PENERAPAN METODE ARIMA UNTUK PERAMALAN SUPLAI SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN METODE ARIMA UNTUK PERAMALAN SUPLAI SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR"

Transkripsi

1 PENERAPAN METODE ARIMA UNTUK PERAMALAN SUPLAI SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika Oleh: Antonius Andika Rian Perdana PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i

2 THE APPLICATION OF ARIMA METHOD FOR AUTOMOTIVE SPARE PART SUPPLY FORECASTING Thesis Presented as a Partial Fulfillment of the Requirement to Obtain the Sarjana Sains Degree In Mathematics By: Antonius Andika Rian Perdana Student Number: MATHEMATICS STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF MATHEMATICS FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2017 ii

3

4

5

6

7 HALAMAN PERSEMBAHAN Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Mateus 6:34 Do not stop fighting because somewhere, someone is wishing for your happiness -Anonymous- Sebuah karya sederhana untuk Bapak, Mama, dan adik tercinta, juga untuk segenap keluarga serta teman-teman terkasih, yang tak pernah letih dalam memberi perhatian lebih. vii

8 ABSTRAK Peningkatan jumlah kendaraan bermotor dalam beberapa tahun terakhir tentunya memberikan angin segar pada berbagai perusahaan yang bergerak di bidang otomotif. Terlebih lagi perusahaan yang bertindak sebagai produsen dan distributor suku cadang kendaraan bermotor. Tidak dapat dipungkiri bahwa meningkatnya jumlah kendaraan bermotor selalu diiringi juga dengan tingginya permintaan akan berbagai macam suku cadangnya. Oleh karena itu, tiap-tiap perusahaan harus memutar otak untuk menyusun berbagai perencanaan yang berkaitan dengan suplai dan persediaan barang. Proses perencanaan tidak bisa lepas dari peramalan, sebab peramalan dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan. Salah satu metode peramalan yang sering digunakan adalah metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average). Metode ARIMA sangat sesuai untuk peramalan jangka pendek. Metode ini memang terlihat sederhana, namun mempunyai tingkat keakuratan yang cukup tinggi. Pada penelitian ini, metode ARIMA akan digunakan untuk peramalan suplai suku cadang kendaraan bermotor, agar persediaan barang menjadi optimal. Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data suplai suku cadang kendaraan bermotor periode Januari 2015 Januari Berdasarkan hasil peramalan dengan metode ARIMA, diperoleh kesimpulan bahwa suplai suku cadang kendaraan bermotor tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan yang signifikan. Banyaknya suplai masih berada pada batas wajar, yaitu berfluktuasi pada kisaran sampai , dalam periode dua belas minggu ke depan. Kata kunci: peramalan, suplai, ARIMA viii

9 ABSTRACT The increase in the number of motor vehicles in recent years certainly provide big chance on various companies engaged in automotive. Moreover, the company acting as a manufacturer and distributor of automobile parts. It can not be denied that the increasing number of motor vehicles is always accompanied by high demand for various spare parts. Therefore, each company must have to develop various plans that related to the supply and inventory. Planning process can not be separated from forecasting, because forecasting can be used as a reference in decision making. One of the most frequently used forecasting methods is the ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) method. The ARIMA method is well suited for short-term forecasting. This method does look simple, but has a fairly high level of accuracy. In this research, ARIMA method will be used for forecasting the supply of automobile parts, so that the inventory becomes optimal. The data used in this research is motor vehicle spare parts supply data from January January Based on the result of forecasting with ARIMA method, it can be concluded that the supply of automobile parts does not increase or decrease significantly. The amount of supply is still within reasonable limits, ie fluctuating in the range of 10,000 to 11,000, within the next twelve-week period. Keyword: forecasting, supply, ARIMA ix

10 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus, oleh karena berkat dan anugerah-nya yang melimpah, juga atas kasih setia-nya yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir yang berjudul: Penerapan Metode ARIMA untuk Peramalan Suplai Suku Cadang Kendaraan Bermotor, dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Sains di Universitas Sanata Dharma. Dalam penyusunan tugas akhir ini, tentunya tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, baik perorangan maupun instansi/lembaga. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc., selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta atas kesabarannya dalam memberikan berbagai ilmu sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. 2. Bapak YG. Hartono, S.Si, M.Sc., Ph.D., selaku Kepala Program Studi Matematika sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi dan dorongan moral selama kegiatan perkuliahan. 3. Bapak Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D., selaku dekan fakultas Sains dan Teknologi. 4. Romo Prof. Dr. Frans Susilo, SJ., Ibu M.V. Any Herawati, S.Si., M.Si., Bapak Dr. rer. nat. Herry P. Suryawan, S.Si., M.Si., dan Ibu Lusi Krismiyati Budiasih, S.Si., M.Si., selaku dosen-dosen prodi matematika yang telah memberikan berbagai wawasan dan pengetahuan kepada penulis selama proses perkuliahan. 5. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Yohanes Andum B., Mama Chatarina Rosarianti, adikku Bernadetta Andina Rosa N., dan segenap keluarga terdekat yang selalu memberikan perhatian, dukungan, doa, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. x

11

12 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. iii HALAMAN PERNYATAAN iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.. v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi HALAMAN PERSEMBAHAN vii ABSTRAK viii ABSTRACT ix KATA PENGANTAR. x DAFTAR ISI..xii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah. 1 B. Rumusan Masalah...3 C. Batasan Masalah. 4 D. Tujuan Penulisan 4 E. Manfaat Penulisan.. 4 F. Metode Penulisan 5 G. Sistematika Penulisan. 5 BAB II LANDASAN TEORI.. 6 A. Data Runtun Waktu 6 B. Pola Data Runtun Waktu 7 C. Proses Stokastik 10 D. Stasioneritas.. 12 E. Transformasi Data Runtun Waktu 14 xii

13 F. Fungsi Autokovariansi, fungsi Autokorelasi (ACF) dan fungsi Autokorelasi Parsial (PACF) 16 G. Model Runtun Waktu H. Estimasi.26 BAB III METODE BOX-JENKINS.. 40 A. Peramalan (Forecasting).. 40 B. Tahapan Peramalan dengan Metode Box-Jenkins 41 BAB IV APLIKASI METODE BOX-JENKINS UNTUK PERAMALAN SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR A. Metode Penelitian. 48 B. Peramalan Suplai Suku Cadang Kendaraan Bermotor dengan Metode Box-Jenkins.. 49 BAB V PENUTUP.59 A. Kesimpulan B. Saran. 59 DAFTAR PUSTAKA 60 LAMPIRAN xiii

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu yang digunakan untuk memperkirakan sesuatu yang belum terjadi atau yang akan terjadi pada waktu mendatang. Peramalan merupakan bagian dari cabang ilmu statistika yaitu statistika inferensi. Namun, dalam perkembangannya ilmu ini lebih sering diasosiasikan dengan cabang ilmu ekonometrika. Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan. Data masa lalu dikumpulkan, dipelajari, dianalisis dan dihubungkan dengan perjalanan waktu. Berdasarkan data hasil analisis tersebut dapat diperoleh estimasi / pendekatan mengenai apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Pada situasi ini, ketidakpastian menjadi kendala utama sehingga akan ada faktor akurasi / ketelitian yang harus diperhitungkan. Secara umum, peramalan dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif melibatkan pengambilan data pada masa lampau dan memproyeksikan data tersebut pada masa mendatang dengan suatu bentuk model matematis. Metode ini biasa digunakan pada kondisi yang stabil. Sementara, metode kualitatif merupakan prediksi intuisi yang bersifat subjektif. Metode kualitatif digunakan apabila data yang akan dievaluasi, terbatas dan cenderung berubah-ubah. Selanjutnya, pada metode kuantitatif dan metode kualitatif masih dibedakan lagi ke dalam beberapa model. Menurut Makridakis, metode kuantitatif dibedakan menjadi dua, yaitu Model Runtun Waktu (time series models) dan Model Kausal (causal models). Sementara metode kualitatif dibedakan menjadi empat, yaitu Metode Delphi (Delphi Method), Juri dari Opini Eksekutif (jury of executive opinion), Komposit dari Tenaga Penjualan (sales force composite), dan Survei Konsumen Pasar (consumer market survey). 1

15 Dalam meramalkan suatu nilai dari variabel tertentu di waktu yang akan datang, harus diperhatikan dan dipelajari terlebih dahulu sifat dan perkembangan dari variabel itu di waktu lampau. Nilai dari suatu variabel dapat diramalkan jika sifat dari variabel tersebut diketahui di waktu sekarang dan di waktu yang lalu. Untuk mempelajari bagaimana perkembangan historis suatu variabel, biasanya nilai-nilai variabel itu diamati menurut urutan waktu. Model Runtun Waktu merupakan salah satu model peramalan yang berkaitan erat dengan himpunan data observasi yang disusun berdasarkan rentang waktu tertentu, atau yang biasa disebut data runtun waktu. Rentang waktu disini dapat berupa tahun, bulan, minggu, dan sebagainya. Pada perkembangan selanjutnya, runtun waktu juga dapat didefinisikan sebagai himpunan variabel acak yang diindeks berdasarkan urutan waktu. Sebagai contoh, asumsikan runtun waktu sebagai barisan variabel acak, dengan merupakan nilai yang diambil pada periode waktu pertama, merupakan nilai yang diambil pada periode waktu kedua, merupakan nilai yang diambil pada periode waktu ketiga, dan seterusnya. Secara umum, himpunan variabel acak * + yang diindeks oleh,, disebut proses stokastik. Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) merupakan salah satu metode yang menggunakan data runtun waktu. Metode ARIMA dikembangkan oleh George Box dan Gwilym Jenkins pada tahun Metode ini biasa digunakan pada data runtun waktu yang tidak memiliki pola tertentu. Kelompok model runtun waktu yang termasuk dalam metode ini antara lain : Autoregressive (AR), Moving Average (MA), Autoregressive-Moving Average (ARMA), dan Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA). Dewasa ini, peranan dari peramalan sudah menjelajah ke berbagai bidang, salah satunya bidang industri. Khususnya, industri kendaraan bermotor. Industri ini merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang berkembang pesat di Indonesia. Berdasarkan data statistik ( setiap tahun jumlah kendaraan yang terjual di Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan. Kendaraan bermotor

16 merupakan salah satu barang kebutuhan yang dalam penggunaannya memerlukan barang pendukung lain, yaitu suku cadang. Dalam teori ekonomi, suku cadang disebut sebagai barang komplementer (pelengkap) untuk kendaraan bermotor, artinya barang tersebut selalu digunakan bersama-sama dengan barang yang dilengkapinya (Yessa, 2016). Kenaikan atau penurunan permintaan dari barang komplementer selalu sejalan dengan barang yang dilengkapinya. Jika angka penjualan kendaraan bermotor meningkat, kebutuhan tiap suku cadangnya juga akan cenderung meningkat (Asmoro, 2012). Maka, perencanaan dan pengendalian suplai (pasokan) suku cadang dari perusahaan yang bertindak sebagai pemasok, harus benar-benar diperhitungkan. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan peramalan yang baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian terkait tentang peramalan suplai suku cadang kendaraan bermotor agar tercapai persediaan yang optimal dan sesuai dengan permintaan konsumen. Dalam makalah ini, akan dibahas peramalan suplai suku cadang kendaraan bermotor dengan metode ARIMA. Pada penelitian ini, objek data yang diambil berupa rencana suplai bulanan suku cadang kendaraan bermotor dari salah satu perusahaan yang bertindak sebagai pemasok. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, secara garis besar uraian rumusan masalah yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah: 1. Bagaimana landasan matematis model ARIMA? 2. Bagaimana merumuskan masalah peramalan suplai suku cadang kendaraan bermotor dengan metode ARIMA? 3. Bagaimana memodelkan masalah peramalan suplai suku cadang kendaraan bermotor dengan metode ARIMA? 4. Bagaimana menentukan ramalan suplai suku cadang kendaraan bermotor?

17 C. Batasan Masalah Agar penulisan dan pembahasan isi menjadi lebih terarah dan tidak menyimpang dari masalah yang dibahas, penulisan tugas akhir ini dibatasi, yaitu: 1. Membahas metode peramalan kuantitatif khususnya metode ARIMA yang tidak memuat musiman. 2. Landasan teori yang dibahas hanya yang berkaitan langsung dengan pokok perkara tugas akhir. 3. Pendugaan parameter dan estimasi model dilakukan dengan menggunakan program R. 4. Data yang digunakan adalah data suplai suku cadang kendaraan bermotor dari Januari 2015-Januari D. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan tugas akhir ini selain untuk memenuhi syarat tugas akhir dalam program studi Matematika Universitas Sanata Dharma, adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui landasan matematis dari model ARIMA. 2. Merumuskan masalah peramalan suplai suku cadang kendaraan bermotor. 3. Memodelkan masalah peramalan suplai suku cadang kendaraan bermotor. 4. Menentukan ramalan untuk suplai suku cadang kendaraan bermotor. E. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan dari tugas akhir ini adalah: 1. Dapat memodelkan dan mengaplikasikan peramalan dengan metode ARIMA dalam masalah suplai suku cadang kendaraan bermotor. 2. Dapat membantu berbagai pihak untuk meramalkan suplai suku cadang kendaraan bermotor.

18 F. Metode Penulisan Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan tugas akhir yaitu studi pustaka, yaitu dengan mempelajari buku atau jurnal yang berkaitan dengan peramalan suplai suku cadang kendaraan bermotor. Penulis juga menggunakan studi kasus untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian. G. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini secara garis besar menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan juga tujuan penelitian. BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini membahas definisi-definisi dan berbagai landasan teori yang terkait dengan analisis data runtun waktu. BAB III : METODE BOX-JENKINS Bab ini membahas tentang metode Box-Jenkins yang digunakan dalam peramalan dan beberapa tahapannya. BAB IV : APLIKASI METODE BOX-JENKINS UNTUK PERAMALAN SUPLAI SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR Bab ini menjelaskan tentang aplikasi metode Box-Jenkins untuk peramalan dalam masalah suplai suku cadang kendaraan bermotor. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan juga saran dari penulis.

19 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas definisi-definisi dan berbagai landasan teori terkait dengan analisis data runtun waktu. A. Data Runtun Waktu Definisi 2.1 Runtun waktu (time series) Runtun waktu (time series) adalah koleksi dari variabel acak, yang diindeks berdasarkan urutan waktu dengan. Contoh : Misalkan, runtun waktu merupakan barisan dari variabel acak, dengan merupakan nilai yang diambil pada periode waktu pertama, merupakan nilai yang diambil pada periode waktu kedua, merupakan nilai yang diambil pada periode waktu ketiga, dan seterusnya (Shumway dan Stoffer, 2011:11). Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis data menurut waktu, yaitu: 1. Data cross-section, yakni jenis data yang terdiri atas variabel-variabel yang dikumpulkan pada sejumlah individu atau kategori pada satu waktu tertentu. Misalnya data penjualan perusahaan pada bulan Januari 2014, terdiri dari data penjualan bersih dan data penjualan kotor pada bulan Januari Contoh lainnya: data kinerja keuangan perusahaan pada bulan Juli 2011, terdiri dari data DER (Debt to Equity Ratio), data ROA (Return On Assets), data laba bersih (earning after interest and tax), dan data keuangan lainnya pada bulan Juli Data runtun waktu (time series), yakni jenis data yang terdiri atas variabelvariabel yang dikumpulkan menurut urutan waktu dalam suatu rentang waktu tertentu untuk suatu kategori atau individu tertentu. Jika waktu dipandang bersifat diskrit, frekuensi pengumpulan selalu sama. Pada kasus diskrit, frekuensi dapat berupa detik, menit, jam, hari, minggu, bulan atau tahun, dan 6

20 Inches lain-lain. Contohnya, data harian saham, data bulanan BI rate dari tahun , dan lain-lain. 3. Data panel atau pooled, dapat dipandang sebagai gabungan dari data crosssection dan data runtun waktu, yakni tipe data yang terdiri atas variabelvariabel yang dikumpulkan menurut urutan waktu dalam suatu rentang waktu tertentu pada sejumlah individu / kategori. Contohnya: faktor eksternal dan faktor internal perusahaan dari tahun ; Jumlah ekspor dan impor rempah-rempah Indonesia pada periode per tiga bulanan (triwulanan). B. Pola Data Runtun Waktu Langkah penting dalam memilih suatu model runtun waktu yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji. Pola data runtun waktu dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: 1. Pola Horizontal (H) Pola ini terjadi apabila nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan, yang membentuk garis horizontal. Data ini disebut juga dengan data stasioner. Contoh plot data horizontal pada gambar 2.1 yaitu berupa plot data jumlah curah hujan tahunan (Cryer dan Chan, 2008:2). Dapat dilihat bahwa jumlah curah hujan bervariasi dalam kurun waktu 100 tahun. Adakalanya jumlah curah hujan tinggi, terkadang juga rendah, ataupun berfluktuasi pada suatu nilai tertentu. Pola horizontal tampak jelas dalam plot tersebut. Jumlah Curah Hujan Tahunan di LA, California Tahun

21 CO Gambar 2.1 Contoh pola data horizontal 2. Pola Musiman (S) Pola ini terjadi apabila suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu). Pola data musiman dapat mempunyai pola musim yang berulang dari periode ke periode berikutnya. Misalnya, pola yang berulang setiap bulan tertentu, tahun tertentu atau pada minggu tertentu. Contoh dari data musiman ada pada gambar 2.2 yaitu plot kadar karbondioksida bulanan (Cryer dan Chan, 2008:227). Dari plot tersebut terlihat bahwa terjadi pola yang berulang setiap periode dua belas bulan, sehingga bisa disimpulkan bahwa data tersebut merupakan pola data musiman. Kadar Karbondioksida Bulanan di Alert, NWT, Canada Time Gambar 2.2 Contoh pola data musiman 3. Pola Siklus (C) Pola siklus terjadi bila data observasi berfluktuasi secara jangka panjang membentuk pola sinusoid atau gelombang atau siklus. Pola siklus mirip dengan pola musiman. Pola musiman tidak harus berbentuk gelombang, bentuknya dapat bervariasi, namun waktunya akan berulang setiap tahun (umumnya). Sementara pola siklus bentuknya selalu mirip gelombang sinusoid. Untuk menentukan data berpola siklus tidaklah mudah. Pada pola musiman, rentang waktu satu tahun dapat dijadikan pedoman, sedangkan rentang waktu

22 Temperatur perulangan pada pola siklus tidak tertentu. Pola siklus bisa terulang setelah jangka waktu tertentu. Pola ini biasanya akan kembali normal setiap 10 atau 20 tahun sekali, bisa juga tidak terulang dalam jangka waktu yang sama. Ini yang membedakan antara pola siklis dengan pola musiman. Gerakan siklus tiap barang / komoditas mempunyai jarak waktu muncul dan sebab yang berbeda-beda, yang sampai saat ini belum dapat dimengerti. Contoh yang menunjukkan pola siklis seperti, industri konstruksi bangunan mempunyai gerakan siklus antara tahun sedangkan industri mobil dan pakaian gerakan siklusnya lebih pendek lagi. Contoh lain dari data yang menunjukkan pola siklus ada pada gambar 2.3 yaitu plot rata-rata temperatur bulanan (Cryer dan Chan, 2008:6). Dari plot tersebut terlihat bahwa terjadi pola yang berulang yang membentuk pola sinusoid, sehingga bisa disimpulkan bahwa data tersebut merupakan data yang memuat pola siklus. Rata-rata Temperatur Bulanan, Dubuque, Iowa Time Gambar 2.3 Contoh pola data siklus 4. Pola Trend (T) Pola trend terjadi apabila data observasi menunjukkan pola kecenderungan gerakan penurunan atau kenaikan jangka panjang. Data yang kelihatannya berfluktuasi, apabila dilihat pada rentang waktu yang panjang akan dapat ditarik suatu garis maya yang disebut trend. Suatu data observasi yang mempunyai trend disebut data nonstasioner. Plot data trend dicontohkan pada gambar 2.4, yaitu berupa data pendapatan Johnson & Johnson tiap kuartal

23 Pendapatan tahun (Shumway dan Stoffer, 2011:4). Dari plot tersebut dapat dilihat bahwa terjadi pola tren naik pada tiap periode kuartal tahun. Pendapatan Johnson & Johnson Tiap Kuartal Tahun Time Gambar 2.4 Contoh pola data trend naik C. Proses Stokastik Definisi 2.2 Proses Stokastik Proses stokastik adalah keluarga variabel acak * + yang didefinisikan pada ruang probabilitas ( ). Disini menunjukkan suatu himpunan yang beranggotakan titik waktu. Jika (himpunan bilangan real) atau (himpunan bilangan real positif) model disebut runtun waktu kontinu. Jika (himpunan bilangan bulat) atau (himpunan bilangan asli) model disebut runtun waktu diskrit. Lebih jauh, untuk yang tetap, ada fungsi ( ), yang disebut realisasi dari proses stokastik. Suatu runtun waktu (time series) adalah proses stokastik dengan T adalah himpunan waktu. Definisi 2.3 Fungsi Distribusi Kumulatif (FDK) dari suatu proses stokastik Misalkan T menyatakan himpunan dari semua vektor * ( ) + Maka FDK (dimensi berhingga) dari * +

24 adalah fungsi * ( ) + didefinisikan pada ( ) ( ) sebagai ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Definisi 2.4 Fungsi Mean / Nilai Harapan Fungsi mean / nilai harapan dari suatu proses stokastik didefinisikan sebagai ( ) ( ) ( ) Fungsi ini menyatakan nilai rata-rata dari proses waktu. pada keseluruhan data runtun Definisi 2.5 Fungsi Kovariansi Fungsi Kovariansi didefinisikan sebagai ( ) ( ).( ( ))( ( ))/ dengan ( ) = fungsi kovariansi antara data pengamatan dan = data runtun waktu ke-t = data runtun waktu ke-s ( ) = rata-rata dari data runtun waktu ( ) = rata-rata dari data runtun waktu Fungsi kovariansi menyatakan ukuran hubungan antar beberapa data runtun waktu. Definisi 2.6 Fungsi Korelasi Fungsi Korelasi didefinisikan sebagai

25 ( ) ( ) ( ) ( ) dengan ( ) = fungsi korelasi antara data pengamatan dan ( ) = fungsi kovariansi antara data pengamatan dan ( ) = fungsi variansi data pengamatan ( ) = fungsi variansi data pengamatan Fungsi korelasi menyatakan derajat asosiasi (hubungan) antara dua data pengamatan pada data runtun waktu. D. Stasioneritas Stasioneritas berarti bahwa tidak terjadinya pertumbuhan dan penurunan data. Suatu data dapat dikatakan stasioner apabila pola data tersebut berada pada kesetimbangan di sekitar nilai rata-rata yang konstan dan variansi di sekitar ratarata tersebut konstan selama waktu tertentu (Makridakis, 1999: 61). Data runtun waktu dikatakan stasioner apabila tidak ada unsur trend dalam data dan tidak ada unsur musiman atau rata-rata dan variansinya tetap. Selanjutnya stasioneritas dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Wide-Sense Stationary (Stasioner Lemah) Proses stokastik * + dengan * + disebut proses Stasioner W-S jika (i) ( ) (ii) ( ) konstanta, tidak bergantung pada t, (iii) ( ) ( ) Jika * + stasioner, maka ( ) ( ), dengan fungsi kovariansi hanya bergantung pada jarak waktu ( ) (tetapi tidak bergantung pada dan/atau secara sendiri-sendiri).

26 Fungsi kovariansi untuk proses stasioner dapat didefinisikan ulang sebagai ( ) ( ) ( ) dibaca sebagai kovariansi pada lag-. Secara ekuivalen, fungsi korelasi dari proses * + stasioner pada lag- didefinisikan sebagai ( ) ( ) ( ) ( ) 2. Strictly Stationary (Stasioner Kuat) Proses stokastik * + disebut bersifat stasioner kuat jika fungsi distribusi kumulatif (FDK) dari ( ) dan ( ) sama untuk semua nilai dan untuk semua. Dengan kata lain, seluruh sifat statistik dari proses stokastik yang bersifat stasioner kuat tidak berubah karena pergeseran waktu. Selain itu, stasioneritas dapat ditentukan berdasarkan pola data runtun waktu yang dapat dilihat dari plot grafiknya. Secara visual, stasioneritas dari data runtun waktu dapat dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Stasioner dalam mean (rata-rata) Stasioner dalam mean adalah fluktuasi data berada di sekitar suatu nilai rata-rata yang konstan, tidak tergantung pada waktu dan variansi dari fluktuasi tersebut. Dari bentuk plot data seringkali dapat diketahui bahwa data tersebut stasioner atau tidak stasioner. 2. Stasioner dalam Variansi Suatu data runtun waktu dikatakan stasioner dalam variansi apabila struktur data dari waktu ke waktu mempunyai fluktuasi data yang tetap atau konstan dan tidak berubah-ubah. Secara visual untuk melihat hal tersebut dapat dibantu dengan menggunakan plot runtun waktu, yaitu dengan melihat fluktuasi data dari waktu ke waktu. Di dalam analisis runtun waktu, asumsi stasioneritas data merupakan sifat yang penting. Pada model stasioner, sifat-sifat statistik di masa yang akan datang dapat diramalkan berdasarkan data historis yang telah terjadi di masa lalu. Oleh karena

27 itu, untuk mengetahui kestasioneran data runtun waktu perlu dilakukan pengujian terhadap data tersebut. Pengujian stasioneritas dari suatu data runtun waktu dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut. 1. Pengujian kestasioneran data dalam mean dapat menggunakan plot dari data dalam urutan waktu, plot fungsi autokorelasi (ACF), dan plot fungsi autokorelasi parsial (PACF). Jika data mengandung komponen tren, data nonstasioner dalam mean dan plot ACF/PACF akan meluruh secara perlahan. ACF dan PACF akan didefinisikan kemudian. 2. Pengujian kestasioneran dalam variansi dapat menggunakan plot ACF dan PACF dari residual kuadrat. 3. Stasioneritas dari data juga dapat diperiksa dengan mengamati apakah data runtun waktu mengandung akar unit (unit root), yakni apakah terdapat komponen tren dalam data. Konsep tentang akar unit akan dibahas pada halaman 22. Beberapa metode yang sering digunakan dalam uji akar unit, di antaranya adalah Dickey-Fuller dan Augmented Dickey - Fuller. Setelah dilakukan pengujian kestasioneran data, kita dapat mengetahui apakah data tersebut stasioner atau tidak. Apabila data tidak stasioner, maka data tersebut harus dibuat mendekati stasioner dengan menggunakan transformasi data. E. Transformasi Data Runtun Waktu Pada data runtun waktu yang tidak stasioner dalam mean maupun tidak stasioner dalam variansi, perlu dilakukan suatu transformasi data agar nantinya dapat diperoleh data yang stasioner. Beberapa jenis transformasi yang sering digunakan sebagai berikut. 1. Differencing (Pembedaan) Salah satu jenis transformasi yang sering digunakan dalam analisis runtun waktu adalah transformasi diferens. Differencing dilakukan untuk menstasionerkan data nonstasioner. Operator langkah mundur (backward

28 shift) sangat tepat untuk menggambarkan proses differencing (Makridakis, 1999:383). Penggunaan backward shift adalah sebagai berikut : (2.1) dengan = nilai variabel X pada waktu = nilai variabel X pada waktu B = backward shift Notasi B yang dipasang pada X mempunyai pengaruh untuk menggeser data satu satuan waktu ke belakang. Sebagai contoh, jika suatu data time series nonstasioner maka data tersebut dapat dibuat mendekati stasioner dengan melakukan differencing orde pertama dari data. Rumus untuk differencing orde pertama, yaitu : (2.2) dengan = nilai variabel X pada waktu t setelah differencing. Dengan menggunakan notasi backward shift persamaan (2.2) dapat ditulis menjadi : atau ( ) 2. Transformasi Logaritma Untuk menstabilkan variansi dari data runtun waktu, dapat digunakan transformasi Box-Cox. Salah satu jenis transformasi Box-Cox yang sering digunakan adalah transformasi logaritma, yang biasanya digabungkan dengan melakukan pembedaan terhadap data hasil transformasi logaritma. Transformasi logaritma dilakukan dengan cara memberikan operasi logaritma pada data runtun waktu. ( )

29 F. Fungsi Autokovariansi, fungsi Autokorelasi (ACF) dan fungsi Autokorelasi Parsial (PACF) Pada subbab ini, akan dibahas beberapa fungsi yang berkaitan langsung dengan analisis data runtun waktu model ARIMA. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi autokovariansi, fungsi autokorelasi, dan fungsi autokorelasi parsial. Definisi 2.7 Fungsi Autokovariansi Fungsi Autokovariansi didefinisikan sebagai ( ), untuk (2.3) dengan ( ),( )( - ( ) dengan = autokovariansi pada lag-k = nilai variabel X pada waktu t+k = rata-rata Definisi 2.8 Fungsi Autokorelasi (ACF) Autokorelasi merupakan korelasi atau hubungan keeratan antar pengamatan dalam suatu data runtun waktu. Koefisien autokorelasi untuk lag--k dari data runtun waktu dinyatakan sebagai berikut: ( ) ( ) ( ),( )( - ( ) ( ) (2.4) Definisi 2.9 Fungsi Autokorelasi Parsial Fungsi Autokorelasi Parsial (PACF) pada lag-k adalah korelasi di antara dan setelah dependensi linear antara dan, variabel antara diabaikan.

30 Lebih lanjut, fungsi PACF akan dijabarkan dalam proses berikut. Misalkan * + adalah suatu proses stasioner dengan mean nol. Misalkan dapat ditulis sebagai model linear : dengan adalah parameter ke-i dari persamaan regresi, dan adalah komponen error yang tidak berkorelasi dengan untuk Kalikan dengan pada kedua sisi dan ambil nilai harapannya, maka diperoleh : ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Untuk j=1,2,,k diperoleh sistem persamaan berikut (subsitusikan ( ) ( )) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) atau dapat ditulis dalam bentuk matriks : [ ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ] [ ] [ ( ) ( ) ( ) ( )]

31 atau dengan ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) [ ( ) ( ) ( ) ], dan ( ) ( ) ( ) [ ] [ ( )] Menggunakan metode Cramer diperoleh nilai-nilai fungsi autokorelasi parsial untuk lag

32 Selanjutnya, akan dibahas Algoritma Durbin-Levinson yang akan digunakan dalam estimasi PACF. Teorema 2.1 Algoritma Durbin-Levinson untuk PACF (Rosadi, 2011:69) Jika * + adalah proses yang stasioner dengan mean 0 dan memiliki kovariansi ( ) dan ACF ( ) sedemikian hingga ( ) dan ( ) jika maka PACF dapat dihitung secara rekursif sebagai ( ) ( ) ( ) dengan nilai awal ( ). G. Model Runtun Waktu Salah satu langkah yang paling penting dalam proses peramalan adalah menentukan model yang tepat dan sesuai. Model merupakan representasi simbolik dari realita (Makridakis, 1999:524). Dengan adanya model, proses peramalan menjadi lebih teratur dan terarah. Peramalan dengan metode kuantitatif dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model yang matematis. Dalam metode tersebut, model spesifik digunakan untuk merepresentasikan pola dasar yang dimuat dalam data runtun waktu.

33 w Proses White Noise Definisi 2.11 Proses White Noise * + adalah barisan variabel random yang tidak berkorelasi dengan mean (sering diasumsikan bernilai 0) dan variansi, yakni ( ) { Dari definisi 2.11 diperoleh bahwa ( ) { ( ) { Dengan demikian proses White Noise bersifat stasioner. Proses ini menjadi dasar bagi proses stasioner lainnya dan sering ditulis dengan ( ). Contoh 2.1: Diberikan contoh koleksi dari 500 variabel acak dengan, dapat diperoleh plot grafik pada gambar 2.5, grafik dibuat dengan menggunakan program R yang prosesnya dapat dilihat pada lampiran 1 (Shunway dan Stoffer, 2011:12). White Noise Time Gambar 2.5 Plot Grafik White Noise

34 2. Model Autoregressive (AR) Model Autoregressive didasarkan pada ide bahwa nilai saat ini pada deret, dapat dinyatakan sebagai fungsi dari nilai di masa lampau, dengan adalah banyaknya langkah menuju ke masa lampau yang diperlukan untuk meramalkan nilai saat ini. Definisi 2.12 Suatu model autoregressive dengan orde, yang dinotasikan ( ), mempunyai bentuk sebagai berikut, (2.5) dengan stasioner, dan adalah konstanta. Diasumsikan white noise dengan rata-rata 0 dan variansi. Lebih lanjut, jika rata-rata adalah, subsitusi dengan akan diperoleh ( ) ( ) ( ), atau dapat ditulis, dengan ( ). Lebih jauh, dapat juga ditulis dalam bentuk ( ) Contoh 2.2: Berdasarkan contoh pada proses white noise, dapat dihitung output menggunakan persamaan orde kedua untuk. Dari persamaan tersebut diperoleh plot grafik pada gambar 2.6, grafik dibuat dengan menggunakan program R yang dapat dilihat pada lampiran 1 (Shunway dan Stoffer, 2011:14).

35 x Autoregressive Time Gambar 2.6 Plot Grafik Autoregressive 3. Akar Unit (Unit Root) Masalah akar unit pada runtun waktu berkaitan dengan akar-akar polinomial autoregresifnya (Rusdi, 2011: 68). Untuk memahami konsep akar unit, pandang model runtun waktu ( ) : ( ) Model runtun waktu ( ) dikatakan mempunyai akar unit jika Lebih jauh, model runtun waktu ( ) : dikatakan mempunyai akar unit jika ( ) Model runtun waktu yang mempunyai akar unit merupakan model runtun waktu yang tidak stasioner, namun tidak berlaku sebaliknya (Jing, 2014). Untuk

36 memeriksa akar unit pada suatu model runtun waktu, dapat dilakukan dengan menggunakan uji Dickey Fuller atau Augmented Dickey Fuller. Pada model ( ) uji akar unit dikatakan tidak relevan sehingga dapat diabaikan (Magee, 2013). Contoh 2.3: Diketahi model runtun waktu ( ) : ( ) Dapat ditulis dengan operator backshift sebagai berikut : ( ) dengan ( ) merupakan polinomial dalam operator dan dinamakan polinomial autoregresif, ( ) polinomial berderajat 1 dalam. Akar polinomial autoregresif adalah penyelesaian dari ( ) Jadi, polinomial ( ) mempunyai akar, sebab ( ) apabila. Jika unit. diperoleh sehinga dinamakan akar unit dan mempunyai akar 4. Model Moving Average (MA) Sebagai suatu alternatif dari representasi autoregressive, dengan pada ruas kiri dari persamaan (2.5) diasumsikan sebagai kombinasi linear, model moving average dengan orde, ditulis dengan ( ), mengasumsikan white noise pada ruas kanan dari persamaan yang didefinisikan merupakan suatu kombinasi linear untuk membentuk data yang diobservasi. Definisi 2.13 Model Moving Average dengan orde, atau model ( ), didefinisikan sebagai (2.6) dengan terdapat lag dalam moving average dan, ( ) adalah konstanta. Diasumsikan white noise dengan mean 0 dan variansi.

37 v Model moving average juga dapat ditulis dengan menggunakan operator Backshift, yaitu ( ) Contoh 2.4: Diketahui model Moving Average(MA), ( ) Dari persamaan tersebut dapat dibentuk plot sebagai berikut (gambar 2.7), grafik dibuat dengan menggunakan program R yang dapat dilihat dalam lampiran 1 (Shunway dan Stoffer, 2011:13). Moving Average Time Gambar 2.7 Plot Grafik Moving Average 5. Model Autoregressive Moving Average (ARMA) Model ini merupakan gabungan antara model Autoregressive (AR) dan model Moving Average (MA). Suatu runtun waktu * + merupakan ARMA( ) jika * + stasioner dan

38 dengan dan Secara berturut-turut, parameter dan disebut orde dari autoregressive dan moving average. Jika mempunyai rata-rata tak nol dan didefinisikan ( ) maka model ARMA ( ) dapat ditulis sebagai berikut (2.7) dengan asumsi white noise dengan mean 0 dan variansi. Model ARMA ( ) juga dapat ditulis dengan menggunakan operator backshift ( ) ( ) Beberapa kejadian khusus pada model ARMA, yaitu : a. Saat model ini disebut model autoregressive dengan orde p, ( ) b. Saat model ini disebut model moving average dengan orde q, ( ) 6. Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) merupakan gabungan dari model AR(p), proses differencing, dan model MA(q). Dengan kata lain, apabila unsur nonstasioner ditambahkan pada model campuran ARMA maka model umum ( ) terpenuhi. Bentuk umum ( ) dapat ditulis menggunakan bentuk operator backshift yaitu : ( )( ) ( ) (2.8) dengan ( ) ( ) adalah operator backshift untuk AR (Autoregressive) ( ) ( ) adalah operator backshift untuk MA (Moving Average) ( ) adalah proses differencing orde ke-d

39 H. Estimasi Salah satu langkah yang paling penting dalam peramalan yaitu estimasi atau pendugaan. Estimasi adalah proses yang menggunakan sampel statistik untuk menduga atau menaksir hubungan parameter populasi yang tidak diketahui. Dalam kasus ini, populasi yang digunakan berupa data runtun waktu. Pada subbab ini, akan dibahas beberapa estimasi fungsi dan model yang digunakan dalam proses peramalan. 1. Estimasi Mean Misalkan ( ) adalah fungsi mean dari suatu proses (W-S) stasioner. Diberikan data maka penduga untuk fungsi mean diberikan oleh (2.9) Diperoleh ( ) yang merupakan penduga tak bias untuk. Tak bias artinya nilai harapan dari penduga sama dengan parameter yang diduga. 2. Sampel Autokovariansi Estimator untuk koefisien autokovariansi dapat didefinisikan sebagai ( )( ) atau ( )( ) dengan = koefisien autovarian lag-k = ukuran sampel = rata-rata pengamatan = pengamatan pada waktu ke-t = pengamatan pada waktu ke-, dengan (2.10)

40 3. Sampel Autokorelasi (ACF) Koefisien fungsi autokorelasi pada persamaan (2.4) dapat diduga dengan koefisien autokorelasi sampel, yaitu ( )( ) ( ) (2.11) dengan koefisien autokorelasi lag-k Contoh 2.5 : Diberikan contoh cara menghitung secara numerik fungsi autokorelasi, dengan diketahui data runtun waktu pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Data runtun waktu Autokorelasi sampel untuk data runtun waktu pada tabel 2.1 dapat dihitung dengan persamaan (2.11) ( )( ) ( ) dengan dan. Misalkan, sehingga diperoleh ( )( ) ( ) ( )( ) ( )( ) ( )( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )( ) ( ) ( )( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

41 ACF adalah koefisien autokorelasi pada lag 0, adalah koefisien autokorelasi pada lag 1. Dengan cara yang sama, dapat dihitung koefisien autokorelasi, dan seterusnya. Setelah dihitung semua nilai koefisiennya, diperoleh plot grafik ACF sebagai berikut: Series data_contoh Lag Gambar 2.8 Plot Grafik Sampel ACF 4. Sampel PACF Koefisien fungsi autokorelasi parsial pada persamaan (2.5), dapat diduga dengan koefisien autokorelasi parsial sampel secara rekursif. Metode rekursif dimulai dengan. Untuk perhitungan diberikan sebagai berikut

42 (2.12) dan (2.13) dengan koefisien autokorelasi parsial Contoh 2.6 Berdasarkan pada contoh 2.5, selanjutnya dapat dihitung koefisien auokorelasi parsial dengan menggunakan persamaan (2.12) dan (2.13). Pada proses perhitungan koefisien sampel ACF diperoleh dan, selanjutnya dapat dicari koefisien autokorelasi parsial yaitu ( ) ( )( ) ( )( ) ( )( ) ( )( ) ( )( ) Untuk lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama seperti contoh di atas. Kemudian, dapat diperoleh plot grafik PACF sebagai berikut:

43 Partial ACF Series data_contoh Lag Gambar 2.9 Plot Grafik Sampel PACF 5. Estimasi Model Autoregressive (AR) Asumsikan bahwa data runtun waktu adalah realisasi dari proses dapat digambarkan dengan persamaan ( ) yang dengan adalah proses ( ). Akan diestimasi parameter dan berdasarkan observasi. Salah satu metode estimasi paramater adalah metode maksimum likelihood yang prinsipnya menentukan penduga parameter, yang dapat memberikan nilai likelihood (kemungkinan) paling besar. Definisi 2.14 Fungsi likelihood adalah suatu fungsi dari parameter ( ) ( ) dari model statistik

44 dengan adalah data sampel, ( ) adalah fungsi densitas peluang dengan data pengamatan dari parameter. Definisi 2.15 Misalkan adalah fungsi densitas peluang bersama dari ( ) yang bergantung pada parameter, yaitu ( ) ( ). Nilai dari yang menghasilkan nilai maksimum untuk ( ) disebut Maximum Likelihood Estimator (MLE) dan dinyatakan dalam simbol. Jadi, ( ) ( ) Diketahui, nilai harapan dari untuk dengan adalah, - ( ) ( ) dan variansi bersyarat yaitu ( ) ( ) dimana semua distribusi bersyarat untuk normal dengan rata-rata sama dengan prediksi pada langkah pertama dan variansi. Fungsi likelihood bersyarat diperoleh dari fungsi densitas gabungan dari data observasi ( ) bersyarat pada orde p yang pertama : ( ) ( ( )) (2.14) Memperhatikan persamaan (2.14), diperoleh bahwa maksimisasi fungsi L terhadap parameter dan adalah ekuivalen dengan minimisasi dari jumlahan kuadrat dari prediksi galat pada langkah pertama dan dapat ditulis sebagai berikut ( ( )) (2.15)

45 dengan ( ( )) Selanjutnya, diperoleh penduga untuk yaitu ( ) Untuk penduga bagi terhadap, yaitu dapat diperoleh sebagai derivatif parsial dari L relatif ( ) Diperoleh penyelesaian untuk sebagai berikut ( ) Kemudian, untuk mendapatkan penduga, subsitusikan dengan pada persamaan (2.15) dan misalkan ( ) dapat diperoleh: ( ) ( ( )) (2.16) Contoh 2.6 : Diketahui persamaan untuk model ARIMA(1,0,0) atau AR(1) : Akan diduga parameter dengan diketahui data seperti pada contoh 2.5 pada tabel

46 Karena dan, maka berdasarkan persamaan (2.16) diperoleh : ( )( ) ( ) (( )( )) (( )( )) (( )( )) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Jadi, diperoleh nilai koefisien untuk persamaan model AR(1) adalah. 6. Estimasi Model Moving Average (MA) Diketahui proses dibangkitkan oleh proses MA(q) dengan adalah proses White Noise dengan mean 0 dan variansi, dan adalah suatu konstanta yang tidak berhubungan dengan. Pada bagian ini akan ditentukan penduga untuk parameter-parameter dan berdasarkan observasi. Untuk mendapatkan penduga maksimum likelihood, perlu dibentuk fungsi densitas gabungan Diasumsikan bahwa proses White Noise berdistribusi normal, sehingga Berdasarkan fungsi densitas peluang dari, juga akan berdistribusi normal. Pendekatan sederhana pada asumsi bahwa nilai q yang pertama dari adalah nol:

47 Misalkan, menyatakan ( ) vektor ( ). Maka atau dapat ditulis ( ) ( ) ( ) [ ( ) ] 0 1 Selanjutnya, berdasarkan distribusi dari pengamatan kedua, diperoleh bersyarat dengan Lebih jauh, pengamatan yang diberikan pada, nilai dari maka dapat diketahui secara jelas: dan dengan ( ) (( ) ), yang artinya ( ) [ ( ) ] Karena sudah diketahui, maka dapat dicari 0 1 Berdasarkan langkah-langkah perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa, untuk memperoleh deret yang lengkap * + dapat dihitung dari * + melalui iterasi pada untuk, dimulai dari. Fungsi likelihood (bersyarat pada ) dari keseluruhan sampel dapat dihitung sebagai hasil dari masing-masing densitas: ( ) ( ) ( )

48 Logaritma dari fungsi likelihood bersyarat adalah ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Fungsi tersebut merupakan persamaan non-linear dari dan sehingga sulit untuk diselesaikan secara analitik. Oleh karena itu, perhitungan dilakukan dengan bantuan program R. Contoh 2.7 : Diketahui persamaan untuk model ARIMA(0,0,1) atau MA(1) : Akan diduga parameter tabel 2.1. dengan diketahui data seperti pada contoh 2.4 pada Proses perhitungan penduga untuk parameter dari model MA(1) tidak dapat dilakukan secara analitik, oleh karena itu penulis menggunakan program R. Dengan bantuan program R, diperoleh nilai pendugaan yaitu. Dengan perintah dalam program R sebagai berikut: > data=read.csv(file.choose()) > xt=data[,2] > arima(xt,c(0,0,1)) Call: arima(x = xt, order = c(0, 0, 1)) Coefficients: ma1 intercept s.e

49 sigma^2 estimated as 10.32: log likelihood = , aic = Estimasi Model Autoregressive Moving Average (ARMA) Diketahui persamaan untuk model MA(1) : dengan nilai harapan 0. Nilai harapan dari bergantung pada nilai sebelumnya, seperti pada AR dan untuk memperolehnya kita harus menyatakan sebagai fungsi dari nilai sebelumnya. Dimulai dengan, karena, dan, dapat diperoleh : dan ambil nilai harapan dari persamaan di atas, dengan mengasumsikan ( ), sehingga diperoleh nilai harapan dari distribusi bersyarat : ( ) dan variansi ( ) ( ) Kemudian, dengan cara yang sama untuk diperoleh : dengan ( ) dan ( ) ( ) Persamaan-persamaan di atas merupakan persamaan non-linear dalam parameter dan sulit untuk memperoleh solusinya dalam proses MA(q). Oleh karena itu, digunakan alternatif lain untuk memperoleh nilai dari parameter. Akan diamati setiap nilai dari parameter dengan persamaan : (2.17) Dan selanjutnya dengan menggunakan persamaan (2.17) dilakukan perhitungan secara rekursif untuk, yang bergantung pada suatu nilai awal.

50 Ambil, dapat dihitung semua kemungkinan nilai yang dimulai dari. Sehingga diperoleh : ( ) dan ( ),( ) -, - dengan fungsi likelihood bersyarat : ( ) ( ) Maksimisasi dari fungsi tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan penyelesaian dari algoritma non-linear. Penduga dari fungsi likelihood pada model ARMA(p,q) dapat diperoleh dengan menggunakan prinsip yang sama. Misalkan, ( ) dan ( ) merupakan vektor parameter, fungsi likelihood bersyarat yaitu : ( ) ( ) (2.18) Sehingga dapat diperoleh ( ), yang dapat dihitung dari vektor dan dari nilai awal. Penduga tersebut dihitung secara rekursif dengan ratarata dari : (2.19) dengan dan ( ) dengan asumsi nilai r (residual) awal 0. Maksimisasi dari persamaan (2.18) memerlukan nilai awal dari parameter yang dapat diperoleh dengan menggunakan algoritma Hannan-Rissanen. Dalam algoritma Hannan-Rissanen, akan dicari penduga awal dari proses ARMA(p,q) melalui dua langkah, yaitu :

51 1.) Penduga dari residual model dapat diperoleh dengan menggunakan AR dari orde. Misalkan, adalah koefisien yang diduga dari persamaan (2.16). Residualnya dapat dihitung dengan rata-rata dari : 2.) Dengan menggunakan residual yang diduga pada langkah (1), dapat diduga regresi : (2.20) Penduga dari regresi tersebut memberikan penduga awal. Algoritma Hannan-Rissanen dapat digunakan untuk memperoleh penduga dari model ARMA dengan melakukan iterasi seperti langkah di atas yang memerlukan persamaan regresi. Selain itu, dengan menggunakan parameter yang diduga pada langkah (2) dapat dihitung nilai residual-residual baru dengan mengulang penduga dari persamaan (2.20) sampai konvergensi dipenuhi. Contoh 2.8 : Diketahui persamaan untuk model ARIMA(1,0,1) atau ARMA(1,1) : Akan diduga parameter dan dengan diketahui data seperti pada contoh 2.4 pada tabel Kesulitan yang sama dalam pendugaan parameter model MA juga terjadi pada pendugaan parameter model ARMA. Proses perhitungan penduga untuk parameter dan juga tidak dapat dilakukan secara analitik, oleh karena itu penulis menggunakan program R. Dengan bantuan program R, diperoleh nilai pendugaan yaitu dan. Dengan perintah dalam program R sebagai berikut:

52 > data=read.csv(file.choose()) > xt=data[,2] > arima(xt,c(1,0,1)) Call: arima(x = xt, order = c(1, 0, 1)) Coefficients: ar1 ma1 intercept s.e sigma^2 estimated as 10.29: log likelihood = , aic = 59.7

53 BAB III METODE BOX-JENKINS A. Peramalan (Forecasting) 1. Definisi dan Tujuan Peramalan Peramalan merupakan prediksi nilai-nilai sebuah variabel berdasarkan pada nilai yang diketahui dari variabel tersebut atau variabel yang berhubungan (Makridakis, 1999:519). Peramalan menjadi dasar untuk berbagai perencanaan dan proses pengambilan keputusan sehingga tak jarang peramalan disebut sebagai bagian integral dari kegiatan pengambilan keputusan (Makridakis, 1999:4). Pada berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, seringkali terdapat senjang waktu antara kesadaran akan kebutuhan mendatang dengan peristiwa itu sendiri. Oleh karena itu, peramalan diperlukan untuk menetapkan kapan suatu peristiwa akan terjadi atau timbul sehingga tindakan yang tepat dapat dilakukan (Makridakis, 1999:3). Selanjutnya, peramalan memegang peranan penting dalam berbagai aspek bidang, terutama bidang yang sangat berkaitan erat dengan proses perencanaan, yaitu ekonomi dan manajemen. Dalam perkembangannya, setiap perusahaan ataupun organisasi yang bergerak di bidang tersebut akan semakin meningkatkan usahanya untuk mengurangi ketergantungan pada hal-hal yang belum pasti. Hal itu berakibat pada meningkatnya kebutuhan akan peramalan. 2. Klasifikasi Peramalan Peramalan dapat diklasifikasikan berdasarkan periode waktunya, yaitu : a. Peramalan Jangka Pendek Meliputi jangka waktu kurang dari tiga bulan sampai dengan satu tahun. Biasanya, ditujukan untuk merencanakan pembelian bahan baku, jadwal kerja, tenaga kerja, dan tingkat produksi. b. Peramalan Jangka Menengah Meliputi jangka waktu bulanan sampai dengan tiga tahun. Ditujukan untuk merencanakan penjualan, anggaran produksi, dan kas. 40

54 c. Peramalan Jangka Panjang Meliputi jangka waktu tiga tahun atau lebih. Ditujukan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, pengembangan lokasi dan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan. Metode ARIMA sering juga disebut metode runtun waktu Box-Jenkins. Metode Box-Jenkins merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam peramalan. Metode ini sangat baik ketepatannya untuk peramalan jangka pendek, sedangkan untuk peramalan jangka panjang ketepatan peramalannya kurang baik. Dalam proses peramalan, metode ini menggunakan nilai di masa lalu dan sekarang dari variabel dependen untuk menghasilkan peramalan jangka pendek yang akurat. B. Tahapan Peramalan dengan Metode Box-Jenkins Tahapan dalam proses peramalan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Preprocessing Data dan Identifikasi Model Stasioner Pada tahap awal, dilakukan identifikasi model runtun waktu yang mungkin digunakan untuk memodelkan sifat-sifat atau karakteristik data. Identifikasi secara sederhana dapat dilakukan secara visual dengan melihat plot dari data, untuk melihat adanya tren, komponen musiman, nonstasioneritas dalam variansi, dan lain-lain. Tahapan ini juga dapat digunakan untuk melihat teknik preprocessing data manakah yang perlu digunakan untuk membentuk data yang stasioner. Beberapa teknik preprocessing data yang umum dilakukan adalah seperti membuang outlier dari dalam data, filtering data menggunakan model atau teknik statistika tertentu, transformasi data, melakukan operasi difference, detrend (membuang komponen tren), deseasonal-isasi (membuang komponen musiman), dan lain-lain. Stasioneritas dari data dapat dilihat dari bentuk fungsi sampel ACF dan fungsi sampel PACF, ataupun dengan menggunakan uji unit root terhadap data.

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang II.. TINJAUAN PUSTAKA Indeks Harga Konsumen (IHK Menurut Monga (977 indeks harga konsumen adalah ukuran statistika dari perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang didapatkan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berikut teori-teori yang mendukung penelitian ini, yaitu konsep dasar peramalan, konsep dasar deret waktu, proses stokastik, proses stasioner, fungsi autokovarians (ACVF) dan fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Iklim Iklim ialah suatu keadaan rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu. Curah hujan ialah suatu jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah pada kurun waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peramalan pada dasarnya merupakan proses menyusun informasi tentang kejadian masa lampau yang berurutan untuk menduga kejadian di masa depan (Frechtling, 2001:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP SKRIPSI Disusun oleh : DITA RULIANA SARI NIM. 24010211140084 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manfaat Peramalan Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suatu dugaan atau perkiraan tentang terjadinya suatu keadaan dimasa depan, tetapi dengan menggunakan metode metode tertentu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioner Analisis ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average umumnya mengasumsikan bahwa proses umum dari time series adalah stasioner. Tujuan proses stasioner adalah rata-rata,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber kas negara yang digunakan untuk pembangunan. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan

Lebih terperinci

BAB 2. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

BAB 2. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah sesuatu kegiatan situasi atau kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji 35 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji ACF, uji PACF, uji ARCH-LM,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA PENDAHULUAN Prediksi data runtut waktu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun enam puluhan telah diterapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta menjadi suatu direktorat perhubungan udara. Direktorat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN PREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS: UD. DODOL MADE MERTA TEJAKULA, SINGARAJA)

OPTIMALISASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN PREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS: UD. DODOL MADE MERTA TEJAKULA, SINGARAJA) OPTIMALISASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN PREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS: UD. DODOL MADE MERTA TEJAKULA, SINGARAJA) Ni Putu Deviyanti 1, Ni Ketut Tari Tastrawati 2, I Wayan Sumarjaya 3 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Data Deret Berkala Suatu deret berkala adalah himpunan observasi yang terkumpul atau hasil observasi yang mengalami peningkatan waktu. Data deret berkala adalah serangkaian

Lebih terperinci

Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Desy Yuliana Dalimunthe Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ARIMA box jenkins untuk meramalkan kebutuhan bahan baku. 2.1. Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan akan terjadi pada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU Kelas A Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins No Nama Praktikan Nomor Mahasiswa Tanggal Pengumpulan 1 29 Desember 2010 Tanda Tangan Praktikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. nonstasioneritas, Autocorrelation Function (ACF) dan Parsial Autocorrelation

BAB II LANDASAN TEORI. nonstasioneritas, Autocorrelation Function (ACF) dan Parsial Autocorrelation BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab II akan dijelaskan pengertian-pengertian dasar yang digunakan sebagai landasan pembahasan pada bab selanjutnya yaitu peramalan data runtun waktu (time series), konsep dasar

Lebih terperinci

1. I Wayan Sumarjaya, S.Si, M.Stats. 2. I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si, M.Si. ABSTRAK

1. I Wayan Sumarjaya, S.Si, M.Stats. 2. I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si, M.Si. ABSTRAK Judul : Peramalan Curah Hujan Menggunakan Metode Analisis Spektral Nama : Ni Putu Mirah Sri Wahyuni NIM : 1208405018 Pembimbing : 1. I Wayan Sumarjaya, S.Si, M.Stats. 2. I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan datang. Peramalan adalah proses untuk memperkirakan kebutuhan di masa datang

Lebih terperinci

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n SBAB III MODEL VARMAX 3.1. Metode Analisis VARMAX Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n dengan variabel random Z n yang dapat dipandang sebagai variabel random berdistribusi

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA Jurnal UJMC, Volume 2, Nomor 1, Hal. 28-35 pissn : 2460-3333 eissn: 2579-907X PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA Novita Eka Chandra 1 dan Sarinem 2 1 Universitas

Lebih terperinci

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE (Studi Kasus : Kecepatan Rata-rata Angin di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Semarang) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan (Forceasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Untuk memajukan suatu usaha harus memiliki pandangan ke depan yakni pada masa yang akan datang. Hal seperti ini yang harus dikaji

Lebih terperinci

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL ARCH/GARCH MODEL ARIMA DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER

PERBANDINGAN MODEL ARCH/GARCH MODEL ARIMA DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER PERBANDINGAN MODEL ARCH/GARCH MODEL ARIMA DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER (Studi Kasus Indeks Harga Saham Gabungan dan Harga Minyak Mentah Dunia Tahun 2013 sampai 2015) SKRIPSI Oleh: DEBY FAKHRIYANA 24010212130041

Lebih terperinci

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) SKRIPSI Oleh : PRISKA RIALITA HARDANI 24010211120020 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) Liana Kusuma Ningrum dan Winita Sulandari, M.Si. Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH PERMINTAAN DARAH UDD PMI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN METODE PERAMALAN KOMBINASI

PERAMALAN JUMLAH PERMINTAAN DARAH UDD PMI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN METODE PERAMALAN KOMBINASI PERAMALAN JUMLAH PERMINTAAN DARAH UDD PMI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN METODE PERAMALAN KOMBINASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S-1 Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan sifatnya peramalan terbagi atas dua yaitu peramalan kualitatif dan peramalan kuantitatif. Metode kuantitatif terbagi atas dua yaitu analisis deret berkala

Lebih terperinci

ANALISIS INTERVENSI KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI PADA DATA INFLASI KOTA SEMARANG

ANALISIS INTERVENSI KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI PADA DATA INFLASI KOTA SEMARANG ANALISIS INTERVENSI KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI PADA DATA INFLASI KOTA SEMARANG SKRIPSI Disusun Oleh : NOVIA DIAN ARIYANI 24010211120016 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.. Konsep Dasar Analisis Runtun Waktu Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa definisi yang menyangkut pengertian dan konsep dasar analisis runtun waktu. Definisi Runtun waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DATA MINING Data Mining adalah analisis otomatis dari data yang berjumlah banyak atau kompleks dengan tujuan untuk menemukan pola atau kecenderungan yang penting yang biasanya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: Firda Megawati

SKRIPSI. Disusun oleh: Firda Megawati PERAMALAN TINGGI GELOMBANG BERDASARKAN KECEPATAN ANGIN DI PERAIRAN PESISIR SEMARANG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER (Studi Kasus Bulan Januari 2014 sampai dengan Desember 2014) SKRIPSI Disusun oleh:

Lebih terperinci

PERBANDINGAN RAMALAN MODEL TARCH DAN EGARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH

PERBANDINGAN RAMALAN MODEL TARCH DAN EGARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH PERBANDINGAN RAMALAN MODEL TARCH DAN EGARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH Oleh RETNO HESTININGTYAS M0106061 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 27 PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA BERDASARKAN INDIKATOR RASIO CADANGAN INTERNASIONAL TERHADAP M2 (UANG BEREDAR)

PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA BERDASARKAN INDIKATOR RASIO CADANGAN INTERNASIONAL TERHADAP M2 (UANG BEREDAR) PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA BERDASARKAN INDIKATOR RASIO CADANGAN INTERNASIONAL TERHADAP M2 (UANG BEREDAR) oleh DIAH PUTRI UTAMI NIM. M0110018 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE Data yang digunakan adalah data M2Trend.wf1 (buku rujukan pertama, bab-8). Model analisisnya adalah Xt = M2 diregresikan dengan t = waktu. Model yang akan

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA TIME SERIES DENGAN METODE BOX-JENKINS

PEMODELAN DATA TIME SERIES DENGAN METODE BOX-JENKINS PEMODELAN DATA TIME SERIES DENGAN METODE BOX-JENKINS Rais 1 1 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako, email: rais76_untad@yahoo.co.id Abstrak Metode Box-Jenkins

Lebih terperinci

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH JIMT Vol. 12 No. 2 Desember 2016 (Hal 149-159) ISSN : 2450 766X PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH 1 Y. Wigati, 2 Rais, 3 I.T.

Lebih terperinci

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010 Statistika, Vol., No., Mei PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI Reksa Nila Anityaloka, Atika Nurani Ambarwati Program Studi S Statistika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PERAMALAN TINGKAT KEMATIAN BALITA PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TAPANULI UTARA DENGAN MODEL ARIMA BOX-JENKINS SKRIPSI

PERAMALAN TINGKAT KEMATIAN BALITA PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TAPANULI UTARA DENGAN MODEL ARIMA BOX-JENKINS SKRIPSI PERAMALAN TINGKAT KEMATIAN BALITA PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TAPANULI UTARA DENGAN MODEL ARIMA BOX-JENKINS SKRIPSI SASTRO HAMDANI SIALLAGAN 060803047 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

MODEL ARMA (AUTOREGRESSIVE MOVING AVERAGE) UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH - INDONESIA. Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia

MODEL ARMA (AUTOREGRESSIVE MOVING AVERAGE) UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH - INDONESIA. Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia MODEL ARMA (AUTOREGRESSIVE MOVING AVERAGE) UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH - INDONESIA Adi Nugroho 1, Bistok Hasiholan Simanjuntak 2 1 Staf pengajar di Fakultas Teknologi Informasi

Lebih terperinci

ANALISIS INTERVENSI FUNGSI STEP

ANALISIS INTERVENSI FUNGSI STEP ANALISIS INTERVENSI FUNGSI STEP (Studi Kasus Pada Jumlah Pengiriman Benda Pos Ke Semarang Pada Tahun 2006 2011) SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Jurusan Statistika

Lebih terperinci

PREDIKSI JANGKA PENDEK B ULAN AN JUMLAH FLARE DENGAN MODEL ARIMA (p,d,[q]), (P,D,Q)' 32

PREDIKSI JANGKA PENDEK B ULAN AN JUMLAH FLARE DENGAN MODEL ARIMA (p,d,[q]), (P,D,Q)' 32 PREDIKSI JANGKA PENDEK B ULAN AN JUMLAH FLARE DENGAN MODEL ARIMA (p,d,[q]), (P,D,Q)' 32 Nanang WIdodo Penelid Staslun Pengamat Dlrgantara Watukosek, LAPAN ABSTRACT The time series of the monthly number

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk. PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. Djoni Hatidja ) ) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 955 email: dhatidja@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 3 Hal. 59 67 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA ANNISA UL UKHRA Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

PEMODELAN KURS MATA UANG RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS

PEMODELAN KURS MATA UANG RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS PEMODELAN KURS MATA UANG RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS SKRIPSI Disusun Oleh : ULFAH SULISTYOWATI 24010210120052 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v ix x xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah tempat kegiatan perusahaan untuk mencari dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah tempat kegiatan perusahaan untuk mencari dana yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah tempat kegiatan perusahaan untuk mencari dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan usahanya. Selain itu, pasar modal merupakan suatu usaha penghimpunan

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA MENGGUNAKAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DAN MARKOV SWITCHING BERDASARKAN INDIKATOR HARGA MINYAK

PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA MENGGUNAKAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DAN MARKOV SWITCHING BERDASARKAN INDIKATOR HARGA MINYAK PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA MENGGUNAKAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DAN MARKOV SWITCHING BERDASARKAN INDIKATOR HARGA MINYAK oleh APRILIA AYU WIDHIARTI M0111010 SKRIPSI ditulis dan diajukan

Lebih terperinci

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari BAB III MODEL STATE-SPACE 3.1 Representasi Model State-Space Representasi state space dari suatu sistem merupakan suatu konsep dasar dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Curah Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas permukaan horizontal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam statistika dan pemrosesan sinyal, runtun waktu (time series) adalah rangkaian data berupa pengamatan yang diukur selama kurun waktu tertentu. Analisis

Lebih terperinci

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am Pemodelan ARIMA Non- Musimam ARIMA ARIMA(Auto Regresif Integrated Moving Average) merupakan suatu metode analisis runtun waktu(time series) ARIMA(p,d,q) Dengan AR : p =orde dari proses autoreggresif I

Lebih terperinci

Artikel Ilmiah. Peneliti : Auditya Gianina Bernadine Amaheka ( ) Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs.

Artikel Ilmiah. Peneliti : Auditya Gianina Bernadine Amaheka ( ) Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs. Analisis Peramalan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) (Studi Kasus : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah) Artikel

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN GROJOGAN SEWU MENGGUNAKAN MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE EXOGENOUS (ARIMAX) DENGAN VARIASI KALENDER

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN GROJOGAN SEWU MENGGUNAKAN MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE EXOGENOUS (ARIMAX) DENGAN VARIASI KALENDER PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN GROJOGAN SEWU MENGGUNAKAN MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE EXOGENOUS (ARIMAX) DENGAN VARIASI KALENDER Oleh SAHETI ULLY FATWA M0109058 SKRIPSI ditulis dan diajukan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PEMODELAN NILAI EKSPOR DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH) SKRIPSI BAGUS HADI PRASTYA PROGRAM STUDI S-1 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sumber tetap yang terjadinya berdasarkan indeks waktu t secara

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sumber tetap yang terjadinya berdasarkan indeks waktu t secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Time Series atau runtun waktu adalah serangkaian data pengamatan yang berasal dari sumber tetap yang terjadinya berdasarkan indeks waktu t secara berurutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi telah berkembang dengan relatif pesat. Di era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi telah berkembang dengan relatif pesat. Di era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi telah berkembang dengan relatif pesat. Di era informasi seperti sekarang ini kebutuhan akan informasi semakin meningkat, terutama dengan

Lebih terperinci

Metode Box - Jenkins (ARIMA)

Metode Box - Jenkins (ARIMA) Metode Box - Jenkins (ARIMA) Metode peramalan saat ini cukup banyak dengan berbagai kelebihan masing-masing. kelebihan ini bisa mencakup variabel yang digunakan dan jenis data time seriesnya. nah, dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Definisi dan Tujuan Peramalan Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah sesuatu pada waktu yang akan datang berdasarkan data pada masa

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ARIMA DENGAN FUZZY AUTOREGRESSIVE (FAR) DALAM PERAMALAN INTERVAL HARGA PENUTUPAN SAHAM. (Studi Kasus pada Jakarta Composite Index)

PERBANDINGAN ARIMA DENGAN FUZZY AUTOREGRESSIVE (FAR) DALAM PERAMALAN INTERVAL HARGA PENUTUPAN SAHAM. (Studi Kasus pada Jakarta Composite Index) PERBANDINGAN ARIMA DENGAN FUZZY AUTOREGRESSIVE (FAR) DALAM PERAMALAN INTERVAL HARGA PENUTUPAN SAHAM (Studi Kasus pada Jakarta Composite Index) SKRIPSI Oleh : MUHAMMAD FITRI LUTFI ANSHARI J2E 009 005 JURUSAN

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 253 266. PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Lebih terperinci

PENGANTAR ANALISA RUNTUN WAKTU

PENGANTAR ANALISA RUNTUN WAKTU DIKTAT KULIAH PENGANTAR ANALISA RUNTUN WAKTU Dr.rer.nat. Dedi Rosadi, M.Sc.Eng.Math. Email: dedirosadi@ugm.ac.id http://dedirosadi.staff.ugm.ac.id Program Studi Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian I) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2017 1 Ada tiga tahapan iteratif dalam pemodelan data deret waktu yang berbasis model ARIMA, yaitu: 1. Penentuan model

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan suatu proses, mencari kebenaran dan menghasilkan kebenaran.

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan suatu proses, mencari kebenaran dan menghasilkan kebenaran. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis / Pendekatan Penelitian Penelitian dan ilmu pengetahuan mempunyai kaitan yang erat keduanya merupakan suatu proses, mencari kebenaran dan menghasilkan kebenaran. Penelitian

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Oleh : Agustini Tripena ABSTRACT In this paper, forecasting the consumer price index data and inflation. The method

Lebih terperinci

ANALISIS TIME SERIES PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS DAN INTERVENSI

ANALISIS TIME SERIES PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS DAN INTERVENSI LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS TIME SERIES PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS DAN INTERVENSI CITRA KUSUMANINGTYAS NRP 1307 100 505 Dosen Pembimbing Dr. IRHAMAH,

Lebih terperinci

ANALISA BOX JENKINS PADA PEMBENTUKAN MODEL PRODUKSI PREMI ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT

ANALISA BOX JENKINS PADA PEMBENTUKAN MODEL PRODUKSI PREMI ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT ANALISA BOX JENKINS PADA PEMBENTUKAN MODEL PRODUKSI PREMI ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT Mei Taripar Pardamean S.,SKom Jl. Makmur No.1 Ciracas Jakarta Timur mtp95@yahoo.com ABSTRAK Tujuan dari

Lebih terperinci

UNNES Journal of Mathematics

UNNES Journal of Mathematics UJM 5 (1) (2016) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm ANALISIS PERBANDINGAN MENGGUNAKAN ARIMA DAN BOOTSTRAP PADA PERAMALAN NILAI EKSPOR INDONESIA Ari Cynthia, Sugiman,

Lebih terperinci

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012 Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) ) MA 208 Statistika Dasar 0 April 202 Utriweni Mukhaiyar Ilustrasi Berikut adalah data rata-rata curah hujan bulanan yang diamati dari Stasiun Padaherang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Deret Waktu (time series) Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang diambil secara beruntun berdasarkan interval waktu yang tetap (Wei,

Lebih terperinci

PERAMALAN STOK BARANG UNTUK MEMBANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN BARANG PADA TOKO BANGUNAN XYZ DENGAN METODE ARIMA

PERAMALAN STOK BARANG UNTUK MEMBANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN BARANG PADA TOKO BANGUNAN XYZ DENGAN METODE ARIMA PERAMALAN STOK BARANG UNTUK MEMBANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN BARANG PADA TOKO BANGUNAN XYZ DENGAN METODE ARIMA Tanti Octavia 1), Yulia 2), Lydia 3) 1) Program Studi Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA Jeine Tando 1, Hanny Komalig 2, Nelson Nainggolan 3* 1,2,3 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), prosedur pembentukan model Vector Error Correction (VEC), dan aplikasi model Vector Error Correction (VEC) pada penutupan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Engle [7] melakukan penelitian mengenai model yang mengatasi efek heteroskedastisitas yaitu model autoregressive conditional heteroskedasticity (ARCH) yang diterapkan

Lebih terperinci

MODEL KRISIS PASAR MODAL DI INDONESIA MENGGUNAKAN MARKOV SWITCHING TGARCH (MS-TGARCH) DUA STATE BERDASARKAN INDIKATOR IHSG

MODEL KRISIS PASAR MODAL DI INDONESIA MENGGUNAKAN MARKOV SWITCHING TGARCH (MS-TGARCH) DUA STATE BERDASARKAN INDIKATOR IHSG MODEL KRISIS PASAR MODAL DI INDONESIA MENGGUNAKAN MARKOV SWITCHING TGARCH (MS-TGARCH) DUA STATE BERDASARKAN INDIKATOR IHSG Oleh ALFI NUR DINA NIM M0110002 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

PEMODELAN GENERAL REGRESSION NEURAL NETWORK (GRNN) PADA DATA RETURN INDEKS HARGA SAHAM EURO 50

PEMODELAN GENERAL REGRESSION NEURAL NETWORK (GRNN) PADA DATA RETURN INDEKS HARGA SAHAM EURO 50 PEMODELAN GENERAL REGRESSION NEURAL NETWORK (GRNN) PADA DATA RETURN INDEKS HARGA SAHAM EURO 50 SKRIPSI Disusun Oleh : REZZY EKO CARAKA 240 102 111 400 85 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN

PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN 1962 1975 Jantini Trianasari Natangku dan Fitria Puspitoningrum Mahasiswa Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE BOX-JENKINS UNTUK MEMPREDIKSI HARGA MINYAK DUNIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA MINYAK INDONESIA

IMPLEMENTASI METODE BOX-JENKINS UNTUK MEMPREDIKSI HARGA MINYAK DUNIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA MINYAK INDONESIA Jurnal Ilmiah Matematika dan Pendidikan Matematika (JMP) Vol. 9 No. 2, Desember 2017, hal. 87-94 ISSN (Cetak) : 2085-1456; ISSN (Online) : 2550-0422; https://jmpunsoed.com/ IMPLEMENTASI METODE BOX-JENKINS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data runtun waktu. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI LULIK PRESDITA W 1207 100 002 APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI 1 Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes BAB I PENDAHULUAN 2 LATAR BELAKANG 1. Stabilitas ekonomi dapat dilihat

Lebih terperinci