Kajian Kualitas GCP Menggunakan Metode Pengukuran RTK dan Rapid Statik GPS
|
|
- Irwan Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kajian Kualitas GCP Menggunakan Metode Pengukuran RTK dan Rapid Statik GPS A. SYETIAWAN 1, J. OCTARIADY 2 dan F. F. CHABIBI 3 1,2,3 Badan Informasi Geospasial, Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong * Corresponding author: agungsyetiawan@gmail.com Abstrak: Pembuatan rencana detail tata ruang (RDTR) menjadi kewajiban setiap pemerintah daerah untuk digunakan dalam pengelolaan wilayah secara berkelanjutan. Cara cepat untuk membuat peta rencana detail tata ruang adalah dengan menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT). Dalam proses ortorektifikasi, Citra Satelit Resolusi Tinggi tersebut membutuh Model Permukaan Digital (MPD) dan titik kontrol tanah atau Ground Control Point (GCP) dengan ketelitian yang memadai. Penelitian ini akan mengkaji kualitas proses ortorektifikasi CSRT menggunakan titik GCP hasil pengukuran GPS metode Real Time Kinematic (RTK) dan rapid statik. Titik-titik tanah (GCP) tersebut tersebar secara merata di seluruh wilayah Kota Ambon dengan jumlah 19 titik, 8 titik diperlakukan sebagai GCP dan 11 titik sebagai Independent Check Points (ICP). Data citra yang digunakan pada penelitian ini adalah citra satelit Worldview-3 tahun Pengolahan data GPS menggunakan tiga skema yaitu menggunakan data pengamatan 15 menit, 30 menit dan data pengamatan utuh untuk metode rapid statik serta hasil koordinat metode RTK. Hasil penelitian menunjukkan nilai deviasi pengukuran GPS statik pengamatan 30 menit dibandingkan dengan pengamatan utuh berkisar antara 0 hingga 4 cm, sementara untuk pengamatan 15 menit berkisar antara 0 hingga 6 cm untuk koordinat Eastingnya. Perbedaan untuk koordinat Northingnya dengan pengamatan 30 menit berkisar pada 0 hingga 5 cm, sementara untuk pengamatan 15 menit berkisar pada 4 cm. Hasil lain didapatkan, pengamatan RTK dibandingkan dengan pengamatan penuh memiliki deviasi berkisar 0 hingga 24 cm untuk koordinat Easting dan deviasi 0 hingga 7 cm untuk koordinat Northingnya. Nilai koordinat yang tidak jauh berbeda ini mengakibatkan ketelitian citra terortorektifikasi yang dihasilkan tidak akan jauh berbeda atau memiliki ketelitian yang sama. Penggunaan metode RTK dan pengamatan rapid statik menghasilkan koordinat dengan ketelitian yang memadai sehingga dapat digunakan untuk proses koreksi geometrik CSRT. Efisiensi penentuan titik GCP dan pemilihan metode pengumpulan data di lapangan yang tepat akan mempercepat proses pembuatan rencana detail tata ruang. Dengan begitu setiap daerah mampu melaksanakan pembuatan RDTR dengan cepat dan dengan ketelitian yang memadai untuk kemudian diajukan menjadi sebuah peraturan daerah. Kata kunci: Ground Control Point, CSRT, Real Time Kinematic, Rapid Static, RDTR 1. PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) menegaskan bahwa aspek kewilayahan/spasial harus terintegrasi dan menjadi bagian dari kerangka perencanaan pembangunan, baik nasional maupun daerah. Rencana detail tata ruang kota adalah rencana pemanfaatan ruang kota secara terinci, yang selanjutnya disusun untuk menyiapkan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program pembangunan kota [1]. Pembuatan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) menjadi kewajiban setiap pemerintah daerah untuk digunakan dalam pengelolaan wilayah secara berkelanjutan. Sebagaimana kondisi ketersediaan data dan informasi geospasial terkini, khususnya Informasi Geospasial Dasar (IGD) yang berupa peta rupabumi skala besar belum sepenuhnya mencakup seluruh wilayah Indonesia. Kondisi ini mendorong Pemerintah Daerah mempunyai inisiatif untuk menyelenggarakan data dan informasi geospasial sesuai kewenangannya dalam peraturan perundang-undang. Ketersediaan data citra satelit resolusi tinggi (CSRT) sendiri pun masih minim, tercatat menurut data 2017 ITP. All right reserved 228 DOI /SPI
2 LAPAN luas total ketersediaan data baru tersedia sekitar km 2. Gambar 1 menyajikan sebaran data citra resolusi tinggi yang ada di Indonesia. Tuntutan tersebut membuat pemerintah daerah mau tidak mau harus menyediakan peta skala besar untuk keperluan rencana detil wilayahnya. Gambar 1. Data Ketersediaan citra resolusi tinggi (resolusi spasial 60 cm) Citra satelit resolusi tinggi yang digunakan untuk pembuatan peta Rencana Detail Tata Ruang adalah citra satelit yang memiliki resolusi spasial lebih baik dari 0,65 meter dengan sudut pengambilan data sebesar 20 tegak lurus terhadap bumi. Citra satelit juga harus dilengkapi dengan informasi parameter orbit satelit dan parameter sensor dengan tutupan awan 10% dari keseluruhan data citra dan tidak menutupi objek-objek penting. Selain itu tahun akuisisi data citra satelit yang digunakan tidak boleh lebih lama dari 2 tahun dari pembuatan rencana detil tata ruangnya. Alasan penggunaan data citra satelit dengan akuisisi kurang dari 2 tahun adalah mendapatkan informasi yang lebih terbaru terkait dengan objek yang akan dipetakan, akan tetapi masih bisa memungkinkan menggunakan data citra yang lebih lama dengan pertimbangan menyesuaikan dengan kondisi dan perkembangan daerah tersebut. Artinya daerah tersebut bersifat statis tanpa mengalami perubahan spasial yang signifikan. Skala minimal RDTR Kabupaten/Kota yang ditentukan adalah 1:5.000 sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota. RDTR ini disusun diatas peta dengan skala atau tingkat ketelitian minimal 1:5.000 karena objek hukum yang harus ada (seperti jaringan prasarana, pola ruang dalam RDTR dan peraturan zonasi adalah blok peruntukan yang hanya bisa tergambar pada peta dengan skala 1:5.000 atau skala yang lebih besar lagi. Skala yang lebih besar akan memudahkan dalam mengenali objek tersebut termasuk rumah, saluran, pagar, jalan ataupun trotoar. Untuk itu diperlukan mekanisme penyelesaian yang cepat, sebagai alternatif solusi salah satunya mengandalkan teknologi 2017 ITP. All right reserved 229 DOI /SPI
3 penginderaan jauh menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT), mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas dengan tipikal topografi yang beragam. CSRT sering kali digunakan untuk evaluasi pelaksanaan rencana detail tata ruang kota [2], [3]. Kegiatan menyediakan peta dari citra satelit tegak resolusi tinggi sendiri berdasarkan pada Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi, dimana LAPAN (Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional) bertugas untuk menyediakan data citra satelit dan Badan Informasi Geospasial (BIG) bertugas untuk membuat citra tegak satelit penginderaan jauh resolusi tinggi (melalui proses orthorektifikasi citra). Proses koreksi citra membutuhkan data Ground Control Point (GCP) dengan ketelitian tinggi [4]. Oleh karena itu, pengukuran GCP harus dilakukan dengan menggunakan alat GPS Geodetik yang dapat memberikan posisi secara teliti. Keunggulan dari penggunaan teknologi satelit adalah hasil ukuran langsung terikat dalam sistem koordinat global, titik-titik dalam jaring GPS dapat tersebar satu sama lain dengan jarak yang relatif jauh, pelaksanaan survei dapat dilakukan dalam segala waktu dan kondisi cuaca [5]. Teknologi GPS pun semakin berkembang dengan kemampuan mampu mendapat koordinat teliti secara real time atau sering disebut dengan metode penetuan posisi secara differensial Real Time Kinematic (RTK). Metode RTK ini digunakan untuk mereka yang membutuhkan ketelian pada orde centimeter level[6]. Penelitian mengenai penggunaan GCP dalam proses ortorektifikasi citra sudah banyak dilakukan. Penambahan GCP untuk kondisi dan bahan yang sama mengakibatkan meningkatnya ketelitian horisontal [7]. Perbedaan ketelitian citra yang terortorektifikasi lainnya juga terjadi pada citra yang menggunakan 10 GCP dengan kenaikan ketelitian horisontal sebesar 30 cm dibandingkan dengan ketelitian horisontal yang didapatkan dari penggunaan 6 titik GCP [8]. Hasil optimalisasi penggunaan titik GCP dalam proses ortorektifikasi citra satelit resolusi tinggi untuk wilayah datar menunjukkan bahwa citra terortorektifikasi dengan jumlah GCP minimum memiliki ketelitian yang tidak jauh berbeda dengan penggunaan GCP yang berlebih [9], [10]. Berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan, belum pernah ada yang mengkaji bagaimana pengaruh lama pengamatan GCP terhadap hasil citra terortorektifikasi. Penelitian ini mengkaji kualitas hasil proses ortorektifikasi CSRT menggunakan titik GCP hasil pengukuran GPS metode Real Time Kinematic (RTK) dan rapid static dengan berbagai lama waktu pengamatan. Penelitian bertujuan mengkaji metode pengukuran GCP yang paling efisien dalam segi waktu saat pengumpulan data di lapangan. Harapannya penyediaan peta rencana detail tata ruang dapat dilaksanakan dengan lebih efisien dengan memangkas waktu pelaksanaan pengumpulan data di lapangan tanpa mengurangi ketelitian posisi hasil GCP. Dengan dibangunnya informasi geospasial pada skala besar ini, diharapkan dapat dimanfaatkan untuk membuat sistem perencanaan daerah dalam rangka mendukung pembangunan daerah yang berbasiskan data spasial. Kegiatan ini akan 2017 ITP. All right reserved 230 DOI /SPI
4 mendukung One Map Policy (Kebijakan Satu Peta) yang sedang dilakukan oleh pemerintah sekarang ini. 2. METODE PENELITIAN Pemilihan kota Ambon sebagai area penelitian didasari karena potensi kota Ambon sebagai kota utama dan kota besar di region pembangunan Indonesia timur. Kota Ambon menjadi penting karena menjadi pusat pelabuhan, pariwisata dan pendidikan di wilayah kepulauan Maluku. Gambar 2 menunjukkan administrasi Kota Ambon pada wilayah pulau Ambon. Sebaran dan jumlah GCP yang digunakan tergantung pada karakteristik wilayah yang dipetakan. Kota Ambon memiliki kondisi topografis yang beragam, bagian Barat hingga Timur pulau Ambon merupakan daerah pegunungan yang dikelilingi oleh area pesisir yang cenderung datar. yaitu pengamatan statik dan Single Real Time Kinematic (RTK). Pengamatan satelit di lapangan menggunakan interval data setiap 1 detik dengan menggunakan sinyal dual frekuensi (L1 dan L2), parameter pengukuran dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1: Parameter Processing Data. Parameter Keterangan Titik Ikat Stasiun Tetap CORS Ambon (CAMB) Frequency used Dual Frequency (L1, L2) Ephemeris Broadcast Interval data 1 second Satellite Segment GPS dan GLONASS Datum WGS 1984 Zone 52 South Geoid EGM ' Gambar 3. Citra Worldview-3 wilayah Kota Ambon Gambar 2. Administrasi Kota Ambon Data citra yang digunakan pada penelitian ini adalah citra satelit Worldview-3 tahun akuisisi Gambar 3 menyajikan kenampakan citra satelit yang digunakan dalam penelitian ini. Proses pengambilan data Ground Control Point (GCP) dilakukan pada bulan September tahun 2016 menggunakan perangkat GPS Geodetik. Pengukuran GPS dilakukan dengan menggunakan dua metode pengukuran Identifikasi GCP ( Ground Control Point) dan ICP ( Independent Control Point) adalah tahapan penentuan distribusi titik kontrol yang tersebar merata dengan komposisi yang optimal sesuai dengan area, khususnya untuk seluruh wilayah Kota Ambon dan sekitarnya. GCP merupakan titik kontrol tanah yang akan digunakan atau dimasukkan dalam koreksi citra orthorektifikasi. Syarat penentuan sebaran titik kontrol tanah adalah sebagai berikut: 2017 ITP. All right reserved 231 DOI /SPI
5 - Pada sisi perimeter; - Pada tengah area/scene; - Pada wilayah perbatasan/tampalan scene citra; - Tersebar secara merata untuk seluruh lokasi kegiatan; - Menyesuaikan karakteristik wilayah. Terdapat dua jenis karakteristik wilayah, yaitu wilayah relatif datar dan wilayah dengan topografi berbukit atau bergunung. Daerah dengan kondisi yang berbukit atau bergunung memerlukan sebaran GCP yang lebih rapat dibandingkan dengan daerah yang relatif datar. ICP sendiri merupakan titik kontrol tanah yang digunakan sebagai titik uji citra tegak hasil orthorektifikasi. Obyek yang digunakan sebagai titik uji harus memiliki sebaran yang merata di seluruh area yang akan diuji, dengan ketentuan sebagai berikut: - Pada setiap kuadran jumlah minimum titik uji adalah 20% dari total titik uji; - Jarak antar titik uji minimum 10% dari jarak diagonal area yang diuji. Jumlah titik uji untuk ketelitian geometri bertambah sejumlah 5 titik untuk setiap penambahan luasan sebesar 250 km². Jika luasan citra yang akan dikoreksi kurang dari 250 km² maka diperlukan titik uji sejumlah 10 hingga 15 titik seperti dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Jumlah Uji Berdasarkan Luasan Luasan (km²) Jumlah titik uji untuk ketelitian horizontal Jumlah titik uji untuk ketelitian vertikal Area nonvegetasi Area vegetasi Jumlah total titik < Setelah proses pengambilan data GCP dilakukan maka tahap selanjutnya adalah pengolahan data GPS. Post processing data GPS dilakukan dengan cara melakukan pengikatan terhadap CORS Ambon dengan menggunakan tiga skema pengolahan yaitu menggunakan data pengamatan 15 menit, 30 menit dan data pengamatan utuh. Lama pengamatan utuh GPS statik adalah lebih dari 30 menit (ber variasi antara 35 hingga 60 menit) pengamatan bergantung dengan dekat atau jauhnya jarak titik GCP terhadap titik ikat CORS Ambon (CAMB). Pembagian skema pengolahan menjadi 15 menit dan 30 menit pun mengesampingkan jarak titik GCP terhadap titik ikatnya, artinya lama pengamatan tidak melihat titik tersebut dekat atau jauh dari titik ikatnya. Gambar 4 dapat menunjukkan sebaran titik GCP terhadap CORS Ambon. Proses pengumpulan data metode RTK dilakukan di beberapa titik 2017 ITP. All right reserved 232 DOI /SPI
6 saja dikarenakan keterbatasan alat yang bisa digunakan untuk RTK dan keterbatasan sinyal internet GSM yang tersedia di Kota Ambon. Metode RTK yang digunakan adalah metode RTK NTRIP ( Network Transport of RTCM via Internet Protocol), dimana metode ini sangat bergantung pada ketersediaan internet dikarenakan koreksi kesalahan dari base akan dikirimkan melalui sinyal internet tersebut ke rover yang menerima. Ortorektifikasi citra dilakukan dengan menggunakan 8 titik GCP hasil pengamatan utuh, 15 menit pengamatan, dan 30 menit pengamatan. Ortorektifikasi citra menggunakan GCP hasil pengukuran dengan metode RTK tidak bisa dilakukan dikarenakan kurangnya titik hasil pengukuran RTK yang dihasilkan pada scene tersebut, akan tetapi hasil RTK nantinya akan dibandingkan dengan hasil post processing pengamatan utuh untuk melihat deviasi hasil RTK dengan metode statik. Semua titik GCP yang digunakan memiliki nilai ketelitian horisontal lebih baik dari 15 cm. Proses ortorektifikasi dilakukan menggunakan software PCI Geomatica. Metode ortorektifikasi yang dilakukan menggunakan metode aproksimasi model. Metode aproksimasi model memberikan perkiraan hubungan antara ruang gambar dan ruang objek tanpa membutuhkan informasi mengenai pergerakan sensor di ruang angkasa, ephemeris satelit ataupun kondisi satelit. Dalam hal ini, model matematik yang digunakan untuk proses transformasi sistem koordinat citra ke sistem koordinat tanah adalah rational function [11]. Pada prinsipnya model matematik rational function membuat korelasi antara titik di piksel dan titik di tanah berdasarkan pada rasio dari dua fungsi polinomial orde tiga [12]. Persamaan 1 dan persamaan 2 merupakan persamaan matematis rasio fungsi polinomial yang digunakan pada rational function, sedangkan persamaan 3 merupakan persamaan polinomial orde tiga dengan maksimum 20 koefisien [13]: Gambar 4. Sebaran titik GCP dan stasiun CORS Ambon 2017 ITP. All right reserved 233 DOI /SPI
7 ...(1)...(2)...(3) Keterangan: r n, c n baris dan kolom piksel indeks dalam ruang gambar Xn, Yn, Zn nilai koordinat titik objek pada ruang tanah p1, p2, p3, p4 fungsi polinomial orde tiga. a 1, a 2,, a i : koefisien polinomial. Hasil proses ortorektifikasi akan menghasilkan 3 buah citra terortorektifikasi yakni citra terortorektifikasi dengan menggunakan GCP hasil pengamatan utuh, citra terortorektifikasi dengan menggunakan GCP hasil pengamatan 15 menit dan citra terortorektifikasi dengan menggunakan GCP hasil pengamatan 30 menit. Evaluasi ketelitian citra terortorektifikasi dilakukan dengan menggunakan 11 Independent Check Point (ICP). Evaluasi ketelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari berbagai lama pengamatan GCP terhadap ketelitian dari citra hasil ortorektifikasi. Gambar 5 menyajikan diagram alir penelitian. lunak komersial menggunakan metode radial dengan pengikatan ke titik CORS Ambon. Hasil pengolahan data untuk skema 1 hingga skema 3 dapat dilihat pada tabel 3-5. Solusi ambiguitas fase keseluruhan titik untuk skema pengamatan penuh adalah fixed dengan nilai presisi horisontal titik antara m hingga m. Nilai presisi vertikal skema 1 menunjukkan nilai pada rentang m hingga m. Titik G014 memiliki nilai presisi paling rendah dibandingkan dari titik lainnya, titik G014 diamati selama 50 menit dengan jarak titik dengan base sejauh 21 km. Presisi lebih rendah dari pada titik lainnya akibat jarak titik jauh terhadap titik ikatnya. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Koordinat hasil perhitungan Koordinat posisi hasil pengolahan data statik menggunakan perangkat Gambar 5. Alur kerja penelitian 2017 ITP. All right reserved 234 DOI /SPI
8 Sementara untuk skema 2 menggunakan data pengamatan 30 menit, nilai presisi horisontal titik antara m hingga m. Nilai presisi vertikal nya menunjukkan nilai pada rentang m hingga m. Titik G014 dan G028 memiliki nilai presisi paling rendah dibandingkan dari titik lainnya. Sama seperti pada skema 1, titik G014 jauh terhadap titik basenya sementara G028 terdapat sedikit obstruksi sehingga data yang diterima tidak lengkap. Solusi ambiguitas fase keseluruhan titik untuk skema pengamatan 30 menit adalah fixed, sehingga titik GCP pada skema ini bisa digunakan untuk proses orthorektifikasi selanjutnya. Skema 3 menggunakan data pengamatan 15 menit menghasilkan nilai presisi horisontal titik antara m hingga m. Nilai presisi vertikal nya menunjukkan nilai pada rentang m hingga m. Hasil skema 3 ini lebih jelek jika dibandingkan menggunakan pengamatan 30 menit, karena data sudah dipotong menjadi lebih sedikit, sehingga titik-titik yang jauh dari base akan mendapatkan nilai posisi yang kurang maksimal. Solusi ambiguitas fase untuk skema ini masih ditemukan titik dengan solusi float yaitu di titik G014 dengan nilai horisontal presisi m dan m untuk presisi vertikalnya. Akan tetapi tidak keseluruhan titik pada skema 3 ini tidak bisa digunakan, seperti dapat dilihat pada tabel 5 hasil posisi bagus bisa ditunjukkan untuk titik dengan baseline pendek seperti titik G021 memiliki presisi horisontal sebesar m dan m untuk presisi vertikalnya. Titik G021 berjarak 6.2 km dari titik ikat sehingga masih bisa dibilang merupakan baseline pendek. Keseluruhan hasil baik menggunakan skema 1 sampai skema 3 dapat digunakan untuk proses orthorektifikasi selanjutnya, karena berdasarkan juknis pengolahan data, ketelitian horisontal titik GCP yang digunakan untuk proses rektifikasi harus dibawah 15 cm. Titik-titik yang diindikasi bernilai float tidak digunakan pada saat proses pengolahan citra. Ketelitian posisi sangat erat kaitannya dengan geometri, strategi pengamatan dan strategi pengolahan data yang digunakan [5]. Pemilihan lama strategi pengamatan, design sebaran titik dan pemilihan lokasi titik yang terbuka sangat mempengaruhi terhadap hasil penentuan posisi. Tabel 3. Hasil pengolahan data statik untuk skema pengamatan penuh (full) POINT Solution Type H. Prec. V. Prec. Easting Northing G001 Fixed G002 Fixed G003 Fixed G004 Fixed G005 Fixed G006 Fixed G07A Fixed G008 Fixed G009 Fixed G010 Fixed G011 Fixed G012 Fixed ITP. All right reserved 235 DOI /SPI
9 G013 Fixed G014 Fixed G015 Fixed G016 Fixed G017 Fixed G020 Fixed G021 Fixed G022 Fixed G023 Fixed G024 Fixed G025 Fixed G026 Fixed G027 Fixed G028 Fixed G033 Fixed Tabel 4. Hasil pengolahan data statik untuk skema pengamatan 30 menit POINT Solution Type H. Prec. V. Prec. Ellipsoid Dist. Easting Northing Elevation G001 Fixed G002 Fixed G003 Fixed G004 Fixed G005 Fixed G006 Fixed G007 Fixed G008 Fixed G009 Fixed G010 Fixed G011 Fixed G012 Fixed G013 Fixed G014 Fixed G015 Fixed G016 Fixed G017 Fixed G020 Fixed G021 Fixed G022 Fixed G023 Fixed G024 Fixed G025 Fixed G026 Fixed G027 Fixed G028 Fixed G033 Fixed ITP. All right reserved 236 DOI /SPI
10 Tabel 5. Hasil pengolahan data statik untuk skema pengamatan 15 menit POINT Solution Type H. Prec. V. Prec. Ellipsoid Dist. Easting Northing Elevation G001 Fixed G002 Fixed G003 Fixed G004 Fixed G005 Fixed G006 Fixed G007 Fixed G008 Fixed G009 Fixed G010 Fixed G011 Fixed G012 Fixed G013 Fixed G014 Float G015 Fixed G016 Fixed G017 Fixed G020 Fixed G021 Fixed G022 Fixed G023 Fixed G024 Fixed G025 Fixed G026 Fixed G027 Fixed G028 Fixed G033 Fixed Ketelitian pengukuran Hasil pengukuran titik GCP dengan menggunakan skema 2 dan skema 3 metode statik serta hasil pengamatan metode RTK dibandingkan terhadap skema 1. Skema 1 dianggap lebih teliti karena menggunakan data pengamatan GPS penuh sesuai dengan jarak ideal titik GCP dengan base nya. Simpangan baku atau deviasi antar skema menunjukkan tingkat ketelitian pengukuran GCP, dengan begitu bisa dilihat metode mana yang paling efisen yang bisa digunakan untuk proses rektifikasi selanjutnya. Pada Gambar 6 dan Gambar 7 dapat dilihat bahwa selisih hasil koordinat skema 1 dibandingkan dengan skema 2 disimbolkan dengan belah ketupat berwarna biru sementara selisih koordinat skema 1 dengan skema 3 disimbolkan dengan kotak berwarna merah. Rentang deviasi skema 1 dengan skema 2 berkisar pada nilai 0 hingga m untuk koordinat Easting, sementara rentang 0 hingga m untuk deviasi koordinat Northing nya. Deviasi tertinggi tercatat di titik G014 sebesar m di koordinat Easting nya. Selain titik G014 ada beberapa titik 2017 ITP. All right reserved 237 DOI /SPI
11 seperti G008 dan G004 yang memiliki selisih cukup tinggi sekitar 2-5 cm. Rentang deviasi skema 1 dengan skema 3 berkisar pada nilai 0 hingga m untuk koordinat Easting, jauh lebih besar jika dibandingkan dengan selisih skema 1 dan 2 (pengamatan 30 menit). Deviasi koordinat Northing berada pada rentang 0 hingga m. Deviasi tertinggi tercatat di titik G014 sebesar m di koordinat Easting nya. Selain titik G014 ada beberapa titik seperti G008 dan G004 sama seperti pada selisih skema 1 dengan 2 dengan nilai pada rentang 2 hingga 3 cm. Berdasarkan nilai deviasi yang dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7, hasil koordinat yang didapatkan pada skema 3 (pengamatan 15 menit) memiliki ketelitian yang lebih rendah dibandingkan dengan pengamatan 30 menit deviasi Easting metode rapid statik ketelitian (m) full-30 full titik GCP Gambar 6. Deviasi Easting metode rapid static ketelitian (m) deviasi Northing metode rapid statik full-30 full titik GCP Gambar 7. Deviasi Northing metode rapid statik 2017 ITP. All right reserved 238 DOI /SPI
12 0.250 Simpangan baku pengamatan RTK ketelitian (m) Easting Northing G001 G003 G005 G008 G010A G012 G016 G021 G023 G026 G029 G035 G041 G043 titik GCP Gambar 8. Simpangan baku pengamatan RTK G047 Selanjutnya untuk pengukuran RTK, simpangan baku tertinggi ada di titik G008 dengan nilai m untuk deviasi Easting dan m untuk deviasi Northing. Simpangan baku titik G008 besar dikarenakan solusi ambiguitas fase titik nya masih float. Selain titik G008 ada beberapa titik yang cukup besar deviasinya yaitu titik G042 dan G045. G042 memiliki simpangan baku sebesar m untuk komponen Easting dan m untuk komponen Northing. Sementara, G045 memiliki simpangan baku sebesar m untuk komponen Easting dan m untuk komponen Northing. Titik G042 dan G045 memiliki solusi ambiguitas fase sama dengan titik G008 yaitu float. Hasil ini membuktikan bahwa secara keseluruhan pengamatan metode RTK memiliki ketelitian posisi sama dengan koordinat hasil pengamatan rapid statik, dengan syarat jarak baseline pengukuran metode RTK tidak terlalu jauh dan ketersediaan jaringan internet bagus di lokasi pengambilan data. Penentuan posisi metode RTK ini sangat bergantung pada jaringan internet sehingga akan mempengaruhi kinerja alat untuk mendapatkan koreksi. Koordinat hasil dengan nilai float tidak digunakan untuk pengolahan citra selanjutnya karena simpangan baku yang dihasilkan relatif besar. Evaluasi ketelitian citra Berdasarkan hasil pengolahan data GCP yang sudah dilakukan, maka didapatkan 3 buah citra terortorektifikasi yakni citra terortorektifikasi dengan menggunakan GCP hasil pengamatan utuh, citra terortorektifikasi dengan menggunakan GCP hasil pengamatann 15 menit, dan citra terortorektifikasi dengan menggunakan GCP hasil pengamatan 30 menit. Gambar 9 menyajikan citra terortorektifikasi yang dihasilkan. Evaluasi ketelitian citra terortorektifikasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh lama pengamatan GCP terhadap ketelitian citra terortorektifikasi yang dihasilkan. Tabel 6 menyajikan ketelitian dari masing-masing citra yang di hasilkan ITP. All right reserved 239 DOI /SPI
13 (a) (b) (c) Gambar 9. Citra terortorektifikasi dengan menggunakan GCP: (a) skema pengamatan penuh; (b) skema pngematan 30 menit; (c) skema pengamatan 15 menit Tabel 6. Evaluasi ketelitian pada seluruh citra terortorektifikasi yang dihasilkan Lama Pengamatan Full time 15 menit 30 menit Ketelitian (m) Tabel 6 menyajikan bahwa hasil citra yang terortorektifikasi adalah sama, dengan kata lain perbedaan nilai koordinat GCP dalam fraksi di bawah 5 cm tidak mengakibatkan perbedaan hasil pada proses ortorektifikasi citra. Hal ini menandakan efisiensi waktu pengamatan bisa dilakukan dalam proses pengukuran titik GCP dan tidak akan menurunkan hasil dari citra terortorektifikasi yang dihasilkan. Hal ini juga menandakan apabila titik GCP hasil pengukuran GPS Geodetik menggunakan metode RTK memiliki perbedaan nilai koordinat di bawah fraksi 5 cm (masih sesuai dengan standart spesifikasi yang sudah ditentukan) dan memiliki solusi ambiguitas fasenya fixed, maka citra terortorektifikasi yang dihasilkan menggunakan GCP hasil pengukuran RTK juga akan memiliki hasil yang sama dengan citra terortorektifikasi dengan menggunakan GCP hasil pengukuran dengan metode rapid static. 4. KESIMPULAN Data pengamatan dengan waktu yang relatif lebih pendek berpengaruh terhadap ketelitian posisi yang dihasilkan, seperti dapat dilihat pada pengamatan 15 menit masih ada beberapa titik menghasilkan nilai float yang menunjukkan bahwa ambiguitas fase sinyalnya yang tidak terselesaikan. Pengamatan GPS dengan menggunakan metode RTK meenghasilkan ketelitian yang sama baiknya dengan pengamatan dengan menggunakan metode rapid statik. Perbedaan pengamatan GPS rapid statik dengan RTK hanya berselisih kurang dari 5 cm, artinya metode RTK ini bisa digunakan untuk proses orthorektifikasi. Akan tetapi perlu digarisbawahi bahwa hanya pengamatan dengan solusi fixed saja yang bisa digunakan untuk proses orthorektifikasi CSRT, karena hasil posisi dengan solusi float masih memiliki simpangan baku yang besar jika digunakan. Dengan hasil ini bisa disimpulkan bahwa penggunaan RTK dan pengamatan statik singkat dalam 2017 ITP. All right reserved 240 DOI /SPI
14 kegiatan GCP bisa memangkas waktu dalam pengumpulan data di lapangan. Pemilihan lama pengamatan yang tepat berdasarkan jarak titik terhadap base menggunakan metode statik singkat akan mengoptimalkan proses akuisisi data di lapangan saat GCP. Titik yang berjarak kurang dari 10 km cukup diukur selama 20 menit pengamatan dengan tetap memperhitungkan kondisi hambatan seperti obstruksi dan multipath di sekitar titik. Jarak titik terhadap base sangat menentukan lama pengamatan yang digunakan. Pada saat pengumpulan data di lapangan menggunakan metode RTK perlu diperhatikan terkait dengan ketersediaan internet serta obstruksi di sekitar titik karena akan mempengaruhi terhadap lama waktu alat memecahkan ambiguitas fasenya. Sangat disarankan memilih lokasi dengan obstruksi minimum dan pemilihan titik base yang berdekatan sehingga jarak baseline ke titik tidak terlalu jauh. Posisi yang dihasilkan dengan ketelitian pada level centimeter ini cukup untuk digunakan mengoreksi geometrik citra dengan resolusi spasial kurang dari 1 meter seperti citra Geo Eye, Pleiades dan Quick bird. Fleksibilitas dari penggunaan teknologi satelit ini akan mempermudah dalam pengambilan titik-titik GCP di lapangan sehingga efektifitas untuk menghasilkan sebuah peta akan lebih tinggi. Efisiensi penentuan titik GCP dan pemilihan metode pengumpulan data di lapangan yang tepat akan mempercepat proses pembuatan rencana detail tata ruang. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada tim GCP Ambon yang sudah bersedia memberikan datanya untuk uji pengolahan pada penelitian ini. Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial yang sudah memberikan kesempatan melakukan pengolahan data citra untuk proses orthorektifikasi citra pada penelitian ini. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. A. Widyawati, Implementasi Perda No. 13 Tahun 2004 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota ( RDTRK ), Kotamadya Daerah Tingkat Ii Kotamadya Semarang Bwk Viii ( Kecamatan Gunung Pati ), J. Din. Huk., vol. 13, no. 1, pp , H. Ratnaningtyas and B. Syaeful Hadi, Pemanfaatan Citra Satelit Quickbird untuk Evaluasi Pelaksanaan Rencana Detail Tata Ruang Kota Yogyakarta , Geomedia, vol. 11, no. 1, pp. 1 15, H. Setiawan and Y. Budisusanto, Kajian Citra Resolusi Tinggi Worldview-2 Sebagai Penunjang Data Dasar Untuk Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) (Studi Kasus: Kecamatan Rungkut, Surabaya), Geoid, vol. 10, no. 1, pp , A. Sari and Khomsin, Analisa Perbandingan Ketelitian Penentuan Posisi dengan GPS RTK-NTRIP dengan Base GPS CORS Badan Informasi Geospasial (BIG) dari Berbagai Macam Mobile Provider (Studi Kasus: Surabaya), J. Tek. POMITS, vol. X, no. X, H. Z. Abidin, Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya, 1st ed. Jakarta: PT Pradnya Paramita, Y. Feng and J. Wang, Exploring GNSS RTK performance benefits with GPS and virtual galileo measurements, in ION NTM, 2007, pp Y. V. N. K. Murthy, S. S. Rao, D. S. P. Rao, and V. Jayaraman, Analysis of DEM Generated using Cartosat ITP. All right reserved 241 DOI /SPI
15 Stereo Data over Mausanne Les Alpiless-Cartosat Scientific Appraisal Programme (CSAP TS -5), in The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, 2008, pp T. Toutin and P. Cheng, QuickBird A Milestone for High Resolution Mapping, Earth Obs. Mag., vol. 11, no. 4, pp , J. Octariady, A. Fitria, D. C. K. Yuwana, and R. Ainiyah, Optimalisasi Jumlah Penggunaan Titik Kontrol Tanah untuk Proses Koreksi Geometri Raw Data Citra Worldview-2 Pada Daerah Datar, in CGISE 3, 2016, pp B. E. Leksono and Y. Susilowati, The Accuracy Improvement of Spatial Data for Land Parcel and Buildings Taxation Objects by Using the Large Scale Ortho Image Data, M. A. Aguilar, M. del M. Saldana, and F. J. Aguilar, Assessing Geometric Accuracy of the Orthorectification Process from GeoEye-1 and WorldView-2 Panchromatic Images, Int. J. Appl. Earth Obs. Geoinf., vol. 21, pp , J. Chmiel, S. Kay, and P. Spruyt, Orthorectification And Geometric Quality Assessment Of Very High Spatial Resolution Satellite Imagery For Common Agricultural Policy Purposes, in XXth ISPRS Congress, 2004, pp OGC, The OpenGIS Abstract Specification-Topic 7: The Earth Imagery Case, ITP. All right reserved 242 DOI /SPI
Analisis Perbandingan Ketelitian Hasil Pengukuran GCP... (Safi i, et al.)
Analisis Perbandingan Ketelitian Hasil Pengukuran GCP... (Safi i, et al.) ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN HASIL PENGUKURAN GCP MENGGUNAKAN GPS METODE RTK-NTRIP DAN STATIK UNTUK KOREKSI CITRA SATELIT RESOLUSI
Lebih terperinciIsfandiar M. Baihaqi
ASPEK PERPETAAN UNTUK PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) Isfandiar M. Baihaqi 0813
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia wilayahnya membentang dari 6⁰ Lintang Utara sampai 11⁰08 Lintang Selatan dan 95⁰ Bujur Timur sampai 141⁰45 Bujur Timur. Indonesia merupakan negara kepulauan yang
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah memerlukan acuan arah dan informasi geospasial. Diperlukan peta dasar pendaftaran dan peta kerja yang dapat dijadikan
Lebih terperinciANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL
ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Ketelitian data Global Positioning Systems (GPS) dapat
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)
A703 Analisa Ketelitian Geometrik Citra Pleiades 1A dan Worldview-2 untuk Pembuatan Peta Dasar Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan (Studi Kasus: Surabaya Pusat) Ricko Buana Surya, Bangun Muljo Sukojo,
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi
Jurnal Rekayasa LPPM Itenas No.1 Vol. XV Institut Teknologi Nasional Januari Maret 2011 Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi BAMBANG
Lebih terperinciAnalisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)
A411 Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur) Wahyu Teo Parmadi dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika,
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP
ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Metode Real Time Point Precise Positioning (RT-PPP) merupakan teknologi
Lebih terperinciOn The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station)
On The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station) Direktorat Pengukuran Dasar Deputi Survei, Pengukuran Dan Pemetaan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2011 MODUL
Lebih terperinciAnalisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)
Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya) Iva Nurwauziyah, Bangun Muljo Sukojo, Husnul Hidayat Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gambar situasi adalah gambaran wilayah atau lokasi suatu kegiatan dalam bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan atribut (Basuki,
Lebih terperinciMekanisme Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2012
Mekanisme Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2012 Eli Juniati, Elyta Widyaningrum, Ade Komara M. Staf Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial
Lebih terperinciPENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-399 PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN
Lebih terperinciPENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP
PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP Oleh A. Suradji, GH Anto, Gunawan Jaya, Enda Latersia Br Pinem, dan Wulansih 1 INTISARI Untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil
Lebih terperinciBAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL. 3.1 Data yang Digunakan
BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL 3.1 Data yang Digunakan Data GPS yang digunakan dalam kajian kemampuan kinerja perangkat lunak pengolah data GPS ini (LGO 8.1), yaitu merupakan data GPS yang memiliki panjang
Lebih terperinciMekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR. Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial
Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial Dasar Hukum FUNGSI RDTR MENURUT PERMEN PU No 20/2011 RDTR dan peraturan
Lebih terperinciAnalisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m
Jurnal Rekayasa LPPM Itenas No. 3 Vol. XIV Institut Teknologi Nasional Juli September 2010 Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m BAMBANG RUDIANTO Jurusan Teknik
Lebih terperinciORTHOREKTIFIKASI CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Studi Kasus Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Orthorektiffikasi Citra Resolusi Tingggi untuk Keperluan... (Apriyanti dkk.) ORTHOREKTIFIKASI CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Studi Kasus Kabupaten Nagekeo, Provinsi
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN GPS CORS METODE RTK NTRIP DENGAN TOTAL STATION
SIDANG TUGAS AKHIR STUDI PERBANDINGAN GPS CORS METODE RTK NTRIP DENGAN TOTAL STATION Yoga Prahara Putra yoga.prahara09@mhs.geodesy.its.ac.id JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Lebih terperinciUJI KETELITIAN HASIL REKTIFIKASI CITRA QUICKBIRD DENGAN PERANGKAT LUNAK GLOBAL MAPPER akurasi yang tinggi serta memiliki saluran
UJI KETELITIAN HASIL REKTIFIKASI CITRA QUICKBIRD DENGAN PERANGKAT LUNAK GLOBAL MAPPER akurasi yang tinggi serta memiliki saluran Arfian Setiadi*, Ir. Bambang Sudarsono, pankromatik MS**, L.M Sabri, dan
Lebih terperinciStudi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Jun, 2013) ISSN: 2301-9271 1 Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill Firman Amanullah dan Khomsin Jurusan
Lebih terperinciSTUDI ANALISIS KETELITIAN GEOMETRIK HORIZONTAL CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI SEBAGAI PETA DASAR RDTR PESISIR (STUDI KASUS: KECAMATAN BULAK, SURABAYA)
STUDI ANALISIS KETELITIAN GEOMETRIK HORIZONTAL CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI SEBAGAI PETA DASAR RDTR PESISIR (STUDI KASUS: KECAMATAN BULAK, SURABAYA)) STUDI ANALISIS KETELITIAN GEOMETRIK HORIZONTAL CITRA
Lebih terperinciUJI AKURASI PENENTUAN POSISI METODE GPS-RTK MENGGUNAKAN PERANGKAT CHC X91+
Uji Akurasi Penentuan Posisi Metode GPS-RTK... (Syetiawan, et al.) UJI AKURASI PENENTUAN POSISI METODE GPS-RTK MENGGUNAKAN PERANGKAT CHC X91+ (Accuracy Test Analysis of GPS-RTK Positioning using CHC X91+)
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN POSISI GPS CORS RTK-NTRIP DENGAN METODE RAPID STATIK
ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN POSISI GPS CORS RTK-NTRIP DENGAN METODE RAPID STATIK King Adhen El Fadhila 1) dan Khomsin 2) Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Lebih terperinciKAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 3 No. 3 September 2008:132-137 KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR Muchlisin Arief, Kustiyo, Surlan
Lebih terperinciPENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK
PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Salah satu kegiatan eksplorasi seismic di darat adalah kegiatan topografi seismik. Kegiatan ini bertujuan
Lebih terperinciBab IV Analisa dan Pembahasan. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh.
38 Bab IV Analisa dan Pembahasan Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh. IV.1. Analisis Sumber Data Peta-peta Pendaftaran Tanah yang kami jadikan obyek
Lebih terperinciAtika Sari, Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,
ANALISA PERBANDINGAN KETELITIAN PENENTUAN POSISI DENGAN GPS RTK-NTRIP DENGAN BASE GPS CORS BIG DARI BERBAGAI MACAM MOBILE PROVIDER DIDASARKAN PADA PERGESERAN LINEAR (Studi Kasus : Surabaya) Atika Sari,
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Koreksi Geometrik Langkah awal yang harus dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan koreksi geometrik pada citra Radarsat. Hal ini perlu dilakukan karena citra tersebut
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH DAN SEBARAN GCP PADA PROSES REKTIFIKASI CITRA WORLDVIEW II
PENGARUH JUMLAH DAN SEBARAN GCP PADA PROSES REKTIFIKASI CITRA WORLDVIEW II PENGARUH JUMLAH DAN SEBARAN GCP PADA PROSES REKTIFIKASI CITRA WORLDVIEW II INFLUENCE OF THE NUMBER AND DISTRIBUTION GCP FOR RECTIFICATION
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Data Koordinat Definitif Titik Dasar Teknik Orde 3 BPN Titik Dasar Teknik adalah titik yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari suatu pengukuran dan perhitungan dalam
Lebih terperinciCitra Satelit IKONOS
Citra Satelit IKONOS Satelit IKONOS adalah satelit inderaja komersiil pertama yang dioperasikan dengan tingkat ketelitian 1 meter untuk model pankromatik dan 4 meter untuk model multispektral yang merupakan
Lebih terperinciAKURASI PENGUKURAN GPS METODE RTK-NTRIP MENGGUNAKAN INA-CORS BIG Studi Kasus di Sumatera Utara
Akurasi Pengukuran Gps Metode RTK-NTRIP...(Safi i dan Aditya) AKURASI PENGUKURAN GPS METODE RTK-NTRIP MENGGUNAKAN INA-CORS BIG Studi Kasus di Sumatera Utara (Accuracy of GPS Measurement Using RTK-NTRIP
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2016
ANALISIS KETELITIAN PLANIMETRIK ORTHOFOTO PADA TOPOGRAFI PERBUKITAN DAN DATAR BERDASARKAN KUANTITAS TITIK KONTROL TANAH Hanif Arafah Mustofa, Yudo Prasetyo, Hani ah *) Program Studi Teknik Geodesi Fakultas
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengolahan Data Data GPS yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah hasil pengukuran secara kontinyu selama 2 bulan, yang dimulai sejak bulan Oktober 2006 sampai November 2006
Lebih terperinciAnalisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A375 Analisis Ketelitian Geometric Citra untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)
Lebih terperinciAnalisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona)
F182 Analisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona) Theo Prastomo Soedarmodjo 1), Agung Budi Cahyono 1), Dwi
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1. Latar belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 pasal 33 ayat 3 bahwa Bumi, Air dan Kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai Negara dan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Georeferencing dan Resizing Enggar Budhi Suryo Hutomo 10301628/TK/37078 JURUSAN S1 TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB
Lebih terperinciEvaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan
Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan (studi kasus : Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo) Arwan Putra Wijaya 1*, Teguh Haryanto 1*, Catharina N.S. 1* Program
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Januari 2014
Analisis Pengaruh Panjang Baseline Terhadap Ketelitian Pengukuran Situasi Dengan Menggunakan GNSS Metode RTK-NTRIP (Studi Kasus: Semarang, Kab. Kendal dan Boyolali) Ega Gumilar Hafiz, Moehammad Awaluddin,
Lebih terperinciBab III Pelaksanaan Penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah :
14 Bab III Pelaksanaan Penelitian III.1 Persiapan III.1.1 Daerah Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah : 1. Lokasi penelitian pada google
Lebih terperinciJENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL JENIS DAN TARIF ATAS JENIS
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN: 2301-9271 1 Kajian Updating Peta Menggunakan Data Dasar Citra Satelit Worldview-2 dan Kota Surabaya Skala 1:5000 (Studi Kasus: dan Anyar) Cherie Bhekti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peta merupakan representasi dari permukaan bumi baik sebagian atau keseluruhannya yang divisualisasikan pada bidang proyeksi tertentu dengan menggunakan skala tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial mengamanahkan Peta Rupa Bumi Indonesia sebagai Peta Dasar diselenggarakan mulai pada skala 1 : 1.000.000
Lebih terperinciPengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat Terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi Titik pada Survei GPS
Reka Geomatika Jurusan Teknik Geodesi Itenas No.2 Vol. 01 ISSN 2338-350x Oktober 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat Terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi
Lebih terperinciAnalisis Ketelitian Orthorektifikasi Citra Pleiades dan SPOT6 Untuk Pembuatan Peta Dasar RDTR Wilayah Pesisir (Studi Kasus: Kecamatan Jenu, Tuban)
Analisis Ketelitian Orthorektifikasi Citra Pleiades dan SPOT6 Untuk Pembuatan Peta Dasar RDTR Wilayah Pesisir (Studi Kasus: Kecamatan Jenu, Tuban) A425 Friska Melia Ode Binta dan Bangun Muljo Sukojo Departemen
Lebih terperinciAnalisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661
A369 Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech I Gede Brawiswa Putra, Mokhamad Nur Cahyadi Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciANALISA PENENTUAN POSISI HORISONTAL DI LAUT DENGAN MAPSOUNDER DAN AQUAMAP
ANALISA PENENTUAN POSISI HORISONTAL DI LAUT DENGAN MAPSOUNDER DAN AQUAMAP Khomsin 1, G Masthry Candhra Separsa 1 Departemen Teknik Geomatika, FTSLK-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia
Lebih terperinciPROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 25/PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PROSEDUR
Lebih terperinciSPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR
SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR i Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 3 1 Ruang lingkup... 4 2 Istilah dan definisi... 4 2.1 Istilah Teknis Perpetaan... 4 2.2 Istilah Tata Ruang... 5 3 Penyajian Muka
Lebih terperinciPERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL TENTANG
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL L A P A PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL TENTANG PENGELOLAAN DATA DAN CITRA TEGAK SATELIT PENGINDERAAN
Lebih terperinciPENENTUAN POSISI DENGAN GPS
PENENTUAN POSISI DENGAN GPS Disampaikan Dalam Acara Workshop Geospasial Untuk Guru Oleh Ir.Endang,M.Pd, Widyaiswara BIG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) Jln. Raya Jakarta Bogor Km. 46 Cibinong, Bogor 16911
Lebih terperinciII. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL I. UMUM Sehubungan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-440
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-440 Analisis Ketelitian Orthorektifikasi Citra Pleiades dan SPOT6 Untuk Pembuatan Peta Dasar RDTR Wilayah (Studi Kasus: Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Badan Pertanahan Nasional (BPN) merupakan suatu Lembaga Pemerintah yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional
Lebih terperinciBab IV Analisis Hasil Penelitian. IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS
26 Bab IV Analisis Hasil Penelitian IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS Hasil pengolahan GPS untuk daerah penelitian relatif datar didapatkan koordinat dengan ketelitian dibawah ± 0,195m. Ketelitian
Lebih terperinciPEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK PCI UNTUK MENINGKATKAN AKURASI ANALISIS SPASIAL
26 PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK PCI UNTUK MENINGKATKAN AKURASI ANALISIS SPASIAL Abidin Loebis Fakultas Ilmu Komputer Universitas Borobudur Jalan Raya Kalimalang No.1 Jakarta 13620 Email : abidinloebis@yahoo.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penetuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)
A380 Analisis Metode Delineasi pada Citra Resolusi Tinggi dalam Pembuatan Kadaster Lengkap Arinda Kusuma Wardani, Agung Budi Cahyono, dan Dwi Budi Martono Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciURGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)
URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI Oleh: Nanin Trianawati Sugito*) Abstrak Daerah (propinsi, kabupaten, dan kota) mempunyai wewenang yang relatif
Lebih terperinciAplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar
Reka Geomatika Jurusan Teknik Geodesi Itenas No. 2 Vol. 1 ISSN 2338-350X Desember 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat
Lebih terperinciBLUNDER PENGOLAHAN DATA GPS
Blunder Pengolahan Data GPS... (Syetiawan) BLUNDER PENGOLAHAN DATA GPS (Blunder GPS Data Processing) Agung Syetiawan Badan Informasi Geospasial Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46 Cibinong 16911, Indonesia E-mail:
Lebih terperinciGEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1)
Apa Mode Survei yang reliable? Kapan kondisi yang tepat? Realtime: RTK-Radio; RTK-NTRIP JIKA TERSEDIA JARINGAN DATA INTERNET Post Processing: Static- Relative; Kinematic; Stop and Go Realtime: RTK-Radio;
Lebih terperinciMODUL 3 GEODESI SATELIT
MODUL 3 GEODESI SATELIT A. Deskripsi Singkat Geodesi Satelit merupakan cabang ilmu Geodesi yang dengan bantuan teknologi Satelite dapat menjawab persoalan-persoalan Geodesi seperti Penentuan Posisi, Jarak
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip April 2015
Analisis pengukuran penampang memanjang dan penampang melintang dengan GNSS metode RTK-NTRIP Dimas Bagus, M. Awaluddin, Bandi Sasmito *) Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Januari 2014
Verifikasi TDT Orde 2 BPN dengan Stasiun CORS BPN-RI Kabupaten Grobogan Rizna Trinayana, Bambang Darmo Yuwono, L. M. Sabri *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof
Lebih terperinciGEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (MULTI)
Apa Mode Survei yang reliable? Kapan kondisi yang tepat? Realtime: RTK-Radio; RTK-NTRIP JIKA TERSEDIA JARINGAN DATA INTERNET Post Processing: Static- Relative; Kinematic; Stop and Go Realtime: RTK-Radio;
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian ini. Proses persiapan data ini berpengaruh pada hasil akhir penelitian. Persiapan yang dilakukan meliputi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL KOREKSI GEOMETRI ORTHO LANDSAT UNTUK PEMETAAN PENUTUP LAHAN WILAYAH INDONESIA
168 Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 5 No. 4 Desember 2010 : 168-173 PENGEMBANGAN MODEL KOREKSI GEOMETRI ORTHO LANDSAT UNTUK PEMETAAN PENUTUP LAHAN WILAYAH INDONESIA Kustiyo Peneliti Bidang
Lebih terperinciKata Kunci : GPS, CORS, NTRIP, RTK, Provider
Analisa Perbandingan Ketelitian Penentuan Posisi dengan GPS RTK-NTRIP dengan Base GPS CORS Badan Informasi Geospasial (BIG) dari Berbagai Macam Mobile Provider (Studi Kasus : Surabaya) Atika Sari 1) dan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X,. X, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Studi Identifikasi Perubahan Obyek dengan Memanfaatkan Citra Resolusi Tinggi (Studi Kasus Unit Pengembangan Rungkut Surabaya)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kadaster merupakan sistem informasi kepemilikan tanah beserta berbagai hak maupun catatan yang mengikutinya dengan melibatkan deskripsi geometrik dari persil tanah
Lebih terperinciNoorlaila Hayati, Dr. Ir. M. Taufik Program Studi Teknik Geomatika, FTSP-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia
KAJIAN KETELITIAN PLANIMETRIS CITRA RESOLUSI TINGGI PADA GOOGLE EARTH UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1: 10000 KECAMATAN BANJAR TIMUR KOTA BANJARMASIN Noorlaila Hayati, Dr. Ir. M. Taufik Program Studi
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik
83 BAB VII ANALISIS 7.1 Analisis Komponen Airborne LIDAR Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik dengan memanfaatkan sinar laser yang ditembakkan dari wahana
Lebih terperinciBAB Analisis Perbandingan Hasil LGO 8.1 & Bernese 5.0
BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Hasil LGO 8.1 & Bernese 5.0 Pada subbab ini akan dibahas mengenai analisis terhadap hasil pengolahan data yang didapatkan. Dari koordinat hasil pengolahan kedua
Lebih terperinciTUGAS AKHIR RG141536
TUGAS AKHIR RG141536 OPTIMASI SEBARAN TITIK GCP DAN ICP PADA PROSES ORTOREKTIFIKASI CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA SKALA 1:5.000 (STUDI KASUS: 1 SCENE CITRA PLEIADES 033 LUMAJANG) ACHMAD RIZAL
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip OKTOBER 2017
ANALISIS PENGUKURAN BIDANG TANAH DENGAN MENGGUNAKAN GPS PEMETAAN Armenda Bagas Ramadhony, Moehammad Awaluddin, Bandi Sasmito *) Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof.
Lebih terperinciGLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc
GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc www.pelagis.net 1 Materi Apa itu GPS? Prinsip dasar Penentuan Posisi dengan GPS Penggunaan GPS Sistem GPS Metoda Penentuan Posisi dengan GPS Sumber Kesalahan
Lebih terperinciAbstrak PENDAHULUAN.
PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH ANTARA PROVINSI JAWA TIMUR DAN PROVINSI BALI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. Gambar 4.1 Suhu, tekanan, dan nilai ZWD saat pengamatan
BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Input Data Setelah dilakukan pengolahan data, ada beberapa hal yang dianggap berpengaruh terhadap hasil pengolahan data, yaitu penggunaan data observasi GPS dengan interval
Lebih terperinciEVALUASI KETINGGIAN BANGUNAN DALAM RANGKA UPAYA MENJAGA ZONA KKOP BANDARA JUANDA. (Studi Kasus : Masjid Ar-Ridlo Sedati Sidoarjo)
EVALUASI KETINGGIAN BANGUNAN DALAM RANGKA UPAYA MENJAGA ZONA KKOP BANDARA JUANDA EVALUTION THE HEIGHT BUILDING FOR SAVING SAFETY ZONE FLIGHT OPERATION OF JUANDA AIRPORT (A case study: Ar-Ridlo Mosque Sedati
Lebih terperinciPETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM
PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM UU no. 4 Tahun 2011 tentang INFORMASI GEOSPASIAL Istilah PETA --- Informasi Geospasial Data Geospasial :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tertib administrasi bidang tanah di Indonesia diatur dalam suatu Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Pemerintah tersebut memuat
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Agustus 2013
UJI COBA GNSS CORS DALAM PEMETAAN BATAS BIDANG TANAH MENGGUNAKAN SPIDERWEB ( Studi Kasus : Kabupaten Semarang ) Kukuh Ibnu Zaman 1), Ir. Sawitri Subiyanto 2), L.M Sabri, S.T, M.T 3) 1) Mahasiswa Teknik
Lebih terperinciTUGAS AKHIR RG141536
TUGAS AKHIR RG141536 ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN ORTHOREKTIFIKASI CITRA PLEIADES DAN QUICKBIRD UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR RENCANA DETAIL TATA RUANG TERBUKA HIJAU (Studi Kasus: Bagian Wilayah Perkotaan
Lebih terperinciPROSES REKOMENDASI BIG LAMPIRAN PETA RDTR PUSAT PEMETAAN TATA RUANG DAN ATLAS, BIG
PROSES REKOMENDASI BIG LAMPIRAN PETA RDTR PUSAT PEMETAAN TATA RUANG DAN ATLAS, BIG KONSEP ONE MAP POLICY 1 Standard Referensi Satu georeferensi yang sama Satu Pedoman yang sama Geoportal Basisdata Standar
Lebih terperinciProcessed: Sabtu, Feb 23, :06:49 08/01/19, 13:10: /01/19, 13:30:55.000
52 Lampiran D.2 Contoh Hasil Pengolahan Baseline Baseline Summary B20 (ITB1 to BD20) Processed: Sabtu, Feb 23, 2008 01:06:49 Solution type: Solution acceptability: Ephemeris used: Met Data: L1 fixed Solution
Lebih terperinciREGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO)
TUTORIAL I REGISTRASI PETA Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO) A. Dasar Teori Peta dasar yang digunakan sebagai sumber dalam pemetaan yang berupa gambar citra/peta hasil proses
Lebih terperinciPERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA
PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA Atriyon Julzarika Alumni Teknik Geodesi dan Geomatika, FT-Universitas Gadjah Mada, Angkatan 2003 Lembaga Penerbangan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan
15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan April 2011 dengan daerah penelitian di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur,
Lebih terperinciBab III Pelaksanaan Penelitian
Bab III Pelaksanaan Penelitian Tahapan penelitian secara garis besar terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan kesimpulan. Diagram alir pelaksanaan penelitian dapat dilihat
Lebih terperinciMETODE PENENTUAN POSISI DENGAN GPS
METODE PENENTUAN POSISI DENGAN GPS METODE ABSOLUT Metode Point Positioning Posisi ditentukan dalam sistem WGS 84 Pronsip penentuan posisi adalah reseksi dengan jarak ke beberapa satelit secara simultan
Lebih terperinciSIDANG TUGAS AKHIR RG
SIDANG TUGAS AKHIR RG 091536 KAJIAN KETELITIAN PLANIMETRIS CITRA RESOLUSI TINGGI PADA GOOGLE EARTH UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1: 10000 KECAMATAN BANJAR TIMUR KOTA BANJARMASIN NOORLAILA HAYATI 3507100044
Lebih terperinciIr. Rubini Jusuf, MSi. Sukentyas Estuti Siwi, MSi. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Ir. Rubini Jusuf, MSi. Sukentyas Estuti Siwi, MSi. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Disampaikan pada Lokakarya Strategi Monitoring dan Pelaporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang memungkinkan rute transportasi melintasi sungai, danau, jalan raya, jalan kereta api dan lainlain.jembatan merupakan
Lebih terperinci