RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2014"

Transkripsi

1

2 RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM DAN LAPORAN KEUANGAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TAHUN 2014 BPJS Kesehatan yang menyelenggarakan Jaminan Kesehatan-melalui inisiasi dan implementasi Kartu Indonesia Sehat (KIS)- hadir sebagai terobosan dalam menangani masalah kesehatan di Indonesia. Kami berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan jaminan kesehatan yang berkualitas kepada seluruh masyarakat. Kehadiran program Jaminan Kesehatan Nasional menjadi harapan baru bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam menangani permasalahan kesehatannya. BPJS Kesehatan, sesuai UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), mendapat amanat untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. Tujuan utama program ini adalah untuk memperbaiki akses penduduk terhadap layanan kesehatan sehingga peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. dan mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan. Pengelolaan manfaat jaminan kesehatan dilakukan dengan menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang efektif, efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal dengan fasilitas kesehatan. Pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS Kesehatan dilaksanakan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung kesinambungan program. Penerapan prinsipprinsip tata kelola organisasi yang baik dan peningkatan kompetensi pegawai dijalankan untuk mencapai kinerja unggul. Implementasi sistem perencanaan dan evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko melalui teknologi informasi dilaksanakan untuk mendukung keseluruhan operasionalisasi BPJS Kesehatan. Pencapaian Kinerja 2014 Sebagai badan hukum publik, BPJS Kesehatan bertanggung jawab kepada Presiden. BPJS Kesehatan menjalankan program Jaminan Kesehatan berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehatihatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dalam memberikan pelayanan, BPJS Kesehatan tidak memandang status kependudukan seseorang. Seluruh penduduk Indonesia, secara bertahap wajib menjadi peserta Jaminan Kesehatan, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia. Bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu iurannya dibayar oleh Pemerintah. Setiap peserta mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif mencakup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Secara bertahap dan berkelanjutan, BPJS Kesehatan berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada seluruh peserta sejalan dengan visi BPJS Kesehatan, yaitu mencapai Cakupan Semesta Seiring proses transformasi yang sedang berlangsung, BPJS Kesehatan terus berupaya mengoptimalkan seluruh kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki dengan membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga Dewan Pengawas beserta Direksi dan seluruh Duta BPJS Kesehatan telah memberikan tenaga, pikiran dan berbagai inovasi program untuk mendukung pencapaian kinerja tahun 2014 secara optimal. Pada tahun 2014, BPJS Kesehatan mampu memenuhi target kinerja yang ditetapkan dalam Annual Management Contract (AMC) dengan nilai hasil sebesar 106,14 dari target 100. Pokokpokok indikator keberhasilan yang berhasil dicapai adalah: Cakupan kepesertaan sebanyak jiwa dari target jiwa. Skor tingkat kepuasan peserta tercapai 81 dari target 75. Ringkasan Eksekutif Laporan Pengelolaan Program Dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun

3 Indeks kualitas layanan fasilitas kesehatan tercapai 78 dari target 70. Pendapatan iuran peserta mencapai Rp40,72 triliun dari target Rp39,95 triliun. Peningkatan Unit Kerja dan SDM Kantor Divisi Regional Kantor Cabang (termasuk KC Prima) Tahun Prestasi Membangun Sistem Kelembagaan Kantor Layanan Operasional Kabupaten/ Kota (KLOK) Kantor Liaison Officer di Kawasan Industri Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional yang efisien, efektif, bersih dan bertanggung jawab, BPJS Kesehatan telah menerapkan Tata Kelola Organisasi Yang Baik (Good Governace). Implementasi Good Governance tersebut dilakukan dengan menyusun kebijakan dan pedoman berupa: (1) Board Manual, yang mengatur tentang tugas, fungsi, wewenang, tanggung jawab serta hubungan antara Dewas dan Direksi; (2) Pedoman Umum, berisikan tentang prinsip-prinsip tata kelola yang baik dan kebijakan umum dari fungsi-fungsi yang dijalankan BPJS Kesehatan, dan (3) Kode Etik, yang mencakup pengelolaan benturan kepentingan, pengelolaan gratifikasi dan whistle blower system. Terhadap implementasi Good Governance tahun 2014, BPJS Kesehatan telah melakukan self assessment dengan pendampingan dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang mencakup 4 aspek tata kelola organisasi yang baik, yaitu: Dewan Pengawas, Direksi, Pengungkapan Informasi dan Transparansi. Asesmen menggunakan pedoman asesmen yang mengacu kepada praktik-praktik tata kelola yang baik (best practices) dari BPKP. Hasil asesmen mencapai skor 88,94 (dari skor maksimal 100) dan masuk dalam kategori Sangat Baik. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkelanjutan dan Sumber Daya Sarana (SDS) yang Memadai Untuk memastikan operasional BPJS Kesehatan berjalan baik maka diperlukan organisasi dan SDM yang mendukung kebutuhan operasional organisasi. Perkembangan organisasi dan SDM selama kurun waktu 2014 dapat dilihat pada tabel berikut: Kantor SPI Wilayah Jumlah SDM Pengelolaan SDM di BPJS Kesehatan dijalankan melalui pendekatan Competency Based Human Resources Management dengan menggunakan aplikasi online Human Capital Information System (HCIS). Persiapan SDM yang memiliki produktivitas dan kompetensi tinggi dilaksanakan dengan Implementasi Knowledge Management (KM), Diklat Peningkatan Kompetensi, Diklat Penjenjangan leadership, Diklat Profesi, Sertifikasi dan Perguruan Tinggi, serta Diklat Luar Negeri. Diklat peningkatan kompetensi yang dilaksanakan pada tahun 2014 diprioritaskan pada operasional inti program BPJS Kesehatan yaitu pemasaran, kepesertaan, pengumpulan iuran dan implementasi tarif INA-CBG's. Pelatihan pemasaran difokuskan untuk pengembangan jumlah kepesertaan BPJS Kesehatan. Sedangkan diklat premium collection dimaksudkan untuk memperkuat strategi penagihan dan pengumpulan iuran dari peserta. Pelatihan Kepesertaan difokuskan untuk mengelola data kepesertaan BPJS Kesehatan dalam jumlah yang besar. Selanjutnya pelatihan INA-CBG's ditujukan untuk memperlancar proses administrasi klaim dan mencegah terjadinya kecurangan (fraud) dari berbagai pihak. Untuk memastikan kelancaran operasional di seluruh level organisasi, BPJS Kesehatan telah mempercepat pemenuhan kebutuhan infrastruktur dengan prioritas pada fungsi-fungsi inti guna menunjang pelayanan bagi peserta BPJS Kesehatan. Untuk menunjang kegiatan pengadaan dan inventarisasi aset yang lebih transparan dan akuntabel, pada tahun 2013 dibangun aplikasi IMAP s (Integrated Management Asset and Procurement System). Di dalamnya terdapat modul Manajemen Aset, Vendor Registration, Contract Management e-procurement yang memudahkan proses bisnis pengelolaan barang/jasa di BPJS Kesehatan Ringkasan Eksekutif Laporan Pengelolaan Program Dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2014

4 Memperkuat Sistem Teknologi Informasi (STI) yang Efektif Kegiatan STI ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja melalui otomasi berbagai proses pengelolaan informasi guna mempercepat manajemen dalam proses pengambilan keputusan. BPJS Kesehatan telah menyusun perencanaan dan standarisasi Teknologi Informasi (TI) mencakup aspek pengembangan, implementasi dan review IT master plan, IT governance, sosialisasi implementasi IT master plan serta pengembangan dan implementasi aplikasi. Dalam aspek pemeliharaan aplikasi, telah dilaksanakan program pengembangan otomasi proses bisnis. Sedangkan pada bidang manajemen data dan informasi diterapkan pengelolaan data warehouse, pengembangan dan pemeliharaan database terpusat, dan pembangunan master file kepesertaan semesta melalui Electronic Data Interchange (EDI). Dalam hal pengelolaan jaringan dan infrastruktur teknologi informasi telah dilakukan pengembangan dan pemeliharaan Data Center (DC) dan Disaster Recover Center (DRC), downtime (jaringan, server, storage, Data Center, DRC), lisensi, antivirus dan security incident (pengamanan IT). Untuk optimalisasi teknologi komunikasi layanan interaktif dilakukan melalui pengelolaan , website dan video conference. Untuk memperlancar proses pelayanan di rumah sakit, telah dilakukan integrasi sistem yang ada di rumah sakit melalui pengembangan integrasi sistem/bridging system berbasis web-service sehingga pertukaran data antar aplikasi berjalan secara elektronik. Dengan adanya bridging system tersebut rumah sakit cukup menjalankan single entry di aplikasi rumah sakit. Sedangkan untuk kebutuhan eligibilitas data peserta, aplikasi rumah sakit telah terhubung dengan Master File Kepesertaan melalui web-service. Integrasi yang menyeluruh antara aplikasi Surat Eligibilitas Peserta (SEP) dengan SIMRS dan INA-CBG s di 105 Rumah Sakit dapat mengurangi keluhan antrian panjang peserta. Sampai akhir 2014, integrasi antara SEP dengan INA-CBG s sudah diimplementasikan di rumah sakit. Membangun Budaya Sadar Risiko BPJS Kesehatan menggunakan standar ISO sebagai acuan dalam mengelola risiko organisasi secara terintegrasi, terstruktur, sistematis, efektif dan efisien. Untuk itu telah disusun Pedoman Pengelolaan Risiko BPJS Kesehatan sebagai panduan bagi seluruh unit kerja dalam mengelola risikonya demi menjaga pencapaian tujuan organisasi. Untuk tahun 2014, profil risiko BPJS Kesehatan mencakup 10 kejadian yang harus dimitigasi atas risiko yang akan terjadi. Risiko tersebut meliputi (1) peningkatan rekrutmen peserta baru untuk kategori Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya; (2) upaya pencairan investasi untuk kebutuhan likuiditas; (3) kecukupan jumlah dan kapasitas fasilitas kesehatan; (4) peningkatan pelayanan fasilitas kesehatan; (5) optimalisasi pengendalian biaya pelayanan kesehatan; (6) peningkatan otomasi pelayanan TIK; (7) peningkatan sistem keamanan TI; (8) penambahan jumlah SDM sesuai kebutuhan; (9) peningkatan kompetensi dan kualitas SDM; serta (10) peningkatan iklim kerja yang kondusif. Kejadian risiko tersebut diantisipasi secara menyeluruh pada setiap level manajemen sehingga merupakan budaya sadar risiko. Implementasi Sistem Pengawasan yang Akurat Fungsi Audit Internal di BPJS Kesehatan dilaksanakan oleh Satuan Pengawas Internal (SPI) yang bertanggungjawab langsung kepada Direktur Utama dan memiliki akses komunikasi langsung kepada Komite Audit (Organ Dewan Pengawas) untuk berkordinasi dan menyampaikan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan dan hasil audit. SPI juga menjalankan fungsi sangat strategis dalam membantu organisasi BPJS Kesehatan mencapai tujuannya dengan pendekatan yang sistematis, teratur dan terstruktur melalui evaluasi pengelolaan risiko yang efektif serta tata kelola organisasi yang baik (Good Governance). Dalam rangka memperkuat fungsi pengawasan, pada tahun 2014 telah dilakukan penguatan organisasi melalui pembentukan 4 koordinator wilayah SPI, dari yang sebelumnya hanya terorganisir di Kantor Pusat. Ringkasan Eksekutif Laporan Pengelolaan Program Dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun

5 Prestasi dalam Melayani Masyarakat Tahun 2014 menjadi milestone penting eksistensi BPJS Kesehatan sekaligus tantangan dalam mengelola program jaminan kesehatan di masa depan. Secara umum, penyelenggaraan program BPJS Kesehatan selama tahun 2014 telah berjalan dengan baik dan telah berhasil meletakkan dasar yang kuat untuk suksesnya operasional di tahun-tahun mendatang. Hal tersebut ditunjukkan dengan pencapaian sejumlah indikator kinerja utama sebagaimana yang ditetapkan dalam RKAT Perkembangan Kepesertaan Sampai dengan posisi 31 Desember 2014, realisasi jumlah peserta yang dicapai BPJS Kesehatan tahun 2014 sebesar jiwa atau 101,56% dari target sebesar jiwa. Jumlah ini berhasil menorehkan rapor hijau dari Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Terdapat penambahan peserta baru sebanyak jiwa atau mencapai 114,32% dari target 2014 sejumlah jiwa. Penambahan peserta tersebut berasal dari Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) sejumlah jiwa (dari target jiwa) dan Peserta PBI APBD/Jamkesda sebanyak jiwa (dari target jiwa) antara lain peserta Jamkesda dari Jaminan Kesehatan Rakyat Aceh (JKRA) dan Kartu Jakarta Sehat (KJS). Sebanyak 179 Pemda yang pengelolaan kesehatan masyarakatnya telah terintegrasi dengan BPJS Kesehatan pada tahun Selain itu, diperoleh kepesertaan dari segmen Peserta Penerima Upah badan usaha (PPU-BU) yang meliputi Eks JPK Jamsostek, pegawai BUMN, badan usaha swasta dan badan hukum lainnya. Sampai dengan 31 Desember 2014, sebanyak Badan Usaha yang telah mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Untuk mengetahui respon atas pelayanan yang diberikan, pada periode September sampai dengan Oktober 2014, BPJS Kesehatan melakukan survei tingkat kepuasan peserta. Survey ini dilakukan oleh pihak ketiga, bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta dalam semua aspek pelayanan sekaligus untuk mengidentifikasi prioritas perbaikan yang perlu dilakukan. Hasil survey menunjukan kepuasan peserta terhadap BPJS Kesehatan mencapai angka 81%, angka ini lebih besar dari target Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional yang ditetapkan Dewan Jaminan Sosial Nasional, yaitu sebesar 75%. Di samping itu, BPJS Kesehatan telah menerapkan sistem manajemen keluhan yang berhasil merespon 100% keluhan yang masuk. Keluhan yang diterima masuk melalui Pusat Layanan Informasi 24 Jam BPJS Kesehatan dan media lainnya, berjumlah keluhan selama tahun Selama tahun 2014 juga telah dilakukan pemberian informasi melalui Pusat Pelayanan informasi sebanyak kali. Implementasi Kartu Indonesia Sehat 2014 Sesuai Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif, sejak tanggal 3 November 2014 BPJS Kesehatan telah mendistribusikan Kartu Indonesia Sehat (KIS) sebanyak kartu kepada peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI). Distribusi KIS akan dilanjutkan tahun 2015, kepada peserta PBI. Kartu Indonesia Sehat (KIS) adalah tanda kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang komprehensif pada fasilitas kesehatan melalui mekanisme sistem rujukan berjenjang dan atas indikasi medis. Kartu lainnya, seperti Kartu Eks 4 Ringkasan Eksekutif Laporan Pengelolaan Program Dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2014

6 Askes, Eks Jamkesmas, KJS, Kartu JKN BPJS Kesehatan, masih tetap berlaku sesuai ketentuan sepanjang belum diganti dengan Kartu Indonesia Sehat (KIS). FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA KIS diterbitkan oleh BPJS Kesehatan untuk seluruh peserta jaminan kesehatan termasuk penerima bantuan iuran (PBI). Kepesertaan KIS ada 2 kelompok, yaitu kelompok masyarakat yang wajib mendaftar dan membayar iuran, baik membayar sendiri, ataupun berkontribusi bersama pemberi kerjanya; dan kelompok masyarakat miskin dan tidak mampu yang didaftarkan oleh Pemerintah dan iurannya dibayari oleh Pemerintah. 12,993 3,606 16,430 5,343 16,831 5,748 17,681 6,577 18,437 7,317 Pendapatan Iuran Sejalan dengan bertambahnya peserta BPJS Kesehatan sepanjang tahun 2014, maka pendapatan iuran pun semakin besar, yang diperoleh dari berbagai segmen peserta. Total pendapatan iuran selama tahun 2014 mencapai Rp40,72 triliun atau 101,94% melampaui target RKAT sebesar Rp39,95 triliun. Tingkat kolektabilitas iuran sebesar 97,33% dengan jumlah iuran yang diterima sebesar Rp39,63 triliun. Pencapaian penerimaan iuran tersebut didukung oleh pemanfaatan jaringan Kantor Cabang dan electronic channel (ATM, Internet Banking, SMS Banking, Electronic Data Capture/EDC, fasilitas transfer LLG/RTGS) BNI, Bank Mandiri dan BRI, yang merupakan bank mitra dalam pendaftaran peserta dan penerimaan iuran. Selain itu secara proaktif dan berkelanjutan BPJS Kesehatan melakukan awareness campaign kepada peserta agar membayar iuran secara tepat waktu. Pembayaran Manfaat Program Pelayanan Kesehatan kepada peserta dilakukan oleh Fasilitas Kesehatan (Faskes). Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) terdiri dari Puskesmas, Dokter Praktik Perorangan, Klinik TNI/Polri dan Klinik Pratama yang jumlahnya meningkat 39,6% atau sejumlah dibanding tahun sebelumnya. Termasuk didalamnya ada 945 FKTP Dokter Gigi Praktik Perorangan. Des 2013 Total FKTP Mar 2014 Jun 2014 Sep 2014 Des 2014 Dokter/Dokter Gigi Praktek Perorangan dan Klinik Pratama Sedangkan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) terdiri dari Rumah Sakit dan Klinik Utama yang jumlahnya meningkat 51,5% atau sejumlah 572 dibandingkan tahun sebelumnya. Termasuk di dalamnya ada 68 Klinik Utama. Khusus untuk Rumah Sakit swasta telah meningkat dari 346 menjadi 652 (88,4%). FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN Des 2013 Mar 2014 Jun 2014 Sep 2014 Des Total RS RS Swasta Ringkasan Eksekutif Laporan Pengelolaan Program Dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun

7 Sampai dengan 31 Desember 2014, realisasi biaya manfaat berupa biaya pelayanan kesehatan perorangan meliputi biaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, mencapai Rp42,65 triliun. BPJS Kesehatan telah melakukan pembayaran kapitasi sebesar Rp8,34 triliun kepada FKTP secara tepat waktu tanggal 15 setiap bulan dan sebesar Rp34,31 triliun untuk membayar FKRTL/ Rumah Sakit dengan waktu pembayaran klaim rata-rata 13 hari (lebih cepat dari ketentuan Undang-Undang maksimal 15 hari). Biaya manfaat diatas adalah untuk membayar sebanyak 61,7 juta kunjungan pasien Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) di FKTP dan kasus Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) di FKTP, serta 21,3 juta kunjungan pasien Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan sebanyak 4,2 juta kasus di Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL). Peningkatan Kualitas Pelayanan BPJS Kesehatan mengelola manfaat pelayanan kesehatan melalui manajemen manfaat pelayanan primer dan rujukan. Pengelolaan manfaat pelayanan primer dilakukan melalui penguatan sistem gate keeper, penetapan indikator mutu manfaat pelayanan kesehatan primer, serta pelayanan promotif preventif di FKTP. Sedangkan pengelolaan manajemen manfaat pelayanan rujukan dilakukan melalui penguatan sistem rujukan berjenjang, peningkatan mutu manfaat pelayanan kesehatan rujukan dan manajemen utilisasi/pemanfaatan, serta pengendalian penyalahgunaan (anti fraud). Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada peserta, termasuk membangun komunikasi dengan rumah sakit dan melaksanakan pelayanan administrasi terpadu, BPJS Kesehatan menempatkan petugas di Rumah Sakit dengan membentuk unit BPJS Kesehatan Center. Sampai dengan 31 Desember 2014 jumlah rumah sakit yang telah memiliki BPJS Kesehatan Center sebanyak rumah sakit (73,59% dari total rumah sakit yang bekerjasama) dan 505 rumah sakit diantaranya sudah terpasang jaringan VPN. Sebagai feedback atas mutu layanan yang telah diberikan, BPJS Kesehatan melakukan pengukuran atas Indeks Kualitas Layanan oleh Fasilitas Kesehatan. Hasil pengukuran, diperoleh indeks sebesar 78% atau 111,43% dari target sebesar 70%. Untuk memperluas cakupan manfaat bagi masyarakat, BPJS Kesehatan juga bekerjasama dengan 49 perusahaan asuransi swasta melalui skema koordinasi manfaat atau Coordination of Benefit (CoB) dalam memberikan tambahan benefit non-medis kepada masyarakat mampu yang menginginkan manfaat lebih. Komitmen dalam Membangun Kedekatan, Mendengar Keluhan dan Memberi Solusi Sebagai komitmen dalam memberikan pelayanan berkualitas kepada peserta, BPJS Kesehatan diwajibkan untuk membentuk Unit Pengendali Mutu Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Peserta (UPMP4). Di tahun 2014 telah dibentuk UPMP4 di seluruh unit kerja BPJS Kesehatan, baik di Kantor Pusat, Kantor Divisi Regional dan Kantor Cabang. BPJS Kesehatan juga membangun kemitraan dan kedekatan dengan berbagai pihak untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap Jaminan Kesehatan Nasional, sehingga timbul kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi di dalam program jaminan kesehatan. Sampai dengan 31 Desember 2014, beragam kegiatan promosi dilakukan oleh BPJS Kesehatan, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Membangun kedekatan kepada berbagai pihak juga dilakukan melalui pusat Layanan Informasi 24 Jam BPJS Kesehatan , Pemberian Informasi Langsung, talkshow, hotline service, pemberian informasi melalui Kantor Cabang/BPJS Kesehatan Center, website BPJS Kesehatan, media sosial (twitter), dan SMS gateway. Selain itu, juga disampaikan melalui surat, surat elektronik ( ) dan media massa. Pada tahun 2014, BPJS Kesehatan telah mengunggah 130 berita di website, berita di twitter BPJS Kesehatan, 109 berita di Kompasiana, berita/thread di kaskus, dan 33 berita di youtube BPJS Kesehatan. Sepanjang tahun 2014, BPJS Kesehatan telah memberikan informasi sebanyak secara lisan dan secara tulisan. Sedangkan jumlah keluhan yang diterima sampai dengan 31 Desember 2014 tercatat keluhan yang terdiri dari keluhan diterima melalui Pusat Layanan Informasi 24 Jam BPJS Kesehatan dan keluhan yang tercatat dari media lainnya. Seluruh keluhan yang masuk sampai Desember 2014, 6 Ringkasan Eksekutif Laporan Pengelolaan Program Dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2014

8 rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 1,5 hari (lebih cepat dari ketentuan Undang-Undang maksimal 5 hari). Pokok masalah keluhan terbanyak yang disampaikan peserta adalah pelayanan administrasi. Pengelolaan Dana/Keuangan Dana Jaminan Sosial Pengelolaan investasi Dana Jaminan Sosial tahun 2014 telah dikelola secara prudent dengan hasil kinerja yang baik sehingga mencapai yield on investment (YOI) netto sebesar 13,03%. Tahun 2014, aset neto DJS membukukan kondisi negatif (mismatch) sebesar Rp3,31 triliun, lebih tinggi dari asumsi pada RKAT Hal ini antara lain disebabkan karena realisasi biaya manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan alokasi pada RKAT Upaya yang dilakukan BPJS Kesehatan untuk mengatasi aset neto negatif tersebut, yaitu dengan menerbitkan Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pembayaran Peserta Perorangan BPJS Kesehatan. Salah satu isi peraturan tersebut mengatur pemanfaatan layanan kesehatan setelah 7 hari mendaftar untuk peserta BPJS Kesehatan segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU). Tujuannya adalah untuk membiasakan masyarakat mampu dan sehat agar mendaftarkan menjadi peserta BPJS Kesehatan sebelum sakit. Upaya lain adalah melakukan secara ketat kendali mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan yang dilakukan di FKTP dan FKRTL serta melakukan kajian atas kecukupan iuran untuk Tahun 2016 dengan pendekatan aktuaria yang berbasis data realisasi pelayanan kesehatan peserta selama 1 tahun perjalanan program Jaminan Kesehatan Nasional. Kajian tersebut berbeda dengan nilai iuran tahun 2014 dan 2015, yang belum sepenuhnya dengan pendekatan aktuaria, namun menggunakan pendekatan studi, yang disesuaikan dengan ketersediaan ruang fiskal Pemerintah. sebesar 44,05% lebih rendah dari RKAT antara lain karena terjadinya peningkatan jumlah liabilitas lancar, yaitu utang jaminan kesehatan. Dana Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Sebagai pengelola Dana Jaminan Sosial, pendapatan operasional Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) per 31 Desember 2014 tercatat Rp2,48 triliun, didapat dari dana operasional sebesar 6,25% yang dipotong dari iuran peserta sesuai Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 211/ PMK.02/2013. Selain itu, BPJS Kesehatan juga memperoleh pendapatan investasi bruto sebesar Rp1,33 triliun atau 128,47% dari RKAT, yang diperoleh dari pengembangan dana investasi BPJS sebesar Rp9,95 triliun atau 123,60% dari RKAT. Biaya Investasi sebesar Rp151,11 miliar atau 157% dari RKAT. Berdasarkan Dana, Pendapatan dan Beban Investasi tersebut, maka Yield on Investment (YOI) neto dana BPJS sebesar 13,87%. Pada akhir tahun 2014 jumlah aset BPJS mencapai Rp11,98 triliun atau 109,16% dari RKAT. Pencapaian aset tersebut terutama dipengaruhi oleh pencapaian penghasilan neto yang sampai dengan 31 Desember 2014 mencapai Rp1,07 triliun. Sedangkan Liabilitas BPJS sebesar Rp838 miliar atau 133,32% dari RKAT. Adapun Rasio likuiditas dana BPJS sebesar 1.494,02%. Sebagai sebuah badan hukum publik, BPJS Kesehatan juga mengeluarkan beban operasional untuk menjalankan program kerjanya. Beban operasional sampai dengan 31 Desember 2014 sebesar Rp2,47 triliun atau 84,74% dari RKAT. Dengan perolehan pendapatan operasional yang mencapai 102,71% dari RKAT dan beban operasional yang hanya terealisasi 84,74%, serta pendapatan investasi bruto yang mencapai 128,47% dari RKAT, maka BPJS Kesehatan mencatat penghasilan komprehensif (surplus) sebesar Rp1,11 triliun atau 391,54% dari RKAT. Aset Dana Jaminan Sosial mencapai Rp4,32 triliun atau 122,83% dari RKAT Sedangkan Liabilitas Dana Jaminan Sosial sebesar Rp7,63 triliun atau 134,19% dari RKAT. Hal ini yang disebabkan oleh tingginya utang jaminan kesehatan sebagai konsekuensi dari tingginya pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta. Adapun rasio likuiditas Ringkasan Eksekutif Laporan Pengelolaan Program Dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun

9 Pengawasan yang Menghasilkan Opini WTP, Skor GG Sangat Baik dan UKP4 Warna Hijau Satu tahun implementasi program jaminan kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan, Kantor Akuntan Publik (KAP) Kanaka Puradireja Suhartono telah memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan Keuangan Dana Jaminan Sosial (DJS) dan BPJS Kesehatan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember Dengan demikian Laporan Keuangan Dana Jaminan Sosial (DJS) Kesehatan dan BPJS Kesehatan dinyatakan: telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Dana Jaminan Sosial (DJS) Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan serta kinerja keuangan dan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Audit yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik, merupakan wujud implementasi dari prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yaitu keterbukaan, kehati-hatian dan akuntabilitas. Hasil pengukuran Good Governance BPJS Kesehatan telah memperoleh penilaian Sangat Baik (yang merupakan predikat tertinggi), dengan capaian skor aktual 88,94 dari skor maksimal 100. BPJS Kesehatan juga memperoleh penilaian yang baik (warna hijau) dari Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). 8 Ringkasan Eksekutif Laporan Pengelolaan Program Dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2014

10 Hal Yang Perlu Mendapat Perhatian Pemerintah Satu tahun implementasi program jaminan kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan, telah memberi manfaat yang nyata bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang membutuhkan jaminan kesehatan. Sejalan dengan program Pemerintah melalui implementasi Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang merupakan salah satu agenda Nawacita, selanjutnya program jaminan kesehatan ini membutuhkan dukungan penuh dari Pemerintah. VISI PRESIDEN BERDAULAT TRISAKTI Lembaga yang Bertanggung Jawab Langsung kepada Presiden untuk Menjalankan Jaminan Kesehatan BERKEPRIBADIAN BERDIKARI GOTONG ROYONG Mensukseskan KIS dengan mendorong masyarakat sehat dan mampu untuk menjadi peserta jaminan kesehatan KIS harapan akan berdikarinya/penguatan sendi-sendi ekonomi bangsa menjadi semakin jauh ketika negara tidak kuasa memberikan jaminan kesehatan dan kualitas hidup yang layak Nawacita ke lima (5), akan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui layanan kesehatan masyarakat dengan menginisiasi kartu Indonesia Sehat Ringkasan Eksekutif Laporan Pengelolaan Program Dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun

11 1. Untuk menjamin sustainabilitas program jaminan kesehatan nasional jangka panjang, BPJS Kesehatan membutuhkan dukungan Pemerintah, melalui: a. Revisi Iuran Untuk Mencukupi Biaya Pelayanan Kesehatan Penyesuaian besaran iuran JKN akan menjadi penyelamat utama keuangan BPJS Kesehatan. Revisi besaran iuran JKN dengan memperhitungkan semua kebutuhan biaya. Besaran iuran dihitung dengan memenuhi prinsip: kecukupan, rasional, kompetitif, ekuitas dan bersifat futuristik. Untuk maksud ini maka iuran dihitung secara cermat dengan menerapkan kaidah-kaidah perhitungan aktuaria. Penyesuaian besaran iuran tahun 2016 untuk menanggulangi mismatch antara iuran yang diterima dengan biaya pelayanan kesehatan yang dikeluarkan tahun 2014 dan 2015 serta sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu pelayanan di FKTP dan FKRTL sekaligus untuk mendorong partisipasi swasta, mengantisipasi laju inflasi dan tuntutan kenaikan tarif. Penyesuaian iuran akan mengurangi/menghapus nilai negaitf/defisit Aset Neto yang akan terjadi pada tahun 2016 serta menghindari prediksi defisit pada tahun-tahun yang akan datang. b. Rekrutmen Peserta yang Sehat BPJS Kesehatan memiliki tugas atau peran untuk mengupayakan agar masyarakat mendaftarkan dirinya sebagai peserta BPJS Kesehatan saat kondisi dirinya sehat, bukan pada saat kondisi sakit baru mendaftar. Oleh karena itu BPJS Kesehatan memerlukan dukungan Pemerintah, terutama untuk mendorong prinsip kegotong royongan dan mengoptimalkan partisipasi langsung dari peserta BUMN, Pekerja Penerima Upah Swasta dan masyarakat sehat dari segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU). Khusus untuk PBPU, masa tunggu administrasi menjadi peserta merupakan keniscayaan yang seyogyanya didukung penuh Pemerintah. c. Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Standar tarif yang diatur Permenkes 59/2014 berimplikasi terhadap penyerapan dana. Besarnya biaya pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh (i) utilisasi dan (ii) tarif. Angka utilisasi bersifat random, tergantung penyakit, sehingga intervensinya relatif sulit. Intervensi tarif lebih memungkinkan dengan menetapkan tarif agar penyerapan biaya maksimal 90%, dengan cara mereviu struktur tarif INA-CBG's di rumah sakit. d. Penegakan Pengendalian Biaya (Cost Containment) Penerapan kapitasi dan INA-CBG's tidak luput dari masalah. Berbagai isu antara lain up-coding, re-admission, bloody-discharge, dumping dan skimping, merupakan implikasi yang tidak diharapkan dalam penerapan INA-CBG's sebagai sistem pembayaran di rumah sakit. Kondisi ini jika dibiarkan akan berujung pada penyerapan dana di luar batas normal, sehingga eskalasi biaya sulit dikendalikan. Untuk itu dibutuhkan program kendali biaya dan mutu layanan yang konsisten yang dikoordinir oleh Kementerian Kesehatan. 2. Untuk Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan, BPJS Kesehatan membutuhkan dukungan Pemerintah, melalui: a. Supply side (jumlah, distribusi dan kompetensi) Agar masyarakat mudah dalam mengakses fasilitas kesehatan, diperlukan dukungan Pemerintah untuk meningkatkan jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan baik di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) maupun Fasilitas kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL), baik milik Pemerintah maupun swasta. Distribusi fasilitas kesehatan yang merata dan didukung oleh tenaga medis yang kompeten, harus menjadi perhatian, khususnya di daerah yang kurang diminati. Pada masa mendatang, terdapat kekhawatiran tingkat pertumbuhan peserta tidak seimbang dengan tingkat pertumbuhan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan. 10 Ringkasan Eksekutif Laporan Pengelolaan Program Dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2014

12 b. Obat Ketersediaan obat merupakan isu penting dalam pelayanan kesehatan pada awal tahun berjalannya program Jaminan Kesehatan Nasional. Hal ini perlu langkah serius dari seluruh stakeholder terkait untuk memperbaikinya, termasuk dari industri obat. Pemerintah perlu mereviu kebijakan ketersediaan obat sehingga tercipta sistem yang kuat dan mampu mendorong komitmen berbagai pihak untuk memperbaiki pelayanan kepada peserta. c. Sistem Rujukan Berjenjang Mekanisme sistem rujukan berjenjang antar fasilitas kesehatan membutuhkan pengaturan kebijakan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Pada Tahun 2014, berdasarkan Peraturan Gubernur, SK Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, MOU antara BPJS Kesehatan dengan Pemerintah Propinsi maupun dalam bentuk peraturan daerah, telah memberi dampak yang menguntungkan dalam pelaksanaan program sistem rujukan berjenjang. Dukungan Pemerintah kepada BPJS Kesehatan sebagaimana usulan di atas sangat menentukan bagi sustainabilitas pengimplementasian Kartu Indonesia Sehat (KIS) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), mengingat program ini sangat strategis dan dibutuhkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dukungan ini harus segera diwujudkan untuk menjaga agar tidak terjadi kegagalan pembayaran (default) kepada fasilitas kesehatan sehingga Pemerintah tidak perlu secara terus menerus menutupi beban defisit yang akan terjadi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, sesuai dengan amanat UU SJSN dan UU BPJS, Pemerintah berkewajiban menjamin BPJS Kesehatan berjalan sebagaimana mestinya untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Jakarta, Mei 2015 Fachmi Idris Direktur Utama Selanjutnya BPJS Kesehatan membutuhkan dukungan implementasi yang kuat dari Kepala Daerah dan Dinas Kesehatan untuk bersamasama dengan BPJS Kesehatan melakukan pengawasan yang ketat, mengedukasi fasilitas kesehatan dan peserta agar sistem ini dapat berjalan dengan baik. Ringkasan Eksekutif Laporan Pengelolaan Program Dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan Tahun

13 24 JAM KANTOR PUSAT Jl. Letjen Suprapto Kav. 20 No. 14 Cempaka Putih, Jakarta Pusat Telp (Hunting) Fax

MEMANTAPKAN LANGKAH MENUJU INDONESIA YANG LEBIH SEHAT

MEMANTAPKAN LANGKAH MENUJU INDONESIA YANG LEBIH SEHAT MEMANTAPKAN LANGKAH MENUJU INDONESIA YANG LEBIH SEHAT Penandatangan MoU antara BPJS Kesehatan dengan Kementerian Kesehatan tentang Pengembangan dan Penyelenggaraan Pertukaran serta Pemanfaatan Data Bersama

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN. Pembukaan Majenas II SPN

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN. Pembukaan Majenas II SPN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN Pembukaan Majenas II SPN Semarang, 10 Februari 2016 JKN-KIS DAN KONTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI Penelitian Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) selama tahun 2014, kontribusi

Lebih terperinci

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional Pencapaian dan Tantangan Program Jaminan Kesehatan Nasional drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 28 Desember 2017 1. Pendahuluan 2. Asas Dan Prinsip 3. Pencapaian JKN 4. Tantangan

Lebih terperinci

VISI DAN MISI BPJS KESEHATAN TAHUN Fachmi Idris Direktur Utama

VISI DAN MISI BPJS KESEHATAN TAHUN Fachmi Idris Direktur Utama VISI DAN MISI BPJS KESEHATAN TAHUN 2016-2021 Fachmi Idris Direktur Utama Rapat Koordinasi DJSN Jakarta, 30 Maret 2016 1 MEMASUKI PERIODE BARU 2016 2 VISI JOKOWI-JK BERDAULAT TRISAKTI UU Nomor 24 tahun

Lebih terperinci

Upah Minimum atau Iuran PBI

Upah Minimum atau Iuran PBI Upah Minimum atau Iuran PBI Disampaikan oleh: Mundiharno Direktur Perencanaan Pengembangan & MR BPJS Kesehatan Forum Diskusi Publik Nasional Penguatan Jaminan Sosial Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup Layak

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL KEMENKES PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN NASIONAL PUSAT PEMBIAYAAN DAN JAMINAN JAKARTA, 2016 JAMINAN NASIONAL Perkembangan penyelenggaraan JKN Jaminan Kesehatan Nasional UU NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

TATA KELOLA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN

TATA KELOLA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TATA KELOLA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN sindonews.com I. PENDAHULUAN Akhir tahun 2017, dunia kesehatan dikejutkan dengan berita defisit Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN bpjs-kesehatan.go.id I. PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 28H ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, setiap orang berhak

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL. dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan

IMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL. dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan IMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan Yogyakarta, 15 Maret 2014 Agenda Dasar Hukum Kepesertaan,

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BAGI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN

LAPORAN BULANAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BAGI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/SEOJK.05/2014 TENTANG LAPORAN BULANAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BAGI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN - 1 - BAB I PENJELASAN

Lebih terperinci

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional MENTERI Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Peluncuran Peta jalan Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019 Jakarta, 29 November 2012 1 MENTERI SISTEMATIKA 1. Pendahuluan

Lebih terperinci

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014 ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014 OLEH : DR.CHAZALI H. SITUMORANG, APT, M,Sc / KETUA DJSN SJSN: Reformasi Jaminan Sosial TATA CARA SJSN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMSOS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tahun 2003 pemerintah menyiapkan rancangan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) 1. Rancangan SJSN disosialisasikan ke berbagai pihak termasuk ke Perguruan Tinggi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN PRIMER. Dr. Maya A.Rusady,M.Kes,AAK Direktur Pelayanan

KEBIJAKAN DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN PRIMER. Dr. Maya A.Rusady,M.Kes,AAK Direktur Pelayanan KEBIJAKAN DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN PRIMER Dr. Maya A.Rusady,M.Kes,AAK Direktur Pelayanan Jakarta, 23 April 2016 1 AGENDA 1. PENDAHULUAN 2. EVALUASI 2 TAHUN JKN 3. KEBIJAKAN PENINGKATAN MUTU LAYANAN

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. I.1.1 Bentuk Usaha. BPJS Kesehatan sebagai Badan Pelaksanaan merupakan badan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. I.1.1 Bentuk Usaha. BPJS Kesehatan sebagai Badan Pelaksanaan merupakan badan BAB I PENDAHULUAN I.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha I.1.1 Bentuk Usaha BPJS Kesehatan sebagai Badan Pelaksanaan merupakan badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) merupakan isu penting yang telah ditetapkan WHO (World Health Organization) bagi negara maju dan negara berkembang sehingga penting

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN SJSN MELALUI BPJS KESEHATAN DI KOTA BANDUNG

RENCANA PELAKSANAAN SJSN MELALUI BPJS KESEHATAN DI KOTA BANDUNG RENCANA PELAKSANAAN SJSN MELALUI BPJS KESEHATAN DI KOTA BANDUNG Rahmanto Fauzi Kabag Kepesertaan KCU Bandung Disampaikan pada acara PERTEMUAN KONTAK PERSON INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN Tahun 2013 PT ASKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsabangsa di

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Perbaikan sistem pembiayaan kesehatan era JKN menuju Universal Health Coverage

Perbaikan sistem pembiayaan kesehatan era JKN menuju Universal Health Coverage Perbaikan sistem pembiayaan kesehatan era JKN menuju Universal Health Coverage dr. Kalsum Komaryani, MPPM Kepala Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan Jaminan Kesehatan Bagi Seluruh

Lebih terperinci

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero)

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero) BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero) DASAR HUKUM 1 JANUARI 2014, PT ASKES (PERSERO) MENJADI BPJS KESEHATAN 1 DASAR HUKUM Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero) DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero) AGENDA KESIAPAN SEBAGAI BPJS TANTANGAN 2 2 PERJALANAN PANJANG ASKES Menkes 1966-1978 Prof Dr GA Siwabessy Cita-cita: Asuransi kesehatan bagi rakyat semesta BPDPK

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DATA DALAM MENDUKUNG PELAYANAN KESEHATAN. dr. TOGAR SIALLAGAN, MM KEPALA GRUP PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PENGGUNAAN DATA DALAM MENDUKUNG PELAYANAN KESEHATAN. dr. TOGAR SIALLAGAN, MM KEPALA GRUP PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGGUNAAN DATA DALAM MENDUKUNG PELAYANAN KESEHATAN dr. TOGAR SIALLAGAN, MM KEPALA GRUP PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Latar Belakang PT Askes menjadi BPJS Kesehatan: UU No. 24 BPJS tahun 2011, pasal 12 tentang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 7 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah BPJS Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional adalah program pemerintah yang bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA. EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482)

LEMBARAN NEGARA. EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482) No.239, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN Sekretaris Ditjen Binfar Alkes Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Di Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan 9-12 November 2015

Lebih terperinci

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT Senin, 2 Januari 2014. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

Lebih terperinci

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT 1 2 Penanggung Jawab : Sekjen Kemenkes Pimpinan Sidang : Kadinkes Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan

Lebih terperinci

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN MEGA YUDHA RATNA PUTRA, SE,MM,AAAK Kepala Dep. Rekrutmen Peserta Pekerja Penerima Upah Kantor Pusat BPJS Kesehatan Jl. Letjen. Soeprapto - Cempaka Putih Jakarta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERAN DAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PERAN DAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PERAN DAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Oleh : Dr. Hj. Rosnini Savitri, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Pendahuluan Luas wilayah 42.297,30

Lebih terperinci

Peran DJSN Dalam Tata Kelola Jaminan Kesehatan Nasional. Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional

Peran DJSN Dalam Tata Kelola Jaminan Kesehatan Nasional. Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional Peran DJSN Dalam Tata Kelola Jaminan Kesehatan Nasional drg. Usman Sumantri, M.Sc Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 12 Desember 2017 1 2 PENDAHULUAN PENILAIAN INDIKATOR PENCAPAIAN KINERJA

Lebih terperinci

Peta Potensi Korupsi Dana Kapitasi Program JKN

Peta Potensi Korupsi Dana Kapitasi Program JKN Peta Potensi Korupsi Dana Kapitasi Program JKN Pengantar Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS Kesehatan dilakukan sejak tahun 2014. Pada tahun 2016 diperkirakan terdapat 9.767 puskesmas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal 05 02 panduan praktis Kebidanan & Neonatal Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan

Lebih terperinci

Peta Jalan Menuju JAMINAN KESEHATAN NASIONAL didukung oleh:

Peta Jalan Menuju JAMINAN KESEHATAN NASIONAL didukung oleh: Peta Jalan Menuju JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 2012-2019 didukung oleh: PETA JALAN MENUJU JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 2012-2019 DISUSUN BERSAMA: KEMENTERIAN KOORDINATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT DEWAN JAMINAN

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BUPATI KEPULAUAN MERANTI BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Logo BPJS Kesehatan Sumber: Humas BPJS Kesehatan (2010)

Gambar 1.1 Logo BPJS Kesehatan Sumber: Humas BPJS Kesehatan (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan BPJS Kesehatan adalah instansi atau badan yang bergerak di bidang jasa asuransi kesehatan untuk seluruh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

HASIL MONITORING DAN EVALUASI SEMESTER I TAHUN Bandung, 25 Agustus 2015

HASIL MONITORING DAN EVALUASI SEMESTER I TAHUN Bandung, 25 Agustus 2015 HASIL MONITORING DAN EVALUASI SEMESTER I TAHUN 2015 Bandung, 25 Agustus 2015 1 1 PENDAHULUAN 2 DJSN mempunyai kewenangan untuk melakukan monitoring dan evaluasi DJSN melakukan pengawasan eksternal terhadap

Lebih terperinci

DALAM SISTEM. Yulita Hendrartini

DALAM SISTEM. Yulita Hendrartini PERAN STAKEHOLDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN Yulita Hendrartini PRINSIP PENYELENGGARAAN ASKESKIN PROGRAM DISELENGGARAKAN DENGAN PRINSIP NIRLABA DAN DANA AMANAH DISELENGGARAKAN SECARA SERENTAK DI SELURUH

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELESAIAN PERSELISIHAN KLAIM DI BPJS KESEHATAN

MEKANISME PENYELESAIAN PERSELISIHAN KLAIM DI BPJS KESEHATAN MEKANISME PENYELESAIAN PERSELISIHAN KLAIM DI BPJS KESEHATAN dr. Erna Wijaya Kesuma, MM, AAK Kepala Divisi Regional III BPJS Kesehatan Disampaikan pada Seminar dan Workshop Strategi Menyukseskan Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan yang berguna untuk menyelamatkan kehidupan dan meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

MEKANISME KAPITALISASI DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. Maulana Yusup STIE Pasundan Bandung

MEKANISME KAPITALISASI DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. Maulana Yusup STIE Pasundan Bandung Majalah Bisnis dan Iptek Vol.8, No. 2, Oktober 2015, 67-84 Yusup, Mekanisme Kapitalisasi 2015 MEKANISME KAPITALISASI DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Maulana Yusup STIE Pasundan Bandung Email: yusup@stiepas.ac.id

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan dalam human development indeks (HDI) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. 1 Dengan kondisi yang sehat

Lebih terperinci

MATERI DJSN PELAKSANAAN PROGRAM JKN PROPINSI KALSEL Tahun

MATERI DJSN PELAKSANAAN PROGRAM JKN PROPINSI KALSEL Tahun MATERI DJSN PELAKSANAAN PROGRAM JKN PROPINSI KALSEL Tahun 204-205 Divisi Regional VIII Banjarmasin, 4 Agustus 205 Desiminasi/Komunikasi Publik Kepada Pemimpin Redaksi dan Pra Jurnalis Sistem Jaminan Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun 2004, Indonesia telah mempunyai Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 (UU SJSN). Jaminan Kesehatan Nasional

Lebih terperinci

Dukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN. Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M.

Dukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN. Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M. Dukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M.Si 2 JAMINAN KESEHATAN SEBAGAI HAK WARGA NEGARA Pembukaan UUD NRI Tahun

Lebih terperinci

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia AHMAD ANSYORI Dewan Jaminan Sosial Nasional Padang, 26 Juni 2015 1 SJSN SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial untuk kepastian

Lebih terperinci

dr. Mohammad Edison, MM., AAK

dr. Mohammad Edison, MM., AAK dr. Mohammad Edison, MM., AAK Alamat kantor : Jl. Dr. Djunjunan No 144 Tlp / Fax : 022 2013174 Alamat Rumah : Perum Candra Kirana T-3 RT 037/008 No HP : (0354) 778861 Email : Mohammad.Edison@bpjs-kesehatan.go.id

Lebih terperinci

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN MEGA YUDHA RATNA PUTRA, SE,MM,AAAK Kepala Dep. Rekrutmen Peserta Pekerja Penerima Upah Kantor Pusat BPJS Kesehatan Jl. Letjen. Soeprapto - Cempaka Putih Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pelayanan kesehatan tidak lagi berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PT ASKES (PERSERO) MENUJU BPJS KESEHATAN TAHUN OCTOVIANUS RAMBA Kepala PT. Askes (Persero) Cabang Pontianak

PT ASKES (PERSERO) MENUJU BPJS KESEHATAN TAHUN OCTOVIANUS RAMBA Kepala PT. Askes (Persero) Cabang Pontianak PT ASKES (PERSERO) MENUJU BPJS KESEHATAN TAHUN 2014 OCTOVIANUS RAMBA Kepala PT. Askes (Persero) Cabang Pontianak Agenda 1. Perjalanan Panjang Askes 2. Amanah UU No.24 tahun 2011 3. Garis Besar Roadmap

Lebih terperinci

DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL. Sambutan Ketua DJSN. Pada Pembukaan Kaleidoskop Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tahun 2017

DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL. Sambutan Ketua DJSN. Pada Pembukaan Kaleidoskop Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tahun 2017 DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL Sambutan Ketua DJSN Pada Pembukaan Kaleidoskop Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tahun 2017 Hotel Aryaduta, Jakarta, 28 Desember 2017 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

TINJAUAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) TINJAUAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) MUNDIHARNO Direktur Perencanaan, Pengembangan & Manajemen Risiko Hotel JS Luwansa, 20 Februari 2018 Agenda 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Pengalihan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Kasus-kasus Perselisihan antara Hak Pasien dan Standar Biaya

Kasus-kasus Perselisihan antara Hak Pasien dan Standar Biaya Kasus-kasus Perselisihan antara Hak Pasien dan Standar Biaya dr. Aris Jatmiko, MM, AAK Deputi Direksi BPJS Kesehatan Kedeputian Wilayah Jawa Tengah dan DIY Yogyakarta, 8 Maret 2018 OUTLINE 1. Overview

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak fundamental setiap individu yang dinyatakan secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati komitmen global

Lebih terperinci

Isu Faktual Pelaksanaan Jaminan Sosial

Isu Faktual Pelaksanaan Jaminan Sosial Isu Faktual Pelaksanaan Jaminan Sosial Banjar Baru, 24 Mei 2018 Oleh : Timboel Siregar (Koordinator Advokasi BPJS Watch) Persoalan Pelaksanaan Jaminan Sosial 1. Regulasi 2. Kepesertaan 3. Pelayanan 4.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak azazi setiap warga negara sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional adalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

Lebih terperinci

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN MEGA YUDHA RATNA PUTRA, SE,MM,AAAK. Kepala Departemen Rekrutmen Peserta Pekerja Penerima Upah Kantor Pusat BPJS Kesehatan Jl. Letjen. Soeprapto - Cempaka Putih

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan sistem kesehatan nasional (SKN), bahwa pembangunan kesehatan harus merata di seluruh wilayah di Indonesia, namun kenyataannya pembangunan pada aspek kesehatan

Lebih terperinci

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

VI. PENUTUP A. Kesimpulan VI. PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Secara umum peran Dokter Puskesmas sebagai gatekeeper belum berjalan optimal karena berbagai kendala, yaitu : a. Aspek Input :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage merupakan sistem penjaminan kesehatan yang memastikan semua orang dapat menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan tanpa harus mengalami

Lebih terperinci

41 Penyelenggara Jaminan Sosial mempunyai tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan sosial kesehatan guna terpenuhinya kebutuhan dasa

41 Penyelenggara Jaminan Sosial mempunyai tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan sosial kesehatan guna terpenuhinya kebutuhan dasa 40 BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL, ORGAN, FUNGSI, TUGAS, WEWENANG, HAK DAN KEWAJIBAN DAN PENGELOLAAN DANA INVESTASI A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-undang

Lebih terperinci

PENCEGAHAN FRAUD DALAM PELAKSANAAN JKN KOMISI VIII

PENCEGAHAN FRAUD DALAM PELAKSANAAN JKN KOMISI VIII PENCEGAHAN FRAUD DALAM PELAKSANAAN JKN KOMISI VIII PENGERTIAN Fraud adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mendapatkan keuntungan finansial dari program jaminan kesehatan dalam Sistem Jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat mutlak adalah kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah keadaan sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketidaksetaraan status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan pendapatan) merupakan salah satu tantangan utama bagi kesehatan masyarakat, sehingga dibutuhkan suatu

Lebih terperinci

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BISNIS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BISNIS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BISNIS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : BUPATI BIMA, a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA 2 PRINSIP DAN REKOMENDASI TATA KELOLA A. Hubungan Perusahaan Terbuka Dengan Pemegang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi akibat adanya pengindraan terhadap objek tertentu

Lebih terperinci

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan Dasar Hukum Pengertian Akreditasi Maksud dan Tujuan Akreditasi Proses Akreditasi Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH YANG TERINTEGRASI DENGAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dari tahun ke tahun berupaya untuk memberikan kemudahan kepada setiap warganya tanpa terkecuali untuk akses ke pelayanan kesehatan dengan memperbaiki

Lebih terperinci

BUPATIEMPAT LAWANG PROVINSI SUMATERA SELATAN. PERATURAN BUPATI EMPAT LAWANG NOMOR : 0i\ TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN TARIF KAPITASI

BUPATIEMPAT LAWANG PROVINSI SUMATERA SELATAN. PERATURAN BUPATI EMPAT LAWANG NOMOR : 0i\ TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN TARIF KAPITASI BUPATIEMPAT LAWANG PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI EMPAT LAWANG NOMOR : 0i\ TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN TARIF KAPITASI DAN PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN

Lebih terperinci

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013 Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen Disampaikan pada DIALOG WARGA TENTANG PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Kebumen, 19 September 2013 SISTEM KESEHATAN NASIONAL

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1B TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Pencegahan Korupsi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Niken Ariati Fungsional Direktorat Penelitian dan Pengembangan Jakarta, 8 Oktober 2015

Pencegahan Korupsi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Niken Ariati Fungsional Direktorat Penelitian dan Pengembangan Jakarta, 8 Oktober 2015 Pencegahan Korupsi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Niken Ariati Fungsional Direktorat Penelitian dan Pengembangan Jakarta, 8 Oktober 2015 Tugas KPK dalam UU 30 tahun 2002 FOKUS AREA KPK 2011-2015

Lebih terperinci

RAMBU-RAMBU IMPLEMENTASI AZAS DAN PRINSIP SJSN DALAM PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL OLEH BPJS KESEHATAN. Jakarta, 30 Maret 2016

RAMBU-RAMBU IMPLEMENTASI AZAS DAN PRINSIP SJSN DALAM PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL OLEH BPJS KESEHATAN. Jakarta, 30 Maret 2016 RAMBU-RAMBU IMPLEMENTASI AZAS DAN PRINSIP DALAM PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL OLEH BPJS KESEHATAN Jakarta, 30 Maret 2016 AZAS Kemanusiaan Manfaat Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia PROGRAM

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014

1 BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah memberikan kepastian perlindungan dasar kepada warga negara Indonesia. Salah

Lebih terperinci

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

171,9 Juta 78,6% 76,2%

171,9 Juta 78,6% 76,2% 2014 1. Mulai Beroperasi 2. 121,6 juta peserta (49% populasi) 3. Manfaat medis standar dan manfaat non-medis sesuai kelas rawat 4. Kontrak fasilitas kesehatan 5. Menyusun aturan teknis 6. Indeks kepuasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan Sosial di Indonesia berlandaskan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

PELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DIAN HASTUTY, APT BPJS Kesehatan Cabang Utama Surabaya 1 Per.Pres. RI Nomor : 111 Tahun 2013 pasal 6 : (1) Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat WAJIB dan mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wolper dan Pena dalam Azwar (1996) rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang

Lebih terperinci