BAB I PENDAHULUAN. hasil produksi jeruk sebanyak 2 juta ton per tahun (Anonim 1, 2013).

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jeruk merupakan buah yang sering dijumpai dan banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini bisa tumbuh di daerah dataran rendah sampai dengan daerah berketinggian 770 meter di atas permukaan laut (Sarwono, 1994). Produksi jeruk di Indonesia sendiri sangat melimpah, sejak rata-rata hasil produksi jeruk sebanyak 2 juta ton per tahun (Anonim 1, 2013). Pembuatan produk dengan bahan baku jeruk seperti sari buah jeruk akan mempunyai limbah berupa kulit, ampas dan biji. Limbah pengolahan jeruk terutama kulit merupakan salah satu bahan baku produksi pektin yang banyak digunakan pada industri makanan (Herbstreith dan Fox, 2005). Indonesia mempunyai potensi yang baik sebagai penghasil buah jeruk, tetapi pemanfaatan limbah jeruk sebagai sumber pektin secara industri belum dilakukan. Pektin merupakan kompleks polisakarida anion yang terdapat pada dinding sel primer dan interseluler pada tanaman tingkat tinggi. Molekul penyusunnya terdiri atas asam D-galakturonat sebagai molekul utama dan gula netral (O Neill et al, 1990). Pektin merupakan komponen tambahan penting dalam industri pangan, kosmetika, dan obat-obatan, karena kemampuannya dalam mengubah sifat fungsional produk pangan seperti kekentalan, emulsi, dan gel. Dengan banyaknya kelebihan yang dimiliki, penggunaan pektin makin meningkat baik sebagai bahan baku industri pangan maupun industri non pangan. 1

2 Selain itu, pektin memiliki sifat dapat menghantarkan berbagai jenis obat, protein dan sel. Dari sifat tersebut, pektin memiliki potensi untuk diaplikasikan dalam Sistem Penghantaran Obat (Drug Delivery System). Membran Drug Delivery System yang dibuat berupa edible film yang akan terdegradasi dengan sendirinya setelah semua obat terlepas. Sejauh ini, edible film yang dikembangkan untuk drug delivery system di Indonesia masih berbahan dasar gelatin, PLA (Poly Lactic Acid), PVA (Poly Vinyl Alcohol), dan hidrogel yang kesemuanya masih impor. Penggunaan pektin sebagai edible film diharapkan akan menekan biaya produksi dan meningkatkan nilai ekonomis kulit jeruk yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan edible film sebagai Drug Delivery System salah satunya adalah sebagai penghantar antibiotik. Penggunaan Drug Delivery System tersebut terutama diaplikasikan pada gigi, gusi dan mulut. Salah satu antibiotik yg dapat digunakan pada gigi, gusi dan mulut adalah asam salisilat. Pada penelitian ini, produk yang dihasilkan berupa edible film berbahan dasar pektin sebagai membran Drug Delivery System asam salisilat. Untuk meningkatkan keefektifan Drug Delivery System, perlu dilakukan pengontrolan kecepatan release obat. Kecepatan release obat dikontrol oleh difusivitas. Difusivitas asam salisilat pada membran dapat dikontrol dengan melakukan crosslinking pada membran polimer. Setelah dilakukan crosslinking, diharapkan akan dihasilkan controlled released drug delivery system membrane berbahan dasar pektin yang memiliki kemampuan menghantarkan obat dan karakteristik fisik yang baik. 2

3 1.2.Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan, ada beberapa penelitian tentang pektin sebagai Drug Delivery System, diantaranya adalah Mishra dkk (2008), melakukan penelitian tentang sintesis dan karakterisasi dari membran hidrogel sebagai drug delivery system yang terbuat dari campuran pektin dan polyvinyl pyrrolidone. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan rasio antara pektin dengan polyvinyl pyrrolidone untuk menghasilkan membran hidrogel yang baik. Obat yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam salisilat. Hasil penelitian menunjukkan dengan peningkatan rasio polyvinyl pyrrolidone akan menyebabkan penurunan dari kristalinitas membran hidrogel, peningkatan nilai kuat tarik membran dan peningkatan nilai glass transition temperature. Sadeghi (2010), meneliti tentang penggunaan pektin sebagai Drug Delivery System pada usus untuk obat Ibuprofen, dimana edible film dibuat dari pencampuran pektin dan polyacrylonitrile. Hasil penelitian menunjukkan Ibuprofen dapat terlepas melalui film sampai > 90% dengan waktu release sekitar 20 jam. Jumlah Ibuprofen yang terlepas akan semakin besar pada kondisi basa. Siepmann dan Siepmann (2011), meneliti tentang model difusi pada controlled drug delivery. Penelitian ini memberikan suatu road map yang menunjukkan bagaimana cara untuk memilih persamaan yang tepat bagi masingmasing tipe drug delivery system. Sebelum memilih persamaan, terlebih dahulu dilakukan identifikasi kondisi distribusi obat dalam sistem serta bentuk geometri dari media penghantar yang berupa slab, cylindrical dan spherical. 3

4 Dari penelusuran pustaka tersebut, belum ada penelitian tentang pengaruh Ca 2+ pada membran polimer berbahan dasar pektin terhadap pelepasan asam salisilat dalam controlled-release drug delivery system. Dengan mempelajari pengaruh Ca 2+ terhadap kecepatan release obat, dapat ditentukan komposisi Ca 2+ yang paling baik untuk memperoleh waktu release optimal dalam arti jumlah obat yang keluar dalam waktu tertentu sesuai dengan yang diinginkan. 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : a. Mempelajari proses pembuatan edible film dari pektin dan pengaruh penambahan crosslinker (Ca 2+ ) terhadap karakteristik fisik film seperti swelling, kuat tarik (tensile strength) dan persen pemanjangan (elongation of break). b. Mempelajari transfer massa pelepasan asam salisilat dari edible film dengan pemodelan matematis untuk mengestimasi parameter-parameter yang berpengaruh. c. Mempelajari pengaruh konsentrasi crosslinker (Ca 2+ ) terhadap laju pelepasan asam salisilat yang dinyatakan dalam hubungan antara difusivitas (De) dengan konsentrasi awal crosslinker (C B0 ). 4

5 1.4. Manfaat Penelitian Peneliti berharap penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan penggunaan edible film yang berbahan dasar pektin dari kulit jeruk sebagai membran drug delivery system. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini bisa dipakai sebagai dasar perancangan sistem membran yang bisa melepaskan sejumlah obat tertentu dalam waktu tertentu. 5