PERENCANAAN JALAN LINTAS KERETA API ANTARA STASIUN MUARA KALABAN TANJUNG AMPALU KABUPATEN SIJUNJUNG PROVINSI SUMATRA BARAT.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN JALAN LINTAS KERETA API ANTARA STASIUN MUARA KALABAN TANJUNG AMPALU KABUPATEN SIJUNJUNG PROVINSI SUMATRA BARAT."

Transkripsi

1 PERENCANAAN JALAN LINTAS KERETA API ANTARA STASIUN MUARA KALABAN TANJUNG AMPALU KABUPATEN SIJUNJUNG PROVINSI SUMATRA BARAT Yogi Alexander, Indra Farni, Indra Khaidir Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Padang alexander.yogi1993@gmail.com, indrafarni@yahoo.com, khaidirindra@yahoo.co.id Abstrak Pembangunan jalan Kereta Api Muaro Kalaban Tanjung Ampalu ini adalah sebagai Akses jalur lintas Sumatra yang nantinya akan menghubungkan antar dua provinsi ( Sumbar Riau ). Diharapkan ini kelak dapat mengurangi beban volume lalu lintas jalan raya, dan mengurangi kemacetan. Disamping itu dengan adanya jalur kereta api ini akan memacu pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat di sekitar Kabupaten Sijunjung dan Sawah lunto khususnya dan masyarakat Sumatera Barat umumnya. Perencanaan ini dimulai dari Km s/d ( 13 Km ), Direncanakan kereta api kelas II dengan 1 ( satu ) sepur, Desain geometri meliputi vertikal dan horizontal, dari hasil perencanaan di peroleh tebal balas 30 cm, bantalan beton, rel digunakan type R54 dengan tegangan 1193,1 kg/cm, kecepatan rencana 110 km/jam, lebar sepur jalur lurus 1067 mm, lebar sepur di tekungan 1072, 1077, 1082, jarak antara bantalan 60 cm, kebutuhan bantalan beton batang, beban gandar maksimum 18 ton. Kata kunci : Perencanaan Geometri, Perencanaan Jalan Rel, Perencanaan satu sepur

2 PLANNING RAIL ROAD BETWEEN STATIONS MUARA KALABAN TANJUNG AMPALU DISTRICT SIJUNJUNG PROVINCES WEST SUMATRA Yogi Alexander, Indra Farni, Indra Khaidir Civil Engineering Departemen, Civil Engineering and Plan Faculty University of Bung Hatta alexander.yogi1993@gmail.com, indrafarni@yahoo.com, khaidirindra@yahoo.co.id Abstract Road Construction railway Muaro Kalaban Tanjung Ampalu this as access the sumatra cross lane which will link between two provinces ( west sumatra Riau ). It is expected that this can reduce the load volume of highway traffic and reduce congestion. With the existence of this railway will accelerate the economic and social growth of communities around the district Sijunjung and Sawah lunto especially and society of west sumatra generally. This planning starts from Km to ( 13 Km ), Planned train class II with 1 ( one ) spoor, Design geometric use vertikal and horizontal, from the results this planning in the obtained thick ballast 30 cm, concrete pads, rail used type R54 with voltage 1193,1 kg/cm, speed of plan 110 km/hours, wide spoor jalur straight path 1067 mm, wide spoor in bend 1072, 1077, 1082, the distance between the pads 60 cm, need of concrete pads stem, maximum axle load 18 ton. keywords : Planning Geometric, Planning Rail way, Planning One Spoor 5

3 6

4 PERENCANAAN BADAN JALAN LINTAS KERETA API ANTARA MUARA KALABAN-TANJUNG AMPALU KABUPATEN SIJUNJUNG PROVINSI SUMATRA BARAT Yogi Alxander, Indra Farni, Indra Khaidir Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta Padang PENDAHULUAN Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transformasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Rangkaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu memuat penumpang maupun barang dalam skala besar, karena sifatnya sebagai angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha memanfaatkan secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik di dalam kota, antar kota, maupun antar negara. Sebelum Tahun 1800 alat angkut yang dipergunakan antara lain adalah tenaga manusia, hewan dan sumber tenaga dari alam seperti angin. Pada masa itu barang-barang yang dapat diangkut rata-rata dalam jumlah yang kecil dan waktu yang ditempuh relatif lama, namun setelah antara Tahun 1800 hingga tahun 1860 transportasi telah mulai berkembang dengan baik karena telah mulai dimanfaatkannya sumber tenaga mekanik seperti kapal uap dan kereta api, yang dimana mulai banyak dipergunakan dalam dunia perdagangan dan dunia transportasi. Dan kurang lebih pada tahun kisaran antara Tahun 1860 sampai dengan Tahun 1920 mulai diketemukannya alat transportasi lainnya seperti misalnya kendaraan bermotor dan pesawat terbang meskipun dengan banyak keterbatasan dari teknologi yang ada pada saat itu, namun pada masa itu pula angkutan kereta api dan jalan raya memegang peranan penting dalam pengangkutan secara muasal antar daerah pada suatu wilayah. Kereta api mulai diperkenalkan di Indonesia, pada masa penjajahan Belanda, oleh sebuah perusahaan swasta yang mempunyai singkatan NV atau lebih dikenal dengan nama Nederlandsch Indische Spoorweg Mij (NISM), berdiri kisaran Tahun Proyek pertama 7

5 yang dibuat adalah jalur kereta api pertama dibangun pada 17 Juni 1864, yakni jalur Kemijen-Tanggung, Kabupaten Semarang saat ini, jalur yang dibuat kurang lebih sepanjang 26 Km. Diresmikan oleh Gubernur Jenderal L.A.J Baron Sloet Van Den Beele. Kemudian tanggal 18 Februari 1870, NISM membangun jalur umum Semarang-Solo-Yogyakarta. Dan tanggal 10 April 1869 pemerintah Hindia Belanda mendirikan Staats Spoorwegen atau lebih dikenal dengan nama singkatan (SS) yang membangun jalur lintasan Batavia-Bogor. Kemudian tanggal 16 Mei April 1878, perusahaan negara luar ini membuka jalur Surabaya-Pasuruan-Malang, dan 20 Juli 1879 membuka jalur Bangil-Malang. Pembangunan terus berjalan hingga ke kota-kota besar seluruh Jawa terhubung oleh jalur kereta api. Di luar Jawa, 12 November 1876, StaatsSpoorwegen juga membangun jalur Ulele-Kutaraja (Aceh). Selanjutnya lintasan PaluAer-Padang (Sumatera Barat) pada Juli 1891, lintasan Telukbetung-Prabumulih (Sumatera Selatan) Tahun 1912, dan 1Juli 1923 membangun jalur Makasar-Takalar (Sulawesi). Di Sumatera Utara, NV.Deli Spoorweg Mij juga membangun lintasan Labuan-Medan pada 25 Juli Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, selain Staats Spoorwegen milik pemerintah, sudah ada 11 perusahaan kereta api swasta di Jawa dan satu perusahaan swasta di Sumatera. Mobilitas manusia sudah dimulai sejak jaman dahulu kala, kegiatan tersebut dilakukan dengan berbagai tujuan antara lain untuk mencari makan, mencari tempat tinggal yang lebih baik, mengungsi dari serbuan orang lain dan sebagainya. Dalam melakukan mobilitas tersebut sering membawa barang ataupun tidak membawa barang, oleh karenanya diperlukan alat sebagai sarana transportasi, menurut Abbas Salim (1993:5). Transportasi adalah sarana bagi manusia untuk memindahkan sesuatu, baik manusia atau benda dari satu tempat ke tempat lain, dengan ataupun tanpa mempergunakan alat bantu. Alat bantu tersebut dapat berupa tenaga manusia, binatang, alam ataupun benda lain dengan mempergunakan mesin ataupun tidak bermesin. Kereta Api merupakan Moda (metode dasar) transportasi dengan multi keunggulan komparatif: hemat lahan & energi, rendah polusi, bersifat massal, adaptif dengan perubahan teknologi, yang memasuki era kompetisi, potensinya diharapkan dapat dimobilisasi dalam skala nasional, sehingga mampu menciptakan keunggulan kompetitif terhadap produksi dan jasa domestik dipasar 8

6 global. Dengan tugas pokok dan fungsi memobilisasi arus penumpang dan barang diatas jalur rel kereta api, maka ikut berperan menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Pembangunan jalan Kereta Api Muaro Kalaban-Tanjung Ampalu ini adalah sebagai Akses jalur lintas Sumatra yang nantinya akan menghubungkan antar dua provinsi (Sumbar- Riau). Diharapkan ini kelak dapat mengurangi beban volume lalu lintas, dan mengurangi kemacetan. Di samping itu dengan adanya jalur kereta api ini akan memacu pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat di sekitar Kabupaten Sijunjung dan Sawahlunto khususnya dan masyarakat Sumatera Barat umumnya. dari masalah tersebut penulis menjadikan sebagai tugas akhir yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta dengan judul Perencanaan Jalan Lintas Kereta Api Antara Stasiun Muaro Kalaban-Tanjung Ampalu Adanya perencanaan tersebut, maka kita akan memiliki pedoman atau acuan untuk ke tahap pelaksananya. Yang akan diharapkan dapat memperluas jaringan kereta api di Indonesia yang berguna untuk lalulintas/mobilisasi baik manusia maupun barang/jasa, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. 1.1 Perumusan Masalah Hal-hal yang menjadi permasalahan dalam tugas akhir ini adalah: 1. Bagaimana trase jalan kereta api yang baik dan efisien 2. Bagaimana bentuk alinemen jalan kereta api yang sesuai dengan persyaratan yang ada 3. Merencanakan susunan jalan rel 1.2 Tujuan Adapun tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Merencanakan trase jalan kereta api jalur yang baru dan efisien 2. Mendapatkan alinemen geometri jalan kereta api yang sesuai dengan persyaratan 1.3 Batasan Masalah Batasan Masalah dari tugas akhir ini adalah: 1. Data yang dipakai adalah data sekunder 2. Daerah perencanaan hanya antara stasiun Muaro Kalaban-Stasiun Tanjung Ampalu 9

7 3. Dalam tugas akhir ini Tidak membahas jembatan, persinyalan maupun infrastruktur kereta api lainnya (stasiun, rumah sinyal ) 4. Tidak melakukan perhitungan sistim drainase 1.4 Metodologi Dalam setiap penulisan karya tulis, data-data merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai penunjang dalam penulisan. Data-data dan informasi yang penulis sajikan dalam penulisan tugas akhir ini diperoleh melalui beberapa metode, diantaranya: 1. Tinjauan Pustaka 2. Pengumpulan Data 3. Analisa Perhitungan 1.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan secara singkat mengenai latar belakang penulisan, alasan pemilihan judul, tujuan dan manfaat, pembatasan masalah dan sistematika penulisan. BAB III BAB IV BAB V Pada Bab ini diuraikan mengenai istilah, dasar-dasar teori, rumusan dan penyusunan literatur yang menjadi sumber informasi dan berhubungan dengan perencanaan jalan Kereta Api METODOLOGI Pada bab ini diuraikan mengenai cara pencapaian tujuan tugas akhir perencanaan jalan kereta api dengan beberapa langkah PERHITUNGAN PERENCANAAN KONTRUKSI JALAN KERETA API Berisikan perhitungan perencanaan geometrik jalan KA, tubuh jalan, balas, bantalan, sambungan rel. PENUTUP Berisikan bagian penutup dari tugas akhir ini yaitu kesimpulan dan saran BAB II DASAR TEORI 10

8 BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Lintas kereta api direncanakan untuk melewatkan berbagai jumlah angkutan barang dan/atau penumpang dalam suatu jangka waktu tertentu. Perencanaan konstruksi jalan rel harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan ekonomis.secara teknis diartikan konstruksi jalan rel tersebut harus dapat dilalui oleh kendaraan rel dengan aman dengan tingkat kenyamanan tertentu selama umur konstruksinya.secara ekonomis diharapkan agar pembangunan dan pemeliharaan konstruksi tersebut dapat diselenggarakan dengan biaya yang sekecil mungkin dimana masih memungkinkan terjaminnnya keamanan dan tingkat kenyamanan. Perencanaan konstruksi jalan rel dipengaruhi oleh jumlah beban, kecepatan maksimum,beban gandar dan pola operasi.atas dasar ini diadakan klasifikasi jalan rel, sehingga perencanaan dapat dibuat secara tepat guna.( Pasal 1 Peraturan Dinas No 10). Struktur Jalan Kereta Api adalah suatu konstruksi yang direncanakan sebagai prasarana infrastruktur dalam perencanaan kereta api. Struktur jalan rel kereta api merupakan rangkaian super-struktur dan sub-struktur menjadi suatu kesatuan yang saling berhubungan untuk menerima dan mendukung pergerakan kereta api secara aman (Rosyidi, 2015) Rel merupakan satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton atau konstruksi lain yang terletak di permukaan, di bawah dan di atas tanah atau bergantung, beserta perangkatnya yang fungsinya mengarahkan jalannya kereta api. Secara teknis diartikan bahwa konstruksi jalan rel tersebut harus dapat dilalui oleh kereta api dengan aman dan nyaman selama umur konstruksinya. Selain itu rel juga mempunyai fungsi sebagai pijakan mengelindingnya roda kereta api dan meneruskan beban dari roda kereta api kepada bantalan. Sedangkan jalur rel kereta api merupakan jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel yang meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api dan ruang pengawasan jalur kereta api termasuk bagian atas dan bawahnya yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api.( Peraturan Menteri Perhubungan nomor 60 Tahun 2012 ) 11

9 2.2 Klasifikasi Jalan Karena beban gandar dibuat sama untuk setiap kelas, maka klasifikasi hanya berdasarkan kepada daya angkut lintas dan atau kecepatan maksimumnya, maka penggolongan kelas akan ditentukan oleh kecepatan maksimum.selain untuk perencanaan, klasifikasi jalan rel dapat juga di gunakan untuk menentukan siklus perawatan menyeluruh. Tabel 2.1: Klasifikasi Jalan Rel dan Siklus Perawatan Menyeluruh. Bantalan Kelas Jalan Kayu Beton I II III IV V dengan kereta penumpang VI 4 th 4 th 6 th 6 th 8 th 8 th 6 th 6 th 6 th 6 th 10 th 12 th tanpa kereta penumpang Kelas jalan rel yang ada di Indonesia dapat dibagi berdasarkan lebar jalan rel yang ada di Indonesia. Lebar jalan rel tersebut dibagi atas lebar lebar jalan rel 1067 mm dan lebar jalan rel 1435 mm. Klasifikasi kelas jalan rel tersebut mencakup daya angkut lintas pada masing-masing kelas jalan rel, kecepatan maksimum, beban gandar dan ketentuan lain untuk setiap kelas jalan rel. Masing-masing klasifikasi kelas jalan rel tersebut dijelaskan pada tabel 2.2 dan tabel 2.3. Tabel 2.2: Kelas Jalan Rel Berdasarkan Lebar Jalan Rel 1067 mm K el as I II Kap asita s Ang kur Lint as (x ton/t ahun ) 6 Jenis Kec epa Bantala n tan Beban ma Jenis Tipe ksi Gandar Jarak Pena Rel mu maksim Antar mbat m (Km/J am) um Sumbu Bantala n Beton Elastis R.60/R > cm Ganda Beton/ Elastis Kayu R.54/R cm Ganda Sumber :Tabel Penjelasan PD No.10 Perusahaan Jawatan Kereta Api III R.54/R.50/R.4 2 Beton/ Kayu/B aja Elastis 12

10 60 cm Ganda /tungg al IV Kayu / Baja Elasti s 60 cm Tung < R.42 gal Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan No.60 Tahun 2012 Tabel 2.3: Kelas Jalan Rel Berdasarkan Lebar Jalan Rel1435 mm 2 60 cm Gan da IV Beton Elas tis R.54/R. 50/R.4 60 cm Gan < da Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan No.60 Tahun Struktur Jalan Rel Perencanaan konstruksi jalan rel harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan ekonomis. Lintas kereta K el as Kapa sitas Angk ur Linta s (x ton/t ahun ) 6 Kec epa tan mak sim um (Km/J am) Beban Gandar maksim um Tipe Rel Jenis Bantal an Jarak Antar Sumbu Bantala n Jeni s Pena mba t api direncanakan untuk melewatkan berbagai jumlah angkutan barang dan/ atau penumpang dalam suatu jangka waktu tertentu. Konstruksi jalan rel merupakansuatu sistem struktur yang menghimpun komponen-komponennya seperti rel, bantalan, penambat dan lapisan fondasi serta tanah dasar secara terpadu dan disusun dalam sistem konstruksi dan analisis tertentu I Beton Elast is untuk dapat dilalui kereta api secara aman dan nyaman.secara umum jalan rel terbentuk dari > R.60/R cm Gan da dua batang rel baja yang diletakkan diatas balok-balok melintang. II Beton Elast is 2.4 Komponen Jalan Rel R.54/R cm Gan da Struktur Jalan Rel merupakan suatu konstruksi yang meliputi dari beberapa III R.54/R. 50/R.4 Beton Elast is komponen seperti tanah dasar, lapis pondasi, balas, penambat, bantalan dan rel yang tersusun, sehingga membentuk suatu 13

11 konstruksi yang aman atau dapat dilalui oleh kereta api tersebut. Struktur jalan rel dibagi ke dalam dua bagian struktur yang terdiri dari kumpulan komponen jalan rel, yaitu:struktur jalan rel dibagi ke dalam dua bagian struktur yang terdiri dari kumpulan komponen jalan rel, yaitu : Struktur Atas Jalan Rel Struktur bagian atas atau dikenal sebagai superstructure, yang merupakan bagian lintasan yang terdiri dari komponen-komponen seperti rel (rail), penambat (fastening) dan bantalan (sleeper). Penjelasan dari struktur bagian atas tersebut adalah sebagai berikut: Rel Rel merupakanbatangan baja longitudinal yang berhubungan secaralangsung, dan memberikan tuntunan dan tumpuan terhadap pergerakan roda kereta api secara berterusan. Rel ditumpu oleh bantalan-bantalan, sehingga pada saat kereta api melintasi jalan rel tekanan tegak lurus dari roda akan menyebabkan momen lentur pada rel di antara bantalan-bantalan. Selain itu, gaya arah horizontal yang disebabkan oleh gaya angin, goyangan kereta api dan gaya sentrifugal menyebabkan terjadinya momen lentur arah horizontal. Keasusan rel umumnya terjadi pada bagian kepala, oleh karenanya untuk mendapatkan umur rel yang lebih panjang, bagian kepala diperbesar. Usaha lain yang dilakukan untuk mempertahankan ketahanan terhadap aus adalah dengan memperbesar kepala rel sebagai tempat tumpuan roda kereta api. Roda kereta api yang melintas merupakan penyaluran beban yang melintas serta mengakibatkan gesekan secara konstan terhadap rel yang berisiko terhadap keausan rel. Karakteristik penampang rel kereta api sesuai dengan Perencanaan Konstruksi Jalan Rel (Peraturan Dinas No.10) dijelaskan pada tabel 2.4 Dalam pembangunan dikenai 3 macam rel yaitu (gambar 2.2): 1) Rel untuk jalan rel (jalan kereta api). Menurut beratnya rel ini dibagi menjadi 2 kelompok. a) Rel berat yaitu rel yang beratnya > 30 kg/m. b) Rel ringan yaitu rel yang beratnya <30 kg/m. 2) Rel untuk keran. 3) Rel untuk elevator. Dipilih rel tahan aus agar umur manfaat rel menjadi lebih lama, sehingga siklus penggantian rel bisa lebih 14

12 panjang.dalam klasifikasi UiC dikenal 3 macam rel tahan aus (wear resistant rails-wr), yaitu WR-A, WR B dan WR-C. Kadar C dan Mn ketiga jenis rel itu dan rel PJKA tercantum pada tabel 2.3 dan digambarkan pada gambar 2.3.Dan tabel dan gambar itu terlihat bahwa rel PJKA termasuk jenis WR-A. Waktu ini, WR-C jarang dipakai lagi, karena pada jenis ini ternyata banyak masalah yang timbul dalam penjelasan, seperti terjadinya perubahan yang besar pada struktur mikronya. Tabel 2.3: Kadar C dan Mn % W C Mn 0,60 0,80 0,75 1,30 WR - A WR - B 0,50 0,65 1,30 1,70 carbon steel). Percobaan-percobaan di laboratorium menunjukkan baja berkadar karbon tinggi lebih tahan aus daripada baja berkadar karbon sedang. Ketahanan aus, rel WR-A adalah 2 sampai 4 kali lebih baik daripada rel biasa. Keausan rel maksimum yang diizinkan diukur pada 2 arah, yaitu pada sumbu vertikal (a) dan pada arah 45 0 dari sumbu vertikal (e) (gambar 2.3). Harga e max dihitung dengan persamaan: e m a x = 0, 5 4 h ( 3. 1 ) Harga a max dibatasi oleh kedudukan kasut roda dan pelat sambungan.maksudnya adalah agar waktu a max tercapai dan aus kasut roda juga sudah maksimum, sayap kasut roda jangan samvai menumbuk pelat sambungan (gambar 2.3). WR C 0,45 1,70 LC = Low carbon PJKA 0,60 2,10 MC' = Medium carbon 0,60 0,80 0,90 1,10 HS = High carbon Ditinjau, dari kadar C-nya, WR-A termasuk jenis baja berkadar karbon tinggi (high carbon steel) dan WR-B termasuk jenis baja berkarbon sedang (medium 15

13 bergeser.pemasangan penambat rel ini yang akan nantinya menjaga kestabilan kedua batang rel, sehingga penambat ini dirancang sedemikian kokoh guna untuk menahan berat beban dan kecepatan kereta api yang tinggi. Gambar 2.3 Keausan Rel Tabel 2.4 Aus Maksimum yang diizinkan Ukuran Rel R. 42 R. 50 R. 54 R. 60 e max ( a max mm ) Kontak Roda Dan Reluic-54 I : Roda dan rel baru II : Roda baru, rel aus III : Roda aus, rel aus Penambat Rel Penambat rel adalah suatu komponen yang menambatkan rel pada bantalan sedemikian rupa, sehingga kedudukan rel adalah tetap, kokoh dan tidak Bantalan Bantalan berfungsi meneruskan beban dari rel ke balas, menahan lebar sepur dan stabilitas kearah luar jalan rel. Bantalan dapat terbuat dari kayu, baja ataupun beton.pemilihan bantalan didasarkan pada kelas yang sesuai dengan klasifikasi jalan rel Indonesia (standar jalan rel Indonesia). 1. Bantalan Kayu Bantalan kayu pada umumnya merupakan jenis kayu mutu tinggi (A) dengan kelas kuat I atau II. Jenis kayu yang biasa digunakan oleh PT Kereta Api untuk bantalan rel adalah jenis kayu jati dan kayu besi.bantalan dengan jenis kayu jati dapat bertahan 16 sampai 20 tahun bahkan lebih. Bentuk dan dimensi bantalan kayu umumnya digunakan sesuai dengan lebar sepur konstruksi jalan kereta api di Indonesia yaitu 1067 mm. Pada jalan yang lurus bantalan kayu mempunyai ukuran: 16

14 Panjang = L = mm Tinggi = t = 130 mm Lebar = b = 220 mm Bantalan kayu pada bagian tengah maupun bagian bawah rel, harus mampu menahan momen maksimum sebesar: Masalah dalam bantalan kayu, hanyalah pengawetan yang harus merata dan sempurna.selain itu syarat berikut harus dipenuhi adalah utuh dan padat, tidak bermata, tidak ada lubang bekas ulat, tidak ada tanda-tanda permulaan lapuk.untuk memperpanjang umur bantalan, antara rel dan bantalan harus dipasang pelat andas.geometri bantalan kayu Tabel 2.9 Momen Kelas Kayu Kelas Momen maksimum kayu ( Kg m ) I 800 II 530 yang dipakai pada saat ini, yaitu: i bantalan jalur lurus : 200 x 22 x 13 (PJKA) 210 x 20 x 14 (JNR) bantalan jembatan : 180 x 22 x 20 atau180 x 22 x 24 Adapun jenis kayu yang dapat dipakai Bentuk penampang melintang bantalan kayu harus berupa empat persegi panjang pada seluruh tubuh bantalan.bantalan kayu, harus memenuhi persyaratanmodulus elastisitas (E) minimum kg/cm 2.Harus mampu menahan momen maksimum sebesar 800 kg-m. Berat jenis kayu minimum = 0.9, kadar air maksimum 30%, tanpa mata kayu, retak tidak boleh sepanjang 230 mm dari ujung kayu.bantalan kayu digunakan dalam jalan rel dikarenakan bahan tersebut mudah diperoleh di Indonesia dan mudah pula dibentuk. adalah:kayu besi, k ayu jati. yang digolongkan dalam PKKI; termasuk kelas I atau II dan yang biasa dipakai oleh PJKA. 2. Perencanaan dimensi bantalan, sepenuhnya memakai teori tegangan lentur: = Jika penampang persegi: ø = Momen dihitung dengan teori balok berhingga di alas perletakan elastis ('finite beam in elastic foundation'). Momen maksimum yang dapat dipikul, dihitung 17

15 berdasarkan tegangan ijin lentur kayu, untuk mutu kayu kelas I 6r - i t = 125 kg/cm 2 dan kelas II - c - ft = 83 kg/cm Bantalan Baja Pada jalur lurus bantalan baja mempunyai ukuran: Panjang : mm Lebar atas : 144 mm Lebar bawah : 232 mm Tebal baja : minimal 7 mm Mutu baja yang dipakai untuk bantalan baja, harus memenuhi ketentuan Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI). Bantalan baja pada bagian tengah bantalan maupun pada bagian bawah rel, harus mampu menahan momen sebesar = 650 kg-m. Bentuk penampang melintang bantalan baja, harus mempunyai bentukan kait keluar pada ujung bawahnya, Bentuk penamapangmemanjang bantalan baja, harus mempunyai bentukan kait ke dalam pada ujung-ujung bawah. Gambar2.14Bantalan Baja BAB III METODOLOGI PERHITUNGAN 1.1 Metodologi Penelitian Untuk analisa penelitian, sebagai kasus yang ditinjau adalah jalur Kereta Api dengan panjang 30 km. Jalur kereta api yang dimaksud adalah jalur kereta api Muaro Kalaban Muaro Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatra Barat. 1.2 Pengumpulan Data Pada perencanaan peningkatan jalur kereta api data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang didapat dari instansi-instansi terkait Data Kontur Data kontur pada jalur kereta api adalah: 1. Elevasi awal perencanaan : 223,856 m 2. Elevasi akhir perencanaan : 186,374 m 18

16 3. Total panjang : 13 km Data Tanah Pengujian tanah di lapangan dimaksud untuk mendapatkan nilai kekuatan daya/dukung tanah setempat sehingga dapat digunakan sebagai data perencanaan untuk desain pondasi /bangunan yang sesuai dengan beban rencana. Pengujian material tanah: 1. Pengujian material tanah CBR (California BearingRatio) yaitu pengujian batas-batas konsistensi (atterberg limit) terdiri dari batas cair (liquid limit), batas plastis (Plastis Limit dan batas sudut (shrinkage limit). 2. Pengukuran batas-batas ini dilakukan secara rutin untuk sebagian besar penyelidikan yang meliputi tanah yang berbutir halus. 3. Penentuan batas-batas atterberg ini dilakukan hanya pada bagian tanah yang melalui saringan No.40. Pengujian kepadatan tanah (sand cone test) - Pemeriksaan sand cone test dilakukan sebanyak 5 (lima) titik Data Perencanaan 1. Kelas Jalan = kelas II 2. Panjang total = 13 km 3. Lebar sepur lurus = 1067 mm 4. Lebar sepur lengkung = 1087, 1082 mm 5. Beban gandar = 18 ton 6. Rel = R Bantalan = Beton Bertulang 8. Data kontur = Pengukuran Theodolit Perhitungan Geometrik Ukuran lengkung yang direncanakan berdasarkan dari kecepatan rencana yang ditinjau dari lengkung horizontal dan vertikal. Geometri yang diperhitungkan terdiri dari : 1. Pelebaran sepur 2. Lengkung lingkaran 3. Lengkung peralihan 4. Peninggian (h) 5. Kelandaian (aligment vertikal) Studi Literatur 1. Perusahaan Jawatan Kereta Api ( penjelasan peraturan perencanaan jalan rel ) 2. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM. 28 Tahun Persyaratan teknis jalur kereta api. 3. Peraturan Dinas No.10. Peraturan pelaksanaan pembangunan jalan rel Indonesia ( PPPJRI ) 19

17 BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum Pertumbuhan penduduk saat ini terus meningkat cukup tinggi sehingga menyebabkan mobilitas masa meningkat dan melebihi kapasitas prasarana yang telah ada.untuk itu perlu adanya moda transportasi yang bebas hambatan salah satunya transportasi yang bergerak di atas rel. Dalam perencanaan jalur Muaro Kalaban Muaro ini terlebih dahulu dibahas data eksisting dari kondisi jalur rel, kondisi struktur jalan rel untuk kemudian dijadikan analisa jalur tunggal. Stasiun Tanjung Ampalu Km Perhitungan Dimensi Rel Karena beban gandar dibuat sama untuk setiap kelas, maka klasifikasinya hanya didasarkan kepada daya angkut lintas dan atau kecepatan maksimumnya, maka penggolongan kelas akan ditentukan oleh kecepatan maksimum Perhitungan Dimensi Rel Rel dianggap sebagai suatu balok tidak terhingga panjangnya, dengan pembebanan beban terpusat dan ditumpu oleh struktur dengan modulus elastisitas jalan rel ( track stiffness ) k 4.2 Kondisi Existing Lokasi wilayah studi berada diantara stasiun Muaro Kalaban Muaro Sijunjung yaitu pada Km s.d Km lintas ini merupakan akses jalur antar Lintas Sumatra nantinya yang menghubungkan dengan provinsi Riau. Lokasi studi ini nantinya akan melewati beberapa stasiun yaitu : Stasiun Muaro Kalaban Km Stasiun Padang Sibusuk Km Gambar 4.1Perhitungan Dimensi Rel Persamaan dari: Y = 20

18 M = k = Modulus elastisitas jalan rel = 180 kg/cm² dumping factor = I x = momen inersial rel pada sumbu x-x E = modulus elastisitas rel = 2.1 x 10 6 kg/cm² P d = beban dinamis roda M = o Jika cos x 1 sin x 1 = o x 1 = x = = M maksimum, jika = 1, Mo = = = 0,318 P d x 1 BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.3 Tinjauan Umum Pertumbuhan penduduk saat ini terus meningkat cukup tinggi sehingga menyebabkan mobilitas masa meningkat dan melebihi kapasitas prasarana yang telah ada.untuk itu perlu adanya moda transportasi yang bebas hambatan salah satunya transportasi yang bergerak di atas rel. Dalam perencanaan jalur Muaro Kalaban Muaro ini terlebih dahulu dibahas data eksisting dari kondisi jalur rel, kondisi struktur jalan rel untuk kemudian dijadikan analisa jalur tunggal. 4.4 Kondisi Existing Lokasi wilayah studi berada diantara stasiun Muaro Kalaban Muaro Sijunjung yaitu pada Km s.d Km lintas ini merupakan akses jalur antar Lintas Sumatra nantinya yang menghubungkan dengan provinsi Riau. Lokasi studi ini nantinya akan melewati beberapa stasiun yaitu : Stasiun Muaro Kalaban Km Stasiun Padang Sibusuk Km Stasiun Tanjung Ampalu Km Perhitungan Dimensi Rel Karena beban gandar dibuat sama untuk setiap kelas, maka klasifikasinya hanya didasarkan kepada daya angkut lintas dan atau kecepatan maksimumnya, maka penggolongan kelas akan ditentukan oleh kecepatan maksimum. 21

19 4.4.2 Perhitungan Dimensi Rel Rel dianggap sebagai suatu balok tidak terhingga panjangnya, dengan pembebanan beban terpusat dan ditumpu oleh struktur dengan modulus elastisitas jalan rel ( track stiffness ) k E = modulus elastisitas rel = 2.1 x 10 6 kg/cm² P d = beban dinamis roda M = o Jika cos x 1 sin x 1 = o x 1 = x = = M maksimum, jika = 1, Mo = = = 0,318 P d x 1 Perhitungan Transformasi beban roda yang dinamis ke statis ekuivalen memakai persamaan talbot. Gambar 4.1Perhitungan Dimensi Rel Persamaan dari: Y = M = k = Modulus elastisitas jalan rel = 180 kg/cm² dumping factor = Kelas jalan : II V rencanaa Tekanan gandar : 110 km/jam : 18 ton Rel : R 54 P d = P + 0,01 P (v-5); V dalam mil/jam P d = [9000+0, ( - 5)] kg = 14702,8 kg. I x = momen inersial rel pada sumbu x-x 22

20 = = 0,0098 Q = =0,786 cm -1 = =0,786 Mo= = = ,4 kg cm. σ = Q Q netral. dimana = jarak tepi bawah rel ke garis Gambar 4.2Perhitungan Dimensi Bantalan Di mana : beban dinamis roda S : jarak bantalan M 1 = 0,85 Mo akibat super posisi beberapa gandar. Dengan R-54 kelas II maka beban ke bantalan jika jarak bantalan 60 cm. x x. I x = momen inersia terhadap sumbu X 1 = = = 80,14 cm. σ = kg/cm² σ = 1035,52 kg/cm² < 1325 kg/cm² (syarat JNR) Perhitungan Dimensi Bantalan Beban merata pada tepi bawah rel yang membebani bantalan: p = kyo ; (yo = lenturan maksimum). Yo = = = 0,393 Super posisi dari beberapa gandar;beban ke bantahan menjadi Q = 0,786. P d. 60/80,14 = 0,59 P d Q = 60%. P d = 10164,18 kg. Bantalan beton yang digunakan: Dipakai data-data bantalan beton dari salah satu bantalan beton produksi dalam negri : Dipakai baja prategang sebanyak 18 buah dengan diameter 5,08 mm tegangan putus16000kg,/cm 2 Pada saat kondisi transfer = 70 % kapasitas maksimum P initial = 18 x 2270,24 kg. 23

21 4.4.4 Analisa Tegangan 1. Tahap pratekan awal Bawah rel : Sisi atas : σ = = = 85,84 kg/cm 2 ( 200 kg/cm 2 ) Sisi bawah : σ = = 93,12 kg/cm 2 ( 200 kg/cm 2 ) a. Kondisi tegangan: a. h normal = 6 = 19,2 20 mm b. besar ordinat Y1 = = = m c. peninggian h min = ( ) = = 17, mm pada h min = V min = = = = 38 Km / jam panjang minimum lengkung peralihan lh = h. V = = 8 m ordinat lengkung peralihan min Y = = 85,48 = 0,924 m e + P i 93,12 Gambar 4.3Analisa Tegangan 4.5 Perhitungan Lengkung Horizontal Awal lengkung Km Akhir lengkung Panjang lengkung 62 m R = 500 V = 40 km / jam Perhitungan : Gambar : 4.11 lengkung Km s/d

22 SinG 5.1 kesimpulan Gambar 4.11 Peninggian ( h ) normal Km s/d Perencanaan Lengkung Vertikal Panjang lengkung vertikal berupa busur lingkaran yang menghubungkan dua kelandaian lintas yang berbeda, ditentukan berdasarkan besarnya jari-jari lengkung vertikal, perbedaan kelandaian. Dan besarnya jari-jari lengkung vertikal minimum bergantung kepada kecepatan rencana. R = Gambar 4.12 Perencanaan Lengkung Vertikal BAB V h normal = 20 mm STA = 100 m ym = mm ym = 1,97 Cos Gy G R = KESIMPULAN DAN SARAN mm Berdasarkan hasil dari perencanaan jalan rel baru dalam tugas akhir ini yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Jalur rel yang direncakan dari Km s/d dengan satu sepur. 2. Struktur jalan rel dan komponen yang direncakan berdasarkan peraturan dinas PJKA dan peraturan mentri perhubungan 3. Desain geometri jalan rel meliputi alinemen vertikal dan horizontal. 4. Struktur yang digunakan didapatkan sebagai berikut : Rel digunakan R 54 Lebar sepur : 1067 mm Jarak bantalan beton : 60 cm Beban gandar : 18 ton Tebal balas bawah bantalan : 30 cm Kebutuhan bantalan beton 1067 : btg saran Demi kesempurnaan dari penulisan laporan Tugas Akhir ini, penulis mencoba 25

23 memberikan saran saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini kedepannya. Adapun saran saran tersebut sebagaimana berikut : 1. Perlu tinjauan ulang desain lengkung vertikal dan horizontal untuk memperhatikan perlintasan. 2. Perlu adanya perhitungan wesel, penambat dan emplasemen 3. Dalam perencanaan jalur baru perlu adanya perhitungan tanah dasar sebagai pondasi 4. Diharapkan pada setiap perlintasan antara jalan rel kereta api dengan jalan raya agar dibuat tidak sebidang ( dibuat underpass/flay over). DAFTAR PUSTAKA Pd-10- Perencanaan Kontruksi jalan rel, PM no 28 tahun 2011, Perusahaan Jawatan kereta Api, 26

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA STA PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA STA PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA 104+000- STA 147+200 PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU Vicho Pebiandi 3106 100 052 Dosen Pembimbing Ir. Wahyu Herijanto,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038)

ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038) ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038) Wilton Wahab 1 * dan Sicilia Afriyani 2 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (014) 1-5 1 PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN Aria Dwipa Sukmana, Budi Rahardjo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO- PROBOLINGGO

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO- PROBOLINGGO PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO- PROBOLINGGO Oleh, RIFCHI SULISTIA ROSADI 3109100066 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya -Krian

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya -Krian Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya - Krian DISUSUN OLEH ARIA DWIPA SUKMANA 3109100012 DOSEN PEMBIMBING BUDI RAHARDJO, ST, MT. JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan komponen struktur jalan rel dan kualitas rel yang baik berdasarkan standar yang berlaku di

Lebih terperinci

TUGAS PERENCANAAN JALAN REL

TUGAS PERENCANAAN JALAN REL TUGAS PERENCANAAN JALAN REL Pebriani Safitri 21010113120049 Ridho Fauzan Aziz 210101131200050 Niken Suci Untari 21010113120104 Aryo Bimantoro 21010113120115 BAB I Pendahuluan Latar Belakang Maksud Tujuan

Lebih terperinci

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. 1 Mengikat rel, sehingga lebar sepur terjaga Meneruskan beban dari rel ke lapisan balas Menumpu batang rel agar tidak melengkung ke bawah saat dilewati rangkaian KA 2 Kayu Beton

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalur Kereta Api

BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalur Kereta Api BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalur Kereta Api Perencanaan jalan rel merupakan suatu konstruksi yang direncanakan sebagai prasarana atau infrastruktur perjalanan kereta api. Struktur jalan rel merupakan

Lebih terperinci

BAB III STRUKTUR JALAN REL

BAB III STRUKTUR JALAN REL BAB III STRUKTUR JALAN REL 1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mengetahui definisi, fungsi, letak dan klasifikasi struktur jalan rel dan

Lebih terperinci

KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Struktur Jalan Rel Struktur Atas Struktur Bawah Struktur jalan rel adalah struktur elastis dengan pola distribusi beban yang rumit

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para

BAB III LANDASAN TEORI. Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Interaksi Sistem Kegiatan Dan Jaringan Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para perencana transportasi adalah sebagai berikut: 1. Memahami cara kerja

Lebih terperinci

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (S-1) pada Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB IV PEMBEBANAN PADA STRUKTUR JALAN REL

BAB IV PEMBEBANAN PADA STRUKTUR JALAN REL BAB IV PEMBEBANAN PADA STRUKTUR JALAN REL 1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mengetahui prinsip pembebanan yang bekerja pada struktur jalan

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 5 : Bantalan OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi bantalan dalam konstruksi jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan tipe bantalan serta penggunaan yang tepat sesuai

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO-PROBOLINGGO

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO-PROBOLINGGO JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) 1 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO-PROBOLINGGO Rifchi Sulistia Rosadi, Anak Agung Gde Kartika Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DESAIN GEOMETRIK, STRUKTUR BESERTA PERKIRAAN BIAYA PERENCANAAN JALAN REL SEBAGAI ALTERNATIF TRANSPORTASI ANGKUTAN TAMBANG PASIR DI KABUPATEN LUMAJANG

DESAIN GEOMETRIK, STRUKTUR BESERTA PERKIRAAN BIAYA PERENCANAAN JALAN REL SEBAGAI ALTERNATIF TRANSPORTASI ANGKUTAN TAMBANG PASIR DI KABUPATEN LUMAJANG JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (01) 1-6 1 DESAIN GEOMETRIK, STRUKTUR BESERTA PERKIRAAN BIAYA PERENCANAAN JALAN REL SEBAGAI ALTERNATIF TRANSPORTASI ANGKUTAN TAMBANG PASIR DI KABUPATEN LUMAJANG Dodik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Khusus Pembangunan jalur dan stasiun Light Rail Transit akan dilaksanakan menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan jalur layang (Elevated) dengan

Lebih terperinci

KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM SAMPAI DENGAN KM ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA

KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM SAMPAI DENGAN KM ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM 109+635 SAMPAI DENGAN KM 116+871 ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA DOUBLE TRACK GEOMETRIC INVESTIGATION FROM KM 109+635 UNTIL KM 116+870 BETWEEN CIGANEA

Lebih terperinci

Perencanaan Lengkung Horizontal Jalan Rel Kandangan-Rantau Provinsi Kalimantan Selatan

Perencanaan Lengkung Horizontal Jalan Rel Kandangan-Rantau Provinsi Kalimantan Selatan Rekaracana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2016 Perencanaan Lengkung Horizontal Jalan Rel Kandangan-Rantau Provinsi Kalimantan Selatan NURMAN NUGRAHA 1,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Moda transportasi kereta api dalam menjalankan fungsinya sebagai salah satu moda transportasi untuk orang dan barang mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.2. JENIS PEMBANGUNAN JALAN REL

BAB I PENDAHULUAN 1.2. JENIS PEMBANGUNAN JALAN REL BAB I PENDAHULUAN 1.1. PERENCANAAN JALAN REL Lintas kereta api direncanakan untuk melewatkan berbagai jumlah angkutan barang dan atau penumpang dalam suatu jangka waktu tertentu. Perencanaan konstruksi

Lebih terperinci

KULIAH PRASARANA TRANSPORTASI PERTEMUAN KE-8 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL

KULIAH PRASARANA TRANSPORTASI PERTEMUAN KE-8 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL KULIAH PASAANA TANSPOTASI PETEMUAN KE-8 PEENCANAAN GEOMETIK JALAN EL 1. Standar Jalan el A. KETENTUAN UMUM Segala ketentuan yang berkaitan dengan jenis komponen jalan rel di dalam perencanaan geometrik

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) 1 PERENCANAAN PENGAKTIFAN KEMBALI JALUR REL KERETA API LINTAS ALTERNATIF CIREBON-KADIPATEN STA 0+100-8+700 MENGGUNAKAN MODA TRANSPORTASI

Lebih terperinci

BAB I KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANAN NYA

BAB I KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANAN NYA BAB I KOMPONEN STRUKTUR JALAN DAN PEMBEBANAN NYA 1.1 STRUKTUR JALAN Struktur jalan rel adalah struktur elastis, dengan pola distribusi beban yang cukup rumit, sebagai gambaran adalah tegangan kontak antara

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 38 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Pada tahap kegiatan desain teknis ini, akan dilakukan analisis dan perhitungan lanjut yang lebih komprehensif dan mendalam yang ditujukan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi jalan raya terjadi banyak kerusakan, polusi udara dan pemborosan bahan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi jalan raya terjadi banyak kerusakan, polusi udara dan pemborosan bahan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu sistem yang menggerakkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, menggunakan kendaraan, kereta api, pesawat

Lebih terperinci

PENGUJIAN BANTALAN BETON UNTUK TRACK JALAN KERETA API SEPUR 1435 MM MENGGUNAKAN STANDAR UJI AREMA

PENGUJIAN BANTALAN BETON UNTUK TRACK JALAN KERETA API SEPUR 1435 MM MENGGUNAKAN STANDAR UJI AREMA Pengujian Bantalan Beton untuk Track Jalan Kereta Api (Dwi Purwanto) PENGUJIAN BANTALAN BETON UNTUK TRACK JALAN KERETA API SEPUR 1435 MM MENGGUNAKAN STANDAR UJI AREMA Dwi Purwanto Abstract This paper discuss

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian atau studi yang direncanakan berada di jalur kereta api Lintas Muara Enim Lahat, yaitu dimulai dari Stasiun Muara Enim (Km 396+232) sampai

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 8 ketentuan umum jalan rel OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan persyaratan umum dalam desain jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan beberapa pengertian kecepatan kereta api terkait

Lebih terperinci

BAB X PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL

BAB X PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL BAB X PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL 1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mengetahui kriteria yang perlu diperhatikan untuk merencanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rencana Jaringan Kereta Api di Pulau Sumatera Tahun 2030 (sumber: RIPNAS, Kemenhub, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rencana Jaringan Kereta Api di Pulau Sumatera Tahun 2030 (sumber: RIPNAS, Kemenhub, 2011) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) 2030 telah direncanakan program jangka panjang pembangunan Trans Sumatera Railways yang membentang dari Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melalui tahapan tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. melalui tahapan tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Metodologi yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini akan dipaparkan melalui tahapan tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut : MULAI DATA KONSTRUKSI

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Tabel 3.1. Kelas jalan rel lebar jalan rel 1067 mm

BAB III LANDASAN TEORI. Tabel 3.1. Kelas jalan rel lebar jalan rel 1067 mm A. Struktur Jalan el BAB III LANDASAN TEOI Struktur jalan rel adalah suatu kontruksi jalan sebagai prasarana atau inrastruktur dalam struktur perjalanan kereta api, seperti yang tertuang pada Peraturan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JALUR KERETA API ANTARA STASIUN DUKU DENGAN BANDARA INTERNASIONAL MINANG KABAU

PERENCANAAN JALUR KERETA API ANTARA STASIUN DUKU DENGAN BANDARA INTERNASIONAL MINANG KABAU PERENCANAAN JALUR KERETA API ANTARA STASIUN DUKU DENGAN BANDARA INTERNASIONAL MINANG KABAU Devi Cita Harminda,Hendri Warman, Lusi Utama. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas

Lebih terperinci

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR Telah disebutkan bahwa pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal sebagai wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat 1. Kondisi Eksisting Stasiun Lahat Stasiun Lahat merupakan stasiun yang berada di Jl. Mayor Ruslan, Kelurahan Pasar Baru,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran: BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API 3.1. Kerangka Berpikir Dalam melakukan penelitian dalam rangka penyusunan tugas akhir, penulis melakukan penelitian berdasarkan pemikiran: LATAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam mendistribusikan penumpang dan barang antar suatu tempat. Kelebihan

Lebih terperinci

Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat

Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2018 Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat MUHAMMAD FAISHAL, SOFYAN TRIANA Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti dibawah ini. Gambar 2.1. Komponen Jembatan 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu merupakan suatu bahan mentah yang didapatkan dari pengolahan pohon pohon yang terdapat di hutan. Kayu dapat menjadi bahan utama pembuatan mebel, bahkan dapat menjadi

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL PEENCANAAN GEOMETI JALAN EL Dasar prencanaan Geometri jalan rel: Kecepatan rencana dan ukuran kereta/lok yang akan melewatinya dengan memperhatikan faktor keamanan, kenyamanan, ekonomi dan keserasian dengan

Lebih terperinci

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi Kasus Obyek studi kasus untuk penulisan Tugas Akhir ini adalah Perencanaan Jalan Tol Kertosono Mojokerto, Surabaya yang berada pada provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

PERENCANAAN JALAN REL KERETA API

PERENCANAAN JALAN REL KERETA API PERENCANAAN JALAN REL KERETA API BAB 1 PENDAHULUAN A. JALAN KERETA API SECARA UMUM Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan

Lebih terperinci

REL. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

REL. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. REL Nursyamsu Hidayat, Ph.D. 1 Rel Rel pada jalan rel mempunyai fungsi sebagai pijakan menggelindingnya roda kereta api dan untuk meneruskan beban dan roda kereta api kepada bantalan Rel berguna untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Jalan 2.1.1 Istilah Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : 1. Jalan adalah prasarana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas umum,yang berada pada permukaan tanah, diatas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun Menurut (Utomo 2009), pada tata letak jalur stasiun (emplasemen) yang terdiri dari jalan jalan rel yang tersusun dari sedemikian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Desain konstruksi jalur rel kereta api harus direncanakan sesuai dengan persyaratan teknis, dengan harapan mampu memberikan desain yang optimal dan dapat dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Pendahuluan JEMBATAN GELAGAR BAJA BIASA Untuk bentang sampai dengan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalan Rel Struktur jalan rel merupakan suatu konstruksi yang direncanakan sebagai prasarana atau infrastruktur perjalanan kereta api. Konsep struktur jalan rel adalah

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. STRUKTUR JALAN REL Struktur jalan rel merupakan suatu konstruksi yang direncanakan sebagai prasarana atau infrastruktur perjalanan kereta api. Konsep struktur jalan rel adalah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Tata letak jalur stasiun terdiri atas jalan jalan rel yang tersusun sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya. Penggambaran skema

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS GERBONG a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beban Lalu Lintas Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan gaya tekan pada sumbu kendaraan. Gaya tekan sumbu selanjutnya disalurkan ke permukaan perkerasan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu : BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu : 1. Kayu Bangunan Struktural : Kayu Bangunan yang digunakan untuk bagian struktural Bangunan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Perkembangan Teknologi Jalan Raya Sejarah perkembangan jalan dimulai dengan sejarah manusia itu sendiri yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB VII BANTALAN REL

BAB VII BANTALAN REL BAB VII BANTALAN REL 1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mengetahui pengertian, fungsi, bentuk dan sifat bantalan rel untuk struktur jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prasarana Kereta Api Berdasarkan UU No.23 tentang perkeretaapian, prasarana kereta api adalah jalur dan stasiun kereta api termasuk fasilitas yang diperlukan agar sarana kereta

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Pada tahap kegiatan desain teknis ini, akan dilakukan analisis dan perhitungan lanjut yang lebih komprehensif dan mendalam yang ditujukan untuk melakukan desain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional Peran perkeretaapian dalam penggerak utama perekonomian nasional telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan

Lebih terperinci

Kuliah Prasarana Transportasi Kode MK.CEC 611 Kuliah Minggu Ke-2 STRUKTUR JALAN REL DAN POLA DISTRIBUSI BEBAN

Kuliah Prasarana Transportasi Kode MK.CEC 611 Kuliah Minggu Ke-2 STRUKTUR JALAN REL DAN POLA DISTRIBUSI BEBAN Kuliah Prasarana Transportasi Kode MK.CEC 611 Kuliah Minggu Ke-2 STRUKTUR JALAN REL DAN POLA DISTRIBUSI BEBAN OUTLINES KULIAH 1. Struktur Jalan Rel a. Pengertian Struktur Jalan Rel b. Kriteria Struktur

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Geometrik Lalu Lintas Perencanan geometrik lalu lintas merupakan salah satu hal penting dalam perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan geometrik

Lebih terperinci

PERANCANGAN GEOMETRI JALAN REL MENGGUNAKAN BENTLEY MXRAIL

PERANCANGAN GEOMETRI JALAN REL MENGGUNAKAN BENTLEY MXRAIL Reka Racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2014 PERANCANGAN GEOMETRI JALAN REL MENGGUNAKAN BENTLEY MXRAIL GIGA NOVAGUSNI 1, SOFYAN TRIANA 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dan jenis wesel yang umum digunakan di Indonesia Mahasiswa dapat menjelaskan standar pembuatan bagan wesel dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Kondisi Stasiun Eksisting Stasiun Cicalengka merupakan stasiun yang berada pada lintas layanan Cicalengka-Nagreg-Lebakjero, terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat dapat dikatakan baik apabila transportasi tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat dapat dikatakan baik apabila transportasi tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Transportasi memiliki hubungan yang erat dengan jangkauan dan lokasi kegiatan manusia, barang-barang,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Berdasarkan Peraturan Menteri No. 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api, menjelaskan bahwa jalur

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG SUMPIUH - BANYUMAS

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG SUMPIUH - BANYUMAS III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1. PENDAHULUAN Proses perencanaan yang terstruktur dan sisitematis diperlukan untuk menghasilkan suatu karya yang efektif dan efisien. Pada jembatan biasanya dirancang menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan pengetahuan tentang perencanaan suatu bangunan berkembang semakin luas, termasuk salah satunya pada perencanaan pembangunan sebuah jembatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lebar Jalan Rel Lebar jalan rel adalah jarak minimum kedua ii kepala rel yang diukur pada 0-14 mm dibawah permukaan terata rel. Berdaarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS DISTRIBUSI BEBAN KERETA API PADA KONSTRUKSI TIMBUNAN JALUR KERETA API

ANALISIS DISTRIBUSI BEBAN KERETA API PADA KONSTRUKSI TIMBUNAN JALUR KERETA API ANALISIS DISTRIBUSI BEBAN KERETA API PADA KONSTRUKSI TIMBUNAN JALUR KERETA API Imam Muthohar Fakultas Teknik UGM Jln. Grafika 2, Kampus UGM, Yogyakarta, 55281 Telp: (0274) 545675 imuthohar@mstt.ugm.ac.id;

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK SEMINAR TUGAS AKHIR JULI 2011 MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK Oleh : SETIYAWAN ADI NUGROHO 3108100520

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN UMUM Pada tahap kegiatan desain teknis ini, akan dilakukan analisis dan perhitungan lanjut yang lebih komprehensif dan mendalam yang ditujukan untuk melakukan

Lebih terperinci

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Lintas Cirebon Kroya Koridor Prupuk Purwokerto BAB I PENDAHULUAN

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Lintas Cirebon Kroya Koridor Prupuk Purwokerto BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan perkembangan penduduk maka semakin banyak diperlukan penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang baik untuk melancarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Jembatan adalah sebuah struktur konstruksi bangunan atau infrastruktur sebuah jalan yang difungsikan sebagai penghubung yang menghubungkan jalur lalu lintas pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Supriyadi (1997) jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu ajalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 4 : Penambat rel dan balas PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 4 : Penambat rel dan balas PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 4 : Penambat rel dan balas OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dari komponen penambat dan balas Mahasiswa dapat menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari jenis penambat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Moda kereta api berperan untuk menurunkan biaya logistik nasional, karena daya angkutnya yang besar akan menghasilkan efisiensi

Lebih terperinci

WESEL (SWITCH) Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

WESEL (SWITCH) Nursyamsu Hidayat, Ph.D. WESEL (SWITCH) Nursyamsu Hidayat, Ph.D. 1 Fungsi Wesel Wesel merupakan pertemuan antara beberapa jalur (sepur), dapat berupa sepur yang bercabang atau persilangan antara 2 sepur. Fungsi wesel adalah untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK. 516/KA. 604/DRJD/2002 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK. 516/KA. 604/DRJD/2002 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK. 516/KA. 604/DRJD/2002 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN BANTALAN BETON MONOBLOK DENGAN PROSES PRETENSION DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Menimbang

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

DESAIN JALAN REL UNTUK TRANSPORTASI BATU BARA RANGKAIAN PANJANG (STUDI KASUS: SUMATERA SELATAN)

DESAIN JALAN REL UNTUK TRANSPORTASI BATU BARA RANGKAIAN PANJANG (STUDI KASUS: SUMATERA SELATAN) DESAIN JALAN REL UNTUK TRANSPORTASI BATU BARA RANGKAIAN PANJANG (STUDI KASUS: SUMATERA SELATAN) Tilaka Wasanta 1 1 Universitas Katolik Parahyangan Email: tilakaw@unpar.ac.id ABSTRAK Transportasi merupakan

Lebih terperinci

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir Tugas Akhir PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS KEDIRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM BUSUR BAJA Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : 3109100096 Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

Geometri Jalan Rel. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Geometri Jalan Rel. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Geometri Jalan Rel Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Geometri Jalan Rel Meliputi bentuk dan ukuran jalan rel, pada arah memanjang-melebar, yang meliputi lebar sepur, kelandaian, lengkung horizontal dan vertikal,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai

GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai BAB II GAMBARAN UMUM GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) Bab dua berisi sejarah serta perkembangannya, visi, misi, struktur organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Lebih terperinci

Dimana : g = berat jenis kayu kering udara

Dimana : g = berat jenis kayu kering udara 1. TEGANGAN-TEGANGAN IZIN 1.1 BERAT JENIS KAYU DAN KLAS KUAT KAYU Berat Jenis Kayu ditentukan pada kadar lengas kayu dalam keadaan kering udara. Sehingga berat jenis yang digunakan adalah berat jenis kering

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI JEMBATAN

PEMILIHAN LOKASI JEMBATAN PEMILIHAN LOKASI JEMBATAN 1. DIPILIH LINTASAN YANG SEMPIT DAN STABIL. ALIRAN AIR YANG LURUS 3. TEBING TEPIAN YANG CUKUP TINGGI DAN STABIL 4. KONDISI TANAH DASAR YANG BAIK 5. SUMBU SUNGAI DAN SUMBU JEMBATAN

Lebih terperinci

BAB II PERATURAN PERENCANAAN

BAB II PERATURAN PERENCANAAN BAB II PERATURAN PERENCANAAN 2.1 Klasifikasi Jembatan Rangka Baja Jembatan rangka (Truss Bridge) adalah jembatan yang terbentuk dari rangkarangka batang yang membentuk unit segitiga dan memiliki kemampuan

Lebih terperinci