BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi secara umum adalah kondisi medis terjadinya peningkatan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg (Brunner & Suddarth, 2001). Menurut WHO, (1994) yang dikutip oleh Dewi, (2010) menyimpulkan bahwa pada populasi lanjut usia penyakit hipertensi adalah peningkatan tekanan sistolik yang lebih besar atau sama 160mmHg dan tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 95 mmhg. Krisis Hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak ( sistolik >180 mmhg dan diastolik > 120 mmhg ) pada penderita hipertensi yang membutuhkan penanggulangan segera ( Mayza dkk, 2008). Tekanan darah adalah suatu gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Sebagai analogi, bayangkan seperti kran air jika suplai air terganggu dan tekanan air rendah, maka aliran air di kran menjadi lambat dan hanya berupa tetesan air. Tekanan darah berperan penting, karena tanpanya darah tidak akan mengalir ( Palmer, 2005).

2 7 2. Klasifikasi Hipertensi. Hipertensi dapat dibedakan menjadi empat stadium sesuai dengan tabel klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas yaitu sebagai berikut : TABEL 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 Tahun Keatas Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg) Normal < 130 < 85 Normal tinggi Hipertensi Stadium 1 (ringan) Stadium 2 (sedang) Stadium 3 (berat) Stadium 4 (sangat berat) Sumber : Brunner & Suddarth (2001) Hipertensi dengan tekanan darah antara 140/90 hingga 160/95mmHg dianggap sebagai hipertensi perbatasan atau borderline hipertention, antara 160/95 hingga 200/100mmHg sebagai hipertensi ringan, antara 200/110 hingga 230/120mmHg sebagai hipertensi moderate dan antara 230/120 hingga 280/140mmHg sebagai hipertensi berat. Ada juga yang dinamakan hipertensi maligna, yakni hipertensi dari tingkatan mana saja dengan cepat sekali meningkat sampai 230/130mmHg atau lebih disertai dengan gangguan fungsi ginjal (Gunawan, 2001). 3. Penyebab Hipertensi. Menurut Gunawan, (2001) Berdasarkan etiologi hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu : a. Hipertensi esensial (hipertensi primer). Hipertensi primer adalah suatu kondisi yang dimana terjadinya gangguan tekanan darah atau hipertensi yang tidak diketahui dengan pasti penyebabnya atau tanpa kelainan organ di dalam. Kurang lebih 90% - 95% dari penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh hipertensi primer. Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi primer adalah :

3 8 1) Faktor keturunan. Kasus yang sering muncul dimasyarakat terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. 2) Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika semakin bertambah umur semakin meningkat tekanan darahnya), jenis kelamin (Tekanan darah pada laki laki lebih tinggi dibanding tekanan darah pada perempuan), dan ras (Pada orang yang berkulit hitam tekanan darahnya lebih tinggi dari pada orang kulit putih). 3) Kebiasaan hidup. Suatu kebiasaan dan gaya hidup yang serba instan sering menyebabkan timbulnya hipertensi. Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Konsumsi garam yang tinggi. Tingginya konsumsi garam mengakibatkan tekanan darah meningkat. Penelitian telah membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik akan menurunkan tekanan darah. b) Kegemukan atau makan yang berlebihan. Penelitian kesehatan yang banyak dilaksanakan, terbukti bahwa ada hubungan antara kegemukan (obesitas) dan hipertensi. Meskipun mekanisme bagaimana kegemukan menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi sudah terbukti penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah. c) Stres atau ketegangan jiwa. Stres atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin yang memacu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat, sehingga tekanan darah akan

4 9 meningkat. Jika stres berlangsung lama, tubuh akan terjadi perubahan patologis, gejala yang sering muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. d) Pengaruh lain. Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah adalah sebagai berikut : (1) Merokok, karena dapat merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan darah. (2) Minum alkohol. (3) Minum obat-obatan, misal ephedrin, prednison, epinefrin. b. Hipertensi sekunder. Menurut Gunawan, (2001) mengatakan bahwa hipertensi sekunder adalah suatu kondisi yang dimana terjadinya gangguan tekanan darah atau hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Menurut Muhammadun, (2010) penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan hipertensi adalah : 1) Penyakit ginjal. 2) Kelainan hormonal. 3) Penyakit jantung. 4) Penyakit endokrin. 5) Obat obatan.seperti: pil KB, kortikosteroid, siklosporin. Eritropoitin, dll. 6) Penyebab lainnya. 4. Tanda dan Gejala Hipertensi Menurut Barbara, (1996) mengungkapkan bahwa pada tingkat awal, sesungguhnya hipertensi asimtomatis (tanpa gejala). Menurut (Palmer, 2007) mengatakan bahwa bila ada gejala-gejala itu terjadi pada tekanan darah yang tidak terkontrol dan penyakit sudah berlanjut pada tahap berikutnya yaitu terdiri dari : a. Sakit kepala. b. Vertigo dan muka merah

5 10 c. Mengatuk. d. Kelelahan. e. Sulit bernapas atau sesak napas. f. Kebingungan atau gelisah. g. Penglihatan kabur atau scotoma dengan perubahan retina h. Kekerapan nokturia akibat peningkatan tekanan darah dan bukan karena gangguan ginjal 5. Komplikasi Hipertensi. Menurut Palmer, (2007) mengatakan bahwa tekanan darah tinggi dapat menimbulkan komplikasi pada organ-organ tubuh yaitu sebagai berikut : a. Komplikasi pada otak ( stroke ). Aliran darah di arteri terganggu dengan mekanisme yang mirip dengan gangguan aliran darah di arteri koroner saat serangan jantung atau angina. Apabila otak kekurangan oksigen dan nutrisi akibat pembuluh darah di otak tersumbat, maka akan mengakibatkan terjadinya stroke. b. Komplikasi pada mata Hipertensi dapat mempersempit dan menyumbat arteri dimata, sehingga menyebabkan kerusakkan pada retina. Keadan ini disebut penyakit vaskuler retina. Jika berkepanjangan dapat menyebabkan retinopati dan berdampak kebutaan. c. Komplikasi pada jantung. Suatu keadaan dimana secara progresif jantung tidak dapat memompa darah keseluruh tubuh secara efisien. Jika fungsi semakin memburuk, maka akan timbul tekanan balik dalam system sirkulasi yang menyebabkan kebocoran dari kapiler terkecil paru. Hal ini akan menimbulkan sesak napas dan menimbulkan pembengakkan di kaki dan pergelangan kaki.

6 11 d. Komplikasi pada ginjal. Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah pada ginjal mengkerut (vasokontriksi) sehingga aliran nutrisi ke ginjal terganggu dan menyebabkan kerusakan sel-sel ginjal yang pada akhirnya terjadi gangguan fungsi ginjal. Apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan gagal ginjal kronik atau bahkan gagal ginjal terminal (Dewi. dkk, 2010). 6. Penatalaksanaan Hipertensi Penyakit hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan, dengan diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi (Medicastore, 2007). Pengendalian hipertensi bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut dan upaya pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90mmHg (Smeltzer. dkk, 2001). Dalam upaya meningkatkan status kesehatan dengan cara meningkatkan kemampuan menyampaikan informasi yang jelas pada penderita mengenai penyakit yang diderita serta cara pengobatan, keterlibatan dan cara pendekatan yang dilakukan (Soeharto, 2001). Secara umum indikator keberhasilan pengobatan dan pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi dapat digambarkan sebagai berikut: a. Tekanan darah terkendali atau terkontrol. b. Tidak terjadi komplikasi pada penderita. c. Kualitas kesehatan hidup menjadi lebih baik dan tetap produktif. Penatalaksanaan pasien hipertensi dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara nonfarmakologis dan farmakologis yang akan dijelaskan sebagai berikut : a. Penatalaksanaan nonfarmakologis. Menurut Gunawan, (2001) mengungkapkan bahwa agar terhindar dari komplikasi, harus diambil tindakan pengendalian yang baik, antara lain sebagai berikut:

7 12 1) Mengurangi konsumsi garam. Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr garam dapur perhari. Dan menghindari makanan yang kandungan garamnya tinggi. Misalnya telur asin, ikan asin, terasi, minuman dan makanan yang mengandung ikatan natrium. 2) Menghindari kegemukan (obesitas). Menghindarkan kegemukan dengan menjaga berat badan tetap normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan menurut WHO, (2000) klasifikasi IMT penduduk Asia dewasa pada umur 18 tahun keatas yaitu sebagai berikut : a. Batas IMT untuk laki-laki normal 20,1-25,0 b. Batas IMT untuk perempuan normal 18,7-23,9 TABEL 2.2 Klasifikasi IMT Penduduk Asia Dewasa pada Umur 18 Tahun Keatas Kategori IMT(Kg/m2) Resiko Penyakit Underweight < 18,5 Rendah Normal 18,5-22,9 Rata-rata Overweight >23 Pre-obesitas 23-24,9 Meningkat Obesitas I 25-29,9 Sedang Obesitas II 30 Berbahaya Cara penentuan berat badan ideal dengan menggunakan rumus IMT ( Indeks Massa Tubuh) yaitu : IMT (Kg/m2) = BB(Kg) / TB (m) x TB (m) Keterangan: IMT = Indeks Massa Tubuh (Kg/m2) BB = Berat Badan (kg) TB = Tinggi Badan (cm) 3) Membatasi konsumsi lemak Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama-kelamaan jika endapan kolesterol bertambah

8 13 akan menyumbat pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi. Kadar kolesterol normal dalam darah dibatasi maksimal 200 mg 250 mg per 100 cc serum darah. Untuk menjaga agar kadar kolesterol darah tidak bertambah tinggi, Himpunan Ahli Jantung Amerika (American Heart Association) menganjurkan agar konsumsi kolesterol dalam makanan dibatasi tidak lebih dari 300 mg setiap hari. Contoh makanan yang kandungan kolestrolnya tinggi seperti : kuning telur ayam, telur bebek, hati sapi, hati babi, otak sapi, otak babi, mentega dan lain-lainnya. 4) Olahraga teratur. Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolestrol pada pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksudkan adalah olah raga yang ringan, seperti: gerak jalan, senam, berenang, naik sepeda. Tidak diajurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi. 5) Makan banyak buah dan sayuran segar. Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah yang ringan. Menurut Kurniawan, (2006) menyatakan bahwa peningkatan masukan kalium (4,5 gram atau meq/hari) dapat memberikan efek penurunan tekanan darah. Contoh buah yang baik untuk dikonsumsi yaitu: apel, jeruk, tomat, pisang, kentang,mentimun, dll. 6) Tidak merokok. Merokok merangsang meningkatkan tekanan darah. Nikotin yang dihisap seorang perokok mampu mengeluarkan catecholamines dari tubuh, yakni kumpulan zat kimiawi yang sangat dibutuhkan tubuh diantaranya adalah hormon adrenalin. Keluarnya adrenalin dalam

9 14 jumlah besar ini mampu mempengaruhi kerja darah diantaranya berdampak pada meningkatnya tekanan darah (hipertensi) sekitar jenjang. Merokok juga dapat menyebabkan penyempitan dan kekakuan pembuluh darah. 7) Tidak minum alkohol atau bersoda. Kurangi alkohol dan minuman bersoda karena dapat menaikkan laju tekanan pembuluh darah di jantung. Alkohol dapat mengganggu system kerja saraf pusat maupun saraf tepi. Jika kerja saraf simpatis terganggu, maka akan terjadi gangguan pula pada pengaturan darah. Orang yang gemar mengkonsumsi alkohol dengan kadar tinggi akan memiliki tekanan darah yang cepat berubah dan cenderung meningkat tinggi (Dewi, 2010). 8) Pemeriksaan tekanan darah secara teratur. Pemeriksaan tekanan darah secara teratur minimal 2 minggu sekali sangat perlu dilakukan, hal ini dimaksudkan untuk mengontrol tekanan darah dan mempertahankan tekanan darahnya dalam ambang batas normal. Tekanan darah tinggi tidak dapat di turunkan hingga normal seperti semula, akan tetapi pengontrolan ini dimaksudkan hanya untuk mempertahankan tekanan darahnya agar tidak meningkat. 9) Latihan relaksasi atau meditasi. Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh juga dengan ;atihan nafas dalam.relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik atau bernyanyi. 10) Berusaha membina hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah sebagai berikut : a) Mengeluarka isi hati dan memecahkan masalah. b) Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau kegiatan santai.

10 15 c) Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain menyelesaikan bagiannya. d) Menolong orang lain (Adip, 2009). b. Penatalaksanaan farmakologis. Pengobatan hipertensi ditujukan tidak hanya untuk menurunkan tekanan darah saja, tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup dan diperlukan usaha pasien untuk mengontrolkan tekanan darah, berobat dan minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi. Pengobatan standar yang dianjurkan Joint National Committee on Detection, Evaluation and treatment of High Blood Pressure (1988) yang dikutip oleh Gunawan, (2001) menyimpulkan bahwa jenis obat antihipertensi yang sering digunakan adalah sebagai berikut : 1) Diuretika: Spironolactone, HCT, Chlortalidone dan Indopanide. Obat ini berkerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh melalui urin atau memperbanyak buang air kecil dan mempertinggi pengeluaran garam didalam tubuh. Dengan turunnya kadar garam dalam tubuh maka tekanan darah akan turun, dan efek tekanan darah rendahnya kurang kuat. Obat yang biasa digunakan biasanya obat yang daya kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal. 2) Alfa-blocker: Prazosin dan Terazosin. Obat ini bekerja dengan cara memblokir reseptor alfa dan melebarkan pembuluh darah serta untuk menurunkan tekanan darah. 3) Beta-blocker: Beta-blocker adalah Propanolol, Atenolol, Pindolol dan sebagainya. Obat ini bekerja untuk membatasi kerja jantung sehingga mengurangi daya dan frekuensi kerja atau pompa jantung. Dengan demikian tekanan darah akan menurun dan daya tekanan darah rendahnya baik.

11 16 4) Obat yang bekerja sentral: Clonidine, Guanfacine dan Metildopa. Obat ini dapat mengurangi pelepasan noradrenalin sehingga menurunkan aktivitas pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah. 5) Vasodilator: Hidralazine dan Ecarazine. Obat ini bertujuan untuk mengembangkan dinding pembuluh darah arteri sehingga daya tahan pembuluh darah perifer berkurang dan tekanan darahnya menurun. 6) Antagonis kalsium; Nifedipine dan Verapamil. Obat ini bekerja untuk menghambat masuknya ion kalsium kedalam otot polos pembuluh darah dengan efek pelebaran dan menurunkan tekanan darah. 7) Penghambat ACE: Captopril (Capoten) dan Enalapril. Obat ini bekerja untuk menurunkan tekanan darah dengan melebarkan pembuluh darah. Obat ini bekerja melalui proses relaksasi pembuluh darah yang juga melebarkan pembuluh darah (Dewi, 2010). B. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami (pengalaman) baik secara sengaja atau tidak sengaja yang terjadi setelah orang melakukan pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahit et al, 2006). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihat, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang ( Notoatmodjo, 2003 ). Pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai upaya perolehan pengetahuan, melalui membaca, mengakses internet, bertanya, mengikuti

12 17 kuliah, dll. Pengetahuan dikuasai melalui hafalan, tanya-jawab, diskusi, latihan pemecahan masalah, dan penerapan. Pengetahuan dimanfaatkan untuk mencapai berbagai tujuan seperti memperluas wawasan, meningkatakan kemampuan, dan memecahkan masalah (Sudrajat, 2009). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Mubarak (2009) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: a) Kesadaran ( awareness ) yakni orang tersebut menyadari dalam arti pengetahuan stimulus (objek) terlebih dahulu. b) Merasa tertarik ( interest ), yakni orang mulai tertarik pada stimulus. c) Evaluasi ( evaluation ), yakni menimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah baik lagi. d) Mencoba ( Trial ), yakni orang telah mencoba melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh stimulus. e) Adopsi ( Adoption ), yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Belajar akan mampu meningkatkan pengetahuan seseorang. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Terpenting dalam pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process) (Hendrawan, 2009). 2. Tingkat Pengetahuan. Menurut Bloom, (1956); Notoatmodjo, (2003); Mubarak et al, (2009), Menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan dibagi menjadi:

13 18 a) Tahu ( know ). Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Hal ini berarti penderita hipertensi dapat mengingat suatu materi tentang hipertensi yang telah dipelajari sebelumnya. b) Memahami ( comprehension ). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contohnya, menyimpulkan, meramalkan. Dalam hal ini berarti penderita hipertensi dapat memahami tentang hipertensi yang diketahui secara benar. c) Aplikasi ( application ). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Dalam hal ini berarti penderita hipertensi mampu untuk menggunakan materi tentang hipertensi yang telah dipelajari pada suatu kondisi yang riil atau nyata. d) Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Hal ini berarti penderita hipertensi mampu untuk menganalisa materi tentang hipertensi. e) Sintesis ( synthesize ). Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi

14 19 baru dari formasi formasi yang ada. Misalnya, dapat merencanakan, meringkas, dan menyesuaikan. Hal ini berarti penderita hipertensi mampu untuk mensintesis materi tentang hipertensi. f) Evaluasi ( evaluation ). Evaluasi berakitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria kriteria yang telah ada. Hal ini berarti penderita hipertensi dapat mengevaluasi materi tentang hipertensi 3. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan. Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu: a. Faktor pendukung ( Predisposing Faktor) 1. Pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi dalam memberikan respon terhadap suatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Dalam hal ini berarti semakin tinggi pendidikan penderita hipertensi, maka akan semakin mudah menerima informasi tentang hipertensi, Sehingga masyarakat akan lebih cepat memahami tentang penyakit hipertensi secara benar. 2. Pekerjaan. Lingkungan pekerjan bisa menjadikan seseorang mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dalam hal ini berarti lingkungan pekerjaan perperan penting dalam mendapatkan pengalaman atau pengetahuan tentang penyakit hipertensi. 3. Usia. Bertambahnya usia seseorang,maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan mental. Pertumbuhan fisik dapat dikategorikan

15 20 yaitu; perubahan ukuran, proporsi, hilangnya ciri ciri lama dan timbulnya ciri ciri baru. Hal ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Sedangkan pada aspek psikologis (mental) taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa sesuai bertambahnya umur. Dalam hal ini berarti semakin bertambah usia penderita hipertensi akan bertambah pula kematangan cara berfikir seseorang dalam memahami penyakit hipertensi. 4. Minat. Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. Dalam hal ini berarti semakin tinggi minat penderita hipertensi dalam mengetahui dan memahami materi kesehatan hipertensi ini akan membuat seseorang mau mencoba dan melakukan perubahan dalam dirinya. 5. Pengalaman. Pengalaman diartikan sebagai suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pengalaman individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dari tingkat kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan kegiatan yang mendidik seperti seminar. Dalam hal ini berarti semakin banyak pengalaman yang didapat oleh penderita hipertensi dari mengikuti kegiatan kegiatan yang mendidik akan semakin baik dan cepat proses perkembangannya dalam hal melakukan perubahan perubahan yang lebih baik menuju hidup sehat. 6. Kebudayan lingkungan sekitar. Manusia adalah makhluk sosial dimana di dalam kehidupannya saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinterkasi secara kontinyu lebih besar terpapar informasi. Kebudayan yang ada dalam kehidupan individu akan mempunyai

16 21 pengaruh sangat besar terhadap pembentukan sikap individu tersebut. Dalam hal ini kebudayaan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap penderita hipertensi kearah yang lebih baik. 7. Informasi. Kemudahan dalam memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Hal ini berarti semakin banyak orang penderita hipertensi yang mendapatkan kemudahan dalam memperoleh informasi tentang hipertensi akan mempercepat orang mendapatkan pengetahuan yang baru. Contohnya, penyuluhan kesehatan tentang hipertensi, Koran, majalah, televise, radio, dll (Mubarak, 2009). b. Faktor Pemungkin ( Enabling Factor ) 1. Sarana dan prasarana. Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung seperti tersedianya fasilitas dan petugas kesehatan akan menjadi sarana penunjang pelayananan kesehatan. Petugas kesehatan dapat menjalankan perannya sebagai pendidik dan pemberi informasi untuk memberikan konseling tentang hipertensi dengan harapan masyarakat lebih memahami tentang penyakit hipertensi dan mampu secara mendiri mengubah pola hidupnya agar lebih baik demi mencapai hidup sehat dan sejahtera (Pusdiknakes, 2002). 2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang terjangkau akan memberikan kemudahan akses memdapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Sehingga masyarakat yang menderita hipertensi khususnya dapat memeriksakan kesehatannya secara teratur dan juga akan mendapatkan konseling berupa penyuluhan kesehatan, sehingga bila ada permasalahan akan mendapatkan solusi permasalahan yang baik.

17 22 c. Faktor Penguat ( Reinforcing Factor) 1. Tokoh Masyarakat. Kurangnya pengetahuan dimasyarakat tentang hipertensi akan berdampak buruk jika tidak segera diatasi. Keadaan ini membutuhkan kerja sama antar tokoh masyarakat agar mau membantu terselenggaranya kegiatan kegiatan penyuluhan tentang hipertensi untuk dapat memecahkan semua masalah masalah kesehatan yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. 2.Tokoh agama. Tokoh agama berperan aktif dalam pemberian dukungan spiritual pada masyarakat yang mengalami penyakit hipertensi, biasanya untuk mengurangi stress pada penderita hipertensi dibutuhkan banyak dukungan spiritual seperti mengikuti kegiatan keagamaan. Diharapkan dengan mendapatkan siraman rohani akan membuat penderita hipertensi lebih nyaman dan tenang serta menurunkan tingkat stressnya. 3. Petugas Kesehatan. Petugas kesehatan sangat berperan aktif dalam pemberian konseling pada masyarakat. Pemberian informasi itu bisa berupa penjelasan lebih dalam tentang hipertensi, sehingga diharapkan masyarakat bisa lebih memahami tentang penyakit hipertensi dan mampu melakukan pengendalian pengendalian untuk mencapai taraf hidup sehat. 4. Petugas Penyuluhan. Peran petugas penyuluhan sangatlah penting dalam hal ini, karena masyarakat perlu mendapatkan berbagai macam informasi mengenai penyakit hipertensi. Dengan mendapatkan informasi dari petugas penyuluhan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi, sehingga masyarakat menjadi sadar akan pentingnya menjaga kesehatan diri secara mandiri.

18 23 C. Penyuluhan Kesehatan 1. Pengertian Penyuluhan secara umum adalah segala upaya kegiatan pendidikan kesehatan yang direncanakan untuk menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, akan tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran untuk mencapai hidup sehat (Azwar, 1983 dikutip oleh Machfoedz, 2009). Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat (Notoadmodjo, 2003 dikutip oleh Mubarak et al, 2007). Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa. Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar (Adrianto, 2009). Penyuluhan adalah sistem pendidikan luar sekolah (orang dewasa) guna menumbuh kembangkan kemampuan (pengetahuan, sikap dan keterampilan) seseorang sehingga secara mandiri mereka dapat memahami tentang bahaya penyakit hipertensi dan dapat melakukan pengendalian. Penyuluhan Kesehatan adalah suatu pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesatuan individu, masyarakat, dan ras. (Wood, 1926 dikutip Mubarak, 2007). Penyuluhan kesehatan merupakan suatu upaya konseling atau bimbingan yang dilakukan oleh pihak pemberi penyuluhan kepada seseorang untuk membantu menjelaskan pengertian dan menbantu merubah tingkah laku individu untuk mencapai

19 24 hidup sehat dan mengatasi masalah masalah kesehatan yang sedang dihadapi ( Machfoedz, 2009). Penyuluhan adalah upaya pemberian informasi. Informasi adalah dasar dalam pengambilan setiap keputusan yang diambil (Sofa, 2008). Mengambil keputusan tanpa memiliki informasi yang memadai dari segala sisi dapat diibaratkan seperti berjalan dengan sebelah kaki. Berbagai macam informasi yang didapat oleh masyarakat terutama masalah penyakit hipertensi akan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tersebut. Informasi sangat penting dalam peradaban manusia, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Tanpa penguasaan informasi kehidupan sesorang, organisasi, atau bangsa akan tergilas oleh roda zaman yang kian cepat bergerak. Eksistensi bangsa kita sangat ditentukan oleh tingkat penguasaan informasi. Keterampilan menelusuri, mengevalusi, mengeinterpretasikan, dan mengaplikasikan informasi (Suherman, 2008). 2. Tujuan penyuluhan kesehatan Tujuan penyuluhan kesehatan, Menurut Mubarak et al, 2009 sebagai berikut : a. Tujuan jangka pendek: Agar terciptanya pengertian, pengetahuan, sikap dan norma baru dalam masyarakat untuk mencapai kesehatannya. b. Tujuan jangka menengah: Agar terciptanya perubahan perilaku hidup sehat di masyarakat. c. Tujuan jangka panjang: Agar terciptanya status kesehatan yang optimal di masyarakat. d. Tujuan umum menurut Wong, 1974 dikutip Mubarak et al, 2007 sebagai berikut : 1) Agar masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatannya keselamatan lingkungan dan masyarakat. 2) Agar orang melakukan langkah langkah dalam mencegah terjadinya penyakit menjadi lebih parah, dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit.

20 25 3) Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan perubahan perubahan system dan cara memanfaatkannya dengan efisiensi dan efektif. 4) Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada system kesehatan yang formal. 3. Sasaran. Sasaran penyuluhan kesehatan di Indonesia menurut Machfoedz, (2009), berdasarkan pada program perkembangan Indonesia, adalah : a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan. b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, remaja. c. Sasaran individu dengan teknik penyuluhan kesehatan individual. Sasaran primer pada penyuluhan kesehatan ini biasanya disesuaikan dengan permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat, pada penelitian ini masalah kesehatan yang terjadi adalah kurangnya pengetahuan pada penderita hipertensi. Sasaran sekunder seperti para tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas penyuluhan. Tujuan memberiakan penyuluhan kesehatan pada kelompok ini yaitu diharapkan mereka mau menyebarkan kembali pada masyarakat sekitar (Notoatmodjo, 2003). Sasaran tersier meliputi para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Kebijakan yang di keluarkan pada kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder) dan masyarakat umum (sasaran primer) ( Notoatmodjo, 2003). 4. Faktor yang harus diperhatikan dalam penyuluhan kesehatan agar mencapai sasaran. a) Tingkat Pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya.

21 26 b) Tingkat Sosial Ekonomi. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru. c) Adat Istiadat. Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan. d) Kepercayaan Masyarakat. Masyarakat lebih memerhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi. e) Ketersediaan Waktu di Masyarakat. Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan. ( di unduh 3 januari 2009). 5. Metode Penyuluhan Kesehatan. Menurut Azrul, (1983) yang dikutip oleh Machfoedz et al, (2009). Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan antara lain : a. Metode Ceramah. Suatu cara dalam menerangkan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. b. Metode Diskusi Kelompok. Pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk. c. Metode Curah Pendapat. Suatu bentuk pemecahan masalah dimana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian.

22 27 d. Metode Panel. Pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin. e. Metode Bermain peran. Memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok. f. Metode Demonstrasi. Suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya. g. Metode Simposium. Serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat. h. Metode Seminar. Suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya. 6. Pentingnya penyuluhan kesehatan dalam keperawatan Tujuan penyuluhan kesehatan dalam keperawatan adalah untuk menyampaikan informasi dan sebagai pihak konseling dalam rangka untuk meningkatkan status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, dan membantu pasien dan keluarga mengatasi masalah kesehatan. Dalam hal ini pemberian informasi atau penyuluhan tentang hipertensi yang diberikan pada masyarakat penderita hipertensi dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tersebut tentang penyakit hipertensi

23 28 secara benar dan masyarakat mampu melakukan perubahan hidup untuk meningkatkan derajat kesehatannya. 7. Langkah Langkah Dalam Penyuluhan Kesehatan. Menurut Effendy, (1998) yang dikutip oleh Machfoedz et al, (2009), Langkah langkah dalam penyuluhan kesehatan adalah sebagai berikut: a. Mengkaji kebutuhan kesehatan dimasyarakat. b. Menetapkan masalah kesehatan di masyarakat. c. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan. d. Menyusun perencanaan penyuluhan. e. Menetapkan tujuan. f. Penentukan sasaran. g. Menyusun materi atau isi penyuluhan. h. Memilih metode yang tepat. i. Menentukan jenis alat peraga yang digunakan. j. Penentuan kriteria evaluasi. k. Pelaksanaan penyuluhan. l. Penilaian hasil penyuluhan. m. Tindak lanjut dari penyuluhan. 8. Pengaruh penyuluhan hipertensi terhadap tingkat Pengetahuan. Penyuluhan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya penyuluhan kesehatan berupaya menyampaikan informasi agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan bilamana sakit, dan sebagainya. Kesadaran masyarakat di atas disebut tingkat kesadaran/pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Lebih dari itu, penyuluhan kesehatan pada akhirnya bukan hanya mencapai kesehatan pada masyarakat saja, namun yang lebih penting adalah mencapai perilaku kesehatan (health behaviour).

24 29 Menurut Sunaryo, (2002) kesehatan bukan hanya diketahui atau didasari (knowledge) dan disikapi (attitude), melainkan harus dikerjakan/dilaksanakan dalam kehidupan sehari- hari (practice). Hal ini berarti bahwa tujuan akhir dari penyuluhan kesehatan adalah agar masyarakat dapat mempraktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat, atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (healthy life style). (Notoatmodjo, 2003). 9. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian penyuluhan kesehatan a. Perencanaan Perencanaan sebagai suatu proses analisis dan pemahaman system, perumusan tujuan umum dan khusus, memperkirakan kemampuan yang dimiliki, menguraikan segala kemungkinan rencana yang akan dilaksanakan, memilih satu di antaranya yang dipandang paling baik, menyusun perincian rencana terpilih dengan selengkapnya, serta mengikatnya dalam satu system pengawasan yang terus menerus sehingga dapat dicapai hubungan yang optimal antara rencana dengan system yang dimiliki. Langkah-langkah pembuatan perencanaan sebagai berikut : 1) Pengumpulan data, mengolah, menyajikan serta menginterpretasikan demikian rupa sehingga menjadi jelas. 2) Menetapkan prioritas masalah kesehatan yang perlu segera ditanggulangi. 3) Rencana kerja. 4) Menyusun rencana terpadu. b. pelaksanaan penyuluhan kesehatan Langkah-langkah pelaksanaan penyuluhan kesehatan berlangsung berdasarkan urutan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Pada dasarnya berkaitan dengan bekerja dalam suatu masyarakat sebenarnya banyak macamnya. Akan tetapi ada tiga pokok yang disebut langkahlangkah dan metode pengorganisasian masyarakat, sebagai berikut: 1) Upaya mencari dan menemukan fakta.

25 30 Upaya ini dimaksudkan agar petugas kesehatan mengenal permasalahan yang akan dihadapi serta kelompok masyarakat yang akan diikut sertakan. 2) Upaya merumuskan prioritas kebutuhan (masalah) Upaya ini harus dilakukan bersama masyarakat sehingga mereka bersama-sama dapat mengenal permasalahannya dan dapat diikut sertakan memecahkan masalah tersebut. 3) Upaya merumuskan kegiatan (program) Setelah merumuskan prioritas kebutuhan maka dianjurkan dengan perumusan kegiatan yang akan dilakukan. Pelaksanaan harus bersama dengan masyarakat yang telah dirumuskan. c. Penilaian 1) Penetapan tujuan penilaian 2) Penentuan waktu melakukan penilaian 3) Penetapan instrument yang digunakan untuk penilaian 4) Menetapkan cara menarik kesimpulan dari hasil yang dicapai 5) Penetapan ruang lingkup yang akan dinilai 6) Penetapan ukuran yang akan dicapai dalam menetapkan hasil program 10. Alat Bantu dan media penyuluhan kesehatan Alat bantu penyuluhan adalah alat bantu yang digunakan dalam penyampaian bahan pendidikan / pengajaran. Alat bantu ini di sebut alat peraga. Alat peraga berfungsi sebagai membantu dan memperagakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran. Dalam rangka penyuluhan kesehatan, masyarakat sebagai konsumen juga dapat terlibat dalam pembuatan alat bantu penyuluhan. Petugas kesehatan berperan sebagai pembimbing dan Pembina, bukan hanya dalam hal kesehatan masyarakat sendiri, tetapi juga memotivasi masyarakat sehingga meneruskan informasi kepada anggota masyarakat lainnya. Alat peraga akan membantu dalam penyuluhan kesehatan, agar pesan yang disampaikan lebih jelas, tepat sasaran dan

26 31 masyarakat dengan mudah menerima pesan tersebut (Machfoedz, 2009). Berbagai alat Bantu yang peneliti digunakan adalah : a. Poster. b. Leaflet. c. Laptop. d. Media proyeksi diam atau LCD. e. Slide atau power point tentang hipertensi. f. Microphone. g. Media transportasi, dan lain-lain. D. Peran perawat Menurut Mubarak, (2009) perawat mempunyai peran diantaranya sebagai berikut : 1. Peran Pelaksana Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter, protector dan advocate, communicator serta rehabilitator. Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada klien. Peran sebagai protector dan advocate lebih terfokus pada kemampuan perawat melindungi dan menjalin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Peran sebagai communicator sebagai mediator antara klien dengan tim kesehatan lainnya. Sedangkan peran rehabilitator mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal. (Gaffar, 1999). 2. Peran sebagai pendidik Sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat serta tenaga keperawatan atau tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya. Peran ini dapat berupa penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) maupun bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan, antara sesama perawat atau tenaga kesehatan lain.

27 32 3. Peran sebagai pengelola. Sebagai pengelola perawat berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan atau layanan keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan system pelayanan keperawatan. 4. Peran sebagai peneliti. Sebagai peneliti dibidang perawatan, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan penyuluhan kesehatan. 5. Peran sebagai konseling (pembimbing) Perawat selain berperan merawat pasien juga sebagai pihak konseling atau pembimbing dalam mengatasi permasalahan kesehatan baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.hal ini di maksudkan untuk membantu klien mencapai kesehatannya kembali atau mencegah terjadinya masalah kesehatan. 6. Peran sebagai pemberi informasi. Perawat juga sebagai pemberi informasi dan menyampaikan pesan tentang masalah kesehatan yang sedang di hadapi pasien dan memberikan solusi juga pengetahuan baru dalam merubah perilaku demi mewujudkan hidup sehat.

28 33 E. Kerangka Teori Predisposing Factor : 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Usia 4. Minat 5. Pengalaman 6. Lingkungan kebudayan sekitar 7. Informasi: Penyuluhan Hipertensi Enabling Factor (Faktor Pemungkin): 1. Sarana dan prasarana 2. Fasilitas pelayanan kesehatan Tingkat pengetahuan hipertensi Reinforcing Factor ( Faktor Penguat): Tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, Petugas penyuluhan Gambar : 2.1 kerangka teori Sumber : Modifikasi dari Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003)

29 34 F. Kerangka Konsep Variabel Independen Penyuluhan tentang hipertensi Variabel dependen Tingkat pengetahuan pada penderita hipertensi Gambar : 2.2 kerangka konsep G. Variabel penelitian Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Variabel independen (Variabel bebas) merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mempengaruhi tingkah laku pasien.( Nursalam, 2003). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penyuluhan tentang hipertensi. b. Variabel Dependen (Variabel terikat) adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variable bebas. (Nursalam, 2003).Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan pada penderita hipertensi. H. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada Pengaruh Penyuluhan Hipertensi Terhadap Tingkat Pengetahuan pada Penderita Hipetensi di Kelurahan Kembangarum Semarang Barat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Hipertensi Hipertensi merupakan kondisi medis dimana tekanan darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World Health Organization (WHO) dalam Soenardi & Soetarjo

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sikap 1. Pengertian Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIPERTENSI 1. Pengertian Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang tetap di atas batas normal. Seseorang dianggap terkena darah tinggi bila angka tekanan darahnya menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Istilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension. Hypertension merupakan istilah kedokteran yang populer untuk menyebutkan penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia. PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUNAN LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG Yasinta Asana,c*, Maria Sambriongb, dan Angela M. Gatumc

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama yang mengakibatkan kematian nomor satu secara global dan umum terjadi di masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya industri merupakan penyebab berubahnya pola perilaku kehidupan dalam masyarakat. Salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Olahraga pada Penderita Hipertensi. melakukan respons menurut cara tertentu terhadap suatu obyek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Olahraga pada Penderita Hipertensi. melakukan respons menurut cara tertentu terhadap suatu obyek. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Olahraga pada Penderita Hipertensi 1. Perilaku a. Pengertian Perilaku adalah merupakan konsepsi yang tidak sederhana, sesuatu yang komlpeks, yakni suatu pengorganisasian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan jaman dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Banyak masyarakat saat ini sering melakukan pola hidup yang kurang baik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan perilaku yang disarankan (Smet, 1994). Kepatuhan dapat dibedakan dua yaitu : 1) Kepatuhan penuh (total compliance)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan perilaku yang disarankan (Smet, 1994). Kepatuhan dapat dibedakan dua yaitu : 1) Kepatuhan penuh (total compliance) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Diit Hipertensi 1. Kepatuhan a. Pengertian Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu aturan dan perilaku yang disarankan (Smet, 1994). Kepatuhan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg. Pada populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang telah mengubah gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah menyebabkan transisi epidemiologi dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan diastoliknya di atas 90 mmhg. Sementara itu diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat sangat sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, banyak stresor dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lataar Belakang Masalah Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau diastolik sedikitnya 90 mmhg. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Negara Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu gejala peningkatan tekanan darah yang berpengaruh pada sistem organ yang lain, seperti stroke untuk otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arterial abnormal yang berlangsung terus-menerus (Brashers, 2007). Hipertensi adalah peningkatan tekanan

Lebih terperinci

Mengetahui Hipertensi secara Umum

Mengetahui Hipertensi secara Umum Mengetahui Hipertensi secara Umum Eldiana Lepa Mahasiswa Kedokteran Universitas Krida Wacana Jakarta, Indonesia Eldiana.minoz@yahoo.com Abstrak Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistole, yang tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit Sindrom Metabolik Upaya pemeliharaan kesehatan meliputi aspekaspek promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif secara tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perawatan Pada Penderita Hipertensi 1. Perilaku (Practice) Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi Bab 1: Mengenal Hipertensi Daftar Isi Pengantar... vii Bab 1. Mengenal Hipertensi... 1 Bab 2. Faktor Risiko... 11 Bab 3. Diagnosis... 17 Bab 4. Komplikasi Hipertensi... 27 Kiat Menghindari Stroke... 33

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi beragam diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah bergesernya umur

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, membuat usia harapan hidup manusia relatif bertambah panjang. Menurut United Nations: World Population

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung Koroner 1. Definisi Jantung Koroner Jantung koroner adalah suatu penyakit kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus berkembang dari tahun ke tahun dan membuahkan banyak komplikasi. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan di Indonesia maupun di seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan adanya gejala dan baru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus hingga melewati batas normal atau dapat dikatakan melebihi 140

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah arterial yang abnormal. Berdasarkan etiologi, hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer dan sekunder (Lewis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik dan diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan semakin mendapat perhatian luas diseluruh dunia, dimana perubahan cara pandang dari yang semula melihat kesehatan dari sesuatu yang konsumtif menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk telah menjadi penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan Negara berkembang lebih dari delapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minuman pahit (Soeria, 2013). Coklat berasal dari tanaman kakao dan proses

BAB I PENDAHULUAN. minuman pahit (Soeria, 2013). Coklat berasal dari tanaman kakao dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Coklat berasal dari kata xocoatl (bahasa suku Aztec) yang memiliki arti minuman pahit (Soeria, 2013). Coklat berasal dari tanaman kakao dan proses pengolahan biji kakao

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh:

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN( SAP ) OLEH: I KADEK SASTRAWAN Kp

SATUAN ACARA PENYULUHAN( SAP ) OLEH: I KADEK SASTRAWAN Kp SATUAN ACARA PENYULUHAN( SAP ) OLEH: I KADEK SASTRAWAN Kp.03.10.016 AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM XI/UDAYANA 2013 SAP (Satuan Acara Penyuluhan) 1. Tema : Hipertensi 2. Sub Pokok Bahasan : Penatalaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh perlahan-lahan (silent killer) karena termasuk penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga di dunia setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan nasional yang berlangsung beberapa tahun terakhir telah menimbulkan pergeseran pola penyebab kematian dan masalah kesehatan. Sunaryo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi dihasilkan dari dua faktor utama yaitu jantung yang memompa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana jika tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana jika tekanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana jika tekanan darah sistole 140 mmhg atau lebih tinggi dan tekanan darah diastole 90 mmhg atau lebih tinggi.

Lebih terperinci

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Tekanan darah pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritik A.1. Hipertensi a. Definisi : Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah 140 mmhg (tekanan sistolik) dan atau 90 mmhg (tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh dunia, Kesehatan yang baik merupakan suatu kondisi dimana terbebas dari suatu penyakit. Di Indonesia mengadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangan jantung merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia. Banyak data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung menempati posisi pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronik. Joint National Committee VII (the Seventh US National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2014), menyebut usia yang telah lanjut atau lebih dikenal dengan istilah lanjut usia (lansia)

Lebih terperinci

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA Oleh : Farida Mulyaningsih, M.Kes PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 PENDERITA JANTUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci