3. PRASYARAT : Untuk mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diisyaratkan harus sudah pernah mengikuti mata kuliah patologi klinik I.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3. PRASYARAT : Untuk mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diisyaratkan harus sudah pernah mengikuti mata kuliah patologi klinik I."

Transkripsi

1 1. NAMA MATA KULIAH : PATOLOGI KLINIK II 2. KODE / SKS : KUC 311/ 2 3. PRASYARAT : Untuk mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diisyaratkan harus sudah pernah mengikuti mata kuliah patologi klinik I. 4. STATUS MATA KULIAH : Wajib 5. DESKRIPSI SINGKAT MATA KULIAH Diberikan pada semester V menguraikan patogenesis, patofisiologi, perubahan parameter laboratorium klinik, macam, dasar, bahan dan cara pemeriksaan, serta interprestasi hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium meliputi skrining, konfirmasi, diagnosis pasti, serta diagnosis banding penyakit. Pembelajaran PK II dilaksanakan selama 12 minggu, mahasiswa diberi kesempatan untuk melakukan prosus pernbelajaran dengan mengikuti : 1. Kuliah : 2 x 50 menit perminggu 2. Praktikum : Terdiri dari 4 paket praktikum yang dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan (@ 3 jam) Kegiatan praktikum: pretes, praktikum, post tes, penyusunan laporan, dan evaluasi (responsi) 6. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada akhir pengajaran, mahasiswa dapat memahami patogenesis, patofisiologi, perubahan parameter laboratorium, dapat menerapka pemeriksaan laboratorium klinik, mengambil kesimpulan dan interpretasihasil laboratorium klinik, menarik diagnosis dan menejemen penyakit Endokrinologi, Tiroid, Paratiroid, Hipofise, Adrenal, - Diabetes Mellitus, Kardiovaskuler, Hepar, empedu dan salurannya, lambung, Intestinal dan pankreas.

2 7. MATERIPEMBELAJARAN Materi kuliah PK II terdiri dari pokok bahasan sebagai berikut : 1. P. Endokrinologi P. Tiroid,Paratiroid P. Hipofise, Adrenal 2. P. Diabetes Mellitus 3. P. Kardiovaskuler 4. Penyakit Hepar, empedu dan salurannya 5. Penyakit lambung, Intestinal dan pankreas Materi Praktikum : Paket I : Pemeriksaan gula darah Metode GOD PAP Paket II : Pemeriksaan Faal Hati : Protein (biuret, tetes layang, albumin BCG) Paket III : Faal Kardiovaskuler : Cholesterol, AST, Trigliseride, HDL, LDL Paket IV : Faal Ginjal : urea, asam Urat, Creatinin 8. OUT COME / KOMPETENSI Pokok bahasan 1: Penyakit Endokrin, Thiroid, Parathiroid, Hipofise dan Adrenal 1. Menjelaskan patofisiologi dan patogenesis penyakit Endokrin, Thiroid,Parathiroid, Hipofise dan Adrenal diagnosis, dan konfirmasi penyakit Endokrin, Thiroid, Parathiroid, Hipofise dan Adrenal 3. Menjelaskan persiapan dan bahan pemeriksaan yang diperlukan untuk penyaring, diagnosis, dan konfirmasi penyakit Endokrin, Thiroid, Parathiroid, Hipofise dan Adrenal penyakit Endokrin, Thiroid, Parathiroid, Hipofise dan Adrenal

3 Pokok bahasan 2 Penyakit Diabetes Mellitus Pada akhir pembelajaran mahasiswa diharapkan dapat 1. Menjelaskan patofisiologi perubahan parameter laboratorium klinik pada penyakit Diabetes Mellitus. pelengkap, dan khusus untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit diabetes mellitus) 3. Menjelaskan bahan pemeriksaan laboratorium penyaring, pelengkap, dan khusus mencakup persiapan penderita, jenis bahan, cara pengambilan, penampungan, penyimpanan dan pengiriman bahan untuk pemeriksaan penyakit diabetes mellitus. penyaring, pelengkap, dan khusus untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit diabetes mellitus) 5. Menginterpretasi hasil pemeriksaan laboratorium untuk mengantisipasi dan mengelola hipoglikemia Pokok bahasan 3 Penyakit Kardiovaskuler 1. Memahami dan menjelaskan patogenesis, patofisiologi angina pectoris, AMI, Sroke, gangguan keseimbangan asam basa. 2. Memahami dan menjelaskan faktor resiko angina pectoris, AMI, Stroke, gangguan asam basa 3. Memahami dan menjelaskan diagnosis laboratories angina pectoris, AMI, Stroke, gangguan asam basa. Pokok bahasan 4 Penyakit Hepar, empedu dan salurannya 1. Menjelaskan patofisiologi perubahan parameter laboratorium klinik pada penyakit hepar, empedu dan saluran pencernaan (patofisiologi pembentukan asites, analisis cairan asites, tes fungsi hepar, seromarker virus hepatitis A, B, C etc, liver injury, malabsorption, electrolyte and fluid imbalanc, routine

4 haematology, serum protein elektroforesis, pemeriksaan imunoglobulin, absorption) pelengkap, dan khusus untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit hepar, empedu, dan saluran pencernaan (patofisiologi pembentukan asites, analisis cairan asites, tes fungsi hepar, seromarker virus hepatitis A,B,C,etc, liver injury, malabsorption, electrolyte and fluid imbalanc routine haematology, serum protein elektroforesis, pemeriksaan imunoglobulin, absorption) 3. Menjelaskan bahan pemeriksaan laboratorium penyaring, pelengkap, dan khusus mencakup persiapan penderita, jenis bahan, cara pengambilan, penampungan, penyimpanan dan pengiriman bahan untuk pemeriksaan penyakit hepar, empedu, dan saluran pencernaan klinik, membuat diagnosis banding, dan menegakkan diagnosis pasti penyakit hepar, empedu dan saluran pencernaan. Pokok Bahasan 5. Penyakit Lambung, Intestinal dan Pankreas. 1. Menjelaskan patofisiologi perubahan parameter laboratorium klinik pada penyakit Lambuno, Intestinal dan Pankreas pelengkap, dan khusus untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit Lambung, Intestinal dan Pankreas 3. Menjelaskan bahan pemeriksaan laboratorium penyaring, pelengkap, dan khusus mencakup persiapan penderita, jenis bahan, cara pengambilan, penampungan, penyimpanan dan pengiriman bahan untuk pemeriksaan penyakit Lambung, Intestinal dan Pankreas klinik, membuat diagnosis banding, dan menegakkan diagnosis pasti penyakit Lambung, Intestinal dan Pankreas

5 JADUAL KULIAH PATOLOGI KLINIK II SM/V Th FAKULTAS KEDOKTERAN UGM YOGYAKARTA DOSEN MATERI TANGGAL RUANG dr. Budi Mulyono, Sp.PK-K Endrokrinologi Umum (kelas A) (kelas B) Hipofise, Adrenal (kelas A) (kelas B) dr. E Henny Herningtyas Tiroid, Paratiroid (kelas A) (kelas B) Diabetes Melitus (kelas A) (kelas B) dr. Budi Mulyono, Sp.PK-K Diabetes Melitus (kelas A) II (kelas B) Diabetes Melitus (kelas A) (kelas B) UJIAN SISIPAN dr. Pramono Sidhi, Sp.PK-K Kardiovaskuler (kelas A) (kelas B) Kardiovaskuler (kelas A) (kelas B) dr. Siti Muchayat, Sp.PK Hati, Metabolisme (kelas A) (kelas B) Penyakit Hati (kelas A) (kelas B) dr. Harjo Mulyono, Sp.PK-K Lambung, Intestinal (kelas A) (kelas B) Pankreas (exocrine) (kelas A) (kelas B).

6 MATERI PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK II FAKULTAS KEDOKTERAN UGM KELOMPOK PAKET PRAKTIKUM KE & 5 I II III IV 2 & 6 II III IV I 3&7 III IV I II 4 & 8 IV I II III PAKET I Praktikum : Pemeriksaan gula darah (GOD) Urinalisis : protein, reduksi, benda keton PAKET II Praktikurn : Pemeriksaan Faal Hati : protein (biuret, tetes layang, albumin BCG) bilirubin, ALT Urinalisis : bilirubin, urobilin, protein PAKET III Praktikum : Pemeriksaan Faal Kardiovaskuler : kholesterol, AST, Triglyseride, LDL, HDL Hematologi : Hb, trombosit PAKET IV Praktikum : Pemeriksaan Faal Ginjal : urea, kreatinin, asam urat, ASTO Urinalisis : urinalisis rutin Materi Praktikum Meliputi : 1. Pemeriksaan gula darah Metode GOD PAP 2. Pemeriksaan Faal Hati : Protein (biuret, tetes layang, albumin BCG) 3. Faal Kardiovaskuler : Cholesterol, AST, Trigliseride, HDL, LDL 4. Faal Ginjal : urea, asam Urat, Creatinin

MATA KULIAH PATOLOGI KLINIK

MATA KULIAH PATOLOGI KLINIK RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH PATOLOGI KLINIK Oleh : Woro Harjaningsih, S.Si., Apt, SpFRS Dra Nurlaila, M.Si., Apt Nanang Munif Yasin, M Pharm., Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kuliah. Melakukan praktikum di lab Membaca literatur dan handout

Kuliah. Melakukan praktikum di lab Membaca literatur dan handout UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi : Pendidikan Dokter Kode Blok : KBK05 Blok : ENDOKRIN Bobot : 4 SKS Semester : 2 Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu menjelaskan dasar-dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil laboratorium yang baik dan terpercaya. Salah satu pemeriksaan laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. hasil laboratorium yang baik dan terpercaya. Salah satu pemeriksaan laboratorium 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang dilaksanakan untuk membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit dan perkembangan suatu penyakit (prognosis)

Lebih terperinci

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolitik yang disebabkan oleh defisiensi insulin yang dapat bersifat relatif absolut. Insulin adalah hormon yang dihasilkan

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID Glukosa Ada dalam makanan, sbg energi dalam sel tubuh. Dicerna dalam usus, diserap sel usus ke pembuluh darah, diedarkan ke sel tubuh. Untuk masuk ke sel dibutuhkan

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke 1 Waktu : 50 menit Pokok bahasan : 1. Pendahuluan Subpokok Bahasan : a. Pengertian umum tentang Patologi b. Klinik Veteriner. c. Garis besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mempertahankan stabilitas volume, komposisi elektrolit, dan osmolaritas cairan ekstraseluler. Salah satu fungsi penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. uretra. Volume urin sekitar ml/24 jam, dengan komposisi air sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. uretra. Volume urin sekitar ml/24 jam, dengan komposisi air sekitar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urin yang disebut juga kemih atau air kencing, adalah cairan yang diekskresi oleh ginjal, disimpan dalam kandung kemih, dan dikeluarkan melalui uretra. Volume urin sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan masalah utama pada beberapa negara dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) 1. Nama Mata kuliah (MK) : Farmakologi I 2. Kode/SKS : 2 SKS 3. Prasarat : Fisiologi dan Patofisiologi 4. Status MK (wajib/pilihan) : Wajib 5. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. Di Amerika Serikat (USA) dan negara-negara Eropa, 33,3% -50% kematian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi : Pendidikan Dokter Kode Blok : KBK402 Blok : SISTEM PENCERNAAN (Blok 15) Bobot : 4 SKS Semester : IV Standar Kompetensi : Mahasiswa

Lebih terperinci

MATA KULIAH FARMAKOTERAPI SISTEM ENDOKRIN & HORMON

MATA KULIAH FARMAKOTERAPI SISTEM ENDOKRIN & HORMON RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH FARMAKOTERAPI SISTEM ENDOKRIN & HORMON Oleh : Dra Tri Murti Andayani, SpFRS, Apt Woro Harjaningsih, S.Si., Apt, SpFRS Dra Nurlaila, M.Si., Apt

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah penurunan faal ginjal yang terjadi secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan kreatinin yang

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Ekskresi Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Pengertian & Fungsi Proses Ekskresi Penegrtian : Proses pengeluaran zat-zat sisa hasil

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan cairan tubuh lain. Disamping itu pemeriksaan laboratorium juga berperan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan cairan tubuh lain. Disamping itu pemeriksaan laboratorium juga berperan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fungsi pemeriksaan laboratorium adalah menganalisis secara kuantitatif atau kualitatif beberapa bahan, seperti darah, sumsum tulang, serum, tinja, air kemih

Lebih terperinci

SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN

SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN Fakultas : Kedokteran Program Studi : Pendidikan Dokter Blok : Hematologi Bobot : 4 SKS Semester : II Standar Kompetensi : etiologi, patogenesis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus

BAB I PENDAHULUAN. A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatitis adalah penyakit peradangan pada hati atau infeksi pada hati yang disebabkan oleh bermacam-macam virus. Telah ditemukan 6 atau 7 kategori virus yang menjadi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi Kode Blok Blok Bobot Semester Standar Kompetensi : Pendidikan Dokter : KBK403 : UROGENITAL : 4 SKS : IV : Mengidentifikasi dan menyusun

Lebih terperinci

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan) Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan) Diabetes merupakan penyakit yang mempengaruhi kemampuan tubuh anda untuk memproduksi atau menggunakan insulin. Yaitu, hormon yang bekerja untuk mengubah

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN TARIF RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS DAN LABORATORIUM KESEHATAN PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 4

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Renny Anggraeni, 2011 Pembimbing I : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto,dr.,M.H. Asam urat telah

Lebih terperinci

JADWAL BLOK SISTEM ENDOKRIN

JADWAL BLOK SISTEM ENDOKRIN JADWAL BLOK SISTEM ENDOKRIN Kode : 71105735 Semester / SKS : IV / V Tahun Akademik : 2010/2011 Ruang : Gedung Prof. Dr. Sardjito Lantai 3 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Minggu I Senin, 16 Mei Selasa, 17 Mei

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ESBACH. III. PRINSIP Asam pikrat dapat mengendapkan protein. Endapan ini dapat diukur secara kuantitatif

PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ESBACH. III. PRINSIP Asam pikrat dapat mengendapkan protein. Endapan ini dapat diukur secara kuantitatif PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ESBACH I. TUJUAN Untuk mengetahui angka protein loss pada sampel urin II. METODE III. PRINSIP Asam pikrat dapat mengendapkan protein. Endapan ini dapat diukur secara kuantitatif

Lebih terperinci

* Untuk wanita : dianjurkan pemeriksaan kandungan dan tes Pap s Smear For women : Gynaecologic examination and Pap s Smear test are recommended

* Untuk wanita : dianjurkan pemeriksaan kandungan dan tes Pap s Smear For women : Gynaecologic examination and Pap s Smear test are recommended DASAR / BASIC. 2. Pemeriksaan fisik / Physical examination. 3. EKG / ECG. 4. Foto dada / Chest X-ray. 5. Pemeriksaan Laboratorium / Laboratory test : a. Darah Perifer Lengkap ( Hb, Ht, Eri, Leko, Diff,

Lebih terperinci

~KAN. (LAB.Ol-IKA-PU-02.3/52) I ARCHITECT c4000 I UV. CHODPAP (LAB.01-IKA-PU-02.3/54) I ARCHITECT c4000 I GPO PAP. Trigliserida

~KAN. (LAB.Ol-IKA-PU-02.3/52) I ARCHITECT c4000 I UV. CHODPAP (LAB.01-IKA-PU-02.3/54) I ARCHITECT c4000 I GPO PAP. Trigliserida t.. AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKA T AKREDITASI LABO RA TORIUM MEDIK NO. LM-018-IDN Penandatangan : Prof. dr. H.R. Imam Santosa, SpPK (K), dr. Betty Agustina Tambunan, SpPK, dr. Ferdy Rayland Marpaung, SpPK,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol, kelompok kasus adalah preeklamsi dan kelompok kontrol adalah kehamilan normal, yang secara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG TARIF PEMERIKSAAN LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang disebabkan oleh berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3 1. Zat yang tidak boleh terkandung dalam urine primer adalah... Air Asam amino Urea Protein Kunci Jawaban : D Menghasilkan urine primer

Lebih terperinci

ILMU PATOLOGI KLINIK. Dr. BURHANUDDIN NST, SpPK-KN,FISH

ILMU PATOLOGI KLINIK. Dr. BURHANUDDIN NST, SpPK-KN,FISH ILMU PATOLOGI KLINIK Dr. BURHANUDDIN NST, SpPK-KN,FISH ILMU PATOLOGI KLINIK Cabang ilmu kedokteran yang: 1. Memeriksa dan mempelajari contoh bahan yang berasal dari manusia : * Darah * Urine * Tinja *

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 41 TAHUN 2004 T E N T A N G PERUBAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 55 TAHUN 2002 TENTANG BIAYA PEMANFAATAN JASA LABORATORIUM

Lebih terperinci

~KAN. IK. Ill/ IS.17 I ELF A I Mini vidas. test divace I Clinipette

~KAN. IK. Ill/ IS.17 I ELF A I Mini vidas. test divace I Clinipette LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM MEDIK NO. LM-012-IDN Nama Laboratorium : UPTD. Balai Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Pemerintah Aceh Masa berlaku : Alam at : JI. Tgk. H. Mohd. Daud Beureueh

Lebih terperinci

JADWAL BLOK UROPOETIKA

JADWAL BLOK UROPOETIKA JADWAL BLOK UROPOETIKA Kode : 71105535 Semester / SKS : IV / 6 Tahun Akademik : 2010/2011 Ruang : Gedung Prof. Dr. Sardjito Lantai 3 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA MINGGU I : Modul Diuresis dan Keseimbangan

Lebih terperinci

GAMBARAN HEMATOLOGI RUTIN, TES FUNGSI HATI, DAN TES FUNGSI GINJAL PADA PASIEN PREEKLAMPSIA, EKLAMPSIA, DAN HIPERTENSI GESTASIONAL DI RS

GAMBARAN HEMATOLOGI RUTIN, TES FUNGSI HATI, DAN TES FUNGSI GINJAL PADA PASIEN PREEKLAMPSIA, EKLAMPSIA, DAN HIPERTENSI GESTASIONAL DI RS ABSTRAK GAMBARAN HEMATOLOGI RUTIN, TES FUNGSI HATI, DAN TES FUNGSI GINJAL PADA PASIEN PREEKLAMPSIA, EKLAMPSIA, DAN HIPERTENSI GESTASIONAL DI RS. SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE BULAN JANUARI 2013-DESEMBER

Lebih terperinci

MATA KULIAH FARMAKOTERAPI SISTEM ENDOKRIN & HORMON

MATA KULIAH FARMAKOTERAPI SISTEM ENDOKRIN & HORMON RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER BERBASIS e-learning MATA KULIAH FARMAKOTERAPI SISTEM ENDOKRIN & HORMON Oleh : Ika Puspita Sari, MSi, PhD, Apt Dra Tri Murti Andayani, SpFRS, Apt Woro Harjaningsih,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universita Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universita Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Universita Sumatera Utara LAMPIRAN 2 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi/siang Bapak/Ibu, pada hari ini saya, dr.mardiya sari,peserta Pendidikan Pasca Sarjana Ilmu

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS

BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 29 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENINJAUAN TARIF RETRIBUSI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori : Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin Dasar teori : Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS III-1

BAB III ANALISIS III-1 BAB III ANALISIS 3.1 Data Understanding Phase Pada penelitian ini, data kasus yang digunakan adalah data pasien liver. Data ini dikumpulkan dari timur laut bagian Andhra Pradesh, India. Data pasien liver

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KADAR ASAM URAT DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L)

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KADAR ASAM URAT DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KADAR ASAM URAT DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

Struktur dan besarnya tarif Retribusi PUSKESMAS ditentukan sebagai berikut : I. TARIF RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP. JASA PELAYANAN (Rp)

Struktur dan besarnya tarif Retribusi PUSKESMAS ditentukan sebagai berikut : I. TARIF RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP. JASA PELAYANAN (Rp) LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2012 TANGGAL 21 MEI 2012 Struktur dan besarnya tarif Retribusi PUSKESMAS ditentukan sebagai berikut : I. TARIF RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Karbohidrat merupakan salah satu senyawa yang penting dalam tubuh manusia. Senyawa ini memiliki peran struktural dan metabolik yang penting. 10 Selama proses pencernaan,

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah kohort prospektif. 4.2 Waktu dan tempat penelitian Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2005 sampai Mei

Lebih terperinci

Disusun oleh : Jheniajeng Sekartaji A. NIM. G0C

Disusun oleh : Jheniajeng Sekartaji A. NIM. G0C PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE SEMI KUANTITATIF (CuSO 4 ) DAN KUANTITATIF (CYANMETHEMOGLOBIN) Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III (Tiga)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga retroperitonium. Secara anatomi ginjal terletak dibelakang abdomen atas dan di kedua sisi kolumna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006. Tempat penelitian

Lebih terperinci

MINGGU I Senin, 25 April Selasa, 26 April Rabu, 27 April Kamis, 28 April Jumat, 29 April Sabtu, 30 April Biokimia :

MINGGU I Senin, 25 April Selasa, 26 April Rabu, 27 April Kamis, 28 April Jumat, 29 April Sabtu, 30 April Biokimia : JADWAL BLOK DARAH Kode : 71104935 Semester / SKS : II / 5 Tahun Akademik : 2010/2011 Ruang : Gedung Prof. Dr. Sardjito Lantai 1 Timur UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA MINGGU I Senin, 25 April Selasa, 26 April

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuh (IMT) IMT dihitung sebagai berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter dikuadratkan (m 2 ) dan tidak terikat pada jenis kelamin. IMT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman. utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman. utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes Melitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

c. Trigliserid ^ 165 mg/dl

c. Trigliserid ^ 165 mg/dl c. Trigliserid < 165 mg/dl d. HDL > 40 mg/dl e. Protein + 1 (100mg/dl) Hasil tes monitoring komplikasi setiap 3 bulan: a. Urin reduksi (-) b. Asam urat < 7mg/dl c. Mikroalbuminuria (-) d. HbA1c

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN 1 SEMESTER 5 TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Dosen Pengampu : Yuyud Wahyudi,S.Kep.

SILABUS MATA KULIAH KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN 1 SEMESTER 5 TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Dosen Pengampu : Yuyud Wahyudi,S.Kep. SILABUS MATA KULIAH KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN 1 SEMESTER 5 TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Dosen Pengampu : Yuyud Wahyudi,S.Kep.,Ns / (PJMK) dr. Fifin Pradina / PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES WIDYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di era modern ini terutama di daerah perkotaan di Indonesia umumnya mempunyai gaya hidup kurang baik, terutama pada pola makan. Masyarakat perkotaan umumnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

Hepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini

Hepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini Hepatitis Virus Oleh Dedeh Suhartini Fungsi Hati 1. Pembentukan dan ekskresi empedu. 2. Metabolisme pigmen empedu. 3. Metabolisme protein. 4. Metabolisme lemak. 5. Penyimpanan vitamin dan mineral. 6. Metabolisme

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGANJUK NOMOR 445 / /SK/ /2015 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN BUPATI NOMOR 188/06.01/SK/411.

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGANJUK NOMOR 445 / /SK/ /2015 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN BUPATI NOMOR 188/06.01/SK/411. PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGANJUK Jalan Dokter Soetomo Nomor 62 Telepon. (0358) 321818, 326474, 326652, 328429 Faximile. (0358) 325003 NGANJUK 64415 KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisa Urinalisa adalah suatu metoda analisa untuk mendapatkan bahan-bahan atau zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat adanya kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

Lebih terperinci

DESKRIPSI SINGKAT MATA AJARAN

DESKRIPSI SINGKAT MATA AJARAN DESKRIPSI SINGKAT MATA AJARAN Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) dan bahan ajar Fisiologi I ini merupakan bagian dari mata kuliah wajib Fisiologi I, dengan kode KH 2041, bobot 4 SKS

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN KLINIK SISTEM UROGENITALIA

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN KLINIK SISTEM UROGENITALIA BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN KLINIK SISTEM UROGENITALIA Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas Disusun oleh: dr. FitrianiMangarengi, SpPK(K) Diedit oleh: dr. YuyunWidaningsih,

Lebih terperinci

PENGARUH PENUNDAAN WAKTU TERHADAP HASIL URINALISIS SEDIMEN URIN. Tadjuddin Naid, Fitriani Mangerangi, Hanifah Almahdaly

PENGARUH PENUNDAAN WAKTU TERHADAP HASIL URINALISIS SEDIMEN URIN. Tadjuddin Naid, Fitriani Mangerangi, Hanifah Almahdaly As-Syifaa Vol 06 (02) : Hal. 212-219, Desember 2014 ISSN : 2085-4714 PENGARUH PENUNDAAN WAKTU TERHADAP HASIL URINALISIS SEDIMEN URIN Tadjuddin Naid, Fitriani Mangerangi, Hanifah Almahdaly Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta Purnomo, S.KM Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Yogyakarta Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Yogyakarta OLEH: TUJUAN PENGELOLAAN DM SECARA

Lebih terperinci

Selection & Placement. FM: Dr. Achmad Setyo Hadi Amanda A.A.G Ananta Marcella Aprilia Rico Pahlevi

Selection & Placement. FM: Dr. Achmad Setyo Hadi Amanda A.A.G Ananta Marcella Aprilia Rico Pahlevi Selection & Placement FM: Dr. Achmad Setyo Hadi Amanda A.A.G Ananta Marcella Aprilia Rico Pahlevi Latar Belakang Perusahaan Visi & Misi: Menjadi perusahaan yang terbesar, terbaik, terpadu & tersebar di

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kelenjar tiroid fetus berasal dari endodermal foregut. Perkembangannya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kelenjar tiroid fetus berasal dari endodermal foregut. Perkembangannya BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patofisiologi Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid fetus berasal dari endodermal foregut. Perkembangannya mulai dari dasar faring yang mengadakan profilasi dan invaginasi, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis pen eli tia n ada lah exp lan ato ry res ear ch den gan ran can gan bel ah lin tan g (cro ss sectional), yaitu studi epidemiologi yang mempelajari hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 20 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 20 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

Perihal : Penawaran Program Medical Check Up

Perihal : Penawaran Program Medical Check Up Jakarta, 21 April 2010 Kepada Yth. Anggota Milis HRD Perihal : Penawaran Program Medical Check Up Dengan hormat, Salam hangat dari InterMED Health Care & Beauty Clinic. Bersama surat ini kami ingin menawarkan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET IdentitasMataKuliah IdentitasdanValidasi Nama TandaTangan Kode Mata Kuliah Dosen Pengembang RPS

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam bidang ekonomi tetapi juga dalam bidang kesehatan. Salah satunya adalah penyakit diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sampai saat ini penyakit Diabetes Mellitus (DM) masih merupakan salah satu penyakit yang ditakuti oleh masyarakat, mengingat banyaknya komplikasi yang dapat timbul

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dari bulan September Nopember 2010 di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Terpadu-Layanan Penelitian Pra Klinik Pengembangan Hewan Percobaan (LPPT-LP4HP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang disebabkan ketidakmampuan pankreas mengeluarkan insulin. American Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

IK.MU / Automatic analyzer Cobas C- 311 I JAFFE I otomatis. 1 dari 6

IK.MU / Automatic analyzer Cobas C- 311 I JAFFE I otomatis. 1 dari 6 LAMPIRAN SERTIFIKA T AKREDITASI LABO RA TORIUM MEDIK NO. LM-017-IDN S.Si., M. Si; Agus Ramdan Tukino, Amd. AK; Hanna Hartati; Karliah, S.ST; dr. Cut Nur Cinthia Kimia Klinik Serum Glukosa IK.MU - 18.011/Automatic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan diderita. Setiap orang wajib menjaga kesehatannya masing masing, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. akan diderita. Setiap orang wajib menjaga kesehatannya masing masing, tetapi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Suatu gejala penyakit dapat merupakan indikasi dari suatu penyakit yang akan diderita. Setiap orang wajib menjaga kesehatannya masing masing, tetapi pada kenyataannya

Lebih terperinci

Obat Penyakit Diabetes & Cara Mendiagnosis Gastroparesis

Obat Penyakit Diabetes & Cara Mendiagnosis Gastroparesis Obat Penyakit Diabetes & Cara Mendiagnosis Gastroparesis Bagaimana Mendiagnosis Gastroparesis? Apakah Obat Penyakit Diabetes Berperan Penting? Diagnosis gastroparesis akan dikonfirmasi melalui satu atau

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya Walikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 36 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 21 A TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

GDS (datang) : 50 mg/dl. Creatinin : 7,75 mg/dl. 1. Apa diagnosis banding saudara? 2. Pemeriksaan apa yang anda usulkan? Jawab :

GDS (datang) : 50 mg/dl. Creatinin : 7,75 mg/dl. 1. Apa diagnosis banding saudara? 2. Pemeriksaan apa yang anda usulkan? Jawab : Seorang laki laki 54 tahun datang ke RS dengan keluhan kaki dan seluruh tubuh lemas. Penderita juga merasa berdebar-debar, keluar keringat dingin (+) di seluruh tubuh dan sulit diajak berkomunikasi. Sesak

Lebih terperinci

BAB XII. Kelenjar Pankreas

BAB XII. Kelenjar Pankreas BAB XII Kelenjar Pankreas A. Struktur Kelenjar Pankreas Kelenjar pankreas adalah kelenjar lonjong berwarna keputihan terletak dalam simpul yang terbentuk dari duodenom dan permukaan bawah lambung. Panjangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang tidak boleh diabaikan (Charlton et al., 2009).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisa 1. Pengertian urine Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Definisi Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan karakteristik hiperglikemia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung selama beberapa tahun). Perjalanan penyakit ginjal stadium

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR Maria Evalisa dan Zubaidah Alatas Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO Box 7043 JKSKL, Jakarta

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 364/MENKES/SK/III/2003 tentang Laboratorium Kesehatan; 3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1647/MENKES/SK/XII/2005 tentang Pedoman Jejaring Pelayanan Laboratorium Kesehatan; 4. Peraturan Menteri Kesehatan

Lebih terperinci

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J HUBUNGAN ANTARA KADAR KREATININ DARAH DAN KADAR UREUM DARAH DENGAN KADAR GULA DARAH PADA KEJADIAN PENYAKIT NEFROPATI DIABETIK PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk

Lebih terperinci

Diabetes Mellitus Type II

Diabetes Mellitus Type II Diabetes Mellitus Type II Etiologi Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi insulin yang cukup. Persis mengapa hal ini terjadi tidak

Lebih terperinci

Jenis Pemeriksaan/Sifat yang Diukur Hitungjumlah lekosit (WBC) Hitungjenis lekosit : - Neutrophil. Hitungjumlah eritrosit ( RBC) Hemoglobin ( HGB )

Jenis Pemeriksaan/Sifat yang Diukur Hitungjumlah lekosit (WBC) Hitungjenis lekosit : - Neutrophil. Hitungjumlah eritrosit ( RBC) Hemoglobin ( HGB ) Komite Nasional Narna Alarnat Telepon Faksirnili Penandatangan se1iifikat/laporan Bidang Pemeriksaan Hematologi : Laboratoriurn Klinik Utarna Quantum : Jl. Raya Sesetan No. 20 Denpasar, Bali. : 0361-228835

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati ** PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati ** Pasien diabetes yang mengalami gagal ginjal terminal harus menjalani terapi

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM DARAH KELOMPOK 10. Randi Hadianta (G ) Yovita Sari (G ) Kurrataa yun (G ) DEPARTEMEN BIOKIMIA

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM DARAH KELOMPOK 10. Randi Hadianta (G ) Yovita Sari (G ) Kurrataa yun (G ) DEPARTEMEN BIOKIMIA PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM DARAH KELOMPOK 10 Randi Hadianta (G34090020) Yovita Sari (G34090028) Kurrataa yun (G34090105) DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Untuk mendiagnosia klinik DBD pedoman yang dipakai adalah yang disusun WHO :

Untuk mendiagnosia klinik DBD pedoman yang dipakai adalah yang disusun WHO : Musim hujan, akan merupakan yangdiharaplkan nyamuk untuk berkembang biak dan siap mencari mangsa, terutama nyamuk Aedes Aegity penyebab DBD. Hati- hati... Dewasa ini penyakit DBD masih merupakan salah

Lebih terperinci