RESUME & TANGGAPAN. Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESUME & TANGGAPAN. Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik"

Transkripsi

1 RESUME & TANGGAPAN Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik Dewi Rusmy Mustari Fakultas Hukum Universitas Indonesia 2012

2 RESUME Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik Dewi Rusmy Mustari Fakultas Hukum Universitas Indonesia / A. Hak Asasi Manusia 1. Pemilihan Istilah Human Right dalam Universal Declaration of Human Right Istilah Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan suatu istilah baru yang menggantikan istilah Natural right (hak-hak alam), dan dalam frasa the Rights of Man yang muncul kemudian dianggap tidak mencakup hak-hak wanita. Eleanor Roosevelt kemudian terpilih menjadi Ketua Bersama dari Komisi PBB tentang HAM (United Nations Commision on Human Rights), ketika menyusun rancangan Universal Declaration of Human Right (UDHR) yang menemukan bahwa frasa The Right of Man tersebut telah muncul dalam sejumlah dokumen HAM, yang di beberapa belahan dunia dianggap tidak mencakup hak-hak wanita. 2. Asal Usul Historis Konsepsi HAM Asal-usul historis konsepsi HAM dapat ditelusuri hingga ke masa Yunani dan Roma, dimana ia memiliki kaitan yang erat dengan doktrin hukum alam pra modern dari Greek Stoisism (Stoisisme Yunani), yang antara lain berpendapat bahwa kekuatan kerja yang universal mencakup semua ciptaan dan tingkah laku manusia, oleh karenanya harus dinilai berdasarkan kepada dan sejalan dengan hukum alam. Sebagian Stoisme Yunani berperan dalam pembentukan dan penyebaran, sedangkan hukum Romawi memungkinkan eksistensi hukum alam, Berdasarkan ius gentium (hukum bangsa-bangsa atau hukum internasional), beberapa hak yang bersifat universal berkembang melebihi hak-hak warga negara.

3 Menurut ahli hukum Romawi Ulpianus, misalnya, doktrin hukum alam menyatakan bahwa alamlah bukan negara yang menjamin semua manusia, baik ia merupakan warga negara atau bukan. 3. Kaitan dengan Teori tentang Negara dan Hukum Menurut J.J. Von Schmid, pemikiran tentang negara dan hukum tidak mendahului pembentukan dan pertumbuhan peradaban-peradaban, tetapi merupakan gejala sosial yang menampakkan diri setelah berabad-abad lamanya ada peradaban yang tinggi. Dalam konteks kaitan dengan teori tentang negara hukum ini, dalam masa Yunani juga terdapat beberapa karya Plato yang sangat relevan dengan masalah kenegaraan. Ketiga karya tersebut antara lain adalah: (1) Politea (the republic) yang ditulis karena Plato merasa prihatin melihat keadaan negaranya yang dipimpin oleh orang-orang yang haus akan harta, kekuasaan, dan gila hormat. Pemerintahan sewenang-wenang yang tidak memperhatikan penderitaan rakyatnya telah menggugah Plato untuk menulis buku ini, dimana ia mengangankan eksistensi suatu negara yang ideal sekali sesuai dengan citacitanya, suatu negara yang bebas dari pemimpin negara yang rakus dan jahat, tempat keadilan dijunjung tinggi. Buku yang kedua adalah (2) Politicos (the Statesman); (3) Nomoi (the Law). 4. Doktrin Hukum Alam dan Pemikiran Liberal Mengenai Hak-Hak Alam Sebelum sampai dengan abad pertengahan doktrin hukum alam mengalami perubahan terkait dengan pemikiran-pemikiran liberal mengenai hak-hak alam (natural rights). Namun dalam periode ini tampak kegagalan dari para penguasa untuk memunuhi kewajibannya berdasarkan hukum alam sebagai kewajibankewajiban menjadi hak-hak yang sedang dibuat. Dalam masa krisis tersebut masuklah Plato dalam karyanya yang kedua, Politicos yang memasukkan perlunya

4 eksistensi hukum untuk mengatur kehidupan warga negara. Namun dalam karyanya yang ketiga, Nomoi Plato telah mengubah pendiriannya dan memberikan perhatian dan arti yang lebih tinggi pada hukum. Menurut Plato, penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah yang diatur oleh hukum. 5. Pengaruh Pemikiran Thomas Aquinas dan Beberapa Pemikir Lain Pada periode ini ajaran Thomas Aquinas dan Hugo Grotius dan beberapa dokumen HAM yang ada seperti Magna Charta (1215), Petition of Rights (1628), dan Bill of Rights (1689), merupakan bukti dari perubahan. Semua bukti tersbeut telah memeberikan kesaksian bahwa manusia telah diberkati dengan hak-hak yang kekal dan tak dapat dicabut oleh siapapun, yang tak terlepaskan ketika manusia terkontrak untuk memasuki masyarakat dari suatu negara yang primitif dan tidak pernah dikurangi oleh tuntutan yang berkaitan dengan hak-hak ketuhanan dari raja. Bagi Aquinas, pemahamannya terhadap hukum alam terletak di dalam domain alasan politik. 6. Pengaruh Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Keberhasilan Intelektual Salah satu filsuf yang tulisannnya harus dicacat pada abad ke-17 salah satunya adalah John Locke, terutama dalam tulisan yang dibuat dalam kaitan dengan Rovolusi 1688 (the Glorius Revolution) bahwa hak-hak tertentu dengan jelas mengenai individu-individu sebagai manusia, karena mereka eksis dalam keadaan alami sebelum manusia memasuki masyarakat, yang mengemukan diantara hak-hak tersebut ialah hak hidup, hak kemerdekaan (bebas dari kesewenang-wenangan), dan hak milik. Menurut teori kontrak sosial, yang dilepaskan manusia kepada negara hanyalah hak untuk menegakkan hak-hak ini, dan bukannya hak-hak itu sendiri. 7. Pengaruh Pemikiran John Locke dalam Beberapa Dokumen HAM

5 Semua pemikiran liberal ini sangat mempengaruhi dunia Barat dalam akhir abad ke-18 dan awal abad ke -19, antara lain dengan munculnya Bill of Rights dan Declaration of Independence. Selain itu dalam Declaration of the Rights of Man and Citizen, Marquis de Lafayette menyatakan bahwa manusia terlahir dan tetap bebas dan berkesamaan dalam hak-haknya. 8. Ide-Ide Ham dan Absolutisme Politik Ide-ide HAM memainkan peranan kunci pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, dalam perjuangan melawan absolutisme politik. Hal tersebut dikarenakan oleh kegagalan para penguasa untuk menghormati prinsip-prinsip kebebasan dan persamaan, yang merupakan suatu hal yang penting dari filosofi hukum alam sejak awalnya. Oleh karena hal tersebut maka dalam perjanjian pendirian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), semua negara bersepakat untuk melakukan langkah-langkah baik secara bersama-sama maupun terpisah untuk mencapai Universal respect for and observance of human rights and fundamental freedoms for all without distinction as to race, sex, language, or religion. Selanjutnya Universal Declaration of Human Rights, hak-hak didalamnya disepakati dengan as a common standard of achievement for all peoples and all nations. Dan pada tahun 1976 Kovenan Hak Sipil dan Politik dan Kovenan Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya dinyatakan berlaku. 9. Generasi-generasi HAM a. Generasi Pertama Tergolong dalam hak-hak sipil dan politik, terutama yang berasal dari teori-teori kaum reformis yang lebih menghargai ketiadaan intervensi pemerintah dalam pencarian martabat manusia. Termasuk dalam kelompok ini

6 adalah hak-hak yang dirumuskan dalam Pasal 2 21 Universal Declaration of Human Right. b. Generasi kedua Generasi kedua ialah yang tergolong dalam hak ekonomi, sosial, dan budaya yang berakar secara utama pada tradisi sosialis. Ketentuanketentuannya dirumuskan dalam pasal Universal Declaration of Human Rights. c. Generasi Ketiga Generasi ketiga merupakan cakupan hak-hak solidaritas (solidarity rights) merupakan bentuk rekonseptualisasi dari kedua generasi HAM sebelumnya. Tercantum dalam pasal 28 Universal Declaration of Human Rights, yang mencakup enam hak sekaligus. Diantara enam hak tersebut antara lain adalah : (1) the right to polical, economic, social, and cultural selfdetermination; (2) the right to economic and social development; (3) the right to participate in and benefit from the common heritage of Mankind ; (4) the right to peace; (5) the right to a healthy and balanced environment; dan (5) the right to humanitarian disaster relief. 10. Universal Declaration of Human Responsibilities Dibentuk dengan tujuan untuk melangkapi Universal Declaration of Human Rights. Pemikiran yang berkembang adalah sudah waktunya hak diimbnagi dengan tanggung jawab atau kewajiban. Prinsip dasar dari Deklarasi Universal tentang Tanggung Jawab Manusia tersebut adalah tidak hanya tercapainya kebebasan sebanyak mungkin, tetapi juga berkembangnya rasa tanggung jawab penuh yang memungkinkan kebebasan itu semakin bertumbuh. 11. Cairo Declaration of Human Rights in Islam

7 Deklarasi ini ditetapkan dalam forum The Ninettenth Islamic Conference of Foregn Ministers (salam sesi dengan tema Peace, Interdepence, and Development ) yang diselenggarakan di Kairo, Mesir. Apabila ditilik dari isi pasal-pasal yang terdapat dalam Cairo Declaration of Human Rights in Islam terdapat beberapa kesesuaian dengan pasal-pasal yang terdapat dalam Universal Declaration of Human Rights. Dalam konteks perbandingan kedua dokumen tersebut, menarik pula untuk sidimak adanya wacana tentang universalisme versus relativisme budaya dalam HAM, baik dalam perspektif umum maupun dalam perspektif Islam. 12. Universalisme versus Relativisme Budaya Perbedaan pandangan mengenai teori mana yang berlaku di antara kedua kutub tersebut universalisme versus relativisme budaya sangat tajam. Dalam perspektif umum, menurut kalangan relativis budaya, tidak ada suatu HAM yang bersifat universal, dan teori hukum alam mengabaikan dasar masyarakat dari identitas indovidu sebagai manusia, karena seorang manusia selalu menjadi produk dari beberapa lingkungan, sosial, dan budaya. Kelompok relativis budaya dapat dibagi menjadi beberapa kelompok : 1. Radical cultural relativisme yang menyatakan bahwa culture is the sole source of the validity of a moral right or rule. 2. Strong cultural relativisme yang menyatakan bahwa culture is the principal source of the validity of the moral right or rule. 3. Weak cultural relativisme, yang menyatakan bahwa culture may be an important source of the validity of a moral right or rule. Menyikapi hal tersebut muncul gugutan yang muncul dari perspektif Islam yang dilontarkan oleh Eggi Sudjana, yaitu pertama, Islam memiliki konsepsi

8 HAM yang benar-benar bersumber dari ajaran dan nilai-nilai keagamaan. Kedua, akan toleransi dari luar Islam sebagaimana toleransi umat Islam terdapat Barat dengan Universal Declaration of Human Rights-nya karena pada prinsipnya menyuarakan konsepsi HAM dalam perspektif Islam pada hakekatnya merupakan bagian dari pelaksanaan HAM juga, yaitu dari umat Islam. B. Transisi Politik Menuju Demokrasi 1. Dari Otoritarianisme ke Demokrasi : Kemunculan Negara-negara Demokrasi Baru Otoriter dan totaliter adalah suatu ideologi negara yang kekuasaan tertingginya dipegang oleh militer sehingga muncullah diktator. Negara-negara yang tadinya otoriter, lama kelamaan berubah menjadi demokrasi dikarenakan oleh kegerahan masyarakatnya yang ditindas. Demokrasi adalah suatu ideologi negara yang berasal, dari, dan untuk rakyat. Merupakan pengharapan baru bagi pemimpinpemimpin negara yang memakai paham demokrasi, antara lain : Yunani, Spanyol, Argentina, Chile, Brazil, Uruguay, Polandia, Jerman Timur, Hongaria, Afrika Selatan, dan lain sebagainya. Untuk memajukan negara yang sudah demokrasi maka tidak terlepas dari rekonsiliasi dengan masa lampau negaranya yang berupa pelanggaran HAM. Menurut Samuel P. Huntington, negara yang otoriter dulunya berubah menjadi demokrasi adalah lebih dari 40 (empat puluh) negara. Adapun perubahan tersebut dengan cara, antara lain : o Ada perubahan dengan cara yang signifikan; o Penguatan kelompok reformis yang mengambil inisiatif untuk mendorong transisi;

9 o Negosiasi dengan kelompok oposisi; dan o Intervensi Amerika Serikat sebagai negara adi kuasa. Menurut Anthony Giddens fungsi pemerintah dalam hal transisi, antara lain : o Menyediakan sarana untuk kepentingan-kepentingan yang beragam; o Menawarkan sebuah forum untuk rekonsiliasi kepentingan-kepentingan yang saling bersaing; o Menciptakan dan melindungi ruang publik yang terbuka, dimana debat bebas mengenai isu-isu kebijakan bisa terus dilanjutkan; o Menyediakan beragam hal untuk memenuhi kebutuhan warga negara, termasuk bentuk-bentuk keamanan dan kesejahteraan yang kolektif; o Mengatur pasaar menurut kepentingan publik, dan menjaga persaingan pasar ketika monopoli mengancam; o Menjaga keamanan sosial melalui kontrol sarana kekerasan dan melalui penetapan kebijakan; o Mendukung perkembangan sumber daya manusia melalui peran utamanya dalam sistem pendidikan; o Menopang sistem hukum yang efektif; o Memainkan peran ekonomis secara langsung, sebagai pemberi kerja dalam intervensi makro maupun mikro ekonomi, plus penyediaan infrastruktur; o Membudayakan masyarakat pemerintah merefleksikan nilai dan norma yang berlaku secara luas, tetapi juga bisa membantu membentuk nilai dan norma tersebut, dalam sistem pendidikan dan sistem-sistem lainnya; dan o Mendorong aliansi regional dan transnasional, serta sasaran-sasaran global.

10 Negara totaliter bukan sekedar hanya mengontrol kehidupan masyarakat, mempertahankan kekuasaan sebuah elit politik, juga bukan sekedar rezim seorang diktator yang haus kuasa, tetapi juga sebuah sistem politik yang melebihi bentuk kekuasaan negara yang mengontrol, menguasai, dan memobilisasi segala segi kehidupan masyarakat. Ada 2 (dua) rezim totaliter yang dikenal pada abad ini, yaitu : pemerintahan Nasional Sosialisme (NAZI), Adolf Hitler ( ) di Jerman; dan kekuasaan Bolshevisme Soviet di bawah kepemimpinan Jossif W. Stalin ( ), yang kemudian menyebar ke negara lain di Eropa Timur, Cina, Korut, dan Indocina. 2. Reposisi Hubungan Sipil Militer Bagi negara-negara yang baru menganut demokrasi maka diperlukan untuk memisahkan hubungan antara sipil militer, membangun kekuasaan wilayah publik, merancang konstitusi baru, menciptakan sistem kompetisi partai dan institusi-institusi demokrasi, liberalisasi, privatisasi, dan bergerak ke arah ekonomi pasar, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan menahan laju inflasi dan pengangguran, mengurangi defisit anggaran, membatasi kejahatan dan korupsi, serta mengurangi ketegangan dan konflik antar etnis dan kelompok agama. Seperti di Indonesia setelah ORBA (Orde Baru), kekuasaan militer masih sangat besar. Terlihat pada rangkap jabatan yang berlaku pada masa itu. Contoh : seorang TNI-POLRI bisa menduduki kursi DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Maka langkah yang harus diambil adalah recovery militer untuk kembali kepada fungsinya yang dasar yaitu sebagai pertahanan dan keamanan negara. Dalam negara-negara maju seperti di Amerika Utara dan dan Eropa Barat, pemetaan

11 kedua fungsi militer-politik sudah bisa berjalan seimbang dan berperan sesuai dengan fungsinya. 3. Perumusan Kebijakan Baru Untuk Menyelesaikan Hubungan dengan Rezim sebelumnya Perubahan politik dari totaliter ke demokrasi menyebabkan transisi politik yang kemudian adanya kebijakan-kebijakan baru. Solon sebagai salah satu filsuf Yunani mengadakan revisi drastis terhadap sistem ekonomi, sosial, dan politik di Athena. Solom membagi populasi ke dalam kelas dan mengkoordinasikan bantuan hutang, membatasi kekuasaan kepala rumah tangga, melarang penjualan anakanak, melembagakan majelis rakyat, serta memperkenalkan pemeriksaan pengadilan yang dilakukan oleh juri. Selanjutnya dikembangkan oleh Bronkhorst yaitu : memperbaharui tatanan sosial baru; membuat suatu propaganda yang mengatakan bahwa salah untuk menghina pihak-pihak yang dulu kaya dan sangat berkuasa dengan tujuan untuk menghindari proses balas dendam dikarenakan pihak-pihak yang dulunya berkuasa dapat dengan mudah mengambil alih kekuasaan mereka kembali. Sumber daya yang ada pada penguasa yang lama adalah sangat diperlukan untuk proses rekonstruksi sebuah negara; dan melakukan pembersihan pada setiap lini pemerintahan. 4. Demiliterisasi Tidak Hanya Berkaitan dengan Militer Demiliterisasi bukan merupakan suatu masalah yang akan terkait dengan militer. Tradisi politik dari negara-negara yang pernah diteliti menunjukkan adanya adanya proses campur tangan antarapolitisi sipil dan pihak militer khususnya menghadapi ketidakpastian dari proses demokrasi. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa pihak militer tidak akan melakukan intervensi jika tidak ada

12 dukungan dari pihak sipil. Melihat kenyataan tersbeut TNI dituntut untuk mengarah ke arah kondisi baru demokratisasi di Indonesia untuk melepaskan Dwifungsi, yang selama ini dijadikan landasan untuk melegitimasi kekuasaan politiknya. Berdasarkan hal tersebut kemudian diformulasikan Paradigma Baru atau Lima Langkah Reformasi TNI yang menunjukkan dukungan terhadap demokratisasi dan secara berkala merujuk pada supremasi sipil. C. Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik 1. Kasus Pembunuhan Steven Biko di Afrika Selatan Pada tanggal 12 September 1977, Steven Biko, seorang pendiri dari Gerakan Kesadaran Kaum Kulit Hitam ditemukan terbaring telanjang di atas tikar dari lantai batu di penjara Prtoriam dengan mulut penuh bekar pukulan dan penuh busa. Pembunuhan tersebut merupakan salah satu bentuk kejahatan dari sederatan kekejaman mengerikan yang banyak terjadi selama diterapkannya siste apartheid. Dua puluh tahun kemudian kelompok polisi yang melakukan pembunuhan terhadap Biko mengajukan amnesty kepada Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Afrika Selatan. Potensi pembebasan hukuman silakukan sebagai salah satu alternatif paling ideal untuk memotivasi kekuatan militer untuk melindungi pelaksanaan pemilihan umum demokrasi pertama. Amnesty yang lebih kuat tersebut dilakukan karena dibutuhkan bagi pelaksanaan rekonsiliasi dan rekonstruksi Afrika Selatan. 2. Makna Keadilan dalam Proses Rekonsiliasi Selanjutnya, istri dari Steven Biko adalah Ntsiki Biko mengajukan tuntutan kepada pelaku yang menganiaya suaminya agar dihukum sebelum para pelaku tersebut melakukan pengajuan amnesti dari Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi

13 Afrika Selatan. Bahkan, Ntsiki Biko mengajukan gugatan di Mahkamah Konstitusi Afrika Selatan bahwa pengajuan amnesti adalah inkonstitusional dan bertentangan dengan hukum internasional. Namun, gugatan tersebut ditolak dan mendalilkan bahwa kewenangan komisi untuk memberikan amnesti, bahkan juga bila diberlakukan bagi kejahatan terhadap kemanusiaan. Pada akhirnya Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Afrika Selatan kemudian menyatakan menolak untuk memberikan amnesti terhadap para pembunuh Steven Biko dikarenakan para pembunuh belum memberikan kesaksian dengan jujur dan pembunuhan tersebut tidak terkait dengan suatu tujuan politik. 3. Perspektif Hukum Internasional Gugatan Ntisiki Biko terhadao Mahkamah Konstitusi Afrika selatan menyatakan bahwa kewenangan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Afrika Selatan untuk memberikan amnesti adalah inkonstitusional dan bertentangan dengan hukum internasional. Walaupun perspektif hukum internasional memberikan kepada dirinya sendiri suatu pembatasan terhadap pilihan-pilihan yang dapat diambil oleh negara-negara domestik, yang mendesak mereka lebih memilih penghukuman daripada amnesti, namun dalam kenyataannya ia mensyaratkan adanya hukum yang sah yang memungkinkan baginya menjatuhkan penghukuman, daripada mengupayakan suatu pembalasan dendam. Berkaitan dengan perspektif hukum internasional terdapat pula perdebatan antara kelompok yang menganut prinsip inward looking dan outward looking. Prinsip outward looking berpendapat bahwa semua ketentuan dari badan-badan internasional bersifat mengikat (binding) dan harus dilaksanakan. Sedangkan kelompok yang bersikap inward looking berpendapat bahwa keputusan-keputusan internasional memang perlu dihormati dan dilaksanakan, sebab kedaulatan negara

14 yang digerogoti oleh berkembangnya peran PBB dan fenomena globalisasi, terutama globalisasi ekonomi. D. Pengalaman Beberapa Negara 1. Beberapa Negara Amerika Latin a. Beberapa Karakteristik Transisi Politik di Amerika Latin dan Eropa Selatan Faktor-faktor internasional lebih menguntungkan transisi politik yang terjadi di negara-negara Eropa Selatan. Perbedaan-perbedaan dan pertentangan-pertentangan itu juga mendukung suatu prediksi yang lebih optimistis perihal prospek penegakkan demokrasi. Dalam analisisnya, O Donnell mencatat adanya heteroginitas yang lebih tinggi di Amerika Latin daripada di Eropa Selatan seperti diantaranya Argentina, Bolivia, Brazil, Chile, Mexico, Peru, Uruguay, dan Venezuela yang memenuhi otoriterisme birokratis sebelum memulai masing-masing transisi politik. b. Beberapa Rezim Ototerisme Birokratis atau Tradisional Amerika Latin dinilai lebih heterogen apabila dibandingkan dengan Eropa Selatan. Beberapa ahli ilmu politik menyebutkan bahwa rezim di beberapa negara Amerika Latin pra-transisi politik sebegai otoriterisme birokratis. Tranformasi politik di Amerika Latin dibagi menjadi beberpa rezim yang antara lain adalah rezim Somoza yang pernah memerintah di Nikaragua, rezim Batista di Kuba, dan Rezim Stroessner di Paraguay. Sedangkan untuk transisi di Eropa Selatan ditinjau dari praktek transisi politik di Yunani dan Spanyol. Transisi politik ditandai dengan adanya rezim militer yang dipimpin oleh George Papadopoulos. c. Peru Sebagai Suatu Negara Ototerisme Populis

15 Dalam kasus Peru, peran sentral dimainkan oleh angkatan bersenjata atau kalangan militernya berbeda dengan rezim militer yang ada di Amerika Latin. Rezim militer yang populis di Peru berlawanan dalam beberapa aspek penting dengan rezim birokratik otoriter. d. Perbedaan dengan Rezim Birokratik Otoriter Perbedaan penting antara kasus Peru dengan kasus rezim birokratik otoriter adalah bahwa sebagai reaksi atas kebijakan-kebijakan yang sangat radikal yang semula diterapkan di kalangan militer yang populis, kelas-kelas dominan Peru menuntut dengan serta merta pemulihan demokrasi politik e. Beberapa Kasus Lainnya Kasus lain yang dapat ditinjau antara lain adalah mengenai kasus yang terjadi di Chile dan Meksiko. Chile tergolong dalam tipe birokratik otoriter. Rezim Meksiko berbeda dari rezim birokratik otoriter dalam tingkat pelembagaannya yang relatif tinggi. Sisi khas rezim Meksiko adalah adanya suatu gerakan rakyat yang revolusioner, yang berbeda tajam dengan kuatnya unsur dukungan kelas dominan terhadap kudeta yang mencetuskan rezimrezim birokratik otoriter. 2. Beberapa Negara Non-Amerika Latin a. Politik dan Kekuasaan Kehakiman di Yunani Kejatuhan rezim otoriter Yunani pada tanggal 23 Juli 1974 telah membuka jalan bagi pendirian suatu pemerintahan yang demokratis dalam sejarah Yunani modern. Pada masa itu Yunani telah dapat menerapkan sanksi yang berat terhadap sekelompok individu, termasuk para personil militer, yang terbukti bersalah dalam melakukan berbagai kejahatan dalam rezim-rezim

16 non-demokratis. Yunani dinilai berhasil dalam menerapkan suatu wilayah kebijakan yang bersifat krusial dimana berbagai negara lainnya telah gagal. b. Konsepsi Jalan Tengah di Jerman dan Cekoslavia Jerman maupun Cekoslovakia telah mengalami berbagai tingkat kebebasan dan akses kepada arsip rezim masa lalunya. Dengan demikian resolusi-resolusi yang dilakukan di kedua negara tersebut bersifat kompromistis, yang bersifat jalan tengah, yakni tidak terjadi perusakan terhadap arsip masa lalu, namun juga tidak dapat dilakukan akses sepenuhnya terhadap arsip tersebut. Dalam menyelesaikan kasus-kasus kejahatan dan pelanggaran yang terjadi Republik Federal Jerman tampak menikmati keuntungan-keuntungan yang tak terduga. c. Perspektif Beberapa Negara Lainnya Dalam perspektif negara-negara Eropa Tengah, pemrintah Jerman dapat menggambarkan suatu keuntungan kelembagaan yang tidak dapat disangkal jika dibandingkan dengan berbagai negara komunis, seperti Polandia, Hongaria, dan Cekoslavia. Tidak seperti kasus yang terjadi kemudia, dimana norma-norma demokratis dan budaya hukum liberal harus direkonstruksikan sendiri dari dasar, para penyusun kebijakan jerman dapat menikamati suatu kondisi dari unifikasi nasional untuk membimbing mereka. Salah satu hal yang memperkuat Jerman adalah pengalaman Jerman selama lebih dari 40 tahun dengan konsepsi negara hukumnya. Sebagai hasilnya Republik Federal Jerman telah menawarkan suatu rekaman keadilan transisional yang tampaknya akan tetap tidak ada bandingannya dalam era pasca komunis.

17 TANGGAPAN Dalam bab mengenai Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik tersebut telah dijelaskan mengenai perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM) dari masa pembentukan dan terciptanya HAM sampai dengan transisi politik atau gejolak-gejolak yang terjadi pada masa perkembangannya. HAM sudah ditemukan sejak jaman Yunani dan Romawi yang muncul dari pengaruh pemikiran-pemikiran filsuf pada masa itu. Konsepsi HAM pada masa itu sangat dipengaruhi adanya konsepsi yang melekat erat pada masa itu yaitu mengenai hukum alam. Gagasan mengenai hukum alam tersebut dikemukakan oleh Thomas Aquinas yang menyatakan asal muasal hukum pada dasarnya bersumber dari 2 tempat yaitu wahyu dan akal budi manusia. Hukum yang berasal dari wahyu ilahi disebut dengan ius divinum positivum, sementara yang berasal dari akal budi manusia terdiri dari beberapa macam, yang diantaranya adalah ius naturale (hukum alam), ius gentium (hukum bangsa-bangsa atau hukum internasional), dan ius positivism humanum (hukum positif manusiawi). Hukum alam sendiri terbagi atas 2 golongan, yang pertama adalah hukum alam primer yaitu semua aturan aturan hukum yang mengatur kepentingan manusia oleh sebab itu bersifat umum, yang salah satu contohnya memberikan apa yang menjadi hak setiap orang. Sedangkan golongan yang kedua adalah hukum alam sekunder yaitu setiap aturan hukum yang bersumber pada hukum kodrat primer, akan tetapi mendapat pengecualian karena adanya situasi tertentu, misalnya mengenai perintah jangan membunuh. Apabila dikaitkan dengan teori HAM dengan hukum alam muncul dari adanya teori hukum alam primer mengenai pemberian hak dasar manusia atas sifat alamiah manusia. Sehingga dalam hal ini alamlah yang menjamin atas hak dasar manusia tersebut melainkan bukan negara maupun manusia sebagai warga negara.

18 Oleh karena itu berdasarkan doktrin hukum alam tersebut dokumen HAM yang ada seperti Magna Charta (1215), Petition of Rights (1628), dan Bill of Rights (1689), dapat dijadikan bukti dari adanya sebuah perubahan. Semua bukti tersebut telah memberikan kesaksian bahwa manusia telah diberkati dengan hak-hak yang kekal dan tak dapat dicabut oleh siapapun, yang tak terlepaskan ketika manusia terkontrak untuk memasuki masyarakat dari suatu negara yang primitif dan tidak pernah dikurangi oleh tuntutan yang berkaitan dengan hak-hak ketuhanan dari raja. Bagi Aquinas, pemahamannya terhadap hukum alam terletak di dalam domain alasan politik. Setelah muncul pemikiran Thomas Aquinas mengani hukum alam, HAM mengalami perkembangan dengan adanya tulisan dari John Locke mengenai kontrak sosial yang menyatakan bahwa yang dilepaskan manusia kepada negara hanyalah hak untuk menegakkan hak-hak ini, dan bukannya hak-hak itu sendiri. Sehingga melalui pemikiran tersebut dapat muncullah Universal Declaration of Human Right. Universal Declaration of Human Right dapat dikatakan sebagai lahirnya sebuah momen sejarah HAM yang sangat fantastis karena di setelah mengalami perjalanan yang panjang masalah HAM dapat disusun dalam sebuah peraturan yang bersifat internasional yang di dalamnya terdapat aturan-aturan yang menjamin HAM baik dalam bidang sosial-politik maupun dalam hal ekonomi, sosial, dan budaya. Universal Declaration of Human Right merupakan sebuah tonggak sejarah HAM yang baru karena setelah terbentuknya generasi HAM terbagi menjadi 3 generasi yang dimulai dengan adanya generasi pertama yang mengkritisi masalah hak sosial dan hak politik yang pada saat itu sedang banyak diperbincangkan karena banyaknya perang dan penjajahan yang terjadi di masa itu. Puncak dari generasi pertama HAM tersebut adalah dengan munculnya Konvensi Hak Sosial dan Politik. Generasi HAM yang kedua ditandai dengan adanya tradisi sosialis yang mengatur hak ekonomi, sosial, dan budaya. Sedangkan yang terakhir adalah generasi HAM yang ketiga yang mengatur mengenai hak-hak solidaritas yang terdapat adalah

19 Universal Declaration of Human Right. Pengelompokkan generasi HAM tersebut dilakukan supaya memudahkan dalam membagi perkembangan HAM dalam perkembangan hak-hak dasar apa saja yang dilindungi terkait dengan adanya transisi politik dunia yang sedang terjadi pada masa itu. Pada masa tersebut sempat terjadi pertentangan mengenai universalisme dan kaum relativis budaya. Pertentangan tersebut muncul akibat munculnya Cairo Declaration of Human Rights in Islam sebagai pemicu. Universalisme yang dimaksudkan adanya mengenai adanya penyatuan faham mengenai HAM melalui Universal Declaration of Human Right sehingga pengaturan HAM menurut ego dunia barat hanya boleh diatur dalam Universal Declaration of Human Right tersebut. Sedangkan menurut pengamat Islam, dengan munculnya Cairo Declaration of Human Rights in Islam sama sekali tidak menentang tiangtiang dasar yang terdapat dalam Universal Declaration of Human Right. Mengenai persoalan tersebut dalam membuat kebijakan perlindungan HAM seharusnya diberikan kebebasan karena sekali lagi menurut teori hukum alam hak dasar manusia sudah melekat dalam diri manusia sedangkan negara hanyalah melindungi hak dasar yang melekat pada diri manusia tersebut. Oleh karena itu, apabila suatu pengaturan tersebut tidak menentang atas adanya hakhak dasar dalam diri manusia maka seharusnya hal tersebut seharusnya tidak boleh dihambat. Dunia barat pun sudah sepantasnya memberikan kesempatan kepada negara-negara lain yang ingin berkembang untuk mengembangkannya dari yang sudah ada sebelumnya. Otoriter dan totaliter adalah suatu ideologi negara yang kekuasaan tertingginya dipegang oleh militer sehingga muncullah diktator. Demokrasi adalah suatu ideologi negara yang berasal, dari, dan untuk rakyat. Merupakan pengharapan baru bagi pemimpin-pemimpin negara yang memakai paham demokrasi. Untuk memajukan negara yang sudah demokrasi maka tidak terlepas dari rekonsiliasi dengan masa lampau negaranya yang berupa pelanggaran HAM. Di negara yang menganut ideologi otoriter dan totaliter dapat dipastikan

20 tidak dapat terlepas dari adanya pelanggaran HAM berat yang ada pada negara tersebut. Rezim militer yang cenderung lebih berkuasa pun menjadi suatu petunjuk adanya sebuah keotoriteran dari pemimpin negara tersebut dimana banyak rakyat-rakyat yang tertindas dan dilanggaranya hak-hak pribadi seseorang. Politisasi yang dilakukan kaum sipil dan militer juga menjadi salah satu bentuk dari adanya sebuah rezim otoriter dimana terdapat percampuran pemerintahan dalam pos-pos yang seharusnya diduduki oleh kaum sipil dan kemudian dilakukan pendudukan oleh kaum militer. Kaum militer mengutamakan kekuatan yang dimilikinya untuk memegang peranan yang lebih penting di suatu pemerintahan. Dengan kekuatan yang dimiliki oleh kaum militer itulah muncul pelanggaran-pelanggaran HAM yang selanjutnya menimbulkan gejolak dari masyarakat. Gejolak dalam masyarakat dalam menolak rezim otoriter tersebut dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kondisi sosial-politik pada masa itu. Kekuatan masal digunakan sebagai boomerang untuk menghancurkan rezim tersebut. Transisi politik HAM yang berkembang selanjutnya merangkak menuju kasus-kasus yang sedang terjadi di dunia internasional. Kasus pembunuhan Biko merupakan sebuah titik balik mengenai HAM pada masa. Perspektif HAM dilihat dari kaca inward looking dan outward looking pun menjadi sebuah sorotan karena adanya permohonan amnesty dari pelaku pembunuhan tersebut. Menurut saya, apabila melihat kasus pembunuhan tersebut dilihat dari kaca outward looking memang seharusnya mengenai keputusan-keputusan internasional memang perlu dihormati dan dilaksanakan, sebab kedaulatan negara yang digerogoti oleh berkembangnya peran PBB dan fenomena globalisasi. Selain dari kasus pembunuhan Biko juga ditemukan banyak kasus lain di negara lain yang merupakan sebuah transisi politik yang dapat mengubah perspektif HAM. Munculnya berbagai macam rezim di negara-negara di benua Amerika tentu saja menimbulkan sebuah dampak yang cukup besar. Dengan munculnya rezim-rezim politik tersebut secara langsung

21 pasti akan muncul bentuk protes dari masyarakat. Protes dan gejolak masyarakat tersebutlah yang digunakan sebagai momentum perkembangan HAM di Amerika karena pada dasarnya munculnya sebuh rezim pasti menyisakan sebuah luka di masyarakat dimana hal tersebut sangat dekat dengan adanya pelanggaran HAM. Sedangkan masa transisi potilik di negaranegara non-amerika sudah dimulai sejak masa bangsa Yunani dan Romawi. Transisi politik di negara Yunani dan Romawi itulah yang kemudian memunculkan pemikiran-pemikiran para filsuf yang kemudian berkembang sehingga dapat memunculkan konsep HAM. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perkembangan HAM dari masa ke masa sangat dipengaruhi dengan adanya transisi politik di suatu waktu dan suatu tempat. Dimana dari adanya transisi politik tersebut muncul pemikiran-pemikiran akan perlindungan HAM bagi tiap-tiap individu.

SEJARAH HAK AZASI MANUSIA

SEJARAH HAK AZASI MANUSIA SEJARAH HAK AZASI MANUSIA Materi Perkuliahan Hukum dan HAM ke-2 FH Unsri URGENSI SEJARAH HAM Kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia.

Lebih terperinci

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM HAK AZASI MANUSIA Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri Latar Historis dan Filosofis (1) Kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia.

Lebih terperinci

ASAL USUL HISTORIS KONSEPSI HAM

ASAL USUL HISTORIS KONSEPSI HAM TEORI HAM 1 ASAL USUL HISTORIS KONSEPSI HAM 1. Doktrin hukum alam pra modern dari Greek Stoicism yang berpendapat bahwa kekuatan kerja universal mencakup semua ciptaan dan tingkah laku manusia, oleh karenanya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA PASAL 1

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA PASAL 1 PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang tersebut

Lebih terperinci

Negara Hukum. Manusia

Negara Hukum. Manusia Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia Negara hukum / Rule of Law / Rechtsstaat yang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di Eropa Negara demokrasi adalah negara hukum, namun negara hukum belum

Lebih terperinci

INSTRUMEN INTERNASIONAL HAK ASASI MANUSIA

INSTRUMEN INTERNASIONAL HAK ASASI MANUSIA INSTRUMEN INTERNASIONAL HAK ASASI MANUSIA HAM MERUPAKAN BAGIAN DARI HUKUM INTERNASIONAL SUMBER HUKUM INTERNASIONAL: (Pasal 38.1 Statuta Mahkamah Internasional) Konvensi internasional; Kebiasaan internasional

Lebih terperinci

Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia

Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia Antonio Pradjasto Tanpa hak asasi berbagai lembaga demokrasi kehilangan substansi. Demokrasi menjadi sekedar prosedural. Jika kita melihat dengan sudut

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

HAM KEWARGANEGARAAN. Hak Asasi Manusia FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

HAM KEWARGANEGARAAN. Hak Asasi Manusia FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN KEWARGANEGARAAN HAM Hak Asasi Manusia Disusun oleh : Lanny Ariani (125100601111013) Khanza Jasmine (125100601111015) Budi Satriyo (125100601111017) Avia Intan Rafiqa (125100601111019) FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap manusia dan bersifat Universal B. Jenis jenis HAM -Menurut

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: 09 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Hak Asasi Manusia : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 22 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penahanan Aung San Suu Kyi 1. Pengertian Penahanan Penahanan merupakan proses atau perbuatan untuk menahan serta menghambat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 2006),

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

KEWARGANEGARAAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika KEWARGANEGARAAN Modul ke: NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan Pengertian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini, demokrasi merupakan salah satu pandangan dan landasan kehidupan dalam berbangsa yang memiliki banyak negara pengikutnya. Demokrasi merupakan paham

Lebih terperinci

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999 6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan Hak mendapatkan pengajaran Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat C. Konsep

Lebih terperinci

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 29 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014 Indonesia adalah negara yang berdasar

Lebih terperinci

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM Oleh Asep Mulyana Hak atas informasi atau right to know merupakan hak fundamental yang menjadi perhatian utama para perumus DUHAM. Pada 1946, majelis umum Perserikatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MATERI AUDIENSI DAN DIALOG DENGAN FINALIS CERDAS CERMAT PANCASILA, UUD NEGARA RI TAHUN 1945, NKRI, BHINNEKA TUNGGAL IKA, DAN KETETAPAN MPR Dr. H. Marzuki Alie

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

Pengantar Memahami Hak Ekosob. M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID

Pengantar Memahami Hak Ekosob. M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID Pengantar Memahami Hak Ekosob M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID Manusia dan Perjuangan Pemajuan Hak Asasinya Semua manusia memperjuangkan hak hidup layak. Agama menginspirasi perjuangan manusia itu. Berbagai

Lebih terperinci

PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekua

PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekua Hak Azazi Manusia 2012 PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki

Lebih terperinci

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid disetujui dan terbuka untuk penandatanganan dan ratifikasi oleh Resolusi Majelis Umum 3068 (XXVIII) 30 November 1973 Negara-negara

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN. KEWARGANEGARAAN Modul ke: HAK ASASI MANUSIA by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id HAK ASASI MANUSIA Pokok Bahasan: 1.Pengertian Hak Asasi Manusia. 2. Tujuan Hak Asasi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. MENYEBUTKAN PENGERTIAN, MAKNA DAN MANFAAT

Lebih terperinci

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

Analisis Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Mengeluarkan Putusan Yang Bersifat Ultra Petita Berdasarkan Undang-Undangnomor 24 Tahun 2003

Analisis Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Mengeluarkan Putusan Yang Bersifat Ultra Petita Berdasarkan Undang-Undangnomor 24 Tahun 2003 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 45 Analisis Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Mengeluarkan Putusan Yang Bersifat Ultra Petita Berdasarkan Undang-Undangnomor 24 Tahun 2003 Oleh: Ayu

Lebih terperinci

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA Pengertian Hak Azazi Manusia Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal Dasar-dasar HAM tertuang dalam

Lebih terperinci

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Materi Bahasan. n Pengertian HAM. n Generasi HAM. n Konsepsi Non-Barat. n Perdebatan Internasional tentang HAM.

Materi Bahasan. n Pengertian HAM. n Generasi HAM. n Konsepsi Non-Barat. n Perdebatan Internasional tentang HAM. Hak Asasi Manusia Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan Pengertian HAM. Generasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi. Modul ke: Hak Asasi Manusia Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Pengertian HAM Hak asasi manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu manusia

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: 09Fakultas Matsani EKONOMI DAN BISNIS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi & Rule of Law, SE.,MM. Program Studi AKUNTANSI PENGERTIAN HAM yaitu hak dasar yg dimiliki manusia sejak lahir sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION ON THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF RACIAL DISCRIMINATION 1965 (KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGHAPUSAN

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU

Lebih terperinci

KONSEP DASAR HAM. Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)

KONSEP DASAR HAM. Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) KONSEP DASAR HAM Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) Kompetensi Dasar : 3.1 Menganalisis upaya pemajuan, Penghormatan,

Lebih terperinci

RAN HAM SEBAGAI KERANGKA DASAR PROSES REKONSTRUKSI SOSIAL MEMASUKI ERA INDONFSIA BARU. Oleh: Dr Hafid Abbas Dirjen Perlindungan HAM

RAN HAM SEBAGAI KERANGKA DASAR PROSES REKONSTRUKSI SOSIAL MEMASUKI ERA INDONFSIA BARU. Oleh: Dr Hafid Abbas Dirjen Perlindungan HAM RAN HAM SEBAGAI KERANGKA DASAR PROSES REKONSTRUKSI SOSIAL MEMASUKI ERA INDONFSIA BARU Oleh: Dr Hafid Abbas Dirjen Perlindungan HAM RAN HAM SEBAGAI KERANGKA DASAR PROSES REKONSTRUKSI SOSIAL MEMASUKI ERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi RUU. tentang Keistimewaan Yogyakarta. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi RUU. tentang Keistimewaan Yogyakarta. Kurang lebih BAB I PENDAHULUAN Tidak mungkin ada monarki yang bertabrakan, baik dengan konstitusi maupun nilai demokrasi ( Suara Yogya, 26/11/2010). Itulah pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun Dr.Hj. Hesti

HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun Dr.Hj. Hesti HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun 1945 Dr.Hj. Hesti HAK ASASI MANUSIA NASIONAL INTERNASIONAL LOKAL / DAERAH INTERNASIONAL dalam konteks pergaulan antar bangsa (Internasional) Penghargaan dan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman. ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006/PUU-IV TAHUN 2006 TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagai

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin Tujuan Instruksional Khusus 1. Menyebutkan definisi dan pengertian rule of law 2.

Lebih terperinci

POLITIK & SISTEM POLITIK

POLITIK & SISTEM POLITIK POLITIK & SISTEM POLITIK Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Kesehatan merupakan hak semua warga negara

Lebih terperinci

Hak Azasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersama dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan

Hak Azasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersama dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan Hak Azasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersama dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Hak Azasi adalah hak yang melekat pada diri manusia

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) Mukadimah Menimbang, bahwa pengakuan atas martabat alamiah

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. 09Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. 09Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Modul ke: HAK ASASI MANUSIA Fakultas 09Teknik Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Tujuan Instruksional Khusus 1. Mengetahui pengertian hak asasi manusia (HAM) 2. Memahami tujuan (HAM) 3. Memahami

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA DAN KEHIDUPAN BERBANGSA MEMPERINGATI ULANG TAHUN ELSAM KE-20

HAK ASASI MANUSIA DAN KEHIDUPAN BERBANGSA MEMPERINGATI ULANG TAHUN ELSAM KE-20 HAK ASASI MANUSIA DAN KEHIDUPAN BERBANGSA MEMPERINGATI ULANG TAHUN ELSAM KE-20 Oleh Drs. Sidarto Danusubroto, SH (Ketua MPR RI) Pengantar Setiap tanggal 10 Desember kita memperingati Hari Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of Human Rights pada tahun 1948 telah terjadi perubahan arus global di dunia internasional

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA.

HAK ASASI MANUSIA. HAK ASASI MANUSIA www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN HAM yaitu hak dasar yg dimiliki manusia sejak lahir sebagai anugrah Tuhan YME Menurut Tilaar, hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak-hak

Lebih terperinci

PAPER PANCASILA. Hak Asasi Manusia Menurut Pancasila Dan UUD. Dosen : Drs. Tahajudin S. OLEH : : Eko Hernanto NIM :

PAPER PANCASILA. Hak Asasi Manusia Menurut Pancasila Dan UUD. Dosen : Drs. Tahajudin S. OLEH : : Eko Hernanto NIM : PAPER PANCASILA Hak Asasi Manusia Menurut Pancasila Dan UUD Dosen : Drs. Tahajudin S. OLEH : Nama : Eko Hernanto NIM : 11.11.4791 Kelompok Jurusan Program studi : C : S1-TI :Pancasila SEKOLAH TINGGI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia 68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA...

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA... Daftar Isi v DAFTAR ISI DAFTAR ISI...v PENGANTAR PENERBIT...xv KATA PENGANTAR Philip Alston...xvii Franz Magnis-Suseno...xix BAGIAN PENGANTAR Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik BAB IV KESIMPULAN Setelah melakukan beberapa analisa data melalui pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan penelitian ini kedalam beberapa hal pokok untuk menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 MUKADIMAH Negara-Negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan dalam Piagam Perserikatan

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK MAKALAH PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK Disusun oleh RIZKY ARGAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, NOVEMBER 2006 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penghargaan, penghormatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak Asasi Manusia (HAM) menurut pasal 1 ayat 1 UU. No. 39 tahun 1999 yaitu seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dengan keberadaan manusia sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Etika Sosial. Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si

Etika Sosial. Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si Etika Sosial Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si Bagian I PANDANGAN TENTANG INDIVIDU DAN MASYARAKAT 1. INDIVIDUALISME Nilai tertinggi manusia adalah perkembangan dan kebahagiaan individu.

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara I. PEMOHON Bachtiar Abdul Fatah. KUASA HUKUM Dr. Maqdir Ismail, S.H., LL.M., dkk berdasarkan surat

Lebih terperinci

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM Materi Perkuliahan HUKUM & HAM ke-6 INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI HAM Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa Universal Declaration of Human Rights, 1948; Convention on

Lebih terperinci

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM Diadopsi oleh Resolusi Sidang Umum PBB No. 34/169 Tanggal 17 Desember 1979 Pasal 1 Aparat penegak hukum di setiap saat memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

Mengetahui hak manusia yang melekat sejak lahir RINA KURNIAWATI, SHI, MH

Mengetahui hak manusia yang melekat sejak lahir RINA KURNIAWATI, SHI, MH Modul ke: HAK ASASI MANUSIA Mengetahui hak manusia yang melekat sejak lahir Fakultas FAKULTAS www.mercubuana.ac.id RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi DEFINISI Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) adalah

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM HAK ASASI MANUSIA Pengertian HAM HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati yang fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap

Lebih terperinci

Kata Kunci: Negara hukum, Hak Asasi Manusia, Konstitusi.

Kata Kunci: Negara hukum, Hak Asasi Manusia, Konstitusi. Materi Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah ========================================================== Oleh : Jumiati ABSTRACT This article tries to elaborate the matters

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human rights atau Hak Asasi Manusia menjadi pembahasan penting setelah perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945. Istilah hak

Lebih terperinci

Matakuliah : PANCASILA Oleh : Dewi Triwahyuni

Matakuliah : PANCASILA Oleh : Dewi Triwahyuni PERBANDINGAN IDEOLOGI Matakuliah : PANCASILA Oleh : Dewi Triwahyuni MAKNA IDEOLOGI KARL MARX Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat. HAROLD H. TITUS

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Glosarium

Daftar Pustaka. Glosarium Glosarium Daftar Pustaka Glosarium Deklarasi pembela HAM. Pernyataan Majlis Umum PBB yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak secara sen-diri sendiri maupun bersama sama untuk ikut serta dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Mukadimah Negara-negara Pihak Kovenan ini, Menimbang, bahwa sesuai dengan prinsip-prinsip yang diumumkan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DUNIA

SEJARAH PEMILU DUNIA SEJARAH PEMILU DUNIA PENGERTIAN PAKAR Secara etimologis kata Demokrasi terdiri dari dua kata Yunani yaitu damos yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein atau cratos yang berarti kedaulatan

Lebih terperinci

DEMOKRASI DAN RADIKALISME

DEMOKRASI DAN RADIKALISME l i m e m o k r a t i s EMOKRASI AN RAIKALISME i g i t a AGAMA m o k r a t i s. c o m l Rumadi Edisi 009, Agustus 2011 1 emokrasi dan Radikalisme Agama Prof. John O Voll, guru besar sejarah di Georgetown

Lebih terperinci

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM)

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM) Jamuan Ilmiah tentang Hukum Hak Asasi Manusia bagi Tenaga Pendidik Akademi Kepolisian Semarang Jogjakarta Plaza Hotel, 16 18 Mei 2017 MAKALAH INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM) Oleh: Despan Heryansyah,

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL PKN BAB 1 Pengampu: Sofani Erlina, S.Pd., Gr 1. HAM merupakan seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai

LATIHAN SOAL PKN BAB 1 Pengampu: Sofani Erlina, S.Pd., Gr 1. HAM merupakan seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai LATIHAN SOAL PKN BAB 1 Pengampu: Sofani Erlina, S.Pd., Gr 1. HAM merupakan seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan dan merupakan anugerah yang harus dijunjung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana BAB V KESIMPULAN Tidak dapat dipungkiri, setelah dianutnya gagasan hak asasi dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), masyarakat internasional sejak saat itu telah memiliki satu standar bersama dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA. Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA. Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) Mukadimah Menimbang, bahwa pengakuan atas martabat alamiah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PANCASILA HAK ASASI MANUSIA

PANCASILA HAK ASASI MANUSIA PANCASILA HAK ASASI MANUSIA Nama : Benny Priyo Hartanto NIM : 11.01.2855 Program Studi Dosen : D3-TI : Irton, SE., M.Si STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Tahun 2011 / 2012 ABSTRAK Hak asasi manusia adalah hak-hak

Lebih terperinci

TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL KETUA

TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL KETUA TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL 071211133053 KETUA 2. MAS ULA 071211132008 SEKRETARIS 3. VINANDA KARINA D. P

Lebih terperinci

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Universitas Indo Global Mandiri Palembang

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Universitas Indo Global Mandiri Palembang NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Universitas Indo Global Mandiri Palembang NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Pengertian Hukum yaitu : Seperangkat asas dan akidah yang mengatur kehidupan manusia dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015. RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIII/2015 Syarat Tidak Pernah Dijatuhi Pidana Karena Melakukan Tindak Pidana Yang Diancam Dengan Pidana Penjara 5 (Lima) Tahun Atau Lebih Bagi Seseorang Yang Akan

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Menilai dari jumlah korban sipil dan penyebaran teror terhadap warga sipil terutama rakyat Gaza yang dilakukan oleh Israel selama konflik sejak tahun 2009 lalu

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA MUKADIMAH Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci