OPTIMALISASI PERAN KOMANDAN PELETON GUNA MENDUKUNG PELAKSANAAN PEMBINAAN SATUAN BATALYON INFANTERI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMALISASI PERAN KOMANDAN PELETON GUNA MENDUKUNG PELAKSANAAN PEMBINAAN SATUAN BATALYON INFANTERI"

Transkripsi

1 1 OPTIMALISASI PERAN KOMANDAN PELETON GUNA MENDUKUNG PELAKSANAAN PEMBINAAN SATUAN BATALYON INFANTERI Pembinaan satuan bertujuan agar semua unsur satuan dapat dikembangkan sesuai dengan fungsi masing-masing, sehingga semua satuan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) terpelihara tingkat kemampuannya secara sistematis, berencana dan sesuai dengan perkembangan doktrin, tradisi Tentara Nasional Indonesia dan teknologi agar dapat melaksanakan tugas pokok TNI-AD. Pembinaan satuan Yonif sebagai bagian integral TNI-AD, merupakan tanggung jawab seorang Komandan Satuan tersebut. Dimana dalam menyelenggarakan pembinaan satuan senantiasa dituntut peka dan peduli, memiliki kemampuan manajemen latihan yang baik dan benar, menguasai taktik dan tehnik militer, berdaya cipta tinggi, kreatifitas, inovatif dan improvisasi untuk menghadapi keterbatasan dana, sarana dan prasarana satuan. Upaya pembinaan satuan Yonif akhir-akhir ini dirasakan sudah cukup baik namun kurang optimal. Indikatornya adalah di home base masih terdapat anggota yang desersi dan melakukan pelanggaran disiplin lainnya, disamping itu di daerah operasi juga masih terjadi pelanggaran-pelanggaran disiplin yang tidak perlu antara lain terjadinya salah lirik, melawan perintah dan lain-lain. Memperhatikan kondisi tersebut diatas, maka diperlukan upaya seorang Komandan baik dalam tingkatan teratas hingga tingkat paling bawah dalam mengoptimalkan penyelenggaraan pembinaan satuan serta figur seorang Komandan, yang mempunyai kemampuan manajemen dan memiliki visi dan misi pembinaan satuan untuk mencapai tujuan organisasi, yang pada gilirannya dapat dikerahkan setiap saat untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok. Penulisan karya perorangan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang upaya dalam optimalisasi peran seorang komandan peleton dalam mendukung pelaksanaan pembinaan satuan Satuan Yonif dihadapkan kepada pelaksanaan tugas pokok satuan. Sebagai sumbangan pemikiran kepada pimpinan TNI-AD khususnya

2 2 Danbrigif dan Danyonif dalam meningkatkan Pembinaan Satuan dihadapkan kepada pelaksanaan Operasi Penumpasan pemberontakan separatis bersenjata. Menyikapi dinamika perubahan perkembangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia khususnya dihadapkan pada persepsi ancaman dan perkembangan bentuk konflik dalam negeri diperlukan suatu keselarasan antara program maupun kebijakan yang sedang berlaku dan penjabarannya dalam rangka optimalisasi pembinaan Satuan Yonif maka dalam penulisan ini berlandaskan pada dasar hukum dan buku petunjuk bidang latihan. Disamping itu dalam pembahasan pada setiap bab tulisan ini disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi serta permasalahan yang berkembang di Batalyon Infanteri yang berpengaruh pada pembinaan satuan. Komandan Batalyon pada dasarnya merupakan arsitek pembinaan satuan, namun dalam pelaksanaannya masih menghadapi berbagai permasalahan baik dari segi pembinaan latihan dan organisasi, pembinaan personel, pembinaan materiil, pembinan buku petunjuk, maupun pembinaan pangkalan. Bila kondisi ini berlarut maka akan berdampak terhadap kesiapan satuan. 10. Pembinaan Satuan Yonif. a. Pembinaan latihan. Secara umum dikelompokkan dari beberapa aspek yang saling mendukung dan berkaitan satu sama lainnya, yang meliputi aspek pembinaan latihan, pembinaan kesiapan operasi, pembinaan olah raga dan pembinaan teritorial terbatas. Dimana Pembinaan latihan ini sudah berjalan cukup baik, namun kegiatan tersebut tidak didukung suatu perencanaan dan pengawasan yang baik dari unsur-unsur Komandan di satuan secara berjenjang dan pemahaman masalah Binlat unsur Dan Satwah kurang. 1) Pelaksanaan latihan satuan dalam rangka program latihan atau dalam rangka tugas operasi masih belum maksimal dilaksanakan hal ini terjadi akibat beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan latihan di satuan antara lain dari segi perencanaan yang kurang baik.

3 3 2) Latihan dalam rangka program kerja. Pelaksanaan latihan satuan disesuaikan dengan program kerja yang sudah ditetapkan dari satuan atas antara lain : / a) Latihan... a) Latihan perorangan. Latihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan perorangan pada tiap-tiap prajurit sebagai dasar dalam pelaksanaan latihan selanjutnya. Namun kenyataannya yang ada latihan perorangan ini tidak dilaksanakan secara maksimal disatuan sehingga kemampuan prajurit di Batalyon tidak mengalami peningkatan. Adapun latihan yang belum maksimal antara lain : (1) Latihan intel tempur. Prajurit sebagai badan pengumpul keterangan belum dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dalam mencari informasi tentang musuh sehingga tidak dapat memberikan keterangan ke satuan atas yang sangat membutuhkan informasi untuk diolah, hal ini disebabkan karena para prajurit tidak memahami tugastugas intelpur karena pembekalan yang diberikan sangat terbatas padahal materi ini sangat dibutuhkan terutama di daerah operasi yang dihadapkan pada kondisi medan yang bervariasi dan disposisi musuh yang menyebar serta memiliki fasilitas yang memadai sehingga sangat dibutuhkan informasi yang akurat dan tepat waktu. (2) Latihan Refeling. Dengan kondisi medan di daerah operasi sangat bervariasi dan kebanyakan hutan belantara serta mobilitas dan agresifitas musuh yang tinggi maka diperlukan kecepatan dalam bergerak dan bertindak bagi pasukan pemukul, hal ini hanya dapat dilaksanakan dengan menggunakan transportasi darat maupun udara.

4 4 / Transportasi... Transportasi udara dengan menggunakan Helly akan sangat efektif didalam melaksanakan mobilitas untuk pengejaran atau penutupan terhadap gerak maju musuh, dengan kondisi medan yang merupakan hutan belantara pesawat Helly akan mendapat kesulitan dalam mencari daerah untuk pendaratan sehingga yang paling memungkinkan dalam menurunkan pasukan hanya dengan melaksanakan Refeling dari pesawat Helly, berkaitan dengan itu para prajurit saat ini belum seluruhnya menguasai tehnik melaksanakan Refeling sehingga akan mendapat kesulitan apabila hal ini dilaksanakan oleh karena itu sangat perlu sekali seluruh prajurit yang melaksanakan operasi menguasai Refeling. b) Latihan tingkat Regu. Tujuan latihan ini adalah untuk mengetahui kecakapan para Danru dalam memimpin dan melaksanakan keterampilan taktis dan teknis dalam hubungan regu. Dalam kenyataan saat ini para Danru masih memiliki kekurangan dalam melaksanakan kepemimpinannya, hal ini disebabkan karena para Danru kurang menguasai taktik dan tehnik serta keterampilan militer di tingkat regu begitu juga para anggotanya masih belum menguasai tehnik dan taktik dasar keprajuritan. Dihadapkan kepada situasi dan kondisi yang sering dihadapi oleh pasukan setingkat regu didaerah operasi sering memanfaatkan rakyat sebagai pelindung bahkan sering dijadikan tameng hidup dalam menjalankan aksinya terutama apabila sudah terdesak oleh pasukan TNI sehingga lawan sering bersembunyi dirumah penduduk dengan cara mengancam penduduk yang rumahnya ditempati,

5 5 / hal... hal ini dapat menimbulkan dilema bagi pasukan TNI dalam mengatasinya sehingga sangat diperlukan pemahaman taktik dan tehnik pengepungan kampung dan penggeledahan rumah oleh setiap personel agar didalam pelaksanaannya tidak menyalahi aturan dan ketentuan yang berlaku. Saat ini pasukan setingkat regu masih belum memahami sepenuhnya mengenai taktik dan tehnik Pungsihpung dan Pungdahmah sehingga sangat perlu untuk dilatihkan secara mendalam agar tidak terjadi pelanggaran hukum yang dilakukan prajurit akibat kesalahan prosedur didalam melaksanakan tugas yang sebenarnya. c) Latihan tingkat Peleton. Latihan ini sangat didukung oleh keterampilan tiap-tiap regunya selain kepiawaian para Komandan Peletonnya. Karena kurangnya keterampilan ditingkat regu maka ditingkat peletonpun secara otomatis terdapat kekurangan hal ini disebabkan karena para Komandan Peleton masih belum memiliki kemampuan memimpin dilapangan serta kemampuan mengaplikasikan antara teori dengan praktek dilapangan. Hal yang sangat penting yang masih dirasakan kurang antara lain adalah latihan lawan penghadangan. Banyaknya personel TNI dan POLRI yang gugur didaerah operasi Aceh salah satunya akibat penghadangan oleh lawan baik penghadangan pada saat dalam kendaraan ataupun penghadangan pada saat berjalan kaki, hal ini disebabkan karena kurang dikuasainya tehnik dan taktik lawan penghadangan oleh setiap prajurit. Disamping itu lawan sudah sangat menguasai medan serta memiliki mobilitas dan keberanian dalam melaksanakan penghadangan terhadap pasukan serta dengan mudah menghilang apabila dikejar oleh pasukan. / Kondisi...

6 6 Kondisi pasukan saat ini masih belum menguasai sepenuhnya tentang taktik dan tehnik lawan penghadangan sehingga masih perlu banyak dilatihkan. d) Latihan tingkat Kompi. Latihan ini untuk menguji kemampuan Kompi dalam melaksanakan pertempuran sesuai dengan kondisi medan yang dihadapi. Pada saat ini latihan tingkat Kompi masih belum mencapai sasaran secara maksimal karena masih adanya kekurangan yang dimiliki Danki dalam mengaplikasikan teori taktik dengan praktek dilapangan yang ditunjang oleh kemampuan tiap-tiap Peletonnya. e) Latinhan tingkat Batalyon. Latihan ini untuk menguji dan meningkatkan kemampuan Batalyon dalam mengendalikan Kompikompinya saat ini masih dirasakan kurang mantap karena kemampuan Kompi-kompi kurang maksimal. 3) Latihan dalam rangka penugasan. a) Sebelum melaksanakan penugasan/operasi satuan biasanya melaksanakan latihan Pratugas yang terdiri dari 3 tahap. Tahap I dan II melaksanakan latihan di Home Base dengan penyelenggara satuan itu sendiri. Tahap III dilaksanakan latihan secara terpusat dengan penyelenggaraannya adalah satuan atas yang ditunjuk dengan menggunakan medan latihan yang menyerupai medan sebenarnya dan berada diluar Home Base. b) Pelaksanaan latihan Pratugas mulai Tahap I sampai dengan Tahap II yang dilaksanakan oleh Batalyon Infanteri masih dirasakan kurang maksimal karena belum bisa mengakomodir semua kemungkinan yang akan dihadapi dengan situasi medan dan kekuatan musuh serta kemampuan musuh yang ada saat ini, hal ini dapat mengakibatkan kerugian dipihak pasukan TNI. / Ini... Ini merupakan tanggung jawab para Komandan Batalyon juga satuan atas yang menyelenggarakan latihan dalam rangka penugasan Yonif.

7 7 c) Dalam pelaksanaan latihan Pratugas Tahap III masih belum memenuhi kebutuhan didaerah operasi salah satunya adalah latihan Mobilitas Udara. Dihadapkan dengan kondisi medan yang cukup sulit dan bervariasi di daerah operasi serta mobilitas musuh yang cukup tinggi sehingga sering pasukan kehilangan jejak didalam melaksanakan pengejarannya, oleh karena itu sangat diperlukan kecepatan didalam mobilitas udara dengan menggunakan pesawat Helly namun kondisi saat ini pasukan Kostrad yang berangkat operasi tidak semuanya memiliki kemampuan Mobud. b. Pembinaan organisasi. 1) Pemenuhan personel dan materiil cukup memadai sesuai dengan TOP satuan, namun dari segi pemenuhan personel khususnya Perwira masih kurang sesuai TOP, hal ini berdampak terhadap pembinaan kepada sebagian anggota. 2) Dalam setiap penyiapan operasi salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan reorganisasi dalam rangka pembuatan susunan tugas yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi wilayah penugasan, bila dikaitkan dengan kondisi wilayah didaerah Opreasi yang memiliki medan bervariasi yang sebagian besar masih berupa hutan belukar serta kondisi perkampungan yang tersebar dan berjauhan satu sama lainnya, hal ini menuntut pembentukan susunan tugas yang memadai supaya seluruh daerah dapat dikuasai oleh satu Yonif. / Bila... Bila ditinjau dari segi masyarakatnya khususnya masyarakat yang berada dipedesaan sangatlah fanatik dan religius apalagi sudah banyak yang terkena hasutan dan ancaman oleh pihak Lawan sehingga perlu tenaga ekstra untuk dapat memberikan penyuluhan dan penerangan kepada

8 8 mereka supaya masyarakat dapat membantu kita dalam pelaksanaan operasi. Namun kenyataan yang ada saat ini organisasi penugasan Yonif hanya dibentuk dengan kekuatan dari satuan itu sendiri tanpa ada bantuan khusus dari satuan atau kecabangan lain, organisai penugasan tersebut biasanya meliputi : a) Unsur kelompok Komando Batalyon yang terdiri dari Danyon, Wadanyon dan para Perwira Staf yang ada di Batalyon yaitu Staf Intel, Staf Operasi, Staf Personel dan Staf Logistik ditambah Staf khusus Pabintal dan Dokter Batalyon. (1) Bila dihadapkan dengan situasi dan kondisi di daerah operasi yang mempunyai permasalahan yang begitu kompleks dan sering terjadinya pelanggaran hukum dan HAM oleh para prajurit yang sedang melaksanakan tugas sehingga sangat merugikan terhadap nama baik dan citra TNI, hal ini disebabkan karena para prajurit yang melaksanakan tugas masih kurang dalam memahami masalah hukum dan HAM akibat tidak adanya Staf khusus yang menangani masalah hukum di Batalyon, adapun penyuluhan hukum yang diberikan oleh petugas pembinaan hukum sewaktu di Home Base tidak cukup untuk membuat para prajurit mengerti karena sedikitnya waktu yang diberikan dalam penyuluhan hukum dan HAM kepada para prajurit. / (2) Dengan... (2) Dengan luasnya wilayah yang harus dikuasai oleh satuan Yonif maka dalam pelaksanaan tugasnya satuan dipisah dibeberapa tempat dengan tujuan dapat menguasai wilayah tersebut sehingga diposisi pasukan tersebar, hal ini dapat menyebabkan komunikasi dan penyampaian informasi

9 9 dari satuan induk pasukannya sulit mendapat informasi mengenai perkembangan situasi yang sedang terjadi juga sering mendapatkan informasi yang keliru yang dapat menjadikan salah penafsiran baik dikalangan prajurit sendiri ataupun dikalangan masyarakat disekitar pos pasukan, hal ini disebabkan karena tidak adanya unsur yang menangani masalah penerangan di Batalyon, sedangkan Satgas penerangan yang ada di Kolakops sangat terbatas dalam penyampaian informasi. b) Unsur tempur yang terdiri dari Kompi-kompi senapan yang berada di Batalyon yang langsung dibawah pimpinan Komandan Kompi. Unsur tempur dari tiap Kompi dapat dipecah menjadi beberapa Tim sesuai dengan kebutuhan di daerah operasi. c) Unsur pendukung yaitu unsur dari Kompi Markas yang berfungsi untuk melaksanakan dukungan administrasi dan logistik bagi pasukan yang melaksanakan operasi. c. Pembinaan Personel. 1) Disiplin. Secara kualitas Kondisi disiplin satuan saat ini sudah cukup baik, namun masih terdapat beberapa pelanggaran antara lain: desersi dan pelanggaran disiplin. / 2) Profesionalisme... 2) Profesionalisme. Secara kualitas kondisi profesionalisme prajurit cukup memadai, namun dari segi Manajemen latihan khususnya tingkat Danki kebawah masih perlu ditingkatkan. 3) Moril. Secara kualitas kondisi moril prajurit saat ini mempunyai moril yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari setiap pelaksanaan latihan dilaksanakan dengan semangat.

10 10 4) Jiwa korsa. Sampai dengan saat ini kondisi jiwa korsa prajurit sudah cukup baik, hal ini ditandai dengan kekompakan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari maupun di daerah operasi. d. Pembinaan Materiil. Secara kuantitas dan kualitas kondisi kendaraan, senjata dan alkom yang ada saat ini kurang memadai dikarenakan banyak materiil yang rusak dan keterbatasan suku cadang dan perlu mendapatkan perhatian yang serius. Meskipun sudah ada upaya Dansat dengan menciptakan inovasi dengan pengadaan suku cadang yang ada dipasaran umum namun sifatnya terbatas. e. Pembinaan buku petunjuk (Piranti Lunak). Jumlah buku petunjuk yang tersedia di satuan secara umum sudah memenuhi angka kebutuhan minimal. Namun masih dapat digunakan sebagai pedoman, instrumen maupun referensi dalam belum terinventarisir dengan baik. f. Pembinaan pangkalan 1) Fasilitas sarana dan prasarana pangkalan disatuan yang meliputi antara lain : fasilitas perkantoran dan perumahan, sarana dan prasarana latihan dan olah raga, lapangan tembak secara umum sudah tersedia namun untuk fasilitas bangunan aula tidak ada dalam rangka menampung kegiatan satu Batalyon dalam ruangan. 2) Fasilitas sarana dan prasarana pangkalan disatuan merupakan pengadaan lama dengan dukungan harbang yang terbatas. / BAB-IV... BAB-IV FAKTOR YANG BERPENGARUH 11. Umum. Dalam upaya meningkatkan kualitas Binsat di Yonif tidak terlepas dari permasalahan faktor peluang dan kendala serta kekuatan dan kelemahan yang dihadapi satuan baik yang berasal dari faktor Internal maupun Eksternal.

11 Faktor Internal. a. Kekuatan. 1) Motivasi, tekad dan semangat pengabdian serta disiplin sebagian besar prajurit satuan relatif tinggi sehingga mempermudah Binsat. 2) Instrumen pembinaan kendatipun relatif terbatas telah tersedia di satuan dengan demikian mendorong kelancaran pembinaan satuan. 3) Dansat di Batalyon disemua tingkatan telah dibekali ilmu kepemimpinan lapangan dan manajemen praktis. 4) Queen Of The Battle, merupakan ungkapan bagi prajurit Infanteri secara umum, yang secara psikologis tentunya sangat berpengaruh kepada kejiwaan bagi setiap warga korps Infanteri, yang berkaitan erat dengan pelaksanaan tugas baik di Home Base maupun di daerah operasi. Sebagai idealisme dasar dapat meningkatkan sikap dan perilaku profesionalisme, penyimpangan dari kode etik pada korpsnya, sehingga harus diupayakan perbaikan kearah yang benar. 5) Harga diri. Setiap orang senantiasa mendambakan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain. Merupakan harapan-harapan yang dapat dijadikan dorongan minat untuk berbuat yang terbaik, karena merasa malu apabila tidak profesional di bidangnya, sehingga secara tidak langsung akan tercipta etos kerja yang lebih bergairah. / 6) Sistem... 6) Sistim pembinaan satuan yang diselenggarakan sepanjang tahun anggaran sebagai tolok ukur dalam penyiapan kesiapsiagaan satuan, sehingga apabila sistem pembinaan satuan itu baik dan berjalan sesuai dengan harapan maka akan memberikan kesiapan satuan yang lebih profesional. 7) Prajurit Yonif masih memegang teguh sendi-sendi kehidupan kemiliteran seperti Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 wajib TNI sehingga loyalitas dan kesetiaan kepada pemerintah masih tetap terjaga. 8) Prajurit Yonif sudah mempunyai dasar pengetahuan dan keterampilan prajurit yang memadai sehingga tidak akan sulit bila

12 12 diberikan pengetahuan dan latihan militer lanjutan untuk menambah keterampilan para prajurit agar dapat menjadi prajurit profesional. b. Kelemahan. Kelemahan yang bersifat Internal adalah kelemahan yang ada pada diri prajurit sendiri maupun yang ada di satuan Yonif, adapun kelemahan tersebut adalah : 1) Binsat yang belum sepenuhnya mampu menjangkau kebutuhan dasar individual yakni rasa aman, psikis kesejahteraan, pengakuan dan aktualisasi diri merupakan dilema bagi Dansat. 2) Perencanaan aspek Binsat tidak ditindak lanjuti dengan pengawasan dilapangan. 3) Fasilitas, sarana dan prasarana Binsat dibidang Binlat tidak terawat dengan baik sehingga usia pakai tidak bertahan lama. 4) Disiplin. Banyak kasus yang terjadi akibat ketidak disiplinan prajurit, salah satu faktor penyebabnya adalah faktor ekonomi/kesejahteraan prajurit yang kurang mencukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup prajurit dan keluarganya, bahkan bukan hanya pelanggaran disiplin saja yang terjadi tetapi juga sampai melakukan tindakan kriminal baik pidana maupun perdata. / 5) Menurunnya 5) Menurunnya kualitas kepemimpinan. Karena dorongan kebutuhan ekonomi untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, seorang pemimpin akan lebih mendahulukan kepentingan pribadi daripada kepentingan satuan. Hal inilah yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas kepemimpinan seseorang, terutama dibidang pengawasan dan pembinaan yang menjadi tanggung jawab unsur pimpinan. Hal tersebut hanya dapat dilakukan pada saat jam dinas sedangkan diluar jam dinas pengawasan dan pembinaan jarang dilakukan sehingga anggota bebas melakukan kegiatan tanpa adanya pengendalian. 6) Menurunnya rasa kebersamaan sesama prajurit. Rasa kebersamaan prajurit dalam arti yang positif semakin menurun karena kurangnya pembinaan oleh para unsur pimpinan, sebaliknya rasa jiwa

13 13 korsa yang sempit antar prajurit semakin meningkat hal ini dapat dilihat dari banyaknya perkelahian dan pelanggaran yang dilakukan prajurit terhadap masyarakat, Polri atau Angkatan lain yang dilakukan secara bersama-sama, disisi lain juga karena TNI masih merasa sebagai warga negara kelas satu dimana dalam segala hal ingin mendapatkan perlakuan istimewa meskipun sebenarnya melanggar ketentuan yang berlaku. 7) Terdapatnya sumber pendidikan perwira yang berbeda dapat mengakibatkan perbedaan pula didalam melaksanakan pembinaan kepada masing-masing anggotanya yang disesuaikan dengan kemampuan dan motivasi para perwira tersebut, hal ini sangat berpengaruh terhadap upaya pelaksanaan peningkatan profesionalisme keprajuritan disatuan. 8) Terbatasnya pendidikan spesialisasi. Terbatasnya kesempatan mengikuti pendidikan spesialisasi (penataran, kursus dan sejenisnya) bagi personel sehingga berpengaruh kepada kualitas perorangan, sebab dengan kemampuan perorangan yang terbatas, akan berdampak pada kesiapan satuan. / 9) Sumber... 9) Sumber daya manusia. Berdasarkan pengalaman yang lalu dari sekian prajurit yang baru keluar dari lembaga pendidikan kemudian masuk ke satuan sering terdapat personel yang berstatus kesehatannya III dan IV, sehingga personel tersebut sudah tidak memadai berada disatuan tempur. 13. Faktor Eksternal. a. Peluang. Peluang yang bersifat eksternal adalah peluang yang datang dari luar yang dapat bermanfaat dan mendukung kepada satuan sehingga satuan akan mendapat keuntungan darinya.

14 14 1) Kemajuan Iptek dari sudut pandang pengetahuan/teori meningkatkan daya fikir dan analisis prajurit untuk kemajuan dalam mendukung Binsat. 2) Dari tinjauan kemajuan teknologi yang semakin maju tersedia sarana dan prasarana yang memudahkan Binsat. 3) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak pengetahuan baru yang sangat bermanfaat dan pesatnya perkembangan teknologi untuk menambah wawasan sehingga dapat mendukung dalam pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh prajurit Yonif. 4) Perhatian Pemerintah terhadap kesejahteraan prajurit semakin meningkat sehingga dapat mempermudah untuk menjadi para prajurit Yonif yang profesional dan tidak terlalu banyak memikirkan untuk kepentingan keluarga. / 5) Idiologi... 5) Ideologi Pancasila sebagai falsafah negara masih relevan dihadapkan pada kondisi yang terjadi dewasa ini. Hal ini merupakan peluang untuk menangkal erosi nilai-nilai kejuangan yang dimiliki oleh para prajurit serta pengaruh dari ideologi lain. 6) Kesadaran dan penghayatan dari segenap seluruh komponen bangsa termasuk prajurit Yonif Kostrad terhadap nilai-nilai kejuangan merupakan kekuatan yang dapat memacu motivasi pelaksanaan tugas dengan berhasil memberikan modal dasar bagi upaya pelestarian nilai kejuangan. b. Kendala. Kendala yang bersifat eksternal adalah kendala yang datang dari luar negeri yang dapat mempengaruhi dan menghambat kegiatan atau pelaksanaan tugas baik kepada prajurit ataupun kepada satuan.

15 15 1) Era Reformasi. Reformasi yang bergulir telah membuat masyarakat untuk berfikir kritis dan berani didalam menanggapi dan menuntut terhadap berbagai perkembangan situasi yang terjadi, bahkan masyarakat didukung oleh LSM tertentu berani melakukan tuntutantuntutan terhadap institusi TNI AD maupun secara perorangan terhadap kasus yang terjadi pada waktu-waktu yang lalu, dengan alasan pihak TNI AD telah melakukan pelanggaran HAM. Banyak tuntutan dan adanya pengadilan terhadap parjurit-prajurit TNI AD dengan tuduhan melakukan pelanggaran HAM, sedikit banyak telah mempengaruhi kejiwaan prajurit didalam setiap melaksanakan tugas, dampak yang terjadi berupa takut untuk bertindak, ragu-ragu dalam mengambil keputusan. / 2) Krisis... 2) Krisis Ekonomi. Krisis ekonomi yang terjadi dan menimpa bangsa sangatlah berpengaruh didalam pencapaian profesionalisme prajurit Yonif. Kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan prajurit berupa kesejahteraan, persenjataan dan perlengkapan belum seluruhnya dapat dipenuhi, hal ini sangat berdampak dalam pencapaian profesionalisme prajurit di satuan Yonif. 3) Mass Media. Kebebasan media yang begitu besar telah banyak mempengaruhi pendangan masyarakat dan sering dimanfaatkan kelompok tertentu untuk mencapai tujuannya yang dapat mempengaruhi cara berfikir dan cara bertindak para prajurit. 4) Ketahanan bidang sosial budaya sedang teruji dengan maraknya berbagai masalah sosial akibat krisis ekonomi dan perubahan politik di Indonesia yang memerlukan perhatian khusus mengingat intensitasnya yang menunjukkan gejala mengganggu stabilitas nasional. 5) Belum secara keseluruhan prajurit Kostrad memahami Paradigma baru yang dikembangkan TNI termasuk pendekatan kesejahteraan yang

16 16 dikedepankan dalam hubungan dengan masyarakat tanpa mengabaikan pendekatan keamanan. 6) Berkembangnya sikap individualis sebagai dampak negatif kemajuan Iptek dan perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri bahkan informasi. 7) Sifat acuh tak acuh terhadap pengamalan 8 Wajib TNI dan Sapta Marga serta Sumpah Prajurit berakibat kemungkinan terjadinya frustasi dari para prajurit Kostrad akibat dampak dari hujatan-hujatan yang selama ini dilakukan oleh sebagaian kecil masyarakat Indonesia yang selalu dilontarkan baik dikalangan tingkat bawah maupun yang selalu dilakukan oleh para elit politik dan bahkan oleh para mantan pejabat TNI sendiri. / BAB-V... BAB-V KONDISI PEMBINAAN SATUAN YONIF YANG DIHARAPKAN 14. Umum. Binsat Yonif diharapkan adalah tampilan yang siap operasional yang dipimpin oleh seorang Dansat yang mempunyai perhatian sungguh-sungguh terhadap pembinaan satuan dengan diawaki oleh prajurit yang berdisiplin tinggi, berdedikasi, profesional serta loyal terhadap keputusan / kebijakan organisasi atau pimpinan. 15. Pembinaan Satuan. a. Pembinaan Latihan. 1) Pembinaan Latihan. a) Pembinaan latihan. Setiap Dansat bertanggung jawab untuk menjamin agar semua latihan yang diselenggarakan Komandonya dilaksanakan sesuai garis kebijaksanaan pimpinan TNI-AD. Untuk itu setiap penyelenggaraan latihan satuan sesuai

17 17 program batalyon harus berpedoman pada manajemen latihan, Proglatsi, teknik penyelenggaraan latihan maupun SJM secara tepat. Kegiatan Binlat diarahkan untuk meningkatkan profesionalisme sehingga sesederhana apapun suatu latihan harus direncanakan dengan cermat sehingga dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan terukur. b) Latihan dalam rangka program kerja. (1) Latihan perorangan telah dilaksanakan secara maksimal sehingga kemampuan dasar prajurit Yonif dapat dipelihara dan meningkat hal ini merupakan modal dasar bagi prajurit sebagai bekal dalam pelaksanaan operasi. / (2) Latihan... (2) Latihan tingkat regu. Para Komandan regu dapat mengaplikasikan antara teori yang telah dimiliki dengan praktek dilapangan pada medan sebenarnya sehingga tidak ada keraguan dalam memimpin regunya. (3) Latihan tingkat Peleton. Para Komandan Peleton dapat menguasai taktik dan tehnik militer tingkat peleton dan telah dapat mengaplikasikannya di medan yang sebenarnya serta didukung oleh kemampuan tiap-tiap regunya sehingga peleton tersebut dapat melaksanakan tugas dengan sebaikbaiknya. (4) Latihan tingkat Kompi. Komandan Kompi telah memiliki kemampuan yang maksimal dalam memimpin dan telah dapat menguasai taktik dan tehnik militer tingkat Kompi serta didukung oleh kemampuan peleton yang handal sehingga Kompi tersebut dapat melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya dengan baik.

18 18 (5) Latihan tingkat Batalyon. Komandan Batalyon sebagai unsur pimpinan yang bertanggung jawab terhadap Batalyonnya telah memiliki kecakapan dalam memimpin serta mengendalikan Batalyonnya sehingga latihan tingkat Batalyon yang diselenggarakan dapat dilaksanakan dengan baik dengan hasil yang memuaskan. Hal ini juga dipengaruhi oleh kualitas kompi-kompinya yang dapat dibanggakan sehingga akan yakin dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. / c) Latihan... c) Latihan dalam rangka penugasan. (1) Latihan Pratugas yang dilaksanakan mulai dari latihan Tahap I sampai dengan Tahap III sudah optimal dengan memberikan bekal kepada satuan yang akan bertugas sesuai dengan situasi dan kondisi yang akan dihadapi didaerah penugasan sehingga satuan mempunyai keyakinan akan keberhasilannya dalam melaksanakan tugas yang diembannya. (2) Prajurit Yonif sudah dapat memahami tentang ketentuan hukum yang berlaku didaerah operasi seperti Hukum Humaniter dan HAM sehingga akan dapat mengurangi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan didaerah operasi. d) Pembinaan kesiapan operasi. Satuan harus secara rutin dan berkesinambungan melaksanakan uji Protap yang tersedia untuk mengukur kesiapan operasi satuan. e) Pembinaan olah raga. Kegiatan olah raga militer maupun olah raga umum perlu dijadwalkan selama jam dinas maupun diluar jam dinas sehingga anggota dapat menyalurkan

19 19 bakat masing-masing dan dibina untuk menjaring atlit-atlit potensial dan berbakat. f) Pembinaan Binter terbatas. Melaksanakan Binter terbatas disekitar pangkalan dengan radius 5,10, dan 20 km tetap berpedoman kepada Skep Kasad Nomor : Skep/1034/1987 dengan cara karya bhakti, anjangsana, olah raga bersama maupun kegiatan sosial lainnya. b. Pembinaan Organisasi. / b. Pembinaan... 1) Organisasi Yonif tetap mengacu kepada penyusunan organisasi bagi satuan Batalyon Infanteri sesuai dengan TOP 95 dengan menempatkan personel dan Alut Sista secara berimbang. 2) Organisasi penugasan Yonif. a) Dalam pembentukan organisasi penugasan sudah dapat disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan operasi sehingga sudah dapat mewadahi setiap kegiatan yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan operasi. b) Unsur pembantu pimpinan atau staf sudah dibentuk sesuai kebutuhan didaerah operasi yaitu sudah dapat menangani segala permasalahan dari semua aspek untuk mendukung pelaksanaan operasi sehingga kondisi Staf Yonif yang sudah ada dapat menangani segala kebutuhan satuan dalam rangka membantu Komandan dalam melaksanakan tugasnya. c. Pembinaan Personel. 1) Pembinaan Administrasi. Penataan sistem pengarsipan secara akurat dan tertib baik secara manual maupun komputerisasi

20 20 terhadap dokumen, data maupun surat-surat penting yang memiliki klasifikasi sehingga terjamin kerahasiaannya dan apabila diperlukan dapat dicari dengan mudah dalam waktu yang singkat. 2) Pembinaan karier. Setiap penentuan jabatan, usul kenaikan pangkat dan pendidikan melalui proses sidang disatuan sehingga didapatkan hasil yang objektif dan bebas KKN. / 3) Pembinaan... 3) Pembinaan Moril. Pemberian hak-hak anggota tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran, pemberian cuti, perijinan, liburan, rekreasi perhatian terhadap anggota yang tertimpa musibah berjalan secara normatif, dapat menjangkau semua prajurit. 4) Pembinaan Disiplin. Penerapan metode yang tepat oleh Dansat melalui pengawasan dan pengendalian oleh setiap unsur Pimpinan dan juga melalui contoh tauladan, keberanian moral untuk memberikan penghargaan, menegur dan memberi sanksi yang setara dengan pelanggaran secara konsekwen. 5) Pembinaan Hukum dan Mental. Meningkatkan pemahaman hukum dan mental prajurit melalui penjadwalan kegiatan penyuluhan hukum secara terpadu, jam-jam komandan, kegiatan agama bersama, peringatan hari-hari besar keagamaan secara rutin dan berkala. 6) Pembinaan koperasi. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit dengan pengelolaan yang baik dan sehat. 7) Pembinaan Persit. Harus terbina dengan baik walaupun bukan organisasi struktural, namun keberadaannya sangat mempengaruhi kinerja satuan dan dapat menunjang tugas-tugas satuan. d. Pembinaan Materiil. 1) Pembinaan Pemeliharaan dan pencegahan materiil. Untuk memperpanjang usia pakai dan mencegah kerusakan materiil yang lebih besar khususnya Alut Sista dilaksanakan apel materiil secara periodik oleh Dansat dan unsur staf secara langsung terjadwal maupun temporer.

21 21 2) Pembinaan Penggudangan. Mensosialisasikan penggudangan materiil dan tertib administrasi materiil keluar masuk gudang khususnya Senpi dan Muhandak. / e. Pembinaan... e. Pembinaan buku petunjuk (piranti lunak). Satuan menginventarisir semua buku petunjuk yang tersedia baik yang masih valid maupun tidak sehingga dapat difungsikan sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan setiap kegiatan pembinaan satuan. Ketentuan dari Komando Atas yang berkaitan dengan fungsi organik pengamanan, operasi, personel dan logistik. f. Pembinaan Pangkalan. Pendataan fasilitas, sarana dan prasarana pangkalan khususnya fasilitas perkantoran disusun sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

22 22 BAB-VI OPTIMALISASI / BAB-VI Umum. Binsat diperlukan agar kesatuan memiliki tingkat ketangguhan daya tempur atau daya kerja untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk itu diperlukan barbagai upaya inovatif dan langkah-langkah sistematis, terencana dan terarah serta solusi pemecahan faktor-faktor yang berpengaruh dalam mengatasi berbagai permasalahan. Binlat dan organisasi, Bin Personil, Bin Harcegah Mat (Binmat), Bin Bujuk maupun Bin pangkalan. 17. Strategi. a. Tujuan. Meningkatkan Pembinaan Satuan Batalyon Infanteri dalam menghadapi Sparatis Bersenjata dengan memaksimalkan kemampuan yang ada di Batalyon. b. Sasaran. 1) Prajurit Batalyon Infanteri mampu melaksanakan operasi tempur diseluruh wilayah Indonesia, dengan tidak banyak mengalami korban terutama dalam menghadapi Sparatis Bersenjata. 2) Prajurit Batalyon Infanteri mampu melaksanakan tugas-tugas lain untuk mendukung pelaksanaan operasi tempur diwilayah Indonesia. c. Subyek. Sebagai subyek optimalisasi Pembinaan Satuan Batalyon Infanteri ini adalah para pimpinan Kostrad baik yang berada pada tingkatan

23 23 penentu kebijakan strategis dan operasional prajurit Kostrad. sebagai subyek tersebut adalah : Para pemimpin / 1) Panglima... 1) Panglima Kostrad dan Panglima Divisi. a) Selaku pimpinan yang menentukan kebijaksanaan agar mengevaluasi petunjuk pelaksanaan tentang Pembinaan Satuan Batalyon Infanteri. b) Memberikan petunjuk kepada para pimpinan disatuan jajaran dalam rangka pelaksanaan Pembinaan Satuan di Batalyon Infanteri. 2) Danbrigif. a) Selaku pelaksana dilapangan agar menjabarkan petunjukpetunjuk yang telah dikeluarkan oleh Panglima. b) Mampu melaksanakan perencanaan, pengawasan dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan tugas dan pembinaan satuan serta latihan yang dilaksanakan oleh prajurit. d. Obyek. Sebagai obyek dalam pelaksanaan optimalisasi profesionalisme prajurit adalah seluruh prajurit Batalyon mulai dari Danyonif sampai dengan seluruh anggota Yonif. e. Metode. 1) Latihan. Melaksanakan latihan dengan berpedoman kepada manajemen latihan secara benar. 2) Edukasi. Mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan baik formal maupun informal. 3) Ketauladanan. Seorang pemimpin menempati posisi yang strategis karena akan menjadi panutan, serta suri tauladan bagi anggota dan masyarakat sekitarnya.

24 24 4) Aplikatif. Mengaplikasikan pemecahan persoalan dalam penyiapan satuan kepada semua Perwira, sehingga mempunyai Visi dan Misi yang sejalan. / 5) Inovasi... 5) Inovasi dan Kreativitas. Danyon selaku penentu kebijaksanaan di Batalyon harus selalu berusaha agar setiap hambatan atau kendala yang ada dapat diatasi dengan inovasi dan kreatfitas. f. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana yang digunakan adalah, medan latihan dan Alkap Satuan. 18. Upaya. a. Pembinaan Satuan. 1) Dari segi Pembinaan Latihan. a) Pembinaan latihan. Upaya yang dilaksanakan : (1) Menjabarkan Progja Komando Atas menjadi rencana kerja satuan kalender latihan sampai dengan jadwal mingguan, sehingga pembinaan latihan dapat dilaksanakan secara berlanjut sesuai pentahapan. (2) Pembinaan latihan harus sejalan dengan rencana kerja satuan dan direncanakan dalam bentuk Renlat atau Renlap. (3) Menerapkan manajeman latihan yang tepat sehinga penyelengaraan latihan satuan dapat dipertanggung jawabkan, dan distandarisasikan. (4) Menekankan bahwa Binlat yang dilaksanakan tidak dianggap sebagai suatu kegiatan rutin. (5) Menjadikan budaya belajar dan berlatih atas prakarsa sendiri sebagai kebutuhan hidup prajurit.

25 25 (6) Melaksanakan minggu militer sebagai jabaran perintah KASAD untuk menajamkan dan menyegarkan kembali materi Permildas dan pengetahuan dasar Militer. / b) Latihan... b) Latihan Satuan. (1) Setiap latihan yang dilaksanakan oleh satuan haruslah dimulai dari latihan perorangan yang merupakan dasar bagi kemampuan prajurit hal ini bertujuan agar naluri keprajuritan masing-masing orang cukup tajam sehingga dapat membantu dalam pelaksanaan tugas operasi. (2) Latihan perorangan yang harus dilaksanakan berupa : (a) Caraka. Salah satu kesalahan besar yang dilaksanakan oleh pasukan kita didalam operasi adalah penyampaian hal-hal yang rahasia lewat radio, perintah operasi, perintah parsiil dan lain-lain yang berkualifikasi rahasia. Kesalahan ini dapat dihindari apabila digunakan caraka sebagai penyampaian perintah atau berita. Prajurit Infanteri harus mampu melaksanakan tugas caraka, baik siang maupun malam dalam berbagai situasi pertempuran dan rintangan medan. (b) Membaca jejak. Salah satu faktor penunjang keberhasilan tugas adalah kemampuan membaca jejak musuh, sehingga setiap prajurit harus mampu membaca jejak dengan baik oleh karena itu perlu

26 26 dilatihkan membaca jejak dengan baik sampai para prajurit mahir. / (c) Intel... (c) Intel Tempur. Dalam setiap operasi yang dilaksanakan oleh pasukan kita sangat sedikit diketahui intelijen tentang musuh. Kalau ada keterangan tentang musuh biasanya masih kurang mutahir atau akurat. Salah satu faktor penyebab kurangnya informasi tersebut adalah karena kurang aktifnya badan pengumpul keterangan, tidak dikuasainya dan dilaksanakannya kegiatan intel tempur secara perorangan, maupun proses penyelesaian informasi tempur yang kurang tepat dan cepat, dengan pemberian latihan materi intel tempur kepada para prajurit diharapkan setiap prajurit Infanteri mempunyai keterampilan Intel Tempur, tahu dan mampu mengumpulkan informasi tentang musuh, sehingga satuan yang beroperasi itu dapat mengumpulkan keterangan tentang musuh secara maksimal. (d) Menembak. Salah satu keterampilan yang mutlak harus dikuasai oleh prajurit adalah menembak sehingga frekuensi latihan menembak harus diperbanyak, dalam kondisi dan situasi yang bagaimanapun prajurit harus dapat menembak dengan baik dan mengenai sasaran, adapun latihan menembak yang harus diberikan kepada prajurit adalah : - Dasar Senapan. - Tembak tepat. - Tembak tempur Ofensif.

27 27 - Tembak tempur Defensif. - Tembak Reaksi. / - Tembak... (e) Ilmu Medan (Navigasi). Kemampuan Navigasi darat bagi setiap prajurit merupakan hal yang mutlak harus dikuasai sehingga didalam pelaksanaan tugas senantiasa dapat berorientasi terhadap medan yang ditempati atau yang akan dilewati sehingga dengan dapat mengantisipasi terhadap setiap bahaya yang mengancam melalui medan yang dihadapi. Dengan penguasaan Ilmu Medan prajurit dapat terhindar dari penghadangan atau pendadakan musuh sehingga akan terhindar dari korban dan malapetaka akibat serangan musuh. (f) Pioneer. Untuk dapat mengatasi alam seperti sungai, jurang dan bentuk rintangan medan lainnya prajurit Infanteri harus dapat menguasai teknik tali temali, untuk mengatasi rintangan alam tersebut, begitu juga untuk dapat melaksanakan penghancuran terhadap instalasi atau bangunan musuh prajurit harus menguasai Teknik Demolisi atau penghancuran. (g) Survival. Dinamika yang terjadi didaerah operasi dapat mengakibatkan keterlambatan dukungan logistik atau putus hubungan komunikasi dengan satuan induknya karena pengaruh medan dan cuaca. / Namun...

28 28 Namun dalam situasi seperti itu prajurit harus tetap mampu melaksanakan tugasnya sehingga sangat penting sekali setiap prajurit dibekali keterampilan dalam melaksanakan survival. Prajurit harus dapat memanfaatkan tumbuh-tumbuhan dan binatang yang ada ditempat tersebut sebagai bahan makanan untuk dapat mempertahankan hidupnya. (h) Helikopter Reppling. Pada operasi mobilitas udara pendaratan personel dapat dilaksanakan dengan cara pendaratan pesawat, loncat dari pesawat Helly yang sedang Hover atau turun dari pesawat dengan menggunakan tali apabila dibawahnya terdapat pohon-pohon sehingga tidak memungkinkan untuk dibangun landing point (LP) atau landing teknik reppeling (turun dari pesawat Helly dengan menggunakan tali) harus dikuasai oleh para prajurit Infanteri. (i) Pengetahuan senjata. Setiap prajurit Infanteri harus cakap dan mampu menggunakan berbagai senjata. Mereka harus tahu menggunakan dan melayani senjata-senjata yang ada di satuannya dan juga harus mengetahui bagaimana penggunaan senjata musuh. Untuk kepentingan ini maka perlu diberikan materi pengetahuan berbagai macam senjata agar setiap prajurit dapat mahir menggunakan senjata. / (3) Latihan...

29 29 (3) Latihan tingkat regu. Selain materi latihan penting lainnya yang dilaksanakan oleh regu maka materi pengepungan kampung dan penggeledahan rumah harus dapat dikuasai oleh setiap prajurit dalam satu regu tersebut karena pelaksanaan pengepungan kampung dan penggeledahan rumah sangat banyak dilaksanakan oleh para prajurit didaerah operasi. Para prajurit harus menguasai pentahapan dalam pelaksanaan pengepungan dan penggeledahan rumah serta tindakan-tindakan yang harus dilaksanakan sehingga dalam pelaksanaan operasi sebenarnya tidak mengalami kesulitan dan kesalahan prosedur. (4) Latihan tingkat Peleton. Dalam latihan tingkat peleton yang harus dikuasai oleh prajurit adalah : (a) Penghadangan dan lawan penghadangan. Latihan tersebut harus betul-betul diberikan kepada para prajurit sampai prajurit tersebut mahir dalam pelaksanaannya. Karena penghadangan dan lawan penghadangan baik berjalan kaki ataupun berkendaraan sering terjadi di daerah operasi, bahkan sering menimbulkan korban dipihak TNI oleh karena itu setiap prajurit harus mengetahui apa tugasnya dalam peleton tersebut dan apa yang harus dilaksanakan apabila terjadi penghadangan atau lawan penghadangan didaerah operasi. / (b) Operasi... (b) Operasi Mobilitas udara. Para prajurit dalam satu peleton harus diberikan latihan Mobud karena kemungkinan besar hal ini dapat terjadi didaerah

30 30 Operasi. Karena kondisi medan yang sangat sulit dilalui kendaraan atau manuver pasukan yang memerlukan kecepatan bergerak. c) Pembinaan kesiapan operasi. Upaya yang dilaksanakan : (1) Menginventarisir dan mengecek tingkat kelayakan protap satuan. (2) Merevisi Protap yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan kesiapan operasi satuan dalam melaksanakan Tupok satuan. (3) Melengkapi Protap satuan yang belum tersedia dengan cara pembentukan pokja. (4) Uji Protap minimal setiap Bulan, sejalan dengan program Binsat khususnya bidang kesiapsiagaan satuan. d) Pembinaan Olah raga. Upaya yang dilaksanakan : (1) Pembentukan team olah raga militer maupun umum yang tepat dan tangguh. (2) Penjadwalan hari-hari olah raga secara terpadu baik saat jam dinas maupun diluar jam dinas. (3) Membangun image kepada seluruh prajurit satuan bahwa berolahraga disamping untuk membina fisik prajurit juga merupakan sarana rekreasi dan prestasi. (4) Membentuk team Ton Tangkas satuan yang solid. (5) Kompetisi dan uji coba keluar maupun didalam satuan secara rutin. / (6) Memasukan (6) Memasukan materi lomba Ton tangkas antar kompi pada HUT Batalyon yang mengacu kepada materi lomba Binsat TNI-AD. (7) Memberikan penghargaan kepada atlit atlit yang berprestasi dibidang olah raga.

31 31 e) Pembinaan Teritorial Terbatas. Upaya yang dilaksanakan : (1) Melaksanakan Karya Bhakti, anjangsana, olah raga bersama didalam asrama maupun diluar asrama antara lain di daerah binaan sesuai sektor Kompi. (2) Melaksanakan peringatan dan perayaan hari-hari besar keagamaan dengan mengundang tokoh-tokoh agama sekitar asrama. (3) Membantu kesulitan masyarakat disekitar asrama sesuai kemampuan satuan. (4) Membantu dan mengarahkan masyarakat disekitar asrama tentang pelaksanaan Pam Swakarsa misalnya Siskamling. 2) Pembinaan Organisasi. Upaya yang dilaksanakan : a) Menyusun organisasi Batalyon dengan mengacu kepada penyusunan organisasi bagi satuan Batalyon dengan komposisi kemantapan satuan. b) Melaksanakan kaderisasi jabatan-jabatan potensial di satuan. c) Penyempurnaan organisasi penugasan. Dalam penyiapan organisasi penugasan minimal 6 bulan sebelum pelaksanaan penugasan hal ini dimaksudkan supaya organisasi tersebut dapat terbina dan kompak melaksanakan latihan dan penugasan. / Unsur... Unsur pembantu pimpinan atau Staf dilengkapi dengan Staf khusus yang dapat membantu dalam kelancaran tugas, Staf tersebut antara lain adalah : (1) Staf khusus dibidang Hukum yang dikepalai oleh perwira Korps Hukum yang bertugas memberikan

32 32 pendidikan dan latihan dibidang Hukum, HAM dan Hukum Humaniter selama satuan berada di basis supaya seluruh prajurit Batalyon Infanteri dapat memahami Hukum, HAM dan Hukum Humaniter sehingga dalam pelaksanaan tugas tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dapat merusak citra satuan dan citra TNI AD sedangkan selama dalam penugasan perwira Hukum tersebut harus aktif memberikan penyuluhan secara periodik kepada seluruh prajurit yang sedang bertugas dimanapun tempatnya selain kepada petugas juga memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang berada didekat pos prajurit Yonif yang sedang bertugas. (2) Staf khusus dibidang penerangan. Staf tersebut dikepalai oleh seorang perwira yang sudah berpengalaman dibidang penerangan yang dibantu oleh beberapa anggotanya. Tugas staf penerangan tersebut antara lain adalah : (a) Mensosialisaikan informasi tentang kebijakan pemerintah kepada seluruh masyarakat yang berada diwilayah tanggung jawab Yonif supaya masyarakat tersebut mengerti tentang maksud dan tujuan pelaksanaan operasi yang sedang dilakukan sehingga mereka mau membantu sepenuhnya kepada TNI. / (b) Meng... (b) Meng counter segala isue negatif yang masuk agar tidak menimbulkan gejolak dalam masyarakat dimana satuan bertugas sehingga masyarakat tidak terpengaruh atau terprovokasi oleh hasutan atau isue yang dilancarkan oleh sparatis dan klandestinnya. (c) Memberikan informasi-informasi tentang perkembangan situasi kepada para prajurit Batalyon

33 33 yang sedang melaksanakan tugas sehingga prajurit dapat mengantisipasi terhadap kemungkinan situasi yang bakal terjadi diwilayah tugasnya masing-masing. 3) Dari segi Pembinaan Personel. a) Pembinaan Administrasi. Upaya yang dilaksanakan : (1) Penataan, penertiban, pengarsipan, sistem keluar masuk surat sesuai klasifikasi semua kelengkapan administrasi staf intelijen, staf operasi, staf personel dan staf logistik. (2) Penataan, klasifikasi semua kelengkapan administrasi personel pengarsipan sistem keluar masuk surat sesuai ketentuan. b) Pembinaan Karier. Upaya yang dilaksanakan : (1) Menempatkan personel yang tepat pada jabatan yang tepat sesuai dengan prinsip-prinsip Binpers. (2) Penelusuran minat dan jabatan baik secara langsung maupun kadernisasi sehingga bakat dan keterampilan prajurit terpantau untuk diarahkan pada jabatan yang sesuai dan potensial. / c) Pembinaan... c) Pembinaan Moril. Dalam upaya meningkatkan moril titik beratnya adalah kesejahteraan prajurit meliputi antara lain : (1) Pengawasan terhadap penyaluran hak-hak prajurit (gaji, ULP, Forase dan dinas cuti) tepat waktu dan tepat jumlah. (2) Peningkatan pelayanan kesehatan prajurit dan keluarganya melalui penempatan anggota kesehatan yang mempunyai kualitas medis, penyuluhan kesehatan, posyandu/kesehatan anak dan kebersihan lingkungan.

34 34 (3) Hiburan dan rekreasi bagi prajurit dan keluarganya pada kesempatan yang memungkinkan. (4) Pemberdayaan koperasi satuan dalam memenuhi kebutuhan standar prajurit. d) Pembinaan Disiplin. Upaya yang dilaksanakan : (1) Menegakkan peraturan militer dasar yang merupakan sendi kehidupan prajurit melalui penjadwalan secara rutin. (2) Melaksanakan tindakan prefentif dan represif dengan senantiasa merujuk pada norma melalui tegoran lisan atau tertulis dengan melaksanakan reward dan punishment secara konsekwen. (3) Mengintensifkan jam-jam komandan secara berjenjang. (4) Budaya tepat waktu. e) Pembinaan Hukum dan Mental. Upaya yang dilaksanakan : (1) Penjadwalan kegiatan penyuluhan hukum terpadu dengan instansi hukum Komando Atas atau yang ada di wilayah. / (2) Penjadwalan... (2) Penjadwalan kegiatan penyuluhan aspek rohaniah melalui kegiatan agama bersama secara rutin. (3) Menyelesaikan masalah hukum secara normatif. (4) Jam Komandan, santi aji dan santi karma. f) Pembinaan Koperasi Upaya yang dilaksanakan : (1) Sehat pengurus ditempuh dengan jalan : (a) Pemilihan pengurus secara selektif. (b) Pembinaan pengurus koperasi secara terus menerus oleh yang berwenang (staf personel) dan BP serta penghadiran pengurus.

35 35 (2) Sehat Usaha ditempuh dengan jalan (a) Bekerjasama dengan mitra usaha dengan seimbang. (b) Rencana kerja yang realistis dalam pemenuhan kebutuhan anggota dan pencapaian SHU. (c) Penanaman kesadaran anggota dalam kehidupan berkoperasi. (3) Sehat Administrasi ditempuh dengan jalan (a) Pencatatan administrasi sesuai dengan buku petunjuk perkoperasian. (b) Peningkatan pengurus dibidang administrasi keuangan. g) Pembinaan Persit Upaya yang dilaksanakan : Pembinaan Persit dilaksanakan sejalan dengan AD/ ART Persit dengan berorientasi kepada kegiatan sosial dan kekeluargaan. / 4) Pembinaan... 4) Pembinaan Materiil. a) Pembinaan Harcegah Materiil. Diarahkan untuk memperpanjang usia pakai dan mencegah kerusakan materiil Alut Sista yang lebih besar. Upaya yang dilaksanakan : (1) Pembinaan Kendaraan. (a) Menggugah pelaksanaan tertib administrasi kendaraan yang dipertanggung jawabkan. (b) Penekanan dan pelaksanaan pemeliharaan kendaraan yang efektif sesuai dengan tugas dan tanggung jawab perorangan maupun satuan. (c) Melaksanakan perbaikan-perbaikan kendaraan sesuai dengan tingkat pemeliharaan satuan baik

36 36 secara swadaya satuan melalui suatu improvisasi maupun inovasi Dansat. (d) Melaksanakan penataran (Dik dalam satuan). (e) Melaksanakan apel kendaraan secara rutin minimal 1 kali tiap bulan oleh Dansat maupun staf terjadwal ataupun inspeksi mendadak (sidak). (2) Pembinaan senjata. (a) Pelaksanaan tertib administrasi senjata mulai dari senjata ringan sampai dengan senjata bantuan antara lain buku tentang penggunaan senjata. (b) Penekanan dan pelaksanaan pemeliharaan semua jenis senjata yang terdapat disatuan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab perorangan atau satuan. / (c) Melaksanakan... (c) Melaksanakan perbaikan-perbaikan senjata sesuai dengan tingkat pemeliharaan satuan atau mengajukan perbaikan ke Komando Atas. (d) Melaksanakan penataran (Dik dalam satuan) dengan tujuan menambah pengetahuan dan keterampilan. (e) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan team Har senjata satuan. (f) Melaksanakan pengecekan senjata rutin minimal 1 kali tiap minggu oleh Dansat maupun staf. (g) Melaksanakan pengawasan terhadap kesiapan dan kelengkapan semua jenis senjata satuan. (3) Pembinaan komunikasi.

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa pertahanan negara

Lebih terperinci

RAHASIA PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL RAHASIA Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Sumber daya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 86, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kebijakan. Sistem Informasi. Pertahanan Negara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.156, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kode Etik. Disiplin Kerja. PNS PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA 2012, No.86 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA 1. Latar Belakang.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai mahluk sosial, manusia akan senantiasa berinteraksi dengan mahluk lain sehingga aktivitas-aktivitas sosial mereka dapat terpenuhi. Interaksi sosial yang menjadi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. No.175, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang secara geografis sangat luas wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah sepatutnya Indonesia

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi No.1388, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BIN. Kode Etik Intelijen. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN INTELIJEN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK INTELIJEN NEGARA DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 4, 1988 (ADMINISTRASI. HANKAM. ABRI. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2109, 2014 KEMENHAN. Prajurit Tentara Nasional Indonesia. Tenaga Profesi. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA PROFESI

Lebih terperinci

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) Dwi Heri Sudaryanto, S.Kom. *) ABSTRAK Dalam rangka usaha memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, serta untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagai Aparatur

Lebih terperinci

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencapai tujuan Ombudsman, para

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perdamaian regional dan internasional (UU Nomor 34 Tahun 2004).

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perdamaian regional dan internasional (UU Nomor 34 Tahun 2004). 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk menegakkan kedaulatan

Lebih terperinci

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII A. Organisasi Militer TII Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan menyempurnakan angkatan perang TII. Sejak waktu itu susunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1988 tentang Prajurit Angkatan Bersenjata

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) NO. 1. Judul Undang-undang tentang Pokok- Pokok kepegawaian

Lebih terperinci

Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD

Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD Angkatan Darat merupakan bagian dari sistem pertahanan darat yang dimiliki TNI dan mengambil peran yang tetap di wilayah pertahanan darat, oleh sebab

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi membawa banyak perubahan pada hampir segala bidang di Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru menyebabkan arus informasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang

Lebih terperinci

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk

Lebih terperinci

formal pertama yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan

formal pertama yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan BAB VI KESIMPULAN, EVfPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan sebagai berikut. Sekolah Dasar yang berada di lingkungan Kecamatan Andir khususnya SD-SD

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat mempertahankan kemerdekaan, banyak orang Indonesia berjuang untuk membentuk pasukan mereka sendiri atau badan perjuangan Masyarakat. Tradisi keprajuritan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TNI (Tentara Negara Indonesia) dalam negara kita mengemban tugas sebagai alat pertahanan negara. Yang dimaksud pertahanan negara adalah segala usaha untuk menegakkan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HSL RPT TGL 5 MART 09 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG KEBERHASILAN KOMANDAN BATALYON DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS TNI AD BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN TENTANG KEBERHASILAN KOMANDAN BATALYON DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS TNI AD BAB I PENDAHULUAN dalam Rangka Mendukung Tugas TNI AD 1 KAJIAN TENTANG KEBERHASILAN KOMANDAN BATALYON DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS TNI AD BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Pada era globalisasi diharapkan setiap prajurit memiliki

Lebih terperinci

METHODE. 1. Pembinaan Bakti TNI. a. Bakti TNI adalah :

METHODE. 1. Pembinaan Bakti TNI. a. Bakti TNI adalah : METHODE 1. Pembinaan Bakti TNI. a. Bakti TNI adalah : 1) Pengertian umum. Dharma Bakti TNI dalam perjuangan bangsa untuk mewujudkan cita-cita nasional. 2) Pengertian khusus. Pelibatan TNI sebagai komponen

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN; UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN; DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf No.1393, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Hukuman Disiplin. Penjatuhan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENJATUHAN HUKUMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam membentuk pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menyikapi permasalahan yang muncul di wilayah binaan pada era reformasi pembina teritorial pada hakekatnya adalah segala unsur potensi wilayah geografi,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DISTRIBUSI JALUR LOGISTIK DI SATUAN PERAWATAN TEPBEK XII-44-A/PTK

OPTIMALISASI DISTRIBUSI JALUR LOGISTIK DI SATUAN PERAWATAN TEPBEK XII-44-A/PTK OPTIMALISASI DISTRIBUSI JALUR LOGISTIK DI SATUAN PERAWATAN TEPBEK XII-44-A/PTK F. INDRA TRI JAYANTO Bekangdam XII/Tanjungpura Email: findra.mm29@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa pangkat-pangkat militer efektif

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR DAN PENGELOLAAN RUMAH AMAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keamanan dalam negeri

Lebih terperinci

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya. BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN DALAM RANGKA OPERASI LILIN 2014 TANGGAL 23 DESEMBER 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian Yang Saya

Lebih terperinci

BUPATI BURU. Assalamu alaikum wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua, Saudara-saudara keluarga besar Tentara Nasional Indonesia yang berbahagia,

BUPATI BURU. Assalamu alaikum wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua, Saudara-saudara keluarga besar Tentara Nasional Indonesia yang berbahagia, BUPATI BURU Assalamu alaikum wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua, Saudara-saudara keluarga besar Tentara Nasional Indonesia yang berbahagia, Hadirin peserta upacara yang berbahagia, Pada kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang ditemui setiap individu dalam kehidupannya. Ketidakmampuan mereka sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan secara profesional serta produktif. Konsep pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan secara profesional serta produktif. Konsep pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam menghadapi reformasi birokrasi maka pengelolaan suatu organisasi harus dilakukan secara profesional serta produktif. Konsep pengembangan umumnya dilakukan terhadap

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.257, 2014 PERTAHANAN. Hukum. Disiplin. Militer. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5591) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara. No.110, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM KOMUNIKASI DAN ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi akan dikatakan menjadi organisasi yang produktif jika visi dan misi organisasi tersebut dapat tercapai. Hal terpenting dalam pencapaian usaha

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. organisasi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset utama bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan karena sumber daya manusia perlu dikelola secara profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angkatan bersenjata untuk menjaga keamanan dan kedaulatannya 1. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. angkatan bersenjata untuk menjaga keamanan dan kedaulatannya 1. Karena itu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan suatu angkatan bersenjata tidak akan terlepas dari struktur formal negara. Terkait dengan hal tersebut, salah satu ahli teori kenegaraan ternama Thomas

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

PENJELASAN ATAS UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK PENJELASAN ATAS UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK I. UMUM Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 F disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Pemeliharaan Amunisi. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Pemeliharaan Amunisi. Pedoman. No.386, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Pemeliharaan Amunisi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMELIHARAAN AMUNISI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 11/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 11/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 11/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN REGULER XLVIII SESKOAD TA SISTEM KORESPONDENSI BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN REGULER XLVIII SESKOAD TA SISTEM KORESPONDENSI BAB I PENDAHULUAN MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT SEKOLAH STAF DAN KOMANDO KAJIAN TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN REGULER XLVIII SESKOAD TA. 2010 SISTEM KORESPONDENSI BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Pendidikan Reguler (Dikreg)

Lebih terperinci

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA OLAHRAGA DAN SYUKURAN HUT LALU LINTAS BHAYANGKARA KE-57 TAHUN 2012 TANGGAL, 23 SEPTEMBER 2012 ASSALAMU ALAIKUM Wr. Wb. SALAM SEJAHTERA BAGI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH RIAU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHH RIAU 2011 VISI Menjadikan Universitas Muhammadiyah Riau sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bermarwah dan bermartabat dalam

Lebih terperinci

Staf 3 / Personil. Kapten Kav Nasrokin FUNGSI UMUM, FUNGSI ORGANIK, TANGGUNG JAWAB, DAN TUGAS POKOK STAF 3 / PERS

Staf 3 / Personil. Kapten Kav Nasrokin FUNGSI UMUM, FUNGSI ORGANIK, TANGGUNG JAWAB, DAN TUGAS POKOK STAF 3 / PERS Staf 3 / Personil Kapten Kav Nasrokin FUNGSI UMUM, FUNGSI ORGANIK, TANGGUNG JAWAB, DAN TUGAS POKOK STAF 3 / PERS Fungsi Umum. 1. Mengumpulkan keterangan yang diperlukan tentang personel. 2. Membuat perkiraan

Lebih terperinci

MOTIVASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERSONEL POLRI DI POLRES TANGGAMUS

MOTIVASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERSONEL POLRI DI POLRES TANGGAMUS MOTIVASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERSONEL POLRI DI POLRES TANGGAMUS BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah merupakan salah satu bentuk organisasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1974 (8/1974) Tanggal: 6 NOPEMBER 1974 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1974 (8/1974) Tanggal: 6 NOPEMBER 1974 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 8 TAHUN 1974 (8/1974) Tanggal: 6 NOPEMBER 1974 (JAKARTA) Sumber: LN 1974/55; TLN NO. 3041 Tentang: POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN Indeks: ADMINISTRASI.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN Menimbang UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional manajemen yang berisi kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. operasional manajemen yang berisi kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia merupakan salah satu fungsi operasional manajemen yang berisi kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kompetensi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 31 TAHUN 1981 TENTANG PENGANGKATAN ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA YANG TELAH SELESAI MENUNAIKAN MASA DINASNYA MENJADI ANGGOTA CADANGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA PRESIDEN,

Lebih terperinci

PEMECATAN PRAJURIT TNI

PEMECATAN PRAJURIT TNI PEMECATAN PRAJURIT TNI Putusan Hakim tidaklah mungkin memuaskan semua pihak. Putusan hakim juga bukan Putusan Tuhan, namun Hakim yang manusia tersebut adalah wakil Tuhan di dunia dalam memberikan Putusan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN INDEKS PENERAPAN NILAINILAI DASAR BUDAYA KERJA APARATUR NEGARA LINGKUP DEPARTEMEN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara No.1352, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAKAMLA. Kode Etik Pegawai. PERATURAN KEPALA BADAN KEAMANAN LAUT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN KEAMANAN LAUT DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 2009 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA I. UMUM TNI merupakan suatu profesi Warga Negara yang mengaktualisasikan

Lebih terperinci

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID KEPUTUSAN KETUA STT NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO NOMOR : NJ-T06/0204/A.1.1/08-2011 TENTANG PEDOMAN ETIKA DOSEN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.423, 2016 KEMHAN. Telekomunikasi Khusus. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2018 KEMHAN. Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PELAKSANAAN HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA KOMANDO DISTRIK MILITER 0304/AGAM DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh : NOVIALDI ZED

PELAKSANAAN HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA KOMANDO DISTRIK MILITER 0304/AGAM DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh : NOVIALDI ZED PELAKSANAAN HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA KOMANDO DISTRIK MILITER 0304/AGAM DI KOTA BUKITTINGGI Oleh : NOVIALDI ZED 0810112064 Program Kekhususan : Hukum Administrasi Negara (PK

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERTAHANAN. Hukum. Disiplin. Militer. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 257) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SAMBUTAN PADA ACARA SYUKURAN PERINGATAN HARI BHAYANGKARA KE-69 TAHUN 2015 DIRANGKAIKAN DENGAN BUKA PUASA BERSAMA TANGGAL 1 JULI

SAMBUTAN PADA ACARA SYUKURAN PERINGATAN HARI BHAYANGKARA KE-69 TAHUN 2015 DIRANGKAIKAN DENGAN BUKA PUASA BERSAMA TANGGAL 1 JULI KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA SYUKURAN PERINGATAN HARI BHAYANGKARA KE-69 TAHUN 2015 DIRANGKAIKAN DENGAN BUKA PUASA BERSAMA TANGGAL 1 JULI 2015 ASSALAMU ALAIKUM WR. WB.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998, Polri sebagai salah satu organ pemerintahan dan alat negara penegak hukum mengalami beberapa

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK I. UMUM Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P No.379, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Penanganan Konflik Sosial. Penggunaan dan Pengerahan. Kekuatan TNI. Bantuan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP PENGAMANAN DAN KETERTIBAN PUSJARAH TNI BAB I PENDAHULUAN

PROSEDUR TETAP PENGAMANAN DAN KETERTIBAN PUSJARAH TNI BAB I PENDAHULUAN MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA PUSAT SEJARAH Lampiran I Keputusan Kapusjarah TNI Nomor Kep/19/ V/2014 Tanggal 8 Mei 2014 PROSEDUR TETAP PENGAMANAN DAN KETERTIBAN PUSJARAH TNI BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1094, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. Kode Etik. Pegawai Negeri Sipil. Pembinaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 No.1459, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Status Gugur/Tewas. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STATUS GUGUR ATAU TEWAS BAGI PRAJURIT

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN UMUM KEPEGAWAIAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT PRAJURIT TNI

PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT PRAJURIT TNI 1 PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT PRAJURIT TNI Oleh : Kolonel Chk Hidayat Manao, SH Kadilmil II-09 Bandung Putusan Hakim tidaklah mungkin memuaskan semua pihak. Putusan Hakim juga bukan Putusan Tuhan,

Lebih terperinci

ANATOMI KEAMANAN NASIONAL

ANATOMI KEAMANAN NASIONAL ANATOMI KEAMANAN NASIONAL Wilayah Negara Indonesia Fungsi Negara Miriam Budiardjo menyatakan, bahwa setiap negara, apapun ideologinya, menyeleng garakan beberapa fungsi minimum yaitu: a. Fungsi penertiban

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. samapta dalam rangka proses regenerasi kepemimpinan di tubuh TNI AD.

BAB I PENGANTAR. samapta dalam rangka proses regenerasi kepemimpinan di tubuh TNI AD. 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan bagi meningkatkan prajurit TNI AD bertujuan untuk kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan jasmani yang samapta dalam rangka proses regenerasi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Denma Mabes TNI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Denma Mabes TNI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Denma Mabes TNI Sesuai surat keputusan nomor Skep / 89 / IX / 2001 tanggal 10 September 2001 tentang pemberlakuan buku petunjuk teknis ( Bujuknis)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENGANGKATAN ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA YANG TELAH SELESAI MENUNAIKAN MASA DINASNYA MENJADI ANGGOTA CADANGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA (Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1981 Tanggal 5 Oktober

Lebih terperinci