ALAT UKUR TINGGI BADAN DENGAN GELOMBANG ULTRASONIK BERPENAMPILAN DIGITAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ALAT UKUR TINGGI BADAN DENGAN GELOMBANG ULTRASONIK BERPENAMPILAN DIGITAL"

Transkripsi

1 ALAT UKUR TINGGI BADAN DENGAN GELOMBANG ULTRASONIK BERPENAMPILAN DIGITAL Prastyono Eko Pambudi 1), Yunarto Tri Wahyu Aji 2) 1,2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains &Teknologi AKPRIND, Yogyakarta ABSTRAK Ultrasonik merupakan gelombang suara yang frekuensinya lebih dari Hz. Gelombang ini akan merambat malalui suatu medium pada kecepatan tertentu sehingga dapat dibuat suatu alat pengukur tinggi badan yang memanfaatkan waktu perambatan gelombang tersebut. Rangkaian pengukur tinggi badan dengan gelombang ultrasonik terdiri dari transmitter, receiver, pengolah, dan penampil. Transmitter terdiri dari rangkaian osilator pembangkit pulsa, osilator ultrasonik, dan pemancar. Receiver berisi rangkaian penerima, penguat, pendeteksi, dan osilator pengukuran sinyal. Pengolah terdiri dari pembangkit pulsa Counter- Clear/Lacth-Clear dan pencacah BCD. Penampil merupakan rangkaian decoder dan LED tujuh ruas. Ultrasonik yang dipancarkan oleh transmitter akan dipantulkan kembali ke receiver untuk kemudian diolah berdasarkan waktu perambatannya sehingga jarak tempuh ultrasonik dapat ditampilkan oleh penampil. Kata kunci: ultrasonik, pengukur tinggi badan, waktu perambatan PENDAHULUAN Dengan kemajuan teknologi, kini operasi matematika pada sinyal digital seperti operasi matematika dasar seperti AND, OR, NOT, dan sebagainya, bahkan sudah dapat dibuat pengukur dalam satu chip IC yang sangat murah dengan menggunakan ultrasonik dengan frekwensi lebih kurang 41 KHz sebanyak 12 periode, dikirimkan dari pemancar ultrasonik. Ketika pulsa mengenai benda penghalang, pulsa ini dipantulkan, dan diterima kembali oleh penerima ultrasonik. Dengan mengukur selang waktu antara saat pulsa dikirim dan pulsa pantul diterima, jarak antara alat pengukur dan benda penghalang bisa dihitung. Pulsa ultrasonik diperkuat dan dipancarkan dengan rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian ini dibangun dengan inverter CMOS Inverter dipakai untuk membalik fasa sehingga tegangan di keluaran gabungan akan selalu berlawanan dengan tegangan di keluaran gabungan lainnya, dengan demikian amplitudo ultrasonik yang sampai di tranduser ultrasonik menjadi 2 kali lipat. Serta kapasitor (C) dipakai untuk menahan arus DC (Direct Current), sehingga hanya gelombang ultrasonik saja yang bisa masuk ke tranduser ultrasonik. Rangkaian penerima ultrasonik merupakan rangkaian yang umum dipakai untuk penerima ultrasonik, rangkaian ini bisa diganti dengan rangkaian yang lain, asalkan saat tidak ada gelombang ultrasonik keluarannya bernilai 1 dan menjadi 0 begitu menerima gelombang ultrasonik, sesuai dengan kondisi yang dipantau. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mencoba membuat alat pengukur tinggi badan dengan gelombang ultrasonik. Permasalahan utama dalam perancangan ini adalah bagaimana ultrasonik dapat memancar dan dapat di terima kembali pantulannya sehingga dapat dijadikan sebagai alat pengukuran, pengaruh permukaan objek ukur terhadap pengukuran, dan bagaimana mendapatkan pengukuran tinggi badan yang optimal. Adapun asumsi dengan tujuan pembahasan lebih terarah serta untuk menyederhanakan dan membatasi permasalahan adalah ultrasonik yang di pancarkan tidak kontinu, pengukuran dilakukan di udara, dan pengukuran dilakukan tegak lurus terhadap titik objek ukur. IC (Integrated Circuit) timer/pewaktu sudah dikenal dan masih populer sampai saat ini sejak puluhan tahun yang lalu, yaitu IC 555 yang dibuat pertama kali oleh Signetics Corporation pada tahun IC timer memberi solusi praktis dan relatif murah untuk berbagai aplikasi elektronik yang berkenaan dengan pewaktuan (timing). Terutama dua aplikasinya yang paling populer adalah rangkaian pewaktu monostabil dan osilator astabil. Rangkaian utama komponen ini terdiri dari komparator dan flip-flop yang direalisasikan dengan banyak transistor (Widodo, 2005). B-118

2 Dengan kemajuan teknologi sekarang, kini sudah dapat dibuat pengukur dengan menggunakan ultrasonik dengan frekwensi lebih kurang 41 KHz sebanyak 12 periode, dikirimkan dari pemancar ultrasonik yang dibangkitkan oleh IC timer 555. Pulsa yang dipancarkan melalui benda penghalang, akan dipantulkan dan diterima kembali oleh penerima ultrasonik. Dengan mengukur selang waktu antara saat pulsa dikirim dan pulsa pantul diterima, jarak antara alat pengukur dan benda penghalang bisa dihitung. (Beans, 1998, IC 555 dapat disebut juga IC pewaktu yaitu suatu IC yang mantap yang mampu membangkitkan denyut yang cermat. Pada IC ini terdapat terminal-terminal tambahan yang digunakan untuk penyulutan atau pengkondisian ulang (reset). IC 555 dapat beroperasi dengan tegangan 5 V sampai 18 V yang menyebabkan alat ini bisa saling dihubungkan dengan rangkaian CMOS dan rangkaian Op-Amp (Operational Amplifier). Pada perancangan ini, IC 555 dibuat sebagai rangkaian astabil. dengan menyusun resistor dan kapasitor luar. Penguat (Operational Amplifier, Op-Amp) terdiri dari beberapa bagian, yang pertama adalah penguat diferensial, lalu ada tahap penguatan (gain), selanjutnya ada rangkaian penggeser level (level shifter) dan kemudian penguat akhir yang biasanya dibuat dengan penguat push-pull kelas B. Ada dua aturan penting dalam melakukan analisa rangkaian op-amp berdasarkan karakteristik op-amp ideal. Aturan ini dalam beberapa literatur dinamakan golden rule, yaitu: Aturan 1: Perbedaan tegangan antara masukan V+ dan V- adalah nol (V+ - V- = 0 atau V+ = V-). Aturan 2: Arus pada masukan Op-amp adalah nol (i+ = i- = 0). METODE Rangkaian dari perencanaan peralatan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Diagram Blok Rangkaian Rangkaian osilator pembangkit pulsa dapat dilihat pada Gambar. IC 1 adalah komponen osilasi untuk mengontrol waktu pengiriman pulsa ultrasonik. Waktu dari pulsa osilasi (t L dan t H ) dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut: TL 0,69 RB C (1) T 0,69 RA RB C H B-119

3 150k 9.1M u 0.1u 8.2k k p 0.1u u u 40SQT NJM4580D u 1000p NJM4580D 1000p SQR k 1M 1N914 1M 1000p BAT p 4 LM58 47k BAT85 0.1u 0.1u N u 0.01u 1N p k 100k 1000p 455 CEP PE CET MR CP 1SA1015 D D2 D1 D0 TC Q Q2 Q1 Q0 1SA D a 2 D2 b 1 D1 c 7 D0 d EL e 9 4 BI f 15 LT g 14 1SA k Gnd Gnd Gnd 1k abcdefg. abcdefg. abcdefg. Gambar 2. Skema Rangkaian Gambar. Osilator Pembangkit Pulsa Rangkaian osilator ultrasonik dapat dilihat pada Gambar 4. IC 2 adalah komponen untuk mengisolasi ultrasonik yang berfrekuensi 40 KHz. Frekuensi ultrasonik harus diatur sesuai dengan frekuensi resonansi dari sensor ultrasonik. Gambar 4. Osilator Ultrasonik B-120

4 Pengaturan frekuensi osilasi tersebut dapat dilakukan dengan menjadikan R B sebagai Resistor Variabel (VR 1 ). Keluaran dari IC 1 dihubungkan pada reset terminal IC 2 melalui inverter. Pada saat reset terminal pada level H, IC 2 bekerja pada osilasi. 40 KHz ultrasonik dikirimkan selama 1 ms dan waktu tunda selama 62 ms. Untuk perhitungan frekuensi dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut: 1 f (2) T L T H Rangkaian sensor pemancar dapat dilihat pada Gambar 5. Inverter digunakan sebagai kemudi sensor ultrasonik, kedua inverter dihubungkan secara paralel karena daya listrik transmisi naik. Beda fase tegangan yang masuk ke terminal positif dan negatif sensor adalah 180. Karena kapasitor memotong arus maka sekitar dua kali tegangan keluaran inverter masuk ke sensor. Gambar 5. Rangkaian Pemancar Sensor Ultrasonik Rangkaian penguat sinyal dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Rangkaian Penguat Sinyal Tegangan ultrasonik yang masuk ke sensor dikuatkan 1000 kali (60 db) oleh Op-Amp (Operational Amplifier) melalui dua tahap. Tahap pertama adalah 100 kali (40 db) dan tahap kedua adalah 10 kali (20 db). Pada umumnya op-amp menggunakan catu daya positif dan negatif. PEMBAHASAN Berdasarkan pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa frekuensi yang dihasilkan adalah 14,1 Hz dengan t L = 2 ms dan t H = 69 ms. Jika hasil ini dibandingkan dengan teoritisnya (15,4 Hz), maka terdapat error sebesar 9,1 %. Hal ini dapat dimengerti karena komponen-komponen yang menyusun rangkaian ini memiliki sejumlah toleransi kesalahan, misalnya toleransi untuk resistor sebesar 5 %. Gambar 7. Hasil Pengujian Keluaran IC 1 B-121

5 Pengujian osilasi ultrasonik, keluaran dari IC 2 dari kaki memiliki bentuk gelombang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8. Hasil Pengujian Keluaran IC 2 Berdasarkan pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa frekuensi yang dihasilkan adalah 14 Hz sedangkan yang dibutuhkan setidaknya 40 khz. Jika diperhatikan terdapat beberapa sinyal tipis yang mengisi denyut high. Kemungkinan sinyal tersebut merupakan sinyal frekuensi tinggi pada saat masukan high yang sulit untuk ditampilkan oleh perangkat oscilloscope. Untuk analisis lebih lanjut, dilakukan simulasi pada aplikasi Multisim 7. Pada saat perancangan dan pengujian diketahui bahwa nilai R A = 1,5 k, R B = 8,2 k, VR1 = 6,9 k, C 1 = 1000 pf, dan C 2 = 0,1 µf. Jika komponen-komponen penyusun tersebut dirangkaikan pada Mutisim 7 maka hasil simulasinya seperti yang terlihat pada Gambar 9. Jika menggunakan skala tegangan dan waktu yang sama dengan perangkat oscilloscope sebenarnya, maka dapat diamati bahwa sinyal yang ditampilkan adalah sama, tetapi denyut high diisi oleh sinyal yang sangat rapat (blok hitam). Jika ini diperbesar atau skala waktunya diperkecil maka akan terlihat adanya denyut yang memiliki t L = 10,6 µs dan t H = 11,4 µs atau dengan kata lain frekuensinya adalah 45,5 khz. Frekuensi ini 1,75% lebih tinggi dari yang dibutuhkan. Gambar 9. Sinyal Keluaran IC 2 pada Multisim 7 Pengujian rangkaian pemancar ultrasonik, keluaran pemancar (transmitter) dari ultrasonik menghasilkan bentuk gelombang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10. Gambar 10. Hasil Pengujian Keluaran Transmitter Berdasarkan pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa frekuensi yang dihasilkan adalah 14 Hz dengan duty cicle 2,8%. Pada keluaran terdapat dua sinyal masing-masing masuk ke setiap kaki transmitter, UT(+) dan UT(-). Tanda + dan disini bukan merupakan polaritas tetapi hanya sebagai B-122

6 tanda bahwa yang masuk ke kaki ini bertegangan positif atau negatif. Jadi transmitter dapat dipasang bolak-balik. Gambar 11 menunjukan sinyal keluaran dari op-amp pertama sedangkan Gambar 12 menunjukan sinyal keluaran dari op-amp kedua. Gambar 11. Hasil Pengujian Keluaran Op-Amp Pertama Gambar 12. Hasil Pengujian Keluaran Op-Amp Kedua Keluaran dari op-amp pertama memiliki tegangan maksimum sebesar 0, V dengan waktu osilasi 2 ms yang kemudian akan hilang selama beberapa saat. Setelah 9,6 ms dari saat osilasi sebelumnya berhenti, sinyal akan berosilasi lagi dengan tegangan dan waktu yang sama. Sinyal ini kemudian masuk ke op-amp kedua. Keluaran dari op-amp kedua memiliki tegangan maksimum V yang berosilasi selama 1,6 ms. Tegangan maksimum ini 10 kali lebih besar dari tegangan maksimum keluaran op-amp pertama. Hal ini berarti bahwa op-amp kedua melakukan penguatan sinyal sebesar 10 kali. Keluaran dari gerbang pengukuran memiliki tegangan sebesar 10,5 V dan periode 52 ms. Sinyal ini kemudian masuk ke rangkaian pengolah. Rangkaian pengolah ini menghasilkan Counter Clear Pulse dan Latch Clear Pulse. Pulsa ini kemudian akan digunakan untuk pengukuran oleh komponen BCD-Counter. Titik A berubah menjadi H (High) dari L (Low) pada saat ultrasonik milai dilepaskan. Perubahan ini menyebabkan muatan listrik mulai disimpan pada kapasitor (C 1 ). Sinyal yang dideferensiasikan oleh C 1 dan R 1 masuk ke inverter (I 1 ) dan Counter Clear Pulse dikeluarkan oleh I 2 (titik B). Muatan listrik pada C 2 mengalir melalui D 2 sehingga masukan I berada pada level H sedangkan keluaran I 4 (titik C) tidak berubah. Gambar 1 menunjukkan rangkaian pengolah. Gambar 1. Counter Clear Pulse dan Latch Clear Pulse B-12

7 Pada saat ultrasonik mencapai sensor penerima, titik A berubah menjadi L. Muatan elektrik mulai tersimpan pada C 2. sinyal yang dideferensiasikan oleh C 2 dan R 2 masuk ke I dan Latch Clear Pulse dikeluarkan oleh I 4 (titik C). Pelepasan muatan C 1 kemudian mengalir melalui D 1. Masukan I 1 berada pada level L sedangkan keluaran I 2 (titik B) tidak berubah. Hasil pengujian rangkaian pengolah memiliki dua keluaran, yaitu sinyal counter clear (Gambar 14) dan latch clear (Gambar 15). Pulsa counter clear memiliki tegangan 10,5 V dan berdenyut selama 40 µs. Denyut berikutnya akan muncul jika rangkaian penerima mengirimkan sinyal pantulan lagi. Pulsa latch clear memiliki tegangan 9,5 V dan akan terus berdenyut sampai sinyal dari rangkaian penerima low. Sinyal ini berhenti berdenyut selama 200 µs. Gambar 14. Hasil Pengujian Counter Clear Pulse atau Titik B Gambar 15. Hasil Pengujian Latch Clear Pulse atau Titik C Selain digunakan untuk memproses sinyal counter clear dan latch clear, keluaran dari rangkaian penerima juga digunakan untuk menghasilkan CLOCK yang merupakan hasil operasi NAND dari keluaran tersebut dengan keluaran rangkaian osilasi pengukuran pulsa. Rangkaian osilasi pengukuran sinyal dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Osilasi Pengukuran Sinyal Rangkaian ini merupakan osilator yang menghasilkan pulsa untuk mengukur waktu perambatan ultrasonik. Rangkaian ini menggunakan inverter CMOS. Frekuensi osilasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (). 1 f () 2,2 x C x R Sinyal keluaran osilasi pengukuran pulsa memiliki tegangan 9 V dan frekuensi 20 khz. Seharusnya jika VR2 = 9,87 k, VR = 1,0 k, dan C = 2200 pf (telah diketahui sebelumnya dari perancangan dan pengujian) maka frekuensi keluarannya berdasarkan persamaan () adalah : f 1 18, 12 2,2 9,87 1, khz B-124

8 Dengan demikian frekuensi keluaran aktualnya memiliki perbedaan 5,5% dari perhitungan. Hal ini dapat ditoleransi karena dalam perancangan ini sensor diletakan 4 cm lebih ke luar dari permukaan casing sementara titik 0 m diukur dari permukaan casing dan bukan dari permukaan sensor. Jadi terdapat selisih jarak sebesar 4% dari perhitungan. Gambar 17. Hasil Pengujian Keluaran Osilasi Pengukuran Pulsa Hasil pengukuran akan di tampilkan dalam LED tujuh ruas seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 18, pengontrolan display dilakukan pada bagian katoda dari LED. Oleh karena itu rangkaian ini harus menggunakan LED Common Cathode dan transistor tipe PNP. IC 4511 merupakan decoder yang mengubah kode BCD menjadi kode display LED tujuh ruas. Gambar 18. Rangkaian Penampil Pengujian catu daya dilakukan pada dua titik, yaitu masukan regulator dan keluaran keseluruhan. Sinyal masukan regulator ditunjukkan pada Gambar 19. Gambar 19. Hasil Pengujian Masukan Regulator Keluaran dari rangkaian penyearah dan tapis yang masuk ke regulator memiliki tegangan V max sebesar 16 V dan V min sebesar 11,5 V. V r p-p, V r rms, V dc, dan r dapat ditentukan berdasarkan nilai V max dan V min sebagai berikut : Vr, p p Vmax Vmin (4) Vr, p p Vr, rms (5) 2 B-125

9 Vr, p p Vdc Vmax 2 (6) Vr, rms r Vdc (7) Berdasarkan persamaan (4) (7) maka didapatkan: Vr, p p 16 11,5 4,5V 4,5 V r, rms 2 1, V 4,5 V dc , 75V r 1, 1,75 9,5% Tegangan ini kemudian masuk ke regulator 7809 untuk diregulasikan menjadi tegangan searah 9 V tanpa ripple. Keluaran rangkaian catu daya secara keseluruhan ditunjukkan pada Gambar 20. Dapat dilihat bahwa keluaran ini bertegangan 9 V dan tidak memiliki ripple. Gambar 20. Hasil Pengujian Keluaran Rangkaian Catu Daya Dalam analisis ini dilakukan percobaan pada objek ukur jenis lantai semen/keramik dengan tinggi yang bervariasi antara (0,1 2 m) dalam kondisi suhu sekitar 29 C. Sebelum dilakukan pengukuran menggunakan alat ini, harus dilakukan pengkalibrasian terlebih dahulu untuk mendapatkan ukuran yang sebenarnya sebagai acuan. Pengkalibrasian dilakukan menggunakan meteran dengan ukuran 1 m dan 1,5 m. Tabel 1 menunjukan hasil pengukuran pada berbagai tinggi dengan kalibrasi 1 m. Tabel 1. Hasil Pengukuran Terhadap Variasi Tinggi pada Suhu 29 C (Kalibrasi 1 m) B-126

10 Berdasarkan Tabel 1 dapat ditunjukkan bahwa alat tersebut sanggup mengukur minimal pada tinggi 0,5 m - 2 m. Meskipun alat tersebut masih memiliki error, tapi kemampuan dari alat tersebut sudah dapat dibuktikan. Jika hasilnya diamati dapat dilihat bahwa semakin jauh tinggi yang diukur dari titik kalibrasi, maka error yang dihasilkan semakin besar. Untuk tinggi 2 m (1 m lebih jauh dari titik kalibrasi 1 m) error-nya mencapai 1,5%, padahal untuk tinggi 1,5 m (0,5 m lebih jauh dari titik kalibrasi) error-nya hanya 0,667%. Sementara ini dapat diperkirakan bahwa tinggi kalibrasi akan memberikan pengaruh terhadap presisi alat. Untuk membuktikan hal ini maka dilakukan percobaan yang sama tetapi dengan kalibrasi 1,5 m. TabeL 2 menunjukan hasil pengukuran pada berbagai macam tinggi dengan kalibrasi 1,5 m. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa tinggi minimum yang dapat diukur adalah 0,8 m sedangkan tinggi maksimumnya adalah 2 m. Jika hasil ini dibandingkan dengan hasil sebelumnya (kalibrasi 1 m), tinggi minimumnya menjadi semakin jauh tetapi error untuk tinggi maksimumnya semakin kecil. Untuk mempermudah dalam perbandingan error dapat dilihat pada Gambar 21 yang menunjukan error pengukuran pada kalibrasi 1,5 m dan 1 m. Tabel 2. Hasil Pengukuran Terhadap Variasi Tinggi pada Suhu 29 C (Kalibrasi 1,5 m) B-127

11 Gambar 21. Error Hasil Pengukuran pada Kalibrasi 1 m dan 1,5 m Jika diambil toleransi 5%, dapat dilihat bahwa tinggi minimum untuk kalibrasi 1 m lebih kecil daripada untuk kalibrasi 1,5 m, tetapi secara keseluruhan (tinggi 1-2 m) kalibrasi 1,5 m memberikan hasil pengukuran yang lebih baik daripada 1 m. KESIMPULAN Pengukuran dapat dilakukan jika terdapat objek pantul sebagai bidang pantul. Juga pengukuran dilakukan di udara dan tegak lurus terhadap bidang objek ukur agar sinyal yang dipantulkan dapat diterima kembali. Pengukuran dilakukan jika suara dari pemancar (transmitter) dapat di terima oleh penerima ultrasonik (receiver) oleh karena itu dibutuhkan objek ukur untuk dapat memantulkan sinyal. Suara yang diterima kemudian tegangannya dikuatkan oleh Op-Amp melalui dua tahap sehingga dapat dideteksi oleh dioda untuk dilakukan pengukuran dengan mengukur waktu perambatan ultrasonik. Karena dalam perancangan ini osilator menggunakan IC 555, maka menimbulkan pengaruh terhadap penampil karena frekuensi yang dihasilkan berubah-ubah hal ini disebabkan oleh adanya toleransi dari IC 555 tersebut dan beberapa resistor yang menyusun osilator. Tinggi minimal yang dapat diukur adalah 0,50 m dan maksimal 2 m. Untuk dapat menghasilkan pengukuran yang optimal maka harus dilakukan kalibrasi apabila tinggi yang diukur kurang dari 1,5 m sebaiknya alat dikalibrasi pada tinggi 1 m, tetapi jika tingginya lebih dari 1,5 m, pengkalibrasian alat pada tinggi 1,5 m akan memberikan hasil yang lebih akurat. Perlu adanya penelitian lebih lanjut agar didapatkan tampilan angka dalam ukuran cm. Perlu adanya pengkalibrasian ulang sebelum dilakukan pengukuran sesuai dengan tinggi yang akan diukur dan suhu sekitar. Agar display lebih akurat dalam menampilkan angka dan tingkat akurasinya lebih tinggi sebaiknya dirancang dengan menggunakan mikrokontroler. DAFTAR PUSTAKA Budiharto, Widodo, 2004, Elektronika Digital dan Mikroprosesor, ANDI, Yogyakarta. Dailey, Denton J., 1989, Operational Amplifiers and Linear Integrated Circuits, McGraw-Hill Book Company, USA. Fitzgerald, A E, 1985, Dasar- Dasar Elektronika, Erlangga, Jakarta. Millman, Jacob., Halkias, Christos C, 1967, Electronic Devices and Circuits, McGraw-Hill, Japan. Millman, Jacob, Et Al, 1985, Elektronika Terpadu Terjemahan, Erlangga, Jakarta. B-128

12 Mottershead A., 1988, Electronic Devices and Circuits an Introduction, Prentice Hall of India, New Delhi. Sears, F. W., Zemansky, M. W., 1999, Fisika untuk Universitas 1 Mekanika, Panas, Bunyi, Trimitra Mandiri, Jakarta. Sutrisno, 1995, Elektronika Digital, Erlangga, Jakarta. Tocci, Ronald J., 1985, Digital System, Prentice Hall, USA. Van Vlack, Lawrance H., 1985, Erlangga, Jakarta. Ilmu dan Teknologi Bahan (Ilmu logam dan Bukan Logam), Wasito S., 1984, Vademekum Elektronika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta...., 2005, CMOS dan TTL, , Range Ultrasonic, , Circuit Explanation, , Datasheet Colection, B-129

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC

JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC A. TUJUAN 1) Mempelajari prinsip kerja dari ultrasonic ranging module HC-SR04. 2) Menguji ultrasonic ranging module HC-SR04 terhadap besaran fisis. 3) Menganalisis susunan rangkaian

Lebih terperinci

ALAT UKUR JARAK PADA MOBIL BERBASIS SISTEM ULTRASONIK

ALAT UKUR JARAK PADA MOBIL BERBASIS SISTEM ULTRASONIK ISSN: 1693-6930 109 ALAT UKUR JARAK PADA MOBIL BERBASIS SISTEM ULTRASONIK Balza Achmad 1, Anton Yudhana 2, Mardi Sugama 3 1 Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada e-mail: balzach@t-fisika.ugm.ac.id

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT UKUR WAKTU TUNDA RELE ARUS LEBIH

RANCANGAN ALAT UKUR WAKTU TUNDA RELE ARUS LEBIH RANCANGAN ALAT UKUR WAKTU TUNDA RELE ARUS LEBIH T. Ahri Bahriun 1) 1) Staf Pengajar Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik USU Abstrak Rele arus lebih berfungsi untuk membuka circuit breaker jika terjadi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 PERANCANGAN UMUM SISTEM Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari system pengukuran tangki air yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan apa saja

Lebih terperinci

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

PENGONTROL VOLUME AIR DALAM TANGKI BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S52

PENGONTROL VOLUME AIR DALAM TANGKI BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S52 FX, Budi Rahardjo, Pengontrol Volume Air dalam Tangki Berbasis Mikrokontroller AT89s52 40 PENGONTROL VOLUME AIR DALAM TANGKI BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S52 FX. BUDI RAHARDJO Abstrak: Sepasang tranduser

Lebih terperinci

Tugas Sensor Ultrasonik HC-SR04

Tugas Sensor Ultrasonik HC-SR04 Fandhi Nugraha K D411 13 313 Teknik Elektro Makalah Tugas Sensor Ultrasonik HC-SR04 Universitas Hasanuddin Makassar 2015/2016 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan teknologi saat ini sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan penelitian. Langkah-langkah tersebut dilukiskan melalui bagan 3.1 berikut. Menentukan prinsip kerja sistem

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 31 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Air ditampung pada wadah yang nantinya akan dialirkan dengan menggunakan pompa. Pompa akan menglirkan air melalui saluran penghubung yang dibuat sedemikian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

1.2 Rumusan Masalah 2

1.2 Rumusan Masalah 2 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUI I.HMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING. LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTO KATAPENGANTAR ABTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL v Hal vi viii ix

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, 41 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, bertempat di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem yang dibuat dimana diantaranya terdiri dari penjelasan perancangan perangkat keras, perancangan piranti lunak dan rancang bangun

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

Simulasi Karakteristik Inverter IC 555

Simulasi Karakteristik Inverter IC 555 Simulasi Karakteristik Inverter IC 555 Affan Bachri *) *) Dosen Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan Makalah ini menyajikan sebuah rangkaian inverter yang dibangun dari multivibrator

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN

BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Secara garis besar, perancangan pengisian tangki air otomatis menggunakan sensor ultrasonik ini terdiri dari Bar Display, Mikrokontroler ATMega8535, Relay,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

Jurnal Skripsi. Mesin Mini Voting Digital

Jurnal Skripsi. Mesin Mini Voting Digital Jurnal Skripsi Alat mesin mini voting digital ini adalah alat yang digunakan untuk melakukan pemilihan suara, dikarenakan dalam pelaksanaanya banyaknya terjadi kecurangan dalam perhitungan jumlah hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi merupakan salah satu hal yang banyak diperbincangkan di era globalisasi ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi merupakan salah satu hal yang banyak diperbincangkan di era globalisasi ini. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi merupakan salah satu hal yang banyak diperbincangkan di era globalisasi ini. Menurut Nana Syaodih S (1997) menyatakan bahwa sebenarnya sejak dahulu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3a MULTIVIBRATOR

PERCOBAAN 3a MULTIVIBRATOR PERCOBAAN 3a MULTIVIBRATOR 3.1. TUJUAN : Setelah melaksanakan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu : Menjelaskan prinsip kerja rangkaian multivibrator sebagai pembangkit clock Membedakan rangkaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu. dengan penelitian yang dilakukan.

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu. dengan penelitian yang dilakukan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut : Studi literatur, yaitu dengan mempelajari beberapa referensi yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, pembuatan alat dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan medan magnet untuk mengetahui karakteristik sistem sensor magnetik. Tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pemantau Ketinggian Air Cooling Tower di PT. Dynaplast. Pengujian dan pengoperasian ini dilakukan

Lebih terperinci

Tugas Akhir PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK PADA KENDARAAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 OLEH : PUTU TIMOR HARTAWAN

Tugas Akhir PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK PADA KENDARAAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 OLEH : PUTU TIMOR HARTAWAN Tugas Akhir PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK PADA KENDARAAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNDIKSHA OLEH : PUTU TIMOR HARTAWAN

Lebih terperinci

Perancangan Prototipe Transmitter Beacon Black Box Locator Acoustic 37.5 khz Pingers

Perancangan Prototipe Transmitter Beacon Black Box Locator Acoustic 37.5 khz Pingers Jurnal ELKOMIKA Vol. 4 No. 2 Halaman 170-184 ISSN (p): 2338-8323 Juli - Desember 2016 ISSN (e): 2459-9638 Perancangan Prototipe Transmitter Beacon Black Box Locator Acoustic 37.5 khz Pingers RUSTAMAJI,

Lebih terperinci

Perancangan Prototipe Anemometer Berbasis Gelombang Suara Ultrasonik Frekuensi Rendah

Perancangan Prototipe Anemometer Berbasis Gelombang Suara Ultrasonik Frekuensi Rendah Perancangan Prototipe Anemometer Berbasis Gelombang Suara Ultrasonik Frekuensi Rendah Jackson Van Bowles Manurung, Ir. T. Ahri Bahriun, M.Sc Konsentrasi Teknik Komputer, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja sistem, baik secara keseluruhan ataupun kinerja dari bagian-bagian sistem pendukung. Perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Dalam bab ini akan dibahas mengenai proses perancangan mekanik pembersih lantai otomatis serta penyusunan rangkaian untuk merealisasikan sistem alat. Dalam hal ini

Lebih terperinci

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 TUGAS UTS MATA KULIAH E-BUSSINES Dosen Pengampu : Prof. M.Suyanto,MM

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISIS. pengukuran bahan bakar minyak pada tangki SPBU ini terbagi dalam dua

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISIS. pengukuran bahan bakar minyak pada tangki SPBU ini terbagi dalam dua BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISIS 4.1. Perangkat keras Perangkat keras yang digunakan dalam sistem monitoring pengukuran bahan bakar minyak pada tangki SPBU ini terbagi dalam dua bagian yang saling berhubungan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA PENGUKURAN JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK

BAB IV ANALISIS DATA PENGUKURAN JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK 60 BAB IV ANALISIS DATA PENGUKURAN JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK 4.1 Karakteristik Infra Merah Untuk pengukuran, digunakan konversi intensitas dari fototransistor menjadi nilai tegangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada rancang bangun pengukur kecepatan kendaraan menggunakan sensor GMR adalah metode deskriftif dan eksperimen. Melalui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555) Pada laporan ini akan menyajikan bagaimana efisien sebuah power supply untuk LED. Dengan menggunakan rangkaian buck converter diharapkan dapat memberikan tegangan dan arus pada beban akan menjadi stabil,

Lebih terperinci

BAB 5. MULTIVIBRATOR

BAB 5. MULTIVIBRATOR BAB 5. MULTIVIBRATOR Materi :. Dasar rangkaian Clock / Multivibrator 2. Jenis-jenis multivibrator 3. Laju Pengisian dan Pengosongan Kapasitor 4. Multivibrator Astabil dari IC 555 5. Multivibrator Monostabil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Perancangan sistem dilakukan dari bulan Maret sampai Juni 2014, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Perancangan sistem dilakukan dari bulan Maret sampai Juni 2014, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Perancangan sistem dilakukan dari bulan Maret sampai Juni 2014, bertempat di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta MODULATOR DAN DEMODULATOR FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Instrumentasi jurusan Fisika

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Instrumentasi jurusan Fisika 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Instrumentasi jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian dimulai pada tanggal Juni 2012 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

PENGUKUR TINGGI BADAN DENGAN DETEKTOR ULTRASONIK

PENGUKUR TINGGI BADAN DENGAN DETEKTOR ULTRASONIK PROS ID I NG 2 0 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENGUKUR TINGGI BADAN DENGAN DETEKTOR ULTRASONIK A. Ejah Umraeni Salam & Cristophorus Yohannes Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ROBOT PENGANTAR SURAT MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

RANCANG BANGUN ROBOT PENGANTAR SURAT MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 RANCANG BANGUN ROBOT PENGANTAR SURAT MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 Hariz Bafdal Rudiyanto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Gunadarma Depok Kelapa Dua Email: hariz_bafdal@yahoo.co.id ABSTRAKSI Robot

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Perancangan dan pembuatan alat merupakan bagian yang terpenting dari seluruh pembuatan tugas akhir. Pada prinsipnya perancangan dan sistematik yang baik akan memberikan kemudahan-kemudahan

Lebih terperinci

PENERAPAN SINYAL ULTRASONIK PADA SISTEM PENGENDALIAN ROBOT MOBIL

PENERAPAN SINYAL ULTRASONIK PADA SISTEM PENGENDALIAN ROBOT MOBIL PENERAPAN SINYAL ULTRASONIK PADA SISTEM PENGENDALIAN ROBOT MOBIL SUMARNA Program Studi Teknik Informatika Universita PGRI Yogyakarta Abstrak Sinyal ultrasonik merupakan sinyal dengan frekuensi tinggi berkisar

Lebih terperinci

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller Tanu Dwitama, Daniel Sutopo P. Politeknik Batam Parkway Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia E-mail: tanudwitama@yahoo.co.id, daniel@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan tentang perancangan perangkat keras dari tugas akhir yang berjudul Penelitian Sistem Audio Stereo dengan Media Transmisi Jala-jala Listrik. 3.1.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses alur penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti lakukan mulai dari proses perancangan model hingga hasil akhir dalam

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: Sistem Logger Suhu dengan Menggunakan Komunikasi Gelombang Radio

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: Sistem Logger Suhu dengan Menggunakan Komunikasi Gelombang Radio Sistem Logger Suhu dengan Menggunakan Komunikasi Gelombang Radio Setiyo Budiyanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana JL. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta, 11650 Telepon:

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. Perancangan alat penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM DETEKSI JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM DETEKSI JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK 29 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM DETEKSI JARAK MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN ULTRASONIK 3.1 Sistem Deteksi Jarak Menggunakan Infra Merah 3.1.1 Sistem Deteksi Infra Merah Ada beberapa macam alat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL. Diagram Blok Diagram blok merupakan gambaran dasar membahas tentang perancangan dan pembuatan alat pendeteksi kerusakan kabel, dari rangkaian sistem

Lebih terperinci

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat Modul 04: Op-Amp Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis Reza Rendian Septiawan March 3, 2015 Op-amp merupakan suatu komponen elektronika aktif yang dapat menguatkan sinyal dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 2014 di Laboratorium Pemodelan Fisika dan Laboratorium Elektronika Dasar Jurusan

Lebih terperinci

DETEKTOR JARAK DENGAN SENSOR ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLER

DETEKTOR JARAK DENGAN SENSOR ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLER DETEKTOR JARAK DENGAN SENSOR ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLER Kiki Prawiroredjo & Nyssa Asteria* Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti Abstract A Distance Detector is a circuit that

Lebih terperinci

Ultrasonic Level Transmitter Berbasis Mikrokontroler ATmega8

Ultrasonic Level Transmitter Berbasis Mikrokontroler ATmega8 Ultrasonic Level Transmitter Berbasis Mikrokontroler ATmega8 Thiang, Indra Permadi Widjaja, Muliadi Tedjotjahjono Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Jalan Siwalankerto 121-131 Surabaya 60236

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014. Perancangan alat penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Elektronika

Lebih terperinci

SAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA

SAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA ISSN: 1693-6930 39 SAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA Adi Wisaksono Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang Semarang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER

ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER Jefta Gani Hosea 1), Chairisni Lubis 2), Prawito Prajitno 3) 1) Sistem Komputer, FTI Universitas Tarumanagara email : Jefta.Hosea@gmail.com 2) Sistem

Lebih terperinci

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206 Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email : eddynurraharjo@gmail.com Abstrak Sebuah sinyal dapat dihasilkan dari suatu pembangkit sinyal yang berupa sebuah rangkaian

Lebih terperinci

TERMOMETER 8 KANAL. Kata-kata kunci: LM35, ADC0808, mikrokontroler AT89S51.

TERMOMETER 8 KANAL. Kata-kata kunci: LM35, ADC0808, mikrokontroler AT89S51. TERMOMETER 8 KANAL Muhammad Andang Novianta Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Kampus ISTA Jl. Kalisahak No. 28 Kompleks Balapan Yogyakarta Telp 02-563029, Fax 02-5638,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT EFEK SURROUND DENGAN IC BUCKET-BRIGADE DEVICE (BBD) MN 3008

RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT EFEK SURROUND DENGAN IC BUCKET-BRIGADE DEVICE (BBD) MN 3008 RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT EFEK SURROUND DENGAN IC BUCKET-BRIGADE DEVICE (BBD) MN 3008 Albert Mandagi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti Jalan Kiai Tapa 1, Jakarta

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik dan instalasi

Lebih terperinci

COUNTER ASYNCHRONOUS

COUNTER ASYNCHRONOUS COUNTER ASYNCHRONOUS A. Tujuan Kegiatan Praktikum 2 : Setelah mempraktekkan Topik ini, anda diharapkan dapat : ) Merangkai rangkaian ASYNCHRONOUS COUNTER 2) Mengetahui cara kerja rangkaian ASYNCHRONOUS

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Juli 2012 yang dilaksanakan di laboratorium Elektronika dan Robotika

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori (2.1)

Bab II Dasar Teori (2.1) Bab II Dasar Teori 2.1. Gelombang ulrasonik Untuk dapat mengamati perubahan yang terjadi pada udara, dapat dilakukan dengan mengamati kejadian fisis akibat suatu pengkondisian tertentu yang memberikan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENGUKUR VOLUME ZAT CAIR MENGGUNAKAN GELOMBANG ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENGUKUR VOLUME ZAT CAIR MENGGUNAKAN GELOMBANG ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENGUKUR VOLUME ZAT CAIR MENGGUNAKAN GELOMBANG ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 Teguh Wiguna 1, Achmad Hidayatno, ST, MT, Trias Andromeda, ST, MT Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

KENDALI KERAN OTOMATIS PADA TOILET PRIA DENGAN SENSOR PIR ( PASSIVE INFRARED )

KENDALI KERAN OTOMATIS PADA TOILET PRIA DENGAN SENSOR PIR ( PASSIVE INFRARED ) KENDALI KERAN OTOMATIS PADA TOILET PRIA DENGAN SENSOR PIR ( PASSIVE INFRARED ) Elias Gabriel Sakliressy Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Margonda Raya 100 Depok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 205 dan tempat pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Elektronika Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

Jurnal ILMU DASAR Vol. 5 No.1, 2004 : Misto Staf Pengajar Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Jember

Jurnal ILMU DASAR Vol. 5 No.1, 2004 : Misto Staf Pengajar Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Jember 55 Desain Tranduser Suhu Dengan Rangkaian Perata Dan Modulator Frekuensi Untuk Transmisi Fiber Optik (Temperature Transducer Desain With Averager And Frequency Modulation Circuit For Fiber Optic Transmission)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor Ultrasonik Frekuensi sendiri merupakan identitas sebuah suara, dimana frekuensi adaiah jumlah geiombang yang terjadi pada 1 satuan wak.u. Jarak antara gelombang satu dengan

Lebih terperinci

JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS

JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS Education and Science Physics Journal ISSN : 247-3563 JRFES Vol 1, No 2 (215) 92-98 http://ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/jrfes RANCANG BANGUN ALAT UKUR

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt

Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt Widyastuti Jurusan Teknik Elektro Universitas Gunadarma Jl. Margonda 100 Depok E-mail : widyast@sta.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci