DIMENSI DAN SISTEM PERAKARAN TANAMAN SENTANG (Melia excelsa Jack.) DI LAHAN AGROFORESTRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DIMENSI DAN SISTEM PERAKARAN TANAMAN SENTANG (Melia excelsa Jack.) DI LAHAN AGROFORESTRI"

Transkripsi

1 i DIMENSI DAN SISTEM PERAKARAN TANAMAN SENTANG (Melia excelsa Jack.) DI LAHAN AGROFORESTRI DHINDA HIDAYANTHI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 ii DIMENSI DAN SISTEM PERAKARAN TANAMAN SENTANG (Melia excelsa Jack.) DI LAHAN AGROFORESTRI DHINDA HIDAYANTHI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

3 iii RINGKASAN DHINDA HIDAYANTHI. Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang (Melia excelsa Jack.) di Lahan Agroforestri. Dibimbing oleh NURHENI WIJAYANTO. Agroforestri mempunyai dua komponen penyusun utama, yaitu tanaman kehutanan dan tanaman pertanian. Jenis yang dikembangkan di lahan agroforestri diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yaitu bersifat multifungsi serta memiliki nilai komersial tinggi. Salah satu jenis tanaman yang potensial dikembangkan di lahan agroforestri adalah sentang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh agroforestri terhadap dimensi dan sistem perakaran tanaman sentang. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dua faktor dengan enam perlakuan, yaitu sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m; sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m; grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m; grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m; no sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m; no sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m. Ke enam perlakuan diletakkan dalam tiga blok/ kelompok, yaitu blok 1, 2 dan 3. Dimensi tanaman (diameter pangkal, diameter setinggi dada, tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang tajuk, lebar tajuk) memiliki hasil yang hampir sama untuk setiap variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dimensi tanaman terbaik ditemukan pada perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum pada ke dua jarak tanam. Sistem perakaran memiliki hasil berbeda untuk setiap variabel. Panjang akar horisontal searah larikan terpendek ditemukan pada perlakuan no sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m, sedangkan untuk kedalamannya yang paling dalam ditemukan pada perlakuan sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m. Panjang akar horisontal tegak lurus larikan terpendek ditemukan pada perlakuan no sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m, sedangkan untuk kedalamannya yang paling dalam ditemukan pada perlakuan grain sorghum yang ditanam pada jarak tanam 2,5 x 5 m. Kata kunci : agroforestri, Melia excelsa, dimensi tanaman, sistem perakaran

4 iv SUMMARY DHINDA HIDAYANTHI. Dimensions and Rooting System of Sentang (Melia excelsa Jack.) in Agroforestry Area. Under Supervision of NURHENI WIJAYANTO. Agroforestry was had two main components, those are forestry plant and agricultural plant. Plant species which developed in agroforestry area was been expected to give benefits to communities, those are multifunction characteristic and commercial value. One of potential plant to be developed in agroforestry area was Sentang. The objective of this research was to know the effect of agroforestry to the dimension and rooting system of Sentang. This research used Randomized Complete Block Design (RCBD) two factorials with six treatments; those are sweet sorghum in planting space 2.5 x 25 m, sweet sorghum in planting space 2.5 x 5 m, grain sorghum in planting space 2.5 x 2.5 m, grain sorghum in planting space 2.5 x 5 m, no sorghum in planting space 2.5 x 25 m and no sorghum in planting space 2.5 x 5 m. Those six treatments were located in three blocks; those are block 1, block 2 and block 3. Plant dimension (bottom diameter, diameter on breast height, total height, branch-free height, crown height, crown length, crown width) has an approximately same result for each variable. Research results show that best plant dimension was obtained in treatment of sweet sorghum and grain sorghum in both of planting space. Rooting system was had different result for each variable. The shortest horizontal root length towards planting line was found in treatment of no sorghum in planting space 2.5 x 2.5 m; while the deepest root was found in treatment of sweet sorghum in planting space 2.5 x 2.5 m. The shortest upright root length towards planting line was found in treatment of no sorghum in planting space 2.5 x 5 m; while the deepest root was found in treatment of grain sorghum in planting space 2.5 x 5 m. Key words : agroforestry, Melia excelsa, plant dimension, rooting system

5 v PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang (Melia excelsa Jack.) di Lahan Agroforestri adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2012 Dhinda Hidayanthi NRP E

6 vi Judul Skipsi Nama Mahasiswa NRP : Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang (Melia excelsa Jack.) di Lahan Agroforestri : Dhinda Hidayanthi : E Menyetujui : Pembimbing Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS NIP Mengetahui: Ketua Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS NIP Tanggal Lulus:

7 vii KATA PENGANTAR Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Alllah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan November 2011-Januari 2012 adalah pengaruh agroforestri terhadap tanaman sentang, dengan judul Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang (Melia excelsa Jack.) di Lahan Agroforestri. Harapan penulis ialah semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kehutanan, khususnya silvikultur. Bogor, Mei 2012 Dhinda Hidayanthi

8 viii UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran dan motivasinya kepada penulis. 2. Ayahanda alm H.M. Yahya Bachri S.E dan ibunda tercinta Hj. Nurhayati Harahap S.H, M.Hum serta abang, kakak beserta keluarga besar di Medan yang telah memberikan kasih sayang, semangat serta do a kepada penulis. 3. Teman-teman Kos Fricy yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. 4. Nunung, Anin, Dana dan Pak Juliao teman satu bimbingan yang selalu memberikan bantuan serta semangat kepada penulis. 5. Azizah, Miftah, Eka, Pita, Fitri, Laswi, Lilis, Indah, Putri, Nifa, Lilik, Rahmat, Eri, Yuda beserta keluarga Silvikultur 44 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan, dukungan serta semangatnya. 6. Keluarga besar IMMAM Bogor (Rizqi Febrina, Rini Utami Mallynur S.Si, Mahreni Harahap S.E, Mira Ginting S.Pi) serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih telah menjadi keluarga dan sahabat terbaik bagi penulis. 7. Fazmi Nawafi S.Si yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis selama menyusun skripsi serta Andi Rinto Prastiyo Wibowo S.Hut rekan seperjuangan selama melaksanakan penelitian. Terima kasih atas bantuan dan bimbingan kepada penulis. 8. Seluruh dosen, staf pengajar dan karyawan maupun karyawati di Departemen Silvikultur, Fahutan IPB, yang selalu membantu penulis selama masa perkuliahan.

9 ix RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 14 Agustus 1991 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan alm H.M. Yahya Bachri S.E dan Hj. Nurhayati Harahap S.H, M.Hum. Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA Plus Al-Azhar Medan dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai staf Business Development Tree Grower Community (TGC) tahun , staf Hubungan Masyarakat (Humas) Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan (IMMAM) tahun , Bendahara HMI Komisariat Fakultas Kehutanan tahun Selain itu, penulis juga aktif di kepanitiaan kegiatan kemahasiswaan. Penulis juga pernah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di jalur Kamojang dan Sancang tahun Penulis melaksanakan Praktek Pembinaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Kabupaten Sukabumi tahun Penulis juga telah melaksanakan Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT. Amal Nusantara di Mamuju, Sulawesi Barat pada Bulan Juni-Agustus Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang (Melia excelsa Jack.) di Lahan Agroforestri di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS.

10 x DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... XII DAFTAR GAMBAR... XIII DAFTAR LAMPIRAN... XIV I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Agroforestri Sentang (Melia excelsa Jack.) Taksonomi Penyebaran dan habitat Deskripsi botani Teknik silvikultur Pemanfaatan... 6 III. METODE PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian Alat Dan Bahan Metode Pengumpulan Data Metode Kerja Pengukuran dimensi tanaman Pengukuran panjang akar horisontal dan kedalaman akar Pengambilan contoh tanah dan analisis tanah Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dimensi tanaman Sistem perakaran... 17

11 xi 4.2 Pembahasan Dimensi tanaman Sistem perakaran V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 25

12 xii DAFTAR TABEL Halaman 1 Kegunaan tanaman sentang Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap variabel dimensi tanaman dan sistem perakaran Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap diameter pangkal Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap diameter setinggi dada Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi total Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi bebas cabang Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi tajuk Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap panjang tajuk Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap lebar tajuk Tabel rekapitulasi persen penutupan tajuk Rata-rata panjang akar horisontal searah larikan pada setiap perlakuan Rata-rata kedalaman akar searah larikan pada setiap perlakuan Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap panjang akar horisontal tegak lurus larikan Rata-rata kedalaman akar tegak lurus larikan pada setiap perlakuan... 19

13 xiii DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Tata letak sentang dan sorgum di lahan agroforestri Pola penanaman sentang dan sorgum Tata letak arah perakaran dalam satu plot pengamatan... 10

14 xiv DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Pengolahan data diameter pangkal Pengolahan data diameter setinggi dada (dbh) Pengolahan data tinggi total Pengolahan data tinggi bebas cabang Pengolahan data tinggi tajuk Pengolahan data panjang tajuk Pengolahan data lebar tajuk Pengolahan data panjang akar horisontal searah larikan Pengolahan data kedalaman akar searah larikan Pengolahan data panjang akar horisontal tegak lurus larikan Pengolahan data kedalaman akar tegak lurus larikan Rekapitulasi analisis tanah... 35

15 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agroforestri adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (tanaman-tanaman, perdu, jenisjenis palm, bambu, dsb) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian, dan/atau hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal, dan di dalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi di antara berbagai komponen yang bersangkutan (Nair 1989). Pada dasarnya, agroforestri mempunyai dua komponen penyusun utama, yaitu tanaman kehutanan dan tanaman pertanian. Kombinasi tanaman kehutanan dan tanaman pertanian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yaitu bersifat multifungsi serta memiliki nilai komersial tinggi. Salah satu jenis tanaman kehutanan yang potensial dikembangkan di lahan agroforestri adalah sentang. Sentang merupakan jenis tanaman yang cepat tumbuh, memiliki kayu yang indah serta mudah dikerjakan. Kayunya biasa digunakan untuk bahan bangunan, mebel, kayu lapis, lantai dan piano. Di Malaysia pucuk daun dan bunga dimakan sebagai sayuran. Daun dan bunga mengandung zat azadirachtin yang dapat digunakan sebagai insektisida, selain itu ranting, daun dan buah hijau dapat digunakan penyubur tanah (Pramono 2001). Sentang merupakan jenis tanaman unggulan di Malaysia tetapi belum banyak dikembangkan di Indonesia. Pertumbuhan sentang baik dikembangkan di lahan agroforestri karena bentuk tajuknya yang kerucut, sehingga memungkinkan sentang dan tanaman pertaniannya dapat memperoleh sinar matahari dengan baik. Pengaturan sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghindari persaingan antara tanaman kehutanan dan tanaman pertanian. Sistem perakaran yang dalam ditumpang sarikan dengan tanaman yang berakar dangkal. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian tentang dimensi dan sistem perakaran tanaman sentang di lahan agroforestri penting untuk dilakukan.

16 2 1.2 Perumusan Permasalahan Permasalahan yang mendasari penelitian ini antara lain adalah semakin sempitnya penggunaan lahan untuk pertanian dan kehutanan sehingga diperlukan adanya sistem agroforestri untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mencampurkan tanaman pertanian dan tanaman kehutanan. Selain pengelolaan yang baik, sistem agroforestri harus memperhatikan atau mengetahui faktor-faktor pendukung salah satunya adalah sistem perakaran tanaman pokoknya. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh agroforestri terhadap dimensi dan sistem perakaran tanaman sentang. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan informasi karakteristik dimensi dan sistem perakaran tanaman sentang di lahan agroforestri, serta dapat mengetahui pengaruh agroforestri terhadap pertumbuhan sentang.

17 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri Menurut Winarto (2006), agroforestri (wanatani) merupakan manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengelolaan lahan yang sama, dengan memperhatikan kondisi lingkungan, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat yang berperan serta. Selain itu juga agroforestri merupakan suatu sistem penanaman tanaman hutan dengan tanaman tumpang sari tanaman pangan/ perkebunan yang ditanam. Andayani (2005) menyatakan bahwa agroforestri dapat diartikan sebagai suatu bentuk kolektif (collective name) dari sebuah sistem nilai masyarakat yang berkaitan dengan model-model penggunaan lahan lestari. Oleh karena itu, agroforestri dalam bentuk implementasinya dapat berbentuk seperti : 1. Agrisilvikultur, yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan pertimbangan yang masak untuk memproduksi sekaligus hasil-hasil pertanian dari hutan. 2. Sylvopastural, yaitu sistem pengelolaan hutan dimana hutan dikelola untuk menghasilkan kayu sekaligus juga untuk memelihara ternak. 3. Agrosylvo-pastoral, yaitu sistem dimana lahan dikelola untuk memproduksi hasil pertanian dan hasil kehutanan secara bersamaan dan sekaligus memelihara hewan ternak. 4. Multipurpose forest tree production system, yaitu sistem dimana berbagai jenis kayu ditanam dan dikelola, tidak saja untuk menghasilkan kayu tetapi juga dedaunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan manusia maupun dijadikan makanan ternak. Dalam bahasa Indonesia, kata agroforestri dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian. Agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks (De Forestra dan Michon 1997). Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara tumpang sari dengan satu atau lebih jenis tanaman

18 4 semusim. Sistem agroforestri kompleks adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistemnya menyerupai hutan, contoh dari bentuk agroforestri kompleks adalah kebun dan agroforest Sentang (Melia excelsa Jack.) Taksonomi Tanaman sentang merupakan tanaman dari suku Meliaceae yang dikenali sebagai Melia excelsa Jack. Tanaman ini juga dikenali dengan nama morenggo di Filipina, sentang di Semenanjung Malaysia, ranggu di Sarawak dan thiem atau elephant neem di Thailand. Sentang adalah jenis tanaman yang tumbuh di hutan tropika selatan Thailand, Malaysia, Burma, India, Pakistan, Borneo, Filipina dan Indonesia. Joker (2000) mengemukakan taksonomi dari tanaman sentang sebagai berikut: Dunia : Plantae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Rutales Suku : Meliaceae Marga : Melia Jenis : excelsa Nama lain : Azadirachta integrifolia Merr., Azedarach excelsa (Jack) Kuntze, M. excelsa Jack, Trichilia excelsa (Jack) Spreng. Nama umum : Sentang (nama dagang), kayu bawang (Indonesia) Penyebaran dan habitat Sentang merupakan jenis hutan lembab dataran rendah di Asia Tenggara- Pasifik. Sentang tumbuh di hutan sekunder tua atau hutan yang telah ditebang lama, juga ditemukan di hutan dipterokarpa primer. Sentang merupakan jenis asli Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Filipina kepulauan Aru dan Papua New Guinea. Sentang dapat dijumpai di Jawa Barat, yaitu di Kebun Percobaan Dramaga, Carita, Pasirhantap, dan Pasirawi. Sentang ditemukan sampai ketinggian m dpl. Tumbuh paling baik di daerah bercurah hujan

19 5 tahunan lebih mm, suhu rata-rata tahunan C, dan musim kering tidak lebih 2 3 bulan. Selain itu, sentang membutuhkan tanah subur, menyukai tanah geluh berpasir, drainase dan aerasi baik serta merupakan spesies dataran rendah dengan ph tanah 5,0 6,5 (Joker 2002) Deskripsi botani Pohon merangas dan tidak berbanir. Tinggi pohon mencapai 50 m dengan diameter sampai 125 cm (Joker 2002). Kulitnya sedikit beralur dangkal dan mengelupas kecil-kecil tipis. Kulitnya berbau bawang (Prawira dan Oetja 1978). Pohon sentang memiliki daun majemuk tunggal dengan anak daun tanpa tangkai daun atau tangkai daun sangat pendek. Anak daun berbentuk bulat telur memanjang dengan pangkal membulat, tidak simetris dan ujungnya lancip. Ukuran anak daun dapat mencapai lebar 5 cm dan panjang 11 cm. Poros utama tempat kedudukan anak-anak daun dapat mencapai panjang 40 cm (Prawira dan Oetja 1978). Tulang daun berjumlah 6 11 pasang pada setiap sisinya. Waktu pembungaan dan pembuahan bervariasi. Di Thailand Utara, daun gugur bulan Januari Februari, dan daun baru muncul segera sesudahnya, pembungaan terjadi Februari Maret. Di Thailand, buah masak antara Juni Juli pada lintang rendah berbatasan dengan Malaysia, sedangkan pada lintang yang lebih tinggi, buah akan masak lebih awal, yaitu pada bulan Mei dan Juni. Produksi benih melimpah setiap tahun (Joker 2002). Bunga sentang berwarna putih kehijauan dan berbau, mempunyai 5 kelopak yang berwarna putih berukuran panjang 5 5,6 mm dan lebar 1,5 2,5 mm. Panjang putik 4 mm. Bagian dalam bunga ditutupi bulu-bulu halus. Ovari terdiri dari 3 karpel dengan 2 lokus dan 1 kepala putik (Zuhaidi dan Noor 2000). Bungabunga tersusun dalam kedudukan malai. Poros utama serta cabang-cabangnya ditutupi bulu-bulu halus (Prawira dan Oetja 1978). Panjang malai dapat mencapai 70 cm (Joker 2002). Buah masak pada bulan Mei sampai Juni. Buah mengandung satu benih, berbentuk lonjong dengan panjang 2,4 3,2 cm dan lebar 1,3 1,6 cm (Zuhaidi dan Noor 2000). Buah memiliki kulit buah berdaging. Buah muda berwarna hijau, berubah kuning jika masak. Panjang benih mm, lebar mm. Dalam 1 kg terdapat 500 benih (Joker 2002).

20 Teknik silvikultur Permudaan alam sentang banyak terdapat di hutan primer, terutama di dekat tanaman induk secara berkelompok atau menyebar (Prawira dan Oetja 1978). Penyebaran buah sentang dibantu oleh burung atau kelelawar. Buah yang disebarkan oleh agen penyebar dapat mencapai jarak m dari tanaman induk (Zuhaidi dan Noor 2000). Permudaan buatan sentang dengan biji dapat dilakukan dengan menaburkan benih di bedeng atau langsung ditanam ke kantong plastik. Jarak tabur di bedeng adalah 20 cm antar larikan dan 5 cm dalam larikan benih. Setelah perkecambahan, semai memerlukan 50 % naungan dan kemudian secara bertahap mulai dikurangi sampai akhirnya tanpa naungan pada saat semai mencapai tinggi 30 cm (Joker 2002). Permudaan buatan sentang tidak hanya dengan biji, tetapi dapat pula menggunakan teknik pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif tersebut yaitu stek, cangkok, sambungan dan kultur jaringan Pemanfaatan Kayu sentang mempunyai berat jenis 0,60 dan tergolong dalam kelas awet III-IV. Kayu sentang banyak dipergunakan untuk bangunan rumah dan perahu. Kayu sentang tergolong kuat, awet dan mudah dikerjakan (Prawira dan Oetja 1978). Kayu sentang sangat berguna untuk konstruksi ringan, mebel, panel dan vinir. Tunas muda dan bunganya dikonsumsi sebagai sayuran. Biasanya ditanam di sepanjang jalan, batas peternakan atau batas kebun karet. Seperti neem, bijinya mengandung azadirachtin, digunakan sebagai insektisida. Pada agroforestri, pertanaman M. excelsa muda ditanam tumpangsari dengan padi, kacang tanah, buncis, kedelai dan sayuran (Joker 2002). Daun sentang dapat digunakan sebagai obat sakit perut dan gangguan pada suara. Florido dan Mesa (2001) mengelompokkan kegunaan tanaman sentang berdasarkan bagian tanaman. Hampir semua bagian tanaman sentang mempunyai kegunaan (Tabel 1).

21 7 Tabel 1 Kegunaan tanaman sentang Bagian tanaman Kegunaan Kayu Konstruksi, langit-langit, jendela, pintu, meubel dan ukirukiran Biji Ekstraksi minyak neem, sabun, produk, obat-obatan, kosmetik dan dipakai pada industri pasta gigi Daun Insektisida/anti serangga, ekstrak daunnya dapat dipakai sebagai kontrasepsi laki-laki Bunga Dapat dimakan, sebagai obat bagi penyakit yang berkaitan dengan perut dan hidung Kayu gubal Obat untuk penyakit kantong empedu Kayu teras Pencegah gangguan penyakit pencernaan Tanaman Pemecah angin, tanaman pinggir jalan, tanaman pagar dan kayu bakar

22 8 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan November 2011 sampai Januari Lokasi penelitian di lahan agroforestri di Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Secara geografis Desa Cibadak terletak pada ketinggian antara mdpl. Curah hujan rata-rata 3000 mm pertahun dan rata-rata berkisar antara 20 30º C. Curah hujan tertinggi terjadi pada Oktober sedangkan curah hujan terendah pada Agustus. 3.2 Alat Dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman sentang dan tanaman sorgum. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, cangkul, kaliper, mistar, galah, kantong plastik, densiometer, kompas, pita ukur, camera digital, dan alat tulis. 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Proses pengumpulan data primer yaitu melalui pengukuran langsung di lapangan seperti pengukuran dimensi tanaman, pengukuran panjang akar horisontal dan kedalaman akar, persen penutupan tajuk serta pengambilan contoh tanah. Data sekunder yang dibutuhkan adalah topografi dan kondisi iklim Desa Cibadak. Data ini diperoleh dari kantor Kecamatan Ciampea dan wawancara bebas dengan petugas lapangan. Untuk data-data lain yang terkait dengan penelitian ini, diperoleh dari studi pustaka serta laporan dan arsip dinas terkait maupun yang bersumber dari media elektronik. 3.4 Metode Kerja Pengukuran dimensi tanaman Pengukuran dimensi tanaman meliputi diameter, tinggi, tajuk dan persen penutupan tajuk. Diameter, tinggi dan tajuk diukur di plot sedangkan persen penutupan tajuk diukur di blok. Diameter diukur menggunakan kaliper di dua titik. Titik yang pertama pada pangkal batang yang diberi tanda dengan spidol

23 9 permanen 5 cm di atas permukaan tanah serta titik yang ke dua pada dbh (diameter setinggi dada 1,3 m). Pengukuran tinggi tanaman diukur dengan menggunakan galah berskala metrik dan pita ukur. Pengukuran tinggi sentang dilakukan dari pangkal batang sampai pucuk atau titik paling ujung. Tajuk tanaman diukur dengan menggunakan kompas, galah dan pita ukur. Panjang tajuk merupakan tajuk terpanjang dari sentang yang diukur pada garis proyeksinya yang tegak lurus ke tanah. Lebar tajuk diukur pada tajuk terlebar sentang yang garis proyeksinya tegak lurus dengan garis imajiner dari proyeksi tajuk terpanjang yang sudah diukur. Tata letak sentang dan sorgum di lahan agroforestri, pola penanaman sentang dan sorgum serta tata letak arah perakaran dalam satu plot disajikan pada Gambar 1, 2 dan 3. Blok 1 Blok 2 Blok 3 2,5 x 2,5 m 2,5 x 5 m 2,5 x 2,5 m 2,5 x 5 m 2,5 x 2,5 m 2,5 x 5 m SS S TS GS TS S GS SS GS S SS TS Gambar 1 Tata letak sentang dan sorgum di lahan agroforestri ( =tanaman sentang yang tidak ditumpangsarikan, =ditumpangsarikan dengan sweet sorghum, =ditumpangsarikan dengan grain sorghum) Pendugaan penutupan tajuk dilakukan dengan menggunakan alat spiracle densiometer yang dikembangkan oleh Supriyanto dan Irawan (2001). Pengukuran persen penutupan tajuk dilakukan di tengah blok dan pada empat arah mata angin yaitu Utara, Timur, Selatan dan Barat. Cara menggunakannya dengan meletakkan spiracle densiometer pada jarak cm dari badan dengan ketinggian sejajar lengan. Masing-masing kotak dihitung persen bayangan langit yang dapat tertangkap pada cermin dengan pembobotan, yaitu terbuka penuh memiliki bobot 4 (100 %), bobot 3 (75 %), bobot 2 (50 %), bobot 1 (25 %), serta bobot 0.

24 10 2,5 x 5 m U S 2,5 x 2,5 m Gambar 2 Pola penanaman sentang dan sorgum ( =tanaman sentang, = ruang yang ditanam sorgum, =batas plot, =batas blok) Gambar 3 Tata letak arah perakaran dalam satu plot ( =searah larikan) =tegak lurus larikan, Pengukuran panjang akar horisontal dan kedalaman akar Pengukuran panjang akar horisontal dan kedalamannya pada tanaman sentang menggunakan alat cangkul, mistar dan pita ukur. Setiap plot diambil 6 tanaman sentang yang saling berdekatan untuk diukur panjang akar dan kedalamannya. Setiap tanaman sentang diukur dari dua arah, yaitu pengukuran searah larikan sorgum serta pengukuran tegak lurus larikan sorgum. Pengukuran panjang akar horisontal dan kedalamannya pertama kali dilakukan tepat di tengah-tengah di antara tanaman sentang. Selanjutnya apabila pada kedalaman cm ditemukan adanya akar dari tanaman sentang, maka

25 11 pengukuran dihentikan. Namun jika tidak ditemukan adanya akar tanaman sentang, maka pengukuran berikutnya dilakukan pada setiap jarak 50 cm ke arah kanan dan kiri dari penggalian sebelumnya, sampai ditemukan adanya akar tanaman sentang Pengambilan contoh tanah dan analisis tanah Contoh tanah diambil dari lapangan dengan menggunakan cangkul dan kantong plastik. Contoh tanah diambil menggunakan cangkul lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik. Setiap blok diambil masing-masing contoh tanahnya yaitu contoh tanah terusik. Contoh tanah yang ada dianalisis sifat fisik dan kimianya di Balai Penelitian Tanah Bogor. 3.5 Analisis Data Dimensi tanaman dan sistem perakaran menggunakan metode statistik Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan dua faktor. Persen penutupan tajuk dan analisis tanah menggunakan analisis deskriptif. Perlakuan pada percobaan ini ada enam yaitu: ass. Sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m. bss. Sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m ags. Grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m. bgs. Grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m. ans. No sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m. bns. No sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m. Masing-masing taraf perlakuan diletakkan di dalam tiga blok. Blok tersebut adalah blok 1, 2 dan 3. Dengan demikian, unit yang dilibatkan sebanyak 18 unit. Pengacakan perlakuan dilakukan pada masing-masing blok penelitian. Hipotesis yang diuji dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan dua faktor (Mattjik & Sumertajaya 2006) : I. Pengaruh utama jarak tanam: Ho : (jarak tanam tidak berpengaruh) H1 : Paling sedikit ada satu i dimana i 0

26 12 II. Pengaruh utama jenis sorgum: Ho : (jenis sorgum tidak berpengaruh) H1 : Paling sedikit ada satu j dimana III. Pengaruh sederhana (interaksi) jarak tanam dengan jenis sorgum: Ho : ( ( ( (Interaksi jarak tanam dengan jenis sorgum tidak berpengaruh) H1 : Paling sedikit ada sepasang (i,j) dimana ( Model persamaan linier dari rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan dua faktor (Mattjik & Sumertajaya 2006) : Y ijk = µ + α i + β j + (αβ) ij + ε ijk Keterangan: Y ijk = Nilai pengamatan pada faktor jarak tanam taraf ke-i faktor jenis sorgum taraf ke-j dan kelompok (blok) ke-k µ = Rataan umum α i β j (αβ) ij ε ijk = Pengaruh jarak tanam taraf ke-i = Pengaruh jenis sorgum taraf ke-j = Komponen interaksi antara faktor jarak tanam taraf ke-i dan faktor jenis sorgum taraf ke-j = Merupakan pengaruh acak (galat) yang menyebar normal pada faktor jarak tanam taraf ke-i dan faktor jenis sorgum taraf ke-j dan kelompok ke-k Data hasil pengukuran dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan bila terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel penelitian, maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel dan software SAS (Statistical Analysis System) Portable.

27 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang tajuk (U-S), lebar tajuk (B-T), panjang akar horisontal searah larikan, kedalaman akar searah larikan, panjang akar horisontal tegak lurus larikan, kedalaman akar tegak lurus larikan. Hasil pengolahan data pengaruh perlakuan terhadap variabel dimensi tanaman dan sistem perakaran dapat dilihat pada Lampiran 1. Rekapitulasi hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap variabel dimensi tanaman dan sistem perakaran Variabel Interaksi antara Jarak Jenis jarak tanam dan tanam sorgum jenis sorgum Diamater pangkal tn ** * Diameter setinggi dada (dbh) tn ** * Tinggi total tn ** * Tinggi bebas cabang tn * * Tinggi tajuk tn ** * Panjang tajuk (U-S) tn ** * Lebar tajuk (B-T) tn ** * Panjang akar horisontal searah larikan tn ** tn Kedalaman akar searah larikan tn tn tn Panjang akar horisontal tegak lurus tn ** * larikan Kedalaman akar tegak lurus larikan tn ** tn *: berpengaruh nyata pada taraf 5%, **: berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, tn : tidak nyata Dari Tabel 2 diperoleh hasil bahwa perlakuan menyebabkan respon yang berbeda-beda terhadap diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang tajuk (U-S), lebar tajuk (B-T) serta panjang akar horisontal tegak lurus larikan Dimensi tanaman Dimensi tanaman yang diamati pada penelitian ini meliputi: diameter pangkal, diameter setinggi dada, tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang tajuk serta lebar tajuk.

28 14 Diameter pangkal Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap diameter pangkal disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap diameter pangkal Rata-rata diameter pangkal sentang Jarak tanam (m) Jenis sorgum (mm) 2,5 x 2,5 Sweet sorghum 34,93 a 2,5 x 2,5 Grain sorghum 33,20 a 2,5 x 5 Grain sorghum 33,23 a 2,5 x 5 Sweet sorghum 31,83 a 2,5 x 5 No sorghum 26,38 b 2,5 x 2,5 No sorghum 22,64 c Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Berdasarkan hasil uji Duncan, diameter pangkal sentang tertinggi ditemukan pada perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum pada ke dua jarak tanam. Diamater setinggi dada (dbh) Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap diameter setinggi dada (dbh) disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap diameter setinggi dada (dbh) Rata-rata diameter Jarak tanam (m) Jenis sorgum sentang (mm) 2,5 x 2,5 Sweet sorghum 24,64 a 2,5 x 2,5 Grain sorghum 23,29 a 2,5 x 5 Grain sorghum 22,85 a 2,5 x 5 Sweet sorghum 22,42 a 2,5 x 5 No sorghum 17,03 b 2,5 x 2,5 No sorghum 14,16 c Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Berdasarkan hasil uji Duncan, diameter setinggi dada (dbh) sentang tertinggi ditemukan pada perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum pada ke dua jarak tanam. Tinggi total Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi total tanaman sentang disajikan pada Tabel 5.

29 15 Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi total Rata-rata tinggi total Jarak tanam (m) Jenis sorgum sentang (cm) 2,5 x 2,5 Sweet sorghum 246,00 a 2,5 x 2,5 Grain sorghum 239,40 a 2,5 x 5 Grain sorghum 233,53 a 2,5 x 5 Sweet sorghum 229,36 a 2,5 x 5 No sorghum 192,27 b 2,5 x 2,5 No sorghum 172,38 c Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Berdasarkan hasil uji Duncan, tinggi total sentang tertinggi ditemukan pada perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum pada ke dua jarak tanam. Tinggi bebas cabang Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi bebas cabang disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi bebas cabang Rata-rata tinggi bebas cabang Jarak tanam (m) Jenis sorgum sentang (cm) 2,5 x 2,5 Grain sorghum 142,91 a 2,5 x 5 Sweet sorghum 141,73 a 2,5 x 2,5 Sweet sorghum 135,04 ab 2,5 x 5 Grain sorghum 128,87 b 2,5 x 2,5 No sorghum 127,87 b 2,5 x 5 No sorghum 127,20 b Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Berdasarkan hasil uji Duncan, tinggi bebas cabang sentang tertinggi ditemukan pada perlakuan grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m dan sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m. Tinggi tajuk pada Tabel 7. Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi tajuk disajikan

30 16 Tabel 7 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi tajuk Rata-rata tinggi tajuk Jarak tanam (m) Jenis sorgum sentang (cm) 2,5 x 2,5 Sweet sorghum 110,02 a 2,5 x 5 Grain sorghum 104,67 a 2,5 x 2,5 Grain sorghum 96,76 ab 2,5 x 5 Sweet sorghum 87,62 b 2,5 x 5 No sorghum 59,71 c 2,5 x 2,5 No sorghum 44,56 c Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Berdasarkan hasil uji Duncan, tinggi tajuk sentang tertinggi ditemukan pada perlakuan sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m dan grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m. Panjang tajuk pada Tabel 8. Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap panjang tajuk disajikan Tabel 8 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap panjang tajuk Rata-rata panjang tajuk Jarak tanam (m) Jenis sorgum sentang (cm) 2,5 x 2,5 Sweet sorghum 136,16 a 2,5 x 2,5 Grain sorghum 127,16 a 2,5 x 5 Grain sorghum 127,16 a 2,5 x 5 Sweet sorghum 126,22 a 2,5 x 5 No sorghum 104,96 b 2,5 x 2,5 No sorghum 93,84 c Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Berdasarkan hasil uji Duncan, panjang tajuk sentang tertinggi ditemukan pada perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum pada ke dua jarak tanam. Lebar tajuk Tabel 9. Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap lebar tajuk disajikan pada

31 17 Tabel 9 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap lebar tajuk Rata-rata lebar tajuk Jarak tanam (m) Jenis sorgum sentang (cm) 2,5 x 2,5 Sweet sorghum 146,07 a 2,5 x 2,5 Grain sorghum 136,27 ab 2,5 x 5 Sweet sorghum 136,20 ab 2,5 x 5 Grain sorghum 131,51 ab 2,5 x 5 No sorghum 105,82 b 2,5 x 2,5 No sorghum 95,20 c Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Berdasarkan hasil uji Duncan, lebar tajuk sentang tertinggi ditemukan pada perlakuan sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m. Persen penutupan tajuk Tabel rekapitulasi persen penutupan tajuk disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Tabel rekapitulasi persen penutupan tajuk A. Blok 1 No Arah Persen penutupan tajuk (%) 1 Utara 10,5 2 Timur 10,3 3 Selatan 31,5 4 Barat 9,3 Rata-rata 15,4 B. Blok 2 No Arah Persen penutupan tajuk (%) 1 Utara 0 2 Timur 39,8 3 Selatan 42,3 4 Barat 22,5 Rata-rata 26,1 C.Blok 3 No Arah Persen penutupan tajuk (%) 1 Utara 18,5 2 Timur 5,3 3 Selatan 9,5 4 Barat 36,0 Rata-rata 17, Sistem perakaran Sistem perakaran yang diamati pada penelitian ini meliputi panjang akar horisontal searah larikan, kedalaman akar searah larikan, panjang akar horisontal tegak lurus larikan serta kedalaman akar tegak lurus larikan.

32 18 Panjang akar horisontal searah larikan Tabel 11. Adapun rata-rata panjang akar horisontal searah larikan disajikan pada Tabel 11 Rata-rata panjang akar horisontal searah larikan pada setiap perlakuan Panjang akar horisontal searah larikan Jarak tanam (m) Jenis sorgum sentang (cm) 2,5 x 5 Sweet sorghum 73,90 2,5 x 2,5 Sweet sorghum 73,35 2,5 x 2,5 Grain sorghum 64,05 2,5 x 5 Grain sorghum 63,65 2,5 x 5 No sorghum 53,35 2,5 x 2,5 No sorghum 51,00 Berdasarkan Tabel 11, panjang akar horisontal searah larikan sentang terpendek ditemukan pada perlakuan no sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m, yaitu sebesar 51,00 cm. Kedalaman akar searah larikan Adapun rata-rata kedalaman akar searah larikan disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Rata-rata kedalaman akar searah larikan pada setiap perlakuan Jarak tanam (m) Jenis sorgum Kedalaman akar searah larikan sentang (cm) 2,5 x 2,5 Sweet sorghum 17,35 2,5 x 5 Grain sorghum 16,85 2,5 x 2,5 No sorghum 16,80 2,5 x 5 Sweet sorghum 16,75 2,5 x 2,5 Grain sorghum 15,05 2,5 x 5 No sorghum 12,85 Berdasarkan Tabel 12, kedalaman akar searah larikan sentang terdalam ditemukan pada perlakuan sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m, yaitu sebesar 17,35 cm. Panjang akar horisontal tegak lurus larikan Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap panjang akar horisontal tegak lurus larikan sentang disajikan pada Tabel 13.

33 19 Tabel 13 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap panjang akar horisontal tegak lurus larikan Panjang akar horisontal tegak lurus Jarak tanam (m) Jenis sorgum larikan sentang (cm) 2,5 x 2,5 Sweet sorghum 91,09 a 2,5 x 5 Grain sorghum 69,27 b 2,5 x 5 Sweet sorghum 68,50 b 2,5 x 2,5 Grain sorghum 65,14 b 2,5 x 2,5 No sorghum 53,50 bc 2,5 x 5 No sorghum 46,55 c Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Berdasarkan hasil uji Duncan, panjang akar horisontal tegak lurus larikan sentang terpendek ditemukan pada perlakuan no sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m. Kedalaman akar tegak lurus larikan 14. Adapun rata-rata kedalaman akar tegak lurus larikan disajikan pada Tabel Tabel 14 Rata-rata kedalaman akar tegak lurus larikan pada setiap perlakuan Kedalaman akar tegak lurus Jarak tanam (m) Jenis sorgum larikan sentang (cm) 2,5 x 5 Grain sorghum 16,18 2,5 x 2,5 Sweet sorghum 15,86 2,5 x 5 Sweet sorghum 15,32 2,5 x 2,5 Grain sorghum 14,23 2,5 x 2,5 No sorghum 11,82 2,5 x 5 No sorghum 11,46 Berdasarkan Tabel 14, kedalaman akar tegak lurus larikan sentang terdalam ditemukan pada perlakuan grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m sebesar 16,18 cm. 4.2 Pembahasan Dimensi tanaman Kombinasi antara tanaman berkayu dan tanaman tidak berkayu menyebabkan adanya interaksi dan kompetisi. Interaksi yang positif pada pola agroforestri akan menghasilkan peningkatan produksi dari semua komponen tanaman yang ada pada pola tersebut, akan tetapi apabila bentuk interaksi yang terjadi adalah negatif maka peningkatan produksi salah satu jenis tanaman akan menyebabkan penurunan produksi tanaman yang lain (Hairiah et al. 2002). Untuk meminimalisir dampak dari kompetisi yang dihasilkan dapat dilakukan

34 20 pengelolaan lahan agroforestri seperti pengaturan jarak tanam, pengaturan pola tanam serta pemilihan tanaman semusim. Jenis tanaman berkayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah sentang. Variabel dimensi tanaman yang diamati dalam penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang tajuk serta lebar tajuk. Semua variabel dimensi tanaman dipengaruhi oleh interaksi antara jarak tanam dan jenis sorgum. Hasil uji Duncan dari perlakuan jarak tanam dan jenis sorgum menunjukkan bahwa perlakuan yang terbaik untuk dimensi tanaman ditemukan pada perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum pada ke dua jarak tanam. Tanaman sentang yang tidak ditumpangsarikan dengan sorgum (no sorghum) pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m memiliki nilai rata-rata dimensi tanaman yang paling rendah dibandingkan dengan kelima perlakuan lainnya. Hal yang diduga mempengaruhi pertumbuhan dimensi pada ke dua perlakuan tersebut karena pada saat awal penanaman, perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum diberikan pupuk sedangkan no sorghum tidak diberi pupuk. Sentang yang diberikan pupuk pertumbuhannya akan lebih cepat dibandingkan dengan sentang yang tidak diberi pupuk. Selain itu, plot sentang yang tidak ditumpangsarikan dengan sorgum (no sorghum) ditumbuhi alang-alang, sehingga terjadi kompetisi antara sentang dengan alang-alang dalam memperoleh cahaya, nutrisi maupun hara. Faktor lain yang mempengaruhi adalah topografi yang lebih curam di plot dengan perlakuan no sorghum yang berlokasi di ujung setiap blok, sehingga tingkat kerentanan erosinya besar yang mengakibatkan mudahnya hara tercuci oleh air hujan. Simorangkir (2000) menyatakan bahwa pengaruh cahaya terhadap pembesaran sel dan diferensiasi sel berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, ukuran daun serta batang. Tinggi tanaman lebih cepat naik di tempat teduh sementara diameter tanaman lebih cepat naik di tempat tanpa naungan. Pertumbuhan tanaman pada jarak tanam yang rapat dan tajuknya tidak saling bersinggungan lebih cepat dibandingkan dengan jarak tanam yang lebar. Hal ini karena cahaya matahari tidak langsung menyentuh tanah dan penguapan yang terjadi pada tanah tersebut lebih sedikit, sehingga kadar air pada tanah tersebut

35 21 tinggi. Kondisi kadar air yang cukup tinggi ini mendukung tanaman dalam kegiatan fotosintesis sehingga aktifitas tanaman untuk tumbuh dan bereproduksi lebih baik. Berdasarkan hasil uji Duncan, perlakuan yang terbaik untuk variabel panjang tajuk dan lebar tajuk adalah sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m. Pertambahan luas tajuk berbanding lurus dengan diameter dan tinggi tanaman. Bertambahnya luas tajuk akan mengakibatkan cahaya yang jatuh ke permukaan tanah berkurang. Ukuran tajuk dapat dimanfaatkan untuk menentukan kompetisi antar tanaman. Kompetisi ruang untuk mendapatkan unsur hara dan cahaya akan berpengaruh pada bentuk dan luas tajuk. Kekuatan tanaman untuk bersaing memperebutkan sumberdaya lingkungan diasumsikan sama dengan ukuran pohon itu sendiri. Tanaman yang mempunyai ukuran yang lebih besar, tajuk yang luas dan akar yang lebih banyak, diduga lebih mampu memperebutkan faktor lingkungan seperti cahaya, unsur hara dan air (Raharjo dan Sadono 2008). Hairiah et al. (2002) mengatakan bahwa persen penutupan tajuk diukur untuk menduga besarnya jumlah radiasi sinar matahari yang menembus sampai ke tanah. Pengaruh dari radiasi matahari pada pertumbuhan tanaman dapat dilihat sangat jelas pada tanaman yang tumbuh di bawah naungan. Pertumbuhan tanaman di bawah naungan semakin terhambat bila tingkat naungan semakin tinggi. Besar atau kecilnya ukuran tajuk biasa digunakan untuk menduga besarnya laju fotosintesis dan respirasi yang terjadi pada tanaman. Hasil fotosintesis ini sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman untuk membuat makanan yang penting untuk pertumbuhan. Semakin baik proses fotosintesis semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon dan Adman 2007). Berdasarkan hasil dari Tabel 9, blok yang paling besar nilai rata-rata persen penutupan tajuknya adalah blok 2. Hal ini karena pertumbuhan sentang di blok 2 yang paling baik daripada di blok 1 dan 3 sehingga penutupan tajuknya juga yang paling besar. Persen penutupan tajuk sentang diblok 1, 2 dan 3 berturutturut adalah 15,4%, 26,1% dan 17,3%. Kelas kerapatan tajuk pada ketiga blok tergolong jarang karena terdapat kurang dari 40% penutupan tajuk. Tanaman sela yang digunakan pada penelitian ini adalah sorgum, dimana sorgum merupakan jenis tanaman C-4. Tanaman C-4 adalah tanaman yang tumbuh di daerah panas

36 22 dan membutuhkan cahaya matahari penuh. Kerapatan tajuk yang masih tergolong jarang tersebut membuat tanaman selanya dapat berkembang dengan baik karena cahaya yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis dapat diperoleh secara penuh Sistem perakaran Berdasarkan Mahendra (2009) bagi tanaman, akar adalah salah satu faktor penting bagi pertumbuhan, tanpa akar proses fotosintesis untuk memproduksi karbohidrat dan energi tidak akan bisa berjalan. Adapun fungsi akar bagi tanaman yaitu membantu tumbuhan agar dapat berdiri kokoh di dalam tanah, menyerap air dari tanah serta menyerap unsur hara dari tanah. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah panjang akar horisontal searah larikan, kedalaman akar searah larikan, panjang akar horisontal tegak lurus larikan serta kedalaman akar tegak lurus larikan. Semua variabel sistem perakaran tidak dipengaruhi oleh interaksi antara jarak tanam dan jenis sorgum, kecuali panjang akar horisontal tegak lurus larikan. Panjang akar horisontal searah larikan terpendek ditemukan pada pelakuan no sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m sedangkan untuk kedalaman akar searah larikan yang terdalam ditemukan pada perlakuan sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m. Panjang akar horisontal tegak lurus larikan terpendek ditemukan pada perlakuan no sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m sedangkan untuk kedalaman akar tegak lurus larikan terdalam ditemukan pada perlakuan grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m. Panjang akar yang paling pendek ditemukan pada perlakuan no sorghum, dimana perlakuan ini merupakan perlakuan yang memiliki rata-rata nilai paling kecil untuk semua variabel baik dimensi tanaman maupun sistem perakaran. Sistem perakaran sweet sorghum dan grain sorghum lebih baik daripada no sorghum karena pengelolaan tanah diawal, yaitu pemberian pupuk kepada perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum. Unsur-unsur yang terkandung di dalam pupuk membantu akar dalam mengambil hara dari dalam tanah. Panjang akar yang pendek memungkinkan akar antara tanaman tidak saling tumpang tindih sehingga kompetisi antara sentang dan sorgum kecil. Selain panjang akar, kedalaman juga berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kedalaman akar yang paling dalam ditemukan pada perlakuan sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m dan grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m. Kedalaman

37 23 perakaran sangat berpengaruh pada porsi air yang dapat diserap. Makin panjang dan dalam akar menembus tanah makin banyak air yang dapat diserap bila dibandingkan dengan perakaran yang pendek dan dangkal dalam waktu yang sama (Jumin 1989). Pada tanah yang dalam, aerasinya baik, tanaman sorgum dapat tumbuh sampai kedalaman 2 m dan penyebaran kearah horisontal lebih dari 1 m (Kramer 1977). Perkembangan perakaran berhubungan erat dengan kesuburan tanah. Dampak nutrisi terhadap perkembangan akar terlihat dalam perkembangan optimal perakaran di lapisan atas, lapisan tanah yang paling subur, dan juga dalam peningkatan perkembangan akar di sekitar penempatan pupuk (Daniel et al. 1987). Tekstur tanah di lokasi penelitian adalah lempung berliat. Salah satu indikator kesuburan tanah adalah ph, kandungan N dan K serta Kapasitas Tukar Kation (KTK). ph di di lokasi penelitian termasuk kategori sangat masam, kandungan N dan K termasuk kategori sangat rendah. KTK di blok 1 dan blok 2 termasuk kategori tinggi sedangkan di blok 3 termasuk kategori rendah. Secara umum, tanah di lokasi penelitian miskin hara sehingga perlu dilakukan kegiatan pengelolaan tanah untuk meningkatkan ph dan bahan organik tanah. Salah satu pengelolaan tanah yaitu dengan pengapuran dan pemupukan secara rutin. Faktor lain yang mempengaruhi sistem perakaran adalah bentuk tajuk dari tanaman pokoknya. Sentang yang memiliki tajuk kerucut sesuai dengan perakarannya yang tidak terlalu dalam. Banyaknya akar mempengaruhi pertumbuhan tajuk sedangkan sebaran tajuk menentukan kedalaman dan luas sebaran perakaran tanaman. Pada pola tanam tumpang sari, jarak tanam menjadi hal yang sangat penting, karena jarak tanam berkaitan dengan ketersediaan cahaya matahari yang dapat menembus kanopi tanaman utama dan ketersediaan ruang untuk perakaran (Sukandi et al. 2002). Pengaturan sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghindari persaingan unsur hara, air yang berasal dari dalam tanah. Sistem perakaran yang dalam ditumpang sarikan dengan tanaman yang berakar dangkal. Tanaman monokotil yang pada umumnya mempunyai sistem perakaran yang dangkal, sedangkan tanaman dikotil pada umumnya mempunyai sistem perakaran yang dalam, karena memiliki akar tunggang.

38 24 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Tanaman sentang yang ditumpangsarikan dengan sweet sorghum dan grain sorghum pada ke dua jarak tanam memiliki dimensi tanaman yang paling baik. 2. Interaksi antara jarak tanam dan jenis sorgum tidak berpengaruh nyata pada sistem perakaran, kecuali pada variabel panjang akar horisontal tegak lurus larikan. 3. Sistem agroforestri memberikan pengaruh positif untuk pertumbuhan sentang, karena sentang yang ditumpangsarikan dengan sorgum memiliki nilai dimensi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan sentang yang tidak ditumpangsarikan dengan sorgum. 5.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pertumbuhan sentang. 2. Perlu dilakukan penelitian mengenai sentang dengan tanaman kombinasi selain sorgum. 3. Perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh sentang terhadap produktivitas sorgum. 4. Perlu dilakukan penelitian mengenai arsitektur sistem perakaran sentang dan sorgum

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 8 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012. Lokasi penelitian di lahan agroforestri di Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea, Kabupaten

Lebih terperinci

Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang (Melia excelsa Jack) di Lahan Agroforestri

Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang (Melia excelsa Jack) di Lahan Agroforestri JURNAL 196 Nurheni SILVIKULTUR Wijayanto et TROPIKA al. J. Silvikultur Tropika Vol. 03 No. 03 Desember 2012, Hal. 196 202 ISSN: 2086-8227 Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang (Melia excelsa Jack)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Pebruari 2012 di lahan agroforestri Desa Sekarwangi, Kecamatan Malangbong,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah, dan sempitnya kesempatan kerja merupakan akar permasalahan kemiskinan. Jumlah penduduk yang besar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2011 sampai Januari 2012. Lokasi penelitian yaitu di RPH Jatirejo, Desa Gadungan, Kecamatan Puncu,

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian 5 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas: 1) Pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, 2) Pengaruh pemupukan terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan milik petani yang mempunyai tanaman jati pada hutan rakyat di Desa Karanglayung, Desa Babakan Asem dan Desa Conggeang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Agroforestri Agroforestri merupakan sebuah nama bagi sistem-sistem dan teknologi penggunaan lahan dimana pepohonan berumur panjang (termasuk semak, palem, bambu, kayu,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Propinsi Kalimantan Tengah. Areal penelitian merupakan areal hutan yang dikelola dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Pinus 2.1.1. Habitat dan Penyebaran Pinus di Indonesia Menurut Martawijaya et al. (2005), pinus dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, pada tanah

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional. Berbagai jenis tanaman pangan diusahakan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September PENGARUH UMUR SEMAI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN DI PERSEMAIAN 1) Oleh: Agus Sofyan 2) dan Syaiful Islam 2) ABSTRAK Suren (Toona sureni Merr), merupakan jenis yang memiliki pertumbuhan cepat dan kegunaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan jabon dan vegetasi tumbuhan bawah yang terdapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perum Perhutani merupakan Perusahaan milik negara yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di Pulau Jawa dan Madura dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman di lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan Darmaga Bogor. Kebun percobaan memiliki topografi datar dengan curah hujan rata-rata sama dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 sampai Januari 2012. Lokasi pengambilan tailing dilakukan di PT. Antam UPBE Pongkor dan penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Menurut Tjitrosoepomo (1989) tanaman kacang hijau termasuk suku (family) Leguminosae. Kedudukan tanamn kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar Agroforestri jarak pagar di bawah tegakan mahoni di BKPH Babakan Madang berada di dua macam jenis tegakan yaitu mahoni muda dan mahoni tua.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK SKRIPSI Oleh: CAROLINA SIMANJUNTAK 100301156 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat 18 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di kebun percobaan Institut Pertanian Bogor, Sawah Baru Babakan Darmaga, selama 4 bulan, dari bulan Mei-September 2010. Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Kayu Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat Hutan rakyat dalam pengertian menurut peraturan perundang-undangan (UU No.5/1967 junto UU No.41/1999) adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik.

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI OLEH : HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk ALFARED FERNANDO SIAHAAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN Dengan ini

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jati (Tectona grandis Linn. f) Jati (Tectona grandis Linn. f) termasuk kelompok tumbuhan yang dapat menggugurkan daunnya sebagaimana mekanisme pengendalian diri terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH:

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH: PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH: ARIF AL QUDRY / 100301251 Agroteknologi Minat- Budidaya Pertanian Perkebunan PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar, Lampung Selatan mulai Maret 2013 sampai dengan Maret 2014. 3.2 Bahan dan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan di lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan penyediaan kayu jati mendorong Perum Perhutani untuk menerapkan silvikultur intensif guna memenuhi

Lebih terperinci

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam iptek hortikultura Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam Buah pepaya telah menjadi buah trend setter sejak beredarnya beberapa varietas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Biji kedelai digunakan sebagai

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, I. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, pada bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Tegakan Berdasarkan Tabel 3 produktivitas masing-masing petak ukur penelitian yaitu luas bidang dasar (LBDS), volume tegakan, riap volume tegakan dan biomassa kayu

Lebih terperinci

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian di lapang dilakukan sejak dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2009. Lokasi penelitian terletak di kebun percobaan pertanian organik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci