai di lingkungan DJP yang pada akhirnya akan meningkatkan citra DJP. Dengan kode etik, segenap jajaran pegawai DJP dituntut untuk mengetahui, memahami, menghayati, dan melaksanakan tugas sesuai prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance). Dengan demikian, kode etik 3

7 pegawai disusun atas kesadaran bahwa dalam pelaksanaan tugasnya, pegawai DJP seringkali dihadapkan pada situasi yang menimbulkan pertentangan kepentingan dan situasi yang dilematis. Dalam situasi seperti itu, kode etik diperlukan sebagai pedoman bagi pegawai untuk menentukan sikap yang paling layak untuk diambil. Walaupun kode etik sudah diterapkan, perilaku menyimpang pegawai DJP masih cukup banyak ditemukan. Hal tersebut diperkuat oleh Hadi Purnomo (mantan Direktur Jenderal Pajak periode ) yang menyatakan telah memecat pegawai pajak sebanyak 114 orang sejak Tahun karena berbagai pelanggaran ( Fuad Rahmany (Direktur Jenderal Pajak periode Tahun 2011 sekarang) mengakui bahwa ternyata masih cukup banyak pegawai pajak yang tidak disiplin dalam menjalankan tugasnya. Fuad Rahmany juga mengakui bahwa DJP merupakan instansi yang paling rentan terhadap kasus suap-menyuap (Restyanto,13 Juli 2012). Sejak Tahun , sebanyak pegawai pajak telah mendapatkan hukuman disiplin (Siadari, 1Maret 2012). Pelanggaran yang terungkap dilakukan oleh pegawai pajak merata mulai dari pegawai level bawah, seperti Gayus Tambunan (mantan Penelaah Keberatan Kantor Wilayah Jakarta II), pejabat level menengah, seperti Tommy Hindratno (mantan Kepala Seksi di KPP Pratama Sidoarjo Selatan) sampai dengan level pejabat setingkat kepala kantor, seperti Anggrah Suryo (mantan Kepala KPP Pratama Bogor). Banyaknya kasus pelanggaran, khususnya korupsi yang terungkap dilakukan oleh pegawai pajak dikhawatirkan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap citra institusi pajak dan akhirnya berdampak pada kesadaran membayar pajak sebagai penopang terbesar penerimaan negara. Pada saat munculnya kasus Gayus Tambunan, sebagian masyarakat memunculkan wacana gerakan boikot membayar pajak melalui media sosial 4

8 Facebook (Khumaini, 27 Maret 2010). Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (NU) 2012 di Cirebon tanggal September 2012 juga mewacanakan fatwa bahwa bayar pajak tidak wajib apabila pajak terus-menerus dikorupsi oleh aparat pajak ( Sebelum memberlakukan fatwa tersebut, NU masih memberikan kesempatan pemerintah untuk memperbaiki pengelolaan pajak agar tidak terjadi kebocoran. Ancaman fatwa NU dengan pengikut yang berjumlah jutaan jamaah tersebut tidak dapat diabaikan karena dapat mengancam sumber penerimaan negara dari sektor pajak. Dengan demikian, sangat penting bagi DJP untuk memastikan bahwa kode etik telah efektif mempengaruhi perilaku pegawai pajak agar tidak muncul perilaku korupsi yang memicu resistensi masyarakat wajib pajak terhadap kewajiban membayar pajak. Ketidakpedulian masyarakat dalam membayar pajak dapat mengancam kelangsungan kehidupan negara karena saat ini (Tahun 2013), penerimaan pajak ditargetkan sebesar 1, triliun rupiah atau berkonstribusi 68,14% dari rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 1, triliun rupiah (Ramadhan, 5 Maret 2013). Keefektifan kode etik berkaitan dengan kemampuan elemen program etika dalam mempengaruhi perilaku organisasi dan anggotanya. Keberadaan kode etik dinilai mempunyai dampak positif pada cara karyawan menilai organisasinya (Singh, 2011). Teori dan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa keefektifan kode etik tergantung pada elemen program etika (Singh, 2011), yaitu: ditampilkan agar dilihat semua orang (displayed for all to view), dikomunikasikan kepada semua pegawai (communicated to all employees), sebaiknya menginformasikan kepada pegawai baru (should inform new employees), konsekuensi terhadap pelanggaran (consequences for violation), kriteria untuk penilaian kinerja pegawai (criterion for employee appraisal), dukungan terhadap pelapor pelanggaran (support of 5

9 whistleblowers), merevisi kode etik setidaknya setiap dua tahun (revise a code at least every 2 years), kode etik sebaiknya memandu perencanaan strategis (code should guide strategic planning), memiliki komite etika yang tetap (have a standing ethics committee), memiliki komite pelatihan etika (have an ethics training committee), pelatihan etika untuk semua staf (ethics training for all staff), memiliki ombudsman bidang etika (have an ethics ombudsman), sebaiknya melaksanakan evaluasi etika (should conduct ethical evaluation), pelanggan sebaiknya diberi informasi (customer should be informed), pemasok sebaiknya diberi informasi (suppliers should be informed), kode etik membantu memperolehkeuntungan bisnis (code assists our bottom line), kode etik membantu penyelesaian dilema etika (codes assist with ethical dilemmas), dan kebutuhan terbesar dalam enam bulan terakhir (greater need in the last 6 months). Menurut Singh (2011), berbagai elemen program etika dapat diringkas dalam lima variabel, yaitu: pertama, tujuan kode etik (code purpose), yang meliputi elemen kode etik sebaiknya memandu perencanaan strategis (code should guide strategic planning), kriteria untuk penilaian kinerja pegawai (criterion for employee appraisal), kode etik membantu penyelesaian dilema etika (codes assist with ethical dilemmas), kode etik membantu memperoleh keuntungan bisnis (code assists our bottom line), dan sebaiknya melaksanakan evaluasi etika (should conduct ethical evaluation). Variabel pertama ini merangkum berbagai elemen yang terkait dengan maksud diadakannya kode etik. Tujuan kode etik berkaitan dengan pemberian pedoman kepada anggota dan pihak yang berkepentingan lainnya untuk membuat pilihan etis dalam melaksanakan pekerjaannya. Farrel dan Cobbin (sebagaimana dikutip dalam Farrel, Cobbin & Farrel, 2002) menyatakan adanya mainstreaming criteria yang mempengaruhi keefektifan kode etik 6

10 dalam organisasi, diantaranya keberadaan prosedur normal dalam memecahkan dilema etika dan kebijakan untuk meninjau kode etik. Kedua, implementasi kode etik (code implementation), yang merangkum elemen pelatihan etika untuk semua staf (ethics training for all staff), memiliki komite pelatihan etika (have an ethics training committee), memiliki ombudsman bidang etika (have an ethics ombudsman), memiliki komite etika yang tetap (have a standing ethics committee),dan dukungan terhadap pelapor pelanggaran (support of whistleblowers). Variabel kedua ini mencakup berbagai elemen mengenai cara kode etik diperkenalkan dan didukung dalam organisasi. Farrel dan Cobbin (sebagaimana dikutip dalam Farrel, Cobbin & Farrel, 2002) menyatakan adanya mainstreaming criteria yang mempengaruhi keefektifan kode etik dalam organisasi, diantaranya keberadaan petugas dan komite etika serta pelatihan etika. Menurut Schwartz (2004), beberapa faktor penting yang berkaitan dengan keefektifan kode etik dalam mempengaruhi perilaku adalah pelatihan etika dan pelaporan adanya pelanggaran. Ketiga, pengkomunikasian atau penegakan kode etik ke internal organisasi (internal code communication/enforcement), yang meliputi elemen sebaiknya diinformasikan kepada pegawai baru (should inform new employees), dikomunikasikan kepada semua pegawai (communicated to all employees), dan konsekuensi terhadap pelanggaran (consequences for violation). Variabel ketiga ini menunjukkan pentingnya mengkomunikasikan fakta bahwa organisasi memiliki kode etik yang berarti menunjukkan komitmen organisasi terhadap peraturan. Dengan kata lain, kode etik organisasi disusun dengan serius dan pegawai yang melanggar akan dikenai hukuman. Menurut Stevens (2007), apabila dikomunikasikan secara efektif, kode etik dapat meningkatkan perilaku etis dan memandu pegawai dalam pengambilan keputusan yang etis. Adams dan Rachman-Moore (2004) 7

11 menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kode etik dan komunikasi. Komunikasi merupakan faktor kunci karena konsep etis dalam kode etik tidak dapat dilakukan oleh anggota organisasi apabila mereka tidak peduli atau tidak mengenal kode etiknya dengan baik. Farrel dan Cobbin. (sebagaimana dikutip dalam Farrel, Cobbin & Farrel, 2002) menyatakan adanya mainstreaming criteria yang mempengaruhi keefektifan kode etik dalam organisasi, diantaranya penggunaan kode etik untuk memberikan hukuman. Penelitian Yekta, Ahmad dan Kaur (2010) menyimpulkan bahwa komunikasi yang efektif merupakan faktor penting untuk kesuksesan penerapan program kode etik yang mendorong kemauan untuk melaporkan pelanggaran dalam organisasi. Schwartz (2004) menemukan bahwa salah satu faktor penting yang terkait dengan keefektifan kode etik dalam mempengaruhi perilaku adalah penegakan kode etik (enforcement) yang konsisten. Keempat, kekinian dan pengkomunikasian kode etik ke eksternal organisasi (currency and external code communication of code), yang terdiri dari elemen pelanggan sebaiknya diberi informasi (customer should be informed), pemasok sebaiknya diberi informasi (suppliers should be informed), ditampilkan agar dilihat semua orang (displayed for all to view), dan merevisi kode etik setidaknya setiap dua tahun (revise a code at least 2 year). Variabel keempat ini menunjukkan bahwa kode etik seharusnya didokumentasikan secara umum untuk ditunjukkan kepada pihak internal dan eksternal organisasi (Benson, 1989, Townley, 1992, & Wood, 2002). Farrel dan Cobbin (sebagaimana dikutip dalam Farrel, Cobbin & Farrel, 2002) menyatakan adanya mainstreaming criteria yang mempengaruhi keefektifan kode etik dalam organisasi, diantaranya ketersediaan kode etik untuk diakses oleh masyarakat dan seberapa sering organisasi memodifikasi kode etik. 8

12 Kelima, kegunaan kode etik terbaru (recency of code utility), yang mencakup kebutuhan terbesar dalam enam bulan terakhir (greatest need in the last 6 month). Variabel kelima ini didasarkan pada kepercayaan bahwa penggunaan terkini kode etik akan meningkatkan persepsi keefektifan kode etik. Beberapa penelitian tentang keefektifan kode etik membentuk perilaku etis telah dilakukan dengan berbagai kesimpulan yang berbeda. Beberapa teori menyatakan bahwa pembuatan keputusan etis atau perilaku dipengaruhi oleh kode etik (Schwartz, 2001). Penelitian Adams et al. (2001) tentang kode etik dan persepsi perilaku etis menyimpulkan bahwa responden dari perusahaan yang memiliki kode etik lebih beretika daripada responden dari perusahaan tanpa kode etik. Mirip dengan itu, Somers (2001) menemukan bahwa kode etik dianggap terkait dengan minimnya pelanggaran dalam organisasi. Schwartz (2001) dalam penelitian terhadap empat perusahaan besar di Kanada juga menemukan bahwa kode etik merupakan faktor yang potensial dalam mempengaruhi perilaku karyawan, manajer dan petugas etika. Penelitian lain menemukan hubungan yang tidak signifikan antara keberadaan kode etik dan perilaku. Penelitian Tsalikis, Fritzche dan Murphy et al. (sebagaimana dikutip dalam Somers, 2001) menunjukkan bahwa karyawan kurang menyadari kegiatan yang tidak etis atau ilegal di organisasi yang telah mengadopsi kode etik. Temuan tersebut memberikan bukti bahwa kode etik kurang memberikan efek di tempat kerja. Hal itu didukung oleh Mathews (sebagaimana dikutip dalam Schwartz, 2001) yang menyatakan bahwa berlawanan dengan harapan semula, hasil penelitian pada perusahaan manufaktur yang palingmenguntungkan di Amerika Serikat menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara kode etik dan pelanggaran peraturan pemerintah oleh perusahaan. 9

13 Berkaitan dengan pelaksanaan kode etik pegawai yang ada di DJP, maka kami melakukan kunjungan ke KPP Pratama Kebayoran Baru Empat untuk mengetahui pelaksanaan kode etik tersebut di kantor tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Perusahaan menggunakan kode etik dengan sejumlah alasan, termasuk penyediaan standar normatif yang konsisten bagi karyawan, menghindari konsekuensi hukum dan mempromosikan citra perusahaan ke masyarakat (Ethics Resources Center, 1980, 1990b sebagaimana dikutip dalam Schwartz, 2001). DJP telah mensosialisasikan dan menerapkan kode etik bagi pegawainya sejak Tahun 2002 dengan harapan para pegawai DJP dapat bertindak dan berperilaku sesuai norma yang terkandung dalam kode etik. Meskipun demikian, masih cukup banyak pegawai DJP yang melakukan pelanggaran disiplin (Restyanto,13 Juli 2012, Siadari,1 Maret 2012& Berdasarkan hal tersebut, maka timbul pertanyaan: Bagaimana pelaksanaan kode etik pegawai di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran Baru Empat. 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan laporan kunjungan ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan kode etik pegawai DJP di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran Baru Empat 1.4 Waktu dan Tempat Pengamatan Kunjungan ini dilaksanakan di KPP Pratama Kebayoran Baru Empat yang beralamat di Ratu Plaza Lantai 2 Jalan Jendral Sudirman Kav. 9 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kunjungan dilaksanakan pada Jumat, 24 Juni 2016 pada pukul WIB. 10

14 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Visi dan Misi Direktorat Jendral Pajak Adapun yang menjadi visi Direktorat Jenderal Pajak adalah : Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan system dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat. Sedangkan yang menjadi misi dari Direktorat Jenderal Pajak dilihat dari beberapa segi, yaitu : a. Segi Fiskal Menghimpun penerimaan Dalam Negeri dari sector pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang- Undang Perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi. b. Segi Ekonomi Mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijaksanaan perpajakan yang meminimalkan distorsi c. Segi Politik Mendukung proses demokratisasi. 2.2 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak( KPP) Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak (KIP) dengan induk organisasinya adalah Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Modern diseluruh jajaran Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu : 11

15 1. Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar 2. Kantor Pelayanan Pajak Madya 3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama KPP Kebayoran Baru 4 berada di bawah Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jakarta Selatan II, yang menaungi : 1. Kantor Pelayanan Pajak Pratam Jakarta Kebayoran Lama 2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar Minggu 3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cilandak 4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pesanggrahan 5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Baru Satu 6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Baru Dua 7. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga 8. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Baru Empat 2.3 KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Empat sebagai KPP yang modern KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Empat menyatakan dirinya sebagai salah satu KPP yang sudah modern. Hal ini terlihat dari sistem administrasi dan pelayanannya yang juga sudah modern. Kualitas layanan bagi Wajib Pajak terus diperbaiki agar dapat menghasilkan pelayanan yang prima. Di samping itu, kepatuhan Wajib Pajak juga terus dipantau dan diawasi. 1. Keberadaan TPT ( Tempat Pelayanan Terpadu) dan Call Center Tempat Pelayanan Terpadu di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Empat terdapat di dalam gedung kantor. Pelayanan dibuka sejak pukul am sampai dengan pukul pm, dan digunakan untuk melayani kebutuhan perpajakan para Wajib Pajak seperti penerimaan dokumen atau laporan perpajakan yang diserahkan langsung oleh Wajib Pajak sehingga tidak perlu ke masing-masing seksi. Di sisi lain ada juga call center (Kring Pajak) yang bisa digunakan apabila Wajib Pajak ingin bertanya mengenai peraturan tertentu atau tata cara pengisian 12

16 formulir-formulir pajak tertentu. Selain itu, call center juga bisa digunakan sebagai tempat pengaduan keluhan Wajib Pajak apabila ada pelayanan yang kurang maksimal atau pegawai yang melakukan pelanggaran kode etik. 2. Adanya Fungsi Jabatan AR (Account Representative) Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.01/2008 tentang Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak yang Telah Mengimplementasikan Organisasi Modern, di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Baru Empat mulai ada fungsi jabatan AR sejak tahun Fungsi AR ini berada dalam Seksi Pengawasan dan Konsultasi. Fungsi AR ini bertugas mengawasi kepatuhan pajak dan memberikan bimbingan/ konsultasi kepada Wajib Pajak. 3. Perubahan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Sebelum dilakukan reformasi dan modernisasi perpajakan oleh pemerintah, seksi-seksi di sebuah kantor pajak diklasifikasikan berdasarkan jenis pajaknya, seperti Seksi PPh dan Seksi PPN. Namun setelah reformasi dan modernisasi perpajakan berlangsung, struktur organisasi di tiap-tiap kantor pajak terbagi berdasarkan fungsi, seperti Seksi Pelayanan, Seksi Pemeriksaan, Seksi Penagihan, Seksi Pengawasan dan Konsultasi, dan Seksi Ektensifikasi. 4. Keberadaan Help Desk Help desk merupakan salah satu fasilitas pelayanan yang disediakan di KPP ini. Help desk ini digunakan untuk memberi kemudahan bagi Wajib Pajak dalam memperoleh informasi perpajakan. Petugas yang ditempatkan di help desk biasanya merupakan pegawai pajak yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dan memiliki pengetahuan perpajakan. Di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Empat ini sendiri petugas yang melayani WP di help desk biasanya merupakan 13

17 Account Representative karena mereka dianggap cakap dalam berkomunikasi dan memiliki pengetahuan perpajakan yang baik. 2.4 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kebayoran Baru Empat 2.5 Tugas dafungskantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran Baru Empat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kebayoran Baru 4 dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang bertugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Adapun pembagian tugas dan wewenang masingmasing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran Baru 4 adalah : 1. Sub Bagian Tata Usaha / Umum, mempunyai tugas : a. Penatausahaan surat masuk dan surat keluar. b. Menyusun tanggapan/tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan /Laporan Hasil Pemeriksaan dari Ditjen Kemenkeu/BPK/BPKP/Unit Fungsional Pemeriksaan lainnya. c. Menyusun tanggapan terhadap surat pengaduan anggota masyarakat melalui pos maupun secara langsung. 14

18 d. Menyusun laporan berkala KPP, meliputi Laporan Ketertiban Pegawai, Laporan Penggunaan Anggaran, Laporan Pemakaian Barang- Barang Milik Negara dan lain sebagainya. e. Meneliti pelanggaran disiplin pegawai yang terjadi sesuai dengan peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun f. Pengadministrasian hak-hak pegawai antara lain hak cuti, asuransi kesehatan, pengangkatan pegawai, pengajuan pensiun dan sebagainya. g. Pengadministrasian gaji pegawai. Pemeliharaan aset-aset negara serta pengadaan barang-barang kebutuhan kantor. h. Pengelolaan dan penggunaan anggaran, serta mengelola Sistem Akuntansi Instansi. 2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas : a. Menyusun rencana penerimaan pajak berdasarkan ekonomi dan keuangan. b. Menatausahaan penerimaan pajak. c. Membuat Laporan monotoring Penerimaan Pajak dan Extra Effort. d. Perbaikan komputer dan aplikasi komputer. e. Penatausahaan Alat Keterangan. f. Penatausahaan surat-surat masuk pada Seksi pengolahan Data dan Informasi. g. Pengaturan jaringan komputer ke seluruh pegawai serta pengawasan terhadap penggunaan jaringan komputer. 3. Seksi Pelayanan, mempunyai tugas : a. Menatausahakan surat-surat permohonan dari wajib pajak dan suratsurat lainnya pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT). b. Menatausahakan surat-surat masuk untuk seksi pelayanan. c. Penatausahaan arsip/berkas perpajakan. 15

19 d. Menyelesaikan registrasiwajib pajak dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) serta permohonan NPWP. e. Menyelesaikanpermohonan penghapusan NPWP dan pengukuhan PKP. f. Menerbitkan surat keputusan pembetulan produk hukum. g. Pemberitahuan wajib pajak keluar/pindah masuk. h. Menatausahakan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PN atau SPT Masa PPh pemotong dan pemungut yang telah diterima kembali dalam rangka pengawasan kepatuhan wajib pajak. i. Menyelesaikan permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh. j. Melayani peminjaman/pengiriman berkas dari/ke KPP lain. k. Melaksanakan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi. l. Mencetak surat teguran sehubungan dengan SPT Tahunan PPh, SPT Masa PPh, SPT Masa PPN, yang tidak disampaikan atau disampaikantidak sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. m. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (SPT). n. Melaksanakan penyuluhan perpajakan. o. Melaksanakan pelayanan kebutuhan informasi perpajakan yang dibutuhkan oleh wajib pajak. 4. Seksi Penagihan, mempunyai tugas : a. Menatausahakan surat masuk ke Seksi Penagihan. b. Melakukan pengawasan terhadap tunggakan dan angsuran/pelunasan pajak. c. Menerbitkan dan menyampaikan surat teguran kepada wajib pajak. d. Menerbitkan dan melaksanakan surat paksa. 16

20 e. Menerbitkan SPMP (Surat Perintah Melakukan Penyitaan) dan melaksanakan penyitaan. f. Menerbitkan surat permintaan pemblokiran rekening wajib pajak kepada pimpinan Bank. g. Melakukan proses lelang atas harta kekayaan penunggakan pajak yang telah disita. h. Melakukan penelitian administrasi dan penelitian setempat terhadap piutang pajak yang diperkirakan tidak dapat ditagih/tidak mungkin ditagih lagi. i. Melakukan penelitian atas asuhan penghapusan piutang pajak. j. Menjawab konfirmasi data tunggakan wajib pajak. 5. Seksi Ekstensifikasi, mempunyai tugas : a. Menatausahakan surat yang masuk ke Seksi Ekstensifikasi Perpajakan. b. Menerbitkan surat himbauan ber-npwp. c. Mencari data dari pihak ketiga dalam rangka pembentukan data perpajakan. d. Mencari data potensi perpajakan dalam pembuatan motografi fiskal. e. Pembuatan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB). 6. Seksi Pemeriksaan dan kepatuhan internal, mempunyai tugas : a. Menatausahakan surat masuk ke Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal. b. Mengusulkan wajib pajak yang akan dilakukan pemeriksaan. c. Menerbitkan Surat Perintah Periksaan (SP2), Surat Pemberitahuan (SPT) pemeriksaan pajak dan surat pemanggilan pemeriksaan pajak. d. Menatausahakan Laporan Hasil Pemeriksaan (LPH) dan Nota Perhitungan (Nothit). e. Mengusulkan dilakukannya penyidikan pajak. 17

21 f. Membuat laporan tentang Wajib Pajak Patuh. g. Pengawasan/Kepatuhan Internal. 7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi KPP Pratama Kebayoran Baru Empatmemiliki 4 Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON), tidak ada pembedaan kinerja diantara 4 waskon tersebut, mempunyai tugas: a. Melakukan pengawasan penerbitan surat teguran kepada wajib pajak yang belum menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). b. Melaksanakan penelitian dan analisa kepatuhan material wajib pajak. c. Melakukan penghapusan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar. d. Pengusulan wajib pajak patuh. e. Pengusulan wajib pajak/pkp fiktif. f. Melakukan penelitian untuk mengusulkan penerbitan Surat Keterangan Fiskal (SKF). g. Pemberian izin penggunaan mesin teraan materai. h. Melakukan bimbingan dan memberikan konsultasi teknis kepada wajib pajak. i. Mengirimkan himbauan perbaikan Surat Pemberitahuan (SPT). j. Melakukan kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak dalam rangka pengawasan data wajib pajak.. k. Melaksanakan rekonsiliasi data wajib pajak (data maching). l. Membuat Surat Keterangan Bebas (SKB). 8. Kelompok Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak, mempunyai tugas : a. Melakukan pemeriksaan sederhana lapangan atau pemeriksaan lengkap. b. Melakukan pemeriksaan sederhana kantor. c. Membuat Nota Perhitungan (Nothit) pajak, Daftar kesimpulan hasil pemeriksaan (DKHP) dan Alat Keterangan (Alket). 18

22 d. Membuat Laporan Hasil Pemeriksaan. 2.6 Kode Etik DJP Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Rl Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3094) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Gratifikasi dan Pelaporannya; Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil; Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 19

23 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.01/2007 tentang Pedoman Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.01/2007; Tujuan Kode Etik a. meningkatkan disiplin Pegawai; b. menjamin terpeliharanya tata tertib; c. menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif; d. menciptakan dan memelihara kondisi kerja serta perilaku yang profesional; dan e. meningkatkan citra dan kinerja Pegawai. Kewajiban dalam Kode Etik 1. menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain; 2. bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel; 3. mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak; 4. memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya; 5. mentaati perintah kedinasan; 6. bertanggung jawab dalam penggunaan barang iventaris milik Direktorat Jenderal Pajak; 7. mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor; 8. menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan; 9. bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan. 20

24 Larangan 1. bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas; 2. menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik; 3. menyalahgunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak langsung; 4. menyalahgunakan fasilitas kantor; 5. menerima segala pemberian dalam bentuk apapun, baik langsung maupun tidak langsung, dari Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain, yang menyebabkan Pegawai yang menerima, patut diduga memiliki kewajiban yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaannya; 6. menyalahgunakan data dan atau informasi perpajakan; 7. melakukan perbuatan yang patut diduga dapat mengakibatkan gangguan, kerusakan dan atau perubahan data pada sistem informasi milik Direktorat Jenderal Pajak; 8. melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan dengan norma kesusilaan dan dapat merusak citra serta martabat Sanksi Pelanggaran (1) Pegawai yang melakukan pelanggaran Kode Etik dikenakan sanksi moral dan atau hukuman disiplin. (2) Pengenaan sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara terbuka atau tertutup. 21

25 3.1. Hasil Kunjungan BAB III PEMBAHASAN Dalam kunjungan yang kami lakukan, kami mewawancarai AR dan Kepatuhan Internal yang ada di Kpp Pratama Kebayoran Baru Empat. Berikut kutipan wawancara kami Kutipan wawancara dengan KI 1. Bagaimana penerapan materi ketika kuliah saat praktik dunia kerja? - Pada intinya semua pasti terkait. Cuma ada waktunya, dalam artian kalian duduk di jabatan-jabatan yang memang akan langsung terkait dengan pelajaran yang kalian pelajari di sekolah. Jangan kaget kalau misalnya pada saat masuk nanti kalian akan. Kasarnya kayak gitu - Jadi nanti jangan terlalu terkejut pada saat ketika masuk dunia kerja itu semua yang kalian lakukan tidak terkait sama sekali dengan yang kalian pelajari. Di situ kendalanya kalau menurut saya. Ini kan terkait dengan kode etik, justru itu yang kadang-kadang menjadi bumerang dalam artian kita beranggapan kalau kita bekerja dengan sesuai yang kita pelajari pada saat kita bekerja, masuk ke instansi ini secara resmi ternyata SOP yang kita lakukan tidak sesuai dengan yang kita pelajari. - Itu yang kadang-kadang yang membuat orang-orang merasa Ya udahlah kerjaan ini tidak usah terlalu begini, karena nanti toh saya akan diangkat jadi AR atau Fungsional, dsb dsb. - Pelanggaran umumnya terjadi karena kurangnya kesadaran dan dedikasi yang tinggi atas SOP yang dia terima. 2. Bagaimana terkait dengan fungsi tupoksi kepatuhan internal? 22

26 KI sendiri bukan dari DJP, sebenarnya dari Itjen dan seharusnya dicanangkan di semua kementerian. Tapi sementara ini, cuma kementerian keuangan yang sudah berjalan. Kan nanti masih program percontohan selama beberapa tahun kemarin itu. Sampai detik ini pun masih banyak perubahan terkait KI di instansi Kemenkeu ini. 3. Berapa jumlah KI di kantor ini? 2 unit, untuk unit KPP maksimal dua. 4. KI bentuknya bagaimana? Apakah tertulis? Kita kebetulan diseleksi langsung dari kantor pusat. Mereka meminta data yg dibutuhkan untuk menjadi pertimbangan apakah pegawai ini layak atau tidak diangkat sebagai KI. Tapi sekarang karena sumber daya yang terbatas, jadi biasanya dari pihak KITSDA minta usulan langsung dari KPP. Jadi KPP mengusulkan sendiri mana pegawai yang layak untuk dijadikan KI. 5. Bagaimana pekerjaan di bagian KI sehari-hari? KI itu kan ada kerjaan rutin dan kerjaan non rutin, umumnya semua pekerjaan seperti itu. Kalau rutinnya melakukan pengawasan internal terhadap SOP tertentu secara umum karena tiap tahun SOP yang diawasi berubah. Tidak pernah sama. Jadi kita mengikuti pertimbangan dalam artian apakah SOP yang kita awasi tahun ini sesuai apa tidak, jika sudah sesuai, tahun berikutnya kantor pusat akan menyeleksi lagi SOP-SOP yang belum pengawasan. Nanti berubah lagi setiap tahunnya. Itu rutinnya, kita membuat laporan dari itu. Itu rutin tiap bulan dilakukan terhadap pengawasan SOP. Kalau untuk triwulan semesteran ada juga pengawasan terhadap kode etik, disiplin pegawai, manajemen resiko, mitigasi risiko. Manajemen resiko adalah pengawasan terhadap kemungkinan risiko-risiko yang terjadi di kantor. Kode etik biasanya dilakukan semesteran. Biasanya kita mengawasi 23

27 kode etik secara menyeluruh dalam artian tingkah laku pegawai atau disiplin terhadap absensi, keberadaan produktifitas. 6. Terkait absensi, diceknya triwulan atau semesteran? Setiap semesteran, kita melakukan pengawasan, tidak melakukan pengawasan yang agresif. Dalam artian tidak bisa dipungkiri semua juga manusia. Kalau kasarnya ini sejenis sampling. Seperti pengawasan SOP tiap bulan kita juga tidak melakukan pengawasan terhadap seluruh produk. Misalnya satu SOP hanya sampling beberapa produk, maksimal 20 biasanya. Untuk kode etik seperti itu pun asumsinya kita lakukan selama semesteran itu kan sama seperti sampling. Kalau mengawasi itu kan selalu setiap harinya kan. Tapi kalau yang ada outputnya berupa laporan dan rekomendasi terhadap laporan itu ya semesteran saja kita lakukan. 7. Bagaimana pelaksanaan sanksi atas pelanggaran kode etik atau pelanggaran SOP? Itu bukan wewenang kami, kami hanya sebagai pengawas. 8. Pelaksanaannya dilakukan oleh? Itu kita buat rekomendasi, jadi misalkan atas pengawasan kami terdata pelanggaran-pelanggaran yang tidak terdeteksi selama ini, nanti kita buat rekomendasi kepada si pelaku. Pelanggaran tetap dikembalikan sesuai dengan aturan kepegawaian yang berlaku, dalam artian apabila pada pengawasan, kami mendapati pelanggaran terhadap absensi suatu pegawai, dari laporan lalu kami buat nota dinas rekomendasi kepada yang berhak atau memiliki wewenang untuk menghukum pegawai tersebut, dalam hal ini biasanya atasan. Tetap kembali ke aturan, karena tugas kita bukan menjadi penindak tetapi kita cuma mengingatkan untuk kembali lagi ke aturan yang berlaku. Tapi apabila pada kasus tertentu misalkan pada saat banyak pengawasan 24

28 atas suatu SOP di daerah misalkan terjadi SOP yang tidak bisa dijalankan semestinya karena factor-faktor eksternal, misalnya kondisi lapangan atau WP di daerahnya, itu ada wadahnya sendiri. Bisa melalui kepatuhan internal, kita membuat usulan SOP pada kantor pusat, atau melalui Sikka. Sikka juga ada media untuk usul perubahan (revisi) SOP. 9. Sistem whistleblowing tidak bepegang oleh KPP? Tidak, kita cuma jadi media/perantara. Kita diberi kewenangan untuk bisa menjembatani antara KITSDA dan KPP dalam hal whistleblowing. Tapi karena di DJP sendiri sudah ada medianya sendiri, jadi tidak dibutuhkan. 10. Rentang pegawai yang diawasi oleh KI pada satu kantor sampai mana? Semua tanpa terkecuali. 11. Apakah ada WP yang pernah menyampaikan keluhan? Prinsip saya sebagai KI, selama itu tidak wewenang kami, kami tidak akan menjalani itu. WP bukan di ranah kami. Jadi apabila ada keluhan, yang bisa kami lakukan adalah kalau misalkan ada keterkaitan atas apa yang kami awasi misalkan konseling, kita ada pengawasan konseling. Dalam hal ini kita butuh sampling WP, apabila WP tersebut bilang ternyata KPP ini selama ini kurang begini begini begini, dari situ mungkin dia bisa kasih rekomendasi menggunakan media SOP yang sedang kami awasi itu. Tapi kalau misalkan terjadi langsung, kalau tidak ada keluhan dari pegawai langsung ke kami, saya memilih tetap untuk objektif. Dalam artian, jika itu bukan di ranah saya, ya tidak. 12. Selain KI, ada bagian lain yang ikut mengawasi? Ada dari Itjen sama BPK. Pengawasan yang dilakukan tidak rutin, sampling juga. Kalau KPP, pengawasan selain dilakukan ki, juga dilakukan oleh unit atasnya langsung kanwil, dan juga KITSDA. Kalau Kanwil dan KITSDA mereka tidak melakukan pengawasan secara rutin 25

29 juga (sampling). Kalau memang KPP kamu yang dijadikan sampling, itu juga bentuk pengawasan. Itu dari unit langsung. Tapi dari unit lain ada Itjen sama BPK juga. Biasanya mereka pengawasannya lebih subjektif dalam artian pengawasan apa yang mereka perlukan, misalnya umumnya pengawasan terhadap pemeriksaan, atau ada kasus yang terkait dengan KPP atau anggaran, jadi tidak secara langsung. Subjektif dari mereka. 13. Bagian yang mengawasi KI siapa? KITSDA dan Kanwil. Kanwil juga punya unit KI. Unit KI Kanwil mengawasi unit KI kami. Jadi laporan yang kami kirimkan juga menjadi bentuk pengawasan karena semua tugas kami sudah terangkum di laporan yang kami buat. Jadi pengawasan mereka dari situ. 14. Apa di KPP Kebayoran Baru 4, ada tidak pegawainya yang melakukan pelanggaran? Kalau kantor saya ini tidak pernah terjadi pelanggaran yang sangat ekstrim ya, sampai detik ini. Paling pelanggaran dalam hal administratif dalam artian pelanggaran-pelanggaran yang tidak krusial berpengaruh pada penerimaan negara. Misalkan baju, atau telat membuat surat permohonan terlambat, dsb. Kalau pelanggaran yang besar biasanya di laporan jenis pelanggaran fraud. Pelanggaran yang berindikasi merugikan negara tidak ada. 15. Apa ini kantor baru? Ini kantor baru, secara wujud dan organisasi baru. Karena pecahan dari Kebayoran Baru Wilayah kerjanya dimana? Dulu Kebayoran Baru 1 di daerah Gatot Subroto. Sebelumnya kantornya di seberang, cuma lagi direnovasi terus kita menyewa di Kanwil 1. Cuma karena kanwil 1 terlalu banyak WP-nya akhirnya 26

30 berpecah jadi Kanwil 1 dan 4. Mulai beroperasi dari Oktober tahun lalu. Idealnya kan kantor pajak itu punya tanah sendiri. Tapi di daerah sini mulai susah jadi kemungkinan akan tetap di sini (Ratu Plaza). Kita mengajukan ikut kantor yang itu juga tidak diizinkan karena kantor itu kan khusus buat Kanwil khusus. Kita tidak termasuk Kanwil khusus. Kutipan wawancara dengan AR 1. Secara umum ada waskon 1,2,3,4 bedanya? Per april 2015 ada ketentuan aturan baru waskon 1 untuk konsultasi atau pelayanan wp dan waskon 2, 3, 4 untuk pengawasan ke wp. Sop pun paling banyak dibanding seksi lain, misal dahulu sop pembetulan spt, sop pemidahbukuan, sop penerbitan stp digabung jadi satu di waskon 1, 2, 3, dan 4. Perubahan pada april 2015 sop pelayanan dan konsultasi wp masuk waskon 1 semua, sop pengawasan wp di waskon 2, 3, dan 4. AR ada disetiap waskon, di waskon 1 ada 3 AR, waskon 2 ada 5 AR, waskon 3 ada 6 AR, waskon 4 ada 5 AR. 2. Apakah setiap waskon dibedakan antara mengurs PPh atau PPN dsb? Tidak, dari waskon 2, 3, dan 4 semuanya adalah pengawasan untuk pph, ppn, intinya semua jenis pajak, jadi di waskon 2, 3, dan 4 tidak ada bedanya. Tapi hal itu tergantung kpp, bisa berbeda setiap, tapi biasanya setiap waskon dibagi berdasarkan pembagian wilayah. 3. Apakah ArR bekerja terspesialisasi? AR tidak terspesialisasi, jadi kerjanya sama semua, tidak terbagi menangani bendahara atau badan, jadi diatur menurut kebijakan kantor. 4. Apa saja Tupoksi AR? Dahulu melayani konsultasi dan pengawasan, ada sop, kalau melanggar ada sanksi. Sedang di pajak ada layananan unggulan, misal 27

31 pendaftaran wp, pengukuhan pkp kalau di kpp kebayoran 4 layanan unggulannya ada di waskon 1 ada pelayanan skb (surat keterangan bebas) ada jangka waktu, skb jangka waktu 5 hari kerja kalau sudah diterima lengkap, kalau engga lengkap bisa ditunda atau molor waktuya atau tolak sekalian, jadi 5 hari kerja harus diberi keputusan. Kalau tidak maka atas permohonan dianggap dikabulkan. 5. Bagaimana pembagian wp, untuk satu AR menangani berapa wp? Rata-rata lebih dari 500 wp, yg aktif normalnya, ada juga yg N/E. N/E bisa diaktifkan kembali bila ada penemuan. Karna ini merupakan kpp baru yaitu oktober 2015, wp badannya minimalis atau sedikit, spesialnya ke bendahara karna 65% nya adalah bendahara, sedangkan badan cuma sedikit. Misal kalau kebayoran 1 spesialnya badan. 6. Menurut bapak, kesulitan memegang 500 wp pada saat jadi AR bagaimana? Pertama Masalah sistem, atau datanya, ada data yang seharusnya sudah update. Misal ekualisasi antara ph bruto dengan penyerahan jika termasuk PKP (Pengusaha Kena Pajak) tidak update, intinya masalah data. Kedua adalah wp tidak ditemukan di lokasi. Yang lainnya ada juga, tapi tiap AR berbeda. 7. Apakah setiap AR memeriksa kembali perhitungan pajak Untuk yang 500 WP tersebut? Tidak, karna AR hanya sebatas mengawasi, kalau pemeriksaan ada di fungsional. Jadi seksi pemeriksa sama seperti waskon hanya terdapat pelaksana dan kasi, didalamnya ada fungsional. Semua WP yang lapor tidak semua diteliti kembali perhitungan pajaknya, jiak ada temuan baru diteliti kembali, jika tidak jujur pasti langsung di cek. Data WP 28

32 berasal dari sistem portal, ada tabel pengawasan untuk AR, didalamnya terdapat ekualisasi dan konfirmasi data pk (pajak keluaran) dan pm (pajak masukan). Ekualisasi adalah cara pengalihan potensi, dengan membandingkan yang dilaporkan WP dlm SPT Tahunan badan. Yaitu Ph bruto Badan dibandingkan dengan DPP di SPT PPN. Jika terdapat perbedaan, bisa dicurigai ada salah satu yang belum dilaporkan. 8. Apakah AR melakukan banyak pertemuan dengan WP? Kita harus ketemu WP, kalau tidak, akan kesulitan karena kita harus melakukan konfirmasi. Kalau tidak ketemu, tidak bisa ditetapkan. AR sendiri ada wewenang utk memeriksa pajak. Mulai 2016 semua AR menjadi pemeriksa pajak. Jadi ada kewenangan untuk menerbitkan ketetapan. Dahulu memang boleh menerbitkan ketetapan, tapi dengan verifikasi. Langkah-langkahnya sama dengan pemeriksa, yaitu membuat SPHP, LHP, dll. 9. Dari segi 500 WP, apakah merasa kesulitan? Tidak, karena ada mapping untuk mencari potensi pajak. Dilihat ada berapa, tinggal dieksekusi. Perbulan dibuat timeline bulan ini apa yg akan dikerjakan, sehingga tidak terjadi kendala. 10. Apakah AR sering keluar kantor dalam tugasnya? Tidak selalu, kalau ada himbauan tidak direspon baru didatangi. Yaitu 14 hari sejak terima surat himauan WP tdk merespon, bisa diberi surat himbauan kedua, kalau tidak surat panggilan untuk permintaan penjelasan, dahulu namanya konseling. 11. Apakah ada dampak dari kasus yang terjadi di Nias? Tidak masalah, di media ada reaksi yg positif ada yg negatif. Namun orang yg postif juga memberikan banyak dukungan. Jadi Tidak ada beban untuk buat ketetapan. Contohnya kemarin ada tagihan 29

33 tunggakan, tapi WP senidiri kooperatif. Karena di seksi penagihan (jurusita) ada semacam program nonformal, yaitu sebulan sekali tarif tunggakan WP yg mau jatuh tempo, dibantu penagihannya oleh AR. Karna AR biasa berkomunikasi dan kenal dengan WP, ditakutkan jika WP hanya didatangi oleh jurusita sendirian WP tersebut jadi takut dan menimbulkan hal yg kurang menyenagkan seperti kasus yang di Nias. Di kpp Kebayoran Baru 4 ini yang jelas jurusita bekerja sama dengan AR untuk komunikasi yang lebih baik. 12. Berdasarkan peraturan terbaru, apakah benar setiap kpp paling tidak mendisseling 2 WP? Itu di penagihan, kalau tidak salah program tiap bulan, jadi jika sudah dilakukan peneguran, Surat Paksa, dan penyitaan namun barang tidak ada baru dilakukan disseling. Namun jika sebelum di disseling pajaknya sudah dibayar, maka tidak dilaksanakan disseling tersebut. Jadi tergantung itikad baik WP apakah dia mau melunasi atau membayar tunggakan, maka tidak ada disseling, tidak boleh langsung asal sandera. Karna untuk melaksanakan itu juga butuh biaya ACCOUNT REPRESENTATIVE Reformasi perpajakan yang telah dan akan berlangsung tidak akan pernah optimal tanpa dukungan SDM yang berintegritas dan berkualitas. Untuk itu DJP menjadikan reformasi di bidang SDM sebagai prioritas dan terus berupaya memperkuat reformasi di bidang ini, khususnya dalam bidang penyempurnaan manajemen SDM termasuk sistem rekrutmen dan pengukuran kinerja, peningkatan kapasitas dan pelatihan pegawai, serta pengawasan internal. (Laporan Tahunan DJP, 2009). Dalam sistem perpajakan modern, fungsi pengawasan dan pelayanan bagi Wajib Pajak ditingkatkan. Di tahun 2002 dibentuklah sebuah jabatan baru yang disebut sebagai Account Representative (AR) di 30

34 Kantor Pelayanan Pajak yang telah melaksanakan modernisasi. Fungsi yang melekat pada jabatan ini yaitu mengawasi kepatuhan Wajib Pajak dan memberikan konsultasi. Pengawasan yang dilakukan Account Representative bersifat menyeluruh, yaitu meliputi seluruh jenis pajak. Satu orang Account Representative berhak mengawasi pemenuhan kewajiban perpajakan termasuk kepatuhan pembayaran masa, kepatuhan pembayaran tahunan, serta kepatuhan pelaporan masa dan tahunan. Tentu saja, beban pemenuhan target penerimaan pajak yang berada diletakkan di pundak para Account Representative tersebut menuntut kinerja ekstra. Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar mengemukakan paparan umum AR sebagai berikut. Definisi Account Representative Account Representative (AR) adalah petugas yang berada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah melaksanakan Sistem Administrasi Modern. Account Representative (AR) berkewajiban melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan, melaksanakan bimbingan dan melaksanakan himbauan kepada Wajib Pajak (WP). Setiap Account Representative (AR) mempunyai beberapa Wajib Pajak (WP) yang harus diawasi. Penugasan pelayanan oleh Account Representative (AR) dilakukan berdasarkan jenis usaha sehingga meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan produktivitas kerja karena pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus. Account Representative (AR) juga dilatih agar menjadi staf yang proaktif, bersikap melayani, dan memiliki pengetahuan perpajakan yang baik. Seorang Account Representative (AR) memiliki akses terhadap rekening Wajib Pajak (taxpayer account) secara on-line. Selain itu, Wajib Pajak dapat secara mudah menghubungi Account Representative (AR)-nya 31

35 baik secara langsung datang ke KPP maupun menggunakan telepon atau . Account Representative bertanggung jawab untuk menangani sejumlah kecil Wajib Pajak tertentu, menginformasikan semua perubahan peraturan, dan merespons pertanyaan atau permintaan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan kewajiban atau hak perpajakan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.01/2008 tentang Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengimplementasikan organisasi modern, pegawai dapat diangkat sebagai Account Representative pada KPP Pratama apabila memenuhi persyaratan pendidikan formal paling rendah SLTA dan pangkat paling rendah Pengatur (Golongan II/c) dengan mempertimbangkan ketersediaan pegawai Direktorat Jenderal Pajak, beban kerja dan potensi penerimaan pajak KPP Pratama yang bersangkutan. Tugas Account Representative (AR) Tugas Account Representative (AR) dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu yang berhubungan dengan Wajib Pajak dan yang berhubungan dengan atasannya. 1. Tugas Account Representative (AR) yang berhubungan dengan Wajib Pajak (WP) Melaksanakan pengawasan kepatuhan formal Wajib Pajak (WP). Melaksanakan penelitian dan analisa kepatuhan material Wajib Pajak (WP). Melaksanakan bimbingan/himbauan mengenai ketentuan perpajakan kepada Wajib Pajak (WP). Memberikan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak (WP). Membuat dan memutakhirkan profil Wajib Pajak (WP). 32

36 Membuat Surat Pemberitahuan Perubahan Besar Angsuran PPh Pasal 25. Membuat uraian penelitian pembebasan/pengurangan pembayaran angsuran PPh Pasal 25. Membuat usulan rencana kunjungan kerja ke lokasi Wajib Pajak (WP) dalam rangka pengawasan dan pemutakhiran data Wajib Pajak (WP). Membuat Nota Penghitungan dalam rangka penerbitan Surat Tagihan Pajak (tidak termasuk STP bunga penagihan) Pasal 7, Pasal 8 ayat (2), Pasal 9 ayat (2a) dan Pasal 14 ayat (3). Membuat konsep Nota Penghitungan dalam rangka penerbitan SKPKB/SKPKBT tanpa prosedur pemeriksaan. Melaksanakan proses pembetulan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 UU KUP. Membuat konsep usulan Wajib Pajak (WP) / PKP Fiktif dan Wajib Pajak (WP) Patuh. Membuat konsep perhitungan Lebih Bayar (LB). Melaksanakan penelitian dalam rangka penerbitan Bukti Pbk berdasarkan permohonan Wajib Pajak (WP). Melaksanakan penelitian Bukti Pemindahbukuan secara jabatan. Membuat konsep Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP), Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP), Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga (SKPIB), Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB), dan Surat Keterangan Pembayaran Pajak Sementara (SKPPS). 33

37 Membuat uraian penelitian dalam rangka penerbitan Surat Keterangan Bebas Pemotongan/Pemungutan PPh dan Pemungutan PPN. Membuat konsep Surat Keterangan Fiskal (SKF) Non Bursa. Melakukan penelitian dalam rangka penerbitan Surat Ijin Penggunaan Mesin Teraan Materai, Surat Ijin Pembubuhan tanda bea meterai lunas dengan teknologi percetakan dan dengan sistem komputerisasi dan memproses pencabutan ijin penggunaannya. Membuka segel mesin teraan dan membuat Berita Acara-nya. Melaksanakan pengalihan saldo bea meterai dengan mesin teraan, pengalihan saldo bea meterai dengan teknologi percetakan dan dengan sistem komputerisasi. uraian pelaksanaan dan konsep evaluasi hasil Putusan Banding/Peninjauan Kembali. Membuat konsep laporan penelitian Ijin Perubahan Tahun Buku dan Metode Pembukuan Pertama. Membuat konsep tanggapan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari aparat pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat. 2. Tugas Account Representative (AR) yang berhubungan dengan atasannya secara langsung Membuat konsep rencana kerja. Menyusun estimasi penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan. Mengusulkan pemeriksaan dan atau penyidikan. Membuat konsep laporan berkala seksi. 34

38 AR adalah penghubung antara KPP dan Wajib Pajak, yang bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi perpajakan secara efektif dan profesional. Mereka terlatih untuk memberikan respons yang efektif atas pertanyaan dan permasalahan yang diajukan Wajib Pajak sesegera mungkin. AR juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa Wajib Pajak memperoleh hak - haknya secara transparan. AR memiliki pemahaman tentang bisnis serta kebutuhan Wajib Pajak dalam hubungannya dengan kewajiban perpajakan. Untuk itu AR secara berkala mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari berbagai narasumber KEPATUHAN INTERNAL Tahun 2014, tahun keempat geliat peningkatan penerapan pengendalian intern di Kementerian Keuangan, sejak diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan nomor 152/KMK.9/2011 (KMK-152). Penerbitan KMK tersebut merupakan wujud nyata bentuk terobosan Kementerian Keuangan dalam melaksanakan PP 60 tahun 2008 yang mewajibkan penerapan pengendalian intern oleh seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Disebut terobosan, karena melalui KMK-152 Kementerian Keuangan mengamanatkan pembentukan satu unit khusus pada tiap jenjang satuan kerja yang bertugas untuk melakukan pemantauan atas fungsi pengendalian intern. Meskipun pada awalnya unit dimaksud dilekatkan pada salah satu unit yang telah ada pada struktur organisasi existing, namun setahap demi setahap arah yang dituju adalah membentuk unit tersebut sebagai unit tersendiri pada struktur organisasi yang baru. Pembentukan unit semacam ini merupakan hal baru pada praktik organisasi publik, meskipun pada organisasi privat sudah banyak diterapkan. Praktik ini mengacu pada best practices konsep three lines of defense pada organisasi modern untuk meningkatkan pengendalian 35

39 organisasi. Inti konsep tersebut adalah bahwa pengendalian organisasi dilakukan melalui 3 lapis pertahanan. Manajemen opersional merupakan lini pertahanan pertama yang bertanggung jawab penuh untuk menjalankan seluruh kebijakan organisasi dengan menjalankan pengendalian intern secara terus menerus dalam seluruh tahapan kegiatan. Untuk membantu efektivitas manajemen, dibentuk oversight unit sebagai lini pertahanan kedua, yang bertugas untuk memantau pelaksanaan pengendalian intern pada waktu-waktu yang ditentukan. Ada berbagai nama dalam praktik penerapan konsep ini, seperti unit kontrol intern, unit kepatuhan, unit manajemen risiko, unit legal, dan lain sebagainya. Di Kementerian Keuangan unit tersebut diberi nama unit kepatuhan internal, selanjutnya disingkat UKI. Lini pertahanan ketiga adalah auditor (terutama auditor intern), yang bertugas untuk melakukan pemantauan pengendalian intern dengan waktu dan cakupan kegiatan lebih longgar dari yang dilakukan oleh UKI. Manfaat UKI Sebagaimana dimaklumi, bahwa manajemen membutuhkan perangkat yang melakukan pengecekan/penilaian atas kegiatan yang dilakukan dalam rangka menghindari kesalahan/kekeliruan yang dapat merugikan organisasi. Kehadiran auditor internal pada prinsipnya ditujukan untuk membantu organisasi dalam penilaian independen apakah kegiatan manajemen operasional telah dilakukan secara patuh terhadap peraturan, ekonomis, efisien, dan efektif. Dengan demikian pimpinan organisasi dapat mengambil langkah perbaikan yang diperlukan demi pencapaian tujuan. Namun demikian, sangat disadari bahwa sumber daya auditor internal juga memiliki keterbatasan. Tidak setiap kegiatan yang dilakukan oleh manajemen operasional dapat dilakukan penilaian setiap saat, bahkan mungkin tidak dapat dilakukan setiap tahun. Padahal secara 36

40 alamiah, kemungkinan terjadinya kesalahan pada setiap kegiatan manajemen operasional selalu terbuka lebar. Kemunginan kesalahan tersebut akan semakin besar saat kegiatan semakin bertambah banyak, sehingga manajemen operasional tidak sempat lagi meneliti apakah tugastugasnya telah dilakukan dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan satu unit yang dapat membantu manajemen operasional dalam kegiatan seharihari agar kemungkinan terjadinya kesalahan dapat diminimalkan dan setiap kesalahan yang ditemukan dapat dilakukan perbaikan sesegera mungkin. Dengan mempertimbangkan begitu besarnya organisasi Kementerian Keuangan, baik ditinjau dari jumlah unit kerja maupun sebaran geografis, dan banyaknya variasi kegiatan yang dilakukan, maka disadari tidak akan maksimal bila hanya mengandalkan pengawasan ITJEN. Oleh karena itu dilakukan terobosan pembentukan UKI yang diharapkan dapat menjadi unit terdekat dalam manajemen untuk melakukan pemantauan pelaksanaan pengendalian intern tanpa harus menunggu pelaksanaan pengawasan oleh auditor intern. Pemantauan oleh UKI juga akan mendorong penyelesaian masalah secara lebih cepat dan terbuka karena UKI merupakan bagian dari manajemen unit kerja. Tantangan Perwujudan harapan di atas tentu bukanlah perkara yang mudah mengingat berbagai tantangan yang masih harus dihadapi. Dalam pandangan penulis setidaknya ada 3 tantangan pokok yang harus terus diwaspadai dan diselesaikan sebaik-baiknya, yaitu: 1) Komitmen, 2) Organisasi, 3) Operasionalisasi. Komitmen dari seluruh unsur Kementerian merupakan hal mendasar yang diperlukan dalam pengembangan UKI. Menteri Keuangan memiliki komitmen yang sangat kuat, namun hal ini belumlah cukup bila 37

41 tidak didukung oleh komitmen dari jajaran di bawahnya. Oleh karena itu dipelajari dan dianalisis seberapa besar komitmen yang telah terbentuk pada berbagai lapisan anggota oraganisasi. Dalam pengamatan penulis, masalah komitmen ini masih menjadi pekerjaan besar, karena belum terlihat secara luas bahwa setiap anggota organisasi memahami benar apa itu UKI, apa tugasnya, dan apa manfaatnya bagi organisasi. Persoalan organisasi juga masih menyisakan permasalahan besar. Pada akhir 2012, memang sudah terbentuk organisasi UKI di satuan kerja vertikal. Namun dalam kenyataannya masih terdapat unit yang tugasnya bercampur dengan kegiatan lain, demikian juga level yang ditetapkan tidak memadai sesuai dengan kebutuhan. Disamping itu, masih ada organisasi vertikal yang lupa dibentuk UKI, yaitu unit pengelola teknis di Sekretariat Jenderal. Persoalan besar organisasi juga menyangkut organisasi UKI di tingkat pusat yang belum terbentuk, kecuali hanya pada organisasi yang sejak sebelum terbit KMK-152 telah memiliki unit kepatuhan, seperti di DJP dan DJBC. Pada eselon I lain, seperti DJA dan BPPK, meskipun telah ada namun level dan strukturnya masih kurang memadai dan masih bercampur dengan kegiatan lain. Tantangan yang tidak kalah menarik adalah terkait aspek operasionalisasi UKI, terutama menyangkut kompetensi SDM, kesiapan manajemen operasional, dan perangkat kerja. Aspek kompetensi sangat menentukan keberhasilan pengembangan UKI, karena sebagus apapun sistem bila SDM yang menjalankan tidak kompeten akan sulit diharapkan keberhasilannya. Tantangan kompetensi mencakup baik SDM ITJEN maupun SDM yang ada di UKI. SDM yang terlibat dalam pengembangan UKI setidaknya harus memiliki kompetensi dasar seperti penguasaan terhadap teori umum sistem pengendalian intern dan KMK-152 beserta 38

42 aturan pelaksanaannya serta memiliki presentation dan communication skills yang baik. Tantangan juga terkait dengan kesiapan manajemen operasional dalam menyikapi perubahan praktik pengendalian intern. Manajemen operasional dapat saja menganggap UKI sebagai gangguan yang justru akan menghambat kelancaran pelaksanaan tugas. Oleh karena itu adalah sebuah tantangan besar untuk membangun kesadaran bahwa UKI bukanlah alat untuk mem-punish mereka tapi justru untuk membantu manajemen operasional dalam meminimalkan terjadinya kekeliruan. Adapun terkait perangkat kerja, tugas pemantauan akan menghadapi tantangan penyusunan perangkat pemantauan yang semakin bervariasi sehingga bila terus dilakukan secara manual akan memerlukan waktu dan dokumentasi yang banyak. Demikian juga pelaporan yang perlu dirancang untuk penyajian yang cepat terutama bila menghadapi masalahmasalah yang memerlukan tindak lanjut dari Kantor Pusat dan ITJEN. Solusi Penyelesaian atas hal-hal diatas perlu dilakukan secara cermat berdasarkan tingkat prioritas dan magnitude-nya. Beberapa gagasan pemecahan yang dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan adalah sebagai berikut. Terkait komitmen, perlu ditingkatkan sense of urgency pengembangan UKI dalam pandangan seluruh jajaran Kemenkeu. Penguatan komitmen di jajaran ITJEN dapat dimulai dengan melakukan sosialisasi sistem pengendalian intern (SPI) dan KMK-152 bagi seluruh pejabat/auditor. Selanjutnya menitipkan (menambah) program kerja monitoring penerapan UKI pada tiap penugasan auditor. Langkah ini dilakukan untuk memperluas cakupan pelaksanaan fungsi ITJEN dalam mendorong penerapan UKI. 39

43 Untuk memperkuat komitmen di jajaran top management perlu dilakukan semacam executive briefing tentang SPI bagi jajaran eselon I dan II dengan menghadirkan Menteri Keuangan dan praktisi/konsultan penerapan SPI dari lembaga yang kredibel. Perlu pula isu tentang pengembangan UKI diangkat dalam berbagai kesempatan yang melibatkan jajaran top management, seperti rapat pimpinan atau rapat koordinasi pada tiap eselon I. Selain itu juga perlu inisiasi untuk meminta komitmen dari tiap pimpinan eselon I terhadap pengembangan UKI melalui penyediaan SDM, penataan struktur organisasi, dan alokasi anggaran untuk pelaksanaan capacity building. Dalam hal organisasi, perlu segera dilaksanakan pertemuan antara ITJEN dan SETJEN dengan seluruh eselon I (minimal pada tingkat pejabat eselon II) untuk menyelesaikan penataan struktur organisasi. Bila memungkinkan pertemuan ini dipimpin oleh Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Staf Ahli Menteri Bidang Organisasi. Untuk memperkuat komitmen dalam organisasi, pada tingkat Kementerian dapat dibentuk semacam Komite yang beranggotakan para Staf Ahli yang dibantu oleh Kelompok Kerja. Tantangan terkait kompetensi, dapat diselesaikan melalui capacity building yang memadai. Kegiatan diklat Aksi UKI yang selama ini telah dilaksanakan, perlu diperluas dengan dukungan anggaran yang memadai. Adapun terkait perangkat kerja perlu dipertimbangkan untuk menyusun aplikasi yang dapat digunakan, baik untuk penyusunan perangkat pemantauan maupun untuk pelaporan. Pemanfaatan IT juga perlu digagas untuk membuka forum komunikasi, baik antar UKI di masing-masing eselon I maupun pada level Kementerian. Adapun untuk membangun kesadaran manajemen operasional perlu dilakukan sosialisasi secara 40

44 memadai tentang tujuan pengembangan UKI disertai dengan praktik yang benar tentang tugas-tugas UKI. 41

45 BAB IV PENUTUP Kode etik merupakan sebuah sarana yang potensial untuk mempengaruhi perilaku perusahaan dan karyawan (Schwartz, 2004). Kode etik pegawai diterapkan di DJP sejak reformasi birokrasi pada tahun Walaupun kode etik sudah diterapkan, masih cukup banyak pegawai DJP yang melakukan pelanggaran disiplin. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan kode etik dalam membentuk perilaku etis pegawai DJP. Berdasarkan hasil analisis penelitian ini adalah: dan pengujian hipotesis, simpulan yang dapat diambil dalam 1. Tujuan kode etik (code purpose) berpengaruh positif dan signifikan pada keefektifan kode etik membentuk perilaku etis pegawai DJP 2. Implementasi kode etik (code implementation) berpengaruh positif dan signifikan pada keefektifan kode etik membentuk perilaku etis pegawai DJP. 3. Pengkomunikasian atau penegakan kode etik ke internal organisasi (internal code communication/enforcement) berpengaruh positif dan signifikan pada keefektifan kode etik membentuk perilaku etis pegawai DJP. 42

46 DAFTAR REFERENSI KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 152/KMK.9/2011 (KMK-152) PP 60 TAHUN 2008 INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 127, TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4890); KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR KEP/46/M.PAN/4/2004 TENTANG PETUNJUK PEIAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN; PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 184/PMK.01/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KEUANGAN; PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 62/PMK.01/2009 S.T.D.D PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 29/PMK.01/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK; KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 130/KMK.09/2011 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN KEMENTERIAN KEUANGAN; KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 152/KMK.09/2011 TENTANG PENINGKATAN PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN; 43

47 LAMPIRAN 44

48 45

49 46

50 47

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan yang dramatis dalam proporsi perusahaan Fortune Global 200. Utara 100%, Asia 52%, dan Eropa 80% (KPMG,2008).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan yang dramatis dalam proporsi perusahaan Fortune Global 200. Utara 100%, Asia 52%, dan Eropa 80% (KPMG,2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kode etik (code of ethics) dapat diartikan sebagai sebuah panduan prinsip yang dirancang untuk membantu para profesional dalam menjalankan bisnis secara jujur

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak( KPP) Pratama Medan Timur

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak( KPP) Pratama Medan Timur BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak( KPP) Pratama Medan Timur Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN LOKASI UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

BAB II GAMBARAN LOKASI UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota BAB II GAMBARAN LOKASI UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota 1. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota KPP Pratama Medan Kota merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN PETISAH. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN PETISAH. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN PETISAH A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah semula bernama Kantor Pelayanan Pajak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA (KPP) MEDAN TIMUR. A. Sejarah Umum dan Kegiatan Operasional KPP Pratama Medan Timur

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA (KPP) MEDAN TIMUR. A. Sejarah Umum dan Kegiatan Operasional KPP Pratama Medan Timur 15 BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA (KPP) MEDAN TIMUR A. Sejarah Umum dan Kegiatan Operasional KPP Pratama Medan Timur Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur Kantor pelayanan pajak dimulai pada masa penjajahan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA (KPP) MEDAN TIMUR. A. Sejarah Umum dan Kegiatan Operasional KPP Pratama Medan

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA (KPP) MEDAN TIMUR. A. Sejarah Umum dan Kegiatan Operasional KPP Pratama Medan BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA (KPP) MEDAN TIMUR A. Sejarah Umum dan Kegiatan Operasional KPP Pratama Medan Timur Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. A. Sejarah Umum dan Kegiatan Operasional KPP Pratama Medan Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. A. Sejarah Umum dan Kegiatan Operasional KPP Pratama Medan Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Umum dan Kegiatan Operasional KPP Pratama Medan Timur Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PENELITIAN TUGAS AKHIR. bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PENELITIAN TUGAS AKHIR. bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PENELITIAN TUGAS AKHIR A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Petisah Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah semula bernama Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN TIMUR A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN. A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN. A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Sebelum diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern, Kantor

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Sebelum diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern, Kantor 29 BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat KPP Madya Tangerang Sebelum diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern, Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang, dimana struktur organisasinya

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM 3.1. Sejarah KPP Pratama Salatiga Pada awalnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Salatiga merupakan Kantor Dinas Luar Tingkat I di bawah Kantor Inspeksi Pajak Semarang Barat, seiring

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak Adapun yang menjadi visi Direktorat Jenderal Pajak adalah : Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan system

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan 24 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah KPP Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres BAB III OBYEK PENELITIAN III.1. Latar Belakang Obyek Penelitian III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres adalah instansi vertikal Direktorat

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR. 2.1 Sejarah Umum Terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR. 2.1 Sejarah Umum Terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR 2.1 Sejarah Umum Terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan 14 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan 1. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian BAB 3 OBJEK PENELITIAN KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Satu beralamat di jalan Gedung Patra Jasa Lt. Dasar dan Lt. 14 Jalan Jenderal Gatot Subroto Kavling 32-34, Jakarta Selatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan 14 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MEDAN. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MEDAN. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MEDAN A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak Pratama masih disebut Kantor Inspeksi Pajak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Pratama Kemayoran Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Pratama Kemayoran mulai berdiri sejak tahun 1994 dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga masuk dalam lingkup Kanwil DJP Jakarta Selatan dan merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA. A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Kota

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA. A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Kota BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Kota Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN

BAB III METODE PENULISAN BAB III METODE PENULISAN 3.1 Metode Penulisan Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data laporannya. 3.1.1 Sumber Data Dalam penulisan laporan tugas

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Sawah Besar Dua dibentuk

Lebih terperinci

BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI. Besar/ Large Taxpayers Office (LTO) pada tahun 2002 yang diikuti peresmian

BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI. Besar/ Large Taxpayers Office (LTO) pada tahun 2002 yang diikuti peresmian BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI A. Sejarah Institusi Direktorat Jenderal Pajak mengawali pembentukan Kantor Pelayanan Pajak modern dengan meresmikan berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar/

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN 39 BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari Reorganisasi di

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Timur

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Timur BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN TIMUR A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Timur Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tebet adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak ( DJP) yang berada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran umum objek penelitian KPP Jakarta Kebayoran Lama, yang kini berubah menjadi KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada

Lebih terperinci

BAB II KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MADYA MEDAN

BAB II KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MADYA MEDAN BAB II KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MADYA MEDAN A. SEJARAH PERUSAHAAN Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan diresmikan pada tanggal 27 Desember 2006 oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Pusat

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK BADAN DAN ORANG ASING SATU

BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK BADAN DAN ORANG ASING SATU 42 BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK BADAN DAN ORANG ASING SATU 3.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Satu Sebelum diterapkannya sistem administrasi modern, Kantor

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA. semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA. semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KPP PMA LIMA

BAB III GAMBARAN UMUM KPP PMA LIMA BAB III GAMBARAN UMUM KPP PMA LIMA 3.1. Gambaran Umum KPP PMA Lima Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Lima (KPP PMA Lima) dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK/0172001

Lebih terperinci

BAB II PROFIL KPP PRATAMA LUBUK PAKAM. Direktorat Jenderal Pajak perlu diubah, baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat

BAB II PROFIL KPP PRATAMA LUBUK PAKAM. Direktorat Jenderal Pajak perlu diubah, baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat BAB II PROFIL KPP PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah Instansi Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang beriorentasi pada pelayanan dan pengawasan, maka stuktur organisasi Direktorat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN PETISAH. semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN PETISAH. semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN PETISAH A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Petisah Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah semula bernama Kantor

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang. Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan dengan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang. Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan dengan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang KPP Pratama Soreang ini pada mulanya merupakan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Instansi 1. Sejarah KPP Pratama Kebumen Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Kebumen bermula dari Kantor Dinas Luar Tingkat I yang merupakan cabang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1894, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Ditjen Pajak. Instansi Vertikal. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 206.2/PMK.01/2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta. Kerja Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta. Kerja Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung. 8 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta Kantor Pelayanan Pajak Purwakarta berdiri pada tanggal 1 April 1989, yang terbentuk berdasarkan Surat Keputusan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang Sejarah kantor pajak di Indonesia diawali setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Di zaman penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dinamakan Kantor

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Di zaman penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dinamakan Kantor BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) 2.1 Sejarah Umum KPP Pratama Medan Timur Di zaman penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dinamakan Kantor Belasting dan kemudian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA A. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai 12 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai didirikan pada tanggal 1 April 1994, berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah. BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : Jawatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh

BAB I PENDAHULUAN. adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengeluaran rutin pemerintah dibiayai oleh sumber utama penerimaan pemerintah yaitu pajak. Proses pengenaan dan pemungutan pajak ini memerlukan adanya administrasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai Menurut data dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai, KPP Pratama

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR WILAYAH DJP SUMATERA UTARA I

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR WILAYAH DJP SUMATERA UTARA I BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR WILAYAH DJP SUMATERA UTARA I A. Sejarah Singkat Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Sejarah Singkat Berdirinya Instansi. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Sejarah Singkat Berdirinya Instansi. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK. 54 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 PENYAJIAN DATA 4.1.1 GAMBARAN UMUM INSTANSI 4.1.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Instansi Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Gresik Selatan berdiri berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jateng II Kota

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jateng II Kota digilib.uns.ac.id BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jateng II Kota Surakarta 1. Sejarah Berdirinya Kanwil DJP Jateng II Kota Surakarta Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA SALINAN PERATURAN NOMOR : PER 04/1VIBU/2012 TENTANG KODE ETIK APARATUR KEMENTERIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan aparatur Kementerian Badan Usaha Milik Negara yang bersih, berwibawa, dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Di zaman masa Penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dinamakan Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan belanda, Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Kosambi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kosambi dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA III.1 Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga beralamatkan di Jl. K.H

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI 3.1 Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007 tanggal 9 Agustus 2007 tentang Penerapan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007 tanggal 9 Agustus 2007 tentang Penerapan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Sukabumi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi terbentuk berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007 tanggal 9

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN. Data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan teknik-teknik

BAB III METODE PENULISAN. Data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan teknik-teknik BAB III METODE PENULISAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan teknik-teknik berikut: 1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaa

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN SKB PPN BKP STRATEGIS. 1. Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan SKB PPN BKP strategis di KPP.

PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN SKB PPN BKP STRATEGIS. 1. Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan SKB PPN BKP strategis di KPP. LAMPIRAN I PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN SKB PPN BKP STRATEGIS I. Umum 1. Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan SKB PPN BKP strategis di KPP. 2. Permohonan SKB PPN BKP strategis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEKANBARU TAMPAN. 473/kmk.01/2004 tentang perubahan lampiran I,II,III,IV, dan V Keputusan Mentri

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEKANBARU TAMPAN. 473/kmk.01/2004 tentang perubahan lampiran I,II,III,IV, dan V Keputusan Mentri BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEKANBARU TAMPAN 2.1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Tampan KPP Pratama ( Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang membutuhkan anggaran yang cukup besar setiap tahunnya untuk melaksanakan berbagai macam pembangunan.

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Untuk memaksimalkan pajak, negara melakukan sosialisasi pajak kepada masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat Kantor Pelayanan Pajak didirikan pada masa penjajahan Belanda. Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 47 BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Singkat Perusahaan 1. Gambaran Umum KPP Madya Jakarta Pusat Harapan yang kemudian diwujudkan dalam sebuah agenda reformasi birokrasi yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu masih

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.263, 2015 LIPI. Pegawai. Kode Etik. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP), kantor ini bernama Kantor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Natar untuk kebutuhan data yang dibutuhkan.

BAB III METODE PENULISAN. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Natar untuk kebutuhan data yang dibutuhkan. BAB III METODE PENULISAN 3.1 Sumber Data Sumber Data yang digunakan adalah sumber Data Sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh oleh dokumen atau formulir yang disediakan oleh seksi Pelayanan Di Kantor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada akhir tahun 2006, ditandai dengan kajian mengenai penajaman fungsi

I. PENDAHULUAN. pada akhir tahun 2006, ditandai dengan kajian mengenai penajaman fungsi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma kepegawaian di Departemen Keuangan dimulai pada akhir tahun 2006, ditandai dengan kajian mengenai penajaman fungsi Biro Kepegawaian sebagai unit yang

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Pasar Rebo Menurut pengumuman Nomor PENG-03/PJ.09/2007 tentang pengumuman, menjelaskan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Kosambi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kosambi dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. ObjekPenelitian Objek Penelitian dalam penulisan ini adalah sebuah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Tebet yang melayani wajib pajak dalam pelaporan dan pelunasan yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA PEKANBARU TAMPAN Sejarah Singkat KPP Pratama Pekanbaru Tampan

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA PEKANBARU TAMPAN Sejarah Singkat KPP Pratama Pekanbaru Tampan BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA PEKANBARU TAMPAN 2.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Pekanbaru Tampan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pekanbaru Tampan, didirikan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengamankan penerimaan anggaran negara dalam APBN setiap tahun. Sekitar 75

BAB I PENDAHULUAN. mengamankan penerimaan anggaran negara dalam APBN setiap tahun. Sekitar 75 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara yang berlaku di berbagai negara. Tiap negara membuat aturan dan ketentuan dalam mengenakan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Direktorat Jendral Pajak bersamaan dengan 12 Kantor Pelayanan Pajak Madya

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Direktorat Jendral Pajak bersamaan dengan 12 Kantor Pelayanan Pajak Madya BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan diresmikan pada tanggal 27 Desember 2006 oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Pusat Direktorat Jendral

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI. 2.1Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

BAB II PROFIL INSTANSI. 2.1Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam BAB II PROFIL INSTANSI 2.1Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 1. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material dan spiritual, yang

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. 3.1 Gambaran umum KPP Pratama Bandung Cibeunying. Sejarah pajak mula mula berasal dari Negara perancis pada jaman

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. 3.1 Gambaran umum KPP Pratama Bandung Cibeunying. Sejarah pajak mula mula berasal dari Negara perancis pada jaman BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Gambaran umum KPP Pratama Bandung Cibeunying Sejarah pajak mula mula berasal dari Negara perancis pada jaman pemerintahan Napoleon Bonaparte, yang pada jamannya beliau terkenal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota Sejarah umum dari kantor pelayanan pajak dimulai pada masa penjajahan belanda,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA CIKARANG SELATAN. 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Cikarang Selatan

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA CIKARANG SELATAN. 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Cikarang Selatan BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA CIKARANG SELATAN 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Cikarang Selatan Sebelum berubah nama menjadi Kantor Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cikarang Selatan,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.404, 2017 KEMENPAN-RB. Kode Etik. Kode Perilaku Pegawai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 07PRT/M/2017 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci