1.0 TUJUAN Memastikan proses Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Kawasan / Proyek terlaksana dengan baik sesuai tata cara yang berlaku di PT.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1.0 TUJUAN Memastikan proses Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Kawasan / Proyek terlaksana dengan baik sesuai tata cara yang berlaku di PT."

Transkripsi

1 1.0 TUJUAN Memastikan proses Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Kawasan / Proyek terlaksana dengan baik sesuai tata cara yang berlaku di PT. SWADAYA CIPTA 2.0 RUANG LINGKUP K3 berlaku sejak Kawasan / Proyek dimulai dengan dikeluarkannya Surat Perintah Kerja (SPK) dari Direksi kepada Manajer Realti / Properti / Konstruksi sampai Kawasan / Proyek dinyatakan selesai dengan ditandatanganinya Berita Acara Serah Terima (BAST). 3.0 REFERENSI Tidak ada. 4.0 DEFINISI dan KETENTUAN 4.1 Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah sistim yang digunakan dalam suatu lingkungan / kawasan / proyek dimana hal itu bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan karyawan yang berada didalam lingkungan / kawasan / proyek tersebut dari bahayabahaya yang ditimbulkan pada saat proses pekerjaan sedang berlangsung Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis Keselamatan Kerja adalah keadaan untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja sejak mulai pekerjaan sampai berakhirnya pekerjaan terhadap tenaga kerja, karyawan, material, peralatan, proses kerja, dan hasil pekerjaan Personal In Charge (P.I.C) K3 adalah karyawan / pelaksana yang bertanggung jawab terlaksananya pelaksanaan K3 dengan baik dan benar Tenaga kerja adalah orang yang bekerja pada PT....(Nama Perusahaan) baik secara langsung maupun tidak langsung dengan periode kerja tidak tertentu Karyawan adalah orang yang bekerja pada PT....(Nama Perusahaan) baik secara langsung maupun tidak langsung dengan periode kerja tertentu dengan perikatan kerja Material adalah barang yang berasal dari alam atau pabrikan digunakan / dipasang untuk pembangunan Peralatan adalah barang yang digunakan sebagai alat bantu kerja untuk pembangunan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya penyelamatan awal pada tenaga kerja, pegawai yang sakit atau karena kecelakaan kerja, sebelum dibawa ke Puskesmas / Klinik / Rumah Sakit Kotak P3K adalah tempat untuk menyediakan obat-obatan yang memadai pertolongan pertama apabila ada tenaga kerja / karyawan yang sakit / kecelakaan kerja Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah jaminan pengobatan/perawatan yang diberikan kepada tenaga kerja / karyawan Tanda Informasi / Identifikasi adalah suatu tempat / sarana yang dapat memberikan pemahaman sesuatu atau beberapa hal Tanda Penunjuk adalah suatu tempat / sarana yang dapat memberikan arah tujuan seperti yang dimaksud dalam tanda tersebut Tanda Larangan / Bahaya adalah suatu tempat / sarana yang dapat memberi peringatan atau larangan pada sesuatu atau beberapa hal Jalan Kerja / Evakuasi adalah jalan sementara yang tidak terganggu material, peralatan, puing, sebagai sarana keluar masuk tenaga kerja / pegawai secara rutin dan apabila ada bahaya Alat Pemadam Kebakaran adalah sarana pemadaman api kebakaran yang dapat membahayakan jiwa manusia maupun bangunan Railing Pengaman adalah tanda batas pada tempat-tempat tertentu yang dapat mencelakakan atau sebagai alat bantu pegangan seperti : lubang tangga,, daerah lift material atau tempat-tempat di ketinggian Jaring Pengaman (safety net) adalah sarana pengaman yang dipasang pada bangunan sebagai pelindung apabila ada material / peralatan yang jatuh Penangkal Petir (sementara) adalah sarana pelindung dari petir apabila proses bangunan / alat kerja relatif tinggi (tower crane) sedangkan penangkal petir yang permanen belum bisa dipasang Perlengkapan Pelindung Tubuh adalah alat bantu untuk melindungi tubuh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja seperti : topi pengaman (helm), sepatu pengaman

2 (safety shoes), sabuk pengaman (safety belt), masker, kaca mata pengaman, sarung tangan, tanda pengenal. 4.2 Ketentuan Dibuat struktur organisasi lapangan yang jelas tentang penanggung jawab pelaksanaan K3 oleh penanggung jawab kawasan / proyek Seluruh tenaga kerja / karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan harus memahami dan mematuhi persyaratan K Seluruh tenaga kerja / karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengenakan topi pengaman (helm), dan alat pelindung tubuh lainnya (sepatu pengaman /safety shoes, sabuk pengaman/ safety belt, masker, kaca mata pengaman, sarung tangan, tanda pengenal) sesuai situasi dan kondisi yang diperlukan Orang-orang yang tidak mempunyai tujuan jelas dilarang berada dalam lingkungan proyek Disediakan topi pengaman (helm) khusus untuk tamu Disediakan tempat parkir kendaraan dengan baik dan benar dan pengaturan lalu-lintas di dalam proyek Disediakan jalan kerja yang memadai dan aman Disediakan perlengkapan P3K yang lengkap dan nomor telepon instansi yang terkait seperti : klinik, rumah sakit, kantor depnaker, kantor pemadam kebakaran, kantor polisi, dls Disediakan pemadam kebakaran portable pada tempat-tempat tertentu yang dianggap rawan bahaya Tangga kerja dan perancah harus kuat dan dipasang pada kondisi stabil Dipasang railing pengaman dengan kuat dari kayu / besi pada tempat-tempat ketinggian dan lubang-lubang serta tempat rotasi crane yang dapat membahayakan manusia Tempat kerja harus dipasang penerangan kerja yang cukup memadai Simpan bahan-bahan yang berbahaya dan beracun pada tempat tempat khusus Jaringan / instalasi listrik kerja diatur sedemikian rapi untuk menghindari dari kecelakaan / kebakaran. 5.0 LAMPIRAN 5.1 Petunjuk praktis pelaksanaan dan ketentuan K Contoh struktur organisasi lapangan K Contoh Formulir laporan kecelakaan kerja. 5.4 Contoh Rambu-rambu K3.

3 perbaiki PROSES K3 DI PROYEK PIMPINAN PERUSH. Instruksi dilaksanakan prosedur Man Proyek Menunjuk Petugas K3 Petugas K3 Petugas K3 Mengontrol Sarana Perlengkapan K3 Petugas K3 Terjadi Kecelakaan, Petugas Melaksanakan Pertolongan sesuai Prosedur K3 tidak Terjadi tidak layak layak Siap digunakan Petugas K3 Laporan sakit, kecelakaan kerja Laporan

4 KECELAKAAN RINGAN Kecelakaan Ringan Laporan ke Manajemen Proyek ya Di bawa ke rumah sakit Perlu ke Rumah Sakit tidak Pengobatan di proyek Laporan kecelakaan kerja Selesai

5 KECELAKAAN BERAT / MENINGGAL Kecelakaan Berat / Meninggal Laporan ke Manajemen Proyek Pemberitahuan ke keluarga Asuransi / bantuan biaya Rumah Sakit ya Perlu ke Rumah Duka tidak Di antar ke rumah duka Pemakaman Selesai

6 Lampiran 5 PETUNJUK PRAKTIS PELAKSANAAN DAN KETENTUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) A. KETENTUAN UMUM 1. Seluruh karyawan proyek harus menggunakan tanda pengenal dan seragam. 2. Seluruh karyawan dan pekerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan harus memahami dan mematuhi kaedah, dan peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 3. Semua yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan harus peduli dan tanggap akan bahaya kebakaran, kecelakaan kerja dan menjaga kebersihan dan kerapian pada lokasi kerja masing-masing. 4. Setiap proyek harus mendaftarkan dan mengikuti program Jamsostek. 5. Manajemen proyek atau Penanggung Jawab K3 harus menetapkan sanksi atau hukuman terhadap pelanggaran peraturan K3. 6. Harus tersedia data alamat dan telepon instansi-instansi yang terkait seperti Rumah Sakit terdekat, Kepolisian, Dinas Kebakaran, Depnaker, Asuransi/Jamsostek yang diletakkan pada tempat yang mudah dibaca oleh semua orang. 7. Jalan kerja / jalan inspeksi dan jalan evakuasi yang memadai dan aman harus disediakan sebagai sarana keluar masuk pekerja dan pengawas. 8. Pada lokasi-lokasi yang berbahaya harus dipasang tanda-tanda peringatan. 9. Dibuat pengaturan lalu lintas dan penataan parkir di dalam area kerja. B. PERLENGKAPAN PELINDUNG TUBUH. 1. Semua pekerja, karyawan dan tamu, harus mengenakan topi pengaman (helmet) dan sepatu pengaman saat berada di lokasi kerja. 2. Sabuk pengaman (safety belt) dan tali penyelamat harus digunakan pada saat bekerja diketinggian lebih dari 2 meter. 3. Harus menggunakan Body Protector / pelindung badan jika hal tersebut diperlukan terutama untuk tukang las. 4. Sarung tangan harus dipakai sewaktu memegang barang atau benda keras yang dapat mengakibatkan luka-luka pada tangan. 5. Alat pelindung pernapasan / masker harus dipakai sewaktu berada pada lokasi yang penuh debu atau material lain yang membahayakan pernapasan. 6. Alat pelindung telinga harus dikenakan apabila bekerja pada situasi kerja yang bising.

7 C. KEBERSIHAN DAN KERAPIAN (HOUSE KEEPING). 1. Harus ditunjuk personil yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan K3 di lapangan. 2. Tempat-tempat kerja, tanggatangga, dan lorong-lorong tempat orang bekerja atau sering dilalui, harus dilengkapi dengan penerangan yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Semua tempat kerja harus mempunyai sistem pengudaraan yang cukup sehingga dapat mengurangi bahaya debu, uap dan bahaya lainnya. 4. Kebersihan dan kerapian di tempat kerja harus dijaga sehingga bahanbahan yang berserakan, sampah, bahan bangunan, alat-alat kerja tidak merintangi atau menimbulkan kecelakaan. 5. Genangan-genangan air harus dikeringkan minimal 3 hari sekali, agar tidak ada jentik nyamuk yang sempat hidup. 6. Semua sisi lantai yang terbuka (belum berdinding), lubang-lubang di lantai yang terbuka, atapatap yang dapat dimasuki, sisi tangga yang terbuka, semua galian dan lubang yang dianggap berbahaya harus diberi pagar atau tutup pengaman yang kuat. 7. Setiap sore hari setelah selesai pekerjaan selalu dilakukan pembersihan di daerah kerja. 8. Dilakukan pengambilan sampah secara berkala dari tempat kerja dan selanjutnya dibuang ke lokasi pembuangan sementara yang telah ditetapkan di area proyek. D. RAMBU-RAMBU PERINGATAN. 1. Rambu-rambu peringatan disini adalah tulisan dan gambar atau simbol yang memuat peraturanperaturan, peringatan, larangan maupun himbauan. 2. Rambu-rambu harus mudah dibaca pada jarak pandang yang cukup dan dipahami oleh semua kalangan yang terlibat dalam proyek (komunikatif). 3. Jenis rambu, bahan pembentuk, tipe dan ukuran tulisan, bahasa, jenis simbol yang digunakan atau gambar, dan warna, disesuaikan dengan kondisi proyek, pekerjaan dan kebutuhannya, kecuali rambu-rambu yang sudah baku di jalan raya. E. TATA CARA PENANGANAN KECELAKAAN, SAKIT DAN MENINGGAL 1. Sarana Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) a. Terdapat kotak P3K yang memadai dan tersedia pada tempat-tempat yang mudah terjangkau. b. Terdapat personil penanggung jawab K3. c. Tersedia tempat dan kendaraan yang selalu siap untuk mengangkut orang yang cedera ke puskesmas / rumah sakit. d. Kacelakaan kerja harus segera dilaporkan kepada petugas K3 secepat mungkin. e. Proyek harus menyediakan sarana pelayanan kesehatan, bisa berupa sarana pelayanan kesehatan yang dikelola sendiri atau bekerja sama dengan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang berada di sekitar lokasi proyek. 2. Penanganan Jika Pekerja Mengalamai Kecelakaan a. Petugas K3 segera memeriksa dan memberikan pertolongan pertama. b. Petugas K3 segera menentukan apakah korban perlu dibawa ke puskesmas atau tidak.

8 c. Apabila perlu Petugas K3 membawa korban ke Puskesmas untuk perawatan lebih lanjut. d. Petugas K3 membuat laporan kecelakaan dan diserahkan kepada Manajer Proyek. e. Membuat Laporan untuk pihak luar (Jamsostek / Asuransi). 3. Penanganan Jika Pekerja Sakit a. Patugas K3 segera memeriksa dan memberikan pengobatan atas gejala sakit. b. Petugas K3 segera menentukan apakah pasien perlu dibawa ke puskesmas/rumah sakit atau tidak, istirahat di lokasi atau di rumah. c. Petugas K3 membawa pasien ke puskesmas/rumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut. d. Membuat laporan adanya pekerja sakit di lokasi kerja. 4. Penanganan Jika Pekerja Meninggal a. Untuk pekerja meninggal karena kecelakaan kerja, petugas K3 segera memberikan kabar kepada keluarga korban, membuat dan mengirimkan laporan ke lembaga asuransi (Jamsostek, dll), Depnaker dan Polisi. Waktu dan format disesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Selanjutnya petugas K3 bekerja sama dengan bagian administrasi membuat dan mengirim laporan kecelakaan intern dan evaluasinya kepada Manajer Operasi II dan MR. b. Untuk pekerja meninggal karena sakit di lokasi kerja, petugas K3 segera mengadakan pertemuan dengan bagian administrasi membuat laporan dan petunjuk yang perlu untuk menindak lanjuti kejadian tersebut. Selanjutnya laporan tersebut dikirim kepada Manajer Operasi II dan MR. F. PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN 1. Tindakan Pencegahan. a. Upayakan seminimal mungkin menggunakan bahan mudah terbakar. b. Melakukan Pemisahan penempatan untuk bahaya yang mudah terbakar. c. Dilarang merokok di lokasi kerja (pasang rambu-rambu). d. Instalasi listrik dan gas sementara sebagai alat bantu kerja harus ditata rapi, aman dan diperiksa secara periodik. e. Tempat kerja harus rapi, bebas dari bahan yang mudah terbakar. f. Dipasang alat pemadam kebakaran dan jalan keluar/jalur evakuasi apabila terjadi kebakaran dan diberi rambu-rambu. 2. Penanggulangan dan Penyelamatan a. Harus tersedia alat pemadam kebakaran dalam jumlah yang cukup, jenis yang sesuai, dilakukan pemeriksaan secara periodik, penempatan yang mudah terlihat, tidak diperbolehkan untuk dipindah-pindahkan, terdapat petunjuk singkat cara pemakaian, dan ditempatkan di dekat lokasi yang mengandung tingkat resiko kebakaran yang tinggi. b. Harus tersedia jalan untuk penyelamatan diri beserta petunjuknya.

9 c. Buat denah letak-letak alat pemadam kebakaran dan alarm dini dan ditempel minimal di dua tempat yaitu di bagian pintu masuk dan di bagian pintu darurat. d. Dilakukan pelatihan terhadap pihak-pihak yang terkait dalam pekerjaan mengenai penanggulangan dan penyelamatan bahaya kebakaran. e. Jika proyek menggunakan alarm, harus dipastikan alarm berfungsi dengan baik dan dapat terdengar sampai radius yang direncanakan. f. Tersedia alat komunikasi untuk menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran g. Apabila Dinas Kebakaran sudah datang, agar dibantu diinformasikan lokasi api /kebakaran dan jumlah orang yang terperangkap di dalamnya. h. Penanggung jawab/koordinator penanggulangan dan penyelamatan akibat bahaya kebakaran harus ditetapkan. G. PENGGALIAN, PONDASI DAN PARIT. 1. Sebelum melakukan pekerjaan penggalian tanah dan pembuatan parit ataupun pondasi, terlebih dahulu harus dipastikan kondisi kestabilan tanah dan lingkungan di sekitar tempat tersebut. 2. Sebelum melakukan penggalian, harus dipastikan tidak terdapat instalasi kabel, gas, air atau instalasi lain pada lokasi galian. Apabila ada, harus dikoordinasikan dengan pihak terkait, agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan aman. 3. Pagar pengaman dan rambu peringatan harus dipasang di sepanjang parit atau disekeliling lubang dan galian yang ada. 4. Tanah galian tidak boleh diletakkan terlalu dekat dengan pinggir galian. Jarak minimum yang aman adalah sedikitnya 1,5 meter dari pinggir galian. 5. Kendaraan yang digunakan untuk pekerjaan galian harus diparkir pada tempat yang aman dan rata. H. TANGGA, PERANCAH, DAN BEKERJA PADA KETINGGIAN. 1. Tangga a. Tangga bantu kerja harus dibuat dari material atau bahan yang kuat dan tahan terhadap cuaca dan harus memiliki konstruksi yang kuat. b. Harus dipasang railling untuk pegangan. c. Kemiringan tangga harus diatur sedemikian rupa sehingga aman untuk digunakan. d. Jangan meletakkan tangga di atas tumpukan material untuk menambah ketinggian. e. Jangan meletakkan benda apapun pada tangga dan jalan kerja.

10 2. Perancah a. Rancangan penyangga beban atau perancah untuk sarana bekerja harus didukung dengan analisa perhitungan. b. Dasar perancah harus cukup kuat untuk menahan beban, kalau diperlukan dibuat landasan kayu atau cor beton. c. Harus dibuat pengaku (bracing) untuk menahan gaya kesamping atau goyangan. d. Sebelum perancah memikul beban, harus dicek dahulu keseluruhan dari perancah terpasang sesuai rancangan. e. Tangga naik perancah harus disediakan. f. Petugas yang melakukan inspeksi harus mengetahui prinsip-prinsip pemasangan perancah yang aman. 3. Bekerja pada ketinggian a. Yang dimaksud dengan bekerja pada ketinggian adalah bekerja di lokasi dimana terdapat perbedaan ketinggian dengan lokasi sekitarnya yang dimungkinkan terjadinya bahaya kecelakaan kerja. b. Pekerja yang melakukan pekerjaan di tempat ketinggian haruslah dipastikan dalam keadaan sehat, tidak takut pada ketinggian, menggunakan pelindung tubuh yang memadai sesuai aspek keselamatan kerja. c. Tepi suatu tempat ketinggian haruslah dipasang railling pengaman. Tipe dan jenis bahan disesuaikan dengan kondisi pekerjaan dan lingkungan, tetapi harus dipastikan mudah terlihat jelas, cukup kuat, harus dipelihara, dan dalam kondisi yang baik. d. Lubang-lubang dengan ukuran lebih besar dari kaki sampai badan manusia harus ditutup dengan bahan yang kuat dan apabila lebih besar dari itu harus dipasang railling pengaman. e. Apabila pekerja yang bekerja pada ketinggian membawa peralatan dan bahan-bahan kecil, maka harus membawa kantong atau wadah tempat peralatan dengan tujuan alat atau bahan tidak jatuh. f. Tidak diperkenankan meninggalkan pekerjaan dalam keadaan bahan terpasang dan mudah terlepas. g. Apabila dipandang perlu bekerja di tempat ketinggian dengan lokasi lingkungan yang padat maka perlu dipasang jaring pengaman (safety net). h. Harus dipastikan adanya lokasi dan sarana yang memadai untuk mengkaitkan sabuk pengaman sehingga berfungsi sebagaimana mestinya. i. Penumpukan sementara material ditempatkan cukup jauh dari tepi dan disusun sedemikian rupa sehingga tidak mudah berpindah walau tidak dipindahkan. j. Tempat berpijak untuk pekerja, dudukan alat, dan bahan dipastikan kuat dan aman.

11 I. ALAT-ALAT ANGKAT DAN PENGOPERASIAN ALAT-ALAT BERAT. 1. Umum a. Hanya orang yang memiliki Surat Ijin Mengoperasikan Peralatan (SIM-P) yang boleh mengoperasikan alat berat. b. Operator harus mengetahui kapasitas alat berat yang dioperasikan. c. Pastikan bahwa peralatan keselamatan berada pada posisinya dan dalam kondisi siap pakai. d. Jangan mengisi bahan bakar pada saat kendaraan hidup. e. Perhatikan daerah-daerah yang bermuatan listrik (electric line) sebelum mengoperasikan alat, pastikan wilayah/daerah aman. 2. Crane a. Informasi penting seperti tabel kapasitas muatan, kecepatan operasi yang disarankan, peringatan bahaya khusus dan informasi penting lainnya harus dipasang dengan jelas pada semua crane dan peralatan sejenis. b. Alat pemadam api yang berukuran sekurang-kurang 5 BC harus ditempatkan di dalam kabin setiap alat. c. Harus dilakukan pemeriksaan pada rangka tiang crane atas kemungkinan adanya korosi atau kerusakan / ketidak sempurnaan pada sambungan rangka. d. Operator harus dibantu minimal dengan seorang pemandu yang akan memberikan isyarat kepada operator. Dalam keadaan darurat, sinyal STOP/BERHENTI dapat diberikan oleh siapa saja. e. Hanya sinyal tangan standar saja yang diakui (sinyal ini berlaku umum dan standar) kecuali operator terhalang pandangannya dapat menggunakan isyarat lainnya. f. Dilarang menaiki kait (hook) atau muatan yang diam maupun yanh sedang diangkat. g. Pada setiap kait (hook) dari crane harus dipasang kancing pengaman (safety laches). h. Ukuran dan kapasitas kekuatan sling harus diperhitungkan terhadap beban yang diangkut, dan harus dipastikan berfungsi dengan benar. i. Apabila mengikat suatu muatan dengan sling, tempatkan sling pada tempatnya yang benar, dan waktu mulai mengangkat dengan menegangkan sling, jagalah jangan sampai tangan dan jari-jari anda terjepit. j. Sebelum mengangkat muatan, pastikan bahwa tidak ada benda lepas yang terletak pada muatan. k. Jika melepas sling dari kait tunggu sampai muatan diam dan bebas lepas dari sling. l. Operator crane mobil harus senantiasa menggunakan kaki penahan (outrigger) sewaktu melakukan operasi pengangkatan.

12 m. Semua crane mobil harus juga dilengkapi dengan tangkai penahan (boom stop) dan penyetop otomatis (cut-out automatic), yang harus dijaga agar selalu dalam kondisi yang baik untuk dipakai. n. Jika menjalankan hydraulic crane jagalah agar lengan (jib) dalam posisi bawah. o. Setiap line kabel di atas kepala harus dianggap bertenaga (bermuatan listrik). p. Jika bekerja pada ruang yang terbatas atau pada saat angin cukup kencang, gunakanlah tali penarik (tag line) untuk mengendalikan muatan yang sedang diangkat. 3. Hal khusus untuk Tower Crane (TC) : a. Lakukan perawatan secara rutin pada brake, rope, dan cek dengan teliti kabel-kabel arus. b. Posisikan TC pada permukaan datar dan dijaga apabila ada pekerjaan saluran / galian dekat TC tidak membahayakan kedudukan TC. c. Pastikan rail track / lintasan rel bebas dari kemungkinan goncangan yang kuat. d. Posisikan dengan benar travelling limit switch dan buffer (penahan). e. Cek kekencangan klem rel sebelum operasi. f. Jangan memodifikasi setting alat atau memindahkan alat keselamatan. g. Cek pengaturan beban dan sambungan limit switch. h. Jangan menarik beban pada posisi miring. i. Dilarang menaikkan beban yang tertanam. j. Jangan menggunakan siewing atau trolley untuk menggeser beban atau untuk mendorong. k. Cek kekakuan section terhadap puntiran dan kekakuan jib terhadap lengkung. l. Jika jangkauan tidak terlihat, minta bantuan pemandu untuk mengarahkan. m. Setiap selesai operasi, naikkan hook ke atas sampai pangkal, gerakkan trolley ke pangkal dan pindahkan crane ke posisi parkir (jika diperlukan), dan jib diusahakan diarahkan searah dengan arah angin. n. Untuk TC dengan rel, maka setiap selesai operasi kencangkan rel ke relnya dan matikan sumber listrik.

13 4. Passenger Lift a. Lokasi erection / dismantling harus dijamin aman dari kemungkinan adanya benda-benda jatuh. b. Dilarang masuk ke dalam hoist pada saat erection/dismantling, kecuali jika diminta oleh yang berwenang. c. Lakukan pengetesan semua fungsi listrik sebelum mengoperasikan alat. d. Pintu masuk / keluar harus selalu dalam keadaan terkunci selama sangkar lift dalam perjalanan. e. Hoist yang dipasang di luar pintu tidak boleh digunakan jika kecepatan angin 20 m/detik. f. Tidak boleh memuat beban / orang yang melebihi batas maksimum yang diijinkan. g. Jika alat sedang tidak beroperasi, turunkan sangkar lift sampai ke tanah dan pastikan pintu dalam keadaan terkunci. h. Harus tersedia operator untuk menjalankan lift. 5. Excavator a. Kenali area dan kondisi tanah sebelum memulai pengoperasian alat. b. Pastikan sebelum masuk/keluar kabin, posisi kabin searah dengan under carriage. c. Sebelum dioperasikan periksa dan pastikan tidak ada orang lain di sekitar area, dan beri tanda (bunyikan klakson) jika ada seseorang yang harus menghindar. d. Duduklah dalam kabin dan stel tempat duduk (jika ada reclining seat) dengan ukuran badan anda, sehingga anda merasa nyaman dalam mengoperasikan alat e. Starter mesin excavator harus dari dalam kabin, jangan melakukannya dari luar. f. Pada waktu menggalian, perhatikan posisi excavator terhadap longsoran tanah dari samping, karena dapat menenggelamkan alat. g. Jangan melakukan loading pada saat alat tidak dalam posisi datar. h. Beri tanda yang mudah dikenali untuk daerah yang terdapat timbunan utilitas (gas, telepon, air, dsb). i. Jika alat sedang tidak beroperasi, pilihlah tanah yang datar (jika mungkin), fungsikan rem, rendahkan bucket sampai menyentuh tanah dan matikan mesin.

14 J. ALAT KENDARAAN BERMOTOR 1. Semua operator wajib memeriksakan kendaraannya setiap hari sebelum melakukan pekerjaan 2. Semua operator harus yang berpengalaman dan mempunyai wewenang mengoperasikan kendaraan dan ijin mengemudi khusus. 3. Tidak seorangpun dibenarkan menumpang kendaraan kecuali diberikan tempat duduk yang aman. 4. Setiap pengemudi harus mematuhi batas kecepatan maksimum yang berlaku di dalam lingkungan proyek. K. BEKERJA YANG BERHUBUNGAN DENGAN LISTRIK. 1. Untuk lokasi-lokasi kerja tertentu (daerah terbuka dan daerah ketinggian) harus dilengkapi dengan penangkal petir 2. Pada saat bekerja, instalatir listrik harus memastikan tangan dan kakai pada kondisi kering. 3. Setiap pekerja harus menggunakan sepatu dari bahan karet atau berisolasi, tidak boleh telanjang kaki. 4. Setiap peralatan listrik yang mengandung voltage tinggi, harus diberi tanda bahaya. 5. Pastikan setiap kabel yang terkelupas harus segera ditutup dengan bahan isolator. 6. Pastikan bahwa sistem pentanahan untuk panel atau listrik yang dipakai untuk bekerja sudah terpasang dengan baik. 7. Pemeriksaan berkala terhadap panel atau kotak listrik harus dilakukan oleh petugas yang berkompeten. 8. Jaringan atau instalasi listrik harus ditempatkan dan diatur sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat listrik. 9. Ukuran dan kualitas kabel harus sesuai dengan tingkat keperluannya. L. PENGELASAN, PEMOTONGAN DAN GERINDA 1. Pekerja harus dilengkapi dengan kaca mata pelindung khusus, sarung tangan dan pelindung kepala sebelum melakukan pengelasan, pemotongan atau gerinda. 2. Pengelasan, pemotongan dan gerinda tidak boleh dikerjakan di daerah yang mudah terbakar, apabila terpaksa dilakukan harus mendapat ijin dari petugas yang bertanggung jawab untuk itu. 3. Pengelasan atau pemotongan yang memakai tabung gas, harus dicek dahulu apakah tabung gas tersebut bocor atau tidak. Hal ini dapat dicek dari bau gas. 4. Alat pemadam kebakaran harus tersedia dekat dengan tempat kerja. 5. Alat-alat yang menggunakan aliran listrik, apabila pekerjaan akan ditinggal, kabel-kabel harus dicabut dari stop kontak.

15 M. PEKERJAAN DENGAN LALU LINTAS PADAT. 1. Sebelum melewati areal proyek dipasang Papan Nama Proyek di jalan yang menuju ke arah lokasi sekitar 500 m dari lokasi proyek atau melihat kondisi lapangan. 2. Kurang lebih 200 m dari proyek dipasang rambu Awas ada Proyek, Harap Hati-hati, dan batas kecepatan yang diperbolehkan. 3. Pada lokasi berlangsungnya proyek, harus dipasang pagar yang mengelilingi seluruh lokasi proyek dengan warna yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. 4. Bila lalu lintas satu arah dipasang rambu Jalan satu arah. 5. Tempatkan gardu pengendali di kedua ujung jalan yang mengalami penyempitan disertai petugas pengatur yang dilengkapi dengan bendera serta alat komunikasi. 6. Harus dipasang lampu penerangan di sepanjang jalan yang mendekati proyek untuk keamanan di malam hari. N. KONDISI MALAM HARI DAN TEMPAT GELAP 1. Ketetapan Umum a. Pada lokasi, jalan kerja, alat pendukung kerja utama, dan rambu-rambu peringatan harus dipasang lampu dengan tingkat penerangan yang memadai. b. Lampu-lampu tidak boleh berkedip-kedip (aliran listrik tidak baik atau kurang watt). c. Jaringan listrik dan lampu dipasang semi permanen dan kuat. d. Petugas yang mengatur kendaraan atau alat yang bergerak dilengkapi dengan lampu tangan. 2. Persiapan a. Persiapan instalasi penerangan dilakukan pada waktu kondisi terang. b. Pemasangan alat-alat penerangan dari jaringan listrik harus aman. c. Mesin pembangkit listrik beserta cadangannya, jaringan listrik dan lampu harus diuji coba sebelum digunakan. d. Harus disediakan lampu cadangan. e. Diperiksa segala sesuatunya hingga aman bekerja.

16 3. Saat Bekerja a. Diwajibkan pekerja melapor sebelum dan sesudah bekerja. b. Dilarang bekerja di tempat gelap (tidak ada penerangan). c. Pekerja dilarang memberi tanda atau isyarat dengan lampu kecuali petugas atau dalam kondisi darurat. d. Mobil-mobil atau alat yang bergerak untuk bekerja harus menyalakan lampu perlengkapannya. e. Barang-barang yang memungkinkan menghambat kerja harus disingkirkan.

17 Lampiran 5.2 Struktur Organisasi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Proyek / :. Koordinator K3 Petugas Area 1 Petugas Area 2 Petugas Area 3 Ditetapkan di (kota), (gl-bln-thn) PT...(Nama Perusahaan) (proyek / kawasan) *) Keterangan 1. Jumlah Petugas Area sesuai keperluan. 2. Sesuai Proyek / Kawasan ( ) Manajer Proyek

18 Lampiran 5.3 Form Kecelakaan Kerja No :... (tempat), (tgl-bln-th) Lampiran :... Kepada Yth. di tempat Dengan hormat, Perihal : Kecelakaan Kerja. Telah terjadi kecelakaan kerja, 1. Nama : Usia : Alamat : Kondisi : (ringan/berat/meninggal) *) Telah dilakukan pertolongan pertama pada penderita. Kondisi saat ini : a. Sudah sehat. b. Rawat jalan. c. Rawat rumah sakit Keterangan : Demikian laporan kami, terima kasih. PT...(Nama Perusahaan) Proyek.. Koordinator K3 Petugas K3 Keterangan *) : sesuai proyek

19 Lampiran 5.4 Contoh Rambu-rambu K3

20

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Tahap ini meliputi: 1. Survei pendahuluan lokasi untuk mendapatkan gambaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.P BUKU PENILAIAN DAFTAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 7 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pelaksanaan konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kepuasan Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang kepuasan, adapun berbagai macam pengertian

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah No. Responden : KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD, PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PEKERJAAN KONSTRUKSI PEKERJA KONSTRUKSI DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN APD DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN U-RESIDENCE

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE : -P BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian A. Pendahuluan Seseorang yang bekerja di ketinggian sekitar 1.8 meter atau lebih termasuk aktivitas Bekerja di Ketinggian. Bekerja di Ketinggian merupakan aktivitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI TENTANG PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Nomor : 384 / KPTS / M / 2004 Tanggal : 18 Oktober 2004

Lebih terperinci

JOB SAFETY ANALYSIS. Who is responsible? Risk control measures

JOB SAFETY ANALYSIS. Who is responsible? Risk control measures : Pengangkatan Material Mengunakan Rough Terrain Crane 70ton Approved by: Project Manager 1. Mobilisasi Crane 1.1 Kondisi crane tidak terawat (kondisi tidak bagus) 1.1.1 Memastikan operator kompeten dalam

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 F.45 TPB I 01 BUKU PENILAIAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 F.45 TPB I 01 BUKU PENILAIAN MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I KONSEP PENILAIAN... 2 1.1. Metode Penilaian oleh

Lebih terperinci

BAB I KONSEP PENILAIAN

BAB I KONSEP PENILAIAN BAB I KONSEP PENILAIAN 1.1. Bagaimana Instruktur akan Menilai Dalam sistem berdasarkan Kompetensi, penilai akan mengumpulkan bukti dan membuat pertimbangan mengenai pengetahuan, pemahaman dan unjuk kerja

Lebih terperinci

PT.AMAN BERKAH SEJAHTERA

PT.AMAN BERKAH SEJAHTERA JSA Worksheet Form PT.AMAN BERKAH SEJAHTERA No DESKRIPSI PEKERJAAN POTENSIAL BAHAYA MITIGASI si Penangkal Petir Menggunakan sarung tangan kain dan APD wajib lainnya seperti Safety Helmet,Safety Shoes,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Adapun dari hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan : 1. Dari data perbandingan lima proyek konstruksi gedung yang terbaik dalam melakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vii viii x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i BAB I KONSEP PENILAIAN Bagaimana Instruktur Akan Menilai Tipe Penilaian... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i BAB I KONSEP PENILAIAN Bagaimana Instruktur Akan Menilai Tipe Penilaian... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... i BAB I KONSEP PENILAIAN... 1 1.1. Bagaimana Instruktur Akan Menilai... 1 1.2. Tipe Penilaian... 1 BAB II PELAKSANAAN PENILAIAN... 3 2.1. Kunci jawaban Tugas-tugas teori... 3 2.2.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3 CV. KARYA BHAKTI USAHA Jampirejo Timur No 351 Temanggung PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRARK3K) Disiapkan untuk pekerjaan: Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kali Pacar 1. KEBIJAKAN K3

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Daftar Isi

Kata Pengantar. Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat

Lebih terperinci

Keselamatan Kerja. Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja. Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja Keselamatan Kerja Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja Keselamatan Kerja Pengetahuan Selama Bekerja Pengetahuan selama bekerja 1. Selalu bekerja dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Kumpulan gambar pemeriksaan dan perbaikan dari hal yang mudah terlenakan Bab Perindustrian

Kumpulan gambar pemeriksaan dan perbaikan dari hal yang mudah terlenakan Bab Perindustrian Kumpulan gambar pemeriksaan dan perbaikan dari hal yang mudah terlenakan Bab Perindustrian Institut Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Dewan Eksekutif Yuan Berdasarkan data 5 tahun terakhir dari pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Untuk mendapat data di dalam penelitian ini digunakan teknik pengamatan langsung, wawancara dan meminta data data dari proyek. Tolok ukur dalam penelitian

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 54 Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak sesuai

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi KEBIJAKAN K3 Konstruksi VISI PERUSAHAAN MENJADI BADAN USAHA TERKEMUKA DIBIDANG KONSTRUKSI, yang mengandung arti Menduduki posisi 3 besar dalam pencapaian

Lebih terperinci

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun

Lebih terperinci

Alat pengangkat baterai tegangan tinggi untuk PHEV (F30 BMW)

Alat pengangkat baterai tegangan tinggi untuk PHEV (F30 BMW) Alat pengangkat baterai tegangan tinggi untuk PHEV (F30 BMW) Sebelum alat pengangkat beban ini pertama kali dipakai harap membaca pedoman pemakaian ini dengan saksama. Anda akan memperoleh petunjuk penting

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT UPAYA PENCEGAHAN KEDARURATAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN PENGATURAN LALU LINTAS SAAT TERJADI KEADAAN DARURAT Jl. Medan Merdeka Barat 8 Jakarta

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2574/AJ.403/DRJD/2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP) PT. ARFAK INDRA

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP) PT. ARFAK INDRA STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP) PT. ARFAK INDRA Kantor Pusat : Wisma Nugraha Lt. 4 Jl. Raden Saleh No. 6 Jakarta Pusat Telepon (021)31904328 Fax (021)31904329 Kantor Perwakilan : Jl Yos Sudarso No.88

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB III PELAKSANAAN MAGANG BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis memulai praktek pelaksanaan kerja atau magang pada Kantor Pusat Perum BULOG selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 01 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material. Material Konstruksi meliputi seluruh bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses konstruksi, dari

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN HIDUP KODE UNIT KOMPETENSI:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan bagian terpadu perlengkapan mekanis dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

MANAGEMENT PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN PHBTR

MANAGEMENT PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN PHBTR MANAGEMENT PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN PHBTR Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Managemen Pemeliharaan dan Perbaikan Tenaga Listrik pada semester VI Program Studi D3

Lebih terperinci

: MEMBANGUN BARU, MENAMBAH, RENOVASI, BALIK NAMA

: MEMBANGUN BARU, MENAMBAH, RENOVASI, BALIK NAMA Perihal : Permohonan Surat Izin Mendirikan Bangunan Pangkajene Sidenreng,.................... Kepada Yth. Bupati Sidenreng Rappang Cq, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Yang bertandatangan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIS

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIS RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIS Pekerjaan : Pemasangan Pagar BRC dan Rambu di Area Join In-Gate (RY) PT. Jakarta International Container Terminal (PT. JICT), Tanjung Priok. Pasal 1 : LOKASI PEKERJAAN

Lebih terperinci

Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ),

Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ), Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ), UULLAJ No 22 Thn 2009 16-05-2010 01:30:47 1. Setiap Orang Mengakibatkan gangguan pada : fungsi rambu lalu lintas, Marka Jalan, Alat pemberi isyarat lalu

Lebih terperinci

Ketentuan gudang komoditi pertanian

Ketentuan gudang komoditi pertanian Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan

Lebih terperinci

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

Nama : Bekerja di bagian : Bagian di tim tanggap darurat :

Nama : Bekerja di bagian : Bagian di tim tanggap darurat : Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA Tinjauan Pelaksanaan Program Tanggap Darurat Kebakaran di Kantor Sektor dan Pusat Listrik Paya Pasir PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Medan Tahun 2013 Nama : Bekerja di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hak asasi karyawan dan salah satu syarat untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan

Lebih terperinci

DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA

DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA OLEH : ICUN SULHADI, S.PD (PPDI KOTA PADANG) A. PENGANTAR DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA APA ITU DISABILITAS? Penyandang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang...

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... DAFTAR ISI halaman LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Pertanyaan Penelitian...

Lebih terperinci

CARA PERAWATAN FORKLIFT BATTERY

CARA PERAWATAN FORKLIFT BATTERY CARA PERAWATAN FORKLIFT BATTERY HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN antara lain sebagai berikut : PERAWATAN HARIAN A. SEBELUM PENGOPERASIAN 1. Periksa Level oli hydrolic. 2. Periksa kebocoran. 3. Periksa kekencangan

Lebih terperinci

DAFTAR DOKUMEN INTERNAL. 0. Manual Sistem Manajemen K3 01/AJS/MK

DAFTAR DOKUMEN INTERNAL. 0. Manual Sistem Manajemen K3 01/AJS/MK : 7-/AJS/HSE/FR Revisi : Halaman : dari 5. Manual Sistem Manajemen K3 /AJS/MK3 3 8-3-4. Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian Resiko. a. Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Resiko b. Pengendalian

Lebih terperinci

KOP SURAT BADAN USAHA

KOP SURAT BADAN USAHA KOP SURAT BADAN USAHA...,... Nomor Lampiran Perihal : : 1 (satu) berkas : Laporan Berkala Periode Tahun 20.. Kepada Yth. Gubernur Kalimantan Barat Cq. Kepala Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Permasalahan dan Pemecahan Masalah Nonstruktural

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Permasalahan dan Pemecahan Masalah Nonstruktural BAB VII PEMBAHASAN MASALAH Permasalahan dan Pemecahan Masalah Nonstruktural 7.1 Uraian Umum Dalam permasalahan proyek inidibagi menjadi beberapa kriteria yang akan di bahas dibawah ini : 1. Desain Perubahan

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Audit Keselamatan Kebakaran Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009 DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Data Umum Gedung a. Nama bangunan : b. Alamat

Lebih terperinci

Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing

Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing Daftar Isi Ⅰ Manajemen Umum 1 Ⅰ-1.Pakaian Kerja 1 Ⅰ-2.Rapih dan Teratur 2 Ⅰ-3.Jalur Aman 3 Ⅰ-4.Kantor dan Tempat Istirahat 4 Ⅰ-5.Tempat Tinggal 5 Ⅰ-6.Peralatan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Peralatan Dalam pekerjaan proyek konstruksi peralatan sangat diperlukan agar dapat mencapai ketepatan waktu yang lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

Working Improvement In Small and Medium Construction (WISCON) by PAOT (Participatory Action Oriented Training)

Working Improvement In Small and Medium Construction (WISCON) by PAOT (Participatory Action Oriented Training) Daftar Periksa Pembinaan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi Kecil dan Menengah dengan Metode Pelatihan Partisipasi Aktif Working Improvement In Small and Medium

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.386, 2016 KEMENAKER. Pekerjaan pada Ketinggian. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016

Lebih terperinci

1. Mengenal dan memahami standar dan prosedur serta prinsip-prinsip dasar bekerja di ketinggian. 2. Melakukan penilaian dan pengendalian resiko untuk

1. Mengenal dan memahami standar dan prosedur serta prinsip-prinsip dasar bekerja di ketinggian. 2. Melakukan penilaian dan pengendalian resiko untuk 1. Mengenal dan memahami standar dan prosedur serta prinsip-prinsip dasar bekerja di ketinggian. 2. Melakukan penilaian dan pengendalian resiko untuk bekerja di ketinggian. 3. Mengerti bahaya bekerja di

Lebih terperinci

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN Area Renovasi : Tanggal pemantauan : KELAS III N O KEGIATAN YA TIDAK NA KETERANGAN 1 Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi

Lebih terperinci

Tujuan penggunaan ambulance

Tujuan penggunaan ambulance pengertian Ambulance adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengevakuasi/mengangkut orang sakit atau terluka untuk mendapatkan fasilitas medis. Biasanya ambulance adalah kendaraan bermotor. Tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. a. Komponen part yang tidak digunakan (barang yang tidak berguna/tidak. sesuai kegunaannya harus disingkirkan atau dibuang)

BAB V PEMBAHASAN. a. Komponen part yang tidak digunakan (barang yang tidak berguna/tidak. sesuai kegunaannya harus disingkirkan atau dibuang) BAB V PEMBAHASAN Gambaran 5S di area welding 1. Kategori Seiri/Ringkas a. Komponen part yang tidak digunakan (barang yang tidak berguna/tidak sesuai kegunaannya harus disingkirkan atau dibuang) Terdapat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERBITAN IJIN GUDANG BAHAN PELEDAK

PEDOMAN PENERBITAN IJIN GUDANG BAHAN PELEDAK PEDOMAN PENERBITAN IJIN GUDANG BAHAN PELEDAK DIAGRAM ALIR PROSES I V II VI III VII IV I. Surat Permohonan Dari perusahaan (KTT/Direksi) ditujukan kepada KAPIT Ijin Baru Perihal : Permohonan Penunjukan

Lebih terperinci

1) Panduan Keselamatan... i

1) Panduan Keselamatan... i 1) Panduan Keselamatan... i 2.1. Keselamatan Lalu Lintas... i 2.2. Bahaya Kebakaran... i 2.3. Bahaya PohonTumbang... i 2.4. Puting Beliung... i 2.5. Gempa Bumi... i 2.6. Letusan Gunung Api... i 2.7. Bahaya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION)

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION) 1. KAPAN DIGUNAKAN Prosedur ini berlaku pada saat melakukan pekerjaan menggunakan chainsaw 2. TUJUAN Prosedur ini memberikan petunjuk penggunaan chainsaw secara aman dalam melakukan pekerjaan dimana chainsaw

Lebih terperinci

PRA - RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA-RK3K)

PRA - RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA-RK3K) 1. PENDAHULUAN Perusahaan Jasa Konstruksi memiliki potensi bahaya tinggi, seperti penggunaan alat berat, mesin gerinda, las, bekerja diketinggian, suhu yang ekstrim, melakukan penggalian dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB III METODE & DATA PENELITIAN

BAB III METODE & DATA PENELITIAN BAB III METODE & DATA PENELITIAN 3.1 Distribusi Jaringan Tegangan Rendah Pada dasarnya memilih kontruksi jaringan diharapkan memiliki harga yang efisien dan handal. Distribusi jaringan tegangan rendah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 22-2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1992 (ADMINISTRASI. PERHUBUNGAN. Kendaraan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Pabrikan Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri seperti manusia, alat, material, energi uang (modal/capital), informasi dan sumber

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 45 TAHUN 2000 (45/2000) TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN KERJA (JOB SAFETY ANALYSIS)/PROSEDUR JSA

ANALISIS KESELAMATAN KERJA (JOB SAFETY ANALYSIS)/PROSEDUR JSA Nomor dan Nama Pekerjaan Nomor dan Nama Jabatan 068 & Memeriksa Alat pemadam api ringan (APAR) Tanggal 28 Desember 2008 No JSA : JSA/SHE/068 Safety Officer Disusun Oleh Tanda tangan No Revisi 0 Seksi/Departemen

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa keadaan

Lebih terperinci

No Uraian Kerja Hazard/Bahaya Risk/Resiko Risk Assessment Recommendation Action Result Act

No Uraian Kerja Hazard/Bahaya Risk/Resiko Risk Assessment Recommendation Action Result Act No Uraian Kerja Hazard/Bahaya Risk/Resiko Risk Assessment Recommendation Action Result Act LOADING UNLOADING MATERIAL 1 Menurunkan manual Material/Equipm ent dari mobil bergerak COLUMN 2 Instal Rebar/angkur

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) KEADAAN DARURAT Keadaan darutat adalah situasi atau kondisi atau kejadian yang tidak normal o Terjadi tiba tiba o Menggangu kegiatan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fisk, E.R (1997). Contruction Project Administration Fifth Edition. Prentice Hall. New

DAFTAR PUSTAKA. Fisk, E.R (1997). Contruction Project Administration Fifth Edition. Prentice Hall. New DAFTAR PUSTAKA Fathoni, Abdurrahmat (2006). Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Rinareka Cipta, Jakarta Fisk, E.R (1997). Contruction Project Administration Fifth Edition. Prentice Hall. New

Lebih terperinci

PROSEDUR KEADAAN DARURAT

PROSEDUR KEADAAN DARURAT PROSEDUR KEADAAN DARURAT Sustainability Engineering Design Biogas Power Compressed Renewable Methane Kenali Prosedur Keadaan Darurat Kita Marilah Kita pulang dari tempat kerja tanpa cedera atau sakit.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag BAB V PEMBAHASAN Dari hasil penelitian PT. Bina Guna Kimia telah melaksanakan programprogram keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking merupakan program

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I yang bergerak dibidang konstruksi

BAB V PEMBAHASAN. PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I yang bergerak dibidang konstruksi BAB V PEMBAHASAN PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I yang bergerak dibidang konstruksi memiliki komitmen tinggi terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada seluruh komponen pada proses kerja. Seperti halnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] BAB XX KETENTUAN PIDANA Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 8 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

Lebih terperinci