BAB I PENDAHULUAN. berkecimpung dalam mengatur jalannya Pasar Modal dimulai dari tahun 1285

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. berkecimpung dalam mengatur jalannya Pasar Modal dimulai dari tahun 1285"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar Modal di dunia telah sejak lama ada, karena menjadi hal yang diperhitungkan bagi perkembangan ekonomi suatu Negara sehingga Negara ikut berkecimpung dalam mengatur jalannya Pasar Modal dimulai dari tahun 1285 Masehi ditandai dengan adanya raja Edward I dari Inggris yang memberikan otorisasi kepada The Court of Alderman untuk mengeluarkan izin-izin kepada para pialang saham di kota London, akan tetapi di Indonesia Pasar Modal baru bermula dari tahun 1878 dengan dibentuknya perusahaan Dunlop Koff yang bergerak di bidang perdagangan komoditi dan sekuritas. 1 Pada tahun 1912 untuk pertama kali di Indonesia dibentuknya bursa efek yang disebut bursa efek Batavia yang dimana saat itu bertujuan untuk mendorong pembangunan terutama di bidang perkebunan yang saat itu dilakukan secara besar-besaran, lalu diikuti dengan terbentuknya bursa efek Surabaya dan bursa efek di Semarang, akan tetapi ketiga bursa efek tersebut mengalami penutupan disaat munculnya resensi dunia dan diikuti dengan perang dunia I dan perang dunia II dan dibuka lagi setelah pemerintah Indonesia mulai mengeluarkan obligasi, oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1951 tentang Bursa yang kemudian pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Bakti, Bandung, hlm.14 1 Munir fuady, 1996, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), Citra Aditya

2 2 15 Tahun 1952 tentang penetapan Undang-Undang Darurat Tentang Bursa (Lembaran Negara NR 79 tahun 1951) sebagai Undang-Undang, pada masa era pemerintahan orde baru pembangunan ekonomi mulai dilakukan secara serius dan Pasar Modal dianggap pemerintah Indonesia sebagai pendorong ekonomi yang tepat. Dengan pengaruh kehidupan perekonomian yang terbuka akibat pengaruh globalisasi maka di Indonesia dikeluarkan paket deregulasi ekonomi dan moneter pada tahun 1988 yang membuat bursa efek saat itu sangat bergemuruh sampai bursa efek Jakarta disebut-sebut sebagai bursa efek yang mengalami perkembangan tercepat di dunia. 2 Dalam suatu perekonomian yang modern adanya Pasar Modal dalam negara merupakan suatu kebutuhan, karena dengan adanya Pasar Modal memberikan fasilitas atau wahana untuk mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (issuer). Pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh return berupa dividen dan sedangkan issuer (perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk mengembangkan usahannya tanpa menunggu tersedianya dana dari kegiatan operasi perusahaan. 3 Melihat pentingnya peran Pasar Modal dalam meningkatkan perekonomian suatu negara hal inilah yang menjadi alasan pemerintah di Indonesia merasa perlu membuat peraturan mengenai Pasar Modal di Indonesia secara terperinci yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Jakarta, hlm.1 2 Ibid., Hlm Hamud Balfas, 2012, Hukum Pasar Modal Indonesia (edisi revisi), Tatanusa,

3 3 Modal yang dimana pengertian Pasar Modalnya sendiri telah diatur pada Pasal 1 ayat 13 yang menyatakan bahwa: Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pada pengertian Pasar Modal tersebut disebutkannya lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek yang merupakan pihak-pihak atau institusi yang terlibat dalam Pasar Modal yang disebutkan pada Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Setiap lembaga yang disebut dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal diberikan kewenangan masalah regulasi, penerapan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum berada di tangan Badan Pengawas Pasar Modal Republik Indonesia (Bapepam). Pelaksana dan pengawasan perdagangan efek dipegang otoritas bursa efek, yaitu PT Bursa Efek indonesia (BEI). Bursa efek diberikan kewenangan untuk membuat aturan main dan berhak melakukan tindakan tertentu sesuai dengan peraturan, seperti melakukan perhentian perdagangan perusahaan tertentu. Otoritas bursa efek sebagai Self Regulatory Organization (SRO), memang memiliki kewenangan-kewenangan tersebut yang disebutkan dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Perusahaan efek yang menjalankan fungsi sebagai penjamin emisi efek, perantara perdagangan dan manajer investasi. Lembaga penunjang Pasar Modal adalah bank kustodian,

4 4 badan administrasi efek, wali amanat dan pemeringkat efek sedangkan profesi penunjang Pasar Modal adalah akuntan, konsultan hukum, penilai dan Notaris. 4 Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana diatur pada Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Notaris diangkat oleh pemerintah untuk membantu masyarakat umum dalam ruang lingkup privat atau perdata yaitu dalam hal membuat perjanjian-perjanjian yang ada atau timbul dalam masyarakat. Perjanjian-perjanjian tertulis ini penting untuk dibuat dihadapan seorang Notaris untuk menjamin kepastian hukum serta untuk memenuhi hukum pembuktian yang kuat bagi para pihak yang melakukan perjanjian. 5 Kebanyakan masyarakat awam hanya mengetahui Notaris hanya untuk membuat perjanjian tersebut padahal Notaris memiliki peran yang sangat luas, karena semua kegiatan hukum perdata tidak akan terlepas dari peran Notaris. Salah satu peran Notaris yang sangat diperlukan antara lain peran Notaris dalam Pasar Modal. Seorang Notaris yang akan berkecimpung dalam kegiatan Pasar Modal tidak cukup hanya telah memiliki surat keputusan pengangkatan Notaris dan telah diambil sumpah Notaris serta syarat-syarat lain yang diatur dalam pada Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang perubahan atas 4 Irsan Nasarudin,2011, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Kencana, Jakarta, hlm R.Soegando Notodisoerjo, 1993, Hukum Notariat DI Indonesia, PT Raja Grafindo, Jakarta, hlm.1-4

5 5 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang jabatan Notaris, akan tetapi Notaris bersangkutan juga harus terlebih dahulu terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Lampiran Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Nomor Kep- 37/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996, Peraturan Nomor VIII D.1 tentang Pendaftaran Notaris. Notaris yang telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan sebagai Notaris yang melakukan kegiatan di Pasar Modal. Notaris tersebut tentunya harus tunduk dan mematuhi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan-peraturan lainnya terkait Pasar Modal. Notaris yang melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam Pasar Modal tentunya juga dapat diberikan sanksi, seperti misalnya pelanggaran yang bersifat administratif berupa kewajiban menyampaikan laporan atau dokumen ke Otoritas Jasa Keuangan yang dimana untuk pelanggaran ini paling sering dilakukan oleh Notaris yang melakukan kegiatan di Pasar Modal dan juga pelanggaran yang bersifat teknis seperti yaitu seperti pelanggaran perundang-undangan di bidang Pasar Modal. Salah satu contoh pelanggaran yang bersifat administratif ialah yang dilakukan Notaris Y di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2015 terhadap pelanggaran peraturan Nomor VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris yang melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal yaitu mengenai keterlambatannya Notaris Y melakukan penyampaian laporan perubahan data sehingga Otoritas Jasa Keuangan menjatuhkan sanksi berupa denda dengan mengirimkan surat sanksi nomor S-409/PM.112/2015 kepada Notaris Y dengan

6 6 jumlah keseluruhan denda Rp atas keterlambatan 31 hari penyampaian laporan perubahan data tersebut. Pada tahun 2009 juga terjadi pelanggaran bersifat administratif di bawah pengawasan Badan Pengawasan Pasar Modal (Bapepam) yaitu yang PT Star Pasific Tbk yang melakukan Right Issue, 6 dimana saham dari pemegang saham minoritas dari seri A dan seri B menjadi seri C tidak dikonversi, dikarenakan kuasa dari salah satu pemegang saham PT Star Pasific yang berdomisili di British virgin Island kepada PT Ciptadana Securities untuk hadir di RUPSLB III PT Star Pasific tidak di legalisasi oleh Notaris X, padahal iklan panggilan mengatur kepada para pemegang saham untuk hadir dalam RUPSLB III akan tetapi untuk yang berhalangan hadir dapat menunjuk kuasa untuk mewakilinya dengan membawa surat kuasa yang sah sebagaimana ditentukan Direksi, dengan ketentuan antara lain pemegang saham yang alamatnya tercatat di luar negeri harus dengan surat kuasa yang dilegalisasi oleh Notaris atau pejabat yang berwenang atau Kedutaan Besar Republik Indonesia sehingga surat kuasa dari pemegang saham di British Virgin Island tersebut dinyatakan tidak sah dan tidak dapat diperhitungkan kehadirannya dalam pengambilan keputusan dalam RUPSLB III, oleh karena itu salah satu investor melapor PT Star Pasific (Terlapor) dan Notaris X (Turut terlapor) kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemanggilan kepada Notaris X untuk dilakukan pemeriksaan akan tetapi Notaris X tersebut 6 Fadilla octaviani, et. Al. Pelanggaran Notaris Di Pasar Modal, odal.pptx, diakses tanggal 29 januari 2017.

7 7 tidak memenuhi panggilan tersebut sebanyak dua kali panggilan dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dengan alasan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) harus meminta izin terlebih dahulu kepada Majelis Pengawas Daerah yang disampaikan dengan surat Nomor 80/mw/VII/2009 tanggal 27 Juli 2009 dan surat Nomor 10/VII/MW/2009 tanggal 4 Agustus 2009 sehingga sulit utuk mengklarifikasi dugaan pelanggaran oleh Notaris X. Notaris X tidak memenuhi panggilan dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) akan tetapi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) merasa memiliki bukti yang cukup sehingga Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menjatuhkan sanksi administratif berupa pembekuan kegiatan usaha selaku Notaris Pasar Modal selama 3 (tiga) bulan terhadap pelanggaran Pasal 66 Undang- Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juncto Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 16 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan Pasal 3 kode etik Notaris. Berdasarkan kasus di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya kesulitan yang dihadapi oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam hal pemeriksaan terhadap Notaris yang di duga melakukan pelanggaran Pasar Modal karena dengan alasan harus meminta izin terlebih dahulu oleh Majelis Pengawas Daerah sebagaimana tercantum pada Pasal 66 ayat 1 Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang jabatan Notaris yang berbunyi: Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan majelis pengawas daerah berwenang:

8 8 a. Mengambil foto kopi minuta akta dan/ surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris. b. Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris. Mahkamah Konstitusi (MK) melalui putusan MK No.49/PUU-X/2012 tanggal 23 Maret 2013, telah mencabut Pasal 66 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan Notaris yang dinyatakan sudah tidak berkekuatan hukum lagi atau tidak berlaku lagi dikarenakan Pasal 66 dengan frasa Dengan persetujuan majelis pengawas daerah dianggap bertentang dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum bagi setiap warga negara Indonesia tidak terkecuali Notaris sebagaimana ketentuan Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 sehingga dengan dicabutnya Pasal 66 tersebut membuat penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam mengambil dokumen-dokumen yang berada dalam penyimpanan protokol Notaris dan juga dalam hal pemanggilan Notaris untuk diperiksa baik sebagai saksi maupun tersangka oleh pihak penyidik, penuntut umum maupun hakim dapat melaksanakannya secara langsung tanpa harus persetujuan Majelis Pengawas Daerah. Tiga bulan setelah keluarnya putusan MK No.49/PUU-X/2012 yang mencabut Pasal 66 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang perubahan Undang- Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang mengatur kembali mengenai setiap pengambilan fotokopi minuta akta dan/ surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris

9 9 dan pemanggilan Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris harus melakukan izin terlebih dahulu sebelumnya kepada majelis kehormatan Notaris bukan lagi Majelis Pengawas Daerah seperti sebelumnya. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal sesungguhnya telah menyatakan dengan jelas kewenangan yang diberikannya kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk melakukan pemeriksaan terhadap seluruh pihak-pihak yang melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal yang diduga melakukan pelanggaran Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang berarti termasuk pemeriksaan terhadap Notaris yang melakukan kegiatan di Pasar Modal sebagaimana tercantum pada Pasal 5 huruf e yang menyatakan bahwa Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) berwenang untuk Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang ini atau peraturan pelaksananya. Akan tetapi dikarenakan tidak adanya koordinasi antar Badan Pengawasan Pasar Modal dan Majelis Pengawas Daerah saat itu membuat tidak adanya kesepahaman mengenai pemeriksaan terhadap Notaris yang melakukan kegiatan Pasar Modal. Pada tahun 2011 pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang dimana dengan diundangkannya Undang-Undang ini dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan yang merupakan lembaga yang menggantikan fungsi, tugas dan wewenang Badan

10 10 Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang sebagaimana diatur Undang-Undang tersebut pada Pasal 55 ayat 1 yang menyatakan bahwa: Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK Sejak pengawasan Pasar Modal dari masa Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) hingga saat ini dipegang Otoritas Jasa Keuangan, belum adanya peraturan yang mengatur secara spesifik mengenai bagaimana seharusnya mekanisme pemeriksaan terhadap Notaris yang melakukan kegiatan di Pasar Modal yang di duga melanggar Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, sehingga apabila adanya peraturan yang mengatur hal tersebut dapat membuat kemudahan bagi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dahulunya serta bagi Otoritas Jasa Keuangan saat ini apabila adanya lagi pelanggaran Undang-Undang Pasar Modal yang dilakukan oleh Notaris seperti kasus di atas, maka dalam hal ini menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian mengenai Pemeriksaan Terhadap Notaris Yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal Yang Diduga Melanggar Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai acuan penelitian ini. Adapun rumusan permasalahan peneliti adalah sebagai berikut:

11 11 1. Bagaimanakah seharusnya mekanisme pemeriksaan terhadap Notaris yang melakukan kegiatan di Pasar Modal yang diduga melanggar Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal? 2. Bagaimana upaya Otoritas Jasa Keuangan dalam mencegah terjadinya pelanggaran Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal oleh Notaris yang melakukan kegiatan di Pasar Modal? C. Keaslian Penelitian Penelitian dengan pokok permasalahan yang sama dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini belum pernah dibuat di kalangan Magister Kenotariatan Universitas Gajah Mada, namun demikian terdapat penelitian yang secara tidak langsung mempunyai permasalahan yang hampir sama, yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Daud Tarigan, 7 dengan judul Peranan Dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan Dalam Melakukan Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Pasar Modal. Rumusan masalah dalam penelitian tersebut adalah: 1) Bagaimanakah kewenangan Otoritas Jasa Keuangan untuk tidak melanjutkan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal ke tahap penyidikan jika dikaitkan dengan sistem peradilan pidana di Indonesia? 2) Dalam hal apa sajakah Otoritas Jasa Keuangan dapat untuk tidak melanjutkan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal ke tahap penyidikan? 7 Daud Tarigan, 2015, Peranan Dan Fungi Otoritas Jasa Keuangan Dalam Melakukan Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Pasar Modal, tesis ilmu hukum: Program Pascasarjana Universitas gadjah Mada

12 12 3) Bagaimanakah tantangan penegakan hukum di bidang Pasar Modal dengan beralihnya kewenangan pengaturan dan pengawasan Pasar Modal dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) kepada Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan? Kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah Otoritas Jasa Keuangan mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan dan penyidikan terdapat pada Pasal 101. Namun demikian belum terdapat ketentuan atau teknis dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan terkait hal-hal yang dapat menghambat kegiatan penawaran dan atau perdagangan efek secara keseluruhan dan contoh-contoh kerugian yang dapat membahayakan sistem Pasar Modal atau kepentingan pemodal dan atau masyarakat. Pengaturan tersebut dimaksud diperlukan Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka akuntabilitas Otoritas Jasa Keuangan atas keputusan yang diambil dan rangka keseragaman penafsiran atas ketentuan perundang-undangan tindak pidana di bidang Pasar Modal akan semakin berkembang dengan modus ataupun cara-cara baru yang tentu saja dilakukan dengan mempertimbangkan kelemahan-kelemahan yang ada di peraturan perundang-undangan. Disamping itu hambatan lain dengan berubahnya status pegawai Otoritas Jasa Keuangan yang berasal dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang semula adalah Pegawai Negeri Sipil menjadi tidak Pegawai Negeri Sipil. Sementara sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana disebutkan bahwa penyidik adalah penyidik Polisi Republik Indonesia dan

13 13 penyidik Pegawai Negeri Sipil, Untuk mengatasi permasalahan hukum tersebut Otoritas Jasa Keuangan memperkerjakan penyidik Polisi Republik Indonesia dan penyidik Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan dari badan pemeriksa keuangan. Hal tersebut berakibat kurangnya pemahaman penyidik Otoritas Jasa Keuangan yang diperkerjakan tersebut atas filosofis dan karakteristik kejahatan di bidang Pasar Modal. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Inda Rahardiyan 8 dengan judul Pengawasan Pasar Modal Di Indonesia Pasca terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan. Rumusan masalah dalam penelitian tersebut adalah: 1) Bagaimana koordinasi di antara lembaga-lembaga terkait pada masa transisi pengalihan tugas, fungsi dan wewenang pengawasan Pasar Modal dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) kepada Otoritas Jasa Keuangan? adakah kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tersebut? Apabila ada, bagaimanakah upaya penanganan yang telah dilakukan? 2) Bagaimanakah perbandingan antara pengawasan Pasar Modal di Indonesia berdasarkan struktur kelembagaan pengawas Pasar Modal sebelum dan setelah terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan? 3) Bagaimanakah upaya optimalisasi pengawasan Pasar Modal pasca terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan? 8 Inda rahadyan, 2013, Pengawasan Pasar Modal Di Indonesia Pasca terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan, tesis ilmu hukum: Program Pascasarjana Universitas gadjah Mada

14 14 Kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah koordinasi antara Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dengan bank Indonesia pada masa transisi pengalihan fungsi tugas serta wewenang pengawasan Pasar Modal dilakukan dengan membentuk tim transisi. Dalam pelaksana tugasnya, tim transisi menyampaikan laporan secara berkesinambungan kepada gubernur bank Indonesia, menteri keuangan serta ketua dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan. Pada masa transisi pengalihan, keterbatasan waktu yang tersedia dan banyaknya jumlah agenda yang harus dilaksanakan serta perbedaan karakteristik bisnis pada masing-masing sub sektor jasa keuangan terutama pada sektor perbankan dan Pasar Modal. Peleburan pengawasan terhadap kedua sektor tersebut bersama dengan sektor Industri Keuangan Non Bank (IKNB) ke dalam kelembagaan Otoritas Jasa Keuangan merupakan hal yang kompleks sehingga harus dilakukan dengan memperhatikan setidaknya dua hal. Pertama, harus diperhatikan mengenai hal-hal mana yang termasuk ke dalam wewenang irisan pengawasan yang terintegrasi di Otoritas Jasa Keuangan. Kedua mekanisme apa yang harus ditempuh dalam mengkoordinasi pengawasan terhadap hal-hal yang masuk ke dalam wewenang irisan agar terciptanya sebuah sistem pengawasan yang optimal. Berdasarkan pada struktur organisasi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan struktur organisasi Otoritas Jasa Keuangan sejatinya dapat dikatakan secara substansial pengawasan diantara keduanya relatif sama. Struktur organisasi Otoritas Jasa Keuangan dalam hal pengawasan terhadap sub sektor Pasar Modal merupakan pemindahan atas seluruh fungsi pengawasan yang

15 15 terdapat dalam kelembagaan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dengan melalui penambahan dan perluasan yang secara substansial tidak menciptakan perubahan yang mendasar. Dalam langkah upaya optimalisasi pengawasan Pasar Modal pasca terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan yaitu dengan pembentukan direktorat Pasar Modal syariah, pembentukan direktorat penerapan sanksi dan keberatan Pasar Modal, pembentukan direktorat lembaga dan profesi penunjang Pasar Modal serta perluasan fungsi pemeriksaan dan penyidikan yang terlembaga ke dalam direktorat pemeriksaan dan penyidikan. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Atas Rihajeng 9 dengan judul Pengawasan Terhadap Notaris Yang Berkegiatan Di Pasar Modal Pasca Diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Rumusan masalah dalam penelitian tersebut adalah: 1) Apakah implikasi yuridis diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan terhadap pengawasan Notaris yang berkegiatan di Pasar Modal? 2) Bagaimanakah prosedur dan mekanisme pengawasan terhadap Notaris yang berkegiatan di Pasar Modal pasca diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan? 9 Atas Rihajeng, 2013, Pengawasan Terhadap Notaris Yang Berkegiatan Di Pasar Modal Pasca Diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, tesis Magister Kenotariatan: Program Pascasarjana Universitas Indonesia

16 16 Kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah implikasi yudiris diundangkannya pasca Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan terhadap pengawasan terhadap Notaris ialah dengan beralihnya wewenang, tugas, fungsi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) kepada Otoritas Jasa Keuangan serta dengan konsekuensi baru bahwa dapat melakukan pembelaan hukum berupa gugatan terhadap pelanggaran peraturan di bidang Pasar Modal sehingga Notaris dapat juga menjadi pihak tergugat serta adanya pungutan wajib bagi Notaris. Mekanisme dan prosedur pengawasan terhadap Notaris pasca Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan tidak berbeda hanya saat masa Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) hanya saja cara membaca dan memahami peraturan yang dulunya bertuliskan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menjadi Otoritas Jasa Keuangan. Berdasarkan ketiga penelitian tersebut diatas terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaan dengan penelitian yang pertama terletak pada pembahasan terkait dengan kelembagaan yang dibahas yaitu fungsi Otoritas Jasa Keuangan dalam Pasar Modal akan tetapi perbedaannya dengan penelitian ini pada penelitian yang pertama ini membahas peran dan fungsi Otoritas Jasa Keuangan dalam hal penyidikan tindak pidana Pasar Modal yang berarti penyidikan terhadap seluruh pihak-pihak yang dalam di dalam Pasar Modal yang melakukan tindak pidana sedangkan penelitian ini membahas pada tahap pemeriksaan serta hanya terfokus pada Notaris Pasar Modal bukan seluruh pihak yang terkait Pasar Modal.

17 17 Sementara persamaan dengan peneitian yang kedua terletak pada pembahasan terkait dengan kelembagaan juga yaitu Otoritas Jasa Keuangan terkait Pasar Modal. akan tetapi perbedaan dengan penelitian ini ialah penelitian kedua membahas keseluruhan pengawasan Pasar Modal yang membandingkan pada masa Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Otoritas Jasa Keuangan sedangkan pada penelitian penelitian ini bukan pengawasan keseluruhan Pasar Modal pasca terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan akan tetapi hanya pengawasan berupa pemeriksaan saja yang terkait dengan pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris Pasar Modal. Sementara Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang ketiga yaitu terkait dengan pembahasan Notaris yang berkegiatan di Pasar Modal, akan tetapi perbedaanya ialah pada penelitian ketiga ialah pada penelitian ketiga membahas perbandingan yang terjadi antara masa Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan setelah terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan terhadap seluruh pengawasan pada kegiatan Notaris Pasar Modal seperti pemeriksaan hingga penyidikan terhadap Notaris yang melakukan kegiatan Pasar Modal sedangkan penelitian ini ialah fokus membahas mengenai pemeriksaan saja terhadap Notaris Pasar Modal yang melakukan pelanggaran Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal saat pengawasan Otoritas Jasa Keuangan.

18 18 D. Manfaat Penelitian manfaat: Hasil penelitian dan penulisan tesis ini diharapkan dapat memberikan 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan perkembangan ilmu hukum pada umumnya, bidang ilmu kenotariatan pada khususnya dan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi akademisi dan masyarakat luas di bidang kenotariatan serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan lainnya yang berkaitan dengan kenotariatan khususnya penelitian tentang pemeriksaan terhadap Notaris yang melakukan kegiatan di Pasar Modal yang diduga melanggar Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini pada dasarnya mengkaji peran Otoritas Jasa Keuangan dalam pemeriksaan terhadap Notaris yang di duga melakukan pelanggaran Undang-Undang republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Mengkaji dan menganalisis seharusnya mekanisme pemeriksaan terhadap Notaris yang diduga melanggar Undang-Undang republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal;

19 19 2. Mengkaji dan menganalisis upaya Otoritas Jasa Keuangan dalam mencegah terjadinya pelanggaran Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal oleh Notaris yang melakukan kegiatan di Pasar Modal.

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 diperbaharui dan dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris yang untuk selanjutnya dalam penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Prinsip Negara hukum menjamin kepastian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah mengalami beberapa kali revisi sejak pengajuannya pada tahun 2011, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 30

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Sebagai negara hukum pemerintah negara

Lebih terperinci

2017, No tentang Kegiatan Perusahaan Efek di Berbagai Lokasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Neg

2017, No tentang Kegiatan Perusahaan Efek di Berbagai Lokasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Neg LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.294, 2017 KEUANGAN OJK. Perusahaan Efek. Berbagai Lokasi. Kegiatan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6162) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.04/2017 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.04/2017 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.04/2017 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan No.133, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Perseroan. Pengelolaan. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6080) PERATURAN

Lebih terperinci

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL. BAB I KETENTUAN UMUM

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL. BAB I KETENTUAN UMUM No.288, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Kegiatan. Notaris. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6156) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi di bidang hukum merupakan profesi luhur yang terhormat atau profesi mulia ( nobile officium) dan sangat berpengaruh di dalam tatanan kenegaraan. Profesi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan No.129, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Wali Amanat. Laporan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6076) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.04/2017 TENTANG KEGIATAN PERUSAHAAN EFEK DI BERBAGAI LOKASI

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.04/2017 TENTANG KEGIATAN PERUSAHAAN EFEK DI BERBAGAI LOKASI - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.04/2017 TENTANG KEGIATAN PERUSAHAAN EFEK DI BERBAGAI LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kehadiran notaris sebagai pejabat publik adalah jawaban dari kebutuhan masyarakat akan kepastian hukum atas setiap perikatan yang dilakukan, berkaitan

Lebih terperinci

JENIS DAN BESARAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN JENIS PUNGUTAN SATUAN BESARAN

JENIS DAN BESARAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN JENIS PUNGUTAN SATUAN BESARAN LAMPIRAN: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN JENIS DAN BESARAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN I. Pungutan yang Terkait Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sistem hukum. Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara hal yang sangat diperlukan adalah ditegakkannya

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan No.124, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Kustodian. Bank Umum. Laporan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6071) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek, yang diterbitkannya,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN OLEH BURSA EFEK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN OLEH BURSA EFEK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN OLEH BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2017 KEUANGAN OJK. Pemeliharaan Dokumen. Wali Amanat. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6075) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN I. UMUM Otoritas Jasa Keuangan yang merupakan otoritas tunggal (unified supervisory model)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Notaris sebagai pejabat umum dipandang sebagai pejabat publik yang menjalankan profesinya dalam pelayanan hukum kepada masyarakat, untuk membuat akta otentik dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan kegiatan Pasar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2017 KEUANGAN OJK. Perseroan. Reksa Dana. Penyimpanan. Kontrak. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6074) PERATURAN

Lebih terperinci

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain No.62, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Akuntan Publik. Jasa Keuangan. Penggunaan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6036) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te No.293, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Perusahaan Efek. Subordinasi Perjanjian Pinjaman. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6161) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /POJK.04/2015 TENTANG LAPORAN PERUSAHAAN PEMERINGKAT EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /POJK.04/2015 TENTANG LAPORAN PERUSAHAAN PEMERINGKAT EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /POJK.04/2015 TENTANG LAPORAN PERUSAHAAN PEMERINGKAT EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Anotasi. Naskah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.04/2016 TENTANG PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris merupakan profesi yang terhormat dan selalu berkaitan dengan moral dan etika ketika menjalankan tugas jabatannya.saat menjalankan tugas jabatannya, Notaris

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 72 /POJK.04/2017 TENTANG POKOK KETENTUAN PERJANJIAN PINJAMAN SUBORDINASI PERUSAHAAN EFEK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 72 /POJK.04/2017 TENTANG POKOK KETENTUAN PERJANJIAN PINJAMAN SUBORDINASI PERUSAHAAN EFEK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 72 /POJK.04/2017 TENTANG POKOK KETENTUAN PERJANJIAN PINJAMAN SUBORDINASI PERUSAHAAN EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.01/2015 TENTANG PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.01/2015 TENTANG PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.01/2015 TENTANG PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R No.374, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. RUPS. Perusahaan Terbuka. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5644) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2017 TENTANG SUBREKENING EFEK PADA LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2017 TENTANG SUBREKENING EFEK PADA LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN 1 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2017 TENTANG SUBREKENING EFEK PADA LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan kegiatan Pasar

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2017 KEUANGAN OJK. Efek. Bersifat Ekuitas, Utang, dan/atau Sukuk. Penawaran Umum. Pendaftaran. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hukum perdata mengenal mengenal tentang adanya alat-alat bukti. Alat bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata)

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 78 /POJK.04/2017 TENTANG TRANSAKSI EFEK YANG TIDAK DILARANG BAGI ORANG DALAM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 78 /POJK.04/2017 TENTANG TRANSAKSI EFEK YANG TIDAK DILARANG BAGI ORANG DALAM - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 78 /POJK.04/2017 TENTANG TRANSAKSI EFEK YANG TIDAK DILARANG BAGI ORANG DALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2018 TENTANG PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2018 TENTANG PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2018 TENTANG PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK KEPADA PEMODAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608]

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608] UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608] BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 103 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal tanpa izin, persetujuan, atau pendaftaran

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo No.132, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Perseroan. Pengelolaan. Kontrak. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6079)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum. berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Keberadaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.306, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Emiten. Perusahaan Publik. Informasi. Fakta Material. Keterbukaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5780)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENYIMPANAN KEKAYAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENYIMPANAN KEKAYAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENYIMPANAN KEKAYAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pengeluaran Saham dengan Nilai Nominal Berbeda; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 19

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pengeluaran Saham dengan Nilai Nominal Berbeda; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 19 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2017 KEUANGAN OJK. Saham. Nominal Berbeda. Pengeluaran. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6078) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH WALI AMANAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH WALI AMANAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH WALI AMANAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN DENGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA. menjadikan perusahaannya sebagai salah satu perusahaan go public akan

BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA. menjadikan perusahaannya sebagai salah satu perusahaan go public akan BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA 2.1. Latar Belakang Go Public Pesatnya perkembangan dunia usaha menimbulkan persaingan yang ketat di antara para pelaku usaha. Setiap perusahaan berlomba-lomba

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam.

Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam. PP No. 45/1995 BAB 1 BURSA EFEK Pasal 1 Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam. Pasal 2 Modal disetor Bursa Efek sekurang-kurangnya berjumlah Rp7.500.000.000,00 (tujuh

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te No.125, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Saham. Pembatasan. Penawaran Umum. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6072) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 47 /POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN OLEH LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 47 /POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN OLEH LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 47 /POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN OLEH LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum menjamin adanya kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. hukum menjamin adanya kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangPermasalahan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara hukum

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN No.293, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Manajer Investasi. Prinsip Syariah. Penerapan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5983) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi saat ini, peran notaris sebagai pejabat umum pembuat akta yang diakui secara yuridis oleh

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2017 TENTANG LAPORAN BANK UMUM SEBAGAI KUSTODIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2017 TENTANG LAPORAN BANK UMUM SEBAGAI KUSTODIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2017 TENTANG LAPORAN BANK UMUM SEBAGAI KUSTODIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 4/POJK.05/2013 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA PADA PERUSAHAAN PERASURANSIAN, DANA PENSIUN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada nilai saham yang hendak diperjualbelikan di pasar modal. Undang-

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada nilai saham yang hendak diperjualbelikan di pasar modal. Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana investasi atau sarana pembiayaan bagi perusahaanperusahaan yang akan menjual sahamnya kepada masyarakat melalui proses penawaran umum (go

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /POJK.04/2017 TENTANG DOKUMEN PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS,

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

-2- Modal dan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu menyempurnakan peraturan

-2- Modal dan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu menyempurnakan peraturan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Kegiatan. Notaris. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 288) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.12, 2014 KEUANGAN. OJK. Sengketa. Penyelesaian. Alternatif. Lembaga. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5499) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 86, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3617) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.276, 2016 KEUANGAN OJK. Penjaminan. Lembaga Kliring. Peraturan. Pembuatan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5972). PERATURAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan perekonomian nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah merupakan negara hukum, dimana hukum mempunyai kedudukan paling tinggi dalam segala hal. Keberadaan hukum tersebut juga termasuk mengatur hal-hal

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KONSULTAN HUKUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KONSULTAN HUKUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG KONSULTAN HUKUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

Mengenal Otoritas Jasa Keuangan

Mengenal Otoritas Jasa Keuangan Mengenal Otoritas Jasa Keuangan 1. LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN OJK Perkembangan Industri Keuangan Konglomerasi Jasa Keuangan Perlindungan Konsumen Amanat UU Proses globalisasi dalam sistem keuangan dan

Lebih terperinci

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PROFESI PENUNJANG INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PROFESI PENUNJANG INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PROFESI PENUNJANG INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA. BAB I KETENTUAN UMUM

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA. BAB I KETENTUAN UMUM LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.307, 2016 KEUANGAN OJK. PT. Peleburan. Penggabungan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5997). PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain melalui perbankan, lembaga pembiayan, dan pasar modal. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. lain melalui perbankan, lembaga pembiayan, dan pasar modal. Pasar modal 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara membutuhkan pembiayaan baik dari pemerintah maupun masyarakat. Penerimaan pemerintah untuk membiayai

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN -1- RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR... TAHUN 2013 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR... TAHUN 2013 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR... TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN SANKSI ADMINISTRATIF BERUPA DENDA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No tentang Transaksi Efek yang Tidak Dilarang bagi Orang Dalam; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lemb

2017, No tentang Transaksi Efek yang Tidak Dilarang bagi Orang Dalam; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lemb No.299, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Transaksi Efek. Orang Dalam. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6167) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.C.1 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM

PERATURAN NOMOR IX.C.1 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM PERATURAN NOMOR IX.C.1 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM 1. Pedoman Mengenai Bentuk Dan Isi Pernyataan Pendaftaran dalam peraturan ini berlaku bagi semua

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2015 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PEMEGANG SAHAM TERTENTU

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2015 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PEMEGANG SAHAM TERTENTU - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2015 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PEMEGANG SAHAM TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan 1. Secara historis, ide untuk membentuk lembaga khusus untuk melakukan pengawasan perbankan telah dimunculkan semenjak diundangkannya UU No.23/1999 tentang Bank Indonesia. Dalam UU tersebut dijelaskan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1/POJK.07/2014 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1/POJK.07/2014 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1/POJK.07/2014 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci