HASIL DAN PEMBAHASAN. Karangpawitan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Berdasarkan tipologi berada di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Karangpawitan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Berdasarkan tipologi berada di"

Transkripsi

1 32 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian Keadaan Fisik Desa Sindanggalih Desa Sindanggalih merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Berdasarkan tipologi berada di sekitar hutan atau pegunungan dengan batas - batas antara lain : Utara Selatan Barat Timur : Desa Sindanglaya dan Desa Jatisari : Kabupaten Tasikmalaya : Desa Godog : Desa Sindangpalay Secara Topografi Desa Sindanggalih termasuk dalam kategori daerah dataran tinggi dengan ketinggian ±130 meter diatas permukaan laut (mdpl). sebagian besar wilayah Desa Sindanggalih adalah perbukitan dengan kemiringan antara Desa Sindanggalih terdiri dari 45 RT dan 14 RW. Luas wilayah Desa Sindanggalih yaitu 436,500 Ha, penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Penggunaan Lahan di Desa Sindanggalih No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%) 1 Tanah Sawah 120,00 27,49 2 Darat 114,25 26,17 3 Irigasi 0,30 0,07 4 Tadah Hujan 120,00 27,49 5 Pemukiman 45,00 10,31 6 Kas Desa 36,00 8,25 7 Tegal 0,50 0,11 8 Perkantoran 0,45 0,10 Jumlah 436,50 100,00 Sumber : Monografi Desa Sindanggalih 2017

2 33 Berdasarkan data pada Tabel 4 persentase pemanfaatan lahan Desa Sindanggalih untuk pemukiman warga hanya 10,3 persen. Hal ini berarti bahwa jumlah penduduk di Desa Sindanggalih terbilang sedikit. Lahan tertinggi digunakan sebagai lahan sawah dan tadah hujan dengan masing-masing persentase sebesar 27,49 persen atau seluas 120 Ha. Tadah hujan adalah sawah yang sistem pengairannya sangat mengandalkan curah hujan. Hal ini sesuai dengan hasil observasi keadaan di lapangan bahwa sebagian besar perekonomian masyarakat Desa Sindanggalih ditopang pertanian Keadaan Umum Penduduk dan Mata Pencaharian Jumlah penduduk Desa Sindanggalih tercatat Tahun 2017 sebanyak Jiwa dengan rincian laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. Persentase penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan dengan persentase untuk laki-laki sebesar 51,16 persen dan untuk perempuan sebesar 48,84 persen. a. Tingkat Pendidikan Formal Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, baik secara formal maupun informal, yang dilaksanakan secara simultan berkelanjutan. Pendidikan diyakini sebagai salah satu bidang yang memiliki peran penting dan strategis dalam pembangunan suatu bangsa. Bahkan menjadi faktor dominan dalam proses peningkatan kecerdasan bangsa (Ningrum, 2009). Pendidikan merupakan faktor utama untuk peningkatan SDM dalam kemajuan dan perkembangan suatu daerah. Kondisi tingkat pendidikan formal penduduk Desa Sindanggalih dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan data pada Lampiran 2 tingkat pendidikan formal penduduk Desa Sindanggalih menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat Desa

3 34 Sindanggalih mempunyai riwayat pendidikan tamat SD/Sederajat sebanyak 1820 orang dengan persentase 30,92 persen dari keseluruhan penduduk. Tingkat pendidikan dengan jumlah terkecil yaitu pada pendidikan tamat D-2/sederajat yaitu sebanyak 15 orang dengan persentase 0,25 persen dari keseluruhan penduduk. Rendahnya kesadaran untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan lebih tinggi disebabkan oleh faktor ekonomi serta kesadaran akan pentingnya pendidikan yang masih rendah. b. Jenis Pekerjaan Kondisi penduduk Desa Sindanggalih berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan data yang ada pada Lampiran 3 dapat diketahui bahwa penduduk Desa Sindanggalih bermata pencaharian sebagai buruh tani sebanyak orang atau 28,58 persen dari jumlah keseluruhan penduduk. Adapun penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 568 orang atau 7,27 persen dari jumlah penduduk. Sebagian besar penduduk Desa Sindanggalih bermata pencaharian dalam bidang pertanian sehingga sektor pertanian ini merupakan sumber utama pendapatan penduduk. Hal ini disebabkan sebagian besar wilayah Desa Sindanggalih dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Mata pencaharian dengan persentase terkecil yaitu jenis pekerjaan Mantri dan Bidan dengan jumlah masing-masing 4 orang atau hanya 0,05 persen. c. Subsektor Peternakan Kecamatan Karangpawitan memiliki potensi pengembangan ternak khususnya ternak kambing. Hal yang mendukung potensi tersebut adalah kesesuaian ternak dengan iklim tropis dan preferensi peternak dalam memelihara Kambing PE. Pengembangan ternak kambing di Kecamatan Karangpawitan khususnya Desa Sindanggalih merupakan salah satu daerah yang diakui sebagai

4 35 basis peternakan Kambing PE. Desa Sindanggalih merupakan daerah yang ditetapkan untuk mempertahankan dan meningkatkan populasinya, meskipun pada kenyataannya sangat sulit bagi pemerintah untuk mempertahankan populasi ternak karena tingginya tingkat kepentingan peternak dalam menjual ternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut adalah tabel mengenai subsektor peternakan di Desa Sindanggalih. Tabel 5. Subsektor Peternakan di Desa Sindanggalih No Komoditi Jumlah (ekor) Persentase (%) 1 Sapi 30,00 1,06 2 Kerbau 2,00 0,07 3 Ayam Kampung 1650,00 58,18 4 Kuda 4,00 0,14 5 Kambing 900,00 31,73 6 Domba 250,00 8,82 Jumlah 2836,00 100,00 Sumber: Monografi Desa Sindanggalih 2017 Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa Desa Sindanggalih memiliki subsektor peternakan dimana untuk komoditi paling besar populasinya pada Ayam Kampung yaitu sebesar 58,18 persen, kemudian populasi terbanyak kedua adalah kambing sebesar 31,73 persen atau memiliki jumlah populasi sebesar 900 ekor. Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang dijadikan komoditas yang diutamakan. Desa ini dijadikan sebagai salah satu tempat percontohan dalam upaya pengembangan budidaya ternak Kambing PE. Selanjutnya, populasi untuk domba sebesar 8,82 persen, sapi sebesar 1,06 persen, kuda sebesar 0,14 persen dan kerbau sebesar 0,07 persen.

5 Karakteristik Informan Informan merupakan salah satu peternak yang memiliki usaha perbibitan Kambing PE dengan populasi saat ini sebesar 79 ekor. Pekerjaan utama informan adalah peternak dan petani. Informan berumur 41 tahun dengan pengalaman beternak selama 25 tahun. Berawal dari orangtua seorang tani-ternak, informan mulai beternak sejak duduk di bangku sekolah dasar, namun informan merupakan lulusan SMK Pertanian Tahun 1996/1997. Pengalaman dalam beternak kambing mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan peternak, namun peternak masih mengandalkan pengetahuan berdasarkan pengalaman bukan berdasarkan pengetahuan yang ada, hal ini berpengaruh terhadap pelaksanaan peternak. Informan pernah mengikuti berbagai pelatihan yaitu magang di BIB Lembang/PT. Baru Adjak Lembang, magang ke Jepang Pelatihan Orientasi Petani Muda, Pelatihan Pengendalian Hama Terpadu, Pelatihan Pengolahan Pupuk Organik, Diklat Kewirausahaan BBPKH Cinagara-Bogor, Pelatihan Teknis Agribisnis Kedelai BAPELTAN Jawa Barat, Diklat Teknis Kambing Perah BBPP Batu Jawa Timur dan PENAS XIV Malang Jawa Timur. 4.3 Jumlah Kepemilikan Jumlah kepemilikan ternak bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peternak mengembangkan usaha ternak yang dimilikinya. Berdasarkan penelitian bahwa jumlah kepemilikan ternak periode Januari Desember 2016 sebanyak 79 ekor (Tabel 6).

6 37 Tabel 6. Jumlah Kepemilikan Ternak Usaha Pembibitan Kambing PE No Kambing Jumlah Satuan Ternak Persentase (ekor) (ST) (%) Anak 7 0,25 8,86 1. Jantan Muda 3 0,21 3,80 Dewasa 13 1,86 16,46 Anak 1 0,04 1,27 2. Betina Muda 5 0,36 6,33 Dewasa 50 7,14 63,29 Jumlah 79 9,86 100,00 Berdasarkan Tabel 6 bahwa jumlah kepemilikan ternak Kambing PE yang dimiliki peternak adalah sebanyak 9,86 ST. Populasi tersebut terdapat anak jantan sebanyak 8,86 persen, jantan muda sebanyak 3,80 persen dan jantan dewasa sebanyak 16,46 persen. Ternak Kambing PE betina memiliki anak betina sebanyak 1,27 persen, betina muda sebanyak 6,33 persen dan untuk betina dewasa paling banyak dari populasi ternak lainnya yaitu sebesar 63,29 persen. Menurut Nuhaeli, dkk (2014) bahwa semakin banyak jumlah ternak yang dipelihara maka semakin banyak penghasilan dan penerimaan yang didapat. Begitu sebaliknya semakin sedikit jumlah ternak yang dipelihara sedikit pula penerimaan yang didapat. 4.4 Biaya Produksi Biaya produksi selama satu tahun dalam usaha peternakan pembibitan Kambing PE milik peternak terdapat dua bagian yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya yang telah dikeluarkan selama satu tahun oleh peternak dalam usaha perbibitan Kambing PE dapat dilihat pada Tabel 7.

7 38 Tabel 7. Biaya Produksi Usaha Perbibitan Kambing PE Lebaksiuh Tahun 2017 No Komponen Biaya Total Rp % 1 Biaya Tetap Bibit Ternak ,20 Kandang ,59 Lahan ,36 Kendaraan ,90 JUMLAH ,04 2 Biaya Variabel Pakan Hijauan ,04 Pakan Konsentrat ,25 Tenaga Kerja Harian ,60 Peralatan Kandang ,75 Kesehatan ,27 Biaya lainnya ,05 JUMLAH ,96 TOTAL ,00 Berdasarkan Tabel 7, biaya produksi usaha pembibitan Kambing PE yang terdiri dari biaya tetap dengan persentase 83,04 persen dan biaya variabel dengan persentase 16,96 persen. Biaya tetap usaha pembibitan Kambing PE meliputi biaya bibit sebesar 45,20 persen, biaya penyusutan kandang sebesar 18,59 persen, biaya sewa lahan sebesar 17,36 persen, dan biaya penyusutan kendaraan sebesar 1,90 persen. Biaya variabel usaha pembibitan Kambing PE mencakup biaya pakan hijauan sebesar 7,04 persen, biaya pakan konsentrat sebesar 1,25 persen, biaya tenaga kerja harian sebesar 7,60 persen, biaya penyusutan peralatan kandang sebesar 0,75 persen, biaya kesehatan sebesar 0,27 persen dan biaya lainnya sebesar 0,05 persen. Biaya produksi yang di keluarkan untuk biaya bibit ternak menempati urutan pengeluaran terbanyak yaitu mencapai 45,20 persen, hal ini sesuai dengan

8 39 penelitian Sundari dan Komarun (2010) yang menunjukan bahwa biaya produksi yang dikeluarkan dalam usaha peternakan Kambing PE paling banyak adalah pengeluaran pada biaya bibit ternak Biaya Tetap Bibit Ternak Bangsa kambing yang dipelihara oleh peternak sebagai ternak bibit merupakan Kambing Peranakan Ettawa (PE). Penentuan bibit pada setiap pengembangan, peternak ini sudah menggunakan seleksi bibit yang sesuai dengan kriteria bibit. Pola penentuan bibit yang sudah dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi yang sudah menjadi pola tepat untuk digunakan. Adapun kriteria dan ciri-ciri Kambing PE yang dijadikan bibit yang telah digunakan oleh informan adalah ternak lincah, badan berwarna kombinasi hitamputih, kaki kiri dan kanan berwarna hitam, bulu rewos dengan panjang 30 cm, muka cembung serta panjang telinga mencapai cm. Kriteria dan ciri-ciri Kambing PE sesuai menurut SNI (2008) yaitu kriteria bibit kambing memiliki warna bulu kombinasi putih-hitam atau putih-coklat, profil muka cembung, tanduk pejantan dan betina kecil melengkung ke belakang, dan ekor pendek. Bibit ternak Kambing PE baik jantan atau betina memiliki bobot rataan sebesar 17 kg/ekor untuk ternak umur 0-6 bulan, sedangkan untuk kambing jantan dan betina muda yang berumur 6-12 bulan memiliki bobot badan rataan 45 kg/ekor. Kemudian, untuk jantan dewasa berumur 1,5 2 tahun memiliki bobot rataan 60 kg/ekor sedangkan Kambing PE jantan dewasa yang dijual untuk Idul Adha mencapai 75 kg/ekor, untuk betina berumur 1,5 4 tahun atau sudah beranak 5 kali memiliki bobot badan kg/ekor. Hal ini sesuai dengan penelitian Victori, dkk (2016) bahwa kelompok umur 0-6 bulan memiliki bobot badan yang relatif kecil

9 40 yaitu 17,45 kg/ekor, sedangkan kelompok 6-12 bulan memiliki bobot badan 45,22 kg/ekor. Perbedaan bobot badan yang tinggi antara kelompok umur 0-6 bulan dan 6-12 bulan ini menunjukkan kambing berada pada tahap pertumbuhan cepat. Menurut Tillman dkk. (1991), pertumbuhan mempunyai tahap tahap yang cepat dan lambat. Tahap cepat terjadi pada saat lahir sampai pubertas dan tahap lambat terjadi pada saat dewasa tubuh telah tercapai. Sutama dkk. (1999) menyatakan bahwa pubertas Kambing PE terjadi pada kisaran umur bulan. Biaya bibit ternak Kambing PE termasuk dalam biaya tetap. Bibit ternak dihitung berdasarkan Satuan Ternak (ST) Kambing PE. Satuan Ternak (ST) untuk kambing dewasa berumur >1 tahun adalah 0,14, kambing muda berumur 6 bulan sampai < 1 tahun adalah 0,07 dan kambing anak berumur <6 bulan adalah 0,035. Nilai ternak Kambing PE yang dikeluarkan untuk biaya produksi didapatkan dari jumlah populasi ternak yaitu pada Bulan Januari 2016 sebanyak 42 ekor atau sebesar 4,36 ST sehingga biaya produksi yang dikeluarkan untuk bibit Kambing PE sebesar Rp , dapat dilihat secara rinci pada Lampiran Kandang Biaya kandang Kambing PE tergantung pada tipe kandang dan bahan yang digunakan serta ukuran kandang. Tipe kandang yang digunakan yaitu kandang individu berupa kandang panggung. Kandang panggung memiliki keuntungan yaitu mudah dibersihkan sehingga keadaan kandang lebih bersih dan kering. Hal ini sesuai dengan pendapat Atabany (2013) menyatakan bahwa kandang berbentuk panggung mempunyai keuntungan yaitu lebih bersih, lebih kering dan lebih sehat. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan kandang adalah biaya pembuatan yang lebih mahal. Bahan kandang yang digunakan pada usaha pembibitan Kambing PE lebih banyak menggunakan bahan kayu dan bambu.

10 41 Ukuran kandang yang digunakan baik untuk jantan atau betina memiliki ukuran yang sama yaitu 1,25 m x 1,25 m. Kandang yang dibuat pada usaha pembibitan kambing sebanyak 110 kandang individu dimana harga setiap kandang individu sebesar Rp Penggunaan kandang tidak optimal karena populasi kandang saat ini 79 ekor sedangkan masih ada kandang yang tidak digunakan. Biaya penyusutan kandang diperoleh dari nilai perolehan dibagi dengan umur ekonomis kandang. Umur ekonomis kandang adalah 5 tahun, sedangkan penyusutan kandang yang dikeluarkan oleh peternak sebesar Rp Biaya pembuatan kandang dapat dilihat pada Lampiran 5.a Lahan Biaya sewa lahan terdiri dari lahan kandang dan lahan kantor. Lahan yang disewa diukur berdasarkan luas per tumbak, lahan yang digunakan untuk pembibitan Kambing PE seluas 137 tumbak. Lahan yang disewakan sebesar Rp /tumbak. Biaya sewa lahan ini sesuai kebutuhan peternak perbibitan Kambing PE. Biaya sewa lahan dapat dilihat pada Lampiran 5.b dimana biaya sewa lahan keseluruhan yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp Kendaraan Kendaraan yang digunakan oleh peternak perbibitan Kambing PE yaitu sepeda motor sebanyak 3 buah. Kendaraan ini memudahkan dalam proses pengangkutan pakan dengan jumlah yang cukup banyak. Intensitas kegunaan kendaraan disesuaikan dengan kebutuhan jumlah pakan dan jarak yang ditempuh. Jarak yang ditempuh oleh peternak dari kandang ke lahan pakan yaitu sekitar 2 kilometer. Biaya penyusutan kendaraan dihitung berdasarkan biaya pembelian dibagi dengan umur ekonomis. Umur ekonomis pada kendaran sepeda motor yang

11 42 diberikan oleh peternak yaitu selama 5 Tahun. Hal ini disebabkan oleh kondisi kendaraan pada saat pembelian bukan barang baru, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kendaraan sebesar Rp /unit. Maka dari itu, biaya penyusutan kendaraan terhitung sebesar Rp /unit yang dapat dilihat secara rinci pada Lampiran Biaya Variabel Pakan Bahan pakan yang digunakan pada usaha pembibitan Kambing PE antara lain hijauan dan pakan tambahan lainnya. Jenis pakan hijauan yang digunakan yaitu lamtoro, rumput gajah, daun pisang, dan tanaman gamal (cebreng). Pakan konsentrat yang diberikan untuk Kambing PE yaitu berupa dedak padi. Mengenai ketersediaan pakan, peternak ini tidak pernah kekurangan baik pakan hijauan ataupun konsentrat. Informan ini pernah membuat bahan pakan sendiri, namun masih dalam tahap uji coba. Materi dalam pelatihan yang diberikan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Garut diaplikasikan oleh peternak Lebaksiuh. Bahan pakan yang dibuat berupa silase dan fermentasi pakan. Pembuatan pakan ini tidak dilakukan secara terus-menerus karena ketersediaan hijauan yang masih banyak. Jumlah pakan hijauan yang diberikan kepada ternak Kambing PE yaitu 0,5 kg/ekor/hari untuk anak kambing, 3 kg/ekor/hari untuk kambing muda, dan 4,5 kg/ekor/hari untuk kambing dewasa. Pakan hijauan yang diberikan merupakan pakan hijauan segar karena didapatkan dari lahan hijauan yang tidak diolah secara langsung diberikan pada Kambing PE. Pemberian pakan hijauan yang diberikan belum sesuai dengan pendapat Atabany (2013) bahwa pemberian pakan hijauan segar untuk Kambing PE yaitu 3-5 kg/ekor/hari untuk anak kambing, 6-7 kg/ekor/hari untuk kambing muda, dan 7-10 kg/ekor/hari untuk kambing dewasa.

12 43 Pemberiaan pakan berpengaruh terhadap produksi, khususnya untuk betina karena akan sangat berpengaruh terhadap produksi susu dan pertumbuhan anaknya. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Bibit jantan dewasa pemberian pakannya berbeda yaitu hijauan dicampurkan dengan dedak. Pemberian dedak untuk jantan dewasa sebanyak 2,5 kg/ekor/hari. Pemberian dedak hanya diberikan khusus untuk Kambing PE jantan dewasa, karena jantan dewasa perlu peningkatan bobot badan yang lebih besar sehingga perlu pakan tambahan untuk menambah bobot badan karena dedak merupakan salah satu konsentrat sebagai sumber energi. Menurut Atabany (2013) bahwa pemberian konsentrat sebesar 0,9 kg/ekor/hari sehingga hal tersebut tidak sesuai dengan operasionalisasi pemberian pakan oleh peternak. Hijauan didapatkan dengan cara menyabit rumput dikebun sedangkan pembelian dedak yaitu dari tempat penggiling padi (heler) atau pasar langsung. Biaya yang dikeluarkan untuk hijauan dihitung berdasarkan ongkos bensin yang dikeluarkan untuk mengangkut pakan hijauan. Satu hari peternak mengeluarkan biaya untuk pembeliaan bensin sebesar Rp perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 8. Total biaya pakan hijauan yang di keluarkan yaitu sebesar Rp /tahun sedangkan total biaya yang dikeluarkan untuk dedak sebesar Rp /tahun. Pakan ternak Kambing PE yang diberikan terlampir pada Lampiran Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar Rp /bulan untuk tiga orang pekerja. Tenaga kerja yang diberi upah merupakan tenaga kerja diluar keluarga. Menurut peternak bahwa untuk mencari tenaga kerja agak sulit karena saat ini kebanyakan tenaga kerja usia muda mengejar pekerjaan di perusahaan besar

13 44 yaitu menjadi pekerja buruh pabrik, kecuali beberapa orang yang sudah memahami beternak. Tenaga kerja berasal dari daerah setempat, upah yang diberikan sebesar Rp /bulan/orang. Waktu yang digunakan tenaga kerja sebanyak 3 jam per hari. Pemberian upah hampir sesuai dengan UMK (Upah Minimun Kabupaten/Kota) Kabupaten Garut, menurut Badan Perencanaan Pembangunan Daerah atau BPPD (2016) bahwa UMK didaerah Kabupaten Garut sebesar Rp sehingga upah yang dikeluarkan untuk tenaga kerja setiap bulannya sebesar Rp Biaya tenaga kerja secara rinci Lampiran 8.b. Kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja yaitu membersihkan kandang dengan frekuensi sekali dalam seminggu, mengambil pakan dan pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari, dan pemerahan susu Kambing PE sebanyak 2 kali sehari. Kegiatan tenaga kerja usaha perbibitan Kambing PE terlampir pada Lampiran 8.a Peralatan Kandang Peralatan kandang digunakan peternak untuk memudahkan pekerjaan dalam usaha pembibitan Kambing PE mulai dari membersihkan kandang, mengambil pakan, memberi pakan, dan lain-lain. Peralatan kandang yang digunakan pada peternak usaha pembibitan Kambing PE meliputi sekop, ember, timbangan gantung, cangkul, tambang, milkcan, sabit, golok, dan garukan/gacok. Biaya penyusutan peralatan kandang dihitung berdasarkan biaya pembelian dibagi dengan umur ekonomis. Umur ekonomis untuk sekop, tambang, sabit, golok dan gacok memiliki daya tahan selama 1 tahun. Umur ekonomis timbangan gantung dan milkcan memiliki daya tahan selama 2 tahun. Umur ekonomis cangkul memiliki daya tahan selama 4 tahun. Ember tidak dihitung kedalam penyusutan karena umur ekonomis kurang dari satu tahun.

14 45 Biaya penyusutan peralatan kandang pada usaha pembibitan Kambing PE dapat dilihat pada Lampiran 9. Total biaya penyusutan peralatan kandang untuk peternak usaha pembibitan Kambing PE sebesar Rp Selain biaya peralatan kandang ada pula biaya lainnya yang dikeluarkan oleh peternak usaha Kambing PE yaitu biaya berkas atau dokumen penting dan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dimana biaya tersebut dikeluarkan sebesar Rp Biaya berkas atau dokumen penting merupakan pencatatan dan pembukuan data usaha ternak Kesehatan Adapun permasalahan beternak kambing yang dialami oleh peternak usaha pembibitan Kambing PE yaitu saat populasi sedang meningkat selalu ada ternak yang mati. Faktor pertama, ternak mati kerana terjangkit penyakit skabies. yang sering dialami oleh kambing. Penyakit skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang berada disekitar kandang kambing. Peternak biasanya kurang memperhatikan kebersihan kandang secara rutin ataupun pemberian vaksin pada hewan tersebut (Octavia, 2010). Peternak usaha pembibitan Kambing PE memberikan injeksi dengan obat-obatan kimia. Peternak juga menggunakan antibiotik dengan cara penyemprotan namun proses penyembuhan sedikit lebih lama. Penyakit skabies ini dapat dicegah dengan memandikan Kambing PE dua minggu sekali, karena awal mula penyakit skabies muncul dari kutu yang berada ditubuh Kambing PE. Faktor kedua yaitu faktor penanganan kelahiran Kambing PE betina kadang-kadang ada setiap kelahiran salah satu ternak yang mati baik anaknya atau induknya bahkan keduanya. Ketersediaan obat-obatan dan vitamin harus tersedia untuk peternak Kambing PE guna menjaga kesehatan ternak. Biaya yang harus dikeluarkan untuk kesehatan Kambing PE ini mencapai Rp setiap tahunnya. Hal ini meliputi

15 46 komponen obat-obatan seperti obat skabies, antibiotik, vitamin. Peternak usaha Kambing PE selalu memanggil jasa Dokter/mantri hewan untuk injeksi Kambing PE. Biaya kesehatan yang dikeluarkan secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran Pola Pemeliharaan Kambing PE Kambing PE yang dipelihara oleh peternak dipilih berdasarkan kriteria kualitas yang sudah ditentukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia karena tujuan pemeliharaan dengan sistem pembibitan. Kambing PE dipelihara lalu dijual ada yang untuk dibibitkan adapula yang untuk dipotong. Bibit Kambing PE yang didapatkan berasal dari Garut. Pemilihan bibit anak Kambing PE diseleksi terlebih dahulu di awal hingga memasuki kriteria yang telah ditentukan. Sebagian anak Kambing PE dipelihara sampai 6 bulan, setelah itu dijual untuk dibibitkan kembali oleh pembeli dan sebagian lainnya dipelihara hingga dewasa untuk dijadikan bibit sebagai replacement stock. Rentang umur Kambing PE muda yang paling banyak dijual adalah jantan muda yang berumur 6-12 bulan, sedangkan untuk dara dipertahankan untuk dibibitkan kembali sebagai replacement stock. Jantan Kambing PE yang berusia 1,5 2 tahun atau giginya sudah punglak 2 ternak tersebut dijual untuk dijadikan ternak potong, biasanya dijual saat hari-hari tertentu seperti Lebaran Idul Adha dan aqiqah. Menjelang Lebaran Idul Adha Tahun 2016 Peternak telah menjual 10 ekor kambing jantan. Betina yang dijual untuk dipotong yaitu betina yang sudah 5 kali beranak atau sudah masa afkir. Penjualan kambing mencakup daerah Garut dan Bandung. Sistem pemerahan susu yang dilakukan peternak yaitu dengan cara pemerahan manual karena masih peternakan rakyat. Pemerahan dilakukan setiap 2

16 47 kali sehari yaitu pagi pukul WIB dan sore pukul WIB. Susu yang didapatkan setiap induk kambing dalam sehari yaitu 1 liter/ekor/hari bergantung pada jenis dan jumlah pakan yang diberikan. Pembagian susu dibagi 2 yaitu untuk anak kambing dan untuk dijual. Anak kambing diberikan susu sebanyak 1 botol dot atau 200 ml/pemberian, sehingga dalam sehari 1 ekor anak kambing diberikan sebanyak 400 ml. Susu yang dijual adalah sisa dari susu yang diberikan kepada anak kambing. Harga satu botol (200 ml) susu kambing yaitu Rp /botol, peternak ini menjual pula colostrum yaitu seharga Rp /botol. Supaya susu kambing menjadi awet maka dibekukan dalam penyimpanan susu yaitu Freezer. Susu Kambing PE ini dijual di daerah Garut dan Bandung yaitu kepada Rumah Sakit, Apotek, Pengecer dan konsumen langsung. Feses Kambing PE dimanfaatkan oleh peternak untuk dijadikan pupuk kandang. Pupuk tersebut berasal dari feses yang masih basah dan sudah kering dengan perbandingan 50 : 50. Selama setahun feses yang dihasilkan sebanyak kg atau 22,76 karung dengan harga Rp 5.000/karung sehingga menghasilkan Rp per tahun. 4.6 Penerimaan Penerimaan usaha pembibitan Kambing PE milik Peternak di Desa Sindanggalih dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Penerimaan Peternak Usaha Pembibitan Kambing PE No Jenis Penerimaan Jumlah Persentase (Rp) (%) 1. Nilai Ternak Akhir Tahun Hasil Penjualan Produk Total

17 48 Berdasarkan Tabel 8, penerimaan terbesar diperoleh dari nilai ternak akhir yaitu sebesar Rp dengan persentase sebesar 29 persen, sedangkan hasil penjualan produk didapatkan sebesar Rp dengan persentase sebesar 71 persen. Nilai ternak akhir tahun dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 12. Hasil penjualan produk terdiri dari produk utama dan sampingan. Produk utama meliputi penjualan Kambing PE yaitu jantan muda, jantan dewasa, betina anak dan betina muda. Hasil penjualan ternak yang diperoleh yaitu sebesar Rp , sedangkan produk sampingan meliputi penjualan susu sebesar Rp dan pupuk kandang yaitu sebesar Rp Rincian biaya hasil penjualan dapat dilihat pada Lampiran Pendapatan Pendapatan yang diterima oleh peternak usaha pembibitan Kambing PE di Desa Sindanggalih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pendapatan Peternak Usaha Pembibitan Kambing PE No Kriteria Jumlah 1 Penerimaan Biaya produksi Pendapatan (1-2) Berdasarkan Tabel 9 menunjukan bahwa penerimaan usaha pembibitan Kambing PE sebesar Rp dan biaya produksi sebesar Rp maka memperoleh pendapatan sebesar Rp Keuntungan usaha ternak Kambing PE diperoleh dari nilai ternak akhir tahun dan penjualan ternak Kambing PE yang telah dikurangi biaya produksi selama satu tahun.

18 Analisis Efisiensi dan Titik Impas Analisis Efisiensi Efisiensi usaha digunakan untuk mengetahui keadaan usaha perbibitan ternak Kambing PE. Efisiensi usaha didapatkan dari ratio total penerimaan ternak dibagi dengan total pengeluaran produksi, efisiensi usaha pada peternakan Kambing PE di Desa Sindanggalih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai Efiensi Usaha Pada Peternakan Kambing PE No Ktiteria Total 1 Penerimaan (R) Pengeluaran (C) Efisiensi (R/C) 2,88 Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai R/C ratio pada usaha Pembibitan Kambing PE sebesar 2,88 artinya setiap Rp korbanan yang dikeluarkan menghasilkan Rp Hal ini menunjukkan bahwa usaha pembibitan Kambing PE dapat dikatakan efisien karena nilai efisiensi lebih dari satu, sehingga usaha tersebut mendapatkan keuntungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Teken dan Asnawi (1981) bahwa hasil perbandingan tersebut diperoleh suatu tetapan angka sebagai nilai dari R/C yang pada gilirannya dapat efisiensi di atas satu maka usaha tersebut dikatakan efisien dan mendapatkan keuntungan, sedangkan apabilai nilai efisiensi di bawah satu maka usaha tersebut tidak efisien dan tidak memberikan keuntungan, dan apabila nilai efisiensi sama dengan satu maka usaha tersebut berada dalam keadaan impas yaitu penerimaan sama besar dengan jumlah pengeluaran.

19 Analisis Titik Impas Analisis titik impas (Break Even Point) merupakan analisis yang mengetahui tingkat produksi dimana tidak ada keuntungan dan tidak ada kerugian atau sama dengan impas. Analisis titik impas menunjukkan hubungan penjualan, biaya dan keuntungan. Analisis titik impas pada usaha pembibitan ternak Kambing PE dapat dilihat pada Lampiran 14. Berdasarkan Lampiran 14 bahwa nilai titik impas diperoleh dari biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan unit selama satu tahun. Analisis titik impas yang dapat dicapai oleh peternak perbibitan Kambing PE yaitu 10,36 ST (BEP unit) dan harga yang dicapai Rp ,94/ST, sedangkan jumlah ternak yang dihasilkan selama satu tahun lebih tinggi yaitu sebanyak 27,64 ST atau harga jual ternak saat itu sebesar Rp /ST, sehingga usaha peternakan Kambing PE telah melampaui titik impasnya..

20 51

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang,

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang, 18 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah peternak sebagai responden yang melakukan usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang,

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano 23 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano 4.1.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat sebelah selatan, di antara 6

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang

KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat terletak di antara 107 o 31 107 0 54 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Ciampea adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor tepatnya di bagian barat Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Peternakan Sri Murni

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Peternakan Sri Murni HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Setiap peternakan memiliki karakteristik tersendiri baik dari segi sejarah pendirian dan tujuan dari pendirian peternakan serta topografi dan letak koordinat. Perincian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Peternakan Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil susu. Susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar ambing. di antara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero Peternakan kambing perah Cordero merupakan peternakan kambing perah yang dimiliki oleh 3 orang yaitu Bapak Sauqi Marsyal, Bapak Akhmad Firmansyah, dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG Tatap muka ke 13 14 Pokok Bahasan : ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG Tujuan Instruksional Umum : Agar mahasiswa mengetahui dan mampu membuat analisis usaha penggemukan sapi potong. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Desa Parakan adalah desa yang terletak di kecamatan Ciomas, kabupaten Bogor, provinsi Provinsi Jawa Barat merupakan daerah padat penduduk

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan alam, keadaan pendududuk, keadaan sarana perekonomia dan keadaaan pertanian di Desa Sukerojo adalah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki 15 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kendal, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki populasi kambing Jawarandu yang tinggi

Lebih terperinci

III. JENIS TERNAK/UNGGAS YANG DIUSAHAKAN SERTA HASILNYA SELAMA SETAHUN YANG LALU

III. JENIS TERNAK/UNGGAS YANG DIUSAHAKAN SERTA HASILNYA SELAMA SETAHUN YANG LALU III. JENIS TERNAK/UNGGAS YANG DIUSAHAKAN SERTA HASILNYA SELAMA SETAHUN YANG LALU A. Jenis Ternak/Unggas Jenis Kegiatan/Usaha :... (... dari...) : 1. Pengembangbiakan 2. Penggemukan 4. Lainnya A). Mutasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK. SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Peternakan PERHATIAN

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK. SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Peternakan PERHATIAN SPDT12-TRK Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Peternakan 1. Rumah tangga pertanian yang menjadi responden harus memiliki anggota

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran umum lokasi penelitian bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan lokasi penelitan berdasarkan pada keadaan topografi dan geografi, keadaan penduduk,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh pekerjaan utamanya.

PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh pekerjaan utamanya. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing merupakan ternak yang sudah biasa diternakkan oleh masyarakat. Masyarakat umumnya beternak kambing sebagai usaha sampingan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar PENGANTAR Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sektor peternakan dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam program pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR Oleh: Iis Soriah Ace dan Wahyuningsih Dosen Jurusan Penyuluhan Peternakan, STPP Bogor ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Peternakan Domba CV. Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Ciampea-Bogor. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Sampai hari ini tingkat kebutuhan daging sapi baik di dalam maupun di luar negeri masih cenderung sangat tinggi. Sebagai salah satu komoditas hasil peternakan,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3 61. a. Topografi dan Jenis Tanah Topografi Desa Ngijo adalah berupa dataran tinggi dengan ketinggian 105 m dpal dengan curah hujan 10 mm/tahun. Jenis tanah di Desa Ngijo adalah jenis tanah Mediteran coklat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBAHASAN. Kota Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo, Kecamatan Kabila juga di lintasi

BAB IV HASIL PEMBAHASAN. Kota Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo, Kecamatan Kabila juga di lintasi BAB IV HASIL PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Kabila dilihat dari letak geografisnya terletak di posisi yang sangat strategis karena selain di lintasi oleh akses

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN TERNAK BESAR/KECIL TAHUN

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN TERNAK BESAR/KECIL TAHUN DAFTAR-LTT REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK RAHASIA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN TERNAK BESAR/KECIL TAHUN 2012 1. Provinsi. 2. Kabupaten/kota *) 3. Kecamatan 4. Desa/kelurahan *)... 5.

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumpun Domba Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu jenis yang mempunyai bentuk dan sifat keturunan yang sama. Jenis domba di Indonesia biasanya diarahkan sebagai domba pedaging

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Negeri Baru yang merupakan salah satu desa berpotensial dalam bidang perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kecamatan Purbolinggo Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. Kecamatan Purbolinggo sebelum pemekaran kabupaten,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein hewani yang tergolong mudah dipelihara dan sudah dikenal luas oleh masyarakat. Kambing

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati

Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati 39 Lampiran 2. Data Pendidikan Peternak Keterangan Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Kecamatan Pati 9 29 10 12 0 % 15 48,3 16,7 20 0 Ngepungrojo 6 6 1

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014 SKPD No Misi dan kebijakan : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang Program yang direncanakan CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014 Indikator Program

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Wilayah Penelitian dilakukan di Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur yaitu di Desa Pakusari Kecamatan Pakusari. Desa Pakusari memiliki lima Dusun yaitu Dusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis menjadi salah satu faktor pendukung peternakan di Indonesia. Usaha peternakan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK Nama : Wahid Muhammad N Nim : 10.01.2733 Kelas : D3 TI 2A SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA I ABSTRAK Pengembangan usaha ternak

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah, terletak diantara 110 50` - 111 15` Bujur Timur dan 6 25` - 7 00` Lintang

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN TERNAK BESAR/KECIL TAHUN 2009

LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN TERNAK BESAR/KECIL TAHUN 2009 REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN TERNAK BESAR/KECIL TAHUN 2009 1. Provinsi 2. Kabupaten/Kota *) 3. Kecamatan 4. Desa/Kelurahan *) 5. Nomor Urut Perusahaan....

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia Daging domba merupakan salah satu sumber protein hewani yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia, disamping produk daging yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber daya alam yang melimpah baik

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci