MANUSIA WAJAK (HOMO WAJAKENIS) purba, yaitu: Homo (erectus) Soloensis atau yang dikenal juga sebagai Solo Man, dan yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANUSIA WAJAK (HOMO WAJAKENIS) purba, yaitu: Homo (erectus) Soloensis atau yang dikenal juga sebagai Solo Man, dan yang"

Transkripsi

1 MANUSIA WAJAK (HOMO WAJAKENIS) A. PENGERTIAN DAN CIRI MANUSIA WAJAK Manusia Wajak (Homo wajakensis) merupakan satu-satunya temuan di Indonesia yang untuk sementara dapat disejajarkan perkembangannya dengan manusia modern awal dari akhir Kala Pleistosen. Homo artinya Manusia, jadi di daerah pulau Jawa, sudah ada dua jenis manusia purba, yaitu: Homo (erectus) Soloensis atau yang dikenal juga sebagai Solo Man, dan yang kedua adalah Homo (erectus) Wajakensis. (Homo wajakenis) konon, dinamakan begini karena ditemukan di daerah WajaK. Fosil ini ditemukan di desa Wajak dekat Tulungagung Jawa Timur oleh Eugene Dubois tahun 1889, mirip dengan penduduk asli Australia. Homo Wajakensis adalah salah satu jenis fosil manusia purba dari genus homo yang berasal dari masa Plestosin (Diluvium) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Homo Wajakensis termasuk dalam jenis Homo Sapien (manusia yang sudah berpikir maju). Fosil manusia purba jenis homo wajakensis adalah merupakan jenis manusia purba yang mendekati jenis atau ciri-ciri manusia modern. Fosil Homo wajakensis ditemukan oleh Van Riestchoten pada tahun 1889 di desa Wajak, Tulungagung. Fosil ini kemudian diteliti oleh Eugene Dubois. Temuan fosil ini merupakan temuan fosil manusia purba pertama yang dilaporkan berasal dari Indonesia. Fosil Homo Wajakensis mempunyai tinggi badan sekitar cm, dengan berat badan antara kg. Volume otaknya mencapai 1300 cc Manusia purba jenis ini hidup antara tahun yang lalu, pada lapisan Pleistosen Atas. Apabila dibandingkan jenis sebelumnya, Homo Wajakensis menunjukkan kemajuan. Makanannya sudah dimasak walaupun masih sangat sederhana. Tengkorak Homo Wajakensis memiliki banyak persamaan dengan tengkorak penduduk asli Australia, Aborigin.

2 Oleh karena itu, Eugene Dubois menduga bahwa Homo Wajakensis termasuk dalam ras Australoide, bernenek moyang Homo Soloensis dan menurunkan bangsa Aborigin. Fosil Homo Wajakensis juga memiliki kesamaan dengan fosil manusia Niah di Serawak Malaysia, manusia Tabon di Palawan, Filipina, dan fosil-fosil Australoid dari Cina Selatan, dan Australia Selatan. Ciri-ciri homo wajakensis : Ø Berbadan tegap Ø Mukanya tidak terlalu menonjol ke depan. Ø Hidung lebar dan bagian mulutnya menonjol Ø Tengkoraknya lebih besar dibanding Pithecanthropus. Ø Dahinya agak miring dan di atas mata terdapat busur kening yang nyata Ø Tenggorokannya sedang, agak lonjong, dan agak bersegi di tengah-tengah atap tengkoraknya dari muka ke belakang Ø Tingginya sekitar 180 cm Ø Memiliki volume otak kecil, yaitu sekitar cc dengan rata-rata cc. Ø Tinggi badang antara cm, berat badan antara kg. Ø Hidup antara tahun yang lalu Ø Mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang yang masih sederhana. Manusia Wajak tidak langsung berevolusi dari Pithecanthropus, tetapi mungkin tahapan Homo neanderthalensis yang belum ditemukan di Indonesia ataupun dari Homo neanderthalensis di tempat Pithecanthropus erectus ataupun satu ras yang mungkin berevolusi ke arah Homo yang ditemukan di Indonesia. Manusia Wajak itu tidak hanya mendiami Kepulauan Indonesia bagian Barat saja, akan tetapi juga di sebagian Kepulauan Indonesia bagian Timur. Ras Wajak ini merupakan penduduk Homo sapiens yang kemudian menurunkan ras-ras yang kemudian kita kenal sekarang. Melihat ciri-ciri Mongoloidnya lebih banyak, maka ia lebih dekat dengan sub-ras Melayu-Indonesia. Hubungannya dengan ras Australoid dan Melanesoid sekarang lebih jauh, oleh karena kedua sub-ras ini baru mencapai bentuknya yang sekarang di tempatnya yang baru. tetapi memang mungkin juga bahwa ras Austromelanesoid yang dahulu berasal dari ras Wajak.

3 B. SEJARAH MANUSIA WAJAK Sebelum membahas mendalam mengenai manusia purba di daerah Tulungagung yang terkenal dengan sebutan manusia Homo Wajakensis, lebih baik kita telusuri di mana tempatnya diketemukan manusia purba tersebut. Pada dasarnya mengenai letak diketemukannya manusia purba Wajakensis masih gelap. Mayoritas masyarakat mengira kalau nama daerah Wajak keberadaan daerahnya berada di daerah Boyolangu yang sekarang kita kenal. Di atas sudah sedikit disinggung mengenai biografi Dubois tentang penemuan awal fosil manusia wajakensis yang berada di daerah tembang marmer. Pada tahun 1859 M, Pegunungan Gamping selatan daerah Campurdarat, waktu itu masih disebut dengan distrik Wajak. Daerah tersebut tepatnya berada di Desa Gamping, di mana pada daerah tersebut terdapat penggalian tambang marmer. Namun apabila kita kronologikan, maka nama daerah yang dimaksud Wajak pada masa penemuan situs fosil manusia purba tersebut adalah di daerah Campurdarat, Tulungagung bagian selatan. Di daerah selatan Tulungagung, yaitu tepatnya di daerah distrik Wajak pada tahun 1889 diketemukan sisa-sisa manusia purba, termasuk jenis manusia yang paling muda, oleh para ahli digolongkan ke dalam jenis manusia cerdas (Homo Sapiens) (Anonim; 1971:6). Fosil tenggkorak manusia purba, pada tahun 1889 M baru diketemukan oleh B. D. Van Rietschouten dan penemuan fosil tersebut dinamakan dengan Wajak I. Setelah itu fosil Wajak II diketemukan oleh Eugene Dubois pada tahun dari situlah mulai terkuaknya tabir misteri suatu fosil manusia purba yang akhirnya dinamakan dengan sebutan manusia purba Homo Wajakensis. Manusia purba Homo Wajakensis tersebut merupakan jenis manusia muda yang digolongkan sebagai manusia cerdas dan termasuk klarifikasi dalam Homo Sapiens.

4 Pengumuman pertama tentang fosil manusia purba Homo Wajakensis diterbitkan tahun 1889 dalam pertemuan Koninklij ke Natuurkundigo in Nederkansch Indie pada 13 Desember 1888, Mr. C. Ph. Sluiter tahun 1889 membaca surat dari Mr. B. D. Van Rietshouten yang isinya dia telah menemukan tengkorak manusia dan sejenisnya. Abstraksi tentang isi surat tersebut disimpan pada berkas koleksi Dubois, Rijksmuseum Van Natuurlijk Historie, Leiden. Di dalamnya termasuk sketsa tentang situs wajak yang diproduksi ulang oleh Van Briak, Surat tersebut tertanggal 31 Oktober 1888 (Majalah Bersinar Tulungagung, edisi 25/IV/April 2005). Menurut Effendhie (1999), bahwasanya manusia purba Wajakensis mempunyai tinggi badan 173 cm, manusia Wajak ini juga menunjukkan ciri-ciri ras Mongoloid dan Australomelanosoid, yang diperkirakan hidup antara sampai tahun yang lalu. Bagi Dubois, atas penemuannya yang berupa manusia purba Homo Wajakensis tersebut, akhirnya ia tinggal di daerah Tulungagung kurang lebih selama lima tahun. Di daerah Tulungagung tersebut, ia melakukan penyisiran lagi, ditempat Rietschoten menemukan fosil tengkorak manusia, yakni di daerah cekungan bebatuan sekitar daerah Wajak. Yang menarik pada saat Dubois tinggal di daerah Tulungagung adalah ia juga sering berkunjung ke perkebunan milik orang Skotlandia yang bernama Boyd, tepatnya di daerah Pegunungan Wilis. Setelah Dubois menemukan fosil manusia purba di daerah Tulungagung Selatan (Homo Wajakensis), ia semakin berambisi untuk bisa menemukan manusia purba yang lainnya. Akhirnya ia berpindah ke berbagai tempat di daerah Jawa Timur dan daerah Jawa Tengah ( Sudah berpuluh tahun Dubois meninggalkan Indonesia, akhirnya kuburannya yang terletak di perkebunan De Bedelaer miliknya di Kota Venlo, hanya bisa membisu. Batu nisannya yang bertahtakan fosil tempurung kepala dan dua tulang paha yang disilangkan dari Phithecantrhopus

5 yang menjadi saksi bahwasanya Dubois adalah penemu fosil manusia purba di Indonesia (khususnya daerah Jawa Tengah dan daerah Jawa Timur) ( Adapun ciri-ciri khusus mengenai manusia purba Homo Wajakensis, menurut S. Boeddhi Sampoerno yang dituliskan dalam Majalah Bersinar Tulungagung edisi 25/IV/April 2005; bahwasanya fosil-fosil yang diketemukan di distrik Wajak tersebut dinamakan Homo Wajakensis, ciri-cirinya adalah tengkorak panjang dengan isi besar yakni Wajak I (wanita) berkapasitas sentimeter kubik dan Wajak II (laki-laki) berkapsitas sentimeter kubik. Isi tengkorak ini melebihi isi tengkorak manusia modern. Tonjolan keningnya besar dan kuat seperti Australid, dahinya miring ke belakang tetapi kurang primitif, dan bagian tengah atap tengkoraknya berlunas. Mukanya lebar datar dengan tulang pipi menonjol ke samping seperti pada Mongoloid. Matanya besar, tetapi agak rendah. Ada alur di depan hidungnya, akar hidungnya melesak ke bawah dahi, tulang hidungnya sempit, kecil dan datar serta lubang hidungnya lebar. Belakang tengkoraknya membonggol dengan tempat pelekatan otot leher rata. Langit-langit mulutnya besar dan dalam, serta lebih besar dari Australid, giginya besar, tetapi dalam proporsi modern, dan lengkungannya gigi lebih kecil dan berbentuk omega. Rahang bawahnya kekar, kuat dan berat, sedangkan dagunya lemah dan miring ke belakang, lebar cabang rahang bawahnya sebanding dengan manusia Hidelbreg (Jerman). Dari tulang paha dan tulang kering dapat disimpulkan bahwa manusianya ramping dan tinggi. Menurut Peter Bellwood (2000:125), mengatakan tengkorak-tengkorak Wajak masih menimbulkan masalah-masalah yang menarik. Banyaknya pakar menganggap tengkorak-

6 tengkorak tersebut tergolong Australo-Melanesia dan mempunyai otak dan wajak yang besar. Hanya saja, Coon (1962) maupun Jacob (1967) mencatat kemungkinan adanya kecenderungan ciri Mongoloid yang tampak dari mukanya yang datar. Jika tarikh tersebut benar, tengkorak dari Wajak mungkin memperlihatkan beberapa tingkat kecenderungan Mongoloid untuk populasipopulasi di Jawa sebelum masa penghunian oleh penutur bahasa Austronesia. Sayangnya, kecenderungan ciri morfologis yang tepat dari tengkorak-tengkorak ini tidak begitu jelas, karena adanya berbagai masalah dalam rekontruksinya. Jika kecenderungan ciri-ciri tersebut menunjukkan aliran gen praaustronesia dari daratan Asia ke Indonesia, maka tengkoraktengkorak Wajak itu sangat penting. Pandangan tersebut sebagian ditentang oleh Jacob (1967:51) yang pernah menganggap populasi Wajak kemungkinan adalah leluhur bersama Mongoloid Indonesia maupun Australo-Melanesia sekarang. Untuk merangkai informasi mengenai situs manusia purba yang berada di Indonesia, khususnya dibagian selatan Tulungagung. Jacob (1967), menyatakan bahwa baru-baru ini lebih banyak lagi yang diketemukan mengenai manusia purba. Jacob beranggapan situs-situs yang paling bermasalah salah satunya adalah situs Wajak di Jawa Timur bagian selatan. Di sini, dua tengkorak diketemukan pada tahun 1888 dan 1890 yang terakhir diketemukan oleh Dubois dalam satu ceruk peneduh yang sekarang sudah hancur dan tidak ada bukti langsung yang tertinggal untuk penarikhan atau mengetahui konteksnya (Strom dan Nelson 1992). Untungnya, baru-baru ini dimungkinkan untuk meneliti sebuah tulang paha manusia dari situs tersebut dengan penarikhan C14 pada apatite tulang (Shutler et al. 1994), dengan hasil kira-kira 6500 BP, jadi tulang-tulang manusia dan binatang dari Wajak selayaknya dapat dianggap berumur Holosen Awal sampai pertengahan (Peter Bellwood; 2000: ).

7 Menurut Soekmono ((a)1973:29), pendapat Dubois, Homo Wajakensis itu termasuk dalam golongan bangsa Australoide, bernenek moyang Homo Soloensis dan nantinya menurunkan langsung bangsa-bangsa asli Australia itu. Menurut Voon Koenigswald, maka Homo Wajakensis itu seperti juga Homo Soloensis, asalnya dari lapisan bumi Pleistosen Atas dan mungkin sekali sudah dimasukkan dalam jenis Homo Sapiens. Ketinggian tingkatnya lebih jelas lagi dari kenyataan, bahwa berbeda dari jenis-jenis manusia tertua yang sudah disebutkan di atas, maka Homo Wajakensis itu telah di tanam (baca: dikubur), sebagaimana realitanya dari bekasbekasnya waktu diketemukan. Pada zaman sekarang daerah Tulungagung menjadi salah satu daerah industri tambang marmer yang terkenal hingga ke mancanegara, bisa kemungkinan juga keberadaan situs-situs manusia purba Homo Wajakensis tepatnya di gua-gua pegunungan selatan telah rusak akibat dari polah aktivitas manusia dalam menambang marmer atau batu onix. Namun apabila kita ingin melacak keberadaan situs-situs manusia purba Homo Wajakensis kemungkinan masih bisa, dengan indikasi daerahnya berada di dukuh Cerme, Campurdarat dan gua-gua di Cerme yang disebut dengan Gua Lawa. Bukti arkeologis lain yang mengenai keberadaan kehidupan manusia purba saat itu, adalah berupa temuan hunian gua (rock sheller) di daerah Besole, di daerah Besuki yaitu Gua Song Gentong. Temuan yang didapatkan di situs gua hunian itu berupa sisa-sisa makanan, yakni cangkang kerang (Gastropoda) dan juga tulang-tulang binatang sebagai sampah dapur. Selain tempat-tempat itu, bukti serupa pernah diketemukan di situs Gua Pasetran Gondomayit yang tepatnya di dusun Ngelorejo, desa Janglungharjo, Kecamatan Tanggunggunung, Kabupaten Tulungagung.

8 Adanya gua-gua yang berada di Pegunungan Selatan Tulungagung tersebut, sebagai tempat tinggal atau adanya sebuah kehidupan manusia purba Homo Wajakensis. Sebab dimungkinkan gua-gua yang keberadaannya tidak jauh dari pantai selatan tersebut menjadi tempat tinggalnya, karena sewaktu-waktu mereka tidak jauh dalam mencari makanan yang berupa kerang-kerang atau ikan. Daerah Wajak relatif tidak jauh dari keberadaan rawa-rawa ataupun Samudera Hindia. Rawa Bening salah satunya, dimungkinkan memang rawa tersebut merupakan rawa yang terjadi semasa dengan terjadinya Gunung Gamping di daerah tersebut. Namun tidak hanya keberadaan manusia Homo Wajakensis saja yang ada, melainkan kehidupan di Pegunungan Kapur Selatan Tulungagung telah dihuni berbagai jenis makhluk binatang seperti antelope, babi hutan, kijang, rhino, dan juga berbagai jenis kera. Sehingga kalau ditarekhkan pada masa manusia purba Wajakensis sudah mengenal kultur, sosio dan ekonomis. Secara tidak langsung maka manusia purba tersebut sudah mampu untuk mengolah lingkungan Pegunungan Kapur Selatan Tulungagung. Dengan banyaknya gua-gua yang terdapat dibagian selatan daerah Tulungagung tentunya kita dapat menafsirkan, bahwasanya kehidupan manusia purba pada zaman dahulu memang sudah ada di daerah tersebut, bukti dan data yang ada, sudah menjadi pengukuhan bagi dunia kesejarahan bahwasanya daerah Tulungagung menjadi salah satu penyokong kesejarahan internasional, dengan pernah diketemukannya fosil manusia purba yang akhirnya diberi nama Homo Wajakensis. Temuan manusia purba Homo Wajakensis, mengisyaratkan pada kita bahwa sekitar tahun silam, khususnya daerah Tulungagung bagian selatan telah di diami oleh manusia purba Homo Sapiens yang tergolong dalam Ras Wajak, tentunya berbeda dengan ras manusia sekarang pada umumnya yang bertempat tinggal di kawasan tersebut.

9 C. FUNGSI Manusia Purba Homo Wajakensis merupakan aset kesejarahan yang bernilai tinggi, sehingga perlu untuk dipublikasikan, dilestarikan, dan juga menjadi media pembelajaran peserta didik, khususnya di Tulungagung. Keberadaan Manusia Purba Homo Wajakensis sendiri merupakan peradaban tempo dulu yang dimiliki oleh daerah Tulungagung. Maka dari itulah, perlunya penggalian potensi kesejarahan yang lebih terfokus dalam penanaman karakter generasi muda Tulungagung. Kawasan daerah di sekitar Pegunungan Kapur Selatan Tulungagung tercatat sebagai kawasan awal kehidupan dan sekaligus perkembangan kehidupan sosial-budaya Tulungagung. Sehingga adanya awal kehidupan di daerah Tulungagung tepat berada di bagian selatan itu, maka membuat transisi kehidupan hingga sekarang. Kalau ditinjau dalam segi kebudayaan, Homo Wajakensis sudah mempunyai unsur budaya. Menurut Soekmono ((a)1973:14), kebudayaan dewasa sekarang ini adalah hasil dari pertumbuhan dan perkembangan di waktu yang lalu (sekali-kali bukan menjadi pengganti, melainkan lanjutan). Maka untuk mengetahuinya dan mengenalnya, lebih-lebih untuk dapat menyelaminya dengan benar, perlulah ditinjau dari sejarahnya. Menurut manuskrip Sejarah dan Babad Tulungagung (1971), bahwasanya dasar penguburan adalah erat kaitannya dengan sebuah kepercayaan, yaitu suatu usaha untuk melindungi ruh-ruh dari gangguan alam (lingkungan) atau binatang buas serta faktor-faktor lain. Maka dari itu, kalau memang benar manusia purba Homo Wajakensis tersebut sudah mengenal penguburan, berarti mereka sudah mengenal usaha untuk melindungi hidup mereka, yaitu berburu untuk menjamin kelangsungan kehidupannya, mendirikan tempat tinggal untuk berteduh dan melindungi dari gangguan dan liarnya binatang buas. Dalam hal ini tidak mustahil apabila

10 gua-gua yang terdapat di daerah Wajak pada masa dahulunya juga merupakan tempat tinggal bagi manusia-manusia purba seperti Homo Wajakensis. Corak kebudayaan yang ada masa manusia purba sangatlah unik dan perlu untuk diketahui. Kala itu manusia antara lain telah mengenal logam. Budaya prasejarah yang pernah terdeteksi di kawasan Tulungagung Selatan diantaranya pernah diketemukan sarkofagus di situs Darungan di desa Kalibatur Kecamatan Kalidawir. Pada saat diketemukan oleh penduduk setempat sekitar tahun 1978, didapati wadah kubur itu masih lengkap dengan bagian tutup yang terbuat dari batuan gamping berwarna kekuningan. Salah satu ujungnya dipahat meruncing, yang serupa dengan lunas perahu. Didalam lubang bagian atas sarkofagus itu terdapat kerangka manusia dan bekal kubur atau burial gift yang berupa manik-manik dan senjata dari bahan besi. Budaya semacam bekal kubur maupun perahu lunas yang menyerupai perahu arwah, hal itu merupakan salah satu kebudayaan khas masa megalitikum yang pernah ada di Tulungagung zaman prasejarah. Dalam kaitan hal serupa pada tahun 1982 di dusun Nglempong, desa Gamping juga pernah diketemukan sisa-sisa tulang manusia yang berupa tengkorak dan fragmen tulang serta manik-manik dan juga benda yang terbuat dari perunggu. Maka dari itulah, jejak-jejak sejarah zaman prasejarah yang ada di daerah Tulungagung perlu untuk didokumentasikan dalam rangka demi masa depan generasi muda maupun pelajar untuk bisa mengetahui dan mencintai daerahnya. Tulungagung yang kini sudah berkembang pesat dalam berbagai sektor, kita sebagai generasi muda Tulungagung setidaknya mengetahui, memahami, mencintai, dan menyayangi kesejarahan lokal Tulungagung yang merupakan tempat kelahiran.

11 Referensi :

Jenis Manusia Purba di Indonesia Beserta Gambar

Jenis Manusia Purba di Indonesia Beserta Gambar Jenis Manusia Purba di Indonesia Beserta Gambar Dalam hal penemuan fosil manusia purba, Indonesia menempati posisi yang penting, sebab fosil-fosil manusia purba yang ditemukan Indonesiaberasal dari semua

Lebih terperinci

Manusia purba atau dikategorikan sebagai manusia yang hidup pada masa tulisan atau aksara belum dikenal, disebut juga manusia prasejarah atau

Manusia purba atau dikategorikan sebagai manusia yang hidup pada masa tulisan atau aksara belum dikenal, disebut juga manusia prasejarah atau KEHIDUPAN MANUSIA PURBA DI INDONESIA Manusia purba atau dikategorikan sebagai manusia yang hidup pada masa tulisan atau aksara belum dikenal, disebut juga manusia prasejarah atau Prehistoric people. Manusia

Lebih terperinci

PENEMU 1. P.E.C. SCHEMULLING TAHUN 1864 FOSIL VERTEBRATA DARI KALIOSO 2. EUGENE DUBOIS, KURANG TERTARIK

PENEMU 1. P.E.C. SCHEMULLING TAHUN 1864 FOSIL VERTEBRATA DARI KALIOSO 2. EUGENE DUBOIS, KURANG TERTARIK PENEMU 1. P.E.C. SCHEMULLING TAHUN 1864 FOSIL VERTEBRATA DARI KALIOSO 2. EUGENE DUBOIS, KURANG TERTARIK 3. 1934, G.H.R. VON KOENINGSWALD MENEMUKAN ARTEFAK DI BARAT LAUT KUBAH SANGIRAN FOSIL MANUSIA SANGIRAN

Lebih terperinci

1. Berikut ini merupakan jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah...

1. Berikut ini merupakan jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah... Petunjuk A : Pilihlah satu jawaban yang paling tepat. 1. Berikut ini merupakan jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah... A. Pithecanthropus, Sinanthropus pekinensis, Australopithecus africanus

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.3

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.3 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.3 1. Fosil yang pertama kali ditemukan di Ngandong di tepi Sungai Bengawan Solo sekitar tahun 1931-1933... Meganthropus

Lebih terperinci

RAN G K U M AN K I S I - K I S I S E J AR A H P E M I N AT AN U AS 1 X I P S ( )

RAN G K U M AN K I S I - K I S I S E J AR A H P E M I N AT AN U AS 1 X I P S ( ) RAN G K U M AN K I S I - K I S I S E J AR A H P E M I N AT AN U AS 1 X I P S ( 2 0 1 5-2 0 1 6 ) 1) 3 UNSUR UTAMA DALAM SEJARAH Manusia : sebagai pelaku dan penggerak sejarah Ruang : lokasi di mana peristiwa

Lebih terperinci

Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).

Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan). Kehidupan Manusia Pra Aksara Pengertian zaman praaksara Sebenarnya ada istilah lain untuk menamakan zaman Praaksara yaitu zaman Nirleka, Nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan, jadi zaman Nirleka

Lebih terperinci

TEORI-TEORI TENTANG KEBERADAAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA

TEORI-TEORI TENTANG KEBERADAAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA TEORI-TEORI TENTANG KEBERADAAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA Oleh : Drs. Marmayadi Drs.Didik Paranto SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA TEORI-TEORI TENTANG KEBERADAAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA Definisi manusia Purba

Lebih terperinci

Mengenal Manusia Purba Sejarah Kelas X

Mengenal Manusia Purba Sejarah Kelas X Mengenal Manusia Purba Sejarah Kelas X A. Manusia Purba Pernahkah kamu mendengar tentang Situs Manusia Purba Sangiran? Kini Situs Manusia Purba Sangiran telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya

Lebih terperinci

TUGAS SEJARAH II MANUSIA PURBA TRINIL DAN SANGIRAN

TUGAS SEJARAH II MANUSIA PURBA TRINIL DAN SANGIRAN TUGAS SEJARAH II MANUSIA PURBA TRINIL DAN SANGIRAN NAMA : RINI LARASATI KELAS : X MIA 5 MANUSIA PURBA TRINIL Museum Trinil terletak di pinggiran Sungai Bengawan Solo, tepatnya di Dusun Pilang, Desa Kawu,

Lebih terperinci

LAPORAN PENGAMATAN SITUS MANUSIA PURBA SANGIRAN

LAPORAN PENGAMATAN SITUS MANUSIA PURBA SANGIRAN LAPORAN PENGAMATAN SITUS MANUSIA PURBA SANGIRAN Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Dosen Pengampu Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn. Sartika Devi Putri E.A.A NIM. 14148115 Angga

Lebih terperinci

Makalah tentang Manusia Purba di Indonesia IPS Karya Tulis Ilmiah Vandha Salsabila Tidak ada komentar

Makalah tentang Manusia Purba di Indonesia IPS Karya Tulis Ilmiah Vandha Salsabila Tidak ada komentar Makalah tentang Manusia Purba di Indonesia IPS Karya Tulis Ilmiah Vandha Salsabila 13.32 Tidak ada komentar Makalah Manusia Purba di Indonesia Tugas Sejarah Oleh : Erica Arsyillahi (11) Luthfie Putra Taradima

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah Kelas : 7 Waktu : 10.00-11.30 No.Induk : Hari/Tanggal : Senin, 08 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

BAB III ZAMAN PRASEJARAH

BAB III ZAMAN PRASEJARAH 79 BAB III ZAMAN PRASEJARAH Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari: A.

Lebih terperinci

MUNCULNYA MASYARAKAT INDONESIA

MUNCULNYA MASYARAKAT INDONESIA MUNCULNYA MASYARAKAT INDONESIA 1. Asal Nama Indonesia 1. Hindia Herodotus (485-425 SM). 2. Nederlandsch Oost Indie Cornelis de Houtman Nederlandsch Indie. 3. Insulinde Edward Douwes Dekker : Multatuli

Lebih terperinci

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA. Disusun Oleh : 1. Levi Alvita Y / Bayu Setyaningrum / Winda Setya M /

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA. Disusun Oleh : 1. Levi Alvita Y / Bayu Setyaningrum / Winda Setya M / WAWASAN BUDAYA NUSANTARA Disusun Oleh : 1. Levi Alvita Y / 14148126 2. Bayu Setyaningrum / 14148127 3. Winda Setya M / 14148128 Institut Seni Indonesia Surakarta 2015/2016 PERGERAKAN MANUSA DISANGIRAN

Lebih terperinci

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA Pola Kehidupan Manusia Purba Manusia Purba di Indonesia Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia A. Pengertian Apakah kalian sudah pernah membuat peristiwa sejarah? Tentunya setiap manusia sudah membuat

Lebih terperinci

PRASEJARAH INDONESIA

PRASEJARAH INDONESIA Tradisi Penguburan Jaman Prasejarah Di Liang Bua dan Gua Harimau E. Wahyu Saptomo Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta PRASEJARAH INDONESIA Prasejarah Indonesia dapat dibagi dua yaitu: - Prasejarah

Lebih terperinci

Manusia Purba Di Indonesia pada Masa Prasejarah

Manusia Purba Di Indonesia pada Masa Prasejarah Manusia Purba Di Indonesia pada Masa Prasejarah Masa Prasejarah Indonesia dimulai dengan adanya kehidupan manusia purba yang pada saat itu belum mengenal baca dan tulis. Masa yang juga dikenal dengan nama

Lebih terperinci

MEMAHAMI SEJARAH & PENELITIAN SEJARAH

MEMAHAMI SEJARAH & PENELITIAN SEJARAH Sahrayani,S.Pd., MEMAHAMI SEJARAH & PENELITIAN SEJARAH Pengertian Sejarah Secara Etimilogi Wiliam h.frederick Herodotus Pengumpulan & penyajian informasi mengenai peristiwa pada masa lampau. Kajian

Lebih terperinci

A. Manusia Purba di Indonesia

A. Manusia Purba di Indonesia A. Manusia Purba di Indonesia A. Pilihan ganda 1. Jawaban: b Para peneliti mengelompokkan jenis-jenis manusia purba berdasarkan perbedaan bentuk atau bagian tubuh. Bagian tubuh yang digunakan untuk mengelompokkan

Lebih terperinci

Kebudayaan Ngandong. Di daerah sekitar Ngandong dan Sidorejo dekat Madiun, Jawa Timur, ditemukan

Kebudayaan Ngandong. Di daerah sekitar Ngandong dan Sidorejo dekat Madiun, Jawa Timur, ditemukan Kebudayaan Ngandong Di daerah sekitar Ngandong dan Sidorejo dekat Madiun, Jawa Timur, ditemukan peralatan-peralatan, seperti : a. Kapak genggam. b. Flake merupakan alat-alat serpih atau alat-alat kecil.

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal ,2,3,4, dan 5. 2,3,4,5, dan 1. 3,4,5,1, dan 2.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal ,2,3,4, dan 5. 2,3,4,5, dan 1. 3,4,5,1, dan 2. 1. Perhatikan tahapan zaman pra aksara berikut ini! 1. Mesilitikum 2. Neolitikum 3. Megalitikum 4. Paleolitikum 5. Legam SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.1

Lebih terperinci

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA OBSERVASI SANGIRAN. Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn.

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA OBSERVASI SANGIRAN. Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn. WAWASAN BUDAYA NUSANTARA OBSERVASI SANGIRAN Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn. Oleh: Muhammad Faried (14148116) Alim Yuli Aysa (14148137) Jurusan Seni Media Rekam Fakultas Seni Rupa dan Desain

Lebih terperinci

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005.

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA 2014 Indah Asikin Nurani Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. A. Hasil Penelitian Sampai Tahun

Lebih terperinci

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH www.bimbinganalumniui.com 1. Studi tentang kebudayaan adalah suatu studi yang mempelajari... (A) Gagasan-gagasan untuk mewujudkan tindakan dan artefak (B) Kesenian (C) Karya sastra dan cerita rakyat (D)

Lebih terperinci

Observasi Migrasi Manusia di Situs Manusia Purba - Sangiran. Nopsi Marga Handayani Sekar Manik Pranita

Observasi Migrasi Manusia di Situs Manusia Purba - Sangiran. Nopsi Marga Handayani Sekar Manik Pranita Observasi Migrasi Manusia di Situs Manusia Purba - Sangiran Nopsi Marga Handayani 14148118 Sekar Manik Pranita - 14148159 Perjalanan Panjang Manusia Sebelum abad ke-18 Gagasan evolusi muncul Abad ke-18

Lebih terperinci

A. KOMPETENSI DASAR B. POKOK BAHASAN MATERI MODUL

A. KOMPETENSI DASAR B. POKOK BAHASAN MATERI MODUL A. KOMPETENSI DASAR Mengevaluasi kehidupan awal manusia Indonesia di bidang kepercayaan, sosial, ekonomi, ilmu, teknologi dan pengaruh dari kebudayaan lain di Asia, serta unsur-unsur yang diwariskannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

1. CIRI ZAMAN PRASEJARAH INDONESIA

1. CIRI ZAMAN PRASEJARAH INDONESIA ZAMAN PRASEJARAH DI INDONESIA 1. CIRI ZAMAN PRASEJARAH INDONESIA ZAMAN BATU Zaman ini terbagi menjadi 4 zaman yaitu : 1) Palaeolithikum (Zaman Batu Tua), Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang

Lebih terperinci

Zaman Prasejarah di Indonesia

Zaman Prasejarah di Indonesia Zaman Prasejarah di Indonesia 1. CIRI ZAMAN PRASEJARAH INDONESIA ZAMAN BATU Zaman ini terbagi menjadi 4 zaman yaitu : Palaeolithikum (Zaman Batu Tua) Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih

Lebih terperinci

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat disebabkan karena ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM

BAB I PENDAHULUAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sejarah panjang peradaban dan kebudayaan manusia. Jejak jejak manusia purba dan peradabannya yang ditemukan dari lapisan pleistosen terdapat di berbagai

Lebih terperinci

SOAL PRETEST Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar! 1. Gambar dinding yang tertera pada goa-goa mengambarkan pada jenis binatang yang diburu

Lebih terperinci

TUGAS KLIPING IPS KEHIDUPAN MANUSIA PURBA YANG HIDUP PADA MASA PRA-AKSARA

TUGAS KLIPING IPS KEHIDUPAN MANUSIA PURBA YANG HIDUP PADA MASA PRA-AKSARA TUGAS KLIPING IPS KEHIDUPAN MANUSIA PURBA YANG HIDUP PADA MASA PRA-AKSARA DIBUAT OLEH : AMANDA SOFI IA 7 6 NAMA : AMANDA SOFI IA KELAS : - MAPEL : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KEHIDUPAN MANUSIA PURBA YANG HIDUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

POLA OKUPASI GUA KIDANG, HUNIAN MASA PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA. Indah Asikin Nurani

POLA OKUPASI GUA KIDANG, HUNIAN MASA PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA. Indah Asikin Nurani POLA OKUPASI GUA KIDANG, HUNIAN MASA PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA A. Hasil Penelitian Selama Enam Tahap Indah Asikin Nurani Hasil penelitian sampai pada tahap keenam (2012), dapat disimpulkan beberapa

Lebih terperinci

MUSEUM PALEOANTROPOLOGI

MUSEUM PALEOANTROPOLOGI MUSEUM PALEOANTROPOLOGI dr. Tutiek Rahayu, M.Kes Tutik_rahayu@uny.ac.id 1 MATERI PAMERAN MUSEUM Sejarah hayat awal mula terjadinya kehidupan hingga kini. Pohon hayat menggambarkan perkembangan & pertumbuhan

Lebih terperinci

Rangkuman Sejarah Persiapan UHBT Kelas 7

Rangkuman Sejarah Persiapan UHBT Kelas 7 Rangkuman Sejarah Persiapan UHBT Kelas 7 Tujuan Belajar Sejarah: Sebagai pedoman hidup Sebagai alat hiburan/tempat rekreasi Untuk mngetahui peristiwa di masa-masa yang lalu I. Zaman-zaman Sebelumnya A.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia Tenggara menjelang akhir plestosen, yang didasarkan akan adanya kebutuhan manusia akan tempat yang

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi beberapa golongan ras. Masyarakat negara Indonesia termasuk ke dalam golongan ras Mongoloid. Jacob

Lebih terperinci

Review Pertemuan ke-4

Review Pertemuan ke-4 lmu Kealaman Dasar (AD) Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Persebarannya Pertemuan ke-5 Prepared by AKA-T UMS Review Pertemuan ke-4 Menjelaskan pembentukan alam semesta. Menjelaskan tentang tata surya Menjelaskan

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sumatera Lampung Selatan, 2018 Pengenalan Lingkungan dan Potensi Daerah (Sumatera)

Institut Teknologi Sumatera Lampung Selatan, 2018 Pengenalan Lingkungan dan Potensi Daerah (Sumatera) Sub Topik: - Alur Persebaran Manusia di Pulau Sumatera - Suku-suku di Pulau Sumatera - Dinamika Peradaban di Pulau Sumatera Institut Teknologi Sumatera Lampung Selatan, 2018 Pengenalan Lingkungan dan Potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi pariwisata. Ribuan pulau dengan berbagai macam suku dan kebudayaan serta alamnya yang elok menjadi obyek

Lebih terperinci

Makalah Asal Usul Nenek Moyang Indonesia

Makalah Asal Usul Nenek Moyang Indonesia Makalah Asal Usul Nenek Moyang Indonesia KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunianyalah, Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik,

Lebih terperinci

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment provides everything and

Lebih terperinci

Wawancara Pelaksanaan Pembelajaran dengan Guru Mata Pelajaran Sejarah. : Ruang Guru SMA N 2 Banguntapan

Wawancara Pelaksanaan Pembelajaran dengan Guru Mata Pelajaran Sejarah. : Ruang Guru SMA N 2 Banguntapan LAMPIRAN 89 Lampiran 1. Wawancara Pelaksanaan Pembelajaran dengan Guru Mata Pelajaran Sejarah Wawancara Pelaksanaan Pembelajaran dengan Guru Mata Pelajaran Sejarah Nara Sumber : Ibu Sri Tukiyantini, S.Pd.

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5 1. Kebudayaan Bascon Hoa bin adalah kebudayaan yang berasal dari wilayah Vietnam utara kemudian masuk ke Indonesia. Berikut

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN

BAB III ANALISA DAN DESAIN BAB III ANALISA DAN DESAIN III.1 Analisa Dalam pembuatan aplikasi animasi ini, penulis melakukan analisis terhadap beberapa aplikasi animasi lain yang dibuat oleh programer-programer masih terdapat banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layaknya fenomena alam yang telah terjadi di dunia ini, evolusi makhluk hidup termasuk ke dalam subyek bagi hukum-hukum alam yang dapat di uji melalui berbagai

Lebih terperinci

ASAL USUL DAN PERSEBARAN MANUSIA DI KEPULAUAN INDONESIA

ASAL USUL DAN PERSEBARAN MANUSIA DI KEPULAUAN INDONESIA 6 ASAL USUL DAN PERSEBARAN MANUSIA DI KEPULAUAN INDONESIA (Sumber: www.kompas.com) Setelah mempelajari bab ini, kalian diharapkan mampu: menjelaskan teori evolusi manusia menurut Charles Darwin; menjelaskan

Lebih terperinci

SOAL ULANGAN HARIAN 1 SEMESTER 1. SK = 1. Memahami lingkungan kehidupan manusia.

SOAL ULANGAN HARIAN 1 SEMESTER 1. SK = 1. Memahami lingkungan kehidupan manusia. SOAL ULANGAN HARIAN 1 SEMESTER 1 Mata Pelajaran = IPS Kelas = VII Hari, tanggal = Waktu = 60 Menit SK = 1. Memahami lingkungan kehidupan manusia. KD = 1.1 Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses

Lebih terperinci

MODUL 3. Napak Tilas Manusia Indonesia

MODUL 3. Napak Tilas Manusia Indonesia MODUL 3 MODUL 3 Napak Tilas Manusia Indonesia i Kata Pengantar Daftar Isi Pendidikan kesetaraan sebagai pendidikan alternatif memberikan layanan kepada mayarakat yang karena kondisi geografis, sosial budaya,

Lebih terperinci

DINAMIKA KEHIDUPAN MASYARAKAT PADA MASA PRA AKSARA Syaiful Amin

DINAMIKA KEHIDUPAN MASYARAKAT PADA MASA PRA AKSARA Syaiful Amin PENDALAMAN MATERI SEJARAH INDONESIA PPG DALAM JABATAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DINAMIKA KEHIDUPAN MASYARAKAT PADA MASA PRA AKSARA Syaiful Amin A. Asal-Usul Nenek Moyang Bangsa

Lebih terperinci

PERIODISASI GEOLOGIS Azoikum

PERIODISASI GEOLOGIS Azoikum Zaman batu Zaman batu Zaman batu Zaman ini berlangsung pada masa pleistosen akhir sekira 600.000 taun. Ciri-Ciri Peralatan yang digunakan terbuat dari batu yang masih sangat kasar. Di Indonesia hasil kebudayaan

Lebih terperinci

PERADABAN SANGIRAN. a. Nama Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia b. Semester : 1

PERADABAN SANGIRAN. a. Nama Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia b. Semester : 1 UKBM (UKBM Kode Sej Ina-3.3/4.3/1/3-3) UKBM -3.3/4.3/1/3-3 PERADABAN SANGIRAN 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia b. Semester : 1 c. Kompetensi Dasar : 3.3. Menganalisis kehidupan manusia

Lebih terperinci

Identifikasi Jejak Hunian di Situs Song Agung: Kajian Awal atas Hasil Ekskavasi Bulan Maret 2002

Identifikasi Jejak Hunian di Situs Song Agung: Kajian Awal atas Hasil Ekskavasi Bulan Maret 2002 Identifikasi Jejak Hunian di Situs Song Agung: Kajian Awal atas Hasil Ekskavasi Bulan Maret 00 Oleh: J. A. Sonjaya a. Latar Belakang Pada tanggal -3 Maret 00 telah dilakukan ekskavasi di situs Song Agung,

Lebih terperinci

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA WAWASAN BUDAYA NUSANTARA Di Susun oleh : Tommy Gustiansyah Putra (14148114) Putri Raudya Sofyana (14148140) Institut Seni Indonesia Surakarta 2015/2016 TEORI EVOLUSI DARWIN Charles Darwin (1809-1882) ahli

Lebih terperinci

Makhluk Manusia. Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si

Makhluk Manusia. Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si Makhluk Manusia Pengantar Antropologi Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 1. Makhluk Manusia dan Evolusi Ciriciri Biologis 2. Evolusi Primata dan Makhluk Manusia 3. Aneka Warna dan Organisma Manusia Dian

Lebih terperinci

Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia Apabila kita cermati, banyaknya suku bangsa di Indonesia berdampak pada munculnya keberagaman bahasa daerah, dan kebudayaan yang berlaku dalam kehidupan

Lebih terperinci

Menelusuri Peradaban Awal di Kepulauan Indonesia

Menelusuri Peradaban Awal di Kepulauan Indonesia Bab I Menelusuri Peradaban Awal di Kepulauan Indonesia Indonesia terletak di persimpangan tiga lempeng benua ketiganya bertemu di sini menciptakan tekanan sangat besar pada lapisan kulit bumi. Akibatnya,

Lebih terperinci

KREASI ATAU EVOLUSI. Ir. Stanley Sethiadi

KREASI ATAU EVOLUSI. Ir. Stanley Sethiadi KREASI ATAU EVOLUSI Ir. Stanley Sethiadi Pengantar Pada seminar "Peta dan Teladan Allah" tanggal 14-16 September 1990 di Balai Sidang Jakarta, yang dipimpin oleh Pdt. Dr. Stephen Tong, ada yang bertanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. video dan audio video (film). Selama ini kebanyakan orang tidak menyadari hal itu

BAB I PENDAHULUAN. video dan audio video (film). Selama ini kebanyakan orang tidak menyadari hal itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan manusia dalam menangkap informasi berbeda-beda ada yang lebih mudah menerima informasi berupa tulisan, gambar, tulisan bergambar, audio, video dan audio video

Lebih terperinci

BAB II KEHIDUPAN PADA MASA PRA AKSARA DI INDONESIA PETA KONSEP. Kata Kunci

BAB II KEHIDUPAN PADA MASA PRA AKSARA DI INDONESIA PETA KONSEP. Kata Kunci BAB II KEHIDUPAN PADA MASA PRA AKSARA DI INDONESIA Setelah mempelajari Bab ini, kalian diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami ciri-ciri kehidupan masyarakat pra aksaran di Indonesia dan peninggalan-peninggalannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film Dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Film Dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film Dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah rekaman peristiwa yang diambil dari penyajian fakta atau sungguh-sungguh terjadi. Definisi

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Standar Kompetensi : Memahami Lingkungan Kehidupan Manusia

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Standar Kompetensi : Memahami Lingkungan Kehidupan Manusia 70 LAMPIRAN A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) SMP Mata Pelajaran : SMP N 1 Turi : IPS Materi Sejarah Kelas/Semester : VII A / 1 Standar Kompetensi : Memahami Lingkungan Kehidupan Manusia Kompetensi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RANGKA MANUSIA SITUS GUA BALANG METTI, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN

IDENTIFIKASI RANGKA MANUSIA SITUS GUA BALANG METTI, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN IDENTIFIKASI RANGKA MANUSIA SITUS GUA BALANG METTI, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN Identification of Human Skeleton of Balang Metti Cave Site, District of Bone, South Sulawesi Fakhri Balai Arkeologi

Lebih terperinci

HANDOUT SEJARAH KEBUDAYAAN BAB I ASAL MULA TIMBULNYA MANUSIA DAN PERADABAN

HANDOUT SEJARAH KEBUDAYAAN BAB I ASAL MULA TIMBULNYA MANUSIA DAN PERADABAN HANDOUT SEJARAH KEBUDAYAAN BAB I ASAL MULA TIMBULNYA MANUSIA DAN PERADABAN A. Masnusia dan Kebudayaan Prasejarah Secara biologis manusia termasuk golongan mammalia atau binatang menyusui. Kemudian, dari

Lebih terperinci

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha I 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman prasejarah merupakan sejarah awal kehidupan manusia yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Zaman prasejarah di Indonesia dimulai kurang lebih 1,7 juta tahun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara dan dilalui oleh garis khatulistiwa, sehingga Negara Indonesia memiliki iklim tropis. Indonesia

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1 1. Bangunan megalithikum yang berbentuk batu bertingkat berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang disebut...

Lebih terperinci

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN KETERKAITAN ANTARA MANUSIA PURBA INDONESIA DAN DUNIA DENGAN MANUSIA MODERN DALAM FISIK DAN BUDAYA

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN KETERKAITAN ANTARA MANUSIA PURBA INDONESIA DAN DUNIA DENGAN MANUSIA MODERN DALAM FISIK DAN BUDAYA B. KEGIATAN PEMBELAJARAN KETERKAITAN ANTARA MANUSIA PURBA INDONESIA DAN DUNIA DENGAN MANUSIA MODERN DALAM FISIK DAN BUDAYA KEGIATAN BELAJAR 9 MANUSIA PURBA INDONESIA DAN DUNIA Kompetensi Dasar 3.9 Menganalisis

Lebih terperinci

B. Kegiatan Pembelajaran KETERKAITAN ANTARA MANUSIA PURBA INDONESIA DAN DUNIA DENGAN MANUSIA MODERN DALAM FISIK DAN BUDAYA

B. Kegiatan Pembelajaran KETERKAITAN ANTARA MANUSIA PURBA INDONESIA DAN DUNIA DENGAN MANUSIA MODERN DALAM FISIK DAN BUDAYA KEGIATAN BELAJAR 9 MANUSIA PURBA INDONESIA DAN DUNIA Kompetensi Dasar 3.9 Menganalisis keterkaitan antara Manusia Purba Indonesia dan Dunia dengan manusia modern dalam fisik dan budaya. 4.9 Menyajikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

ii Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Edisi Revisi Semester 1 Hak Cipta 2014 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang

ii Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Edisi Revisi Semester 1 Hak Cipta 2014 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang Hak Cipta 2014 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014 Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014 Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur

Lebih terperinci

SISTEM PENGUBURAN TERLIPAT TAKENGON Tambahan Data Baru Penguburan Dalam Gua di Indonesia

SISTEM PENGUBURAN TERLIPAT TAKENGON Tambahan Data Baru Penguburan Dalam Gua di Indonesia SISTEM PENGUBURAN TERLIPAT TAKENGON Tambahan Data Baru Penguburan Dalam Gua di Indonesia Taufiqurrahman Setiawan Balai Arkeologi Medan Jalan Seroja Raya Gang Arkeologi no. 1, Medan tokeeptheexplorer@gmail.com

Lebih terperinci

Hasil Kebudayaan masa Praaksara

Hasil Kebudayaan masa Praaksara Hasil Kebudayaan masa Praaksara 1. Hasil Kebudayaan Paleolithikum Kebudayan paleolithikum merupakan kebudayaan batu, dimana manusia masih mempergunakan peralatan yang terbuat dari batu, serta teknik pembuatanya

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/Semester : X/2 Standar : 2. Menganalisis Peradaban dan Dunia 2.1. Menganalisis Kehidupan Awal Masyarakat Kehidupan Awal Masyarakat Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, terdiri dari banyak suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

Maine Coon Published on KucingKita.com (http://www.kucingkita.com)

Maine Coon Published on KucingKita.com (http://www.kucingkita.com) Sejarah Maine Coon adalah salah satu ras kucing yang terbentuk secara alamiah. Sesuai namanya, ras ini berasal dari negara bagian Maine (Amerika serikat). Berbagai mitos dan legenda berhubungan dengan

Lebih terperinci

TEORI DAN KONSEP SEKILAS TENTANG SEBARAN MANUSIA PRASEJARAH INDONESIA

TEORI DAN KONSEP SEKILAS TENTANG SEBARAN MANUSIA PRASEJARAH INDONESIA TEORI DAN KONSEP Gunadi Kasnowihardjo, Sekilas Tentang Manusia Prasejarah Indonesia SEKILAS TENTANG SEBARAN MANUSIA PRASEJARAH INDONESIA Gunadi Kasnowihardjo (Balai Arkeologi Yogyakarta) Abstract Prehistoric

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam kekayaan alam, beberapa diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam kekayaan alam, beberapa diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam kekayaan alam, beberapa diantaranya sudah terkenal sampai ke belahan dunia salah satunya adalah hasil batu marmer. Di Kabupaten Tulungagung,

Lebih terperinci

FOSIL. Macammacam Pengawetan Fosil

FOSIL. Macammacam Pengawetan Fosil FOSIL Fosil bahasa Latin fossa yang berarti quotmenggali keluar dari dalam tanahquot adalah sisasisa atau bekasbekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisasisa hewan atau

Lebih terperinci

Masa Jaman Kala Tahun (juta) Kenozoikum Kwarter Holosen Sekarang Plestosen 0,01 Tersier Pliosen 1,8 Miosen Oligosen Eosin Palaeosen 54-54

Masa Jaman Kala Tahun (juta) Kenozoikum Kwarter Holosen Sekarang Plestosen 0,01 Tersier Pliosen 1,8 Miosen Oligosen Eosin Palaeosen 54-54 1 PRASEJARAH 2 Sejarah Bumi Masa Jaman Kala Tahun (juta) Kenozoikum Kwarter Holosen Sekarang Plestosen 0,01 Tersier Pliosen 1,8 Miosen 5 Oligosen 26 Eosin 37-38 Palaeosen 54-54 Mesozoikum Sekunder Kapur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah suatu Negara yang berbentuk Republik, dengan banyak Pulau di dalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan di dalamnya tumbuh berbagai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEHIDUPAN MANUSIA PURBA DI INDONESIA

PERKEMBANGAN KEHIDUPAN MANUSIA PURBA DI INDONESIA PERKEMBANGAN KEHIDUPAN MANUSIA PURBA DI INDONESIA Kompetensi Dasar : Kemampuan menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia Indikator : Mendeskripsikan pengertian manusia purba Mengidentifikasi tokoh-tokoh

Lebih terperinci

Informasi singkat tentang jenis primata baru khas Sumatera. Orangutan Tapanuli. Pongo tapanuliensis. Jantan dewasa Orangutan Tapanuli Tim Laman

Informasi singkat tentang jenis primata baru khas Sumatera. Orangutan Tapanuli. Pongo tapanuliensis. Jantan dewasa Orangutan Tapanuli Tim Laman Informasi singkat tentang jenis primata baru khas Sumatera Orangutan Tapanuli Pongo tapanuliensis Jantan dewasa Orangutan Tapanuli Tim Laman Baru-baru ini Orangutan Tapanuli dinyatakan sebagai spesies

Lebih terperinci

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading 4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading yang dilakukan mengambil bagian atas kening dan daerah

Lebih terperinci

Unik & Kreatif ADENIUM

Unik & Kreatif ADENIUM Unik & Kreatif Kategori yang ada di kontes: - Tampil unik karena bentuk kepala yang ujungnya seperti belalai dan bentuk batang yang perakarannya menyerupai kaki. pada bentuk seperti gajah. Bentuk akan

Lebih terperinci

Sejarah Lempar Lembing

Sejarah Lempar Lembing Sejarah Lempar Lembing Lempar lembing merupakan suatu aktivitas yang menuntut kecekatan dan kekuatan dalam melempar. Medianya berupa lembing, yaitu sejenis tombak, tapi lebih ringan dan kecil. Awal mulanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa perkembangan seni rupa Indonesia dimulai sejak zaman prasejarah. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut juga seni primitif.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

Zaman Prasejarah. Pengantar

Zaman Prasejarah. Pengantar Zaman Prasejarah Pengantar Kebudayaan selalu berubah-ubah, lebih-lebih jika ada sebab dari luar, maka perubahan dalam kebudayaan itu mungkin sangat besar dan luas, sehingga timbul kebudayaan baru Kebudayaan

Lebih terperinci