BAB II MODEL TRANSKULTURAL NURSING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II MODEL TRANSKULTURAL NURSING"

Transkripsi

1 BAB II MODEL TRANSKULTURAL NURSING A. Model Transkultural Nursing Teori keperawatan atau konsep model dalam keperawatan merupakan teori yang mendasari bagaimana seorang perawat dalam mengaplikasikan praktik keperawatan. Salah satu teori yang diaplikasikan dalam praktik keperawatan adalah Sunrise Model Leininger s, dirancang sebagai panduan dalam teori keseluruhan perawatan budaya yang berkonstibusi terhadap kesehatan atau kesejahteraan seseorang dan kelompok masyarakat. i. Definisi Transkultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger 2002). ii. Tujuan Transkultural Nursing - Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal.

2 - Menyediakan atau memberikan pelayanan asuhan perawatan yang bermutu dan efektif kepada orang lain berdasarkan nilai-nilai kultural mereka dan konteks sehat sakit. - Dibangun dari pemikiran bahwa manusia dari tiap kebudayaan tidak hanya dapat mengetahui dan mendefinisikan pengalaman dan perasaan dunia keperawatan mereka tetapi juga dapat menghubungkan pengalaman dan perasaan itu ke kepercayaan dan praktek kesehatan umum mereka. iii. Paradigma Transkultural Nursing Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsepkonsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu: manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan. a. Manusia Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai nilai dan norma norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger manusia memiliki kecenderugan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995) b. Sehat Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.

3 Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995). c. Lingkungan Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. - Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. - Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturanaturan yang berlaku di lingkungan tersebut. - Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan. d. Keperawatan Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/

4 mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991). Cara I : Mempertahankan budaya Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi. Cara II : Negosiasi budaya Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain. Cara III : Restrukturisasi budaya Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

5 iv. Konsep dalam Transkultural Nursing (Model Sunrise Leininger) Gambar 2-1 : Model Sunrise Leininger

6 Model teori ini sub-subnya tidak berdiri sendiri, melainkan menggambarkan suatu faktor yang mempengaruhi perawatan. Faktor faktor ini harus disertakan untuk budaya yang kompenten. Oleh karena itu model Sunrise diciptakan. (Leininger, 1997). 1. Tujuan dan Sasaran Tujuan utama dari model Sunrise Leininger untuk menemukan dan menjelaskan beragam dan universal budaya berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan kesehatan, kesejahteraan, penyakit, atau kematian individu atau kelompok. Tujuan khusus dan sasaran model sunrise leninger untuk menggunakan hasil penelitian untuk memberikan perawatan budaya kongruen, aman, dan bermakna bagi klien dari beragam budaya atau sejenisnya. 2. Komponen Model Sunrise Leininger Terdapat 7 komponen yang terdapat pada model Sunrise yaitu : 1. Faktor Teknologi (Tecnological Factors) Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.

7 2. Faktor Agama dan Falsafah hidup (Religious and Philosophical Factors) agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menepatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. 3. Faktor Sosial dan Keterkaitan keluarga (Kinship and Social Factors) Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor seperti : nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keuarga. 4. Nilai-nilai Budaya dan Gaya hidup (Cultural value and Life ways) Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah sutu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi, jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang di gunakan, kebiasaan makan, makanan yang di pantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan

8 dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri. 5. Faktor Kebijakan dan Peraturan yang berlaku (Political and Legal Factors) Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yag mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya ( Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat. 6. Faktor Ekonomi (Economical Factors) Klien yang dirawat di rumah sakit memenanfaatkan sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dai sumber-sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga. 7. Faktor Pendidikan (Educational Factors) Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tesebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri

9 tenatang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. 3. Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Caring Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang lain, menghargai harga diri dan kemanusiaan, berusaha mencegah terjadi suatu yang buruk, serta memberi perhatian dan cinta. Caring act adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Caring dalam keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok lain. Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek bio-psiko-sosio-spiritual. Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan. Leininger menggunakan metode ethnomethods sebagai cara untuk melakukan pendekatan dalam mempelajari care karena metode ini secara langsung menyentuh bagaimana cara pandang, kepercayaan dan pola hidup yang dinyatakan secara benar. Pada tahun 1960-an Leininger mengembangkan metode ethnonursing untuk mempelajari fenomena keperawatan secara spesifik dan sistematik. Ethnonursing berfokus pada sistematika studi dan klasifikasi pelayanan keperawatan, nilai-nilai, praktik-praktik secara kognitif atau secara subjektif yang dikenal sebagai designated cultured ( atau cultural representatives) melalui bahasa lokal, pengalaman-pengalaman, keyakinan-keyakinan, dan sistem nilai tentang fenomena keperawatan yang aktual dan potensial seperti kesehatan dan faktor-faktor lingkungan.

10 Leininger meyakini bahwa perilaku caring dan praktiknya secara unik membedakan keperawatan terhadap kontribusi dari disiplin ilmu yang lain. Alasan utama untuk mempelajari caring adalah : 1. Konsep care muncul secara kritis pada pertumbuhan manusia, perkembangan manusia, dan kemampuan bertahan pada makhluk hidup. 2. Untuk secara eksplisit mengerti secara menyeluruh aturanaturan pemberi pelayanan dan penerima pelayanan pada kultur yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan pelayanan secara kultural 3. Care adalah studi untuk memenuhi kebutuhan yang esensial untuk proses penyembuhan, perbaikan dan untuk bertahan pada manusia dan kelompok sepanjang waktu. 4. Profesi keperawatan telah mempelajari care secara terbatas tetapi secara sistematis dari persfektif kultural dan telah melupakan aspek-aspek epistemology dan ontology yg berlandaskan pada pengetahuan keperawatan. Leininger menyatakan bahwa care adalah fenomena yang luas dan esklusive yang sering muncul pada pola hidup masyarakat yang dapat dijadikan landasan bagi perawat dalam menerapkan care pada terapi tertentu dalam rangka menjaga kondisi sehat, mencegah penyakit, proses penyembuhan dan membantu orang menghadapi kematian. Lebih lanjut lagi, perhatian utama pada thesisnya adalah jika seseorang mengerti secara keseluruhan mengenai kosep care, orang tersebut dapat memprediksi kesejahteraan individu, keluarga dan kelompoknya. Jadi care menurut sudut pandang leininger merupakan salah satu konsep yang paling kuat dan fenomena distinctive bagi keperawatan. Sebagaimana bentuk dan konsep care itu sendiri, sehingga harus benar-benar di dokumentasikan, dimengerti dan digunakan agar

11 care menjadi petunjuk utama bagi terapi keperawatan dan penjelasan tentang praktek-praktek keperawatan. Leininger (1991) telah mengembangkan bentuk yang relevan dengan teori tetapi hanya beberapa hal yang didefinisikan : a. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, dukungan atau perilaku lain yang berkaitan atau untuk individu lain / kelompok dengan kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia. b. Caring adalah tindakan yang diarahkan untuk membimbing, mendukung individu lain/kelompok dengan nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia. c. Kultur/Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai, kepercayaan, norma dan praktik kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat menjadi tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa d. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung aau memberi kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, meingkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan. e. Nilai kultur berkenaan dengan pengambilan keputusan tentang suatu cara yang hendak dijalani sesuai dengan adat kebiasaan yang dipercayai dalam periode waktu tertentu f. Perbedaan culture dalam keperawatan adalah variasi dari pengertian, pola nilai atau simbol dari perawatan

12 kesehatan untuk meningkatkan kondisi manusia, jalan kehidupan atau untuk kematian g. Cultural care universality yaitu sesuatu hal yang sangat umum, seperti pemahaman terhadap nilai atau simbol dari pengaruh budaya terhadap kesehatan manusia. h. Ethnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan dan praktiknya lebih tinggi untuk culture yang lain. i. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas culture lain karena mereka percaya bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain. Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip care dan pemahaman yang dalam mengenai care sehingga culture s care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang reliable dan akurat untuk perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur ( orang biasa dan profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan, sakit, atau pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktorfaktor ini saling berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan yang berdampak pada care dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit. (

13 4. Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Holistik Holistic artinya menyeluruh. Perawat perlu melakukan asuhan keperawatan secara menyeluruh/ holistic care, hal ini dikarenakan objek keperawatan adalah manusia yang merupakan individu yang utuh sehingga dengan asuhan keperawatan terhadap individu harus dilakukan secara menyeluruh dan holistik. Pada asuhan holistik maupun menyeluruh individu diperlakukan secara utuh sebagai individu/ manusia, perbedaan asuhan keperawatan menyeluruh berfokus memadukan berbagai praktek dan ilmu pengetahuan kedalam satu kesatuan asuhan. Sedangkan asuhan holistik berfokus pada memadukan sentiment kepedulian (sentiment of care) dan praktek perawatan ke dalam hubungan personal-profesional antara perawat dan pasien yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan pasien sebagai individu yang utuh. Leininger dengan teori modelnya telah dengan jelas memaparkan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan pada klien atau kelompok harus mengikutsertakan individu atau kelompok secara keseluruhan termasuk aspek bio-psiko-sosio-spiritual dengan menitik beratkan konsep terapi pada kondisi kultural klien. ( 5. Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Humanism Filosofi (Watson 1979, 1989, 1988) mendefinisikan hasil dari aktifitas keperawatan yang berhubungan dengan aspek humanistic dari kehidupaan. Tindakan keperawatan mengacu kepada pemahaman hubungan antara sehat, sakit dan prilaku

14 manusia. Intervensi keperawatan diberikan dengan proses perawatan manusia. Perawatan manusia membutuhkan perawat yang memahami prilaku dan respon manusia terhadap masalah kesehatan yang aktual maupun yang potensial, kebutuhan manusia dan bagaimana cara berespon kepada orang lain dan memahami kekurangan dan kelebihan klien dan keluarganya, sekaligus pemahaman kepada dirinya sendiri. Selain itu perawat memberikan kenyamanan dan perhatian serta empati kepada klien dan keluarganya, asuhan keperawatan tergambar pada seluruh faktor-faktor yang digunakan oleh perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan pada klien (Watson, 1987). (keperawatan adalah) : seni humanistic yang dapat dipelajari dan ilmu yang berfokus pada personalisasi perilaku asuhan (individu dan kelompok), fungsi, dan proses yang diarahkan pada peningkatan, dan pemeliharaan perilaku sehat atau pemulihan dari penyakit yang memiliki signifikansi fisik, psiko cultural dan sosial atau makna dari mereka mendapatkan bantuan dari perawat professional atau dari orang yang memiliki kompetensi peran serupa (Leininger,1984, hal 4-5) Hubungan dari teori Leininger dan konsep humanism ini bahwa memberikan pelayanan kesehatan pada klien dengan memandang klien sebagai individu sebagai personal lengkap dengan fungsinya. ( B. Pengkajian Transkultural Nursing Pengkajian merupakan langkah penting bagi seorang perawat kesehatan sebelum melakukan tindakan / intervensi. Langkah awal yang harus dilakukan

15 seorang perawat dalam pengkajian adalah anamnese, teknik pelaksanaannya dengan interview, observasi, studi dokument, pemeriksaan fisik. Pada saat seorang perawat melakukan anemnese terjadi antara perawat dengan pasien / klien saat itu terjadi transcultural nursing process. Proses adatasi nilai kehidupan yang dimiliki oleh seorang perawat dengan pasien / klien terjadi. Nilai nilai kehidupan antara mereka bisa berbeda, mungkin juga tidak jauh berbeda, walaupun demikian perbedaan tetap ada. Karena persepsi dan pengalaman setiap individu akan berbeda. Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger dan Davidhizar, 1995) 1. Menggunakan Model Non-nursing Dalam masyarakat majemuk praktisi perawat perlu disiapkan untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan budaya untuk setiap klien, terlepas dari latar belakang budaya klien. Untuk memberikan perawatan budaya yang tepat, perawat harus memahami faktor-faktor spesifik yang mempengaruhi kesehatan individu dan perilaku penyakit. Menurut Affonso (1979), penilaian budaya dapat memberi makna pada perilaku yang dinyatakan mungkin akan dinilai negatif. Jika perilaku budaya tidak tepat diidentifikasi secara signifikansi mereka akan membingungkan perawat. Salah satu alat yang paling komprehensif yang digunakan untuk keperawatan penilaian budaya adalah secara garis besar bahan budaya oleh Murdock et al. (1971), namun alat ini dikembangkan dan berisi 88 kategori utama, tidak desain untuk praktisi perawat dan dengan demikian tidak memberikan penggunaan secara sistematis dari proses keperawatan. Alat lain adalah penilaian dalam (1978) Brownlee's; Community, Culture, and Care; a cross-cultural guide for heath workers. Brownlee yang mengkhususkan untuk proses penilaian praktis dari suatu komunitas, dengan tiga aspek penilaian: apa yang harus dicari tahu, mengapa hal ini

16 penting, dan bagaimana untuk melakukannya. Alat penilaian Brownlee telah dikritik terlalu spesifik, terlalu sulit, dan terlalu rinci untuk digunakan oleh praktisi kesehatan, dan tidak eksklusif sebagai alat penilaian. 2. Menggunakan Model Keperawatan Spesifik Menurut Leininger (1991), tujuan akhir dari keperawatan transkultural adalah penggunaan pengetahuan yang relevan untuk memberikan perawatan budaya kongruen dengan individu. Dari perspektif teoritis, Leininger menyediakan sebuah teori transkultural komprehensif dan model penilaian. Selama lebih dari 30 tahun, model ini telah membantu perawat menemukan dan memahami apa perawatan kesehatan berarti berbagai budaya. Model Sunrise Leininger's melambangkan terbitnya matahari (perawatan). Model menggambarkan matahari penuh dengan empat tingkat fokus. Dengan lingkaran di atas dari model komponen struktur sosial dan faktor-faktor pandangan dunia yang mempengaruhi perawatan dan kesehatan melalui bahasa dan lingkungan. Faktor-faktor ini mempengaruhi rakyat, profesional, dan sistem perawatan atau subsistem yang terletak di bagian bawah model. Juga termasuk dalam model adalah tingkat abstraksi dan analisis dari yang peduli bisa dipelajari pada setiap tingkat. berbagai fenomena budaya yang dipelajari dari prespectives mikro, sedang, dan makro. Model Leininger telah menjabat sebagai prototipe untuk pengembangan model lain keperawatan budaya spesifik dan sebagai alat bantu. 3. Menggunakan Diagnosis Keperawatan Relatif signifikansi dari perawatan kesehatan sesuai dengan budaya tidak dapat dipahami jika perawat tidak memahami nilai dari diagnosis keperawatan budaya yang relevan. Geissler (1991) menyajikan studi untuk

17 menentukan penerapan taksonomi North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai alat penilaian budaya yang sesuai untuk digunakan dengan beragam populasi. Dalam penelitian ini, tiga diagnosa keperawatan yang dianalisis untuk memvalidasi kesesuaian budaya antara lain: (1) gangguan komunikasi verbal, (2) isolasi sosial, (3) ketidakpatuhan dalam situasi budaya yang beragam. C. Teknik Pengkajian Transcultural Nursing 1. Penilaian Pengkajian Transkultural Nursing Langkah penilaian proses keperawatan sangat penting dalam hubungan antar etnis antara pasien dan perawat. Untuk mengumpulkan data tentang pasien dari budaya yang berbeda dari perawat, perawat perlu melihat pasien dalam konteks di mana ia berada. Giger dan Davidhizer (1991) mengusulkan enam fenomena budaya yang perawat harus pahami untuk memberikan perawatan yang efektif untuk semua pasien: (1) komunikasi, (2) ruang, (3) organisasi sosial, (4) waktu, (5) pengendalian lingkungan dan (6) variasi biologi.

18 Gambar 2-2. Aplikasi fenomena kultural menggunakan nursing care dan nursing practice.

19 a. Komunikasi Komunikasi-Miskomunikasi merupakan masalah yang sering terjadi di rumah sakit. Perselisihan dapat timbul dari berbagai situasi. Contoh yang paling jelas adalah ketika pasien dan staf rumah sakit tidak berbicara bahasa yang sama, makna perilaku non verbal dan lain-lain. Mengetahui norma dalam budaya akan memfasilitasi pemahaman dan mengurangi miskomunikasi. b. Jarak - Tingkat kenyamanan yang berkaitan dengan ruang pribadi. - Kenyamanan dalam percakapan, kedekatan dengan orang lain, gerakan tubuh, persepsi ruang. - Kontak mata, ruang, dan praktek sentuhan mungkin sangat berbeda dengan lingkungan Anda referensi. c. Organisasi Sosial

20 Pola perilaku budaya belajar melalui enkulturasi, proses sosial melalui mana manusia sebagai makhluk yang bernalar, punya daya refleksi dan inteligensia, belajar memahami dan mengadaptasi pola pikir, pengetahuan, dan kebudayaan sekelompok manusia lain. Mengakui dan menerima bahwa individu-individu dari latar belakang budaya yang berbeda-beda mungkin menginginkan berbagai tingkat akulturasi ke dalam budaya yang dominan. Faktor-faktor siklus hidup harus diperhatikan dalam interaksi dengan individu dan keluarga (misalnya nilai tinggi ditempatkan pada keputusan orang tertua, peran orang tua - ayah atau ibu dalam keluarga, atau peran dan harapan anak-anak dalam keluarga). Budaya tidak hanya ditentukan oleh etnisitas tetapi oleh faktor seperti geografi, usia, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, dan status sosial ekonomi. Memahami faktor usia dan siklus hidup harus diperhatikan dalam interaksi dengan semua individu dan keluarga. d. Waktu

21 Konsep berlalunya waktu, durasi waktu, dan definisi dalam waktu. Negara-negara seperti Inggris dan Cina tampaknya berorientasi masa lalu. Mereka menghargai tradisi, melakukan hal-hal yang selalu dilakukan. Individu dari negara-negara ini mungkin enggan untuk mencoba prosedur baru. Orang-orang dari budaya yang berorientasi saat ini, cenderung berfokus pada di sini dan sekarang. Mereka mungkin relatif tidak peduli dengan masa depan, mereka akan menghadapinya ketika datang. Amerika Latin, penduduk asli Amerika, dan Timur Tengah yang berorientasi budaya masa depan dan dapat mengabaikan langkah-langkah preventif perawatan kesehatan. e. Pengendalian Lingkungan Kemampuan seseorang untuk mengendalikan alam lingkungan. Praktek kesehatan, nilai-nilai, definisi kesehatan dan penyakit. f. Variasi Biologi Variasi biologis Ras. Struktur tubuh yang terkait adalah warna kulit, tekstur rambut, dan karakteristik fisik lainnya; variasi enzimatik dan genetik, pola elektrokardiografi, kerentanan terhadap penyakit; preferensi gizi dan kekurangan, dan karakteristik psikologis. (

22 2. Metode Penelitian Transkultural Metode-metode penelitian lintas budaya yang paling lazim digunakan, yaitu: etnografi, folklore, etnometodologi, etnosains interaksi simbolik, dan grounded theory. a. Etnografi Etnografi adalah penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan kebudayaan sebagaimana adanya. Model ini berupaya mempelajari peristiwa kultural yang menyajikan pandangan hidup subyek sebagai obyek studi. Studi ini terkait dengan bagaimana subyek berpikir, hidup, dan berperilaku. Tentu saja perlu dipilih peristiwa unik yang jarang teramati oleh kebanyakan orang. Penelitian etnografi merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan secara sistematik mengenai cara hidup serta berbagai aktivitas sosial, peristiwa dan kejadian unik dan berbagai benda kebudayaan dari suatu masyarakat. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan berperan serta (partisipant observation). Sehubungan dengan itu, peneliti justru lebih banyak belajar dari pemilik kebudayaan, dan sangat respek pada cara mereka belajar tentang budaya. Hal ini sejalan dengan pengertian istilah etnografi berasal dari kata ethno (bangsa) dan graphy (menguraikan atau menggambarkan) yaitu ragam pemaparan penelitian budaya untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati dalam kehidupan sehari-hari. b. Kajian Folkfore Istilah folklor berasal dari kata folk, yang berarti kolektif, dan lore, yang berrti tradisi. Jadi, folkflor adalah salah satu bentuk tradisi rakyat. Menurut Dundes (dalam Prasetia, 2007), folk adalah kelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok yang lainnya. Ciri fisik, antara lain berujud warna kulit. Ciri lain yang tidak kalah pentingnya adalah mereka memiliki tradisi tertentu yang telah turun-temurun. Tradisi inilah yang sering dinamakan lore. Tradisi semacam ini yang dikenal dengan budaya lisan atau tradisi lisan.

23 Tradisi tersebut telah turun-temurun, sehingga menjadi sebuah adat yang memiliki legitimitasi tertentu bagi pendukungnya. Folkflor adalah milik kolektif kebudayaan. Menurut Bascom (Prasetia, 2007), misalnya, folkflor terdiri dari budaya material, organisasi politik, dan religi. Menurut Balys, folkflor terdiri dari kepercayaan rakyat, ilmu rakyat, puisi rakyat, dll. Menurut Espinosa folklor terdiri dari: kepercayaan, adat, takhayul, teka-teki, mitos, magis, ilmu gaib dan sebagainya. Unsur-unsur tersebut sebenarnya banyak menarik peneliti budaya melalui kajian folkflor. Sebagai patokan tentang apakah unsur-unsur itu merupakan obyek kajian folklor atau bukan. Pertama, penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yaitu melalui tutur kata dari mulut ke mulut, dan kadang-kadang tanpa disadari. Kedua, bersifat tradisional, artinya disebarkan dalam waktu relatif lama dan dalam bentuk standar.ketiga, folkflor ada dalam berbagai versi-versi atau varian. Keempat, folkflor bersifat anonim, penciptanya tidak diketahui secara pasti. Kelima, folkflor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola. Keenam, mempunyai kegunaan dalam kehidupan kolektif. Ketujuh, bersifat pralogis, yaitu memiliki logika sendiri yang tidak tentu sesuai dengan logika umum. Kedelapan, merupakan milik bersama suatu masyarakat. Kesembilan, bersifat polos dan lugu. c. Etnometodologi Etnometodologi adalah metode kajian modern yang banyak diterapkan pada ilmu sosial. Namun, dalam kajian budaya metode ini sering digunakan. Etnometodologi dipelopori oleh Harold Garfinkel. Model penelitian ini merupakan cara pandang kajian sosial budaya masyarakat sebagaimana adanya. Jadi, dasar filosofi metode penelitian ini adalah fenomenologi, yang memandang pengertian dan penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari gejala realitas itu sendiri. Etnometodologi menitikberatkan bagaimana pendukung budaya memandang, menjelaskan, dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri. Penelitian diarahkan untuk mengungkap bagaimana seorang individu maupun kelompok memahami kehidupannya. Subjek penelitian tak harus masyarakat

24 terasing, melainkan masyarakat yang ada di sekitar kita. Bagaimana orang atau suatu kelompok memandang budayanya, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup. Dengan kata lain, etnometodologi lebih banyak untuk mengungkap budaya dalam konteks interaksi sosial. Dalam hal ini, bahasa sebagai medium interaksi pun perlu diperhatikan sungguh-sungguh. Tiap-tiap pemilik budaya biasanya memiliki bahasa khas sebagai medium interaksi sosial. Sehubungan dengan itu, realita menjadi suatu hal yang sangat penting bagi model ini. d. Etnosains Etnosains adalah salah satu teori penelitian budaya yang relatif baru. Kata etnosains berasal dari kata Yunani ethnos yang berarti bangsa, dan Latin scientia artinya ilmu. Jadi, secara etimologis etnosains berarti ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh suatu komunitas budaya, sedangkan dalam konteks kajian lintasbudaya, etnosains merupakan ilmu yang mempelajari atau mengkaji sistem pengetahuan dan tipe-tipe kognitif budaya tertentu. Tekanannya adalah pada pengetahuan asli dan khas suatu komunitas budaya. Menurut Haviland, etnosains adalah cabang pengkajian budaya yang berusaha memahami bagaimana pribumi memahami alam mereka. Pribumi biasanya memiliki ideologi dan falsafah hidup yang mempengaruhi mereka mempertahankan hidup. Ditinjau dari pandangan ini, dapat dinyatakan bahwa etnosains merupakan salah satu bentuk etnografi baru (the new ethnography). e. Interaksionisme Simbolik Interaksionisme Simbolik adalah salah satu model penelitian budaya yang berusaha mengungkap realitas perilaku manusia. Falsafah dasar interaksionisme simbolik adalah fenomenologi. Namun, dibanding penelitian naturalistik dan etnografi yang juga memanfaatkan fenomenologi, interaksionisme simbolik memiliki paradigma penelitian tersendiri. Model penelitian ini pun mulai bergeser dari awalnya, jika semula lebih mendasarkan pada interaksi kultural antar personal, sekarang telah berhubungan dengan aspek masyarakat dan atau kelompok. Karena itu

25 bukan mustahil kalau awalnya lebih banyak dimanfaatkan oleh penelitian sosial, namun selanjutnya juga diminati oleh peneliti budaya. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami budaya lewat perilaku manusia yang terpantul dalam komunikasi. Interaksi simbolik lebih menekankan pada makna interaksi budaya sebuah komunitas. Makna esensial akan tercermin melalui komunikasi budaya antar warga setempat. Pada saat berkomunikasi manusia banyak menampilkan simbol yang bermakna, dan tugas peneliti adalah menemukan makna tersebut. 6. Grounded Theory Grounded theory termasuk ragam. atau model penelitian dasar yang ingin mencari rumusan teori budaya berdasarkan data empirik. Dasar pemikiran model ini adalah simpulan secara induktif yang digunakan untuk sebuah teori. Dalam kaitannya dengan budaya, grounded theory merumuskan teori-teori baru tentang budaya atas dasar data berbentuk kenyataan Teori tersebut akan lebih mengakar pada budaya yang bersangkutan, karena lahir dari kebudayaan tersebut, dan kelak bisa dimanfaatkan ulang untuk kebudayaan tersebut. Oleh sebab itu, Grounded merupakan penelitian dasar yang diarahkan untuk: (a) mengembangkan kategori-kategori yang menjelaskan data, (b) menjenuhkan kategori dengan banyak kasus yang menunjukkan relevansinya, dan (c) mengembangkan kategori-kategori ke dalam kerangka analitik yang lebih umum. Dilihat dari sisi ini, grounded theory merupakan pengembangan etnografi yang tidak jauh berbeda dengan penelitian budaya kognitif Melalui grounded theory, budaya dibiarkan berkembang sejalan dengan zamannya. Perkembangan justru akan menantang lahirnya teori baru. Dengan kata lain, penelitian budaya melalui grounded theory bukan mengejar pembuktian teori yang telah ada, melainkan menghimpun data untuk menciptakan teori. Jika ada hipotesis, bukan seperti hipotesis positivisme rasionalistik yang menghendaki pembuktian, melainkan lebih mengembangkan hipotesis. Makna boleh berubah dan berkembang berdasarkan data di lapangan. Dengan demikian akan ditemukan teori yang hakiki, sejalan dengan perkembangan budaya, dan sesuai dengan kondisi setempat. Dan

26 karena penemuan teori tersebut didasarkan pada data, bukan dari simpulan deduktif-logik, kemungkinan bagi ilmu untuk berkembang secara progresif menjadi besar. Data yang digunakan tidak terbatas pada wawancara dan pengamatan, melainkan bisa menggunakan bahan dokumen atau referensi yang relevan. Hal ini dilakukan agar kerja penelitian berlangsung efisien. Dari data tersebut akan dihasilkan sebuah teori substantif dan bukan teori formal (yang jangkauannya lebih luas meliputi sekian subtansi penelitian). Dalam kaitannya dengan budaya, grounded akan menemukan teori substansi (teori yang dibangun dari data berdasarkan wilayah substansi penelitian) budaya tertentu. Kendati demikian, grounded bukan tidak mungkin menghasilkan teori formal, namun proses menuju ke situ cukup pelan-pelan dan cermat. Yakni, manakala teori budaya tadi telah sah berlaku pada salah satu substansi, kelak akan dikembangkan pada substansi yang lebih luas atau substansi lain, sampai menghasilkan teori formal. (

27

Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing Theory ( leininger, 1978) Teori ini berasal dari disiplin ilmu

Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing Theory ( leininger, 1978) Teori ini berasal dari disiplin ilmu Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing Theory ( leininger, 1978) Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan.

Lebih terperinci

PROSES KEPERAWATAN DENGAN MODEL TRANSCULTURAL IN NURSING

PROSES KEPERAWATAN DENGAN MODEL TRANSCULTURAL IN NURSING PROSES KEPERAWATAN DENGAN MODEL TRANSCULTURAL IN NURSING A. Teori Model Keperawatan Transcultural in Nursing 1. Model Keperawatan Transcultural in Nursing Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL LEININGER DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

PENERAPAN MODEL LEININGER DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PENERAPAN MODEL LEININGER DALAM ASUHAN KEPERAWATAN Konsep Utama Teori Transkultural 1. Culture Care Nilai-nilai, keyakinan, norma, pandangan hidup yang dipelajari dan diturunkan serta diasumsikan yang

Lebih terperinci

Konsep Keperawatan Transkultural Leinenger's Teory START

Konsep Keperawatan Transkultural Leinenger's Teory START Konsep Keperawatan Transkultural Leinenger's Teory START Daftar isi definisi teori Leinenger teori sunrise model komponen dalam sunrise model Peran teori Leinenger dalam proses keperawatan Definisi Teori

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI TRANSCULTURAL NURSING DALAM PROSES KEPERAWATAN Rahayu Iskandar, Ners, M.Kep PENDAHULUAN

APLIKASI TEORI TRANSCULTURAL NURSING DALAM PROSES KEPERAWATAN Rahayu Iskandar, Ners, M.Kep PENDAHULUAN APLIKASI TEORI TRANSCULTURAL NURSING DALAM PROSES KEPERAWATAN Rahayu Iskandar, Ners, M.Kep PENDAHULUAN Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap

Lebih terperinci

TRANSKULTURAL NURSING Chairul Huda Al Husna Departemen Keperawatan Dasar FIKES UMM

TRANSKULTURAL NURSING Chairul Huda Al Husna Departemen Keperawatan Dasar FIKES UMM TRANSKULTURAL NURSING Chairul Huda Al Husna Departemen Keperawatan Dasar FIKES UMM PENGERTIAN Transkultural : Lintas Budaya Budaya? Ciri khas suatu kelompok yang membedakan antara kelompok yang satu

Lebih terperinci

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL LEININGER S TEORY ( IKD 1 )

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL LEININGER S TEORY ( IKD 1 ) KEPERAWATAN TRANSKULTURAL LEININGER S TEORY ( IKD 1 ) Teori ini di gagas pertama kali oleh madeleine Leininger yang di inspirasi oleh pengalaman dirinya sewaktu bekerja sebagai perawat spesialis anak di

Lebih terperinci

PERILAKU BUDAYA KESEHATAN DAN PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL OLEH : M. ASKAR, S.KEP,NS.,M.KES

PERILAKU BUDAYA KESEHATAN DAN PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL OLEH : M. ASKAR, S.KEP,NS.,M.KES PERILAKU BUDAYA KESEHATAN DAN PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL OLEH : M. ASKAR, S.KEP,NS.,M.KES PERILAKU BUDAYA KESEHATAN Adat kebiasaan merupakan praktek hidup budaya Tiap suku atau daerah memiliki

Lebih terperinci

The Sunrise Model ( Model matahari terbit)

The Sunrise Model ( Model matahari terbit) The Sunrise Model ( Model matahari terbit) Sunrise Model dari teori Leininger dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Matahari terbit sebagai lambang/ symbol perawatan. Suatu kekuatan untuk memulai pada

Lebih terperinci

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Folklore Fakultas 03FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta Mandra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENDEKATAN TRANSKULTURAL

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENDEKATAN TRANSKULTURAL ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENDEKATAN TRANSKULTURAL 5 Februari 2009 Oleh : Eka Mishbahatul M.H. TIM KEPERAWATAN KELUARGA DEFINISI Transkultural : Lintas Budaya Contoh budaya? Ciri khas suatu kelompok

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King Imogene M. King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK IKD 1 TRANSCULTURAL NURSING

TUGAS KELOMPOK IKD 1 TRANSCULTURAL NURSING TUGAS KELOMPOK IKD 1 TRANSCULTURAL NURSING Nama Anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tahun Ajaran 2013/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Transkultural adalah lintas budaya yang mempunyai efek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORISTIS

BAB II TINJAUAN TEORISTIS BAB II TINJAUAN TEORISTIS 2.1 Perilaku Caring 2.1.1 Pengertian Caring Perawat Menurut Carruth, dalam Nurachmah (2001) asuhan keperawatan yang bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan. Pemecahan masalah dan proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Ensiklopedi Amerika mengartikan perilaku sebagai suatu aksireaksi organism terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI TRANSCULTURAL NURSING DALAM PROSES KEPERAWATAN

APLIKASI TEORI TRANSCULTURAL NURSING DALAM PROSES KEPERAWATAN APLIKASI TEORI TRANSCULTURAL NURSING DALAM PROSES KEPERAWATAN Rahayu Iskandar, Ners, M.Kep PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk

Lebih terperinci

manusia yang holistik; kedua, bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan harus secara langsung dengan memperhatikan aspek kemanusiaan;

manusia yang holistik; kedua, bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan harus secara langsung dengan memperhatikan aspek kemanusiaan; Falsafah dan Paradigma Keperawatan By.Rahmad Gurusinga, S.Kep.,Ns.,M.Kep Falsafah Keperawatan Merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Keperawatan 1. Pengertian perawat Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dinamika globalisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dinamika globalisasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat menuntut adanya peningkatan kebutuhan masyarakat, khususnya akan pelayanan kesehatan termasuk tuntutan asuhan keperawatan yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Peran 1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam bab tiga ini akan membahas hal-hal yang berhubungan dengan

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam bab tiga ini akan membahas hal-hal yang berhubungan dengan BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam bab tiga ini akan membahas hal-hal yang berhubungan dengan metode dan teknik penelitian, yang berupa: persiapan pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. (Pratiwi, 2011). Menurut Leininger (1984) manusia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. (Pratiwi, 2011). Menurut Leininger (1984) manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk biopsikososial dan spiritual yang utuh dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani dan unik karena mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan sebuah karya ilmiah diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka bertujuan untuk mengetahui keauntetikan sebuah karya ilmiah. Kajian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan dasar tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah

BAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek Spiritual itu sendiri pada tahun tahun awal praktek keperawatan telah menjadi sentral dari perawatan bahkan lebih dari satu abad yang lalu Florence Nightingale

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan, kemampuan dan norma norma, menyediakan layanan spesifik,

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan, kemampuan dan norma norma, menyediakan layanan spesifik, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan sebagai suatu profesi membutuhkan pendidikan yang berkesinambungan bagi anggotanya, memiliki cabang pengetahuan termasuk keterampilan, kemampuan dan norma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus

BAB I PENDAHULUAN. bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan keseluruhan

Lebih terperinci

makalah teori keperawatan

makalah teori keperawatan makalah teori keperawatan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir menjadi simbol - simbol yang nyata, sedangkan konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian pustaka sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah karya ilmiah. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian yang

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sarana komunikasi yang paling penting sesama masyarakat adalah bahasa. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pengobatan modern telah berkembang pesat di masa sekarang ini dan telah menyentuh hampir semua lapisan masyarakat seiring dengan majunya ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep Caring Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam

Lebih terperinci

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Pendidikan bertanggungjawab mengembangkan kepribadian siswa sebagai upaya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pendidikan dikatakan berhasil manakala hasil dari proses pembelajaran itu sendiri bermutu. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB VII PEN UTUP. Dalam penelitian ini, berdasarkan data serta analisa di bab IV dan V, dapat

BAB VII PEN UTUP. Dalam penelitian ini, berdasarkan data serta analisa di bab IV dan V, dapat BAB VII PEN UTUP 6.1 Keismpulan Dalam penelitian ini, berdasarkan data serta analisa di bab IV dan V, dapat disimp ulkan bahwa : 1. Nilai-nilai kehidupan yang berkembang di Rumah Betang mencangkup: nilai

Lebih terperinci

Manajemen Asuhan Keperawatan. RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.-

Manajemen Asuhan Keperawatan. RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.- Manajemen Asuhan Keperawatan RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.- Manajemen pada proses keperawatan Pengkajian Diagnosis Perencanaan Implementasi evaluasi langkah awal dalam proses keperawatan PENGKAJIAN proses

Lebih terperinci

Ringkasan Teori-teori Keperawatan

Ringkasan Teori-teori Keperawatan Ringkasan Teori-teori Keperawatan Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah dimunculkan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

BAB III Metodologi Penelitian. waktu, merupakan suatu upaya untuk menemukan

BAB III Metodologi Penelitian. waktu, merupakan suatu upaya untuk menemukan BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma Penelitian pada hakikatnya ada konteks khusus atau dimensi waktu, merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk membenarkan

Lebih terperinci

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik)

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik) Kesalahan Umum Penulisan Disertasi (Sebuah Pengalaman Empirik) Setelah membimbing dan menguji disertasi di sejumlah perguruan tinggi selama ini, saya memperoleh kesan dan pengalaman menarik berupa kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

PARADIGMA KEBIDANAN. By: Basyariah Lubis, SST, MKes

PARADIGMA KEBIDANAN. By: Basyariah Lubis, SST, MKes PARADIGMA KEBIDANAN By: Basyariah Lubis, SST, MKes PENGERTIAN 1. Suatu cara pandang dalam memberikan pelayanan kebidanan. 2. Paradigma asuhan kebidanan adalah berupa pandangan terhadap manusia/wanita,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran. perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran. perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gender 2.1.1 Defenisi a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004). b. Gender adalah perbedaan status dan

Lebih terperinci

FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp.

FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp. FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp. Definisi Keperawatan Dawat Darurat: Pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu kqperawatan gawat darurat

Lebih terperinci

Pendekatan penelitian disebut juga dengan desain penelitian yakni rancangan, pedoman ataupun acuan penelitian yang akan dilaksanakan (Soemartono,

Pendekatan penelitian disebut juga dengan desain penelitian yakni rancangan, pedoman ataupun acuan penelitian yang akan dilaksanakan (Soemartono, Pendekatan penelitian disebut juga dengan desain penelitian yakni rancangan, pedoman ataupun acuan penelitian yang akan dilaksanakan (Soemartono, 2003). Desain Penelitian ini harus memuat segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di segala kehidupan. Tidak orang semua orang

Lebih terperinci

FALSAFAH KEPERAWATAN

FALSAFAH KEPERAWATAN FALSAFAH KEPERAWATAN A. PENDAHULUAN Praktek keperawatan ditentukan dalam standar organisasi profesi dan system pengaturan serta pengendaliannya melalui perundang undangan keperawatan (Nursing Act), dimanapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar

BAB I PENDAHULUAN. nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman mengenai peranan pendidikan dalam pembangunan nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar belakang sosial budaya bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang tinjauan pustaka atau kajian teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi 1) Repustakaan

Lebih terperinci

DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA A. KONSEP DIAGNOSA. Definisi Keperawatan Keluarga Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diri diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya

Lebih terperinci

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL Memahami Paradigma positivistik (fakta sosial) menganggap realitas itu sebagai sesuatu yang empiris atau benar-benar nyata dan dapat diobservasi. Dalam meneliti,

Lebih terperinci

PROSES KEPERAWATAN KELUARGA. SITI ZAHARA NASUTION, S.Kp. Fakultas Kedokteran Program Studi Keperawatan Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

PROSES KEPERAWATAN KELUARGA. SITI ZAHARA NASUTION, S.Kp. Fakultas Kedokteran Program Studi Keperawatan Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN PROSES KEPERAWATAN KELUARGA SITI ZAHARA NASUTION, S.Kp. Fakultas Kedokteran Program Studi Keperawatan Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

Lebih terperinci

KONSEP KEBUDAYAAN. Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan

KONSEP KEBUDAYAAN. Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan KONSEP KEBUDAYAAN Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan Apakah Kebudayaan Hofstede (dalam Berry, 1997): Merupakan seperangkat asumsi, keyakinan, nilai, dan persepsi yang khas Parsudi Suparlan (1998): Merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. serba terbatas, dengan konsep pemisahan ruang antara napi laki-laki dengan napi

BAB V KESIMPULAN. serba terbatas, dengan konsep pemisahan ruang antara napi laki-laki dengan napi 128 BAB V KESIMPULAN Seksualitas merupakan bagian penting yang diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan biologis seorang napi. Berada dalam situasi dan kondisi penjara yang serba terbatas, dengan konsep pemisahan

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Perspektif Budaya Oleh : M. Askar, S.Kep,Ns.,M.Kes

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Perspektif Budaya Oleh : M. Askar, S.Kep,Ns.,M.Kes Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Perspektif Budaya Oleh : M. Askar, S.Kep,Ns.,M.Kes PETA KONSEP Budaya perawat Globalisasi menjadikan Alat kesehatan canggih dipakai Aplikasi tindakan keperawatan akibat

Lebih terperinci

Culture and Treatment of Abnormal Behavior

Culture and Treatment of Abnormal Behavior Culture and Treatment of Abnormal Behavior OLEH: DR. ASIH MENANTI, MS Introduction: - Kebudayaan berperan penting dalam mendefinisikan abnormalitas. - Faktor budaya tersebut mempengaruhi kemampuan psikolog

Lebih terperinci

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN Modul ke: 14Fakultas Dr. PSIKOLOGI SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN BAB XIII Metode Penelitian KUALITATIF Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi Program Studi PSIKOLOGI Menurut Banister, dkk (1994) penelitian

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. standar akreditasi dalam asuhan keperawatan spiritual. Hasil penelitian ini sudah terjawab

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. standar akreditasi dalam asuhan keperawatan spiritual. Hasil penelitian ini sudah terjawab BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menggali secara mendalam persepsi perawat tentang pelaksanaan standar akreditasi dalam asuhan keperawatan spiritual. Hasil penelitian ini sudah terjawab bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran resiliensi pada istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dengan menggunakan kajian fenomenologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Caring adalah salah satu tindakan keperawatan yang dinlakukan setia hari secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi (Watson,2011).

Lebih terperinci

TELAAH KOMPETENSI DIII KEPERAWATAN

TELAAH KOMPETENSI DIII KEPERAWATAN TELAAH DIII KEPERAWATAN PARAMETER DESKRIPTOR a Mampu melakukan. dengan metode. menunjukka n hasil. dalam kondisi Unsurunsur Deskripsi Kemampuan kerja pada bidang terkait (profil) Cara kerja Tingkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensive Care Unit Intensive care unit (ICU) merupakan suatu area yang sangat spesifik dan canggih di rumah sakit dimana desain, staf, lokasi, perlengkapan dan peralatan, didedikasikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

Holistic care and transcultural nursing

Holistic care and transcultural nursing Holistic care and transcultural nursing Indonesia merupakan Negara dengan keanekaragaman budaya hal ini di karenakan Indonesia memiliki banyak suku bangsa,menurut Badan Pusat Statistik (BPS) hasil sensus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

PARADIGMA KEPERAWATAN

PARADIGMA KEPERAWATAN PARADIGMA KEPERAWATAN Jenti Sitorus, SST PARADIGMA KEPERAWATAN The paradigmsis the way we perceive the world the paradigms explain the worlds to us on predict is behavior ( Adam Smith 1975 ) Paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar Profesi Keguruan Rulam Ahmadi BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU A. Kompetensi Dasar Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar kompetensi guru yang meliputi guru PAUD/TK/RA, guru SD/MI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 Agus sudarsono 1 VII. KEBUDAYAAN 2 A. BUDAYA DAN KEBUDAYAAN Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

ETNOGRAFI KESEHATAN 1

ETNOGRAFI KESEHATAN 1 ETNOGRAFI KESEHATAN 1 oleh: Nurcahyo Tri Arianto 2 Pengertian Etnografi Etnografi atau ethnography, dalam bahasa Latin: etnos berarti bangsa, dan grafein yang berarti melukis atau menggambar; sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

PENGANTAR MANAJEMEN KEPERAWATAN. Sumijatun

PENGANTAR MANAJEMEN KEPERAWATAN. Sumijatun PENGANTAR MANAJEMEN KEPERAWATAN Sumijatun Beberapa Teori Penting yg terkait dgn Man. Keperawatan : Teori Boulding Paradigma Keperawatan Model Konseptual Keperawatan 9 teori penting dlm man kep : Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonsia adalah suatu kekayaan yang tak ternilai harganya, oleh karenanya perlu mendapat dukungan serta kepedulian bersama dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan untuk masa selanjutnya (Desmita, 2012). Hurlock (2004)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan untuk masa selanjutnya (Desmita, 2012). Hurlock (2004) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa bayi dianggap sebagai periode vital karena kondisi fisik dan psikologis pada masa ini merupakan fondasi bagi perkembangan dan pertumbuhan untuk masa selanjutnya

Lebih terperinci

PARADIGMA KEPERAWATAN Oleh: Heny Suseani Pangastuti,SKp.

PARADIGMA KEPERAWATAN Oleh: Heny Suseani Pangastuti,SKp. PARADIGMA KEPERAWATAN Oleh: Heny Suseani Pangastuti,SKp. Paradigma didefinisikan sebagai "the way we perceive the world... ". Adapun Adam smith, (1975,cit. Gaffar, 1997) mengatakan bahwa "The paradigm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah

Lebih terperinci

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang masih merasakan tantangan berat di dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawat memandang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena gangguan

Lebih terperinci

HERBAL dan KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN (Suatu Pendekatan Transkultural dalam Praktik Keperawatan Maternitas) Sri Rejeki

HERBAL dan KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN (Suatu Pendekatan Transkultural dalam Praktik Keperawatan Maternitas) Sri Rejeki HERBAL dan KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN (Suatu Pendekatan Transkultural dalam Praktik Keperawatan Maternitas) PENDAHULUAN Sri Rejeki Tujuan pembangunan Indonesia adalah meningkatkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, kemudian dikembangkan menjadi suatu kebiasaan aktifitas turun-temurun.

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, kemudian dikembangkan menjadi suatu kebiasaan aktifitas turun-temurun. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Budaya merupakan ciptaan masyarakat yang berkembang dan dimiliki suatu kelompok, kemudian dikembangkan menjadi suatu kebiasaan aktifitas turun-temurun. Kebudayaan oleh

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci