KATA PENGANTAR DEPUTI EDUKASI, SOSIALISASI, PARTISIPASI DAN KEMITRAAN BADAN RESTORASI GAMBUT R.I.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR DEPUTI EDUKASI, SOSIALISASI, PARTISIPASI DAN KEMITRAAN BADAN RESTORASI GAMBUT R.I."

Transkripsi

1

2

3 KATA PENGANTAR DEPUTI EDUKASI, SOSIALISASI, PARTISIPASI DAN KEMITRAAN BADAN RESTORASI GAMBUT R.I. Restorasi gambut hanya akan berjalan efektif jika mendapat dukungan masyarakat, terutama masyarakat desa yang berada di wilayah target restorasi. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan restorasi menjadi keniscayaan. Badan Restorasi Gambut menjalankan program Desa Peduli Gambut sebagai salah satu bentuk penggalangan dan penguatan partisipasi masyarakat tersebut. Salah satu kegiatan yang menjadi bagian dari Desa Peduli Gambut adalah memfasilitasi pemerintah dan masyarakat desa untuk menyusun peraturan yang dapat digunakan untuk mendukung restorasi gambut di wilayah desanya. Buku pedoman ini disusun untuk memberikan informasi ihwal prosedur dan materi muatan penting dalam peraturan tersebut. Pedoman ini bertujuan membantu Pemerintah dan masyarakat desa dan para pendamping lebih mudah menyusun peraturan-peraturan yang diperlukan guna mendukung restorasi gambut. Pengembangan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah dan masyarakat desa sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang dihadapi. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan dan masukan kritis dalam penyusunan pedoman ini. Jakarta, 9 Juni 2017 Myrna A. Safitri, Ph.D iii

4

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v 1. PENDAHULUAN JENIS DAN HIRARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT RESTORASI GAMBUT PERATURAN-PERATURAN DI DESA: JENIS, PRINSIP DAN PROSEDUR PEMBENTUKANNYA Jenis Peraturan di Desa Prinsip Pembentukan Peraturan Prosedur Pembentukan Peraturan di Desa CONTOH-CONTOH PERATURAN DI DESA TERKAIT RESTORASI GAMBUT Contoh materi Peraturan Desa mengenai pelaksanaan restorasi gambut Contoh Peraturan Desa Tentang Badan Usaha Milik Desa Contoh Format Peraturan Desa tentang Pembentukan Lembaga Pengelola Hutan Desa Contoh Format Surat Keputusan Kepala Desa Tentang Susunan Pengurus Lembaga Pengelola Hutan Desa PENUTUP LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 111 TAHUN v

6

7 1. PENDAHULUAN Sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, Desa atau nama lain telah ada dan hidup serta diakui keberadaannya oleh masyarakat. Pengakuan hukum terhadap Desa tercantum dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) sebelum perubahan atau amandemen, 1 yang menyatakan bahwa: Dalam territori Negara Indonesia terdapat kurang lebih 250 zelfbesturende landscappen dan Volksgemeenschappen seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah itu akan mengingati hak-hak asal-usul daerah tersebut Di masa lalu, terdapat sejumlah undang-undang yang mengatur Desa. Beberapa di antaranya adalah: Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Saat ini, undang-undang yang mengatur Desa adalah Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Tujuan penting ditetapkan Peraturan Desa adalah memberikan pengakuan, penghormatan sekaligus memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dengan segala jenis keberagamannya. Peraturan Desa juga bisa mendorong prakarsa, gerakan dan partisipasi masyarakat Desa untuk mengembangkan potensi dan aset Desa guna kesejahteraan bersama. Begitu juga Peraturan Desa berguna untuk meningatkan pelayanan publik, meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa dan memajukan perekonomian masyarakat Desa. Badan Restorasi Gambut (BRG) memperkirakan ada sekitar Desa di seluruh Indonesia yang teridentifikasi masuk dalam kawasan ekosistem gambut. Sebanyak berada di 1 UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan atau amandemen dalam periode waktu 1999 hingga

8 wilayah gambut yang menjadi target restorasi. BRG menargetkan pada tahun 2020 ada 1000 Desa yang akan difasilitasi untuk dapat meningkat ketahanan lingkungan, ekonomi dan sosialnya melalui Program Desa Peduli Gambut. BRG mendorong perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut mulai dari tingkat Desa. Hal ini disebabkan Desa menjadi garda terdepan dalam penyelamatan ekosistem gambut. Oleh sebab itu maka penting dibentuk Peraturan di tingkat desa yang akan menjadi dasar bagi pemerintah dan masyarakat desa untuk melindungi dan mengelola ekosistem gambut dan membangun ketahanan ekonomi yang ramah terhadap lingkungan. Pedoman ini memberikan arah untuk menyusun Peraturan di desa yang diperlukan guna mendukung restorasi gambut. Pedoman ini ditujukan terutama bagi fasilitator atau pendamping restorasi gambut di tingkat desa, pemerintah desa dan para pihak lain yang bekerja di desa untuk mendukung restorasi gambut. Tercakup di dalam dokumen ini adalah informasi mengenai hirarki peraturan perundangundangan dalam sistem hukum Indonesia, daftar peraturan perundang-undangan yang penting terkait restorasi gambut, jenis peraturan di desa, prinsip dan prosedur pembentukan peraturan di desa, serta contoh-contoh peraturan di desa yang diperlukan untuk mendukung restorasi gambut termasuk peningkatan kesejahteraan masyarakat desa-desa gambut. 2

9 SEKILAS TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT Badan Restorasi Gambut (BRG) dibentuk oleh Presiden pada tanggal 6 Januari Badan ini adalah lembaga non struktural yang berada di bawah Presiden. Dasar hukum pembentukannya adalah Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Badan Restorasi Gambut. Latar belakang pembentukan BRG tidak dapat dilepaskan dari kejadian kebakaran hutan dan lahan. Tahun 2015 adalah masa terparah dari kebakaran tersebut, sekitar 33% dari areal yang terbakar ada di dalam ekosistem gambut. Tugas BRG adalah melakukan koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan restorasi gambut seluas kurang lebih 2juta hektar di tujuh provinsi, yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua. Adapun fungsi BRG adalah: Pelaksanaan koordinasi dan penguatan kebijakan pelaksanaan restorasi gambut; Perencanaan, pengendalian dan kerja sama penyelenggaraan restorasi gambut; Pemetaan kesatuan hidrologis gambut; Penetapan zonasi fungsi lindung dan fungsi budidaya; Pelaksanaan konstruksi infrastruktur pembasahan (rewetting) gambut dan segala kelengkapannya; Penataan ulang pengelolaan areal gambut terbakar; Pelaksanaan sosialisasi dan edukasi restorasi gambut; Pelaksanaan supervisi dalam konstruksi, operasi dan pemeliharaan infrastruktur di lahan konsesi; dan Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Presiden. Untuk membantu tugas BRG, di setiap provinsi dibentuk Tim Restorasi Gambut Daerah. Restorasi gambut yang dijalankan BRG menggunakan pendekatan 3P, yaitu Pembasahan Kembali lahan gambut yang kering dan rusak, Penanaman Kembali lahan gambut yang terbakar, terutama dengan jenis-jenis tanaman lokal dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Dalam kaitan dengan peningkatan kesejahteraan itu dibuat Program Desa Peduli Gambut. Salah satu kegiatannya adalah memfasilitasi masyarakat dan pemerintah desa menyusun peraturan yang diperlukan untuk meningkatkan ketahanan lingkungan gambut, ketahanan ekonomi dan sosial masyarakat desa. 3

10

11 2. JENIS DAN HIRARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Dalam banyak sistem hukum, peraturan perundang-undangan pada umumnya dibuat berjenjang. Hal ini dimaksudkan karena peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Di samping itu, peraturan perundang-undangan ada beberapa jenis. Ada peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah atau Pemerintah Desa. Peraturan perundang-undangan sendiri ada yang bersifat mengatur sesuatu secara umum (regeling) seperti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan sebagainya. Namun, ada pula yang bersifat memutuskan atau menetapkan secara khusus mengenai seseorang atau suatu obyek. Ini disebut keputusan (beschikking), seperti misalnya Keputusan Presiden, Keputusan Gubernur, dan sebagainya. Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, jenis atau hirarki peraturan perundang-undangan telah ditetapkan jenjangnya sebagai berikut. a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang d. Peraturan Pemerintah e. Peraturan Presiden f. Peraturan Daerah Provinsi g. Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota Dalam Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2), Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, kemudian ditambahkan bahwa selain dari jenis peraturan perundang-undangan yang disebutkan dalam hirarki di atas, masih diakui peraturan lain, termasuk yang dibuat oleh Pemerintah Desa. Namun demikian peraturan tersebut baru dapat diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan. 5

12

13 3. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT RESTORASI GAMBUT Peraturan Desa yang akan dibuat untuk melindungi dan mengelola gambut harus merujuk pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Di tingkat nasional, berikut beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Restorasi Gambut: 1.1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Undang-Undang Pokok Agraria, UUPA) 1.2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya 1.3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan; 1.4 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 1.5 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 1.6 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa; 1.7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah; 1.8 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan; 1.9 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah; 1.10 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan; 1.11 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut Peraturan Pemerintah 13 Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Penataan Ruang Wilayah Nasional Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Audit Lingkungan; 1.14 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 Tentang Tata Cara Inventarisasi Dan Penetapan Ekosistem Gambut; 1.15 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.15/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 Tentang Tata Cara Pengukuran Muka Air Dititik Penataan Ekosistem Gambut; 1.16 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 Tentang Pedoman Teknis Pemulihan Fungsi Ekosistem Gambut; 1.17 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.12/MENLHK-II/2015 Tentang Pembangunan Hutan Tanaman Industri 7

14

15 4. PERATURAN-PERATURAN DI DESA: JENIS, PRINSIP DAN PROSEDUR PEMBENTUKANNYA 4.1 Jenis Peraturan di Desa Berdasarkan pada Undang-Undang Desa (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014), peraturan yang ada di desa meliputi: PERATURAN DESA yaitu peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). PERATURAN BERSAMA KEPADA DESA adalah peraturan yang ditetapkan oleh dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat mengatur. PERATURAN KEPALA DESA adalah peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dan bersifat mengatur. 4.2 Prinsip Pembentukan Peraturan Pembentukan peraturan perundang-undangan tidak terkecuali Peraturan Desa harus memperhatikan prinsip-prinsip dibawah ini : Prinsip Perencanaan adalah prinsip dimana setiap rencana penyusunan Peraturan Desa harus ditetapkan dalam rencana kerja Pemerintah Desa; Prinsip Partisipasi adalah masyarakat, Lembaga Kemasyarakatan, lembaga adat dan lembaga lainnya dapat memberikan masukan atas rencana penyusunan rancangan Peraturan Desa; Prinsip Keterbukaan Informasi adalah penyusunan rancangan Peraturan harus dapat diakses oleh setiap masyarakat tanpa terkecuali sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang benar. Prinsip Keterbukaan ini juga termasuk penyebarluasan Rancangan Peraturan Desa untuk memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku kepentingan; Prinsip Konsultasi adalah setiap rancangan Peraturan Desa wajib dikonsultasikan kepada masyarakat dan diutamakan kepada masyarakat datau kelompok masyarakat yang akan terkait langsung dengan substansi materi pengaturan. Prinsip Hirarki penyusunan perundang-udangan adalah Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan diatasnya; 9

16 4.3 Prosedur Pembentukan Peraturan di Desa a. Prosedur Pembentukan Peraturan Desa Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa, prosedur pembentukan Peraturan Desa adalah sebagai berikut : (1) Tahap Perencanaan: Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa dan BPD dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa. Lembaga kemasyarakatan, lembaga adat dan lembaga desa lainnya di desa dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Desa dan atau BPD untuk rencana penyusunan rancangan Peraturan Desa. Skema pemberian masukan oleh masyarakat dalam digambarkan sebagai berikut: Identifikasi Masalah Konsultasi Publik Rancangan Peraturan Desa Identifikasi Landasan Hukum Penulisan Rencana Perdes (2) Tahap Penyusunan: Jika penyusunan rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa, maka harus memperhatikan hal-hal berikut: Rancangan Peraturan Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa dan dapat dikonsultasikan kepada camat untuk mendapatkan masukan. Rancangan Peraturan Desa yang dikonsultasikan diutamakan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat yang terkait langsung dengan substansi materi pengaturan. Masukan dari masyarakat desa dan camat digunakan Pemerintah Desa untuk tindak lanjut proses penyusunan rancangan Peraturan Desa. Rancangan Peraturan Desa yang telah dikonsultasikan disampaikan Kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama. 10

17 Jika Rancangan Penyusunan Rancangan Peraturan Desa berasal dari Badan Permusyawaratan Desa, maka harus diperhatikan hal-hal di bawah ini: Semua rancangan Peraturan Desa kecuali untuk rancangan Peraturan Desa tentang rencana pembangunan jangka menengah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang rencana kerja Pemerintah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa dan rancangan Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa Rancangan Peraturan Desa dapat diusulkan oleh anggota BPD kepada pimpinan BPD untuk ditetapkan sebagai rancangan Peraturan Desa usulan BPD. (3) Tahap Pembahasan: BPD mengundang Kepala Desa untuk membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa. Dalam hal terdapat rancangan Peraturan Desa prakarsa Pemerintah Desa dan usulan BPD mengenai hal yang sama untuk dibahas dalam waktu pembahasan yang sama, maka didahulukan rancangan Peraturan Desa usulan BPD sedangkan Rancangan Peraturan Desa usulan Kepala Desa digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan. Rancangan Peraturan Desa yang belum dibahas dapat ditarik kembali oleh pengusul. Rancangan Peraturan Desa yang telah dibahas tidak dapat ditarik kembali kecuali atas kesepakatan bersama antara Pemerintah Desa dan BPD. Rancangan Peraturan Desa yang telah disepakati bersama disampaikan oleh pimpinan BPD kepada Kepala Desa untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal kesepakatan. Rancangan Peraturan Desa wajib ditetapkan oleh Kepala Desa dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya rancangan Peraturan Desa dari pimpinan Badan Permusyawaratan Desa. (4) Tahap Penetapan: Rancangan Peraturan Desa yang telah dibubuhi tanda tangan, disampaikan kepada Sekretaris Desa untuk diundangkan. Dalam hal Kepala Desa tidak menandatangani Rancangan Peraturan Desa, Rancangan Peraturan Desa tersebut wajib diundangkan dalam Lembaran Desa dan sah menjadi Peraturan Desa. (5) Tahap Pengundangan: Sekretaris Desa mengundangkan peraturan desa dalam lembaran desa. Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sejak diundangkan. (6) Tahap Penyebarluasan: Penyebarluasan dilakukan oleh Pemerintah Desa dan BPD sejak penetapan rencana penyusunan rancangan Peraturan Desa, penyusunan Rancangan Peratuan Desa, pembahasan Rancangan Peraturan Desa, hingga Pengundangan Peraturan Desa. Penyebarluasan dilakukan untuk memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku kepentingan. (7) Evaluasi Rancangan Peraturan Desa 11

18 Peraturan Desa dapat dilakukan Evaluasi oleh Bupati/Walikota melalui camat. Evaluasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap rancangan Peraturan Desa untuk mengetahui apakah rancangan peraturan itu bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Ketentuan evaluasi adalah sebagai berikut: Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa yang telah dibahas dan disepakati oleh Kepala Desa dan BPD, disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota Melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi. Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu, Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya. Hasil evaluasi rancangan Peraturan Desa diserahkan oleh Bupati/Walikota paling lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan Peraturan tersebut oleh Bupati/Walikota. Dalam hal Bupati/Walikota telah memberikan hasil evaluasi, Kepala Desa wajib memperbaikinya. Kepala Desa memperbaiki rancangan peraturan desa paling lama 20 (dua puluh) hari sejak diterimanya hasil evaluasi. Kepala Desa dapat mengundang BPD untuk memperbaiki rancangan peraturan desa. Hasil koreksi dan tindaklanjut disampaikan Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat Dalam hal Kepala Desa tidak menindaklanjuti hasil evaluasi, dan tetap menetapkan menjadi Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota. Bupati/Walikota dapat membentuk tim evaluasi Rancangan Peraturan Desa. Tim ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota. (8) Klarifikasi Peraturan di Desa Klarifikasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap peraturan di Desa untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi. Tata cara klarifikasi adalah sebagai berikut: Peraturan Desa yang telah diundangkan disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak diundangkan untuk diklarifikasi. Bupati/Walikota melakukan klarifikasi Peraturan Desa dengan membentuk tim klarifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterima. Hasil klarifikasi dapat berupa: o hasil klarifikasi yang sudah sesuai dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi; dan o hasil klarifikasi yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam hal hasil klarifikasi Peraturan Desa tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Bupati/Walikota menerbitkan surat hasil klarifikasi yang berisi hasil klarifikasi yang telah sesuai. 12

19 Dalam hal hasil klarifikasi bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa tersebut dengan Keputusan Bupati/Walikota. b. Prosedur Pembentukan Peraturan Bersama Kepala Desa (1) Tahap Perencanaan: Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa ditetapkan bersama oleh dua Kepala Desa atau lebih dalam rangka kerja sama antar-desa. Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa ditetapkan setelah mendapatkan rekomendasi dari musyawarah desa (2) Tahap Penyusunan: Penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh Kepala Desa pemrakarsa. Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa masing-masing dan dapat dikonsultasikan kepada camat masing-masing untuk mendapatkan masukan. Masukan dari masyarakat desa dan camat, digunakan Kepala Desa untuk tindaklanjut proses penyusunan rancanan Peraturan Bersama Kepala Desa. (3) Tahap Pembahasan, Penetapan dan Pengundangan: Pembahasan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh 2 (dua) Kepala Desa atau lebih. Kepala Desa yang melakukan kerja sama antar-desa menetapkan Rancangan Peraturan Desa dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal disepakati. Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah dibubuhi tanda tangan diundangkan dalam Berita Desa oleh Sekretaris Desa masing-masing desa. Peraturan Bersama Kepala Desa mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sejak tanggal diundangkan dalam Berita Desa pada masing-masing Desa. (4) Penyebarluasan: Peraturan Bersama Kepala Desa disebarluaskan kepada masyarakat Desa masingmasing. c. Prosedur Pembentukan Peraturan Kepala Desa Penyusunan rancangan Peraturan Kepala Desa dilakukan oleh Kepala Desa.Materi muatan Peraturan Kepala Desa meliputi materi pelaksanaan Peraturan di Desa dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan Kepala Desa diundangkan dalam Berita Desa oleh Sekretaris Desa. Berdasarkan pada ketentuan perundang-undangan, semua biaya dalam perencanaan sampai pada penyebarluasan baik berupa Peraturan Desa, Peraturan Desa Bersama maupun Peraturan Kepala Desa pembiayaannya bersumber pada Anggaran Pendapatan Biaya Desa (APB Desa) 13

20

21 5. CONTOH-CONTOH PERATURAN DI DESA TERKAIT RESTORASI GAMBUT Pada bab ini diberikan tiga contoh Peraturan Desa dan satu contoh Keputusan Kepala Desa yang penting untuk mendukung restorasi gambut dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peraturan dimaksud meliputi peraturan restorasi gambut, peraturan mengenai Badan Usaha Milik Desa dan peraturan mengenai pembentukan Lembaga Pengelola Hutan Desa. Adapun contoh keputusan kepala desa adalah keputusan terkait penetapan pengurus Lembaga Pengelola Hutan Desa. Contoh ini diharap dapat memberikan inspirasi bagi Pemerintah dan masyarakat Desa untuk merumuskan peraturan di desanya masing-masing. Penyesuaian dengan masalah dan kebutuhan di desa harus menjadi prayarat utama dalam merumuskan peraturan tersebut. 5.1 Contoh materi Peraturan Desa mengenai pelaksanaan restorasi gambut LOGO GARUDA PANCASILA KEPALA DESA... (Nama Desa) KABUPATEN/KOTA... (Nama Kabupaten/Kota) PERATURAN DESA... (Nama Desa) NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA (Nama Desa), Menimbang : a. Bahwa ekosistem gambut di Desa. perlu dilindungi dan dipulihkan melalui restorasi gambut agar dapat memberikan manfaat bagi ketahanan lingkungan dan ekonomi masyarakat; b. Bahwa agar pelaksanan restorasi gambut berjalan baik diperlukan partisipasi masyarakat Desa ; c. Bahwa pelaksanaan restorasi gambut sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b perlu diatur dengan Peraturan Desa. Mengingat : a. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 15

22 c. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; d. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; e. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambit sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016; f. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Badan Restorasi Gambut g. Peraturan Daerah [jika ada dan berkaitan] h... Dengan Kesepakatan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA... (Nama Desa) dan KEPALA DESA... (Nama Desa) MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DESA [sebutkan nama Desa] TENTANG PELAKSANAAN RESTORASI GAMBUT BAB I KETENTUAN UMUM Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan: 1. Desa yang selanjutnya dengan nama setempat disebut. [jika ada nama setempat] adalah. [sebutkan nama Desa]; 2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa; 3. Kepala Desa adalah Kepala Desa. Kecamatan. Kabupaten Provinsi...; 4. Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah desa; 5. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa dengan menampung aspirasi masyarakat; 6. Peraturan Kepala Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat mengatur dalam rangka melaksanakan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi; 7. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang dibuat oleh kepala desa yang bersifat mengatur untuk melaksanakan hal-hal tertentu; 8. Gambut adalah material organik yang terbentuk secara alami dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada rawa. 16

23 9. Ekosistem Gambut adalah tatanan unsur Gambut yang merupakan satu kesatuan utuh menyeluruh yang saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitasnya. 10. Restorasi Ekosistem Gambut adalah salah satu upaya pemulihan Ekosistem Gambut terdegradasi agar pada kondisi hidrologis, struktur dan fungsi ekosistem gambut kembali pada kondisi pulih sesuai dengan kriteria pulih yang diatur dalam peraturan menteri di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 11. Kelompok Masyarakat Peduli Restorasi Gambut atau dapat disingkat Pokmas Restorasi adalah lembaga kemasyarakatan dalam berbagai bentuk yang dapat ditunjuk menjalankan kegiatan restorasi gambut. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Peraturan Desa ini dimaksudkan untuk memberikan arah bagi upaya Pemerintah dan masyarakat desa untuk melaksanakan dan atau mendukung pelaksanaan restorasi gambut di wilayah Desa.. [sebutkan nama desa]. (2) Pelaksanaan restorasi gambut di Desa.. bertujuan untuk menjaga keutuhan gambut yang masih baik, mencegah kerusakannya serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. BAB III PENDATAAN DAN PERENCANAAN Pasal 3 (1) Dalam rangka pelaksanaan restorasi gambut secara utuh di wilayah Desa. dilakukan pendataan biofisik dan sosial. (2) Pendataan dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi: a. Wilayah bergambut yang ada di dalam desa termasuk kedalaman gambutnya b. Bentuk-bentuk pemanfaatan gambut yang ada c. Lokasi rawan kebakaran, bencana banjir dan kekeringan d. Para pelaku pengguna lahan dan rawa gambut e. Wilayah konflik di areal gambut f. Kegiatan ekonomi masyarakat yang memanfaatkan sumber daya dari wilayah gambut g. Permukiman di dalam dan sekitar wilayah gambut h. Sarana transportasi, fasilitas umum dan sosial di wilayah gambut i. Kanal alami dan buatan j. Kondisi tanaman yang ada di lahan gambut seperti jenis, umur tanaman, kerapatan Pasal 4 (1) Pendataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3dilakukan oleh Tim Pendataan Gambut atau dapat disebut dengan nama lain. 17

24 (2) Tim Pendataan Gambut beranggotakan wakil dari perangkat desa dan warga desa yang mempunyai pengetahuan mengenai kondisi gambut dan pemanfaatannya di desa. (3) Tim Pendataan Gambut dibentuk oleh Kepala Desa melalui Keputusan Kepala Desa (4) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat ( ) bekerja selama jangka waktu.. (5) Di dalam keanggotaan Tim terdapat wakil unsur perempuan (6) Dalam melakukan pekerjaannya Tim Pendataan Gambut dapat dibantu oleh pihak lain. Pasal 5 (1) Berdasarkan hasil pendataan gambut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pemerintah Desa menyusun rencana pelaksanaan restorasi gambut. (2) Rencana dimaksud pada ayat (1) harus sejalan dengan fungsi ekosistem gambut dan rencana perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut serta rencana restorasi gambut yang ditetapkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pasal 6 (1) Rencana pelaksanaan restosasi gambut meliputi antara lain: a. Kegiatan restorasi hidrologis, revegetasi dan revitalisasi mata pencaharaian warga yang akan dilakukan b. Pokmas yang ditugasi untuk mendukung restorasi gambut c. Bentuk-bentuk pengawasan yang dijalankan oleh Pemerintah Desa d. Sumber pembiayaan (2) Rencana pelaksanaan restorasi gambut dikonsultasikan dengan fasilitator desa gambut dan dapat disusun dengan bantuan pihak lain. (3) Rencana pelaksanaan restorasi gambut dibuat setiap tahun dan dimasukkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintahan Desa. BAB IV KEGIATAN RESTORASI GAMBUT Pasal 7 Restorasi gambut di Desa. dilaksanakan dengan cara: a. Restorasi Hidrologis b. Revegetasi dan atau c. Revitalisasi Pasal 8 (1) Restorasi Hidrologis dilakukan untuk pemulihan tata air lahan gambut untuk menjadikan Ekosistem Gambut atau bagian-bagiannya menjadi basah dan/atau lembab sehingga berfungsi kembali untuk mendukung jasa ekosistemnya. 18

25 (2) Restorasi Hidrologis dilakukan dengan pembangunan sekat kanal/tabat, penimbunan kanal, pembangunan sumur bor dan atau embung. Pasal 9 (1) Revegetasi dilakukan untuk pemulihan tutupan lahan pada Ekosistem Gambut melalui penanaman dan/atau suksesi alami, pada fungsi lindung dengan jenis tanaman asli setempat dan pada fungsi budidaya dengan jenis tanaman yang adaptif terhadap lahan basah yang memiliki nilai ekonomi. (2) Revitalisasi dilakikan untuk menggiatkan dan mengembangkan kembali kapasitas masyarakat dalam mengelola sumberdaya ekosistem gambut secara berkelanjutan dengan mengoptimalkan berbagai potensi yang ada, yang dilaksanakan baik bersamaan maupun setelah dilaksanakannya restorasi hidrologis dan/atau revegetasi. Pasal 10 Pelaksanaan restorasi hidrologis, revegetasi dan atau revitalisasi harus sesuai dengan rencana restorasi Pemerintah. BAB V KELOMPOK MASYARAKAT PEDULI RESTORASI GAMBUT Pasal 11 (3) Untuk menjalankan restorasi gambut Pemerintah Desa dapat membentuk Kelompok Masyarakat Peduli Restorasi Gambut atau disebut nama lain yang bertugas menjalankan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. (4) Kelompok Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibentuk oleh Kepala Desa melalui musyawarah dengan warga dan disaksikan oleh BPD. (5) Dalam menjalankan kegiatannya Kelompok Masyarakat dapat bekerja sama atau mendapat bantuan dana dan atau bantuan teknis dari pihak lain atas persetujuan Kepala Desa. Pasal 12 (1) Kelompok Masyarakat Peduli Restorasi Gambut dapat membentuk sub-kelompok yang secara khusus menjalankan kegiatan restorasi hidrologis, revegetasi atau revitalisasi (2) Keanggotaan Kelompok Masyarakat Peduli Restorasi Gambut harus memasukkan unsur pemuda dan perempuan. (3) Susunan kepengurusan Kelompok Masyarakat Peduli Restorasi Gambut ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. 19

26 Pasal 13 Dalam menjalankan tugasnya, Kelompok Masyarakat Peduli Restorasi Gambut harus bersifat terbuka, partisipatif, transparan dan bertanggung jawab. Pengurus Kelompok menyampaikan laporan kegiatan termasuk laporan keuangan kepada warga melalui Pemerintah Desa BAB V KERJA SAMA Pasal 14 (1) Pemerintah Desa dan Kelompok Masyarakat Peduli Restorasi Gambut dapat melakukan kerja sama dengan instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, perusahaan atau pihak lain untuk menjalankan kegiatan restorasi gambut. (2) Kerja sama dimaksud pada ayat (1) dilaporkan, dicatat dan diawasi oleh Pemerintah Desa. Pasal 5 (1) Sebelum kerja sama dilakukan harus didahului dengan proses penyampaian informasi dengan jelas dan ada persetujuan tanpa paksaan dari warga masyarakat. (2) Kerja sama dilarang menyebabkan kerusakan gambut BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 16 (1) Pembinaan terhadap Kelompok Masyarakat dilakukan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa; (2) Pengawasan terhadap kegiatan pemanfaatan gambut di wilayah desa dilakukan oleh masyarakat desa, Pemerintah Desa dan lembaga-lembaga desa lainnya. (3) Dalam hal hasil pengawasan menunjukkan ada penyimpangan maka Pemerintah Desa menyampaikan teguran. BAB VII PENDANAAN Pasal 17 (1) Pendanaan dalam rangka perlindungan dan pemanfaatan gambut bersumber dari: a. Anggaran pendapatan dan belanja desa (APB Desa) b. Swadaya masyarakat c. Kerja sama dengan pihak ketiga d. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat 20

27 (2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa... (Nama Desa). Ditetapkan di... pada tanggal... KEPALA DESA... (Nama Desa), tanda tangan NAMA Diundangkan di... pada tanggal... SEKRETARIS DESA... (Nama Desa), tanda tangan NAMA LEMBARAN DESA... (Nama Desa) TAHUN... NOMOR... 21

28 5.2 Contoh Peraturan Desa Tentang Badan Usaha Milik Desa PERATURAN DESA CABAK NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA CABAK, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mewujudkan NAWACITA, yaitu desa bertenaga secara sosial, berdaulat secara politik, berdaya secara ekonomi, dan bermartabat secara budaya; b. bahwa dalam rangka pembentukan payung hukum atas kepemilikan Unit Usaha yang dikelola Pemerintah Desa maka perlu dibentuk Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) c. bahwa untuk melaksanakan UU nomor 6 tahun 2014, Bab X, pasal 87, pasal 88, dan Pasal 89 tentang Tata aturan pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, maka perlu ditetapkan Peraturan Desa tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa); Mengingat : 1. Undang-undang nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan 2. Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5495); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturam Pelaksana UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5539); 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2005 tentang Naskas dilingkungan 22

29 Kementrian Dalam Negeri 5. Peraturan Daerah Kabupaten Pati nomor... tahun 2014 tentang penyelenggaraan pemerintah desa (lembaran daerah Kabupaten PAti nomor ); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah; 8. Undang-undang Nomro 6 Tahun 2014 tentang Desa; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan; 10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.83/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2016 Tentang Perhutanan Sosial; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Pati nomor... tahun 2014 tentang penyelenggaraan pemerintah desa (lembaran daerah Kabupaten PAti nomor ); 12. Peraturan Daerah Kabupaten PAti nomor... tahun 2014 tentang Penataan Desa (Lembaran daerah Kebupaten PAti Nomor... tahun 2014); 13. Peraturan Daerah Kabupaten PAti nomor... tahun 2014 tentang Pengelolaan Uang dan Aset Desa (Lembaran Daerah Kabupaten PAti Nomor... tahun 2014); 14. Peraturan Desa.. Nomor.. tentang Pembentukan Lembaga Pengelola Hutan Desa.. 23

30 Dengan Kesepakatan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA CABAK dan KEPALA DESA CABAK MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN DESA TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) Pasal 1 Ketentuan Umum Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan: 1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa 4. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis 6. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa selanjutnya disebut Musrenbangdes, adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan di tingkat Desa 7. Musyrawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan selanjutnya disebut Musrenbang Kecamatan adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan di tingkat Kecamatan 8. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. 9. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 10. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa 11. Badan Kerja Sama Antar Desa, selanjutnya disebut BKAD adalah organisasi kerja yang mempunyai lingkup wilayah antar desa, berperan sebagai lembaga dalam mengelola perencanaan pembangunan partisipatif, mengembangkan bentuk-bentuk 24

31 kegiatan kerja sama antar desa, menumbuhkan usaha-usaha pengelolaan aset produktif, serta mengembangkan kemampuan pengelolaan program-program pengembangan masyarakat. 12. Badan Kerjsa sama Desa, selanjutnya disebut BKD adalah perwakilan masyarakat desa dalam keanggotan BKAD yang dipilih dan ditetapkan pada forum musyawarah desa dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa 13. Kerjasama Desa adalah suatu rangkaian kegiatan bersama antar desa atau desa dengan pihak ketiga dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. 14. Pihak Ketiga adalah Lembaga, Badan Hukum dan perorangan di luar pemerintahan desa. 15. Direksi BUMDes adalah Pengurus BUMDes yang dibentuk pada forum Musdes yang bertanggung jawab atas pelaksanaan koordinasi, Pembinaan, dan Pengawasan semua keputusan dan ketetapan Musdes serta tugas pengembangan organisasi BUMDes 16. Badan Pengawas adalah badan yang dibentuk oleh Musdes yang berfungsi dalam bidang pengawas ketaatan Kelembagaan BUMDes terhadap semua ketetapan Musdes dan akuntabilitas keuangan yang dikelola oleh masihng-masing pengurus Kelembagaan BUMDes 17. Unit Usaha adalah Unit Usaha milik BUMDes yang dikelol oleh pengelola Unit Usaha dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat dan pencapaian target keuntungan atas unit usaha yang dikelola 17. Deviden atau Surplus Bersih adalah laba yang diperoleh dari pengelolaan unit usaha setelah dikurangi Biaya-biaya dan hutang 18. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. Pasal 2 Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) (1) Untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup masyarakat desa dan berdasarkan potensi yang dimiliki maka diselenggarakan Musyawarah Desa untuk membahas pembentukan Badan Usaha Milik Desa (2) BUMDes didirikan atas dasar kebutuhan masyarakat dan kelayakan unit usaha yang akan dikelola oleh BUMDes (3) BUMDes didirikan sebagai sarana untuk mewujudkan kemandirian ekonomi desa dan ditetapkan melalui Peraturan Desa Pasal 3 Maksud dan tujuan Pembentukan BUMDes 25

32 (1) Maksud pembentukan BUMDes adalah sebagai berikut: a. Menumbuh kembangkan perekonomian desa b. Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes) c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan jasa bagi peruntukan hajat hidup masyarakat desa (2) Tujuan pembentukan BUMDes adalah: a. Memenuhi kebutuhan dasar hidup masyarakat b. Meningkatkan peranan masyarakat desa dalam mengelola sumber-sumber pendapatan lain yang sah (3) Menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi masyarakat desa, dalam unit-unit usaha desa (4) Menumbuhkembangkan usaha sektor informal untuk dapat menyerap tenaga kerja masyarakat di desa (5) Meningkatkan kreatifitas berwirausaha masyarakat desa yang berpenghasilan rendah (6) Meningkatkan pendapatan asli desa.. Pasal 12 Fungsi BUMDes merupakan payung hukum atas pemilikan unit-unit usaha yang dimiliki oleh Pemerintah Desa BAB IV UNIT USAHA BUMDES Pasal 13 Pendirian Unit Usaha (1) BUMdes dibentuk tidak bisa lepas dari unit usaha yang dikelola, oleh karena itu perlu diatur terkait ketentuan umum pendirian Unit Usaha BUMDes, yaitu: a. BUMDes dapat mendirikan lebih dari 1 unit usaha, baik yang saling berkaitan maupun yang berdiri sendiri b. Unit usaha didirikan berdasarkan potensi dan kebutuhan masyarakat Desa dan kemampuan Pemerintah desa c. Unit usaha didirikan tidak untuk menjadi pesaing atau mematikan usaha yang telah diselenggarakan oleh masyarakat desa d. Unit usaha BUMDes dapat didirikan untuk membantu dan mendorong pengembangan potensi dan usaha yang dikelola masyarakat desa e. Pendirian Unit usaha didanai oleh APBDesa setelah mendapat persetujuan masyarakat melalui Musyawarah Desa f. Perencanaan pendirian Unit usaha BUMDes harus masuk dalam Rencanaan Kerja Pemrintah Desa (RKPDes) dan Rencana jangka menengah desa (RPJMDes) 26

33 g. Unit usaha BUMDes Air Bersih Dhana Warih dan Tirta Manik harus memenuhi kaidah hukum yang berlaku di negara Indonesia, baik perijinan maupun bentuk Badan Hukum Unit usaha h. Pemerintah Desa dapat melakukan kerja sama dengan Desa lain dalam pendirian Unit Usaha setelah mendapat persetujuan dari masyarakat melalui forum Musyawarah Desa i. Kerja sama antar desa terkait pendirian unit usaha bersama dituangkan dalam naskah perjanjian kerja sama yang berisikan minimal terkait: Bentuk kerja sama Bidang kerja sama Pembagian peran & tanggung jawab antar pihak Penyertaan modal Pembagian hasil usaha Jangka waktu kerja sama Tata cara penyelesaian masalah Tata cara pembubaran kerja sama dan pembagian aset usaha (2) Prosedur pendirian BUMDes dan Unit Usaha BUMDes, terdiri dari: a. BPDdanPemerintahDesamengadakanMusyawarahDesaSosialisasimembahas potensi dan kebutuhan masyarakat terkait dengan jenis usaha yang bisa didirikan oleh BUMDes b. DibentukTimPengkajiKelayakanUsaha c. Rekomendasi Tim Pengkaji Kelayakan Usaha dipresentasikan pada Forum Musayawarah Desa untuk mendapatkan persetujuan pemilihan Unit Usaha d. Dibentuk Tim Konseptor AD/ART dan SOP Unit Usaha e. Ditetapkannya Unit Usaha BUMDesa pada Forum Musyawarah Desa dan menetapkan AD/ART BUMDes dan SOP Unit Usaha serta memilih dan menetapkan pengurus BUMDes dan Pengelola Unit Usaha f. Diterbitkannya Peraturan Desa (Perdes) pembentukan BUMDes g. Pengumpulan Berkas dan Dokumen Pembentukan BUMDes dan Unit Usaha BUMDes h. Mencatatkan pendirian BUMDes pada Notaris dan mendaftarkannya pada Pengadilan Negeri i. Mendaftarkan Ijin usaha sesuai ketentuan perundangan yang berlaku di Negara Repubilk Indonesia BAB V KEWENANGAN TERTINGGI Pasal 14 (1) Kewenangan tertinggi BUMDes berada di tangan masyarakat yang dilaksanakan melalui Musyawarah Desa yang selenggarakan oleh BPD dan Pemerintah Desa (2) Musyawarah desa sebagai forum musyawarah tertinggi membahas: a. Menetapkan dan Merubah Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) BUMDes serta SOP Unit Usaha. 27

34 b. Menetapkan kebijakan organisasi dan program kerja serta rencana anggaran biaya. c. Sebagai forum dalam menyelesaikan permasalahan d. Memperoleh informasi tentang perkembangan dan dinamika BUMDes e. Meminta pertanggungjawaban pengurus BUMDes dan pengelola Unit Usaha. (3) Peserta Musyawarah Desa (Musdes) adalah BPD, Kepala Desa dan Perangkat Pemerintah Desa, Pengurus Lembaga Masyarakat Desa, Tokoh masyarakat, Tokoh perempuan, dan wakil masyarakat Dusun, Wakil Kelompok Masyarakat, Invenstor yang ikut menanamkan modal di BUMDes, dan tamu undangan dari Pemerintah Supra Desa (Pemerintah diatas Pemerintah Desa), dan Pengamat/LSM (4) Peserta penuh Musyawarah Desa terdiri dari: a. Anggota BPD b. KepalaDesa c. 3 orang Perwakilan Perangkat Pemerintah Desa, d. Wakil Masyarakat Dusun (1orang per dusun), e. 1 orang wakil Tokoh Perempuan, f. 1 orang Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa (1 orang per lembaga) g. Investor yang ikut menanamkan Modal (5) Peserta Penuh mempunyai hak: a. Hak suara b. Mengajukan usulan dan pertanyaan c. Selain peserta yang berasal dari penyelengara pemerintahan Desa (Anggota BPD & Perangkat Pemerintah Desa), mempunyai hak untuk dipilih menjadi pengurus BUMDes atau Pengelola Unit Usaha d. Berhak mengusulkan pengurus BUMDes dan Pengelola Unit Usaha e. Kepala Desa secara otomatis menjadi Pembina BUMDes (6) Musyawarah Desa diadakan minimal sekali setahun. (7) Musyawarah Desa, berwenang: a. Memutuskan dan mengesahkan laporan berkala yang meliputi status laporan konsolidasi keuangan Unit-unit Usaha dan Pencapaian Program Kerja b. Melakukan penilaian kinerja pengurus BUMDes dan Pengelola Unit-unit Usaha (8) Musyawarah Desa selain yang dimaksud dalam ayat (6) pasal ini dapat dilaksanakan karena hal-hal yang bersifat khusus yang disebut Musyawarah Desa Khusus. (9) Musyawarah Desa Khusus dapat dilaksanakan apabila: a. Diminta oleh BPD dan atau Pemerintah Desa berdasarkan laporan masyarakat yang telah diklarifikasi oleh Badan Pengawas dan telah mendapatkan minimal 2 alat bukti berupa dokumen dan bukti pendukung lainnya; b. Adanya permasalahan yang membutuhkan penyelesaian dari keputusan Musyawarah Desa BAB VI PENDANAAN Pasal 15 (1) BUMDes dalam menjalankan roda organisasinya dapat didanai dari sumber-sumber sebagai berikut: a. Dibiayai dari APBDes 28

35 b. Dibiayai dari pembagian surplus Unit Usaha sesuai ketetapan Musyawarah Desa c. Hibah atau bantuan dari pihak ke-3 Pasal 16 Pembubaran BUMDes Pembubaran BUMDes dapat dilakukan: 1. Setelah ada upaya penyelamatan dan perbaikan Organisas 2. Adanya Ketentuan perundangan baru yang mengharuskan adanya pembubaran dan penggantian Badan/Lembaga baru yang sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia 3. Pembubaran BUMDes dilakukan pada Forum Musdes Khusus sebagaimana diatur pada Bab V, pasal 14, ayat 8 Pasal 17 Bagian Penutup (1) Hal yang berkenaan dengan pelaksanaan operasional organisasi BUMDes akan diatur dalam AD/ART BUMDes dan SOP Unit Usaha BUMDEs (2) Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan Peraturan Bersama Kepala Desa ini akan diputuskan dan ditetapkan pada Forum Musdes SEKRETARIS DESA CABAK SARIHONO, SE Ditetapkan di: Desa Cabak Pada tanggal : 4 April 2016 KEPALA DESA SUROTO Diundangkan di Desa Pada tanggal : Cabak : 8 April 2016 LEMBARAN DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI NOMOR 04 29

36 5.3 Contoh Format Peraturan Desa tentang Pembentukan Lembaga Pengelola Hutan Desa (Mengacu pada Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Nomor P.11/PSKL/SET/PSL.0/11/2016 Tentang Pedoman Verifikasi Permohonan Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD)) LOGO GARUDA PANCASILA KEPALA DESA... (Nama Desa) KABUPATEN/KOTA... (Nama Kabupaten/Kota) PERATURAN DESA... (Nama Desa) NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA (Nama Desa) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA (Nama Desa), Menimbang : a. bahwa hutan negara di wilayah Desa.merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena itu perlu dikelola dengan baik agar tetap lestari dan bermanfaat terhadap kehidupan masyarakat; b. Bahwa agar pengelolaan kawasan hutan tersebut dapat terwujud, maka perlu dikelola oleh masyarakat Desa.; c. Bahwa agar pengelolaan hutan di Desa. dapat berjalan dengan baik, maka perlu dibentuk Lembaga Pengelola Hutan Desa. d. Bahwa untuk Pembentukan Lembaga Pengelola Hutan Desa sesuai dengan butir c, maka dipandang perlu ditetapkan dengan Peraturan Desa Mengingat : a. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; b. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; c. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; d. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; e. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan; 30

37 f. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.83/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2016 Tentang Perhutanan Sosial; g... Dengan Kesepakatan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA... (Nama Desa) dan KEPALA DESA... (Nama Desa) MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENGELOLA HUTAN DESA BAB I KETENTUAN UMUM Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan : 12. Desa yang selanjutnya dengan nama setempat disebut. [jika ada nama setempat] adalah. [sebutkan nama Desa]; 13. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa; 14. Kepala Desa adalah Kepala Desa. Kecamatan.. Kabupaten Provinsi..; 15. Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah desa; 16. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa dengan menampung aspirasi masyarakat; 17. Peraturan Kepala Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat mengatur dalam rangka melaksanakan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi; 18. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang dibuat oleh kepala desa yang bersifat mengatur untuk melaksanakan hal-hal tertentu; 19. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap; 20. Kawasan pengelola hutan adalah wilayah pengelolaan hutan secara fungsi, pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari; 21. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan; 22. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. 23. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 31

38 24. Wilayah desa adalah wilayah pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi sebagai tempat perekonomian/pemusatan dan distribusi, pusat jasa pemerintah, pelayanan sosial budaya dan kegiatan ekonomi; 25. Hutan desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa serta belum dibebani izin/hak; 26. Lembaga Pengelola Hutan Desa adalah lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan Peraturan Desa yang bertugas untuk mengelola Hutan Desa, secara fungsional berada dalam organisasi desa dan bertanggung jawab kepada kepala desa; 27. Areal Kerja Hutan Desa adalah satu kesatuan hamparan kawasan hutan yang perlu dikelola oleh lembaga desa secara lestari; 28. Hak Pengelolaan Hutan Desa adalah hak yang diberikan oleh gubenur setempat kepada desa untuk mengelola hutan Negara dalam batas waktu dan luasan tertentu; 29. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam Hutan Desa adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam Hutan desa pada hutan produksi melalui kegiatan penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran; 30. Pemanfaatan kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang tumbuh sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial dan manfaat ekonomi secara optimal dengan tidak mengurangi fungsi utamanya; 31. Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya; 32. Pemungutan hasil kayu dan atau bukan kayu adalah kegiatan untuk mengambil hasil hutan baik berupa kayu maupun bukan kayu dengan batasan waktu, luas dan atau volume tertentu. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (3) Pembentukan Lembaga Pengelola Hutan Desa dimaksudkan untuk melakukan pengelolaan Hutan Desa pada kawasan hutan negara yang berfungsi sebagai (Hutan Lindung / Hutan Produksi) di Desa. secara adil dan lestari sehingga dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat desa. (4) Pembentukan Lembaga Pengelola Hutan Desa bertujuan untuk menyusun rncana pengelolaan dan mengatur pelaksanaannya sehingga pemanfaatan aeal kerja hutan desa dapat memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat desa secara adil dan berkelanjutan. BAB III TATA CARA PEMBENTUKAN LEMBAGA PENGELOLA HUTAN DESA Pasal 3 (3) Dalam rangka pengelolaan Hutan Desa perlu dibentuk lembaga desa yang selanjutnya disebut Lembaga Pengelola Hutan Desa 32

39 (4) Lembaga Pengelola Hutan Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) dibentuk atas prakarsa masyarakat Desa melalui musyawarah dan mufakat. BAB IV SUSUNAN ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN Bagian Pertama Susunan Organisasi Pasal 4 (1) Susunan organisasi Lembaga Pengelola Hutan Desa terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Seksi-Seksi; (2) Kegiatan Lembaga Pengelola Hutan Desa sehari-hari dilaksanakan oleh Pengurus Lembaga Pengelola Hutan Desa; (3) Kepengurusan Lembaga Pengelola Hutan Desa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa; (4) Masa bakti pengurus Lembaga Pengelola Hutan Desa selama 3 (tiga) tahun dan setelah itu dapat dipilih kembali untuk masa jabatan berikutnya. Bagian Kedua Syarat-syarat Anggota Pengurus Pasal 5 Anggota pengurus Lembaga Pengelola Hutan Desa terdiri dari para komponen masyarakat antara lain pemuka adat, tokoh agama, pendidikan, tokoh pemuda dan wanitaserta unsur-unsur lain dalam masyarakat dengan syarat-syarat sebagai berikut; a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Setia dan taa kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 c. Berkelakuan baik, jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian kepada masyarakat d. Sebagai penduduk desa dan bertempat tinggal tetap di Desa. e. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bekerjasama membangun desa melalui pegelolaan hutan desa Pasal 6 (1) Setelah masa bakti kepengurusan berakhir, maka dilaksanakan musyawarah dan mufakat pemilihan kepengurusan baru. (2) Calon anggota pengurus diajukan berdasarkan usulan masyarakat dan dipilih di dalam musyawarah dan mufakat warga Desa ; (3) Nama-nama calon terpilih diajukan kepada Kepala Desa untuk ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa. BAB V TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA PENGELOLA HUTAN DESA 33

40 Bagian Pertama Tugas Lembaga Pengelola Hutan Desa Pasal 7 Lembaga Pengelola Hutan Desa mempunyai tugas: a. Menguatkan Kelembagaan Pengelola Hutan Desa b. Menyusun Rencana Pengelolaan Hutan Desa (RPHD) dan Rencana Kerja Tahunan Hutan Desa (RKTHD) c. Melakukan penandaan batas areal kerja Hutan Desa d. Melakukan pengembangan usaha Hutan Desa e. Melakukan pengembangan kelembagaan usaha Hutan Desa f. Melakukan perlindungan dan pengamanan areal kerja Hutan Desa g. Membuat formulasi pengaturan Pembagian Hasil dan Manfaat dari pengelolaan Hutan Desa secara musyawarah mufakat h.. BAB VI HUBUNGAN DAN TATA KERJA Pasal 8 (1) Hubungan kerja antara Lembaga Pengelola Hutan Desa dengan Kepala Desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif; (2) Dalam pelaksanaan tata kerja antara Lembaga Pengelola Hutan Desa dengan Kepala Desa ditetapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi; (3) Lembaga Pengelolaan Hutan Desa bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap masyarakat desa. BAB VIII PENDANAAN Pasal 9 (3) Pendanaan dalam rangka pengembangan Lembaga Pengelola Hutan Desa bersumber dari: e. Anggaran pendapatan dan belanja desa (APB Desa) f. Swadaya masyarakat g. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat (4) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Pasal 10 (4) Pembinaan terhadap Lembaga Pengelola Hutan Desa dilakukan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa; (5) Pengawasan dilakukan oleh masyarakat desa, Pemerintah Desa dan lembaga-lembaga desa lainnya. 34

41 BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 11 Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa... (Nama Desa). Ditetapkan di... pada tanggal... KEPALA DESA...(Nama Desa), tanda tangan NAMA Diundangkan di... pada tanggal... SEKRETARIS DESA... (Nama Desa), tanda tangan NAMA LEMBARAN DESA... (Nama Desa) TAHUN... NOMOR... 35

42 5.4 Contoh Format Surat Keputusan Kepala Desa Tentang Susunan Pengurus Lembaga Pengelola Hutan Desa (Mengacu pada Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Nomor P.11/PSKL/SET/PSL.0/11/2016 Tentang Pedoman Verifikasi Permohonan Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD)) KOP SURAT KEPUTUSAN KEPALA DESA KECAMATAN. KABUPATEN PROVINSI.. NOMOR : TENTANG SUSUNAN PENGURUS LEMBAGA PENGELOLA HUTAN DESA. KEPALA DESA.. Menimbang : a. Bahwa berdasarkan Pasal.. Peraturan Desa Nomor.. tentang Pembentukan Lembaga Pengelola Hutan Desa.. dalam rangka melaksanakan pengelolaan areal kerja Hutan Desa di wilayah administrasi Desa. perlu dibentuk Susunan Pengurus Lembaga Pengelola Hutan Desa.; b. Bahwa susunan pengurus Lembaga Pengelola Desa telah dipilih melalui rapat warga yang diselenggarakan di ; c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a dan b di atas, perlu ditetapkan Susunan Pengurus Lembaga Pengelola Hutan Desa dengan Surat Keputusan Kepala Desa. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah; 3. Undang-undang Nomro 6 Tahun 2014 tentang Desa; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan; 5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.83/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2016 Tentang Perhutanan Sosial; 6. Peraturan Desa.. Nomor.. tentang Pembentukan Lembaga Pengelola Hutan Desa.. MEMUTUSKAN: 36

43 Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DESA.. TENTANG SUSUNAN PENGURUS LEMBAGA PENGELOLA HUTAN DESA.. KESATU : Menetapkan Saudara yang nama-namanya tercantum dalam lampiran Surat Keputusan ini sebagai Pengurus Lembaga Pengelola Hutan Desa KEDUA : Tugas Pengurus Lembaga Pengelola Hutan Desa sebagaimana dimaksud dalam amar KESATU adalah: a. Menguatakan kelembagaan pengelola Hutan Desa b. Menyusun rencana pengelolaan Hutan Desa c. Melakukan penandaan batas areal kerja Hutan Desa d. Melakukan pengembangan usaha Hutan Desa e. Melakukan pengembangan kelembagaan Hutan Desa f. Melakukan perlindunga dan pengamanan areal kerja Hutan Desa g. Membuat formulasi pengaturan pembagian hasil dan manfaat dari pengelolaan Hutan Desa secara musyawarah mufakat h. KETIGA : Masa bakti kepengurusan ini selama. tahun KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan Ditetapkan di : Pada Tanggal : Kepala Desa. Tembusan: 1. Menteri Kehutanan 2. Gubernur Provinsi. 3. Bupati 4. Kepala Dinas Kehutana Provinsi 5. Kepala Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah. 6. Camat.. 7. Yang bersangkutan 37

44 Lampiran : Surat Keputusan Kepala Desa. Nomor : Tanggal : SUSUNAN PENGURUS LEMBAGA PENGELOLA HUTAN DESA Ketua : Sekretaris : Bendahara : Seksi bidang I. Seksi Penguatan : Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Koordinator : Anggota : II. Seksi Pemanfaatan Hutan dan : Pengembangan Koordinator Anggota : : : III. Seksi Perlindungan dan Pengawasan Koordinator : Anggota : Kepala Desa... 38

45

46 6. PENUTUP Upaya restorasi gambut memerlukan tindakan yang cepat dan tepat. Di samping itu, membutuhkan pula partisipasi masyarakat sampai ke tingkat paling bawah yaitu desa. Bukum Pedoman penyusunan ini merupakan langkah memberikan kepastian hukum bagi Desa untuk mengelola dan memanfaatkan kawasan eskosistem Gambut lebih arif dan bijaksan. Dengan pedoman ini kami berharap pembentukan Peraturan di Desa yang dapat mendukung kegiatan restorasi gambut dapat berjalan lebih cepat dan mudah. Pemerintah Desa akan terbantu dalam merencanakan, menyusun dan membahas Peraturan di Desa yang lebih partisipatif dan terbuka sehingga akan efektif dalam mencapai tujuannya. 40

47

48

49 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 111 TAHUN 2014 No.2091, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Peraturan. Desa. Pedoman Teknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERATURAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 89 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123); 42

50 2014, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERATURAN DI DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 4. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, yang selanjutnya disebut BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. 5. Peraturan di Desa adalah Peraturan yang meliputi Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa. 6. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD. 7. Peraturan Bersama Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat mengatur. 8. Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dan bersifat mengatur. 9. Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat konkrit, individual, dan final. 10. Evaluasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap rancangan Peraturan Desa untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

51 3 2014, No Pengundangan adalah penempatan Peraturan di desa dalam Lembaran Desa atau Berita Desa. 12. Klarifikasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap Peraturan di Desa untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. 13. Bertentangan dengan kepentingan umum adalah kebijakan yang menyebabkan terganggunya kerukunan antar warga masyarakat, terganggunya akses terhadap pelayanan publik, terganggunya ketentraman dan ketertiban umum, terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan/atau diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antar golongan, dan gender. 14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya disebut APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa. BAB II JENIS DAN MATERI MUATAN PERATURAN DI DESA Pasal 2 Jenis Peraturan di desa meliputi: a. Peraturan Desa; b. Peraturan Bersama Kepala Desa; dan c. Peraturan Kepala Desa. Pasal 3 Peraturan di desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dilarang bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Pasal 4 (1) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a berisi materi pelaksanaan kewenangan desa dan penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. (2) Peraturan bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b berisi materi kerjasama desa. (3) Peraturan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c berisi materi pelaksanaan peraturan desa, peraturan bersama kepala desa dan tindak lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

52 2014, No BAB III PERATURAN DESA Bagian Kesatu Perencanaan Pasal 5 (1) Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa dan BPD dalam rencana kerja Pemerintah Desa. (2) Lembaga kemasyarakatan, lembaga adat dan lembaga desa lainnya di desa dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Desa dan atau BPD untuk rencana penyusunan rancangan Peraturan Desa. Bagian Kedua Penyusunan Paragraf 1 Penyusunan Peraturan Desa oleh Kepala Desa Pasal 6 (1) Penyusunan rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa. (2) Rancangan Peraturan Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa dan dapat dikonsultasikan kepada camat untuk mendapatkan masukan. (3) Rancangan Peraturan Desa yang dikonsultasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diutamakan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat yang terkait langsung dengan substansi materi pengaturan. (4) Masukan dari masyarakat desa dan camat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan Pemerintah Desa untuk tindaklanjut proses penyusunan rancangan Peraturan Desa. (5) Rancangan Peraturan Desa yang telah dikonsultasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan Kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama. Paragraf 2 Penyusunan Peraturan Desa oleh BPD Pasal 7 (1) BPD dapat menyusun dan mengusulkan rancangan Peraturan Desa. (2) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali untuk rancangan Peraturan Desa tentang rencana

53 5 2014, No.2091 pembangunan jangka menengah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang rencana kerja Pemerintah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa dan rancangan Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa. (3) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diusulkan oleh anggota BPD kepada pimpinan BPD untuk ditetapkan sebagai rancangan Peraturan Desa usulan BPD. Bagian Ketiga Pembahasan Pasal 8 (1) BPD mengundang Kepala Desa untuk membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa. (2) Dalam hal terdapat rancangan Peraturan Desa prakarsa Pemerintah Desa dan usulan BPD mengenai hal yang sama untuk dibahas dalam waktu pembahasan yang sama, maka didahulukan rancangan Peraturan Desa usulan BPD sedangkan Rancangan Peraturan Desa usulan Kepala Desa digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan. Pasal 9 (1) Rancangan Peraturan Desa yang belum dibahas dapat ditarik kembali oleh pengusul. (2) Rancangan Peraturan Desa yang telah dibahas tidak dapat ditarik kembali kecuali atas kesepakatan bersama antara Pemerintah Desa dan BPD. Pasal 10 (1) Rancangan peraturan Desa yang telah disepakati bersama disampaikan oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan Desa paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung sejak tanggal kesepakatan. (2) Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditetapkan oleh kepala Desa dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 15 (lima belas) Hari terhitung sejak diterimanya rancangan peraturan Desa dari pimpinan Badan Permusyawaratan Desa. Bagian Keempat Penetapan Pasal 11 (1) Rancangan Peraturan Desa yang telah dibubuhi tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Sekretaris Desa untuk diundangkan.

54 2014, No (2) Dalam hal Kepala Desa tidak menandatangani Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rancangan Peraturan Desa tersebut wajib diundangkan dalam Lembaran Desa dan sah menjadi Peraturan Desa. Bagian Kelima Pengundangan Pasal 12 (1) Sekretaris Desa mengundangkan peraturan desa dalam lembaran desa. (2) Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sejak diundangkan. Bagian Keenam Penyebarluasan Pasal 13 (1) Penyebarluasan dilakukan oleh Pemerintah Desa dan BPD sejak penetapan rencana penyusunan rancangan Peraturan Desa, penyusunan Rancangan Peratuan Desa, pembahasan Rancangan Peraturan Desa, hingga Pengundangan Peraturan Desa. (2) Penyebarluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku kepentingan. BAB IV EVALUASI DAN KLARIFIKASI PERATURAN DESA Paragraf 1 Evaluasi Pasal 14 (1) Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa yang telah dibahas dan disepakati oleh Kepala Desa dan BPD, disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota Melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi. (2) Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu, Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya. Pasal 15 (1) Hasil evaluasi rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) diserahkan oleh Bupati/Walikota paling lama

55 7 2014, No (dua puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan Peraturan tersebut oleh Bupati/Walikota. (2) Dalam hal Bupati/Walikota telah memberikan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Desa wajib memperbaikinya. Pasal 16 (1) Kepala Desa memperbaiki rancangan peraturan desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (2) paling lama 20 (dua puluh) hari sejak diterimanya hasil evaluasi. (2) Kepala Desa dapat mengundang BPD untuk memperbaiki rancangan peraturan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Hasil koreksi dan tindaklanjut disampaikan Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat. Pasal 17 Dalam hal Kepala Desa tidak meninjaklanjuti hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1), dan tetap menetapkan menjadi Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota. Pasal 18 (1) Bupati/Walikota dapat membentuk tim evaluasi Rancangan Peraturan Desa. (2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota. Paragraf 2 Klarifikasi Pasal 19 (1) Peraturan Desa yang telah diundangkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak diundangkan untuk diklarifikasi. (2) Bupati/Walikota melakukan klarifikasi Peraturan Desa dengan membentuk tim klarifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterima. Pasal 20 (1) Hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) dapat berupa:

56 2014, No a. hasil klarifikasi yang sudah sesuai dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi; dan b. hasil klarifikasi yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. (2) Dalam hal hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Peraturan Desa tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Bupati/Walikota menerbitkan surat hasil klarifikasi yang berisi hasil klarifikasi yang telah sesuai. (3) Dalam hal hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa tersebut dengan Keputusan Bupati/Walikota. BAB V PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA Bagian Kesatu Perencanaan Pasal 21 (1) Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa ditetapkan bersama oleh dua Kepala Desa atau lebih dalam rangka kerja sama antar-desa. (2) Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setelah mendapatkan rekomendasi dari musyawarah desa. Bagian Kedua Penyusunan Pasal 22 Penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh Kepala Desa pemrakarsa. Pasal 23 (1) Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa masing-masing dan dapat dikonsultasikan kepada camat masing-masing untuk mendapatkan masukan.

57 9 2014, No.2091 (2) Masukan dari masyarakat desa dan camat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan Kepala Desa untuk tindaklanjut proses penyusunan rancanan Peraturan Bersama Kepala Desa. Bagian Ketiga Pembahasan, Penetapan dan Pengundangan Pasal 24 Pembahasan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh 2 (dua) Kepala Desa atau lebih. Pasal 25 (1) Kepala Desa yang melakukan kerja sama antar-desa menetapkan Rancangan Peraturan Desa dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal disepakati. (2) Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah dibubuhi tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diundangkan dalam Berita Desa oleh Sekretaris Desa masing-masing desa. (3) Peraturan Bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sejak tanggal diundangkan dalam Berita Desa pada masing-masing Desa. Bagian Keempat Penyebarluasan Pasal 26 Peraturan Bersama Kepala Desa disebarluaskan kepada masyarakat Desa masing-masing. BAB VI PERATURAN KEPALA DESA Pasal 27 (1) Penyusunan rancangan Peraturan Kepala Desa dilakukan oleh Kepala Desa. (2) Materi muatan Peraturan Kepala Desa meliputi materi pelaksanaan Peraturan di Desa dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Pasal 28 Peraturan Kepala Desa diundangkan dalam Berita Desa oleh Sekretaris Desa.

58 2014, No BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 29 Pembiayaan pembentukan Peraturan di Desa dibebankan pada APB Desa. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 30 (1) Peraturan Desa Adat disesuaikan dengan hukum adat dan norma adat istiadat yang berlaku di Desa Adat sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. (2) Teknik dan prosedur penyusunan Peraturan di desa yang diatur dalam Peraturan Menteri ini berlaku secara mutatis mutandis bagi teknik dan prosedur penyusunan Peraturan di desa adat. Pasal 31 Kepala Desa dapat menetapkan Keputusan Kepala Desa untuk pelaksanaan Peraturan di desa, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa yang bersifat penetapan. Pasal 32 (1) Ketentuan mengenai teknik penyusunan Peraturan di Desa dan Keputusan Kepala Desa sesuai dengan ketentuan Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. (2) Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan peraturan di desa diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota. Pasal 33 Ketentuan mengenai bentuk Peraturan di Desa dan Keputusan Kepala Desa tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

59 , No.2091 Pasal 35 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Desember 2014 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, TJAHJO KUMOLO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 31 Desember 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY

60 2014, No LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERATURAN DI DESA BENTUK PERATURAN DI DESA DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA A. BENTUK RANCANGAN PERATURAN di DESA I. BENTUK RANCANGAN PERATURAN DESA KEPALA DESA.. (Nama Desa) KABUPATEN/KOTA... (Nama Kabupaten/Kota) PERATURAN DESA (Nama Desa) NOMOR TAHUN TENTANG (Nama Peraturan Desa) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA (Nama Desa), Menimbang: a. bahwa ; b. bahwa ; c. dan seterusnya ;

61 , No.2091 Mengingat: 1. ; 2. ; 3. dan seterusnya ; Dengan Kesepakatan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (Nama Desa) dan KEPALA DESA (Nama Desa) MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN DESA TENTANG... (Nama Peraturan Desa). BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 BAB II Pasal BAB (dan seterusnya) Pasal... Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

62 2014, No Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa (Nama Desa). Ditetapkan di pada tanggal KEPALA DESA (Nama Desa), tanda tangan NAMA Diundangkan di pada tanggal SEKRETARIS DESA (Nama Desa), tanda tangan NAMA LEMBARAN DESA (Nama Desa) TAHUN NOMOR

63 , No.2091 II. PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA KABUPATEN/KOTA... (Nama Kabupaten/Kota) PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA... (Nama Desa) DAN KEPALA DESA... (Nama Desa) NOMOR... TAHUN... NOMOR... TAHUN... TENTANG (Judul Peraturan Bersama) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA... (Nama Desa) DAN KEPALA DESA..., (Nama Desa) Menimbang : a. bahwa... ; b. bahwa... ; c. dan seterusnya... ; Mengingat : ; ; 3. dan seterusnya... ; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA... (Nama Desa) DAN KEPALA DESA... (Nama Desa) TENTANG... (Judul Peraturan Bersama). BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan:

64 2014, No BAB II Bagian Pertama... Paragraf 1 Pasal.. BAB... Pasal... BAB... KETENTUAN PERALIHAN (jika diperlukan) BAB.. KETENTUAN PENUTUP Pasal... Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bersama ini dengan penempatannya dalam Berita Desa... (Nama Desa) dan Berita Desa... (Nama Desa) Ditetapkan di... pada tanggal KEPALA DESA..., (Nama Desa) KEPALA DESA..., (Nama Desa) (Nama Tanpa Gelar dan Pangkat) (Nama Tanpa Gelar dan Pangkat) Diundangkan di... Diundangkan di... pada tanggal... pada tanggal... SEKRETARIS DESA SEKRETARIS DESA..., (Nama Desa)..., (Nama Desa) (Nama) (Nama) BERITA DESA... (Nama Desa) TAHUN... NOMOR...

65 , No.2091 III. PERATURAN KEPALA DESA KEPALA DESA (Nama Desa) KABUPATEN/KOTA... (Nama Kabupaten/Kota) PERATURAN KEPALA DESA... (Nama Desa) NOMOR... TAHUN... TENTANG (Judul Peraturan Kepala Desa) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA..., (Nama Desa) Menimbang : a. bahwa... ; b. bahwa... ; c. dan seterusnya... ; Mengingat : ; 2... ; 3. dan seterusnya... ; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA DESA TENTANG... (Judul Peraturan Kepala Desa).

66 2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Desa ini yang dimaksud dengan: BAB II Bagian Pertama... Paragraf 1 Pasal.. BAB... Pasal... BAB... KETENTUAN PERALIHAN (jika diperlukan) BAB.. KETENTUAN PENUTUP Pasal... Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala Desa ini dengan penempatannya dalam Berita Desa... (Nama Desa). Ditetapkan di... pada tanggal KEPALA DESA..., (Nama Desa) (Nama Tanpa Gelar dan Pangkat) Diundangkan di... pada tanggal... SEKRETARIS DESA..., (Nama Desa) (Nama)

67 , No.2091 BERITA DESA... (Nama Desa) TAHUN... NOMOR... B. KEPUTUSAN KEPALA DESA II. KEPUTUSAN KEPALA DESA KABUPATEN/KOTA...(Nama Kabupaten/Kota) KEPUTUSAN KEPALA DESA... (Nama Desa) NOMOR... TAHUN... TENTANG (Judul Keputusan Kepala Desa) KEPALA DESA..., (Nama Desa) Menimbang : a. bahwa... ; b. bahwa... ; c. dan seterusnya... ; Mengingat : ; ; 3. dan seterusnya... ; Memperhatikan : 1....; 2....; 3. dan seterusnya...; (jika diperlukan) MEMUTUSKAN: Menetapkan : KESATU : KEDUA :

68 2014, No KETIGA : KEEMPAT : KELIMA : Keputusan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di. pada tanggal.. KEPALA DESA., (Nama Desa) (Nama Tanpa Gelar dan Pangkat) MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, TJAHJO KUMOLO

69

70

PERATURAN DESA CABAK NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA)

PERATURAN DESA CABAK NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA) PERATURAN DESA CABAK NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA) KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI TAHUN 2016 PERATURAN DESA CABAK NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2091, 2014 KEMENDAGRI. Peraturan. Desa. Pedoman Teknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 PEDOMAN TEKNIS PERATURAN DI DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 PEDOMAN TEKNIS PERATURAN DI DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 PEDOMAN TEKNIS PERATURAN DI DESA BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BANJAR Menimbang : a. Pasal

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERATURAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERATURAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SUMBERANYAR

PERATURAN DESA SUMBERANYAR PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN KECAMATAN NGULING DESA SUMBERANYAR PERATURAN DESA SUMBERANYAR KECAMATAN NGULING KABUPATEN PASURUAN NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERATURAN DESA SUMBERANYAR KECAMATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.61/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2017 TENTANG PENUGASAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN UNTUK KEGIATAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERATURAN DI DESA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERATURAN DI DESA PERATURAN DI DESA Peraturan di Desa Peraturan yang meliputi Perdes, Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa. JENIS PERATURAN DI DESA 1. Peraturan Desa; 2. Peraturan Bersama Kepala Desa;

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 54 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 54 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DESA DAN PERATURAN KEPALA DESA DI KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka percepatan pemulihan

Lebih terperinci

KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG -1- KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DI TINGKAT PEKON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP-Desa) DESA CABAK TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT SALINAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 2012 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 16 TAHUN : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PRODUK HUKUM DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DESA

BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DESA SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki hak asal usul dan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 3 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Meninbang : a. bahwa Negara mengakui

Lebih terperinci

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, 2 Menimbang : a. bahwa salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 817 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 13 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 13 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 13 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA BUPATI PATI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR : 01 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang : a. bahwa batas desa

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 15 Tahun : 2008 Seri : E

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 15 Tahun : 2008 Seri : E BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 15 Tahun : 2008 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN ANGGARAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG 1 2016 No.42,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAHAN DESA. Susunan Organisasi. Tata Kerja. Pemerintah Desa. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki

Lebih terperinci

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA SALINAN BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

Lebih terperinci

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 44 TAHUN 2017 T E N T A N G

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 44 TAHUN 2017 T E N T A N G WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 44 TAHUN 2017 T E N T A N G DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KOTA PARIAMAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pembentukan Badan Kerjasama Antar Desa Program Pengembangan Kecamatan;

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA DESA DI BIDANG PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA, SUMBER PENDAPATAN DESA, KERJA SAMA DESA, LEMBAGA ADAT, LEMBAGA KEMASAYARATAN DAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 5 TAHUN 2013 Menimbang LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 4 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BUPATI KEPULAUAN MERANTI BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 15 TAHUN 20112011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN KERJASAMA DESA BUPATI TANAH BUMBU,

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN KERJASAMA DESA BUPATI TANAH BUMBU, BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN KERJASAMA DESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu

Lebih terperinci

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DESA

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DESA SALINAN BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG . BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SALINAN BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

LURAH DESA BANGUNJIWO

LURAH DESA BANGUNJIWO LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BANGUNJIWO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LURAH

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH,

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, -1- PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.77/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG TATA CARA PENANGANAN AREAL YANG TERBAKAR DALAM IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA HUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIANJUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 3 TAHUN 2008 SERI : D NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI,

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

Lebih terperinci

2017, No kelestarian keanekaragaman hayati, pengaturan air, sebagai penyimpan cadangan karbon, penghasil oksigen tetap terjaga; c. bahwa revisi

2017, No kelestarian keanekaragaman hayati, pengaturan air, sebagai penyimpan cadangan karbon, penghasil oksigen tetap terjaga; c. bahwa revisi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.900, 2017 KEMEN-LHK. Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut. Fasilitasi Pemerintah. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 24 2011 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : BUPATI BENGKAYANG, bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi potensi desa dan peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 85 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka untuk

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LURAH DESA BANGUNJIWO

LURAH DESA BANGUNJIWO LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BANGUNJIWO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LURAH

Lebih terperinci

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016 BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG MUSYAWARAH DESA BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015 2 BUPATI BANDUNG PROVINSI

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PRODUK

Lebih terperinci