PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK PENGARUHLAJU ALIR DAN TEKANAN TERHADAP WAKTU RETENSI PADA HPLC Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Jurusan Fisika Oleh: Maria Fransiska Putriyani NIM : PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

2 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK THE INFLUENCE OFFLOW RATE ANDPRESSURE FORRETENTION TIMEIN HPLC A THESIS Presented as Partial Fulfillment of the Requirement to Obtain the Sarjana Science in Physics Department by: Maria Fransiska Putriyani NIM : PHYSICS STUDY PROGRAM PHYSICS DEPARTMENT FACULTY OF SCIENCE DAN TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2011 ii

3 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK

4 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK

5 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK Pesimistis tak lebih dari sikap takabur mendahului nasib.padahal kita takkan pernah mendahului nasib. (Andrea Hirata Sang Pemimpi) Everything is simpler than can be imagined, yet more intricate than can be comprehended. (Goethe, Maximen) v

6 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK Saya persembahkan karya ini kepada: Papa & Mamaku tercinta dan Adikku tersayang vi

7 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK vii

8 MERUPAKAN TIDAK viii

9 MERUPAKAN TIDAK ABSTRAK PENGARUH LAJU ALIR DAN TEKANAN TERHADAP WAKTU RETENSI PADA HPLC HPLC (High Pressure Liquid Chromatography) merupakan suatu teknik kromatografi yang digunakan untuk memisahkan komponen tertentu dalam suatu campuran. Proses Pemisahan pada HPLC merupakan hasil dari interaksi molekul molekul sampel dengan fase diam. Molekul molekul yang terpisah dapat diidentifikasi berdasarkan waktu retensinya. Dalam penelitian ini, telah dilakukan pengukuran waktu retensi Parasetamol dan Kafein dengan memvariasi laju alir dan tekanan. Nilai laju alir dan tekanan yang bervariasi mempengaruhi nilai waktu retensi yang dihasilkan.semakin tinggi laju alir dan tekanannya, waktu retensinya semakin singkat. Pada kondisi laju alir, tekanan dan kolom yang sama, waktu retensi yang dihasilkan berbeda untuk tiap molekul. Waktu retensi yang berbeda menunjukkan bahwa Parasetamol dan Kafein terpisah. ix

10 MERUPAKAN TIDAK ABSTRACT THE INFLUENCE OF FLOW RATE ANDPRESSURE FOR RETENTION TIME IN HPLC HPLC (High Pressure Liquid Chromatography) is a chromatographic technique that can separate a mixture of compounds. Chromatographic separation in HPLC is the result of specific interactions between sample molecules with the stationary phase. Molecules that have been separated can be identified by their retention time. In this research, the retention time measurement of Paracetamol and Caffeine was conducted by varying the flow rate and pressure. The flow rate and pressure that have variation, influenced the retention time. When the flow rate and pressure get higher, the retention time will get shorter. At the same condition of flow rate, pressure, and column, the retention time is different for each molecule. The different retention time show that Paracetamol and Caffeine have been separated. x

11 MERUPAKAN TIDAK xi

12 MERUPAKAN TIDAK xii

13 MERUPAKAN TIDAK DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iii HALAMAN PENGESAHAN...iv HALAMAN MOTTO v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. vii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS viii ABSTRAK ix ABSTRACT.. x KATA PENGANTAR.. xi DAFTAR ISI...xiii DAFTAR TABEL...xvi DAFTAR GAMBAR...xvii xiii

14 MERUPAKAN TIDAK BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah.. 4 C. Batasan Masalah.4 D. Tujuan Penelitian 4 E. Manfaat Penelitian. 4 F. Sistematika Penulisan.5 BAB II DASAR TEORI.6 A. Pengukuran.6 B. High Pressure Liquid Chromatography (HPLC) 8 BAB III EKSPERIMEN...15 A. Tempat Penelitian.15 B. Alat dan Bahan Alat alat Bahan..17 C. Metode Eksperimen Penyiapan fase gerak Penyiapan sampel Penentuan waktu retensi dari masing masing molekul 19 xiv

15 MERUPAKAN TIDAK 4. Pengukuran waktu retensimolekulparasetamol dan Kafein dalam kondisi laju alir yang bervariasi pada tekanan tertentu dan tekanan yang bervariasi pada laju alir tertentu..20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..21 A. Hasil Penyiapan fase gerak Penyiapan sampel Penentuan waktu retensi dari masing masing molekul Pengukuran waktu retensimolekulparasetamol dan Kafein dalam kondisi laju alir yang bervariasi pada tekanan tertentu dan tekanan yang bervariasi pada laju alir tertentu...27 B. Pembahasan.. 34 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 46 A. Kesimpulan...46 B. Saran. 46 DAFTAR PUSTAKA...47 LAMPIRAN. 48 xv

16 MERUPAKAN TIDAK DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 :Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk laju alir yang bervariasi pada tekanan sebesar 100 bar..30 Tabel 4.2 : Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk tekanan yang bervariasi pada laju alir sebesar 1,45 ml/min...31 Tabel 4.3 : Tabel hubungan nilai waktu retensi (menit) Parasetamol terhadap laju alir fase gerak (ml/min) dan tekanan (bar)...41 Tabel 4.4 : Tabel hubungan nilai waktu retensi (menit) Kafein terhadap laju alir fase gerak (ml/min) dan tekanan (bar)...41 xvi

17 MERUPAKAN TIDAK DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Skema HPLC....9 Gambar 2.2. Proses pemisahan pada kolom...10 Gambar 2.3. Grafik pemisahan..11 Gambar 3.1. Skema rangkaian alat yang digunakan dalam eksperimen.17 Gambar 4.1. Grafik waktu retensi Parasetamol..26 Gambar 4.2. Grafik waktu retensi Kafein...26 Gambar 4.3. Grafik pemisahan Parasetamol dan Kafein pada laju alir 1 ml/min dan tekanan 100 bar 28 Gambar 4.4. Grafik pemisahan Parasetamol dan Kafein pada laju alir 1,9 ml/min dan tekanan100 bar..29 Gambar 4.5. Grafik hubungan antara tr dan 1 / v pada tekanan 100 bar 32 Gambar 4.6. Grafik hubungan antara tr dan P pada laju alir 1,45 ml/min.33 Gambar 4.7. Grafik hubungan waktu retensi (menit) terhadap laju alir fase gerak (ml/min) dan tekanan (bar) untuk pengukuran Parasetamol pada panjang gelombang 263 nm dengan menggunakan kolom C-18 yang berukuran panjang 100mm diameter 4,6mm 43 Gambar 4.8. Grafik hubungan waktu retensi (menit) terhadap laju alir fase gerak (ml/min) dan tekanan (bar) untuk pengukuran Parasetamol pada panjang gelombang 263 nm dengan menggunakan kolom C-18 yang berukuran panjang 100mm diameter 4,6mm 43 xvii

18 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini teknologi semakin berkembang pesat. Seiring dengan perkembangannya, teknik teknik yang digunakan dalam suatu penelitian juga mengalami perubahan pesat. Dalam suatu penelitian, seseorang harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang prinsip prinsip dan variabel - variabel fisika pada instrumen yang digunakan. Karena prinsip prinsip dan variabel variabel tersebut akan mempengaruhi hasil eksperimen. Sehingga untuk dapat melaksanakan suatu eksperimen dengan berhasil diperlukan pengetahuan tentang berbagai prinsip pengukuran dan instrumentasi [Holman dan Jasjfi, 1984]. Dalam suatu pengukuran ada dua buah hal yang penting yaitu input dan output. Input dibedakan menjadi tiga bagian yang meliputi input yang diinginkan, input pengubah dan input pengganggu, sedangkan output dibedakan menjadi output pengganggu dan output yang diinginkan [Doebelin, 2004]. Nilai input akan berpengaruh terhadap hasil keluaran outputnya. Suatu pengukuran dikatakan baik jika tidak merubah medium yang diukur. Suatu medium yang berubah akan menyebabkan perubahan nilai besaran yang diukur dari nilai sebenarnya [Doebelin, 2004]. Selain perubahan medium yang diukur, munculnya gangguan pada instrumen pada saat pengukuran dapat membuat hasil pengukuran menjadi tidak akurat. 1

19 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 2 Dalam suatu pengukuran dibutuhkan suatu instrumen atau alat ukur. Masing - masing instrumen memiliki karakteristik tersendiri. Oleh karena itu dalam suatu pengukuran, instrumen akan diperlakukan sedemikan rupa sehingga dapat menghasilkan pengukuran yang akurat. Instrumen yang digunakan dalam suatu pengukuran harus memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut adalah: sensitif, selektif, tidak mengganggu sampel yang diukur dan memiliki waktu tanggap cepat. Sensitif menunjukkan bahwa instrumen tersebut mampu mengukur input yang ada. Selektif menunjukkan bahwa instrumen tersebut mampu membedakan antara input yang satu dengan yang lain. Sedangkan tidak mengganggu sampel yang diukur berarti bahwa pengukuran yang dilakukan tidak merubah sampel dan waktu tanggap yang cepat berarti bahwa pengukuran langsung terjadi saat instrumen bersentuhan dengan sampel. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran dua buah molekul tertentu. Dua buah molekul tersebut terkandung di dalam sebuah sampel. Sehingga untuk mengukur kedua buah molekul tersebut dibutuhkan suatu alat ukur yang mampu mengidentifikasi molekul molekul yang terdapat dalam sebuah sampel. Mampu mengidentifikasi berarti mampu membedakan antara molekul yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, alat yang digunakan haruslah memiliki selektivitas tinggi. Ada beberapa alat yang memenuhi kriteria di atas, contohnya GC (GasChromatography), AAS (Atomic Absorption Spectrofotometer), HPLC (High Pressure Liquid Chromatography), dll. GC digunakan untuk mengidentifikasi zat zat yang mudah menguap, AAS digunakan untuk mengidentifikasi unsur

20 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 3 unsur logam sedangkan HPLC digunakan untuk mengidentifikasi zat zat secara luas serta zat zat yang tidak mudah menguap. Jangkauan pengidentifikasian HPLC lebih luas dibandingkan dengan GC, karena GC hanya untuk zat zat yang mudah menguap. Sehingga dalam penelitian ini dipilih HPLC sebagai alat ukur yang digunakan. HPLC merupakan kepanjangan dari High Pressure Liquid Chromatography.HPLC merupakan salah satu metode kromatografi cair yang fase geraknya dialirkan dengan cepat menggunakan bantuan tekanan dan hasilnya dideteksi oleh detektor [Willard, et. al., 1988]. Kromatografi merupakan teknik pemisahan, jadi HPLC berfungsi untuk memisahkan komponen komponen tertentu yang terdapat dalam suatu campuran. Hasil dari pemisahan yang terjadi ditunjukkan berupa grafik puncak puncak. Puncak puncak tersebut menunjukkan molekul molekul yang telah berhasil terpisah. Suatu proses pemisahan dikatakan baik jika waktu analisis yang dibutuhkan singkat serta daya pisahnya tinggi [Gritter, et. al., 1991]. Agar mendapatkan kondisi yang sensitif dan selektif dalam pemisahan maka faktor - faktor yang mempengaruhi pemisahan diteliti satu per satu. Contoh beberapa faktor yang mempengaruhi pemisahan yaitu laju alir fase gerak, tekanan, jenis fase gerak, parameter kolom, dll. Tulisan ini berisi tentang teori pengukuran, teori yang terkait dengan prinsip kerja HPLC, metode eksperimen, hasil eksperimen, analisa data dan kesimpulan. Juga disertakan lampiran untuk melengkapi semua uraian yang telah dituliskan.

21 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, pokok permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana cara kerja HPLC dalam memisahkan molekul molekul tertentu. 2. Bagaimana hubungan antara laju alir fase gerak dan tekanan terhadap waktu retensi pada pemisahan molekul molekul tertentu dalam suatu campuran. C. Batasan Masalah 1. Pemisahan molekul Parasetamol dan Kafeindengan fase gerak Methanol menggunakan HPLC yang terdapat di Laboratorium Analisa Kimia Fisika Pusat, Universitas Sanata Dharma. D. Tujuan Penelitian 1. Dapat memahami cara kerja HPLC dalam memisahkan molekul molekul. 2. Mendapatkan hubungan antara laju alir, tekanan dan waktu retensi dalam proses pemisahan menggunakan HPLC untuk mendapatkan hasil pemisahan yang baik. E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai penggunaan sistem HPLC dalam memisahkan molekul molekul.

22 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 5 2. Memberikan informasi tentang hubungan laju alir,tekanan dan waktu retensi dalam proses pemisahan menggunakan HPLC. F. Sistematika Penulisan Penelitian ini akan dituliskan dengan sistematika sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Dasar Teori Bab ini berisi uraian tentang teori kromatografi, serta teori yang terkait dengan prinsip kerja HPLC secara keseluruhan yang berguna dalam penelitian yang dilakukan. BAB III Eksperimen Bab ini berisi uraian tentang tempat pelaksanaan penelitian, alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian, dan prosedur penelitian. BAB IV Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi uraian tentang hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan. Bab V Penutup Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

23 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK BAB II DASAR TEORI A. Pengukuran Pengukuran merupakan suatu kegiatan yang sering dilakukan sehari hari.pengukuran dilakukan untuk memberikan informasi dari suatu hal yang diukur dengan menggunakan sejumlah angka [Rangan, et. al., 1985].Angka tersebut menunjukkan nilai dari sesuatu yang diukur. Proses suatu pengukuran dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu memonitoring, mengkontrol, dan menganalisis [Doebelin, 2004]. Memonitoring meliputi mencatat atau merekam data, mengkontrol meliputi mengatur beberapa variabel yang berhubungan dengan pengukuran yang dilakukan, menganalisis meliputi menganalisa data yang telah didapatkan. Dalam suatu pengukuran terdapat dua hal yang penting, yaitu input dan output. Input dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu input yang diinginkan, input pengubah, dan input pengganggu [Doebelin, 2004]. Input yang diinginkan merupakan masukan yang ingin diukur. Input pengubah merupakan masukan yang bisa menyebabkan perubahan dalam hubungan antara input dan output. Sedangkan input pengganggu merupakan masukan yang dapat mengganggu pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen.masing - masing instrumen memiliki karakteristik tersendiri. Oleh 6

24 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 7 karena itu dalam pengukuran setiap instrumen memiliki perlakuan yang berbeda beda. Salah satu hal yang dapat menyebabkan pengukuran menjadi tidak akurat adalah kurangnya sensitivitas suatu instrumen. Sehingga untuk menghindari terjadinya pengukuran yang tidak akurat, ada beberapa persyaratan tentang instrumen yang akan digunakan. Instrumen yang akan digunakan sebaiknya memiliki persyaratan: sensitif, selektif, tidak mengganggu sampel yang diukur, dan waktu tanggap cepat. Suatu pengukuran dikatakan ideal bila tidak mengubah kondisi sampel yang diukur. Pengubahan kondisi sampel akan menyebabkan perubahan nilai besaran yang diukur dari nilai sebenarnya. Munculnya gangguan pada instrumen dan masukan yang mengganggu saat pengukuran, dapat membuat hasil pengukuran tidak akurat dan mengakibatkan timbulnya kesalahan. Untuk menghindari hal tersebut, gangguan harus dieliminasi [Doebelin,2004]. Kesalahan yang terjadi dalam pengukuran bisa dibedakan menjadi dua, yaitu kesalahan sistematik dan kesalahan acak [Morris, 1996]. Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang terjadi secara tetap pada bagian yang sama, misalnya selalu menghasilkan nilai kesalahan yang sama. Kesalahan ini terjadi biasanya disebabkan oleh perubahan karakteristik instrumen. Sedangkan kesalahan acak merupakan kesalahan yang terjadi secara acak tidak menentu. Kesalahan ini biasanya terjadi karena adanya gangguan yang berasal dari luar. Salah satu usaha agar mendapatkan pengukuran yang akurat adalah dengan melakukan kalibrasi instrumen [Holman dan Jasjfi, 1984]. Kalibrasi

25 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 8 merupakan suatu cara untuk mendapatkan hubungan antara input dan output dengan cara memvariasikan input yang akan diukur sedangkan input yang lain dibuat tetap. Instrumen juga berperan penting dalam usaha mendapatkan pengukuran yang akurat. Syarat suatu instrumen yang baik yaitu: sensitif, selektif, tidak mengganggu sampel yang diukur dan memiliki waktu tanggap cepat. Selektif berarti instrumen tersebut mampu mengidentifikasikan antara komponen yang satu dengan yang lain. Salah satu alat yang memiliki kriteria tersebut adalah HPLC. B. High Pressure Liquid Chromatography (HPLC) HPLC merupakan salah satu metode kromatografi cair yang fase geraknya dialirkan dengan cepat menggunakan bantuan tekanan dan hasilnya dideteksi oleh detektor [Willard, et. al., 1988]. Secara umum HPLC digunakan untuk mencari besar konsentrasisuatu zat di dalam sampel. Disebut sebagai High Pressure Liquid Chromatography karena pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk memaksimalkan pemisahan antar molekul. Mekanisme pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam [Kuwana, 1980]. Molekul yang terlarut dalam fase gerak akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibandingkan molekul yang berikatan lemah. Oleh karena itu, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan dengan didasarkan pergerakan pada kolom.

26 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 9 HPLC bekerja sebagai sebuah sistem yang terdiri dari beberapa komponen.komponen komponen dari HPLC ditunjukkan pada gambar (2.1), yang terdiri dari wadah fase gerak, pompa, tempat memasukkan sampel (injector port), kolom, detektor, perekam dan penampil data. Perekam & penampildata injektor Pompa detektor kolom Fase gerak Penyuntikan sampel wadah pembuangan Gambar 2.1. Skema HPLC Pada awalnya fase gerak dipompa masuk oleh pompa, melewati injector port, lalu dibawa menuju ke kolom kemudian diteruskan menuju detektor. Sampel disuntikkan melalui injektor, kemudian terlarutkan oleh fase gerak, yang kemudian dibawa ke dalam kolom dimana pemisahan berlangsung [Khopkar, 1990]. Pemisahan dapat terjadi karena molekul sampel tertahan oleh fase diam atau dibawa oleh fase gerak. Hal ini tergantung pada sifat - sifat senyawa tersebut terhadap kedua fase ini. Setelah terpisah molekul molekul tersebut bergerak menuju detektor untuk dideteksi satu per satu, lalu kemudian keluar menuju pembuangan.

27 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 10 Contoh proses terjadinya pemisahan ditunjukkan pada gambar (2.2), misalnya ada molekul A dan B yang terdapat dalam suatu sampel, sampel tersebut dimasukkan ke dalam sistem. Kedua senyawa tersebut akan terdistribusi di antara fase gerak dan diamnya menurut sifat masing masing. Komponen yang tertahan kuat akan berjalan lambat, sebaliknya yang tertahan lemah akan berjalan cepat. Karena perbedaan mobilitas inilah komponen komponen sampel akan terpisah pisah yang kemudian dapat dideteksi dan dianalisa dengan detektor. Gambar 2.2. Proses pemisahan pada kolom Sampel yang terdiri dari molekul A dan B diinjeksikan pada saat t0, sampel mulai memasuki kolom lalu pada saat t1 sampel mulai terpisah. Pada saat t2 jarak antara molekul A dan molekul B mulai terlihat, molekul B bergerak lebih cepat dibandingkan dengan molekul A. Pada saat t3 molekul B telah sampai di detektor sedangkan molekul A masih berada di dalam kolom. Pasa saat t4 molekul A baru sampai di detektor. Hasil dari proses pemisahan tersebut akan berupa grafik

28 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 11 dengan dua puncak yang ditunjukkan oleh gambar (2.3). Masing masing puncak mewakili molekul tertentu. Keluaran detektor Molekul Molekul A t0 t1 t2 t3 t4 waktu Gambar 2.3. Grafik pemisahan Dilihat dari jenis fase gerak dan fase diamnya ada dua metode pemisahan pada HPLC, yaitu pemisahan fase normal dan pemisahan fase terbalik. Pada metode pemisahan fase normal, fase diamnya bersifat polar dan fase geraknya bersifat non polar. Sedangkan pada metode pemisahan fase terbalik, fase diamnya bersifat non polar dan fase geraknya bersifat polar. Terjadinya pemisahan ditandai dengan didapatkannya waktu retensi yang berbeda antara molekul yang satu dengan yang lain. Dalam proses pemisahannya HPLC menggunakan laju alir dan tekanan tertentu. Untuk penelitian analitis pada HPLC, laju alirfase gerak yang digunakan berkisar antara ml/min [Johnson dan Stevenson, 1991].Semakin rendah laju alirnya maka kemampuan untuk memisahkan komponen komponen akan semakin tinggi serta menghemat penggunaan fase gerak dan waktu yang dibutuhkan untuk analisis

29 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 12 akan semakin lama. Besar waktu retensi suatu molekul dipengaruhi oleh laju alir fase gerak, tekanan, parameter kolom serta sifat sifat molekul itu sendiri. Kolom pada HPLC tersusun atas bagian - bagian penyusun kolom. Ketika ada suatu molekul tertentu yang melewati kolom maka terjadi interaksi antara molekul yang lewat dengan bagian bagian penyusun kolom. Interaksi yang terjadi dipengaruhi oleh jenis kolom dan molekul yang lewat. Jika jenis kolomnya tetap maka besar waktu retensi bergantung pada molekul yang lewat. Besar waktu retensi satu jenis molekul yang melewati kolom pada suatu tekanan tertentu ditunjukkan oleh persamaan (2.1) di bawah ini [Willard, et. al., 1988]. Dengan v = kecepatan linear fase gerak (ml/min) d c ε L = diameter kolom bagian dalam (µm) = faktor porositas kolom = panjang kolom (mm) t R =waktu yang diperlukan oleh molekul untuk melewati kolom (min) V col = volume kolom

30 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 13 Waktu retensi (t R ) berbanding lurus terhadap volum kolom (V col ) serta faktor porositas kolom (ε) dan berbanding terbalik terhadap kecepatan fase gerak (v). Kecepatan fase gerak (v) pada persamaan (2.1) dapat disebut juga sebagai jumlah volume fase gerak per satuan waktu.besar volum kolom bergantung pada ukuran kolom.besar faktor porositas kolom bergantung pada jenis kolom [Willard, et. al., 1988]. Laju alir berpengaruh terhadap waktu retensi, untuk laju alir yang tinggi akan didapatkan waktu retensi yang singkat sedangkan untuk laju alir yang rendah akan didapatkan waktu retensi yang lama. Dalam proses kerja sistem HPLC digunakan tekanan. Tekanan pada sistem HPLC dihasilkan oleh pompa.penurunan tekanan yang terjadi pada kolom pada suatu laju alir tertentu ditunjukkan oleh persamaan (2.2) [Kuwana, 1980]. Dengan ΔP = penurunan tekanan pada kolom (bar) Ø = faktor resistan kolom η = viskositas fase gerak (mbar s) L v d p = panjang kolom (mm) = laju alir fase gerak (mm/min) = diameter bagian - bagianpenyusun kolom (µm) Penurunan tekanan (ΔP) berbanding lurus terhadap faktor resistan kolom (Ø), viskositas fase gerak (η), panjang kolom (L) serta laju alir fase gerak (v) dan

31 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 14 berbanding terbalik terhadap kuadrat diameter bagian bagian penyusun kolom (d p 2 ).

32 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK BAB III EKSPERIMEN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisa Kimia Fisika Pusat, Kampus III Universitas Sanata Dharma, Paingan Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. B. Alat dan Bahan 1. Alat alat: a. Satu unit HPLC, yang terdiri dari: Pompa HPLC Pompa yang digunakan adalah pompa LKB BROMA tipe Pompa ini memiliki 2 buah kepala pompa. Fase gerak selalu bergerak melalui kedua kepala pompa dalam satu arah. Pompa ini bertugas memberikan tekanan sehingga mendorong fase gerak masuk ke dalam kolom. Tekanan tertinggi yang bisa diberikan oleh pompa ini adalah 400 bar. Injektor Injektor merupakan tempat untuk memasukkan sampel. Sampel dimasukkan dengan cara disuntikkan. Injektor memiliki tuas dengan 2 buah kondisi yaitu LOAD dan INJECT. Sampel diinjeksikan ketika tuas berada pada posisi LOAD. Sampel 15

33 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 16 akanbergerak masuk ke dalam kolom ketika tuas berada pada posisi INJECT. Injektor ini mampu menampung sampel sebanyak 20 μl. Kolom Kolom yang digunakan adalah kolom CPTM sphere C-18 (Oktadesil Silica) dengan panjang 100 mm dan diameter sebesar 4,6 mm. Detektor Detektor yang digunakan adalah detektor Spectroflow 757. Detektor ini berfungsi untuk mendeteksi molekul molekul yang telah terpisah. Prinsip kerja detektor ini berdasarkan prinsip serapan cahaya. Detektor ini mengubah besaran cahaya menjadi besaran listrik,memiliki sumber lampu deuterium (190 nm 380 nm) dan tungsten (380 nm 800 nm). Perekam dan penampil data Untuk merekam dan menampilkan data digunakan recorder BD Kipp zonen. Komponen komponen tersebutdirangkaimengikuti Gambar 3.1.

34 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 17 injektor Injeksi sampel recorder Pompa 2150 kolom Fase gerak Detektor SF 757 pembuangan Gambar 3.1.Skema rangkaian alat yang digunakan dalam eksperimen. b. Perangkat penyiapan larutan Pipet skala dan tetes Labu ukur Beaker glass Refrigerator ultrasonic UR 275 Milipore Neraca digital 2. Bahan bahan : a. Methanol Methanol berfungsi sebagai fase gerak dan pelarut.

35 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 18 b. Sampel Sampel yang digunakan adalah campuran larutanparasetamol dan Kafein. C. Metode Eksperimen 1. Penyiapan fase gerak Fase gerak yang digunakan adalah methanol. Sebelum fase gerak dimasukkan ke dalam wadah yang akan digunakan, maka terlebih dahulu wadah tersebut dibilas dengan methanol. Untuk menghindari adanya partikel partikel asing maka methanol disaring dengan menggunakan milipore yang berukuran 0,45 µm. Setelah itu, untuk menghilangkan gelembung gelembung udara maka dilakukan degassing pada methanol menggunakan refrigerator ultrasonic UR Penyiapan sampel Sampelakan dimasukkan dengan cara disuntikkan ke dalam injektor menggunakan syringe. Langkah pertama adalah pembuatan larutan induk dari Parasetamol dan Kafein. Bahan standarparasetamol dan Kafein berbentuk serbuk sehingga harus dilarutkan terlebih dahulu dalammethanol. Setelah didapatkan larutan induk Parasetamol dan Kafein maka bisa dilakukan pengenceran untuk mendapatkan kadar larutan yang diinginkan dengan menggunakan persamaan (3.1).

36 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 19 Dengan C 1 = kadar larutan induk (ppm) V 1 C 2 V 2 = volume larutan induk yang diambil (ml) = kadar yang diinginkan (ppm) = volume larutan yang diinginkan (ml) Untuk menghindari adanya partikel partikel asing maka larutan Parasetamol dan Kafein tersebut disaring dengan menggunakan milipore yang berukuran 0,45 µm. 3. Penentuan waktu retensi dari masing masing molekul Suatu campuran dikatakan terpisah jika molekul - molekul penyusun campuran tersebut memiliki waktu retensi yang berbeda. Waktu retensi dari Parasetamol dan Kafein harus diketahui terlebih dahulu. Sebab, waktu retensi akan menunjukkan identitas suatu molekul pada saat pemisahan. Sampel yang digunakan dalam eksperimen tahap ini adalah larutan standar Parasetamol dan Kafein.Kedua larutan tersebut disuntikkan ke dalam injektor satu per satu.besar waktu retensi dapat diketahui dengan mengukur selang waktu yang dibutuhkan oleh molekul mulai pada saat penyuntikan hingga akhirnya terdeteksi oleh detektor.hasil yang didapatkan pada eksperimen ini adalah nilai waktu retensi masing masing dari molekul Parasetamol dan Kafein.

37 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK Pengukuran waktu retensi Parasetamol dan Kafein dalam kondisi laju alir yang bervariasi pada tekanan tertentu dan tekanan yang bervariasi pada laju alir tertentu. Sampel yang digunakan adalah campuran larutan Parasetamol dan Kafein. Hasil data yang akan didapatkan adalah nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein dalam kondisi laju alir bervariasi pada tekanan tertentu dan tekanan bervariasi pada laju alir tertentu. Pengukuran waktu retensi Parasetamol dan Kafein dalam kondisi laju alir bervariasi pada tekanan tertentu, dilakukan dengan laju alir fase gerak 0,55 ml/min; 0,7 ml/min; 0,85 ml/min; 1 ml/min; 1,15 ml/min; 1,3 ml/min; 1,45 ml/min; 1,6 ml/min; 1,75 ml/min; dan 1,9 ml/min pada tekanan 100 bar. Selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk tekanan 125 bar, 150 bar, 175 bar, 200 bar, 225 bar, dan 250 bar. Pengukuran waktu retensi Parasetamol dan Kafein dalam kondisi tekanan bervariasi pada laju alir tertentu, dilakukan dengan tekanan 100 bar, 125 bar, 150 bar, 175 bar, 200 bar, 225 bar, dan 250 bar pada laju alir 0,55 ml/min. Selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk laju alir 0,7 ml/min; 0,85 ml/min; 1 ml/min; 1,15 ml/min; 1,3 ml/min; 1,45 ml/min; 1,6 ml/min; 1,75 ml/min; dan 1,9 ml/min. Untuk analisa seluruh datadigunakan program Origin 6.0.

38 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil HPLC (High Pressure Liquid Chromatography) merupakan alat yang bekerja berdasarkan prinsip kromatografi yang berguna untuk memisahkan komponen komponen zat yang terdapat di dalam suatu campuran. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami cara kerja HPLC dalam memisahkan molekul molekul.terjadinya suatu pemisahan ditandai dengan didapatkannya nilai waktu retensi yang berbeda. Proses pemisahan molekul molekul menggunakan HPLC dipengaruhi oleh banyak faktor. Sehingga dalam penelitian ini dilakukan percobaan mencari pengaruh laju alir dantekananterhadap waktu retensi. Proses pemisahan menggunakan HPLC terjadi di dalam kolom. Oleh karena itu kolom disebut sebagai jantung HPLC. HPLC sebagai sebuah sistem terdiri dari beberapa komponen seperti yang terlihat pada gambar (2.1), yaitu: pompa, injektor, kolom, detektor, dan penampil data. Cara kerja sistem HPLC adalah sebagai berikutfase gerak oleh pompaakan didorong masuk, melewati injektor, lalu ke kolom, ke detektor, dan akhirnya keluar di pembuangan. Sampel disuntikkan ke dalam injektor dengan menggunakan syringe. Sampel dan fase gerak akan bertemu dan saling bercampur pada salah satu pipa di injektor, lalu 21

39 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 22 kemudian bergerak bersama menuju kolom. Pada kolom terjadi pemisahan antar molekul, setelah terpisah molekul molekul tersebut akan masuk ke dalam detektor satu per satu. Detektor akan mendeteksi molekul molekul tersebut satu per satu. Setelah terdeteksi molekul tersebut dengan sendirinya akan keluar menuju pembuangan. Prinsip kerja dari detektor yang digunakan adalah serapan cahaya oleh molekul penyerap yaitu sampel. Sehingga proses pendeteksian dilakukan pada satu nilai panjang gelombang analisis. Panjang gelombang analisis merupakan panjang gelombang dimana kedua zat mengalami serapan yang baik. Data yang dikeluarkan oleh detektor berupa nilai tegangan. Besarnya nilai tegangan, menunjukkan besarnya nilai absorbansi.mekanisme proses pemisahan ini ditunjukkan pada gambar (2.2). Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran waktu retensi dari Parasetamol dan Kafein dalamkondisi laju alir yang bervariasi pada tekanan tertentu dan tekanan yang bervariasi pada laju alirtertentu. Ada beberapa set pada alat yang dibuat bervariasi, namun ada juga yang dibuat tetap. Set pada alat yang dibuat tetap adalah: a. Pompa LKB-Broma 2150 Lower limit pressure : 000 bar b. Detektor Spectroflow 757 Panjang gelombang analisis : 263 nm Filter rise time : 1 s Skema rangkaian HPLC yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar 3.1.

40 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 23 Langkah kerja yang telah dilakukan pada penelitian: 1. Penyiapan fase gerak Fase gerak yang digunakan adalah methanol pro analis, yaitu methanol yang sudah dibersihkan dari pengotor pengotor. Walaupun demikian, untuk memastikan methanol yang digunakan benar benar bersih maka sebelum dialirkan masuk ke dalam pompa, terlebih dahulu methanol tetap harus disaring dengan menggunakan milipore yang berukuran 0.45 µm.milipore merupakan penyaring yang terbuat dari sejenis kertas khusus yang memiliki pori pori berukuran tertentu. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penyumbatan pada saluran saluran pompa dan kolom, karena jika terjadi penyumbatan akan mengganggu proses pemisahan yang terjadi. Setelah dilakukan penyaringan, makaselanjutnya dilakukan degassing selama 15 menit menggunakan refrigerator ultrasonic UR275. Degassingmerupakan proses penghilangan gelembung gelembung udara. Adanya gelembung udara akan menyebabkan timbulnya ruang ruang kosong pada larutan. Sehingga gelembung udara harus dihilangkan karena dapat mengganggu proses pemisahan dan pendeteksian. 2. Penyiapan sampel Bahan standarparasetamol dan Kafein berbentuk serbuk.kedua standartersebutmasing masing dilarutkan ke dalam methanol, sehingga didapatkan larutan induk Parasetamol dan Kafein.Larutan induk ini diencerkan

41 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 24 menjadi larutan standar Parasetamol dan Kafein sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan, pengenceran dihitung dengan menggunakan persamaan (3.1). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan campuran antara larutan Parasetamol dankafein. Sampel yang akan disuntikkan ke dalam HPLC harus dipastikan bebas dari kotoran. Oleh karena itu sebelum diinjeksikan, dilakukan penyaringan terlebih dahulu dengan menggunakan milipore yang berukuran 0,45 µm. Hal ini bertujuan untuk menghindari penyumbatan pada saluran saluran dalam pompa dan kolom. 3. Penentuan waktu retensi dari masing masing molekul Waktu retensi adalah selang waktu yang diperlukan molekul mulai pada saat injeksi sampai terdeteksi oleh detektor. Sehingga dapat dikatakan bahwawaktu retensi merupakan waktu lamanya sampel berada di dalam kolom. Waktu retensi merupakan hal yang penting dalam kromatografi, karena waktu retensi menunjukkan identitas suatu molekul. Jika dua buah molekul memiliki waktu retensi yang berbeda berarti molekul molekul tersebut telah mengalami pemisahan.molekul yang akan dipisahkan dengan menggunakan HPLCadalah molekul Parasetamoldan Kafein. Sehingga sebelum melakukan proses pemisahan, waktu retensi dari Parasetamol dan Kafein perlu diketahui terlebih dahulu. Dalam penentuan waktu retensi Parasetamol dan Kafein, larutan yang digunakan adalah larutan standar dari masing masing molekul. Larutan standar

42 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 25 Parasetamol diinjeksikan ke dalam sistem HPLC, bersamaan dengan itu recorder dijalankan.parasetamol kemudian bergerak memasuki kolom.pada saat berada di kolom, Parasetamolakan berinteraksi dengan bagian bagian penyusun kolom. Parasetamol terus bergerak hingga akhirnya keluar dari kolom.setelah itu, Parasetamol terdeteksi oleh detektor.saat Parasetamol belum terdeteksi oleh detektor, recorder hanya memunculkan garis lurus.ketika Parasetamol terdeteksi oleh detektor, grafik pada recorder membentuk sebuah puncak.puncak tersebut menunjukkan molekul Parasetamol yang telah terdeteksi.proses ini juga berlaku untuk Kafein. Besar waktu retensi dihitung dengan menggunakan stopwatch. Stopwatch dijalankan saat larutan diinjeksikan ke dalam injektor dan dihentikan saat larutan terdeteksi oleh detektor yang ditandai dengan timbulnya puncak pada grafik Dari eksperimen yang telah dilakukan didapatkan dua buah grafik yang masing masing menunjukkan waktu retensi dari Parasetamol dan Kafein.Dua buah grafik tersebut ditunjukkan oleh gambar (4.1) dan (4.2).

43 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 26 Gambar 4.1. Grafik waktu retensiparasetamol Gambar 4.2. Grafik waktu retensikafein

44 MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK 27 Dari gambar (4.1) dan (4.2)terlihat bahwaparasetamol memiliki waktu retensi yang lebih singkat dibandingkan dengan Kafein. Waktu retensi Parasetamol adalah 4,38 menit sedangkan Kafein adalah 7,71 menit. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa dalam pemisahan antara molekul Parasetamoldan Kafein, Parasetamolakan terdeteksi terlebih dahulu. 4. Pengukuran waktu retensi molekul Parasetamol dan Kafein dalam kondisi laju alir yang bervariasi pada tekanan tertentu dan tekanan yang bervariasi pada laju alir tertentu. Pengukuran waktu retensi Parasetamol dan Kafein dalam kondisi laju alir bervariasi pada tekanan tertentu, dilakukan dengan laju alir fase gerak 0,55 ml/min; 0,7 ml/min; 0,85 ml/min; 1 ml/min; 1,15 ml/min; 1,3 ml/min; 1,45 ml/min; 1,6 ml/min; 1,75 ml/min; dan 1,9 ml/min pada tekanan 100 bar. Selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk tekanan 125 bar, 150 bar, 175 bar, 200 bar, 225 bar, dan 250 bar. Pengukuran waktu retensi Parasetamol dan Kafein dalam kondisi tekanan bervariasi pada laju alir tertentu, dilakukan dengan tekanan 100 bar, 125 bar, 150 bar, 175 bar, 200 bar, 225 bar, dan 250 bar pada laju alir 0,55 ml/min. Selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk laju alir 0,7 ml/min; 0,85 ml/min; 1 ml/min; 1,15 ml/min; 1,3 ml/min; 1,45 ml/min; 1,6 ml/min; 1,75 ml/min; dan 1,9 ml/min. Sampel yang digunakan merupakan campuran antara larutan standarparasetamol dan Kafein.Sampel tersebut diinjeksikan ke dalam sistem

45 MERUPAKAN TIDAK 28 HPLC.Sampel bergerak memasuki kolom.pada saat berada di dalam kolom, sampel berinteraksi dengan bagian bagian penyusun kolom.sampel terus berjalan hingga akhirnya terdeteksi oleh detektor.grafik yang dihasilkan pada recorder menunjukkan dua buah puncak.masing masing puncak menunjukkan nilai waktu retensi yang berbeda.waktu retensi yang berbeda menunjukkan bahwa sampel mengalami pemisahan menjadiparasetamol dan Kafein.Hasil yang didapatkan dalam eksperimen ini adalah nilai waktu retensi dari Parasetamol dan Kafein.Parasetamol dan Kafein dapat diidentifikasi dengan melihat nilai waktu retensi yang didapatkan. Dari eksperimen yang telah dilakukan didapatkan beberapa grafik yang menunjukkan proses pemisahan antara Parasetamol dan Kafein. Grafik grafik tersebut ditunjukkan oleh gambar (4.3) dan (4.4) Gambar 4.3. Grafik pemisahan Parasetamol dan Kafein padatekanan 100 bardan laju alir1 ml/min

46 MERUPAKAN TIDAK 29 Gambar 4.4. Grafik pemisahan Parasetamol dan Kafein pada tekanan 100 bar dan laju alir 1,9 ml/min Suatu peristiwa pemisahan akan menghasilkan grafik hubungan antara keluaran detektor dan waktu retensi. Grafik tersebut berupa puncak puncak. Puncak puncak ini menunjukkan molekul molekul yang telah berhasil dipisahkan. Satu puncak mewakili satu molekul. Pada gambar (4.3)dan (4.4) terlihat bahwa masing masing gambar memiliki dua puncak.puncak yang satu menunjukkanparasetamolsedangkan yang satunya lagi menunjukkan Kafein.Dari Grafik terlihat bahwa Parasetamolterdeteksi terlebih dahulu dan memiliki waktu retensi yang lebih singkat dibandingkan dengan Kafein. Waktu retensi Parasetamol dan Kafein pada

47 MERUPAKAN TIDAK 30 gambar (4.3)dan (4.4) berbeda satu sama lain karena memakai laju alir yang berbeda. Hasil nilai waktu retensi dari Parasetamol dan Kafein dalam kondisi laju alir bervariasi pada tekanan sebesar 100 bar ditunjukkan pada tabel (4.1). Untuk data nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein dalam kondisi laju alir bervariasi pada tekanan sebesar 125 bar, 150 bar, 175 bar, 200 bar, 225 bar dan 250 bar dapat dilihat pada lampiran A. Tabel 4.1 : Tabel nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk laju alir yang bervariasipada tekanan sebesar 100 bar. Laju alir (ml/min) trparasetamol (menit) trkafein (menit) 0,55 0,7 5,36 5,00 7,46 7,17 0,85 4,40 7,05 1 4,01 6,22 1,15 3,31 5,54 1,3 3,22 5,17 1,45 3,01 4,45 1,6 2,33 4,21 1,75 2,17 4,03 1,9 2,02 3,43 Tabel (4.1) menunjukkan data nilai waktu retensi dalam kondisi laju alir yang bervariasi pada tekanan 100 bar.semakin tinggi laju alirnya, waktu retensinya semakin singkat.perbedaan waktu retensi antara laju alir yang satu dengan laju alir yang lain pada tekanan yang sama untuk tiap molekulcukup besar.

48 MERUPAKAN TIDAK 31 Hasil nilai waktu retensi dariparasetamol dan Kafein dalam kondisi tekanan bervariasi pada laju alir sebesar 1,45ml/min ditunjukkan pada tabel (4.2). Untuk data nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein dalam kondisi tekanan bervariasi pada laju alir sebesar 0,55 ml/min; 0,7 ml/min; 0,85 ml/min;1 ml/min; 1,15 ml/min;1,3 ml/min; 1,6 ml/min; 1,75 ml/min dan 1,9 ml/min terdapat pada lampiran B. Tabel 4.2 : Tabel nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk tekanan yang bervariasi pada laju alir sebesar 1,45 ml/min. Tekanan (P) bar trparasetamol (menit) trkafein (menit) ,01 2,50 4,45 4, ,44 4, ,41 4, ,43 4, ,39 4, ,40 4,20 Berdasarkan tabel (4.2) di atas terlihat bahwa tekanan mempengaruhi waktu retensi. Semakin tinggitekanannya maka waktu retensinya semakin singkat.perbedaan waktu retensi antara tekanan yang satu dengan tekanan yang lain pada laju alir yang sama untuk tiap molekul sangat kecil. Dari tabel (4.1) dan (4.2) didapatkan gambar (4.5) dan (4.6).Berdasarkan tabel data (4.1) maka didapatkan gambar grafik (4.5).Gambar (4.5) merupakan grafik hubungan antara waktu retensi dan seper laju aliruntuk tekanan sebesar 100 bar.

49 MERUPAKAN TIDAK 32 Gambar 4.5. Grafik hubungan antara tr dan 1 / v pada tekanan sebesar 100 bar Gambar (4.5) sesuai dengan persamaan (2.1).Pada gambar (4.5) Parasetamol ditunjukkan oleh grafik yang berwarna biru. Waktu retensi Parasetamolberada pada rentang antara 1,5 menit hingga 5,5 menituntuk rentang seper laju alir 0,5 bar-1(ml/min)-1 hingga 2 (ml/min)-1. Sedangkan Kafein ditunjukkan oleh grafik berwarna merah. Waktu retensi Kafein berada pada rentang antara3 menit hingga 7,5 menit pada rentang seper laju alir 0,5 (ml/min)-1 hingga 2 (ml/min)-1.

50 MERUPAKAN TIDAK 33 Berdasarkan tabel data (4.2) maka didapatkan gambar grafik (4.6). Gambar (4.6) merupakan grafik hubungan waktu retensi dan tekanan untuk laju alir sebesar 1,45 ml/min. Gambar 4.6. Grafik hubungan antara tr dan P pada laju alir sebesar 1,45 ml/min. Pada gambar (4.6) Parasetamol ditunjukkan oleh grafik berwarna biru.waktu retensi Parasetamol berada pada rentang antara 2 menit hingga 3 menit pada rentang tekanan dari100 bar hingga 250 bar.sedangkan Kafein ditunjukkan oleh grafik berwarna merah. Waktu retensi Kafein berada pada rentang antara 4 menit hingga 5 menit pada rentang tekanan dari 100 bar hingga 250 bar.

51 MERUPAKAN TIDAK 34 B. Pembahasan Pengukuran merupakan kegiatan yang sering dilakukan sehari hari. Suatu pengukuran yang ideal akan menghasilkan hasil pengukuran yang akurat. Dalam suatu pengukuran terdapat dua hal yang penting yaitu input dan output.input merupakan masukan yang akan diukur sedangkan output merupakan hasil akhir keluaran yang diinginkan dalam suatu pengukuran. Nilai dari output yang dikeluarkan bergantung pada input dan instrumen yang digunakan. Suatu instrumen atau alat ukur berfungsi untuk mengukur suatu besaran tertentu. Suatu pengukuran yang ideal membutuhkan instrumen yang memenuhi beberapa persyaratan yaitu: sensitif, selektif, tidak mengganggu sampel yang diukur dan memiliki waktu tanggap cepat. Pengukuran yang menggunakan instrumen dengan kriteria seperti di atas diharapkan dapat menghasilkan output yang akurat. Dalam eksperimen ini dilakukan pengukuran dua buah molekul yang terkandung di dalam suatu sampel.dua buah molekul tersebut yaitu Parasetamol dan Kafein.Sampel yang digunakan merupakan campuran dari larutan standarparasetamol dan Kafein.Oleh karena sampel yang digunakan adalah sampel campuran maka alat ukur yang digunakan haruslah memiliki selektivitas tinggi, yaitu suatu alat yang mampu mengidentifikasi Parasetamol dan Kafein yang terdapat dalam suatu sampel.alat ukur tersebut mampu memisahkan Parasetamol dan Kafein dalam suatu campuran.dalam penelitian ini digunakan alat ukur HPLC.

52 MERUPAKAN TIDAK 35 HPLC atau High Pressure Liquid Chromatography adalah salah satu alat yang bekerja berdasarkan prinsip kromatografi.kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan.sehingga HPLC berfungsi untuk memisahkan molekul yang satu dengan yang lain. HPLC berbeda dibandingkan dengan kromatograf lainnya.pada HPLC untuk memaksimalkan pemisahan digunakan laju alir tertentudan tekanan tinggi. Proses pemisahan pada HPLC terjadi di dalam kolom. Oleh karena itu, kolom merupakan bagian yang paling penting dalam sistem HPLC.Metode pemisahan yang digunakan bergantung pada jenis fase gerak dan kolom. Metode kromatografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kromatografi fase terbalik. Pada metode pemisahan ini, fase gerak yang digunakan yaitu methanol bersifat polar sedangkan fase diam yaitu kolom C-18 (oktadesil silica) bersifat non polar. Parasetamol dan Kafein yang digunakan pada penelitian ini sebagai sampel merupakan zat yang bersifat polar.metode kromatografi fase terbalik sangat baik digunakan untuk memisahkan sampel yang bersifat polar [Khopkar, 1990]. Mekanisme terjadinya suatu pemisahan pada HPLC didasarkan pada kompetensi antara fase gerak dan sampel yang berinteraksidengan kolom.pada saat ada suatu sampel yang terdiri dari satu jenis molekul yang melewati kolom, maka akan terjadi interaksi antara molekul yang lewat dengan kolom. Akibat adanya interaksi tersebut molekul membutuhkan waktu tertentu untuk berjalan dari ujung kolom hingga keluar dari kolom.waktu tersebut didefinisikan sebagai waktu retensi, yaitu waktu lamanya sampel berada di kolom.

53 MERUPAKAN TIDAK 36 Kolom tersusun oleh bagian bagian penyusun kolom.sehingga interaksi yang terjadi bergantung pada bagian bagian penyusun kolom dan molekul yang melewati kolom. Bagian bagian penyusun kolom dan jenis kolom mempengaruhi besar faktor porositas dan faktor resistan kolom. Bila jenis kolom yang digunakan adalah tetap maka besar waktu retensi bergantung pada molekul yang melewati kolom.sehingga bila ada sampel melewati kolom terdiri dari dua buah molekul maka didapatkan dua buah nilai waktu retensi yang berbeda untuk tiap molekul.besar waktu retensi yang berbeda menunjukkan bahwa kedua molekul tersebut terpisah. Proses pemisahan yang terjadi dalam penelitian ini adalah antara Parasetamol dan Kafein. Molekul Parasetamol dan Kafein berinteraksi terhadap bagian - bagianpenyusun kolom.akibat interaksi tersebut Kafein tertahan lebih lama pada kolom dibandingkan dengan Parasetamol.SehinggaParasetamol dan Kafein terpisah.contoh proses pemisahan yang terjadi di dalam kolom ditunjukkan pada gambar (2.2). Dalam proses pemisahan, waktu retensi memegang peranan penting. Dua buah molekul yang saling terpisah memiliki waktu retensi yang berbeda satu sama lain sehinggawaktu retensi menunjukkan identitas suatu molekul pada saat pemisahan. Penelitian ini diawali dengan menentukan waktu retensi dari Parasetamol dan Kafein.Masing masing larutan standar kedua molekul tersebut disuntikkan ke dalam sistem HPLC secara terpisah.hasil keluaran detektor berupa grafik yang ditunjukkan pada gambar (4.1) dan (4.2).Terdeteksinya Parasetamol dan Kafein masing masing akan membentuk sebuah puncak. Gambar (4.1)

54 MERUPAKAN TIDAK 37 menampilkan terdeteksinya Parasetamol saat 4,38 menit yang ditunjukkan oleh sebuah puncak. Sedangkan gambar (4.2) menampilkan terdeteksinya Kafein saat 7,71 menit yang juga ditunjukkan dengan sebuah puncak. Dari kedua gambar grafik tersebut diketahui bahwa Parasetamol memiliki waktu retensi yang lebih singkat dibandingkan dengan Kafein. Penelitian selanjutnya dilakukan penentuan waktu retensiparasetamol dan Kafein yang terdapat dalam suatu campuran.hasil dari proses ini ditunjukkan oleh gambar (4.3) dan (4.4). Keduabuah gambar tersebut masing masing menghasilkan dua buah puncak, yang menunjukkan Parasetamol dan Kafein.Gambar (4.3) merupakan grafik penentuan waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk laju alir 1ml/min, pada keadaan ini didapatkan waktu retensi Parasetamol adalah 4,6 menit dan Kafein adalah7 menit. Gambar (4.4) merupakan grafik penentuan waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk laju alir 1,9 ml/min, pada keadaan ini didapatkan waktu retensi Parasetamol adalah 2,36 menit dan Kafein adalah3,86 menit. Berdasarkan gambar (4.3) dan (4.4) terlihat bahwa Parasetamol dengan Kafein terpisah.parasetamol memiliki waktu retensi yang berbeda dari Kafein.Parasetamolmemiliki waktu retensi yang lebih singkat dibandingkan dengan Kafein.Semakin tinggi laju alirnya waktu retensinya akan semakin singkat sehingga dapat disimpulkan bahwa besar laju alir mempengaruhi nilai waktu retensi. Selanjutnya dilakukan penelitian tentang pengukuran waktu retensi dalam kondisi laju alir yang bervariasi untuk tekanan tertentu,dilakukan pada laju

55 MERUPAKAN TIDAK 38 alir 0,55 ml/min; 0,7 ml/min; 0,85 ml/min; 1 ml/min; 1,15 ml/min; 1,3 ml/min; 1,45 ml/min; 1,6 ml/min; 1,75 ml/min; dan 1,9 ml/min untuk tekanan 100 bar. Selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk tekanan 125 bar, 150 bar, 175 bar, 200 bar, 225 bar dan 250 bar, data yang dihasilkan dapat dilihat pada lampiran A. Sedangkan pengukuran waktu retensi dalam kondisi tekanan yang bervariasi pada laju alir tertentu, dilakukan pada tekanan 100 bar,125 bar, 150 bar, 175 bar, 200 bar, 225 bar dan 250 bar untuk laju alir 0,55 ml/min. Selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk laju alir 0,7 ml/min; 0,85 ml/min; 1 ml/min; 1,15 ml/min; 1,3 ml/min; 1,45 ml/min; 1,6 ml/min; 1,75 ml/min; dan 1,9 ml/min, data yang dihasilkan dapat dilihat pada lampiran B. Contoh data waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk kondisi laju alir yang bervariasi pada tekanan tertentu adalah tabel (4.1). Pada tabel (4.1) terlihat bahwa semakin tinggi laju alirnya maka waktu retensi dari kedua molekul semakin singkat. Hal ini sesuai dengan persamaan (2.1) yaitu waktu retensi berbanding terbalik terhadap laju alir. Sedangkan contoh data waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk kondisi tekanan yang bervariasi pada laju alir tertentu adalah tabel (4.2). Pada tabel (4.2) terlihat bahwa tekanan juga mempengaruhi waktu retensi, semakin tinggi tekanannya maka waktu retensinya semakin singkat. Suatu input yang divariasikan akan berdampak pada output yang dihasilkan. Hal ini terlihat pada nilai waktu retensi yang dihasilkan.laju alir dan tekanan yang besarnya bervariasi akan mengubah nilai waktu retensi, sehingga dihasilkan nilai waktu retensi yang berbeda beda. Semakin tinggi laju alir

56 MERUPAKAN TIDAK 39 dantekanannya maka waktu retensinya semakin singkat. Berdasarkan tabel tabel data yang didapatkan terlihat bahwa waktu retensi lebih dipengaruhi oleh laju alir dibandingkan dengan tekanan. Perbedaan waktu retensi antara laju alir yang satu dengan laju alir yang lainpada kondisi tekanan tertentu untuk tiap molekul cukup besar, sedangkan perbedaan waktu retensi antara tekanan yang satu dengan tekanan yang lainpada kondisi laju alir tertentu untuk tiap molekul sangat kecil. Berdasarkan tabel tabel data yang ada dapat diperoleh grafik hubungan antara waktu retensi dengan laju alir dan tekanan.contoh grafik ditunjukkan pada gambar (4.5) dan (4.6).Pada gambar (4.5) dan (4.6) terdapat grafik biru yang menunjukkan Parasetamol dan grafik merah yang menunjukkan Kafein. Gambar (4.5) menunjukkan hubungan antara antara tr dan 1 / v pada tekanan sebesar 100 bar. Waktu retensi Parasetamol berada pada rentang antara 1,5 menit hingga 5,5 menit untuk rentang seper laju alir 0,5 bar-1 (ml/min)-1 hingga 2 (ml/min)-1. Waktu retensi Kafein berada pada rentang antara 3 menit hingga 7,5 menit pada rentang seper laju alir 0,5 (ml/min)-1 hingga 2 (ml/min)-1. Waktu retensi Parasetamol dan Kafein berbeda.semakin tinggi laju alir maka waktu retensi semakin singkat. Gambar (4.6) menunjukkan hubungan antara tr dan P pada laju alir 1,45 ml/min. Semakin tinggi tekanan maka waktu retensi semakin singkat.waktu retensi Parasetamol berada pada rentang antara 2 menit hingga 3 menit pada rentang tekanan dari 100 bar hingga 250 bar.sedangkan Kafein ditunjukkan oleh

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl. BAB III METODE PENGUJIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penetapan kadar ini dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

LAPORANPRAKTIKUM AnalisaTabletVitaminCdenganHPLC (High PerformanceLiquidChromatography)

LAPORANPRAKTIKUM AnalisaTabletVitaminCdenganHPLC (High PerformanceLiquidChromatography) LAPORANPRAKTIKUM AnalisaTabletVitaminCdenganHPLC (High PerformanceLiquidChromatography) NAMA :1. BINAYANTI NAINGGOLAN (NIM :157008008) 2. HENNY GUSVINA B(NIM :157008010) 3. DINNO RILANDO(NIM :157008004)

Lebih terperinci

SISTEM INJEKTOR DAN FASE MOBIL/DIAM. Tuti Suprianti / P Kasmawaty Iswar / P

SISTEM INJEKTOR DAN FASE MOBIL/DIAM. Tuti Suprianti / P Kasmawaty Iswar / P SISTEM INJEKTOR DAN FASE MOBIL/DIAM Tuti Suprianti / P1100212007 Kasmawaty Iswar / P1100212008 P E N D A H U L U A N HPLC merupakan perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom. Ciri teknik ini

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C

LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C Nama : Ayu Elvana dan Herviani Sari Tanggal : 19 Desember 2012 Jam : 12.00-15.00 WIB Tujuan : 1. Praktikan dapat menentukan kadar vitamin C menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS Amalia Choirni, Atik Setiani, Erlangga Fitra, Ikhsan Fadhilah, Sri Lestari, Tri Budi Kelompok 12 Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HPLC : ANALISA TABLET VITAMIN C

LAPORAN PRAKTIKUM HPLC : ANALISA TABLET VITAMIN C LAPORAN PRAKTIKUM HPLC : ANALISA TABLET VITAMIN C Nama : Juwita (127008003) Rika Nailuvar Sinaga (127008004) Hari / Tanggal Praktikum : Kamis / 19 Desember 2012 Waktu Praktikum : 12.00 15.00 WIB Tujuan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 30 Juni 2016 Nama Mahasiswa : 1. Irma Yanti 2. Rahmiwita 3. Yuliandriani Wannur Azah

Lebih terperinci

BAB III METODE PERCOBAAN

BAB III METODE PERCOBAAN BAB III METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Instrument PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan Jalan Raya Tanjung Morawa Km. 9 pada bulan Februari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HPLC (High Performance Liquid Chromatography)

LAPORAN PRAKTIKUM HPLC (High Performance Liquid Chromatography) LAPORAN PRAKTIKUM HPLC (High Performance Liquid Chromatography) NAMA : 1. KARIN TIKA FITRIA (NIM: 157008003) 2. TM. REZA SYAHPUTRA (NIM: 157008007) 3. SISKA MULYANI (NIM: 157008009) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM

Lebih terperinci

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah HPLC Merupakan teknik pemisahan senyawa dengan cara melewatkan senyawa melalui fase diam (stationary phase) Senyawa dalam kolom tersebut akan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C

LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C HARI/ TANGGAL PRAKTKUM : KAMIS/ 20 DESEMBER 2012 JAM : 08.00 11.00 WIB Nama Praktikan : KAROLINA BR SURBAKTI (NIM: 20127008018) LUCIA AKTALINA

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami* PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DALAM TETES MATA PADA SEDIAAN GENERIK DAN MERK DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami* Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph

Lebih terperinci

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography) Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography) Kromatografi DEFINISI Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara

Lebih terperinci

2. Menentukan kadar berbagai tablet Vitamin C menggunakan metoda HPLC. HPLC(HighPerfomance Liquid Cromatografi)

2. Menentukan kadar berbagai tablet Vitamin C menggunakan metoda HPLC. HPLC(HighPerfomance Liquid Cromatografi) LAPORAN PRAKTIKUM 8 HPLC: ANALISA TABLET VITAMIN C Oleh : Maria Lestari dan Henny E. S. Ompusunggu Hari/Tanggal/Jam Praktikum : Rabu/ 19 Desember 2012/ 12.00 s/d selesai Tujuan : 1. Mengetahui prinsip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cefadroxil 2.1.1 Sifat fisikokimia Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 1 Struktur cefadroxil Nama Kimia : 5-thia-1-azabicyclo[4.2.0]oct-2-ene-1-carbocylic

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA A. ALAT Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang dilengkapi dengan detektor UV-Vis (SPD-10A VP, Shimadzu), kolom Kromasil LC-18 dengan dimensi kolom

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ibuprofen 2.1.1 Sifat Fisikokimia Menurut Ditjen POM (1995), sifat fisikokimia dari Ibuprofen adalah sebagai berikut : Rumus Struktur : Gambar 1. Struktur Ibuprofen Nama Kimia

Lebih terperinci

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah HPLC Merupakan teknik pemisahan senyawa dengan cara melewatkan senyawa melalui fase diam (stationary phase) Senyawa dalam kolom tersebut akan

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic)

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic) LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic) Nama : Rebecca Rumesty Lamtiar (127008016) Yulia Fitri Ghazali (127008007) Paska Rahmawati Situmorang (127008011)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung, yang terletak di Lantai 3 Gedung Kimia bagian Utara. 3.1 Peralatan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat yang Digunakan Selain peralatan gelas standar laboratorium kimia, digunakan pula berbagai peralatan lain yaitu, pompa peristaltik (Ismatec ) untuk memompakan berbagai larutan

Lebih terperinci

HIGH PERFORMANCE LIQUIDCHROMATOGRAPHY

HIGH PERFORMANCE LIQUIDCHROMATOGRAPHY HIGH PERFORMANCE LIQUIDCHROMATOGRAPHY (HPLC) ; ANALISA TABLET VITAMIN C Oleh: Jenny Novina Sitepu Liza Mutia Waktu Praktikum: Kamis, 20 Desember 2012 Jam 08.00 17.00 WIB I. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui

Lebih terperinci

Analisis Fisiko Kimia

Analisis Fisiko Kimia Analisis Fisiko Kimia KROMATOGRAFI Oleh : Dr. Harmita DEFINISI Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase,

Lebih terperinci

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN Senyawa metabolik sekunder yang bersifat toksik dan karsinogenik Dihasilkan: Aspergilus flavus & Aspergilus parasiticus Keduanya tumbuh pada biji-bijian, kacang-kacangan,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI HENDRIANTO 2443012018 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY 9 SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY Penetapan secara Simultan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dengan Kromatografi Cair Kinerja

Lebih terperinci

8. PRAKTIUM HPLC; ANALISA TABLET VITAMIN C

8. PRAKTIUM HPLC; ANALISA TABLET VITAMIN C Laporan praktikum 8. PRAKTIUM HPLC; ANALISA TABLET VITAMIN C Hari / tanggal : Rabu, 19 Desember 2012 Pukul : 08.00 wib Praktikan : Sari Hutagaol, Yulia Fitri (A), Nunung Sri mulyani Tujuan : 1. Mampu melakukan

Lebih terperinci

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah HPLC Merupakan teknik pemisahan senyawa dengan cara melewatkan senyawa melalui fase diam (stationary phase) Senyawa dalam kolom tersebut akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Februari sampai Mei tahun 2012. 3.2 Alat-alat Alat alat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen. BKAK (2014), sifat fisikokimia pirasetam adalah : Gambar 2.1 Struktur Pirasetam. : 2-Oxopirolidin 1-Asetamida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen. BKAK (2014), sifat fisikokimia pirasetam adalah : Gambar 2.1 Struktur Pirasetam. : 2-Oxopirolidin 1-Asetamida BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pirasetam 2.1.1 Uraian Bahan Menurut Ditjen. BKAK (2014), sifat fisikokimia pirasetam adalah : Gambar 2.1 Struktur Pirasetam Nama Kimia : 2-Oxopirolidin 1-Asetamida Rumus Molekul

Lebih terperinci

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari 2018 5 PENETAPAN KADAR KALUM SORBAT DALAM KEJU KEMASAN DENGAN METODE KROMATOGRAF CAR KNERJA TNGG (KCKT) Rizki manda 1, Nofita 2, Ade Maria Ulfa 2 ABSTRACT

Lebih terperinci

EFISIENSI KOLOM. Bentuk-bentuk kromatogram

EFISIENSI KOLOM. Bentuk-bentuk kromatogram EFISIENSI KOLOM Pertemuan 3 Bentuk-bentuk kromatogram - Linier (simetris, bentuk gaus), ideal (puncak sempit) - Tidak linier dan tidak ideal C S C S C S K = C S /C m K > C K < CS /C S /C m m C m C m C

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh CHANDRA SAPUTRA PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh CHANDRA SAPUTRA PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN KARYA TULIS ILMIAH PENETAPAN KADAR SIKLAMAT DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN NOMOR REGISTRASI POMSD152246XXX MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC Hasnah Lidiawati. 062112706. 2015. Optimasi Fase Gerak pada penetapan kadar campuran dextromethorphane HBr dan diphenhydramine HCl dalam sirup dengan metode HPLC. Dibimbing Oleh Drs. Husain Nashrianto,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat-Alat yang digunakan : 1. Seperangkat alat kaca 2. Neraca analitik, 3. Kolom kaca, 4. Furnace, 5. Kertas saring, 6. Piknometer 5 ml, 7. Refraktometer,

Lebih terperinci

TURBIDIMETRI UNTUK ANALISA KLORIDA MENGGUNAKAN FLOW INJECTION ANALYSIS SKRIPSI. Oleh. Mazia Ulfah NIM

TURBIDIMETRI UNTUK ANALISA KLORIDA MENGGUNAKAN FLOW INJECTION ANALYSIS SKRIPSI. Oleh. Mazia Ulfah NIM TURBIDIMETRI UNTUK ANALISA KLORIDA MENGGUNAKAN FLOW INJECTION ANALYSIS SKRIPSI Oleh Mazia Ulfah NIM 081810301017 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2013 TURBIDIMETRI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. KROMATOGRAFI Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa memahami pengertian dari kromatografi dan prinsip kerjanya 2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis kromatografi dan pemanfaatannya

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai bulan Maret 2011 sampai dengan Agustus 2011. Berlokasi di Laboratorium Jasa Analisis Pangan, Departemen

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengumpulan Sampel Pengumpulan sampel ini dilakukan berdasarkan ketidaklengkapannya informasi atau keterangan yang seharusnya dicantumkan pada etiket wadah dan atau pembungkus.

Lebih terperinci

APLIKASI EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION UNTUK ANALISIS SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM MENTIMUN MENGGUNAKAN HPLC UV-VIS SKRIPSI

APLIKASI EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION UNTUK ANALISIS SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM MENTIMUN MENGGUNAKAN HPLC UV-VIS SKRIPSI APLIKASI EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION UNTUK ANALISIS SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM MENTIMUN MENGGUNAKAN HPLC UV-VIS SKRIPSI AVIE FUROHMA PROGRAM STUDI S1 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Analisa Tablet Vitamin C dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatograph)

Laporan Praktikum Analisa Tablet Vitamin C dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatograph) Laporan Praktikum Analisa Tablet Vitamin C dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatograph) Hari / Tanggal Praktikum : Rabu / 19 Desember 2012 Nama Praktikan : Rica Vera Br. Tarigan dan Jekson Martiar

Lebih terperinci

ANALISIS ASAM SITRAT DAN ASAM OKSALAT DALAM BIJI KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) MENGGUNAKAN HPLC C-18 FASE TERBALIK SKRIPSI

ANALISIS ASAM SITRAT DAN ASAM OKSALAT DALAM BIJI KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) MENGGUNAKAN HPLC C-18 FASE TERBALIK SKRIPSI ANALISIS ASAM SITRAT DAN ASAM OKSALAT DALAM BIJI KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) MENGGUNAKAN HPLC C-18 FASE TERBALIK SKRIPSI Oleh: Ayustisia Defrita Fatmawati Pratiwi NIM 091810301019 JURUSAN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...

PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR

Lebih terperinci

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DAN KLORFENIRAMIN MALEAT MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SERTA APLIKASINYA DALAM BEBERAPA SEDIAAN SIRUP SKRIPSI Oleh : Nur Aini 125010793 FAKULTAS

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN ANALISIS SIKLAMAT PADA AGAR-AGAR YANG BEREDAR DI PASAR WAGE PURWOKERTO DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Rizki Widyaningsih*, Pri Iswati Utami* Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto,

Lebih terperinci

PEMAKAIAN ULANG FASA GERAK TETRASIKIAN DALAM ANALISIS ANTIBIOTIKA PADA ALAT KHROMATOGRAFI CAIRAN KINERJA TINGGI RINGKASAN

PEMAKAIAN ULANG FASA GERAK TETRASIKIAN DALAM ANALISIS ANTIBIOTIKA PADA ALAT KHROMATOGRAFI CAIRAN KINERJA TINGGI RINGKASAN PEMAKAIAN ULANG FASA GERAK TETRASIKIAN DALAM ANALISIS ANTIBIOTIKA PADA ALAT KHROMATOGRAFI CAIRAN KINERJA TINGGI HENY YUSRINI Balai penelitian Veteriner, ARE Martadinata No : 30, Bogor 16114 RINGKASAN Tetrasiklin

Lebih terperinci

PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS (GLC)

PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS (GLC) PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS (GLC) LAPORAN disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Instrumentasi Analitik Dosen Pembimbing : Dra. Dewi Widyabudiningsih, MT Tanggal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biofarmasi dan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml

BAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml 23 BAB 3 BAHAN dan METODE 3.1 ALAT Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT 2. Detektor PDA 3. Neraca analitik 4. PH meter 5. Erlenmeyer 250 ml 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml 7. Spatula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan proteinprotein

BAB I PENDAHULUAN. tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan proteinprotein BAB I PENDAHULUAN Kromatografi Cair Tenaga Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PROFENOFOS DALAM KUBIS MENGGUNAKAN METODE EFFERVESCENCE-LPME DENGAN INSTRUMEN HPLC UV-Vis SKRIPSI

ANALISIS PROFENOFOS DALAM KUBIS MENGGUNAKAN METODE EFFERVESCENCE-LPME DENGAN INSTRUMEN HPLC UV-Vis SKRIPSI ANALISIS PROFENOFOS DALAM KUBIS MENGGUNAKAN METODE EFFERVESCENCE-LPME DENGAN INSTRUMEN HPLC UV-Vis SKRIPSI RAMADHANI PUTRI PANINGKAT PROGRAM STUDI S1 KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) dan Laboratorium Lingkungan dan Bangunan Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

Kata kunci: fasa gerak, asam benzoat, kafein, kopi kemasan, KCKT. Key word: mobile phase, benzoic acid, caffeine, instant coffee package, HPLC

Kata kunci: fasa gerak, asam benzoat, kafein, kopi kemasan, KCKT. Key word: mobile phase, benzoic acid, caffeine, instant coffee package, HPLC PENGARUH KOMPOSISI FASA GERAK PADA PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT DAN KAFEIN DALAM KOPI KEMASAN MENGGUNAKAN METODE KCKT (KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI) Auliya Puspitaningtyas, Surjani Wonorahardjo, Neena

Lebih terperinci

Gambar 5. Tekstur dan Struktur Bumbu Penyedap Blok Spirulina Perlakuan Kontrol (A) dan Maltodekstrin 10% (B).

Gambar 5. Tekstur dan Struktur Bumbu Penyedap Blok Spirulina Perlakuan Kontrol (A) dan Maltodekstrin 10% (B). 3. HASIL PENGAMATAN 3.1. Penampakan Fisik Penampakan fisik bumbu penyedap blok Spirulina yang diamati meliputi struktur, tekstur dan perbedaan intensitas warna yang dihasilkan. Perbandingan penampakan

Lebih terperinci

"PEMBUATAN SISTEM INJEKSI DENGAN METODE FIXED TIME PADA FLOW INJECTION ANALYSIS" SKRIPSI. Oleh Diana Retno Wulandari Nim.

PEMBUATAN SISTEM INJEKSI DENGAN METODE FIXED TIME PADA FLOW INJECTION ANALYSIS SKRIPSI. Oleh Diana Retno Wulandari Nim. i "PEMBUATAN SISTEM INJEKSI DENGAN METODE FIXED TIME PADA FLOW INJECTION ANALYSIS" SKRIPSI Oleh Diana Retno Wulandari Nim. 061810301069 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS ASAM ASETAT DAN ASAM FORMIAT DALAM BIJI KOPI ARABIKA MENGGUNAKAN TEKNIK HPLC C-18 FASE TERBALIK SKRIPSI. Oleh :

ANALISIS ASAM ASETAT DAN ASAM FORMIAT DALAM BIJI KOPI ARABIKA MENGGUNAKAN TEKNIK HPLC C-18 FASE TERBALIK SKRIPSI. Oleh : ANALISIS ASAM ASETAT DAN ASAM FORMIAT DALAM BIJI KOPI ARABIKA MENGGUNAKAN TEKNIK HPLC C-18 FASE TERBALIK SKRIPSI Oleh : Antiin Martasari NIM 091810301012 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara

Lebih terperinci

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK Ika Yuni Astuti *, Wiranti Sri Rahayu, Dian Pratiwi Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat yang digunakan

Bab III Metodologi III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat yang digunakan Bab III Metodologi Penelitian terdiri dari beberapa bagian yaitu perancangan alat sederhana untuk membuat asap cair dari tempurung kelapa, proses pembuatan asap cair dan karakterisasi asap cair yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

SISTEM KROMATOGRAFI GAS MENGGUNAKAN SENSOR SEMIKONDUKTOR DAN NEURAL NETWORK UNTUK KLASIFIKASI MINYAK MENTAH

SISTEM KROMATOGRAFI GAS MENGGUNAKAN SENSOR SEMIKONDUKTOR DAN NEURAL NETWORK UNTUK KLASIFIKASI MINYAK MENTAH Presentasi Sidang Tesis SISTEM KROMATOGRAFI GAS MENGGUNAKAN SENSOR SEMIKONDUKTOR DAN NEURAL NETWORK UNTUK KLASIFIKASI MINYAK MENTAH Sugeng Dwi Riyanto 2209204004 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB VII Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi (KCKT) (High Performance Liquid Chromatography)HPLC

BAB VII Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi (KCKT) (High Performance Liquid Chromatography)HPLC BAB VII Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi (KCKT) (High Performance Liquid Chromatography)HPLC HPLC adalah produk mutakhir kromatografi yang banyak diminati untuk keperluan analisis ataupun preparatif.

Lebih terperinci

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Pilot. Plant, dan Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung.

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Pilot. Plant, dan Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung. III. METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Pilot Plant, dan Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Afdhil Arel 1), B.A. Martinus 1), Romi Nofiandri 1) 1) Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Penetapan kadar metoflutrin dengan menggunakan kromatografi gas, terlebih dahulu ditentukan kondisi optimum sistem kromatografi gas untuk analisis metoflutrin. Kondisi

Lebih terperinci

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Alur Penelitian

Gambar 3.1. Alur Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alur Penelitian Gambar 3.1. Alur Penelitian Gambar 3.1. menggambarkan alur penelitian tugas akhir ini, diawali dengan metode studi yaitu wawancara berupa kuisioner untuk

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ANALISIS SENYAWA KARSINOGENIK NITROSODIETILAMIN (NDEA) PADA IKAN SARDEN KEMASAN KALENG DENGAN EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION-HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY SKRIPSI INDAH LESTARI SETIOWATI

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR KOTRIMOKSAZOL DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) TUGAS AKHIR OLEH: ARAHMAN AKBAR NIM

PENETAPAN KADAR KOTRIMOKSAZOL DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) TUGAS AKHIR OLEH: ARAHMAN AKBAR NIM PENETAPAN KADAR KOTRIMOKSAZOL DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) TUGAS AKHIR OLEH: ARAHMAN AKBAR NIM 102410034 PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP KADAR AKRILAMIDA DALAM KENTANG GORENG SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SKRIPSI OLEH: ZULHAMIDAH NIM

PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP KADAR AKRILAMIDA DALAM KENTANG GORENG SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SKRIPSI OLEH: ZULHAMIDAH NIM PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP KADAR AKRILAMIDA DALAM KENTANG GORENG SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SKRIPSI OLEH: ZULHAMIDAH NIM 060804037 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Pengujian Kadar Kurkuminoid metode HPLC (High Perfomance Liquid Chromatography)

Lampiran 1. Prosedur Pengujian Kadar Kurkuminoid metode HPLC (High Perfomance Liquid Chromatography) LAMPIRAN 49 50 Lampiran 1. Prosedur Pengujian Kadar Kurkuminoid metode HPLC (High Perfomance Liquid Chromatography) 1.1 Penetapan kadar: a. Fase gerak: Buat campuran metanol : 0,01 M phosphoric acid ;

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom. b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISASI SIMPLISIA Simplisia yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman sambiloto yang berasal dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian ini didukung oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan cairan tubuh manusia yaitu plasma secara in vitro. 3.2 Subyek Penelitian Subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Prodi Fisika, Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi Fisika, dan Laboratorium Terpadu Gedung

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan

KROMATOGRAFI. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan KROMATOGRAFI Defenisi Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan

Lebih terperinci

Kromatografi gas-spektrometer Massa (GC-MS)

Kromatografi gas-spektrometer Massa (GC-MS) Kromatografi gas-spektrometer Massa (GC-MS) Kromatografi gas-spektrometer massa (GC-MS) adalah metode yang mengkombinasikan kromatografi gas dan spektrometri massa untuk mengidentifikasi senyawa yang berbeda

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga SKRIPSI

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga SKRIPSI SKRIPSI VALIDASI METODE ANALISIS CAMPURAN VITAMIN B 1, B 2, DAN B 6 DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN KCKT MENGGUNAKAN KOLOM RP-18 ULTRA HIGH BASE DEACTIVATED PURITY SILICA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl. Alat KCKT. Syringe 50 µl. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl. Alat KCKT. Syringe 50 µl. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl Alat KCKT Syringe 50 µl Lampiran 2. Gambar Perangkat Penelitian Lainnya Ultrasonic cleaner Pompa vakum dan seperangkat penyaring fase gerak Lampiran 2. (Lanjutan)

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci