BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit pada Unggas Akibat Protozoa Pencernaan Koksidiosis Penyakit terkenal pada unggas yang disebabkan oleh protozoa adalah koksidiosis atau berak darah. Koksidiosis disebabkan oleh protozoa dari famili Eimeriidae. Pada ayam dikenal sembilan spesies Eimeria yang berparasit pada berbagai bagian usus, yaitu Eimeris acervulina, Eimeria brunetti, Eimeria maxima, Eimeria mitis, Eimeria mivati, Eimeria necatrix, Eimeria praecox, Eimeria tenella, dan Eimeria hagani (Barta,2006). Koksidiosis adalah suatu penyakit asal protozoa pada unggas yang tersifat oleh diare berdarah dan enteritis. Ayam dapat terinfeksi koksidiosis karena memakan oosista yang ada di lingkungan sekitarnya. Ayam terinfeksi oosista selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Protozoa memperbanyak diri dalam saluran pencernaan dan menyebabkan kerusakan pada jaringan dan selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan pada proses digesti dan absorbsi nutrisi, dehidrasi, kehilangan darah dan meningkatnya kepekaan terhadap penyakit lain (Barta,2006). Gejala klinis koksidiosis berjalan secara akut dan ditandai dengan depresi, bulu suram tidak beraturan dan diare berdarah, napsu makan hilang, muntah darah, paralisa dan diikuti kematian akibat kolaps. Unggas yang terinfeksi E. tenella memperlihatkan gejala kepucatan pada jengger dan pial disertai sekum yang bercampur darah. Pada penyakit yang tidak menunjukkan gejala klinis, maka ditandai oleh penurunan berat badan (Fanatico,2006). Spesies Eimeria dapat diindentifikasi berdasarkan sifat-sifat yang spesifik, yaitu lokasi lesi pada usus, gambaran makroskopik, ukuran, bentuk, dan warna ookista, lokasi parasit di dalam jaringan (jenis sel sasaran). Lesi-lesi yang ditimbulkan oleh koksidia memiliki kekhasan tergantung dari spesies yang menyerang. E. tenella menyerang usus buntu dan menyebabkan sekum membesar berisi darah atau perkejuan yang bercampur darah, E. necatrix menyerang usus 17

2 halus dan anus. Perubahan patologi anatomik umumnya menunjukkan terjadi pendarahan dan nekrosis pada saluran pencernaan (Jahja dkk, 2006). Berikut ini adalah lesi-lesi yang ditimbulkan oleh berbagai jenis Eimeria yaitu: a. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria acervulina Lesi yang ditimbulkan dapat ditemukan pada sepertiga usus bagian depan. Lesi dapat dilihat dari bagian serosa usus halus bagian depan. Pada awalnya mukosa menipis dan tertutup oleh lesi berwarna putih yang cenderung tersusun secara melintang sehingga terlihat menyerupai tangga. Usus terlihat pucat dan mengandung cairan encer. Pada infeksi ringan, lesi akan terbatas pada duodenum yang hanya menunjukkan beberapa lesi pada setiap sentimeter. Pada infeksi berat, lesi dapat meluas ke bagian usus halus lainnya (jejunum) dan beberapa lesi dapat bersatu. Pada infeksi berat, lesi biasanya berukuran kecil karena letaknya saling berdekatan (Duke, 2001). b. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria brunetti Eimeria brunetti ditemukan pada sepertiga usus bagian belakang setelah sisa divertikulum yolk sac sampai percabangan sekum dan usus besar. Pada kasus berat, lesi dapat meluas ke arah depan di daerah ventrikulus sampai ke belakang di daerah sekum dan kloaka. Pada infeksi awal dapat ditemukan adanya petekie (bintik perdarahan), penebalan dan kepucatan mukosa usus bagian bawah. Pada infeksi berat dapat ditemukan adanya massa fibrinus atau fibrinonekrotik pada permukaan mukosa usus atau adanya massa kaseus di dalam sekum atau usus besar. Bekuan darah dan jaringan nekrosis dapat ditemukan bersama feses (Fernandez, 2010). c. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria hagani Spesies ini dilaporkan dapat menyebabkan bintik perdarahan dan keradangan kataralis pada mukosa usus serta perubahan isi usus menjadi lebih cair. Spesies ini dapat ditemukan pada sepertiga usus halus bagian atas di daerah duodenum (Merck,2008). 18

3 d. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria maxima Eimeria maxima dapat ditemukan pada sepertiga usus bagian tengah di bawah perputaran duodenum sampai melewati sisa divertikulum yolk sac. Pada ayam dapat ditemukan adanya enteritis ringan sampai berat. Mukosa usus mengalami kongesti, edematus, dam menebal. Lumen mengalami dilatasi dan berisi mukus bercampur darah yang berwarna kuning atau kuning kemerah-merahan. Keadaan tersebut menyebabkan usus terasa empuk dan biasanya dikenal sebagai ballooning (Soetiyono, 2008). e. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria mitis Spesies ini berparasit pada sepertiga usus halus bagian belakang, mulai dari sisa divertikulum yolk sac sampai bagian leher sekum sebelum daerah percabangan. Usus halus bagian bawah terlihat pucat dan palpasi terasa empuk. Secara makroskopik yang bersifat ringan tidak dapat teramati (Tabbu,2002). f. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria mivati Lesi awal biasanya ditemukan di daerah duodenum, kemudian meluas ke usus halus bagian tengah dan belakang. Pada infeksi ringan dapat ditemukan adanya lesi berwarna putih yang mirip dengan lesi Eimeria acervulina (Rahayu, 2010). g. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria necatrix Spesies ini berparasit pada sepertiga usus halus bagian tengah, pada lokasinya mirip dengan Eimeria maxima. Usus mengalami dilatasi sampai dua kali normal dan lumen dapat terisi dengan darah. Dilatasi lumen usus ini dikenal dengan nama balloning (Merck, 2010). h. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria praecox Eimeria praecox menimbulkan lesi yang bersifat ringan sehingga parasit ini sering diabaikan. Spesies ini berparasit pada sepertiga usus halus bagian atas di daerah duodenum. Perubahan makroskopik yang ditemukan, meliputi cairan yang berlebihan di dalam usus, yang kadang-kadang bercampur dengan mukus dan lempengan mukoid. Pada hari ke-4 sampai ke-5 pasca infeksi dapat ditemukan adanya perdarahan ukuran kecil pada mukosa usus. 19

4 Spesies ini menyebabkan kehilangan cairan yang drastis melalui usus, yang dapat mengakibatkan dehidrasi (Tabbu, 2002). i. Lesi yang ditimbulkan oleh Eimeria tenella Penyakit yang ditimbulkan oleh spesies ini menyebar secara luas di berbagai peternakan ayam, terutama ayam pedaging. Eimeria tenella berparasit di daerah sekum dan usus di sekitarnya. Perubahan makroskopik ditemukan pada hari ke-4 pasca infeksi terjadi perdarahan pada mukosa sekum. Sekum akan sangat membesar dan lumen penuh berisi bekuan darah dan hancuran mukosa. Pada hari ke-6 sampai ke-7 pasca infeksi, isi sekum menjadi kering dan keras menyerupai keju dan kadang-kadang dikeluarkan bersama feses. Pada infeksi berat bagian serosa sekum akan terlihat petekie berwarna gelap. Dinding sekum sangat tebal akibat edema dan reaksi radang pada jaringan tersebut (Merck,2010) Penyakit pada Unggas Akibat Parasit Cacing Penyakit kecacingan disebut juga helminthiasis akan menyebabkan kerugian secara ekonomis, karena unggas penderita mengalami hambatan pertumbuhan, penurunan produksi telur, dan penurunan kondisi tubuh. Secara alami ditemukan pada berbagai jenis unggas liar dan unggas peliharaan. Beberapa spesies cacing sering ditemukan secara kebetulan pada saat melakukan bedah bangkai pada ayam helminthiasis pada unggas disebabkan oleh cacing, yang secara umum terdiri dari tiga klas, yaitu klas nematoda, trematoda dan cestoda. Penyakit helminthiasis akibat nematoda (Oxyspirura sp, Syngamus trachea, Capillaria sp, Ascaridia sp, Heterakis gallinarum) disebut nematodosis, yang disebabkan trematoda (Echonostoma revolutum) disebut trematodosis dan yang disebabkan oleh cestoda disebut cestodosis (Raillietina spp) (Rahayu,2010). Terdapat kurang lebih 60 jenis cacing yang dapat menyerang ayam. Dari sekian banyak jenis cacing yang dapat menyerang ayam, A. galli dan Raillietina sp. paling serius menimbulkan masalah. Gejala ayam yang menderita kecacingan parah akan tampak pertumbuhan terhambat, kurus, pucat, kadang-kadang diare bercampur darah. Pada kondisi kecacingan parah, jika usus ayam dipotong maka 20

5 akan ditemukan cacing pada usus dengan perubahan usus menebal, meradang, berdarah dan kadang terjadi perobekan dinding usus (Jahja et al, 2006). Penyakit kecacingan pada ayam paling sering ditemukan adalah cacing pita seperti Raillietina tetragona dan R. Echinohothrida. Penyakit ini dapat ditularkan lewat lalat kandang dan semut sebagai inang perantara. Gejala klinik adalah kehilangan nafsu makan, anemia, depresi dan diare. Pemeriksaan post mortem memperlihatkan adanya nodul-nodul dalam usus halus yang terdiri dari jaringan nekrotik dan leukosit (Soetiyono, 2001). Semua unggas secara alami dapat terinfeksi cacing. Pada umumnya cacing menginfeksi saluran pencernaan, tapi ada pula yang menginfeksi organ lain seperti otak, trakea, dan mata. Tidak semua penyakit kecacingan pada ayam tampak nyata. Nematoda merupakan kelompok parasit cacing yang terpenting pada unggas, hal ini terkait dengan jumlah spesiesnya dan kerusakan yang disebabkan cacing tersebut (Schwartz, 1994). Cacing Heterakis gallinarum bertanggung jawab terhadap kejadian blackhead pada ayam, karena ovum cacing bisa mengandung protozoa yang disebut Histomonas meleagridis yang menyebabkan blackhead. Cacing berukuran panjang 1,5 cm dan bisa dalam jumlah sangat banyak di sekum, sehingga menyebabkan radang sekum dan nodul-nodul kecil di dinding sekum (Jahja et al, 2006) Nematodosis Nematoda yang menyerang saluran pencernaan adalah Capilaria sp, Gongylonema sp, Dyspharyn spx, Tetrameres sp, Ascaridia sp, Heterakis sp, Strongyloides sp dan Trichostrongylubs sp. Banyak spesies Ascaridia sp yang diketahui menyerang usus halus unggas. Cacing ini menyebabkan enteritis terutama pada unggas muda (Jahja, 2006). Berikut ini adalah jenis-jenis cacing Nematoda yang menyerang pencernaan pada ayam. a. Infeksi Ascaridia. Infeksi Ascaridia disebabkan oleh Ascaridia galli, Ascaridia dissimilis, Ascaridia numidae, Ascaridia columbae, Ascaridia compare, dan Ascaridia 21

6 bonasae. Banyak spesies Ascaridia sp yang diketahui menyerang usus halus unggas. Salah satu contoh spesies yang sering menyerang ayam adalah Ascaridia galli (Sauvani,2009). Cacing ini menyebabkan peradangan di bagian usus. Larva cacing ini berukuran sekitar 7mm dan dapat di temukan diselaput lendir usus. Ascaridia galli merupakan suatu parasit cacing yang paling sering ditemukan pada unggas peliharaan dan menimbulkan kerugian ekonomik yang cukup tinggi. Cacing tersebut biasanya menimbulkan kerusakan yang parah selama bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva. Migrasi terjadi di dalam lapisan mukosa usus dan menyebabkan pendarahan (enteritis hemoragi). Jika lesi tersebut bersifat parah, maka kinerja ayam akan menurun. Ayam yang terinfeksi akan mengalami gangguan proses digesti dan penyerapan nutrisi sehingga dapat menghambat pertumbuhan (Suska, 2007) Gejala klinis yang terjadi pada infeksi cacing A. galli tergantung pada tingkat infeksi. Pada infeksi berat akan terjadi diare berlendir, selaput lendir pucat, pertumbuhan terhambat, kekurusan, kelemahan umum dan penurunan produksi telur. Cacing dewasa hidup di saluran pencernaan, dan juga ditemukan dalam jumlah besar maka dapat menyebabkan sumbatan dalam usus. Iritasi 10 ekor cacing pada ayam dewasa dianggap tidak berbahaya namun lebih dari 75 ekor akan menimbulkan masalah tertentu. Ayam yang masih muda paling peka terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cacing ini. Apabila cacing genus Ascaris yang ditemukan dalam usus halus terlalu banyak, ayam akan menjadi kurus. Hal ini terjadi karena cacing yang memenuhi usus akan menghambat jalannya makanan, bahkan cacing mengeluarkan zat antienzim yang menyulitkan pencernaan makanan (Machdum, 2008). b. Infeksi Capillaria. Infeksi Capillaria pada ayam disebabkan oleh Capillaria annulata dsn Capillaria contorta. Capillaria annulata merupakan Nematoda yang menginfeksi tembolok dan esofagus sehingga menyebabkan keradangan. Capillaria contorta ditemukan pada mukosa mulut, mukosa esofhagus, dan tembolok. Pada infeksi berat, bagian dalam tembolok akan menebal, kasar, dan tertutup oleh suatu massa 22

7 yang mengandung cacing dan jaringan mengalami deskuamasi. Beberapa cacing memiliki panjang lebih dari 6 cm.. Gejala yang ditimbulkan berupa anemia dan kelemahan (Tabbu,2002). c. Infeksi Heterakis gallinarum Heterakis gallinarum bertanggung jawab terhadap kasus blackhead pada ayam, karena ovum cacing bisa mengandung protozoa yang disebut Histomonas meleagridis yang menyebabkan blackhead. Cacing tersebut ditemukan dalam lumen sekum. Cacing berukuran panjang 1,5 cm dan dalam jumlah sangat banyak di sekum, sehingga menyebabkan radang sekum dan nodul-nodul kecil di dinding sekum (Michael,2008). e. Infeksi Dyspharynx. Infeksi Dyspharynx disebabkan oleh Dispharynx nasuta, dapat ditemukan pada dinding proventrikulus. Infeksi yang ditimbulkan berupa ulser pada proventrikulus. Pada infeksi berat, dinding proventrikulus menebal dan cacing tersebut dapat ditemukan di bagian jaringan yang berproliferasi (Rahayu,2010). f. Infeksi Strongyloides Infeksi disebabkan oleh Strongyloides avium dan ditemukan pada ayam. Cacing dapat ditemukan dalam sekum dan kadang-kadang di dalam usus halus. Infeksi ringan pada ayam dewasa, dan gejala klinik tidak terlihat. Selama stadium awal atau fase akut dari infeksi, maka dinding sekum sangat menebal dan mengandung darah (Small,1996). g. Infeksi Trichostrongylus Infeksi disebabkan oleh Trichostrongylus tenuis yang ditemukan pada ayam. Cacing tersebut ditemukan di dalam sekum dan kadang-kadang di dalam usus halus. Pada kondisi tertentu, seperti pada peralihan musim, Trichostrongylus tenuis dapat bersifat fatal pada unggas muda. Sekum dapat mengalami dilatasi, kongesti pembuluh darah, penebalan mukosa dan menunjukkan gejala peradangan (Tabbu,2002). 23

8 Cestodosis Cestodosis merupakan penyakit cacing pita yang menyerang ayam pada semua umur. Cestoda (cacing pipih) merupakan suatu cacing pipih yang menyerupai pita, berwarna putih atau kekuning-kuningan dan bersegmen. Ayam yang dipelihara secara intensif pada kandang yang terisolasi jarang mengalami infeksi cacing Cestoda. Beberapa cacing pita yang berukuran besar dapat menyumbat usus ayam yang terinfeksi sehingga dapat mengganggu kinerja ayam. Spesies cacing pita yang berbeda dapat menimbulkan perubahan patologik yang bervariasi sehingga dibutuhkan identifikasi spesies cacing pada suatu kasus tertentu (Machdum,2008). Penyebarannya melalui kotoran ayam yang terinfeksi atau alat-alat yang digunakan. Gejala yang terlihat antara lain lesu, pucat, kurus dan diikuti dengan sayap yang menggantung serta kondisi yang berangsur-angsur menurun dan selanjutnya diikuti kematian akibat komplikasi (Schwartz, 1994). Beberapa cacing pita pada ayam yaitu Railletina sp, Davainea proglottina, Amoebotania cuneata, Choanotaenia infundibulum, dan Hymenolepis. Raillietina sp pada ayam dapat disebabkan oleh Raillietina cesticillus, Raillietina tetragona, dan Raillietina echinobothrida. Raillietina cesticillus merupakan cacing pita yang mempunyai panjang sekitar 15 cm dengan skoleks yang melekat pada mukosa duodenum atau jejunum. Raillietina tetragona merupakan cacing ukuran sedang, yang mempunyai panjang 25 cm dan lebar 3 mm dan skoleks melekat pada mukosa usus di daerah separuh bagian belakang. Raillietina echinobothrida merupakan salah satu cacing pita yang paling patogenik karena cacing tersebut sering dihubungkan dengan penyakit nodular pada ayam. Beberapa peneliti melaporkan adanya granuloma dengan diameter 1-6 mm pada tempat perlekatan cacing pita tersebut dalam waktu enam bulan pasca infeksi (Small,1996). Raillietina echinobothrida menyebabkan diare berlendir tahap dini. Raillietina echinobothrida dan Raillietina tetragona menyebabkan pembentukan nodul-nodul pada dinding saluran pencernaan. Di antara kedua jenis Cestoda tersebut, yang paling banyak menimbulkan kerusakan adalah Raillietina echinobothrida. Raiillietina tetragona dapat menyebabkan penurunan bobot badan dan produksi telur pada ras-ras ayam tertentu. Secara umum patologi 24

9 anatomik dapat terlihat bungkul-bungkul pada mukosa usus dan perdarahan serta pengelupasan selaput lendir usus (Rahayu,2010). Infeksi Cestoda memiliki tingkat penyebaran lebih luas daripada infeksi oleh Nematoda dan Trematoda. Cacing yang hidup dalam saluran pencernaan akan mengambil makanan dengan cara menyerap sari makanan dari induk semangnya pada mukosa usus. Apabila tingkat infeksi cukup berat, induk semang akan mengalami hypoglicemia dan hypoproteinemia yang nyata (Schwartz, 1994) Gejala klinis akibat Cestoda pada ayam dipengaruhi antara lain oleh status pakan atau keadaan gizi ternak, jumlah infeksi dan umur ayam. Pada beberapa jenis infeksi, gejala umum pada ayam muda biasanya ditunjukkan oleh adanya penurunan bobot badan, hilangnya nafsu makan, kekerdilan, diare dan anemia. Dalam jumlah besar akan banyak mengambil sari makann dari tubuh inang sehingga sering menyebabkan hipoglikemia dan hipoproteinemia. R. cesticillus menyebabkan degenerasi dan inflamasi villi selapit lendir usus di tempat menempel ujung kait rostellum dan dalam keadaan infeksi berat dapat menyebabkan kekerdilan. Cestoda ini paling umum didapati pada ayam dengan kerusakan berupa enteritis hemoragika. Cacing ini menyebabkan degenerasi dan peradangan pada vili-villi selaput lendir usus (Soetiyono,2001). Cacing pita yang juga menimbulkan kerugian pada unggas muda adalah Davainea proglottina. Cacing dewasa mempunyai ukuran panjang sekitar 4 mm, dan dapat ditemukan pada mukosa duodenum. Cacing ini menimbulkan lesi pada lapisan mukosa akan terlihat menebal, hemoragik, dan menghasilkan mukus yang berbau busuk. Cacing pita lain seperti Amoebotania cuneata, Choanotaenia infundibulum, Hymenolepis umumnya tidak patogenik dan tidak menimbulkan lesi tertentu pada ayam (Tabbu,2002). 25

10 2.2.3.Trematodosis Di antara Trematoda yang menginfestasi kandang ayam adalah Echinostoma revolutum, Prothogonimus pellucidum dan Philopthalmus galli. Penyakit akibat Trematoda pada unggas yang sering muncul adalah Echinostoma revolutum. Cacing ini hidup di kloaka dan sekum ayam. Gejala klinis infeksi yang berat dari E. revolutum menyebabkan kekurusan, kelemahan dan diare pada unggas. Perubahan pasca mati pada anak ayam menyebabkan perdarahan bercakbercak pada tempat perlekatan asetabulum dengan permukaan mukosa usus (Tabbu,2002). Infestasi trematoda biasa terjadi pada ayam yang dipelihara dalam sangkar individu bertingkat terbuat dari bambu dalam kandang terbuka. Tumpukan feses akan terinfestasi oleh berbagai jenis serangga. Dampak ekonomis Trematoda relatif kecil tetapi apabila tidak ditangani dengan baik akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi telur. Ayam terinfeksi E. revolutum lewat air minum yang sudah terkontaminasi oleh siput mengandung sekaria (tahapan muda trematoda). P. pellucidus menginfestasi dari nimfe lalat yang terkontaminasi sekaria, yang bermigrasi ke bursa fabricus atau saluran telur (Schwartz, 1994). E. revolutum dapat ditemukan pada sekum dan kloaka ayam. Pada anak ayam menyebabkan perdarahan pada tempat perlekatan acetabulum dengan permukaan mukosa usus. Gejala klinis dari ayam yang terinfestasi P. pellucidus adalah depresi, produksi telur turun, kerabang telur tipis dan lunak. Kloaka mensekresikan cairan seperti susu. Sekeliling bulu terlihat melekat pada kulit (Small,1996). 26

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam dan telur bukanlah jenis makanan yang asing bagi penduduk indonesia. Kedua jenis makanan tersebut sangat mudah dijumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan sektor peternakan sebagai bagian integral dari sektor pertanian memiliki potensi dan prospek yang sangat menjanjikan. Hal ini disebabkan pesatnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit yang sering terjadi pada peternakan ayam petelur akibat sistem

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit yang sering terjadi pada peternakan ayam petelur akibat sistem PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit yang sering terjadi pada peternakan ayam petelur akibat sistem pemeliharaan yang kurang baik salah satunya disebabkan oleh parasit (Murtidjo, 1992). Menurut Satrija

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam pedaging Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Buras atau ayam lokal 2.1.1 Asal usul ayam lokal di Indonesia Ayam lokal Indonesia merupakan ayam yang berkembang dimulai sejak proses domestikasi dimulai, sehingga ayam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah.

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah. 1. Penyakit Parasit Cacing pada Ruminansia Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian, akan tetapi kerugian dari segi ekonomi dikatakan sangat besar, sehingga penyakit parasit cacing

Lebih terperinci

1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.

1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru. Ayam kampong atau kita kenal dengan nama ayam buras (bukanras) merupakan salah satu potensi unggas lokal, yang mempunyai prospek dikembangkan terutama masyarakat di perdesaan. Ayam buras, selain memiliki

Lebih terperinci

Ciri-ciri umum cestoda usus

Ciri-ciri umum cestoda usus Ciri-ciri umum cestoda usus Bentuk tubuh pipih, terdiri dari kepala (scolex) dilengkapi dengan sucker dan tubuh (proglotid) Panjang antara 2-3m Bersifat hermaprodit Hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler merupakan galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dan pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi ransum rendah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ternak Itik Itik ( Anas sp.) merupakan unggas air yang cukup dikenal masyarakat. Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara dan merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni 9.665.117,07 sedangkan tahun 2013 yakni 9.798.899,43 (BPS, 2014 a ). Konsumsi protein hewani asal daging tahun 2011 2,75

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi parasit internal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak dan mempunyai dampak kerugian ekonomi yang besar terutama pada peternakan rakyat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Trasmitted Helminth Soil Transmitted Helminth ( STH ) merupakan infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing yang penyebarannya melalui tanah. Cacing yang termasuk STH

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Ayam yang Diinfeksi C. jejuni Asal Kudus dan Demak Bobot badan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Bobot badan ayam yang diinfeksi

Lebih terperinci

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI HASIL PEMERIKSAAN KECACINGAN di SD MUH. KEDUNGGONG, SD DUKUH NGESTIHARJO,SDN I BENDUNGAN dan SD CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trichuris trichiura Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Kandang Kandang Penelitian Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang panggung dengan dinding terbuka. Jarak lantai kandang dengan tanah sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit halus)cacing tersebut menggulung dan berbentuk kumparan dan biasanya mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris Lumbricoides Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering dijumpai. Diperkirakan prevalensi di dunia berjumlah sekitar 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan ternak lain, yaitu laju pertumbuhan yang cepat, mudah dikembangbiakkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masih menjadi primadona karena memiliki daging yang enak serta rendah lemak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masih menjadi primadona karena memiliki daging yang enak serta rendah lemak. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Persilangan Ayam kampung persilangan merupakan salah satu ayam jenis lokal yang banyak dipelihara masyarakat baik dari skala kecil maupun skala industri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah mengalami seleksi dan selanjutnya dijinakkan oleh manusia. Selama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah mengalami seleksi dan selanjutnya dijinakkan oleh manusia. Selama 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Ayam Ayam kampung atau sering disebut ayam buras merupakan jenis ayam hutan liar yang telah mengalami seleksi dan selanjutnya dijinakkan oleh manusia. Selama ratusan tahun

Lebih terperinci

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KASUS SEPUTAR DAGING Menghadapi Bulan Ramadhan dan Lebaran biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Ayam Kedu dan Status Nutrisi Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di Kabupaten Temanggung. Ayam Kedu merupakan ayam lokal Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Telur Fasciola hepatica (Sumber : CDC, 2012)

Gambar 2.1. Telur Fasciola hepatica (Sumber : CDC, 2012) 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trematoda Hati 2.1.1 Fasciola hepatica a. Morfologi dan Daur Hidup Cacing dewasa mempunyai bentuk pipih seperti daun, besarnya ± 30x13 mm. Bagian anterior berbentuk seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Babi merupakan salah satu hewan komersil yang dapat diternakkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dikalangan masyarakat. Babi dipelihara oleh masyarakat dengan

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Pada Hewan

Sistem Pencernaan Pada Hewan Sistem Pencernaan Pada Hewan Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan

Lebih terperinci

KOKSIDIOSIS PAD A SAPI YANG DlSEBABKAN EIMERIA ZUERNII (RIVOLTA, 1887)

KOKSIDIOSIS PAD A SAPI YANG DlSEBABKAN EIMERIA ZUERNII (RIVOLTA, 1887) KOKSIDIOSIS PAD A SAPI YANG DlSEBABKAN EIMERIA ZUERNII (RIVOLTA, 1887) SKRIPSI Ole h DESY SUGESTI B. 190046 FAKUL TAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 988 RINGKASAN Koksidia merupakan paras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing gelang Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang umum menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang dalam kehidupannya mengalami

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria Hasil pengamatan terhadap jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria vili usus yang diperoleh dari setiap kelompok percobaan telah dihitung

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya adalah untuk menghasilkan daging yang banyak dengan kecepatan pertumbuhan yang sangat pesat. Ayam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan unggas air banyak dipelihara oleh masyarakat untuk menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik merupakan ternak unggas penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang diikuti dengan tingginya kesadaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Eimeria spp. Klasifikasi dan Etiologi

TINJAUAN PUSTAKA. Eimeria spp. Klasifikasi dan Etiologi TINJAUAN PUSTAKA Eimeria spp. Klasifikasi dan Etiologi Eimeria adalah protozoa yang menyebabkan koksidiosis. Protozoa jenis ini memperbanyak diri di dalam usus atau sekum, fase skizogoninya menyebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Isolat Campylobacter jejuni yang diuji dalam penelitian ini berasal dari wilayah Demak dan Kudus. Berdasarkan hasil pengujian secara in vitro terdapat perbedaan karakter pola resistensi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati ) TINJAUAN PUSTAKA Merpati Menurut Yonathan (2003), penyebaran merpati hampir merata di seluruh bagian bumi kecuali di daerah kutub. Merpati lokal di Indonesia merupakan burung merpati yang asal penyebarannya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Ransum Terhadap Bobot Potong Ayam dan Lemak Abdominal Persentase lemak abdominal ayam perlakuan cenderung didapatkan hasil yang lebih rendah dibandingkan ayam pembanding.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... INTISARI... ABSTRACT...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak kambing dan dapat diobati secara tradisional diantaranya adalah sebagai berikut:

Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak kambing dan dapat diobati secara tradisional diantaranya adalah sebagai berikut: PENDAHULUAN Alternatif pengobatan tradisional pada ternak merupakan suatu solusi yang tentunya sangat bermanfaat bagi peternak kecil.disamping mudah didapatkan disekitar kita serta biayanya relatif murah,

Lebih terperinci

Taenia saginata dan Taenia solium

Taenia saginata dan Taenia solium Taenia saginata dan Taenia solium Mata kuliah Parasitologi Disusun Oleh : Fakhri Muhammad Fathul Fitriyah Ina Isna Saumi Larasati Wijayanti Sri Wahyuni Kelompok 6 DIV KESEHATAN LINGKUNGAN TAKSONOMI Taenia

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup,

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

PARASTOLOGI. Tugas 1. Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1. Editor : Vivi Pratika NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

PARASTOLOGI. Tugas 1. Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1. Editor : Vivi Pratika NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN 1 PARASTOLOGI Tugas 1 Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1 Editor : Vivi Pratika NIM : G0C015098 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peningkatan produksi ternak sebagai sumber protein hewani adalah suatu strategi nasional dalam rangka peningkatan ketahanan pangan yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminth Soil Transmitted Helminth adalah Nematoda Intestinal yang berhabitat di saluran pencernaan, dan siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif dan

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok SISTEM PENCERNAAN Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok PENDAHULUAN Sistem pencernaan bertanggung jawab untuk menghancurkan dan menyerap makanan dan minuman Melibatkan banyak organ secara mekanik hingga kimia

Lebih terperinci

Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari : - Kepala/scolec, - Leher, -Strobila,

Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari : - Kepala/scolec, - Leher, -Strobila, CESTODA JARINGAN Cacing dalam kelas Cestoidea disebut juga cacing pita karena bentuk tubuhnya yang panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun pembuluh darah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium dan tipe berat yang didasarkan pada bobot maksimum yang dapat dicapai (Wahju,

Lebih terperinci

PENYAKIT VIRUS UNGGAS PENYAKIT VIRUS UNGGAS

PENYAKIT VIRUS UNGGAS PENYAKIT VIRUS UNGGAS PENYAKIT VIRUS UNGGAS PENYAKIT VIRUS UNGGAS i DR. DRH. GUSTI AYU YUNIATI KENCANA, MP Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 1. Hak Cipta merupakan

Lebih terperinci

2. Strongyloides stercoralis

2. Strongyloides stercoralis NEMATODA USUS CIRI-CIRI UMUM Simetris bilateral, tripoblastik, tidak memiliki appendages Memiliki coelom yang disebut pseudocoelomata Alat pencernaan lengkap Alat ekskresi dengan sel renette atau sistem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Sapi Potong Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cacing Heterakis gallinarum Cacing Heterakis gallinarum digambarkan oleh Schrank pada 1788. Serupa dengan Asacaridia galli, Heterakis gallinarum memiliki siklus hidup langsung.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hama Symphilid Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, berwarna putih dan pergerakannya cepat. Dalam siklus hidupnya, symphylid bertelur dan telurnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik

BAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Mojosari merupakan itik lokal yang berasal dari Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Itik ini merupakan petelur unggul. Telur itik

Lebih terperinci

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD Disusun oleh : Cristin Dita Irawati/ 111134027/ PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Standar Kompetensi Makhluk Hidup dan Proses kehidupan 1. Mengidentifikasi fungsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. merpati umumnya masih tradisional. Burung merpati dipelihara secara ekstensif,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. merpati umumnya masih tradisional. Burung merpati dipelihara secara ekstensif, PENDAHULUAN Latar Belakang Burung merpati merupakan salah satu unggas yang dekat dengan manusia. Merpati merupakan burung yang mudah beradaptasi di daerah liar atau di kondisi lingkungan pemukiman. Merpati

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya lahan sebagai tempat merumputnya sapi, maka banyak peternak mencari alternatif lain termasuk melepas ternak sapinya di tempat pembuangan sampah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima species cacing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi Berdasarkan hasil identifikasi preparat ulas darah anjing ras Doberman dan Labrador Retriever yang berasal dari kepolisian Kelapa Dua Depok, ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anjing merupakan salah satu jenis hewan yang dikenal bisa berinteraksi dengan manusia. Interaksi demikian telah dilaporkan terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyerang unggas, termasuk ayam (Suripta, 2011). Penyakit ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. menyerang unggas, termasuk ayam (Suripta, 2011). Penyakit ini disebabkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Askaridiosis merupakan salah satu penyakit cacing yang sering menyerang unggas, termasuk ayam (Suripta, 2011). Penyakit ini disebabkan oleh cacing Ascaridia galli. Cacing

Lebih terperinci

Pembahasan Video :http:// :1935/testvod/_definst_/mp4:(21). 8 SMP BIOLOGI/4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA/BIO mp4/manifest.

Pembahasan Video :http:// :1935/testvod/_definst_/mp4:(21). 8 SMP BIOLOGI/4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA/BIO mp4/manifest. 1. Perhatikan gambar sistem pencernaan berikut! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL Enzim pepsin dihasilkan oleh bagian yang benromor... 1 2 3 4 Kunci Jawaban : B Enzim

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN Oleh : Kelompok 7 Program Profesi PSIK Reguler A Prilly Priskylia 115070200111004 Youshian Elmy 115070200111032 Defi Destyaweny 115070200111042 Fenti Diah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesadaran penduduk akan pentingnya protein hewani. Dalam rangka. zat-zat makanan yang telah ditetapkan (Ahmad et al., 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. kesadaran penduduk akan pentingnya protein hewani. Dalam rangka. zat-zat makanan yang telah ditetapkan (Ahmad et al., 2008). TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ternak yang memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Permintaan terhadap daging ayam semakin bertambah seiring

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Lokal

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Lokal II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Lokal Ayam lokal Indonesia merupakan hasil dometsikasi Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) dan Ayam Hutan Hijau (Gallus varius). Ayam Hutan Merah di Indonesia ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bangsa. Umumnya tipe ringan berasal dari bangsa White Leghorn, tipe medium dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bangsa. Umumnya tipe ringan berasal dari bangsa White Leghorn, tipe medium dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Petelur Ayam petelur yang berkembang sekarang ini termasuk ke dalam spesies Gallus domesticus. Galur atau strain yang ada sekarang ini dapat berasal dari satu bangsa. Umumnya

Lebih terperinci

PATOGENITAS AKIBAT INOKULASI Eimeria mivati PADA AYAM PEDAGING

PATOGENITAS AKIBAT INOKULASI Eimeria mivati PADA AYAM PEDAGING PATOGENITAS AKIBAT INOKULASI Eimeria mivati PADA AYAM PEDAGING Pathogenicity of Eimeria mivati Inoculation in Broiler Chicken J. Ked. Hewan Vol. 3 No. 1 Maret 2009 M. Hasan Laboratorium Klinik Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Cacingan Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar hampir di seluruh Nusantara. Populasisapibali dibandingkan dengan sapi lainnya seperti sapi ongole,

Lebih terperinci

Ayam Kampung. Atasi Penyakit. Ayam

Ayam Kampung. Atasi Penyakit. Ayam Atasi Penyakit Ayam Kampung Semua usaha ternak ayam mengharapkan keuntungan sebaik mungkin. Hasil produksi maksimal dan biaya produksi serendah mungkin. Tujuan utama bisa saja berantakan lantaran serangan

Lebih terperinci

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah. Kata pengantar Saat akan makan, pertama-tama yang kamu lakukan melihat makananmu. Setelah itu, kamu akan mencium aromanya kemudian mencicipinya. Setelah makanan berada di mulut, kamu akan mengunyah makanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan yang masuk ke dalam tubuh harus melalui serangkaian proses pencernaan agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Proses

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Sistem pencernaan pada manusia terdiri atas beberapa organ yang berawal dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Pada sistem pencernaan manusia terdiri

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. baik, diantaranya dalam hal pemeliharaan. Masalah kesehatan kurang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. baik, diantaranya dalam hal pemeliharaan. Masalah kesehatan kurang PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar sapi potong dipelihara oleh peternak hanya sebagai sambilan. Tatalaksana pemeliharaan sapi pada umumnya belum baik, diantaranya dalam hal pemeliharaan. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alergi makanan merupakan gejala yang mengenai banyak organ atau sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang sebagian besar diperantarai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Sapi Penggolongan sapi ke dalam suatu Genera berdasarkan pada persamaan karakteristik yang dimilikinya. Karakteristik yang dimiliki tersebut akan diturunkan ke generasi

Lebih terperinci

STUDI PATOGENISITAS EIMERIA TENELLA PADA AYAM BURRS DI KALIMANTAN SELATAN

STUDI PATOGENISITAS EIMERIA TENELLA PADA AYAM BURRS DI KALIMANTAN SELATAN STUDI PATOGENISITAS EIMERIA TENELLA PADA AYAM BURRS DI KALIMANTAN SELATAN SALFINA, A. HAMDAN, dan D.D. SISWANSYAH Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jalan Panglima BaturNo.4, Banjarbaru,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ternak itik merupakan hewan homoiterm yang dapat melakukan

PENDAHULUAN. Ternak itik merupakan hewan homoiterm yang dapat melakukan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak itik merupakan hewan homoiterm yang dapat melakukan homeostatis pada suhu lingkungan yang tidak sesuai dengan suhu tubuhnya. Pemeliharaan itik kurang diminati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang beriklim tropis terluas di dunia dan merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna.

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2. Parotitis. Diare. Apendisitis. Konstipasi

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2. Parotitis. Diare. Apendisitis. Konstipasi SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2 1. Kelainan yang terjadi karena ada sisa makanan di usus buntu, sehingga lama kelamaan terjadi peradangan adalah... Parotitis

Lebih terperinci

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh

Lebih terperinci

(Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM

(Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM PENGARUH LARUTAN LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM, > ' SKRIPSI Oleh: OSYE SYANITA ALAMSARI B01496142 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Mery Ch. Simanjuntak Dosen Peternakan Universitas Satya Wiyata Mandala - Nabire

Mery Ch. Simanjuntak Dosen Peternakan Universitas Satya Wiyata Mandala - Nabire PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI DOSIS MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam) MELALUI TETES MULUT TERHADAP INFESTASI CACING PADA AYAM PEDAGING Dosen Peternakan Universitas Satya Wiyata Mandala - Nabire

Lebih terperinci

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemeliharaan Ikan Maskoki (Carassius auratus) Pengambilan sampel ikan maskoki dilakukan di tiga tempat berbeda di daerah bogor, yaitu Pasar Anyar Bogor Tengah, Batu Tulis Bogor

Lebih terperinci

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta KESEHATAN IKAN Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta Penyakit adalah Akumulasi dari fenomena-fenomena abnormalitas yang muncul pada organisme (bentuk tubuh, fungsi organ tubuh, produksi lendir,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, dapat menginfeksi pada hewan dan manusia dengan prevalensi yang bervariasi (Soulsby, 1982). Hospes

Lebih terperinci