KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 178 TAHUN 1979 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN UPACARA DI DALAM GERAKAN PRAMUKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 178 TAHUN 1979 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN UPACARA DI DALAM GERAKAN PRAMUKA"

Transkripsi

1 KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 178 TAHUN 1979 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN UPACARA DI DALAM GERAKAN PRAMUKA Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Menimbang : 1. bahwa kegiatan upacara dalam Gerakan Pramuka merupakan salah satu alat pendidikan untuk membiasakan selalu berbuat dengan tertib dan menanamkan rasa cinta tanah air, disiplin, gotong ronyong, rasa tanggung jawab dan takwa kepada Tuhan Yang Mahaesa ; 2. bahwa kegiatan upacara dalam Gerakan Pramuka belum diatur secara seragam, sehingga belum dapat berfungsi sebagai alat pendidikan yang berdaya guna dan tepat guna ; 3. bahwa berkenaan dengan itu perlu ditetapkan Petunjuk Penyelenggaraan Upacara dalam Gerakan Pramuka. Mengingat : 1. Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Tahun 1978, di Bukittinggi, Sumatera Barat. 2. Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka Pasal 26, tentang pelantikan, pengukuhan dan perestuan. Memperhatikan: 1. Keputusan-keputusan Rapat Kwartir Nasional tanggal 17 September Keputusan-keputusan Rapat Kwartir Nasional Harian tanggal 14 September Saran-saran dari Staf Kwartir Nasional. MEMUTUSKAN : Menetapkan : Pertama : Berlakunya Petunjuk Penyelenggaraan Upacara dalam Gerakan Pramuka seperti tertera dalam lampiran surat keputusan ini. Kedua : Menginstruksikan kepada semua jajaran Gerakan Pramuka menyebar lusakan keputusan ini, agar upacara-upacara dalam lingkungan Gerakan Pramuka dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Keempat : Apabila ternyata dikelak kemudian hari ada kekeliruan dalam keputusan ini, maka akan diadakan pembetulan seperlunya. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 27 Oktober 1979 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Ketua, Letjen TNI (Purn) Mashudi.

2 LAMPIRAN KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 178 TAHUN 1979 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN UPACARA DALAM GERAKAN PRAMUKA BAB I PENDAHULUAN Pt. 1. Umum Gerakan Pramuka sebagai suatu wadah pendidikan non formal di lingkungan ketiga, wajib mengarahkan dan mengatur semua tindakan dan langkahnya seuai dengan tujuan pendidikan khususnya tujuan dan sasaran Gerakan Pramuka, sehingga usaha tersebut merupakan proses pendidikan yang meningkat dan berkesinambungan. a. Usaha yang merupakan proses pendidikan yang meningkat dan berkelanjutan itu salah satu diantaranya adalah kegiatan upacara untuk melatih disiplin, patuh, tenggang rasa, atnggung jawab, kesadaran nasional dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Mahaesa. b. Agar kegiatan upacara tersebut berfungsi secara tepat guna dan berdaya guna, diperlukan penataran/pengaturan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan di satuan masing-masing. Pt. 2. Maksud dan Tujuan a. Maksud petunjuk penyelenggaraan ini adalah memberi pedoman dan pengarahan kepada semua anggota Gerakan Pramuka dalam penyelenggaraan upacara. b. Tujuan petunjuk penyelenggaraan ini adalah untuk menertibkan, memperlancar dan mengembangkan pelaksanaan upacara dalam Gerakan Pramuka sehingga tercabai keseragaman. Pt. 3. Ruang Lingkup Petunjuk Penyelenggaraan ini meliputi : a. Pendahuluan. b. Pengertian c. Tujuan dan sasaran. d. Pokok-pokok upacara dan jenisnya. e. Upacara Umum dalam Gerakan Pramuka f. Upacara di satuan Pramuka Siaga. g. Upacara di satuan Pramuka Penggalang. h. Upacara di satuan Pramuka Penegak. i. Upacara di satuan Pramuka Pandega. j. Variasi dan pengembangan upacara di satuan Pramuka. k. Penutup. BAB II PENGERTIAN Pt. 4. Pengertian a. Upacara adalah serangkaian perbuatan yang ditata dalam suatu ketentuan peraturan yang wajib dilaksanakan dengan khidmat, sehingga merupakan kegiatan yang teratur dan tertib, untuk memberntuk suatu tradisi dan budi pekerti yang baik. b. Upacara Umum yaitu upacara yang dilakukan untuk kegiatan tertentu dengan menggunakan peraturan yang berlaku secara umum. c. Upacara Pembukaan Latihan dan Upacara Penutupan Latihan yaitu upacara yang dilakukan dalam rangka melaksanakan usaha memulai dan mengakhiri suatu pertemuan di lingkungan GerakanPramuka. d. Upacara Pelantikan yaitu : 1) upacara yang dilakukan dalam rangka peresmian seorang calon menjadi anggota Gerakan Pramuka, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2) upacara yang dilakukan dalam rangka pengangkatan pemegang jabatan tertentu dalam satuan. e. Upacara Kenaikan Tingkat, yaitu upacara yang dilakukan dalam rangka pengesahan kenaikan tingkat kecakapan umum yang dicapai oleh seorang anggota Gerakan Pramuka sesuai dengan syarat kecakapan umum yang berlaku.

3 f. Upacara Pindah Golongan, yaitu upacara yang dilakukan dalam rangka pemindahan anggota dari satu golongan ke golongan lain yang lebih tinggi dalam usia sesuai dengan ketentuan yang berlaku. g. Upacara Meninggalkan Ambalan/Racana, yaitu upacara yang dilakukan dalam rangka mengantar Pramuka Penegak dan/atau Pramuka Pandega untuk terjun ke masyarakat dan berbakti secara langsung sesuai dengan bidangnya. h. Pembina Upacara adalah Pembina dalam upacara yang menerima penghormatan, mengesahkan pelaksanaan upacara dan merupakan pimpinan tertinggi dalam upacara itu. i. Pengatur Upacara (Protokol) adalah petugas yang menyusun dan mengatur pelaksanaan tertib acara dalam upacara, yang berkewajiban mengendalikan jalannya upacara. j. Pemimpin Upacara adalah petugas yang memimpin barisan peserta upacara. k. Pembawa Acara adalah petugas yang membaca tertib acara dalam suatu upacara. l. Peserta Upacara adalah satuan-satuan yang berada di bawah pimpinan Pemimpin Upacara. m. Petugas Upacara adalah orang-orang yang menunaikan tugas tertentu dalam suatu upacara misalnya : pengibar bendera, pembaca Dasadarma, pemimpin lagu, dan lain-lain. BAB III TUJUAN DAN SASARAN UPACARA Pt. 5. Tujuan upacara dalam Gerakan Pramuka adalah membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur sehingga menjadi warga negara Indonesia yang berpancasila seperti tercantum dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka. Pt. 6. Sasaran upacara dalam Gerakan Parmuka, adalah agar setiap Pramuka : a. memiliki rasa cinta kepada tanah air, bangsa dan agama ; b. memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin pribadi ; c. selalu tertib di dalam hidup sehari-hari ; d. memiliki jiwa gotong royong dan percaya kepada orang lain ; e. dapat memimpin dan dipimpin ; f. dapat melaksanakan upacara dengan khidmat dan tertib ; g. meningkatkan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Mahaesa ; BAB IV POKOK-POKOK UPACARA DAN JENISNYA Pt. 7. Pokok-pokok Upacara Gerakan Pramuka Semua upacara dalam Gerakan Pramuka mengandung unsure-unsur pokok sebagai berikut : a. Bentuk barisan yang digunakan oleh peserta upacara selalu disesuaikan dengan perkembangan jiwa peserta didik. 1) Bentuk barisan upacara di satuan Pramuka Siaga adalah lingkaran, karena perhatian dan perkembangan jiwanya masih terpusat pada orang tua/pembina. 2) Bentuk barisan upacara di satuan Pramuka Penggalang adalah bentuk angkare, karena perhatian dan perkembangan jiwanya telah mulai terbuka. 3) Bentuk barisan upacara di satuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega adalah bersaf, karena perhatian dan perkembangan jiwanya sudah terbuka luas. 4) Jika peserta upacara itu terdiri dari dua golongan atau lebih, maka bentuk barisan yang digunakan ditentukan oleh pimpinan upacara atau pengatur upacara sesuai dengan keadaan setempat. b. Penghormatan kepada Bendera Sang Merah Putih dilakukan : 1) pada waktu pengibaran dan penurunan (penyimpanan) Sang Merah Putih ; 2) pada waktu Sang Merah Putih dibawa masuk atau keluar ruang upacara. c. Pembacaan kode kehormatan dalam bentuk ketentuan moral budi pekerti : 1) untuk Pramuka Siaga, Dwidarma ; 2) untuk Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega, Dasadarma. d. Pada waktu pembacaan Dwidarma dan Dasadarma, para Pramuka tidak melakukan penghormatan, tetapi penghormatan dilakukan pada saat pengucapan Dwisatya atau Trisatya. Kewajiban berdoa kepada Tuhan Yang Mahaesa (dengan menundukkan kepala) agar selalu mendapat rakhmat dan hidayah dalam segala kegiatan. e. Rangkaian seluruh upacara dilakukan dalam suasana khidmat dan bersungguh-sungguh. Pt. 8. Pokok-pokok Upacara Senua upacara dalam Gerakan Pramuka mengandung unsure-unsur pokok sebagai berikut : a. Pada upacara di luar Gerakan Pramuka, pelaksanaannya disesuaikan dengan ketentuan dan peraturan yang disusun oleh penyelenggaranya. b. Dalam pelaksanaan upacara dalam Gerakan Pramuka harus ada : 1) pengibaran Sang Merah Putih,

4 2) pembacaan Pancasila 3) pembacaan Kode Kehormatan Pramuka, dan 4) doa Pt. 9. Jenis Upacara a. Macam upacara dalam Gerakan Pramuka adalah : 1) Upacara Umum. 2) Upacara Pembukaan/Penutupan Latihan. 3) Upacara Pelantikan. 4) Upacara Kenaikan. 5) Upacara Pindah Golongan. 6) Upacara Meninggalkan Ambalan/Racana. b. Tempat Upacara adalah : 1) di dalam ruangan, dan 2) di luar/lapangan. BAB V UPACARA UMUM DALAM GERAKAN PRAMUKA Pt. 10. Petugas dalam upacara Untuk melaksanakan tiap upacara ditentukan petugas-petugas berikut : a. Pembina Upacara, b. Pemimpin Upacara, c. Pengatur Upacara, d. Pembawa Acara, e. Pengibar Bendera, f. Petugas-petugas lain. Pt. 11. Pembina Upacara Pembina Upacara berhak : a. menerima penghormatan dari peserta upacara yang dipimpin oleh Pemimpin Upacara ; b. merobah dan mengesahkan rencana acara upacara yang diserasikan dengan situasi dan konsisi ; c. melaksanakan acara yang ditentukan ; d. nelimpahkan wewenangnya kepada Pemimpin Upacara. Pt. 12. Pemimpin Upacara Pemimpin Upacara berkewajiban : a. memimpin peserta upacara untuk memberikan penghormatan kepada Pembina Upacara ; b. mengatur ketertiban peserta upacara ; c. mempertanggung jawabkan tugasnya kepada Pembina Upacara. Pt. 13. Pengatur Upacara Pengatur Upacara berkewajiban : a. menyusun rencana pelaksanaan upacara serta mengendalikan jalannya upacara ; b. mengajukan rencana pelaksanaan upacara untuk mendapatkan pengesahan dari Pembina Upacara dan memberikan penjeleasan seperlunya ; c. mempertanggung jawabkan tugasnya kepada Pembina Upacara. Pt. 14. Pembawa Acara Pembawa acara berkewajiban : a. membaca acara upacara b. dalam keadaan terpaksa dapat mengambil kebijaksanaan dengan persetujuan dari Pengatur Upacara ; c. mempertanggung jawabkan tugasnya kepada Pengatur Upacara. Pt. 15. Pengibar Bendera Pengibar Bendera berkewajiban mengibarkan dan menurunkan bendera Sang Merah Putih, sesuai dengan ketentuan. Pt. 16. Petugas lain Petugas lain berkewajiban melaksanakan tugas-tugas yang tidak dikerjakan oleh petugas-petugas di atas. Pt. 17. Upacara pengibaran Sang Merah Putih a. Urutan acara ditentutakan menurut keperluan dan disesuaikan dengan maksud dan tujuan upacara. b. Pedoman upacara pengibaran bendera Sang Merah Putih : 1) Pasukan peserta upacara disiapkan oleh Pemimpin Upacara. 2) Pembina Upacara menempatkan diri di tempat yang ditentukan. 3) Penghormatan pasukan kepada Pembina Upacara dipimpin oleh Pemimpin Upacara. 4) Laporan Pemimpin Upacara kepada Pembina Upacara bahwa upacara siap dimulai.

5 5) Petugas pengibar bendera Sang Merah Putih maju ke tiang bendera dan mengikatkan bendera dengan tali dan setelah bendera direntangkan, salah seorang petugas mengatakan: Bendera siap. 6) Pemimpin Upacara memberi aba-aba: Kepada Sang Merah Putih.. hormat grak, dan semua peserta upacara memberi hormat, sampai bendera tiba di puncak tiang. Pengibaran bendera itu dapat diiringi dengan lagu Indonesia Raya oleh korps musik atau kelompok vocal. 7) Setelah bendera sampai di puncak tiang, Pemimpin Upacara menyerukan aba-aba : Tegak.. grak. 8) Petugas Bendera mengikatkan tali ke tiang bendera, kemudian mundur tiga langkah, memberi hormat kepada bendera Sang Merah Putih dan kembali ke tempat semula. 9) Mengheningkan cipta dan berdoa dipimpin oleh Pembina Upacara. 10) Pembacaan teks Pancasila. 11) Amanat Pembina Upacara. 12) Laporan Pemimpin Upacara kepada Pembina Upacara vahwa upacara pengibaran bendera telah dilaksanakan. 13) Penghormatan pasukan peserta upacara kepada Pembina Upacara di pimpin oleh Pemimpin Upacara. 14) Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara. 15) Pasukan peserta upacara dibubarkan oleh Pemimpin Upacara. Pt. 18. Petugas dalam upacara a. Pasukan peserta upacara disiapkan oleh Pemimpin Upacara. b. Pembina Upacara menempatkan diri di tempat yang ditentukan. c. Penghormatan pasukan kepada Pembina Upacara dipimpin oleh Pemimpin Upacara. d. Laporan Pemimpin Upacara kepada Pembina Upacara bahwa upacara penurunan/penyimpanan Sang Merah Putih siap dimulai. e. Petugas pengibar bendera Sang Merah Putih maju ke tiang bendera dan memberi hormat kepada Sang Merah Putih. f. Kemudian petugas melepas tali, dan setelah selesai mengatakan: Bendera siap. g. Pemimpin Upacara memberi aba-aba: Kepada Sang Merah Putih.. hormat grak, dan semua peserta upacara memberi hormat, sampai bendera tiba di batas bawah. h. Pemimpin Upacara menyerukan aba-aba : Tegak.. grak, kemudian petugas melepas bendera dari tali lalu melipatnya dan selanjutnya dibawa ketempat semula (tidak balik kanan). i. Berdoa dipimpin oleh Pembina Upacara. j. Laporan Pemimpin Upacara kepada Pembina Upacara vahwa upacara pengibaran bendera telah dilaksanakan. k. Penghormatan pasukan peserta upacara kepada Pembina Upacara di pimpin oleh Pemimpin Upacara. l. Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara. m. Pasukan peserta upacara dibubarkan oleh Pemimpin Upacara. Pt. 19. Bendera Setengah Tiang a. Dalam keadaan berkabung, Sang Merah Putih dikibarkan setengah tiang, dengan jalan menaikkannya ke puncak tiang lebih dahulu, kemudian diturunkan sampai setengah tiang. b. Penurunan bendera yang berkibar setengah tiang dilakukan dengan menaikkannya ke puncak tiang lebih dahulu, kemudian diturunkan. Pt. 20. Laporan Pelaksanaan laporan diatur sebagai berikut : a. Peserta upacara dalam keadaan sikap sempurna. b. Pemimpin Upacara maju menghadap Pembina Upacara, menghormat lalu menyampaikan laporan tentang keadaan peserta upacara. c. Selesai laporan Pemimpin Upacara tanpa menghormat, kembali ke tempat semula. d. Laporan penutup dilaksanakan oleh Pemimpin Upacara dengan maju menghadap Pembina Upacara, langsung lapor tanpa menghormat lebih dahulu. Selesai laporan, memberi hormat kemudian kembali ke tempat. Pt. 21. Mengheningkan cipta dan berdoa a. Mengehningkan cipta dan berdoa dipimpin oleh Pembina Upacara dengan menundukkan kepala dalam keadaan siap. b. Tutup kepala tetap dipakai. c. Sikap pada waktu berdoa sesuai dengan ketentuan agama dan kepercayaan masing-masing. d. Mengheningkan cipta dan berdoa dapat diiringi oleh korp musik/sangkakala/genderang. Pt. 22. Acara Pelengkap Jika dalam upacara penurunan/penyimpanan bendera diadakan aubade (lagu-lagu sanjungan) dan atraksi, lagu-lagu tersebut dinyanyikan sesudah Pembina Upacara berada di mimbar lain.

6 BAB VI UPACARA DI PERINDUKAN PRAMUKA SIAGA Pt. 23. Macam upacara di Perindukan Siaga Macam upacara di Perindukan Siaga meliputi : a. Upacara Pembukaan Latihan b. Upacara Penutupan Latihan c. Upacara Pelantikan d. Upacara Kenaikan e. Upacara Pemberian Tanda Kecakapan Khusus f. Upacara Pindah ke Golongan Penggalang. Pt. 24. Upacara Pembukaan Latihan Perindukan Siaga Upacara Pembukaan Latihan Perindukan Siaga adalah sebagai berikut : a. Pemeriksaan kebersihan dan kerapihan anggota. b. Memilih barung terbaik untuk memimpin upacara c. Barung terbaik menyiapkan perlengkapan upacara d. Pemimpin Upacara memanggil anggota perindukan, untuk membentuk lingkaran besar mengelilingi standar bendera. e. 1) Pembina Upacara (Pembina Siaga) dijemput oleh Pemimpin Upacara dan mengambil tempat di tengah lingkaran menghadap bendera dan pintu upacara. 2) Para Pembantu Pembina Siaga masuk lingkaran upacara. f. Pemimpin Upacara mengambil bendera untuk dikibarkan. g. Pada waktu bendera sampai dipintu upacara, semua anggota perindukan memberi hormat hingga selesai. h. Pembina Upacara (Pembina Siaga) membaca Pancasila ditirukan oleh semua anggota. i. Pemimpin Upacara membaca Dwidarma diikuti oleh semua anggota perindukan. j. Pemimpin Upacara kembali ke barungnya. k. Pembina Upacara (Pembina Siaga) mengumumkan hal-hal yang perlu diketahui oleh anggota perindukan. l. Pembina Upacara (Pembina Siaga) mengucapkan doa yang diikuti oleh anggota perindukan. Pt. 25. Upacara Penutupan Latihan Perindukan Siaga Upacara Penutupan Latihan Perindukan Siaga adalah sebagai berikut : a. Barung terbaik menyiapkan perlengkapan upacara. b. Pemimpin Upacara memanggil anggota perindukan, untuk membentuk lingkaran besar mengelilingi standar bendera. c. 1) Pembina Upacara (Pembina Siaga) dijemput oleh Pemimpin Upacara dan mengambil tempat di tengah lingkaran menghadap bendera dan pintu upacara. 2) Para Pembantu Pembina Siaga masuk lingkaran upacara. 3) Pemimpin Upacara mengambil tempat di dekat bendera menghadap Pembina Siaga. d. 1) Pemimpin Upacara memberi hormat kepada Sang Merah Putih, kemudian membawanya keluar tempat upacara (tidak balik kanan). 2) Pada waktu Sang Merah Putih dibawa keluar, semua anggota perindukan memberi hormat sampai ke pintu upacara. 3) Pemimpin Upacara menggulung dan meletakkan bendera di tempat yang ditentukan, kemudian kembali ke barungnya. k. Pengumuman dan pesan Pembina Upacara (Pembina Siaga). l. Pembina Upacara (Pembina Siaga) mengucapkan doa yang diikuti oleh anggota perindukan. g. Barisan dibubarkan, anggota perindukan minta diri kepada para Pembina dengan bersalaman. Pt. 26. Upacara Pelantikan Calon Siaga menjadi Siaga Mula Upacara Pelantikan Calon Siaga menjadi Siaga Mula adalah sebagai berikut : a. Calon Anggota Siaga yang akan dilantik diantar oleh Pemimpin Barungnya. b. Para Siaga yang sudah dilantik maju satu langkah. c. Tanya jawab tentang syarat kecakapan umum Siaga Mula antara Pembina Siaga dan calon Siaga. d. Ucapan janji Dwisatya dituntun Pembina dengan memegang Sang Merah Putih di tiang bendera bersama perindukan yang telah dilantik memberi hormat. e. Penyematan tanda-tanda diiringi nasehat pembina. f. Penghormatan kepada Siaga yang baru dilantik dilanjutkan pemberian selamat, kemudian kembali ke tempat masing-masing. g. Pembina Siaga mengucapkan doa yang diikuti anggota perindukan. h. Pemimpin barung menjemput anggotanya yang telah dilantik. i. Barisan dibubarkan. j. Pelantikan sebaiknya diadakan pada hari latihan biasa dan dilaksanakan sesudah upacara pembukaan latihan.

7 Pt. 27. Upacara Kenaikan Tingkat dari Siaga Mula ke Siaga Bantu atau dari Siaga Bantu ke Siaga Tata Upacara Kenaikan Tingkat dari Siaga Mula ke Siaga Bantu atau dari Siaga Bantu ke Siaga Tata adalah sebagai berikut : a. Siaga yang akan naik tingkat mengambil tempat berhadapan dengan Pembina Siaga. b. Tanya jawab tentang syarat kecakapan umum yang telah dipenuhi. c. Pada ucapan janji Dwisatya dengan cara seperti pada pelantikan anggota yang telah dilantik menghormat. d. Pelepasan tanda kecakapan umum yang lama dan penyematan tanda kecakapan umum yang baru, diiringi nasehat pembina. e. Penghormatan kepada Siaga yang baru naik tingkat dilanjutkan pemberian selamat, dipimpin oleh Pemimpin Barung Utama (Sulung), kemudian kembali ke tempat masing-masing. f. Siaga yang naik tingkat kembali ke barungnya. g. Pembina Siaga mengucapkan doa yang diikuti anggota perindukan. h. Barisan dibubarkan diteruskan dengan kegiatan acara latihan. Pt. 28. Upacara Pemberian Tanda Kecakapan Khusus kepada Pramuka Siaga Upacara Pemberian Tanda Kecakapan Khusus kepada Siaga yang telah memenuhi syarat dilakukan dalam rangkaian Upacara Pembukaan Latihan adalah sebagai berikut : a. Siaga yang akan menerima tanda kecakapan khusus mengambil tempat berhadapan dengan Pembina Siaga. b. Tanya jawab tentang syarat kecakapan khusus antara Pembina dengan Siaga yang akan menerima tanda kecakapan khusus. c. Penyematan tanda kecakapan khusus oleh Pembina diiringi nasehat secukupnya dan pemberian surat keterangan. d. Pembina Siaga mengucapkan doa yang diikuti anggota perindukan. e. Anggota perindukan memberikan ucapan selamat, kemudian kembali ke barung masing-masing diteruskan dengan acara latihan. Pt. 29. Upacara Pindah ke Golongan Penggalang Pramuka Siaga yang sudah berumur 11 tahun harus dipindahkan ke golongan Pramuka Penggalang dengan tata cara sebagai berikut : a. Di Perindukan Siaga, dalam rangkaian Upacara Pembukaan Latihan. 1) Pramuka Siaga yang akan pindah golongan mengambil tempat berhadapan dengan Pembina. 2) Penjelasan Pembina bahwa Pramuka Siaga pindah ke golongan Pramuka Penggalang bukan karena kecakapannya tetapi karena usianya. 3) Pesan Pembina kepada anggota perindukan yang akan pindah. 4) Pramuka Siaga yang akan pindah minta diri kepada teman seperindukan. 5) Pembina mengantar Siaga yang akan pindah ke Pasukan Penggalang yang sudah disiapkan sebelumnya. b. Di Pasukan Penggalang dalam rangkaian Upacara Pembukaan Latihan. 1) Penyerahan Siaga dari Pembina Siaga kepada Pembina Penggalang. 2) Penerimaan anggota baru oleh Pembina Penggalang, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di pasukan tersebut. 3) Pembina Siaga kembali ke perindukannya unutk meneruskan acara latihan. 4) Anggota baru diperkenalkan kepada semua anggota pasukan, kemudian diserahkan kepada regu yang sudah siap menerimanya. 5) Ucapan selamat datang dari semua anggota pasukan dilanjutkan dengan acara latihan. BAB VII UPACARA DI SATUAN PRAMUKA PENGGALANG Pt. 30. Macam upacara di Pasukan Penggalang Macam upacara di Pasukan Penggalang meliputi : a. Upacara Pembukaan Latihan b. Upacara Penutupan Latihan c. Upacara Pelantikan d. Upacara Kenaikan Tingkat e. Upacara Pemberian Tanda Kecakapan Khusus f. Upacara Pindah ke Golongan Penggalang. Pt. 31. Upacara Pembukaan Latihan Pasukan Penggalang Upacara Pembukaan Latihan Pasukan Penggalang adalah sebagai berikut : a. Pemeriksaan kebersihan dan kerapihan anggota oleh Pratama. b. Regu petugas menyiapkan perlengkapan upacara c. Pratama mengumpulkan anggotanya untuk membentuk angkare di hadapan tiang bendera. d. Pratama mencek petugas-petugas upacara, sesudah beres lalu menjemput Pembina Penggalang.

8 e. Pembina Upacara (Pembina Penggalang) mengambil tempat di hadapan pasukan, para Pembantu Pembina berada di belakang Pembina Upacara (Pembina Penggalang) dalam bentuk bersaf. f. Sesudah memimpin penghormatan, Pratama menyerahkan pasukan kepada Pembina Upacara (Pembina Penggalang) kemudian kembali ke regunya. g. Pengibaran Sang Merah Putih oleh petugas. h. Pembina Upacara (Pembina Penggalang) membaca Pancasila ditirukan oleh anggota pasukan. i. Pembacaan Dasaidarma. j. Kata pengantar Pembina Upacara (Pembina Penggalang) tentang tema latihan dan sebagainya. k. Pembina Upacara (Pembina Penggalang) memimpin doa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. l. Pasukan diserahkan kepada Pratama untuk melanjutkan acara. m. Pratama memimpin penghormatan pasukan kepada Pembina Upacara (Pembina Penggalang). n. 1) Pembina Upacara (Pembina Penggalang) mengucapkan terimakasih kepada para pembantunya terus siap melaksanakan latihan. 2) Pratama membubarkan barisan, terus siap mengikuti kegiatan latihan. Pt. 32. Upacara Penutupan Latihan Pasukan Penggalang Jalannya Upacara Penutupan Latihan Peasukan Penggalang adalah sebagai berikut : a. Kerapihan setiap anggota. b. Pratama memanggil anggota pasukan untuk membentuk formasi angkare menghadap bendera. c. Pembina Penggalang dijemput Pratama kemudian mengambil tempat di hadapan pasukan diikuti oleh para Pembantu Pembina. d. Sesudah mempimpin penghormatan Pratama menyerahkan pasukan kepada Pembina Upacara, kemudian kembali ke regunya. e. Petugas bendera menurunkan Sang Merah Putih untuk disimpan, Pembina Upacara memimpin penghormatannya. f. Pengumuman tentang regu petugas upacara untuk latihan yang akan datang, dilanjutkan dengan penyerahan pasukan kepada Pratama. g. Pembina Upacara memimpin berdoa. h. 1) Pratama maju satu langkah lalu memimpin penghormatan kepada Pembina Upacara kemudian membubarkan barisan. 2) Pembina Penggalang mengucapkan terimakasih kepada para pembantunya terus bubar. Pt. 33. Upacara Pelantikan Calon Penggalang menjadi Penggalang Ramu Upacara Pelantikan Calon Penggalang menjadi Penggalang Ramu dilaksanakan sebagai berikut : a. Setelah acara berdoa Calon Penggalang yang akan dilantik diantar oleh Pemimpin Regunya ke hadapan Pembina Penggalang kemudian pengantar kembali ke regunya. b. Penggalang yang sudah dilantik maju satu langkah. c. Tanya jawab tentang Syarat Kecakapan Umum Penggalang Ramu antara Pembina Penggalang dan calon yang akan dilantik. d. Calon yang akan dilantik berdoa diikuti anggota pasukan dipimpin oleh Pembina Penggalang. e. Sang Merah Putih dibawa petugas ke sebelah kanan depan dari Pembina Penggalang. Waktu Sang Merah Putih masuk ke tempat upacara anggota pasukan menghormat dipimpin oleh Pratama. f. 1) Calon secara sukarela mengucapkan janji Trisatya dengan tangan kanannya memegang ujung Sang Merah Putih ditempelkan di dada kiri tepat dengan jantungnya. 2) Pada waktu ucapan janji anggota pasukan menghormat dipimpin oleh Pratama. g. Penyematan tanda-tanda disertai nasehat dari Pembina Penggalang. h. Pratama maju satu langkah lalu memimpin penghormatan kepada Penggalang yang baru dilantik, diteruskan pemberian ucapan selamat dari anggota pasukan. i. Pemimpin regu menjemput anggotanya yang baru dilantik. j. Pembina menyerahkan pasukan kepada Pratama untuk meneruskan acara latihan. k. Pratama memimpin penghormatan pasukan kepada Pembina Penggalang, kemudian membubarkan barisan. Pt. 34. Upacara Kenaikan Tingkat dari Penggalang Ramu ke Penggalang Rakit atau dari Penggalang Rakit ke Penggalang Terap Upacara Kenaikan Tingkat dari Penggalang Ramu ke Penggalang Rakit atau dari Penggalang Rakit ke Penggalang Terap dilaksanakan sebagai berikut : a. Dilakukan serangkai dengan Upacara Pembukaan Latihan. b. Penggalang yang akan naik tingkat mengambil tempat berhadapan dengan Pembina Penggalang. c. Penggalang Rakit dan atau Penggalang Terap maju selangkah. d. Tanya jawab tentang syarat kecakapan umum yang telah diselesaikan, antara Pembina dan Penggalang yang akan naik tingkat.

9 e. Petugas bendera membawa Sang Merah Putih ke sebelah kanan depan dari Pembina Penggalang. Waktu Sang Merah Putih memasuki tempat upacara anggota pasukan menghormat dipimpin Pratama atau petugas. f. 1) Penggalang yang akan naik tingkat mengulang ucapan janji Trisatya dituntun Pembina Penggalang dengan tangan kanannya memegang ujung Sang Merah Putih ditempelkan di dada kiri tepat dengan jantungnya. 2) Pada waktu Trisatya diucapkan, anggota pasukan memberi hormat dipimpin oleh Pratama atau petugas. g. Pelepasan tanda kecakapan umum lama dan penyematan tanda kecakapan umum baru, diiringi nasehat pembina. h. Penghormatan pasukan kepada Penggalang yang baru naik tingkat dipimpin Pratama atau petugas, dilanjutkan pemberian selamat dari anggota pasukan, kemudian kembali ke tempat masing-masing termasuk Penggalang yang naik tingkat. i. Pembina Penggalang memimpin berdoa sesuai denganagama dan kepercayaan masing-masing. j. Pembina Upacara (Pembina Penggalang) menyerahkan pasukan kepada Pratama untuk meneruskan acara latihan. k. Pratama maju satu langkah lalu memimpin penghormatan pasukan kepada Pembina Upacara (Pembina Penggalang) kemudian membubarkan barisan. l. Pembina Penggalang mengucapklan terimakasih kepada para pembantunya diteruskan dengan acara latihan. Pt. 35. Upacara Pemberian Tanda Kecakapan Khusus kepada Pramuka Penggalang Kepada Penggalang yang telah memenuhi syarat kecakapan khusus dalam rangkaian Upacara Pembukaan Latihan dengan cara sebagai berikut : a. Penggalang yang akan menerima tanda kecakapan khusus mengambil tempat berhadapan dengan Pembina Upacara (Pembina Penggalang). b. Para Penggalang yang telah memiliki anda kecakapan khusus maju satu langkah. c Tanya jawab tentang syarat kecakapan khusus antara Pembina Penggalang dengan Penggalang yang akan menerima tanda itu. d Penyematan tanda kecakapan khusus oleh Pembina Upacara (Pembina Penggalang) disertai nasehat seperlunya dan pemberian surat keterangan. e Pratama atau petugas memimpin penghormatan kepada Penggalang yang menerima tanda kecakapan khusus, dilanjutkan dengan pemberian selamat oleh anggota pasukan, kemudian semua kembali ketempat. f. Pembina Upacara (Pembina Penggalang) menyerahkan Pasukan kepada Pratama untuk meneruskan acara. g. 1) Pratama maju satu langkah lalu memimpin penghormatan kepada Pembina Upacara. 2) Pembina Penggalang mengucapkan terimakasih kepada para pembantunya dilanjutkan dengan acara latihan. 3) Pratama membubarkan barisan. Pt. 36. Upacara Pindah ke Golongan Penggalang Bagi Pramuka Penggalang yang telah berumur 16 tahun dan harus dipindahkan ke golongan Pramuka Penegak dengan tata cara sebagai berikut : a. Di laksanakan dalam rangkaian Upacara Pembukaan Latihan Pasukan Penggalang dan Upacara Pembukaan Latihan Ambalan Penegak. b. Penggalang yang akan pindah golongan mengambil tempat berhadapan dengan Pembina Upacara (Pembina Penggalang). c. Nasehat dan penjelasan Pembina Upacara (Pembina Penggalang) bahwa kepindahannya bukan karena kecakapannya, melainkan karena usia dan perkembangan jiwanya d. Penggalang yang akan pindah golongan minta diri kepada anggota pasukannya. e. Pembina Upacara (Pembina Penggalang) mengantar Penggalang yang bersangkutan ke Ambalan Penegak. f. Serah terima anggota antara Pembina Penggalang dan Pembina Penegak. g. Pembina Penggalang kembali ke pasukan untuk melanjutkan acara latihannya. h. Acara penerimaan anggota di ambalan disesuaikan dengan adat yang berlaku di ambalan itu. i. Anggota baru diserahkan kepada sangga yang akan menerimanya. j. Pembina Penegak menyerahkan kembali ambalan kepada Pradana untuk meneruskan acara latihannya. BAB VIII UPACARA DI SATUAN PRAMUKA PENEGAK Pt. 37. Macam upacara di Ambalan Penegak Macam upacara di dalam Ambalan Penegak meliputi :

10 a. Upacara Pembukaan Latihan b. Upacara Penutupan Latihan c. Upacara Penerimaan Tamu d. Upacara Penerimaan Calon e. Upacara Pelantikan f. Upacara Kenaikan Tingkat g. Upacara Pemberian Tanda Kecakapan Khusus h. Upacara Pindah ke Golongan ke Racana Pandega i. Upacara Pelepasan. Pt. 38. Upacara Pembukaan Latihan Ambalan Penegak Upacara Pembukaan Latihan di Ambalan Penegak diatur sebagai berikut : a. Kerapihan setiap anggota ambalan. b. Sangga Kerja menyiapkan perlengkapan upacara c. Pradana mengumpulkan anggota ambalan dalam bentuk barisan bersaf. d. Laporan Pemimpin Sanga kepada Pradana. e. Pada waktu Pemimpin Sangga meninggalkan tempat, Wakil Pemimpin Sangga pindah ke tempat Pemimpin Sangga. f. Para Pemimpin Sangga sesudah laporan mengambil tempat di sebelah kanan barisan. g. Pradana menjemput Pembina dan mengantarnya ke sebelah kanan para pemimpin Sangga. h. Pradana mengambil tempat di depan barisan, sesuai dengan adat ambalan yang berlaku. i. Petugas bendera mengibarkan Sang Merah Putih, Pradana memimpin penghormatannya. j. Pembacaan Dasaidarma oleh petugas. k. Pembina Penegak atau Pembina Upacara membaca Pancasila diikuti oleh anggota ambalan. l. Pengumuman dari Pradana/Pembina. m. Pradana memimpin doa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. n. Barisan dibubarkan oleh Pradana dilanjutkan dengan acara latihan. Pt. 39. Upacara Penutupan Latihan Pasukan Penggalang Jalannya Upacara Penutupan Latihan Peasukan Penggalang adalah sebagai berikut : a. Kerapihan setiap anggota ambalan. b. Pradana mengumpulkan anggota ambalan dalam bentuk barisan bersaf. c. 1) Pemimpin Sangga mengambil tempat di sebelah kanan barisan. 2) Wakil Pemimpin Sangga pindah ke tempat Pemimpin Sangga. d. Pradana menjemput Pembina Penegak dan mengantarkannya ke sebelah kanan barisan. e. Pradana mengambil tempat di depan barisan sesuai dengan adat ambalan yang berlaku. f. Petugas bendera menurunkan Sang Merah Putih untuk disimpan. g. Pembacaan renungan atau sandi ambalan oleh petugas. h. Pengumuman tentang sangga kerja untuk latihan yang akan datang, dan lain-lain. i. Pradana memimpin berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. j. Laporan Pradana kepada Pembina Penegak. k. Pradana membubarkan barisan. Pt. 40. Upacara Penerimaan Tamu Upacara Penerimaan Tamu Ambalan Penegak dilaksanakan dalam rangkaian Upacara Pembukaan Latihan, dengan jalan sebagai berikut : a. Tamu Ambalan mengambil tempat di kiri Pradana atau Pembina. b. Pradana atau Pembina memperkenalkan tamu kepada anggota Ambalan. c. Pradana atau Pembina memberi kesempatan kepada tamu untuk mengikuti kegiatan ambalan. d. Barisan dibubarkan, dilanjutkan dengan acara latihan. Pt. 41. Upacara Penerimaan Calon Penegak Upacara Penerimaan Calon Penegak di Ambalan dilaksanakan sesudah Upacara Pembukaan Latihan, dengan jalan sebagai berikut : a. Pradana mengumpulkan anggota ambalan. b. Tamu ambalan berada di tepat yang telah ditentukan. c. Penegak Bantara/Laksana yang sudah ditentukan menyiapkan pertanyaan. d. Tamu ambalan dijemput oleh petugas untuk dihadapkan kepada ambalan. e. Pengantar kata Pradana atau Pembina. f. Tanya jawab tentang keadaan pribadi tamu yang akan diterima sebagai calon Penegak. g. Petugas mengajak tamu meninggalkan tempat. h. Ambalan bermusyawarah untuk menentukan penerimaan calon. i. Tamu dipanggil untuk mendengarkan keputusan penerimaannya di ambalan. j. Ucapan selamat dari anggota ambalan dilanjutkan dengan acara latihan. Pt. 42. Upacara Pelantikan Calon Penegak menjadi Penegak Bantara

11 Upacara Pelantikan Calon Penegak menjadi Penegak Bantara, tidak boleh dihadiri Calon Penegak lainnya. Pelaksanaannya diatur sebagai berikut : a. Sangga Kerja menyiapkan perlengkapan upacara. b. Calon Penegak yang akan dilantik diantar oleh pendamping kanan dan pendamping kiri ke hadapan Pembina Penegak. c. Pembina minta penjelasan kepada pendamping kanan dan pendamping kiri mengenai watak dan kecakapan calon. d. Pendamping kanan dan pendamping kiri kembali ke sangganya. e. Sang Merah Putih dibawa petugas ke sebelah kanan depan Pembina, anggota ambalan menghormat dipimpin oleh Pradama/Petugas. f. Tanya jawab tentang Syarat Kecakapan Umum antara Pembina dan calon. g. Pembina memipin doa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. h. Penyematan tanda-tanda disertai pesan seperlunya. i. Ucapan janji Trisatya dituntun oleh Pembina Penegal, dengan jalan memegang ujung Sang Merah Putih dengan tangan kanan yang ditempelkan di dada kiri tepat dengan jantungnya. Kemudian disusul dengan penyematan Tanda Penegak Bantara oleh calon Penegak sendiri. j. Penghormatan ambalan kepada Penegak Bantara yang baru dilantik. k. Ucapan selamat dari anggota ambalan. l. Pendamping kanan dan pendamping kiri menjemput Penegak Bantara yang selesai dilantik untuk kembali ke sangganya. Pt. 43. Upacara Kenaikan Tingkat dari Penegak Bantara menjadi Penegak Laksana Upacara Kenaikan Tingkat dari Penegak Bantara menjadi Penegak Laksana dilakukan sebagai berikut : a. Pradana atau Pembina Penegak mengumpulkan anggota ambalan. b. Penegak Bantara yang akan naik tingkat diantar oleh pendampingnya ke hadapan Pembina Penegak. c. Pembina minta pernyataan pendamping mengenai perkembangan watak dan kecakapan yang bersangkutan. d. Para pendamping kembali ketempat. e. Tanya jawab tentang syarat kecakapan umum yang telah diselesaikan antara Pembina dan Penegak Bantara yang akan naik tingkat. f. Sang Merah Putih dibawa oleh petugas ke sebelah kanan depan Pembina Penegak. Waktu Sang Merah Putih memasuki tempat upacara anggota ambalan menghormat dipimpin Pradama atau petugas. g. Pembina memberikan bendera Sang Merah Putih kepada Penegak yang bersangkutan. h. Pembina melepas Tanda Penegak Bantara disertai pesan seperlunya. i. Tanda Penegak Laksana dipasang sendiri oleh Penegak yang bersangkutan. j. Penegak Bantara yang naik tingkat mengulang janji Trisatya dituntun Pembina memegang ujung Sang Merah Putih dengan tangan kanannya ditempelkan di dada kiri tepat pada jantungnya k. Pembina memimpin doa menurut agama dan keperayaan masing-masing. l. Ucapan selamat dari anggota ambalan. m. Pembina menyerahkan ambalan kepada Pradama untuk meneruskan acara. Pt. 44. Upacara Pemberian Tanda Kecakapan Khusus kepada Pramuka Penegak Upacara pemberian Tanda Kecakapan Khusus kepada Penegak yang telah memenuhi syarat dilakukan dalam rangkaian Upacara Pembukaan/Penutupan Latihan dengan jalan sebagai berikut : a. Penegak yang akan menerima tanda kecakapan khusus dipangggil kedepan Pembina. b. Tanya jawab tentang syarat kecakapan khusus yang telah dipenuhi. c. Penyematan tanda kecakapan khusus dan penyerahan surat keterangan oleh Pembina. d. Ucapan selamat dari anggota ambalan. f. Pembina menyerahkan Ambalan kepada Pradama untuk meneruskan acara. Pt. 45. Upacara Pindah Golongan dari Ambalan Penegak ke Racana Pandega Upacara pindah golongan dari Ambalan Penegak ke Racana Pandega dilakukan sebagai berikut : a. Pradana/Pembina Penegak mengumpulkan anggota ambalan dalam bentuk barisan bersaf. b. Penegak yang akan pindah golongan dipanggil ke hadapan Pembina Penegak. c. Penjelasan Pembina bahwa kepindahannya bukan karena kecakapannya, melainkan karena usianya d. Penegak yang akan pindah minta diri kepada anggota ambalan. e. Pembina menyerahkan Penegak yang bersangkutan kepada Pembina Racana Pandega. f. Pembina Racana Pandega menerimanya sesuai dengan adat racana yang berlaku. Pt. 46. Upacara Pelepasan Penegak yang akan terjun ke masyarakat Upacara Pelepasan Penegak yang akan terjun ke masyarakat dilakukan dalam bentuk informal, di luar pertemuan rutin.

12 a. Dilaksanakan oleh Sangga Kerja/Panita. b. Acara upacara meliputi : 1) Penjelasan Pembina. 2) Penegak yang bersangkutan minta diri. 3) Sambutan wakil anggota ambalan. 4) Kata Pelepasan Pembina Penegak dan penyerahan surat keterangan. 5) Pemberian kenangan kepada Penegak yang akan meninggalkan ambalan. 6) Berdoa dipimpin oleh Pembina Penegak. 7) Ramah Tamah diakhiri dengan membentuk rantai persaudaraan. c. Tempat dan waktu tidak terikat. BAB IX UPACARA DI SATUAN PRAMUKA PANDEGA Pt. 47. Upacara di satuan Pramuka Pandega dilaksanakan sesuai dengan aspirasi Pandega atas dasar ketentuan-ketentuan upacara yang berlaku untuk Ambalan Penegak. BAB X KEANEKARAGAMAN Pt. 48. Mengingat bahwa upacara di satuan Pramuka itu bersifat serta bertujuan pendidikan dan agar tidak membosankan anggota, para pembina hendaknya dapat membuat berbagai keanekaragaman dan mengembangkan tata upacara menurut keadaan setempat. Pt. 49. Keanekaragaman dan pengembangan tersebut tidak dibenarkan mengurangi isi prinsip-prinsip yang tercantum dalam petunjuk penyelenggaraan ini serta terjamin kekhidmatannya. Pt. 50. Upacara lain yang tidak diatur dalam petunjuk ini diserahkan kepada kebijaksanaan para Pembina. BAB X PENUTUP Pt. 51. Upacara-upacara yeng belum diatur dalam petunjuk penyelenggaraan ini akan ditentukan kemudian.. Jakarta, 27 Oktober Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Ketua, Letjen TNI (Purn) Mashudi.

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 178 TAHUN 1979 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN UPACARA DI DALAM GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 178 TAHUN 1979 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN UPACARA DI DALAM GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 178 TAHUN 1979 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN UPACARA DI DALAM GERAKAN PRAMUKA Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Menimbang : 1. bahwa kegiatan

Lebih terperinci

Tata Upacara Pramuka Penegak

Tata Upacara Pramuka Penegak Tata Upacara Pramuka Penegak Tata Upacara Pramuka Penegak A. Pengertian Upacara adalah serangkaian perbuatan yang ditata dalam suatu ketentuan, peraturan yang wajib dilaksanakan dengann khidmat, sehingga

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DI SEKOLAH

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DI SEKOLAH PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DI SEKOLAH Disampaikan pada Pelatihan Pembina Pasukan Pengibar Bendera Tingkat SMP/MTs, SMA/MA dan SMK Kabupaten Bintan Tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 055 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN TANDA PENGENAL GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 055 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN TANDA PENGENAL GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 055 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN TANDA PENGENAL GERAKAN PRAMUKA Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Menimbang Mengingat : 1. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 058 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN TANDA KECAKAPAN UMUM

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 058 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN TANDA KECAKAPAN UMUM KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 058 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN TANDA KECAKAPAN UMUM Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Menimbang : 1. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 005 TAHUN 1989 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN TANDA SATUAN GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 005 TAHUN 1989 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN TANDA SATUAN GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 005 TAHUN 1989 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN TANDA SATUAN GERAKAN PRAMUKA Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Menimbang : 1. bahwa Gerakan Pramuka

Lebih terperinci

TANDA PENGENAL GERAKAN PRAMUKA

TANDA PENGENAL GERAKAN PRAMUKA TANDA PENGENAL GERAKAN PRAMUKA Tanda Pengenal Gerakan Pramuka adalah tanda yang dikenakan oleh seorang Pramuka pada Seragam Pramuka yang menunjukan jati dirinya sebagai seorang Pramuka, satuan tempatnya

Lebih terperinci

BAB I. RENCANA TINDAK LANJUT (Action Plan) PENDAHULUAN

BAB I. RENCANA TINDAK LANJUT (Action Plan) PENDAHULUAN RENCANA TINDAK LANJUT (Action Plan) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan Kepanduan Praja Muda Karana, disingkat Gerakan Pramuka, sebagai salah satu wadah pembinaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Menimbang : 1. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035); 2. Undang-Undang No

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035); 2. Undang-Undang No No.131, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Tata Upacara. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TATA UPACARA DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1009, 2014 KEMENPAN RB. Keprotokolan. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR : 16 TAHUN 2010 TENTANG TATA TERTIB KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa keprotokolan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR 137 TAHUN 1987 PENYEMPURNAAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN GUGUS DEPAN GERAKAN PRAMUKA

LAMPIRAN I KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR 137 TAHUN 1987 PENYEMPURNAAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN GUGUS DEPAN GERAKAN PRAMUKA LAMPIRAN I KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR 137 TAHUN 1987 PENYEMPURNAAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN GUGUS DEPAN GERAKAN PRAMUKA I. PENDAHULUAN 1. Umum a. Dengan keputusan Kwarnas No. 127

Lebih terperinci

MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR Bertika Kusuma Prastiwi, S.Pd.Jas, M.Or Dosen PJKR bertikakusuma@gmail.com Abstrak Tujuan dari artikel ini untuk menginformasikan

Lebih terperinci

FORMULIR B TATA UPACARA PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE 66 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN

FORMULIR B TATA UPACARA PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE 66 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN N O WAKT U (WIB) FORMULIR B TATA UPACARA PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE 66 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 Hari :Rabu tanggal 17 Agustus 2011 ACARA URAIAN PEMBAWA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR 180.A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN PRAMUKA GARUDA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR 180.A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN PRAMUKA GARUDA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR 180.A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN PRAMUKA GARUDA Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Menimbang : a. bahwa Gerakan Pramuka senantiasa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 214 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN DEWAN KERJA PRAMUKA PENEGAK DAN PRAMUKA PANDEGA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 214 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN DEWAN KERJA PRAMUKA PENEGAK DAN PRAMUKA PANDEGA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 214 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN DEWAN KERJA PRAMUKA PENEGAK DAN PRAMUKA PANDEGA Ketua, Menimbang : a. bahwa Dewan Kerja Pramuka Penegak

Lebih terperinci

KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA

KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 214 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN DEWAN KERJA PRAMUKA PENEGAK DAN PRAMUKA PANDEGA Ketua Kwartir Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG,

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a. Bahwa setiap manusia berhak memperoleh penghormatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA Menimbang Ketua, : a. bahwa untuk keseragaman dan keselarasan dalam

Lebih terperinci

MODUL 6.1 DAN 6.2 SKU/TKU, SKK/TKK, SPG/TPG DAN ALAT PENDIDIKAN

MODUL 6.1 DAN 6.2 SKU/TKU, SKK/TKK, SPG/TPG DAN ALAT PENDIDIKAN MODUL 6.1 DAN 6.2 SKU/TKU, SKK/TKK, SPG/TPG DAN ALAT PENDIDIKAN A. SYARAT DAN TANDA KECAKAPAN UMUM (SKU/TKU), SYARAT DAN TANDA KECAKAPAN KHUSUS (SKK/TKK), SYARAT DAN TANDA PRAMUKA GARUDA (SPG/TPG) DAN

Lebih terperinci

PANCASILA 4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945

PANCASILA 4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 PANCASILA 1. KETUHANA YANG MAHA ESA 2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAP 3. PERSATUAN INDONESIA 4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN 5. KEADILAN BAGI SELURUH RAKYAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 031/KN/78 TAHUN 1978 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN GLADIAN PIMPINAN SATUAN PENEGAK

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 031/KN/78 TAHUN 1978 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN GLADIAN PIMPINAN SATUAN PENEGAK KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 031/KN/78 TAHUN 1978 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN GLADIAN PIMPINAN SATUAN PENEGAK Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Pelaksanaan kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku.

BAB V PENUTUP. 1. Pelaksanaan kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku maka akan disimpulkan: 1. Pelaksanaan kegiatan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN Bahwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan makmur, materiil

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 53 TAHUN 1985 PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KARYA BAKTI HUSADA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 53 TAHUN 1985 PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KARYA BAKTI HUSADA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 53 TAHUN 1985 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KARYA BAKTI HUSADA Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka ; Menimbang : 1. bahwa untuk kesejahteraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan. Geofisika Nomor 17 Tahun 2014 tentang Organisasi dan

Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan. Geofisika Nomor 17 Tahun 2014 tentang Organisasi dan - 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika tentang Keprotokolan di Lingkungan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2078, 2014 BNPB. Keprotokolan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1645, 2014 KEMENRISTEK. Keprotokolan. Pedoman. PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 PEDOMAN KEPROTOKOLAN DI KEMENTERIAN RISET

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN AGAMA PENGURUS BESAR PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014

Lebih terperinci

TATA UPACARA PENGIBARAN BENDERA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

TATA UPACARA PENGIBARAN BENDERA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TATA UPACARA PENGIBARAN BENDERA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA BIODATA DIRI Nama : SUDOMO, SE Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 04 Nopember 1980 Pekerjaan Jenis Kelamin Agama Alamat : Pegawai Negeri Sipil

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KOMUNITAS MA ARIF NU

PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KOMUNITAS MA ARIF NU PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KOMUNITAS MA ARIF NU BAB I NAMA, STATUS, FAHAM, TEMPAT, DAN WAKTU SAKO MA ARIF NU Pasal 1 1. Organisasi ini bernama Satuan Komunitas Pramuka Lembaga Pendidikan Ma arif Nahdatul

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 029/KN/77 TAHUN 1977 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN GELADIAN PIMPINAN REGU PENGGALANG

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 029/KN/77 TAHUN 1977 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN GELADIAN PIMPINAN REGU PENGGALANG KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 029/KN/77 TAHUN 1977 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN GELADIAN PIMPINAN REGU PENGGALANG Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Menimbang Mengingat : 1.

Lebih terperinci

Kode Kehormatan Pramuka

Kode Kehormatan Pramuka Kode Kehormatan Pramuka (1) Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri atas janji yang disebut satya dan ketentuan moral yang disebut Darma adalah salah satu unsur yang terdapat dalam Metode Kepramukaan. (2)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR DAERAH 11 JAWA TENGAH NOMOR : 089 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PRAMUKA PEDULI KWARTIR DAERAH 11 JAWA TENGAH

KEPUTUSAN KWARTIR DAERAH 11 JAWA TENGAH NOMOR : 089 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PRAMUKA PEDULI KWARTIR DAERAH 11 JAWA TENGAH KEPUTUSAN KWARTIR DAERAH 11 JAWA TENGAH NOMOR : 089 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PRAMUKA PEDULI KWARTIR DAERAH 11 JAWA TENGAH Ketua Kwartir Daerah 11 Jawa Tengah Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 018 TAHUN 1991 TENTANG PENYEMPURNAAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KARYA PRAMUKA DIRGANTARA

KEPUTUSAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 018 TAHUN 1991 TENTANG PENYEMPURNAAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KARYA PRAMUKA DIRGANTARA KEPUTUSAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 018 TAHUN 1991 TENTANG PENYEMPURNAAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KARYA PRAMUKA DIRGANTARA Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 20102010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menghormati kedudukan para Pejabat

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN Menimbang: Presiden Republik Indonesia, bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN 4 POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN ANGGOTA SATUAN KOMUNITAS PRAMUKA MA ARIF NU

BUKU PANDUAN 4 POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN ANGGOTA SATUAN KOMUNITAS PRAMUKA MA ARIF NU BUKU PANDUAN 4 POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN ANGGOTA SATUAN KOMUNITAS PRAMUKA MA ARIF NU PENGURUS LEMBAGA PENDIDIKAN MA ARIF NU PUSAT POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN ANGGOTA SATUAN KOMUNITAS PRAMUKA MA ARIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan untuk membentuk kepribadian peserta didik seperti yang dimaksud dalam tujuan gerakan pramuka tidak dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat secara sekaligus,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 4,

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 104 Tahun 2004 TANGGAL : 18 Oktober 2004 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 104 Tahun 2004 TANGGAL : 18 Oktober 2004 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR : 104 Tahun 2004 TANGGAL : 18 Oktober 2004 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN Bahwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan makmur, materiil

Lebih terperinci

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 PEDOMAN KEPROTOKOLAN DI KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO 64 BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MA YMI Wonopringgo, peneliti

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS LOMBA KETERAMPILAN PRAMUKA PENGGALANG DAN PENEGAK (LKP3) TAHUN 2015

PETUNJUK TEKNIS LOMBA KETERAMPILAN PRAMUKA PENGGALANG DAN PENEGAK (LKP3) TAHUN 2015 PETUNJUK TEKNIS LOMBA KETERAMPILAN PRAMUKA PENGGALANG DAN PENEGAK (LKP3) TAHUN 2015 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Lomba Keterampilan Pramuka Penggalang dan Penegak Tahun 2015 yang disingkat LKP3 2015

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN LOMBA BINA TANGKAS PENGGALANG (LBTG) V SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN LOMBA BINA TANGKAS PENGGALANG (LBTG) V SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN LOMBA BINA TANGKAS PENGGALANG (LBTG) V SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA GUGUSDEPAN 06.401-06.402 RACANA RADEN MAS SAID-NYI AGENG SERANG INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA TAHUN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR 43 TAHUN 1997 PETUNJUK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR 43 TAHUN 1997 PETUNJUK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR 43 TAHUN 1997 PETUNJUK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA BAB I PENDAHULUAN 1. Umum a. Gerakan Pramuka mempunyai tugas

Lebih terperinci

Selalu taat menjalankan ibadah agamanya secara pribadi ataupun berjamaah Pencapaian Pengisian SKU:

Selalu taat menjalankan ibadah agamanya secara pribadi ataupun berjamaah Pencapaian Pengisian SKU: SKU Penggalang Ramu nomor 1 Selalu taat menjalankan ibadah agamanya secara pribadi ataupun berjamaah Pemberian penugasan pengamatan kepada Orang Tua, akan kebiasaan putera/puterinya menjalankan ibadah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan rakyat Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN Presiden Republik Indonesia, Menimbang: bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Dasar Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Dasar Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan pramuka sebagai satu-satunya wadah kegiatan kepanduan di sekolah merupakan tempat pendidikan bagi anak-anak yang dilaksanakan dengan penuh kegembiraaan, penuh

Lebih terperinci

Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka,

Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, KEPUTUSAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 05 TAHUN 1984 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KARYA PRAMUKA WANABAKTI Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Menimbang : 1. bahwa untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROTOKOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROTOKOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROTOKOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menghormati kedudukan para pejabat

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2012 DAN HUT KE-67 PGRI

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2012 DAN HUT KE-67 PGRI PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2012 DAN HUT KE-67 PGRI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN AGAMA PENGURUS BESAR PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KOMUNITAS PRAMUKA MA ARIF PENGURUS LEMBAGA PENDIDIKAN MA ARIF NU PUSAT

PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KOMUNITAS PRAMUKA MA ARIF PENGURUS LEMBAGA PENDIDIKAN MA ARIF NU PUSAT PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KOMUNITAS PRAMUKA MA ARIF NU PENGURUS LEMBAGA PENDIDIKAN MA ARIF NU PUSAT BAB I NAMA, STATUS, FAHAM, TEMPAT, WAKTU, DAN HARI SAKO MA ARIF NU Pasal 1 1. Organisasi ini bernama

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara menghormati kedudukan para Pejabat Negara,

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2013 DAN HUT KE-68 PGRI

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2013 DAN HUT KE-68 PGRI PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2013 DAN HUT KE-68 PGRI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN AGAMA PENGURUS BESAR PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peranan Gerakan Pramuka

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH WILAYAH DAN MUSYAWARAH CABANG PERHIMPINAN KONSELOR VCT HIV INDONESIA

PEDOMAN PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH WILAYAH DAN MUSYAWARAH CABANG PERHIMPINAN KONSELOR VCT HIV INDONESIA PEDOMAN PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH WILAYAH DAN MUSYAWARAH CABANG PERHIMPINAN KONSELOR VCT HIV INDONESIA JAKARTA, 2015 0 DAFTAR ISI 1 1. Latar belakang 2 2. Tujuan.. 3 3. Landasan hukum.... 3 4. Penyelenggara....4

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 080 TAHUN 1988 TENTANG POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 080 TAHUN 1988 TENTANG POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 080 TAHUN 1988 TENTANG POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA Menimbang Mengingat Memperhatikan Menetapkan Pertama Kedua Ketiga : :

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 34 Tahun 1999 TANGGAL : 3 Mei 1999 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN Bahwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANTUL NOMOR : 11 TAHUN 1994 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANTUL NOMOR : 11 TAHUN 1994 T E N T A N G PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANTUL NOMOR : 11 TAHUN 1994 T E N T A N G KEDUDUKAN PROTOKOLER KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANTUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS LOMBA KETERAMPILAN PRAMUKA PENGGALANG DAN PENEGAK (LKP3) TAHUN 2015

PETUNJUK TEKNIS LOMBA KETERAMPILAN PRAMUKA PENGGALANG DAN PENEGAK (LKP3) TAHUN 2015 PETUNJUK TEKNIS LOMBA KETERAMPILAN PRAMUKA PENGGALANG DAN PENEGAK (LKP3) TAHUN 2015 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Lomba Keterampilan Pramuka Penggalang dan Penegak Tahun 2015 yang disingkat LKP3 2015

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 170.A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KARYA PRAMUKA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 170.A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KARYA PRAMUKA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 170.A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KARYA PRAMUKA Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Menimbang : a. bahwa Gerakan Pramuka dalam

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL GEDUNG DJUANDA I LANTAI 4. JALAN DR. WAHIDIN RAYA NO.1, JAKARTA 10710. KOTAK POS 21 T!::L!::PON (021) 3449230 (20 SALURAN) PESAWAT 6116.3811686;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit

Lebih terperinci

PANDUAN UPACARA BENDERA PERINGATAN KE-70 HARI RADIO TAHUN 2015 JAKARTA 11 SEPTEMBER 2015

PANDUAN UPACARA BENDERA PERINGATAN KE-70 HARI RADIO TAHUN 2015 JAKARTA 11 SEPTEMBER 2015 PANDUAN UPACARA BENDERA PERINGATAN KE-70 HARI RADIO TAHUN 2015 JAKARTA 11 SEPTEMBER 2015 1. 06.30 Persiapan Upacara I Semua Komponen Upacara Siap di tempat, mengecek kelengkapan yang berkaitan dengan tugas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.125, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Acara Kenegaraan. Protokoler. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5166) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI

PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI EKSTRAKURIKULER WAJIB PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA

STRUKTUR ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA STRUKTUR ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN RI PRAMUKA TERTINGGI MABINAS PRESIDEN RI GUBERNUR KAMABIDA MUNAS 5 TAHUN SEKALI MUSDA 5 TAHUN SEKALI D K N PUSDIKA D K D DADIKA KWARNAS KWARDA MABICAB BUPATI/WALI

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

KWARTIR DAERAH GERAKAN PRAMUKA LAMPUNG

KWARTIR DAERAH GERAKAN PRAMUKA LAMPUNG KWARTIR DAERAH GERAKAN PRAMUKA LAMPUNG SURAT KEPUTUSAN KETUA KWARTIR DAERAH GERAKAN PRAMUKA LAMPUNG NOMOR : 075.A TAHUN 2012 TENTANG PANDUAN PELAKSANAAN MASA PENGEMBANGAN DAN MASA PEMANTAPAN PEMBINA PRAMUKA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 18 TAHUN 2004 T E N T A N G KEDUDUKAN PROTOKOLER PIMPINAN dan ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KARIMUN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III GERAKAN PRAMUKA DAN TANDA JABATAN PRAMUKA

BAB III GERAKAN PRAMUKA DAN TANDA JABATAN PRAMUKA BAB III GERAKAN PRAMUKA DAN TANDA JABATAN PRAMUKA 3. 1 Organisasi Gerakan Pramuka Organisasi Gerakan Pramuka adalah organisasi yang menangani seluruh kegiatan kepramukaan yang ada di Indonesia. Organisasi

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR SATUAN KOMUNITAS MA ARIF NU

ANGGARAN DASAR SATUAN KOMUNITAS MA ARIF NU ANGGARAN DASAR SATUAN KOMUNITAS MA ARIF NU BAB I NAMA, STATUS, FAHAM, TEMPAT, WAKTU, DAN HARI SAKO MA ARIF NU Pasal 1 (1) Organisasi ini bernama Satuan Komunitas Pramuka Ma arif Nahdatul Ulama yang selanjutnya

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS LOMBA KETERAMPILAN PRAMUKA PENGGALANG DAN PENEGAK (LKP3) TAHUN 2015

PETUNJUK TEKNIS LOMBA KETERAMPILAN PRAMUKA PENGGALANG DAN PENEGAK (LKP3) TAHUN 2015 PETUNJUK TEKNIS LOMBA KETERAMPILAN PRAMUKA PENGGALANG DAN PENEGAK (LKP3) TAHUN 2015 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Lomba Keterampilan Pramuka Penggalang dan Penegak Tahun 2015 yang disingkat LKP3 2015

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, Menimbang: a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012

ANGGARAN RUMAH TANGGA GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012 ANGGARAN RUMAH TANGGA GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012 BAB I NAMA DAN TEMPAT Pasal 1 Nama (1) Organisasi ini bernama Gerakan Pramuka yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

AD/ART GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2009 Hlm. 13 dari 13

AD/ART GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2009 Hlm. 13 dari 13 AD/ART GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2009 Hlm. 13 dari 13 2. Usul perubahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka diterima oleh Musyawarah Nasional jika disetujui oleh sekurang-kurangnya tiga perempat dari jumlah suara

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang :

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELENGGARAAN ACARA RESMI DAN UPACARA BENDERA Nomor: SOP /TU 02 01/UM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELENGGARAAN ACARA RESMI DAN UPACARA BENDERA Nomor: SOP /TU 02 01/UM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELENGGARAAN ACARA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2016 Halaman : 2 dari 14 DAFTAR DISTRIBUSI DISTRIBUSI NOMOR SALINAN Copy 1 Copy 2 JABATAN Kepala Biro/Pusat/Ketua STTN/Inspektur

Lebih terperinci

PROGRAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PASKIBRA

PROGRAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PASKIBRA PROGRAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PASKIBRA SMP NEGERI 2 BANJAR Jl. BKR No. 16 Banjar KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayahnya kepada

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR : 57 TAHUN 1988 (57/1988) TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR : 57 TAHUN 1988 (57/1988) TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR : 57 TAHUN 1988 (57/1988) TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.bahwa dalam rangka membentuk

Lebih terperinci

Materi Pengetahuan Umum Pramuka

Materi Pengetahuan Umum Pramuka Materi Pengetahuan Umum Pramuka I. TEKNIK PELAKSANAAN MUGUS DAN MUSAM A. MUSYAWARAH GUGUS DEPAN 1. Musyawarah Gugus depan dan Musyawarah Gugus depan Luar Biasa 1) Di dalam setiap gugusdepan Gerakan Pramuka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 231 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN GUGUSDEPAN GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 231 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN GUGUSDEPAN GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 231 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN GUGUSDEPAN GERAKAN PRAMUKA Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

RINGKASAN KURSUS MAHIR DASAR 2015 INSTITUT PERTANIAN BOGOR

RINGKASAN KURSUS MAHIR DASAR 2015 INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar IPB 2015 1 RINGKASAN KURSUS MAHIR DASAR 2015 INSTITUT PERTANIAN BOGOR Sabtu, 21 November 2015 RK B1 Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor Upacara

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 546/SK/R/UI/2005. Tentang PENYELENGGARAAN UJIAN PROMOSI DOKTOR REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 546/SK/R/UI/2005. Tentang PENYELENGGARAAN UJIAN PROMOSI DOKTOR REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 546/SK/R/UI/2005 Tentang PENYELENGGARAAN UJIAN PROMOSI DOKTOR REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang : bahwa dengan dikeluarkannya Keputusan Rektor Universitas

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA RENUNGAN BADEN POWELL DAY

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA RENUNGAN BADEN POWELL DAY 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA RENUNGAN BADEN POWELL DAY TANGGAL 21 PEBRUARI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG Assalamu alaikum Wr. Wb. 2 Salam sejahtera bagi kita

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIK PENYAJIAN MODUL KURSUS PEMBINA PRAMUKA MAHIR TINGKAT LANJUTAN (KML) GOLONGAN PENGGALANG

PANDUAN TEKNIK PENYAJIAN MODUL KURSUS PEMBINA PRAMUKA MAHIR TINGKAT LANJUTAN (KML) GOLONGAN PENGGALANG 1 PANDUAN TEKNIK PENYAJIAN MODUL KURSUS PEMBINA PRAMUKA MAHIR TINGKAT LANJUTAN (KML) GOLONGAN PENGGALANG I. Pendahuluan Panduan ini dibuat karena masih banyak penyelenggaraan kursus yang setiap topik atau

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 14 TAHUN 1994

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 14 TAHUN 1994 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG DENGAN

Lebih terperinci