BAB IV ANALISIS TERHADAP KEWENANGAN NADZIR DAN MANAJEMEN PENDAYAGUNAAN TANAH WAKAF DI YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL KHOIRIYYAH SEMARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS TERHADAP KEWENANGAN NADZIR DAN MANAJEMEN PENDAYAGUNAAN TANAH WAKAF DI YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL KHOIRIYYAH SEMARANG"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS TERHADAP KEWENANGAN NADZIR DAN MANAJEMEN PENDAYAGUNAAN TANAH WAKAF DI YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL KHOIRIYYAH SEMARANG A. Analisis Tentang Hak dan Kewajiban Nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang Dalam rangka menjamin agar tanah wakaf berfungsi sesuai dengan tujuan wakaf, diperlukan manajemen (pengelolaan) dan pengurusan yang baik. Pengelola wakaf yang dikenal sebagai nadzir harus berusaha maksimal untuk mengelola dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ajaran Islam. Seperti halnya yang terjadi di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang, dimana nadzir dapat mengelola tanah wakaf untuk lembaga pendidikan. Agar tanah wakaf tersebut menjadi produktif, pengelolaannya harus dilaksanakan dengan baik dan perlu diupayakan tanah wakaf itu menjadi sumber daya ekonomi. Dalam pengelolaan tanah wakaf, pihak yang paling berperan berhasil tidaknya pemanfaatan tanah wakaf adalah nadzir wakaf, yaitu orang atau kelompok orang atau badan hukum yang diserahi tugas oleh wakif untuk mengelola wakaf. Walaupun dalam kitab-kitab fiqih wakaf, para ulama tidak mencantumkan nadzir wakaf sebagai salah satu rukun wakaf, karena wakaf sebagai ibadah tabarru (pemberian yang bersifat sunnah). Namun demikian, setelah memperhatikan tujuan wakaf yaitu ingin melestarikan manfaat dari 81

2 82 hasil tanah wakaf, maka keberadaan nadzir profesional sangat dibutuhkan, bahkan menempati pada peran sentral, sebab di pundak nadzirlah tanggung jawab dan kewajiban memelihara, menjaga dan mengembangkan wakaf serta menyalurkan hasil atau manfaat dari wakaf kepada sasaran wakaf. Untuk itu sebagai instrumen penting dalam perwakafan, nadzir harus memenuhi syarat-syarat yang memungkinkan agar wakaf bisa diperdayakan sebagaimana mestinya. Menurut Eri Sudewo, CEO Dompet Dhuafa, Republika, dari persyaratan minimal seseorang atau lembaga nadzir dalam pandangan fiqih tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut : a. Syarat Formal - Paham terhadap hukum wakaf dan ZIS, baik dalam tinjauan syari at maupun perundang-undangan Republik Indonesia. - Jujur, amanah, adil, dan ihsan sehingga dapat dipercaya dalam proses pengelolaan dan pentasarufan kepada sasaran wakaf. - Tahan godaan terutama menyangkut perkembangan usaha. - Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tantangan. - Punya kecerdasan baik emosional maupun spiritual. b. Syarat Manajemen - Mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam leadership (kepemimpinan). - Visioner.

3 83 - Mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual sosial dan pemberdayaan. - Profesional dalam bidang pengelolaan harta. c. Syarat Bisnis - Mempunyai keinginan. - Mempunyai keinginan dan atau siap dimagangkan. - Mempunyai ketajaman meliputi peluang usaha sebagaimana layaknya entrepreneur. 1 Dari bab terdahulu banyak sekali telah dijelaskan tentang syarat-syarat sebagai nadzir baik menurut ulama madzhab yang diantaranya : berakal, dewasa, adil, mampu atau kecakapan hukum, dan Islam, maupun menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik pasal 6, yang menyatakan : 1) Nadzir sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) pasal 1 yang terdiri dari perorangan harus memiliki syarat berikut : a. Warga negara Republik Indonesia; b. Beragama Islam; c. Sudah dewasa; d. Sehat jasmani dan rohani; e. Tidak berada di bawah pengampunan; f. Bertempat tinggal di Kecamatan tempat letaknya tanah yang diwakafkan. 1 Departemen Agama R.I., Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia, Jakarta: Proyek Peningkatan Pemberdayaan Wakaf, 2004, hlm

4 84 2) Jika berbentuk badan hukum, maka nadzir harus memenuhi persyaratan berikut : a. Badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia; b. Mempunyai perwakilan di kecamatan tempat letaknya tanah yang diwakafkan. 3) Nadzir dimaksud dalam ayat (1) dan (2) harus didaftar pada Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat untuk mendapatkan pengesahan. 4) Jumlah nadzir yang diperolehkan untuk sesuatu daerah seperti dimaksud dalam ayat (3), ditetapkan oleh Menteri Agama berdasarkan kebutuhan. Dari persyaratan-persyaratan yang telah dikemukakan di atas menunjukan bahwa nadzir menempati pada pos yang sangat sentral dalam pola pengelolaan tanah wakaf, ditinjau dari segi tugas nadzir, dimana dia berkewajiban untuk menjaga, mengembangkan dan melestarikan manfaat dari tanah yang diwakafkan bagi orang-orang yang berhak menerimanya, jelas bahwa berfungsi dan tidaknya suatu wakaf tergantung dari peran nadzir. Dan juga tentang syarat pengangkatan dan pemberhentian nadzir yang secara tersurat tidak ada ketentuan yang jelas oleh peraturan perundangan, siapa yang berhak untuk mengangkat dan menunjuk nadzir, apakah wakif atau Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf. Sedangkan dalam kitab fiqih menyebutkan siapapun bisa menjadi nadzir asal memenuhi kriteria atau syarat-syarat untuk menjadi nadzir, seorang wakif pun bisa menunjuk dirinya sendiri atau orang lain menjadi nadzir. Maka

5 85 masa kerja nadzir tidak seumur hidup, seorang nadzir bisa berhenti kapanpun apabila disebabkan oleh hal-hal yang bisa membatalkan dia sebagai nadzir, seperti : a. Meninggal dunia, b. Mengundurkan diri, c. Dibatalkan kedudukannya sebagai nadzir oleh Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan karena : 1) Tidak memenuhi syarat seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah dan peraturan pelaksanaannya. 2) Melakukan tindak pidana kejahatan yang berhubungan dengan jabatannya sebagai nadzir. 3) Tidak dapat melakukan kewajibannya lagi sebagai nadzir. 2 Sedangkan di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang dari mulai berdirinya sampai sekarang telah mengalami empat kali pergantian kepengurusan (nadzir) dikarenakan udzur atau meninggal dunia dan nadzir diambilkan dari kalangan keluarga pendiri yayasan, yang dimaksudkan agar mudah dalam pengelolaan yayasan dan memang benar-benar mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap yayasan, dan pemilihannya pun disesuaikan dengan ketentuan syarat-syarat sebagai nadzir. Diantara ketentuan syaratsyarat tersebut yang terpenting adalah nadzir memiliki sifat adil dan mampu. Adil dalam arti mengerjakan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang menurut syari at Islam. 2 Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Jakarta: Darul Ulum Press, 1999, hlm. 79.

6 86 Dalam Ensiklopedi Hukum Islam menyatakan Ulama mensyaratkan harus: (a) Adil dalam arti orang yang selalu mawas diri dari perbuatanperbuatan terlarang, tetapi menurut ulama Hambali, orang fasik boleh menjadi nadzir, asal ia bertanggung jawab dan memegang amanah. (b) Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola harta wakaf, termasuk kecakapan terhadap tindak hukum. (c) Menurut ulama mazhab Hambali apabila harta wakaf berasal dari orang muslim maka disyaratkan nadzirnya juga muslim. 3 Dari uraian di atas penulis berpendapat bahwa apa yang terjadi dengan nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang baik mengenai syarat-syarat sebagai nadzir maupun pengangkatan dan pemberhentian nadzir telah sesuai dengan ketentuan peraturan pemerintah dan ulama fiqih, walaupun yang diangkat sebagai nadzir adalah dari kalangan keluarga pendiri yayasan sendiri, namun itu tidak menjadi masalah karena ulama fiqih menyatakan seorang wakif bisa menjadi nadzir asal memenuhi syarat-syarat sebagai nadzir dan itu bisa dilihat pada kecakapan nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang dalam pengelolaan tanah wakaf, sehingga tidak ada sedikitpun tanah yang sia-sia dan selalu meningkatkan hasil tanah wakaf tersebut. Tentang syarat nadzir yang berbentuk badan hukum, misalnya yayasan keagamaan atau lembaga sosial, nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang yang berbentuk badan hukum merupakan sebuah 3 Abdul Azis Dahlan, et al., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet. ke-1, 1996, hlm

7 87 yayasan yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman, dengan mempunyai tujuan yang jelas dalam usahanya yaitu untuk kepentingan umum berupa lembaga pendidikan. Dalam pemanfaatan tanah wakaf yang diembannya, penulis juga berpendapat nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang harus bertanggung jawab secara sungguh dan semangat yang didasarkan kepada : a. Tanggung jawab kepada Allah SWT atas perilaku dan perbuatannya. Segala tindakan dan tugas yang dilakukan para pihak yang terkait dengan perwakafan memiliki konsekuensi transendental, yaitu harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Al Qur an dengan tegas mengatakan bahwa setiap orang akan diperiksa dan dimintai pertanggungjawaban. Sebagaimana firman Allah SWT: و لت س ي ل ن ع م ا كن ت م ت ع م ل و ن Artinya: Dan sesungguhnya kamu akan ditanyai dari hal sesuatu yang kamu kerjakan. (QS. An-Nahl : 93) 4 Pertanggungjawaban kepada Allah SWT ini mendasari seluruh pertanggungjawaban berikutnya. Sehingga jika seseorang sudah memiliki tanggung jawab kepada Allah SWT, dalam posisi apapun maka dia akan mendasarkan niatan secara ikhlas. Namun, ketulusan seseorang nadzir tidak selalu dipahami sebagai amal sosial yang tidak perlu diberi imbalan 4 Departemen Agama R.I., Al Qur an dan Terjemahannya, Surabaya: Mahkota, 1986, hlm. 416.

8 88 secara pantas. Karena ketulusan bagi seorang nadzir terletak pada aspek niatan baik, profesionalitas dan timbal balik yang pantas dalam porsi yang seimbang. b. Tanggung jawab kelembagaan. Yaitu tanggung jawab kepada pihak yang memberikan wewenang, yaitu lembaga yang lebih tinggi sesuai dengan jenjang organisasi kenadziran. Sehingga fungsi-fungsi kontrol organisasi dapat berjalan dengan baik agar amanah yang diemban dapat dipenuhi secara optimal. Mekanisme kelembagaan ini sebagai sebuah upaya mengeliminir penyimpangan terhadap tanah wakaf. c. Tanggung jawab hukum. Yaitu tanggung jawab yang dilakukan berdasarkan saluran-saluran dan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Seorang nadzir atau orang yang diberi wewenang dalam pengelolaan tanah wakaf selaku pemegang amanah harus mempertanggungjawabkan tindakannya, bahwa apa yang dilakukan itu benar-benar sesuai dengan hukum yang berlaku. Pertanggungjawaban secara hukum, memiliki aspek yang luas, tidak terbatas pada hukum positif selama ini yang ada, tapi juga hukum syari at yang secara khusus mengatur perwakafan. Sehingga ibadah wakaf yang sifatnya sosial, tapi tetap memiliki kerangka dan landasan hukum yang jelas. d. Tanggung jawab sosial.

9 89 Yaitu tanggung jawab yang terkait dengan moral masyarakat. Seorang nadzir dalam melakukan tindakannya harus dapat dipertanggungjawabkan pula pada masyarakat secara moral bahwa perbuatannya itu bisa aman secara sosial yaitu tidak mencindrai norma-norma sosial yang ada di masyarakat. Nadzir wakaf dalam Kompilasi Hukum Islam adalah harus warganegara Indonesia dan tinggal di kecamatan tempat letak benda yang diwakafkan. Menurut penulis ini wajar mengingat Sistem Administrasi Indonesia agar lebih teratur dan lebih mudah dipantau serta mudah diselesaikan secara hukum jika suatu saat terjadi sengketa. Berbeda halnya dengan nadzir wakaf menurut para ulama madzhab yang sama sekali tidak mensyaratkan hal tersebut, tetapi lebih kepada faktor ikhlas dan tidak mensyaratkan secara administratif dan jarak pengelola dan benda-benda wakaf yang dikelola. Selain perbedaan tersebut juga dalam pendapat ulama madzhab tidak menyebutkan nadzir terdiri dari badan hukum tertentu, sebab badan hukum menurutnya bukan orang yang dapat pengelola tetapi fungsionaris didalamnya yang mengelola. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam memperbolehkan badan hukum, seperti yayasan maupun lembaga untuk mengelola benda wakaf. Meskipun sebenarnya tidak ada perbedaan yang signifikan mengingat badan hukum yang menjadi nadzir wakaf pada hakikatnya adalah para pengurus badan hukum tersebut yang mengelolanya. Hal tersebut dapat dimaklumi mengingat hukum di Indonesia yang mengatur dan memperbolehkan wakaf untuk dilembagakan, baik yang memberikan

10 90 wakaf (wakif) maupun secara pengelolaannya (nadzir) dikarenakan aspek pengawasan dan keamanan lebih terjamin dibanding perorangan atau kelompok orang. Walaupun dalam pendapat ulama fiqih tidak mengenal wakaf yang dilembagakan. Oleh karena itu, agar tujuan perwakafan tercapai, peran pengelola sebagai satu kesatuan organisasi dapat mengurus dan merawat tanah wakaf dengan baik, penting sekali dilakukan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pembagian tugas tersebut, seperti yang terjadi di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang sendiri yang merupakan suatu organisasi yang cukup profesional dengan pembagian tugas-tugas (program kerja) yang jelas dari masing-masing personal dan telah dijalankan dengan baik oleh masing-masing anggota nadzir. Nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang memiliki kewajiban yang cukup besar, seperti : a) Pengelolaan dan pemeliharaan wakaf Kewajiban utama bagi seorang nadzir adalah melakukan pengelolaan dan pemeliharaan barang yang diwakafkannya, sebab mengabaikan pengelolaan dan pemeliharaan berakibat pada kerusakan dan kehancuran, dan berlanjut pada hilangnya fungsi wakaf itu sendiri. Seorang nadzir dalam bertugas mengelola harta (tanah) wakaf bekerja sama dengan masyarakat dalam mengembangkannya juga dengan orang-orang yang berhak menerima wakaf, untuk membagikan dan

11 91 mendistribusikan hasilnya serta harus menjaga harta tersebut memajukan, memperbaiki (jika ada kerusakan) dan mempertahankan keberadaannya. Dalam hal ini keberadaan benda wakaf yang berupa tanah diperuntukan bagi Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang yang otomatis di atasnya terdapat bangunan gedung serta sarana prasarana, yang membutuhkan pembangunan, pemeliharaan dan renovasi, untuk itu nadzir yang bertindak sebagai pengelola harus memperhatikan pemeliharaan dan pembangunan ketimbang membagikan hasilnya, hal itu dilakukan jika menunda pembangunan dan renovasi terhadap tanah wakaf akan membahayakan kondisinya. Sebab pengelolaan tanah wakaf diharapkan bisa memberikan manfaat yang diabaikan dari sekian banyak manfaat. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, seorang nadzir harus mengelola tanah wakaf agar bisa bertahan selama mungkin, maka dibutuhkan dana agar keberadaan tanah wakaf itu bisa kekal. Hal ini karena tujuan dalam mewakafkan tanah adalah untuk melanggengkan keberadaannya dan manfaatannya, dan semua itu tercapai jika keuntungan diserahkan pada para mustahik, padahal tanah wakaf itu sendiri masih sangat membutuhkan biaya perawatan.

12 92 Menurut kitab Muhadzab disebutkan pembiayaan wakaf diambil dari sumber yang disyaratkan oleh wakif, sebab apa yang disyaratkan oleh wakif harus diikuti sebagaimana tindakan pemilik terhadap hartanya. 5 Apabila dari tanah wakaf tidak ada pemasukan sedikitpun maka penyelesaiannya ada dua pendapat, yang pertama: jika harta menjadi milik Allah SWT maka perawatannya diambil dari baitul maal, dan yang kedua: jika harta itu menjadi milik penerima maka dana dari para penerima wakaf tersebut. 6 Dan boleh juga dana diambil dari para donatur seperti kata Asy- Syaih Abu Muhamad Demikian juga apabila seseorang minta sumbangan untuk membangun zawiyah (musholla) atau pondok pesantren, maka menjadilah sebagai barang wakaf dengan semata-mata telah didirikan bangunannya. 7 Sehubungan dengan ini pembiayaan di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang diperoleh dari dana Syahriyyah (SPP), yang merupakan pemanfaatan dari tanah wakaf sebagai lembaga pendidikan dan bantuan yang tidak mengikat dari para donatur. b) Melaksanakan syarat dari wakif Nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang diharuskan melaksanakan dan mengikuti syarat-syarat yang diakui secara 5 Al-Syekh Al-Imam Abi Ishak Ibrahim bin Ali bin Yusuf, Kitab Muhadzab, Jilid 1, Bairut: Darul Fikr, t.th., hlm Ibid. 7 Aliy As ad, Terjemah Fathul Muin, Kudus: Menara Kudus, Jilid 2, 1979, hlm. 349.

13 93 hukum, atau syarat yang tertulis saat serah terima wakaf. Dan nadzir boleh melebihi atau mengurangi sistem penentuan pembagian kepada yang berhak, karena jatah masing-masing berbeda berdasarkan kebutuhan yang disesuaikan dengan kondisinya. Yang terpenting tujuan dari pokok wakaf yaitu menyalurkan hasil wakaf kepada yang berhak dan membutuhkannya, dapat tercapai setiap waktu, dimana hal tersebut akan terlaksana dengan penambahan atau pengurangan jatah yang diberikan sesuai tingkat kebutuhan diantara para mustahik. c) Membela dan mempertahankan kepentingan tanah wakaf Wakaf sebagai satu aktivitas yang diakui dalam hukum dan agama dapat menyebabkan suatu ikatan atau hubungan resmi dengan pihak lain baik orang tersebut para mustahik, atau mereka yang melampaui batas dalam mengambil hasil dan manfaat tanah wakaf, ataupun mereka yang menuntut bahwa dirinya berhak mendapat bagian dari tanah wakaf. Karena itu, nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang sebagai pengelola dan pemegang amanat wakaf harus berusaha sekuat tenaga dalam menjaga keberlangsungan wakaf dan hak-hak dari mereka yang berhak menerimanya. d) Melunasi hutang wakaf Nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang berkewajiban melunasi segala hutang yang berkaitan dengan tanah wakaf yang diambil dari pendapatan atau hasil produksi harta wakaf tersebut.

14 94 Pelunasan hutang-hutang itu harus didahulukan ketimbang pembagian kepada para mustahik. e) Menunaikan hak-hak mustahik dari tanah wakaf Nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang harus menunaikan dan menyerahkan hak-hak mustahik dari tanah wakaf dan tidak boleh menundanya, kecuali terjadi sesuatu yang mengakibatkan pembagian tersebut tertunda, misalnya ada kebutuhan mendesak guna merenovasi dan memperbaiki tanah wakaf atau melunasi hutang yang terkait dengan tanah wakaf. Melihat fenomena diatas penulis berpendapat bahwa kewajibankewajiban yang telah dilakukan nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang sudah sesuai dengan hukum fiqih maupun ketentuanketentuan yang berlaku dalam peraturan pemerintah walaupun masih belum lengkap pembukuan dalam pencatatan keadaan tanah wakaf, namun hal itu tidak begitu menjadi masalah mengingat tidak ada perubahan status keadaan tanah wakaf maupun penggunaannya, dari awal berdirinya Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah ini sampai sekarang semua sudah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh wakif yaitu untuk lembaga pendidikan. Di samping dibebani kewajiban-kewajiban, menurut ulama madzhab Hanafi nadzir berhak menerima upah yang wajar, sebab dia bertugas mengurus dan mengelola tanah wakaf dengan mengembangkan, memperbaiki, menginvestasikan dan menjual hasil produknya, sudah sepantasnya

15 95 mendapatkan upah yang setimpal atas apa yang telah diupayakan mengingat dengan usahanya yang keras dan waktu yang tersisa. Tetapi mengenai ketentuan upah nadzir, para ulama fuqoha tidak memberikan batasan tertentu dikarenakan perbedaan tempat dan kondisi juga disesuaikan dengan kemampuan dan kecakapan nadzir. Hal itu juga dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977, bahwa nadzir berhak mendapatkan penghasilan dan fasilitas yang besarnya dan macamnya ditentukan lebih lanjut oleh Menteri Agama. Jadi dalam penentuan upah nadzir masih ada penjelasan lagi mengingat kedudukan nadzir adalah seorang yang diserahi amanah untuk memanfaatkan benda (tanah) wakif, bukan seorang pegawai atau buruh yang akan mendapatkan upah dari hasil pekerjaannya, maka nadzir yang bersangkutan boleh dan berhak untuk mendapatkan bagian dan menerima penghasilan yang pantas dari hasil tanah wakaf sebagai imbalannya. Sedangkan pemberian imbalan yang dimaksud, kadar dan jumlahnya ditetapkan tidak boleh melebihi dari jumlah sepuluh persen (10%) dari hasil bersih tanah wakafnya. Selain nadzir berhak menerima imbalan yang pantas sebagaimana tersebut di atas, dia juga di dalam menjalankan dan menunaikan tugasnya berhak menggunakan fasilitas sepanjang diperlukan dari tanah wakaf atau hasilnya dengan mengingat hasil tanah wakaf dan tujuannya. Adapun nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang ada yang menerima upah dan ada yang tidak mengambil upah dari

16 96 pekerjaannya, mereka bekerja dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT, sedang yang menerima upah disesuaiakan dengan upah standar. Dari hal tersebut di atas penulis berpendapat apa yang diambil oleh nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang sebagai upah dari pekerjaannya telah sesuai dengan Menteri Agama yaitu sesuai dengan upah standar dan tidak melebihi dari sepuluh persen (10 %), sedangkan sumber upah diambil dari pemberdayaan tanah wakaf yang dijadikan sebagai lembaga pendidikan, dan juga sesuai dengan hukum fiqih seperti yang terdapat dalam haditsnya Umar tentang wakaf bahwa nadzir boleh mengambil upah dari hasilnya pemberdayaan wakaf., sebagaimana yang terdapat dalam haditsnya Umar, seperti berikut: لا ج ن اح ع ل ى م ن و ل ي ه ا ا ن ي ا آ ل م ن ه ا ب ال م ع ر و ف Artinya: Dan tidak ada halangan bagi orang yang mengurusi untuk memakan sebagian darinya dengan cara yang ma ruf. 8 ع ن ع م ر و قا ل ف ي ص د قة ع م ر ر ض ي االله ع ن ه : لي س ع لى ا لو ل ي ج ن اح ا ن ي ا ك ل و ي و ك ل ص د ي قا غي ر م ت ا ث ل م ا لا (ر و اه ا لب خ ار ي ( Artinya: Dari Umar dan Nabi bersabda pada shadaqahnya Umar: Tidaklah berdosa seorang wali memakan harta dan memberi makan kepada temannya dengan tidak berlebihan. (H.R. Bukhari) 9 8 Sayyid Sabiq, Fiqh al-sunnah, Juz 3, Beirut: Dar al Fikr, t.th., hlm Abi Abdullah Mohammad Bin Ismail Al Bukhari, Matan Al Bukhari Masykul, Juz 2, Semarang: Toha Putra, t.th. hlm. 44.

17 97 Adapun nadzir yang tidak mengambil upah dari pekerjaannya, penulis rasa lebih baik karena wakaf merupakan ibadah tabarru dan mengelolanya pun merupakan ibadah juga B. Analisis Terhadap Nadzir dan Manajemen Pendayagunaan Tanah Wakaf di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang Manajemen atau pengelolaan menempati pada posisi yang paling urgen dalam dunia perwakafan, karena yang paling menentukan benda (tanah) wakaf itu lebih bermanfaat atau tidak tergantung pada pola pengelolaannya, maka dalam pengelolaan wakaf harus menonjolkan pada sistem profesional agar keberadaan tanah wakaf tidak tersia-sia dan pengambilan kemanfaatan bagi masyarakat luas bisa lestari. Dalam hadist Bukhori menyebutkan: ا ذاوس د الا م ر ا لى ع ن ا ب ي ه ر ي ر ة ر ض ي االله ع ن ه قا ل: قا ل ر س و ل االله ص لى االله عليه وس لم : غي ر ا ه ل ه فان ت ظ ر الس اع ة (رواه البخاري ( Artinya: Dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: Apabila sesuatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. 10 Dalam bab terdahulu dijelaskan nadzir dalam pengelola dan mengembangkan tanah wakaf dapat melakukan dan menerapkan prinsip manajemen kontemporer dengan menjunjung tinggi dan memegang kaidah al maslahah (kepentingan umum) sesuai dengan ajaran islam, sehingga tanah wakaf dapat dikelola secara professional, dan terorganisir dengan baik. Dan 10 Ibid, Juz 1, hlm. 21.

18 98 hal ini menurut penulis yang terjadi di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang keprofesionalan dari nadzir dapat dilihat dengan penanganan yang baik terhadap keberadaan yayasan yang bergerak dibidang pendidikan sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat luas, karena kontribusi lembaga wakaf dalam bidang pendidikan adalah mampu menyediakan sarana pendidikan secara kuantitatif maupun kualitatif. Dari aspek ini sangat jelas dampak yang dihasilkan pada bidang pendidikan adalah semakin terbukanya peluang untuk memperoleh pendidikan yang luas, sehingga lebih banyak anggota masyarakat yang mampu mengakses fasilitas pendidikan tersebut, yang pada akhirnya kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi lebih baik dan mampu meningkatkan produktifitas mereka dalam berkarya dan kesejahteraan masyarakat otomatis akan terangkat. Pola manajemen atau pengelolaan wakaf yang selama ini berjalan adalah manajemen yang terhitung masih tradisional, misalnya dari beberapa aspek : 1. Kepemimpinan Selama ini kepemimpinan dalam lembaga kenadziran masih bersifat sentralistik-otoriter (paternalistik) dan tidak ada sistem kontrol yang memadai. 2. Rekuitmen sumber daya manusia (SDM) kenadziran Sering kali kita temukan bahwa kebanyakan nadzir wakaf yang hanya didasarkan pada aspek ketokohan seperti ulama, kyai, ustadz dan lain-lain,

19 99 bukan dari aspek profesionalisme atau kemampuan mengelola. Sehingga banyak benda-benda wakaf yang tidak terurus atau terkelola secara baik. 3. Operasionalisasi pemberdayaan Pola yang digunakan ini lebih kepada sistem yang tidak jelas (tidak memiliki standar operasional) karena lemahnya sumber daya manusia (SDM), visi dan misi pemberdayaan. 4. Pola pemanfaatan hasil Dalam menjalankan upaya pemanfaatan hasil wakaf masih banyak yang bersifat konsumtif-statis sehingga kurang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat banyak. 5. Sistem kontrol dan pertanggungjawaban Sebagai resiko dari kepemimpinan yang sentralistik dan lemahnya operasionalisasi pemberdayaan mengakibatkan pada lemahnya sistem kontrol, baik yang bersifat kelembagaan, pengembangan usaha maupun keuangan. 11 Sedang yang terjadi di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang dalam kepemimpinannya bersifat situasional untuk kepentingan umat serta memiliki kontrol yang cukup memadai dengan mengadakan evaluasi setiap bulannya, dan dalam pengelolaan operasional sudah ada batasan atau garis kebijaksanaan yang nyata, yaitu meliputi seluruh rangkaian program kerja dan memiliki visi yang jelas sehingga menghasilkan produk yang lebih, yaitu lembaga pendidikan 11 Departemen Agama R.I., Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Jakarta: Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2004, hlm

20 100.Menanggapi sistem manajemen atau pengelolaan dan kenadziran di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang, penulis berpendapat bahwa pola pengelolaan tanah dan manajemen nadzirnya sudah profesional dilihat dari komitmen, tanggung jawab yang tinggi dari nadzir dengan berusaha menjalankan program kerja dan visi yang ada serta melaksanakan sesuai dengan pekerjaannya, sehingga manfaat dari tanah wakaf dapat dirasakan masyarakat luas. Pengelolaan tanah wakaf di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang meskipun dikelola oleh nadzir yang bertanggung jawab, menurut penulis, sebaiknya nadzir selanjutnya juga diberi bekal pembinaan atau nadzir memiliki keahlian khusus dibidangnya, agar nadzir lebih dapat menjalani tugasnya secara produktif dan berkualitas, seperti : a. Pendidikan formal. Seharusnya nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang adalah lulusan sekolah teknik menengah atau perguruan tinggi (arsitektur, pemasaran) yang kelak bisa mengelola tanah wakaf di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang secara produktif. Atau juga lulusan sekolah dan perguruan tinggi jurusan ekonomi, seperti akuntansi, yang bisa diarahkan untuk meningkatkan pengembangan tanah wakaf. b. Pendidikan non formal. Nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang, agar lebih berpotensi lagi sebaiknya mengadakan kursus-kursus atau pelatihanpelatihan sumber daya manusia (SDM) kenadziran baik yang terkait

21 101 dengan manajerial organisasi atau meningkatkan keterampilan dalam bidang profesi, seperti administrasi, teknik pengelolaan tanah dan lain sebagainya. c. Pembinaan mental Untuk meningkatkan semangat kerja nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang, alangkah baiknya ada pembinaan mental budi pekerti (akhlak) yang luhur dibina melalui berbagai kesempatan, seperti ceramah agama, simulasi pengembangan diri dan organisasi untuk menjaga dan meningkatkan ketahanan mental supaya sumber daya manusia (SDM) kenadziran bisa mengemban amanat untuk kesejahteraan masyarakat banyak. Meskipun nadzir memilki kehandalan dalam pengelolaan tanh wakaf, tetapi karena mentalnya sangat lemah mengakibatkan terjadinya tindakan-tindakan yang menyimpang, misalnya korupsi. Jika kondisi mental para nadzir lemah atau buruk, maka pengelolaan wakaf tidak akan menghasilkan secara maksimal. Sebagaimana telah disebutkan bahwa nadzir adalah orang yang diserahi tugas untuk mengurus dan memelihara tanah wakaf, dimana dia berkewajiban untuk menjaga, mengembangkan, membudidayakan potensi wakaf dan melestarikan manfaat dan tanah yang diwakafkan bagi orang-orang yang berhak menerimanya. Demikian juga, peran nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang adalah sebagai pengelola dan pengembangan tanah wakaf agar fungsi yang dikehendaki wakif yaitu sebagai lembaga pendidikan, maka nadzir berusaha mengembangkan, memperdayakan

22 102 tanah wakaf dengan cara mengelola, membangun, melengkapi sarana prasarana yang dibutuhkan agar kualitas dan kuantitas pendidikan semakin meningkat. Melihat hal itu, penulis berpendapat bahwa apa yang telah dilakukan nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang dalam peranannya mengelola dan memanfaatkan tanah wakaf sudah sesuai dengan apa yang dikehendaki wakif, sehingga kedepannya banyak calon-calon wakif yang berkeinginan mewakafkan tanahnya di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang. Selain peranannya sebagai pengelola tanah wakaf, nadzir juga berperan sebagai pengawas tanah wakaf. Hal tersebut juga terjadi di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang, di samping sebagai pengawas yang bertugas mengawasi pemanfaatan tanah wakaf dan menyimpan arsiparsip akta tanah wakaf agar tidak beralih fungsi dari tujuan wakaf, dan juga mengawasi aktifitas pendidikan dan selalu mengadakan evaluasi, di samping itu juga memberikan motivasi terhadap semua aspek yang berkecipung didalam lembaga pendidikan. Sehubungan dengan peranan nadzir dalam pengawasan tanah wakaf yang terjadi di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang, penulis berpendapat bahwa yang dilakukan nadzir di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia maupun hukum fiqih, kalau kita lihat dari pengertian nadzir pada bab sebelumnya bahwa nadzir adalah orang yang bertanggung jawab

23 103 mengelola, mendayagunakan, mengawasi, memperbaiki dan mempertahankan tanah wakaf dari gugatan orang atau pihak lain yang ingin mengaburkan, menghilangkan obyek wakaf. Memang setiap sebulan sekali nadzir melakukan pengawasan terhadap tanah wakaf di Yayasan Pendidikan Islam Al Khoiriyyah Semarang dengan mengadakan rapat kepengurusan (nadzir), ini merupakan bentuk program kerja yang sangat bagus dan harus tetap dipertahankan, agar tanah wakaf tetap terjaga.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGALIHAN TUGAS NADZIR DALAM PENGELOLAAN OBYEK WAKAF DI KECAMATAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGALIHAN TUGAS NADZIR DALAM PENGELOLAAN OBYEK WAKAF DI KECAMATAN BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGALIHAN TUGAS NADZIR DALAM PENGELOLAAN OBYEK WAKAF DI KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG Wakaf sebagai bentuk amal yang bernilai sosial tinggi, dari dulu hingga sekarang selalu menimbulkan

Lebih terperinci

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN 23 ZAKAT PENGHASILAN Majelis Ulama Indonesia, setelah FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN MENIMBANG : a. bahwa kedudukan hukum zakat penghasilan, baik penghasilan

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) 24 Penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmar (Inventasi) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) Majelis Ulama Indonesia, setelah MENIMBANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN TANAH WAKAF DI YAYASAN MASJID RAYA BAITURRAHMAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN TANAH WAKAF DI YAYASAN MASJID RAYA BAITURRAHMAN SEMARANG BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN TANAH WAKAF DI YAYASAN MASJID RAYA BAITURRAHMAN SEMARANG Dalam bab ini penulis akan mencoba membuat suatu analisa data yang ada atau kenyataan-kenyataan yang telah penulis tulis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK Sebagaimana permasalahan yang telah diketahui dalam pembahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NAZHIR. Kata nazhir secara etimologi berasal dari kata nazira-yandzaru yang berarti menjaga

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NAZHIR. Kata nazhir secara etimologi berasal dari kata nazira-yandzaru yang berarti menjaga BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NAZHIR A. Pengertian Tentang Nazhir Kata nazhir secara etimologi berasal dari kata nazira-yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus. 1 Sedangkan menurut terminologi fiqih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK PESANTREN AL-MA UNAH CIREBON

BAB IV ANALISIS PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK PESANTREN AL-MA UNAH CIREBON BAB IV ANALISIS PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK PESANTREN AL-MA UNAH CIREBON A. Analisis tentang Pendelegasian Pengelolaan Wakaf di Pondok Pesantren al-ma unah Cirebon Dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah fundamental dalam pembangunan bangsa dan merupakan bekal yang harus dimiliki oleh setiap generasi muda agar kelak dapat menghadapi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA A. Analisis Dari Segi Penerimaan Zakat Zakat melalui sms (short message service)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR. Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira. yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR. Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira. yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR A. Pengertian dan Dasar Hukum Nadzir 1. Pengertian Nadzir Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus. 1 Di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO

BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO A. Akad Perjanjian Kerja antara TKI dengan PJTKI di PT. Amri Margatama Cabang Ponorogo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu materi yang tertuang dalam mata pelajaran fiqih adalah shalat. Shalat sebagai salah satu ibadah maghdah mempunyai kedudukan yang sangat penting. Salat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. shalat dan puasa. Namun ada juga yang berdampak secara sosial, seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. shalat dan puasa. Namun ada juga yang berdampak secara sosial, seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama yang sempurna, Islam mengajarkan cara ibadahnya dengan berbagai cara, ada ibadah yang berdampak secara personal atau individual, seperti shalat

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara 63 BAB IV STUDI KOMPARASI TERHADAP SISTEM BAGI HASIL PENGELOLAAN LADANG PESANGGEM ANTARA DESA NGEPUNG KECAMATAN LENGKONG DAN DESA SUGIHWARAS KECAMATAN NGLUYU KABUPATEN NGANJUK MENURUT PERPEKSTIF HUKUM

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN PUTUSAN PA SURABAYA OLEH PTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN PUTUSAN PA SURABAYA OLEH PTA SURABAYA BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN PUTUSAN PA SURABAYA OLEH PTA SURABAYA A. Analisis terhadap Putusan dan Dasar Hukum Hakim Pengadilan Agama Surabaya No. 1440/Pdt.G/2007/PA. Sby Pengadilan Agama merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama yang tinggi, selalu meletakkan pendidikan dan pada derajat yang tinggi. Adapun untuk memperoleh derajat manusia didunia adalah melalui ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO 65 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO B. Analisis Terhadap Penerapan Akad Qard\\} Al-H\}asan Bi An-Naz ar di BMT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah al-qur an merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantara Malaikat Jibril, sebagai kitab suci bagi umat Islam yang berisi pedoman

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG PENAMBAHAN UANG SEWA TAMBAK DI DESA GISIK CEMANDI KEC. SEDATI KAB.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG PENAMBAHAN UANG SEWA TAMBAK DI DESA GISIK CEMANDI KEC. SEDATI KAB. BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG PENAMBAHAN UANG SEWA TAMBAK DI DESA GISIK CEMANDI KEC. SEDATI KAB. SIDOARJO Bagi masyarakat petani desa Gisik Cemandi, tanah merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK A. Analisis terhadap Mekanisme Hak Khiya>r pada Jual Beli Ponsel Bersegel Akad merupakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KOMPARATIF PENARIKAN HARTA WAKAF MENURUT PENDAPAT EMPAT MADZHAB DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB V ANALISIS KOMPARATIF PENARIKAN HARTA WAKAF MENURUT PENDAPAT EMPAT MADZHAB DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF BAB V ANALISIS KOMPARATIF PENARIKAN HARTA WAKAF MENURUT PENDAPAT EMPAT MADZHAB DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF Wakaf merupakan perbuatan yang sangat mulia karena dengan rela memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yang menyendiri, namun manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan, bahkan termuat dalam undang-undang pendidikan nasional, karena pendidikan agama mutlak

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Hutang Pupuk dengan Gabah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN 69 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN A. Analisis Sistem Penetapan Harga {Pada Jual Beli Air Sumur di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Persepsi Masyarakat Petani Desa Trembulrejo Tentang Zakat Pertanian Mencermati keterangan narasumber dari hasil wawancara dari 15 petani, banyak petani yang mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 71 BAB IV ANALISIS DATA A. Upacara Tradisi Manganan dalam Perspektif Teologi Islam Islam adalah agama yang sempurna, yaitu suatu agama yang mengatur segala aspek kehidupan manusia yang diturunkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki perundang-undangan sebagai kitab hukumnya.

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PASAL 18 AYAT 2 UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN OPERASIONALISASI AKAD PERJANJIAN FINANCIAL LEASING DAN REALISASINYA A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18

Lebih terperinci

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa. 3BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan selain merupakan suatu alat bagi tercapainya suatu tujuan hidup bangsa, akan tetapi juga suatu cara untuk mengubah kualitas bangsa.

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH A. Analisis Terhadap Klaim Asuransi Dalam Akad Wakalah Bil Ujrah. Klaim adalah aplikasinya oleh peserta untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghafal Al-Qur an merupakan suatu keutamaan yang besar dan posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang bercita-cita tulus, serta berharap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru harus memiliki kemampuan profisional. Salah satu kemampuan profesional

BAB I PENDAHULUAN. guru harus memiliki kemampuan profisional. Salah satu kemampuan profesional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan, arti penting itu bertolak dari tugas dan tanggung jawab guru yang cukup berat untuk mencerdaskan anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan, manusia akan lebih berpengetahuan luas dan menjadi lebih bijaksana dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sisi Allah SWT. Perbuatan tersebut berwujud melepaskan hak atas. wakif (pemberi wakaf). Adapaun amal kebajikan itu diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. di sisi Allah SWT. Perbuatan tersebut berwujud melepaskan hak atas. wakif (pemberi wakaf). Adapaun amal kebajikan itu diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wakaf merupakan perbuatan kebajikan yang dianggap oleh Islam dengan pengertian diharapkan kelak akan memperoleh pahala yang besar di sisi Allah SWT. Perbuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat, yang dimulai sejak lahirnya ke dunia sampai kembali ke liang lahat, baik ilmu agama maupun yang

Lebih terperinci

BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR

BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR STANDAR KOMPETENSI 13. Memahami tatacara shalat jama dan qashar KOMPETENSI DASAR 13.1. Menjelaskan shalat jama dan qashar 13.2. Mempraktekkan shalat jama dan qashar A. Shalat

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI RUMAH BERSTATUS TANAH WAKAF DI KARANGREJO BURENG KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI RUMAH BERSTATUS TANAH WAKAF DI KARANGREJO BURENG KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA 56 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI RUMAH BERSTATUS TANAH WAKAF DI KARANGREJO BURENG KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Proses / Akad Jual Beli Rumah Berstatus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikannya sebuah kelebihan tersebut manusia tidak hanya diam. Akan tetapi. wajib melaksanakan segala perintah dan larangan Allah.

BAB I PENDAHULUAN. berikannya sebuah kelebihan tersebut manusia tidak hanya diam. Akan tetapi. wajib melaksanakan segala perintah dan larangan Allah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna, karena memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Allah memberi sebuah kelebihan dengan memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekecil apapun ilmu yang didapat, kita harus selalu berusaha untuk menyampaikannya kepada yang lain. Karena setiap individu berhak untuk dididik dan mendidik, berhak

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT A. Analisis Terhadap Pemberian Wasiat Dengan Kadar Lebih Dari 1/3 Harta Warisan Kepada

Lebih terperinci

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM 15 MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya pada tanggal 8 Rabi ul Akhir 1402 H, bertepatan dengan tanggal 2 Februari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya, maka hasil analisis Tinjauan Hukum Islam Terhadap Ketentuan

Lebih terperinci

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL Nomor: 31/DSN-MUI/VI/2002 Tentang PENGALIHAN UTANG ب س م االله الر ح من الر ح ي م Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya, namun harta yang diperoleh itu juga mempunyai fungsi sosial 1. Di

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya, namun harta yang diperoleh itu juga mempunyai fungsi sosial 1. Di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umat islam diperintahkan agar senantiasa bekerja keras guna mencari karunia Allah Swt. Harta di perlukan sebagai pemenuhan kebutuhan kehidupan pribadi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elemen terpenting dalam sebuah sistem pendidikan adalah guru, karena ia merupakan ujung tombak. Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh bagaimana siswa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI LEGEN. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Praktek

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI LEGEN. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Praktek BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI LEGEN A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Praktek Jual beli legen Sebagaimana telah dijelaskan di bab sebelumnya, maka dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN 58 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Praktek Sistem Jual Beli Ikan Dengan Perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya

Lebih terperinci

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di  PETUNJUK RASULULLAH PETUNJUK RASULULLAH Bagi YANG BERHUTANG حفظه االله Ustadz Nur Kholis bin Kurdian Publication: 1434 H_2013 M PETUNJUK RASULULLAH صلى االله عليه وسلم BAGI YANG BERHUTANG حفظه االله Ustadz Nur Kholis bin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang hidup dizaman sekarang, harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang hidup dizaman sekarang, harus memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang hidup dizaman sekarang, harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan ilmu yang tinggi, sehingga dapat menghadapi perkembangan-perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU A. Analisis Terhadap Praktik Penukaran Uang Dengan Jumlah Yang Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia pertama, sebagaimana al-qur an menyatakan. berkembang sesuai dengan kondisi dan konteks lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia pertama, sebagaimana al-qur an menyatakan. berkembang sesuai dengan kondisi dan konteks lingkungannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan lahir bersamaan dengan diciptakannya Nabi Adam As sebagai manusia pertama, sebagaimana al-qur an menyatakan Adam berdialog dengan Allah SWT. 1 Dialog

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di berbagai negara. Dengan bantuan dari berbagai media, pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di berbagai negara. Dengan bantuan dari berbagai media, pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan yang saat ini sedang berkembang pesat membuat persaingan di berbagai negara. Dengan bantuan dari berbagai media, pengetahuan dapat di peroleh dengan

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf KAIDAH FIQH ت ش ر ع ال ق ر ع ة إ ذ ا ج ه ل ال م س ت ح ق و ت ع ذ ر ت ال ق س م ة Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006 BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006 A. Analisis Hukum Terhadap Landasan Penetapan Harta Bersama Dalam Permohonan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci ummat Islam yang diharapkan menjadi pembimbing dan pedoman dalam kehidupan. Didalamnya terkandung berbagai nilai dan konsep

Lebih terperinci

Ibadah, (Jakarta : Amzah, 2010), Cet. II, hlm Ibadah..., hlm Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih

Ibadah, (Jakarta : Amzah, 2010), Cet. II, hlm Ibadah..., hlm Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menjadikan shalat sebagai media untuk membina dan meluruskan orang mukmin setelah sebelumnya Dia memberikan kepada manusia segala macam ciptaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan salah satu ibadah yang dapat mencakup hablu min Allâh

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan salah satu ibadah yang dapat mencakup hablu min Allâh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wakaf merupakan salah satu ibadah yang dapat mencakup hablu min Allâh dan hablu min an-nâs, yaitu ibadah yang selain berhubungan dengan Tuhan juga berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK A. Pelaksanaan Pemberian Hadiah/ Uang yang Diberikan oleh Calon anggota DPRD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diperoleh melalui jalur sekolah dan luar sekolah, salah satu jalur pendidikan luar sekolah adalah keluarga. Keluarga merupakan penanggung jawab pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu lembaga yang dianjurkan oleh ajaran Islam untuk dipergunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu lembaga yang dianjurkan oleh ajaran Islam untuk dipergunakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu lembaga yang dianjurkan oleh ajaran Islam untuk dipergunakan oleh seseorang sebagai sarana penyaluran rezeki yang diberikan oleh Tuhan kepadanya adalah

Lebih terperinci

BAB IV. mensyaratkan kekekalan di dalamnya dengan membeli sesuatu harta yang lain

BAB IV. mensyaratkan kekekalan di dalamnya dengan membeli sesuatu harta yang lain 65 BAB IV KESESUAIAN ISTIBDA@L (TUKAR GULING) TANAH DAN RUMAH WAKAF DI DUSUN UJUNG SARI DESA RANDUBOTO KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK DENGAN KETENTUAN HUKUM ISLAM Istibda@l wakaf merupakan suatu perbuatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA A. Tata Cara Pelaksanaan Akad Pelaksanaan akad deposito di BNI Syari ah dimulai pada waktu pembukaan rekening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an merupakan kitab suci bagi umat Islam. Secara definitif, Al- Qur an dirumuskan sebagai kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan)

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SIDOARJO TENTANG PERMOHONAN IZIN POLIGAMI (PEMBUKTIAN KEKURANGMAMPUAN ISTERI MELAYANI SUAMI) A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Hal ini sejalan pula dengan Hadist Rasulullah SAW dari Abu Hurairah r.a.

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Hal ini sejalan pula dengan Hadist Rasulullah SAW dari Abu Hurairah r.a. 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan bangsa Indonesia tertera dalam Undang- Undang No. 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, Islam hadir dengan ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan manusia. Islam tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya di dunia ini dengan berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah diciptakan-nya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA Sebagaimana penelitian yang dilakukan di lapangan dan yang menjadi obyek penelitian adalah pohon mangga,

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HIBAH DALAM KEADAAN SAKIT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HIBAH DALAM KEADAAN SAKIT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN 62 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HIBAH DALAM KEADAAN SAKIT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Pemberian Hibah dalam Keadaan Sakit

Lebih terperinci

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni 15 BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH A. PENGERTIAN SYIRKAH Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang lainnya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Bunga Kamboja Kering

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI A. Analisis Perhitungan Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga harus terjadi interaksi antarsesama manusia untuk memenuhi kebutuhan yang mereka

BAB I PENDAHULUAN. sehingga harus terjadi interaksi antarsesama manusia untuk memenuhi kebutuhan yang mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah swt. menciptakan manusia sebagai makhluk sosial agar mereka saling menolong dalam segala urusan. Sebagai makhluk sosial, manusia yang satu membutuhkan

Lebih terperinci

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) 36 PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 5 Tahun 2005 Tentang PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) Majelis Ulama Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV. Sebagaimana deskripsi pada dua bab terdahulu dapat dipahami. bahwa dalam hukum Islam dan hukum positif di Indonesia menjelaskan

BAB IV. Sebagaimana deskripsi pada dua bab terdahulu dapat dipahami. bahwa dalam hukum Islam dan hukum positif di Indonesia menjelaskan 71 BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENYELESAIAN HUTANG PIUTANG SUAMI ATAU ISTRI TANPA SEPENGETAHUAN PASANGANNYA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA A. Analisis Persamaan dan Perbedaan Hukum

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi Bisnis database pin konveksi adalah sebuah bisnis dimana objek yang diperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipatuhi tetapi juga tauhid, akhlak dan muamalah, misalnya ketika seseorang ingin

BAB I PENDAHULUAN. dipatuhi tetapi juga tauhid, akhlak dan muamalah, misalnya ketika seseorang ingin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam adalah agama yang universal mempunyai ajaran sempurna, mengatur segala aspek kehidupan manusia guna menuju kebahagiaan yang abadi. Islam tidak hanya mengatur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis terhadap aplikasi jual beli ikan bandeng dengan pemberian jatuh tempo. Jual beli ikan

Lebih terperinci

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK ARISAN JAJAN DENGAN AKAD MUDHARABAH DI TAMBAK LUMPANG KELURAHAN SUKOMANUNGGAL KECAMATAN SUKOMANUNGGAL SURABAYA A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 30-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tarawih Al-Bukhari 1869-1873 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk

Lebih terperinci

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARI AH MUSYARAKAH ب س م االله الر ح من الر ح ي م Dewan Syari ah Nasional, setelah: Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia melainkan seluruh makhluk ciptaan-nya

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 286

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 286 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 286 ل ا ي ك ل ف الل ه ن ف س ا ا ل ا و س ع ه ا ل ه ا م ا ك س ب ت و ع ل ي ه ا م ا اك ت س ب ت ر ب ن ا ل ا ت و اخ ذ ن ا ا ن ن س ين ا ا و ا خ ط ا ن ا ر ب ن ا و ل ا ت ح

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf KAIDAH FIQH ت ب د ل س ب ب ال م ل ك ك ت ب د ل ال ع ي Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf Publication: 1437 H_2016 M Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik diantara makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik diantara makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik diantara makhluk Allah yang lain. Struktur manusia terdiri atas unsur jasmaniah (fisiologis) dan rohaniah (psikologis).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP A. Analisis Hukum Islam terhadap Latar Belakang Pelarangan

Lebih terperinci

Hadits-hadits Shohih Tentang

Hadits-hadits Shohih Tentang Hadits-hadits Shohih Tentang KEUTAMAAN PERNIAGAAN DAN PENGUSAHA MUSLIM حفظو هللا Ustadz Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc Publication : 1436 H_2015 M Hadits-hadits Shohih Tentang Keutamaan Perniagaan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA A. Analisis terhadap Praktek Pengambilan Keuntungan pada Penjualan Onderdil di Bengkel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Pelaksanaan Penahanan Sawah sebagai Jaminan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia membutuhkan pendidikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak dalam rumah tangga adalah tugas semua orang tua, namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut menjadi dewasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci