Subhan Aristiadi R
|
|
- Doddy Tedjo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 VI. PEMBAHASAN Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur (Winarno, 1992). Protein adalah senyawa organik kompleks yang mengandung asam amino yang terikat satu sama lain melalui ikatan peptida. Protein mengandung atom karbon, oksigen, nitrogen, dan sulfur. Kandungan protein dalam bahan pangan bervariasi, baik dalam jumlah maupun jenisnya. Bahan pangan hewani, leguminose, dan serealia umumnya mengandung protein yang tinggi (Kusnandar, 2010). Meskipun kandungan protein dalam jaringan tanaman kurang dari 1 % dari berat bahan segar, namun mempunyai peranan penting yaitu sebagai unsur struktural membran sel dan sebagai biokatalisator (Tranggono, 1990). Protein merupakan salah satu makromolekul yang penting dalam bahan pangan. Oleh karena itu, disamping perlu memahami struktur protein dan peranannya dalam produk pangan, baik sebagai sumber gizi maupun karena sifat fungsionalnya, maka perlu diketahui juga bagaimana cara penetapan (analisisnya). Analisis protein penting untuk keperluan pelabelan gizi, mengetahui sifat fungsional dan penentuan sifat biologis protein. Analisis protein juga perlu dilakukan untuk mengetahui kandungan total protein dari suatu bahan pangan, jumlah protein tertentu dalam suatu campuran, kandungan protein hasil dari suatu isolasi dan purifikasi protein, kandungan non-protein nitrogen, komposisi asam amino dan nilai gizi protein (Andarwulan, 2011). Analisis protein cukup kompleks disebabkan terdapat komponenkomponen pangan lain yang memiliki sifat fisika-kimia yang mirip yang dapat memengaruhi pengukuran. Sebagai gambaran, nitrogen bukan hanya terdapat pada protein, tetapi juga pada komponen non-protein, seperti asam amino bebas, peptida berukuran kecil, asam nukleat, fosfolipid, gula amin, porfirin, dan beberapa vitamin, alkaloid, asam urat, urea, dan ion amonium. Dengan demikian, total nitrogen organik dari bahan pangan bukan hanya berasal dari protein, tetapi juga ada sebagian kecil dari komponen-komponen non-protein yang mengandung nitrogen yang ikut terukur. Tergantung pada metode analisis yang digunakan,
2 komponen pangan lainnya, seperti lipid dan karbohidrat, dapat memengaruhi hasil analisis pangan (Andarwulan, 2011). Terdapat banyak metode analisis penetapan protein yang telah dikembangkan. Prinsip dasar dari penetapan protein ini berbeda-beda. Ada penetapan protein yang berdasarkan pada pengukuran kadar nitrogen total, ikatan peptide, asam amino aromatik, kapasitas pengikatan zat warna, sifat absorpsi sinar ultraviolet oleh protein dan sifat light scattering. Di dalam memilih metode analisis mana yang akan digunakan, perlu mempertimbangkan jenis contoh yang akan dianalisis, tujuan analisis, faktor sensitivitas, akurasi, ketelitian, kecepatan dan biaya analisis. Disamping itu, terdapat prosedur analisis untuk penetapan sifat fungsional protein, seperti mengukur kemampuan protein dalam mengikat air, membentuk gel, mengikat lemak sebagai emulsifier, membentuk buih, dan sebagainya (Andarwulan, 2011). Kadar protein bahan dan produk pangan dapat ditentukan dengan berbagai jenis metode analisis. Diantara metode analisis protein yang sering digunakan adalah metode Kjeldahl, metode Biuret, metode Lowry, metode pengikatan zat warna dan metode titrasi formol (Andarwulan, 2011). Pada praktikum kali ini dilakukannya penetapan kadar protein dengan menggunakan metode Kjeldahl dan metode Biuret. 6.1 Penentuan Kadar Protein Metode Kjeldahl Metode Kjeldahl yang telah dikembangkan untuk menganalisis contoh protein dengan kandungan protein sangat kecil (mikrogram). Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Akan tetapi secara teknis hal ini sulit sekali dilakukan dan mengingat jumlah kandungan senyawa lain selain protein dalam bahan biasanya sangat sedikit, maka penentuan jumlah N total ini tetap dilakukan untuk mewakili jumlah protein yang ada. Dasar perhitungan penentuan protein menurut Kjeldahl ini adalah penelitian dan pengamatan yang menyatakan bahwa umumnya protein alamiah mengandung unsur N rata-rata 16% (dalam protein murni). Untuk senyawa-senyawa protein tertentu yang telah diketahui kadar unsur N-nya, maka angka yang lebih tepat dapat dipakai (Sudarmadji, 2010). Oleh karena itu, untuk mengubah dari kadar
3 nitrogen ke dalam kadar protein, digunakan angka konversi sebesar 100/16 atau 6,25. Namun demikian, untuk beberapa jenis bahan pangan faktor konversi yang digunakan berbeda (tabel 5.1). Tabel Faktor yang Digunakan untuk Konversi Nitrogen menjadi Protein Jenis pangan X (% N dalam Faktor konversi F protein) (100/X) Campuran 16,00 6,25 Daging 16,00 6,25 Maizena 16,00 6,25 Roti, gandum, makaroni, bakmi 16,00 6,25 Susu dan produk susu 15,66 6,38 Tepung 17,54 5,70 Telur 14,97 6,68 Gelatin 18,02 5,55 Kedelai 17,51 5,71 Beras 16,81 5,95 Kacang tanah 18,32 5,46 (Sumber : Andarwulan, 2011) Dalam penetapan protein metode Kjeldahl, contoh yang akan dianalisis harus dihancurkan (destruksi) dahulu secara sempurna sehingga seluruh karbon dan hidrogen teroksidasi dan nitrogen diubah menjadi amonium sulfat. Proses penghancuran ini dilakukan dengan menambahkan asam kuat pekat (asam sulfat) ke dalam contoh dan proses pemanasan pada suhu tinggi sehingga dihasilkan larutan berwarna jernih yang mengandung amonium sulfat. Untuk mempercepat proses penghancuran ini, ditambahkan juga katalisator. Selanjutnya didistilasi, distilat ditampung ke dalam beaker yang berisi larutan asam borat. Ion borat ini kemudian dititrasi dengan menggunakan asam standar. Hasil yang diperoleh merupakan kandungan protein kasar. Dalam analisis juga diperlukan contoh blanko yang akan digunakan sebagai faktor koreksi dalam perhitungan kadar protein (Andarwulan, 2011). Prosedur Kjeldahl dapat dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu :
4 1. Tahap penghancuran (destruksi) 2. Netralisasi dan distilasi 3. Titrasi Pada praktikum kali ini sampel yang akan ditentukan kadar proteinnya adalah Beras kacang merah, beras kacang hijau, kopi arabika, kornet dan susu UHT. Pertama hal yang harus dilakukan pada praktikum kali ini yaitu fasa destruksi. Pada fasa destruksi ini timbang sampel sebanyak ± 0,1 gram, kemudian masukkan dalam labu Kjeldahl. Tambahkan 0,9 gram K 2 SO 4, 0,4 g HgO, dan 2 ml H 2 SO 4, didihkan sampai cairan menjadi jernih. Penambahan asam sulfat pekat ini untuk memanaskan sampel sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO 2 dan H 2 O, sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH 4 ) 2 SO 4. Tahap ini sangat penting, karena akan membebaskan nitrogen dari contoh. Penambahan HgO yaitu agar proses penghancuran ini berjalan sempurna dan berjalan cepat, sedangkan penambahan K 2 SO 4 sebagai katalisator dapat menaikkan titik didih asam sulfat, sehingga destruksi berjalan cepat. Setiap 1 gram K 2 SO 4 dapat menaikkan titik didih 3 C. Suhu destruksi berkisar antara C. Reaksi yang terjadi selama proses destruksi adalah sebagai berikut : HgO + H 2 SO 4 HgSO 4 + H 2 O 2HgSO 4 Hg 2 SO 4 + SO 2 + 2O n Hg 2 SO 4 + 2H 2 SO 4 2HgSO 4 + 2H 2 O + SO 2 (CHON) + O n + H 2 SO 4 CO 2 + H 2 O + (NH 4 ) 2 SO 4 Proses destruksi sudah selesai apabila larutan menjadi berwarna hijau bening. Agar analisa lebih tepat, maka pada tahap destruksi ini dilakukan pula perlakuan blanko yaitu untuk koreksi adanya senyawa N yang berasal dari reagensia yang digunakan.
5 Gambar Rangkaian alat untuk proses destruksi pada penetapan protein metode Kjeldahl (Sumber : Andarwulan, 2011) Setelah dilakukannya destruksi, lalu dilakukannya netralisasi dan destilasi. Pertama bilas dengan akuades untuk memastikan bahwa tidak ada larutan hasil destruksi yang tertinggal, masukkan dalam alat destilasi. Pada alat destilasi dibawah kondensor kemudian dipasang erlenmeyer yang berisi 15 ml larutan H 3 BO 3 3% dan 3 tetes indikator metil merah. Tambahkan 10 ml NaOH ke dalam alat destilasi, lalu dilakukan distilasi sehingga tertampung dalam alat kira-kira 150 ml destilat dalam erlenmeyer. Setelah tertampung sekitar 150 ml, dilakukannya uji lakmus. Apabila warna tidak berubah, maka proses destilasi telah selesai. Pada tahap destilasi, penambahan NaOH digunakan menetralkan asam sulfat. Dengan adanya larutan NaOH ini, maka ammonium sulfat dipecah menjadi gas amoniak (NH 3 ). Melalui proses destilasi, gas amoniak ini kemudian akan menguap dan ditangkap oleh asam borat (H 3 BO 3 ) membentuk NH 4 H 2 BO 3. Reaksi yang terjadi selama proses netralisasi dan destilasi adalah sebagai berikut : (NH 4 ) 2 SO NaOH Na 2 SO H 2 O + 2 NH 3 2 NH H 3 BO 3 2 NH 4 H 2 BO 3 Tahap selanjutnya dilakukannya titrasi dengan menggunakan HCl 0,01 N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda bening sehingga asam borat terlepas kembali dan terbentuk amonium klorida. Jumlah asam klorida yang digunakan untuk titrasi setara dengan jumlah gas NH 3 yang dibebaskan dari proses distilasi. Dengan prinsip stokiometri, maka akan diperoleh kesetaraan 1 mol HCL = 1 mol N = 14 g N. Reaksi yang terjadi selama proses titrasi sebagai berikut :
6 2 NH 4 H 2 BO HCl 2 NH 4 Cl + 2 H 3 BO 3 Penggabungan tahap reaksi selama proses distilasi dan titrasi, persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi : 2 NH HCl 2 NH 4 Cl Penetapan yang sama juga dilakukan untuk blanko yang akan digunakan sebagai faktor koreksi dalam perhitungan. Perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut : ( ) ( ) Keterangan : N HCl = 0,02 N Ar N = 14,007 ( ) Keterangan : faktor konversi = 100/ (% N dalam protein contoh). Faktor konversi tergantung dari jenis contoh dan dapat menggunakan informasi pada tabel 6.1. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut. Data di atas menunjukkan bahwa yang memiliki kadar protein paling besar pada kopi arabika (kelompok 8)sebesar 13,44% sedangkan yang paling kecil pada susu UHT (kelompok 5) sebesar 2,93%. Kacang-kacangan mempunyai kandungan protein 2,9 8,2 % dari berat bahan segarnya dan sebagian besar protein ini dalam bentuk simpanan, sehingga hasil pengamatan untuk beras kacang merah dan hijau sudah sesuai dengan literature. Kedelai seringkali mempunyai kandungan protein lebih dari 40 % atas dasar berat bahan keringnya. Menurut literatur kadar protein yang paling besar berbeda dengan hasil percobaan. Kadar protein yang paling besar yaitu pada kacang kedelai. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa terjadi variasi antara kadar protein sampel hasil perhitungan pada praktikum ada yang tidak terlalu jauh berbeda, namun ada juga yang tidak sesuai dengan literatur. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu jenis sampel yang digunakan memungkinkan berbeda
7 dengan sampel yang digunakan oleh Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI). Angka yang dihasilkan dari pengamatan dengan literatur sangat berbeda kontaminasi dari bahan lain pada peralatan dimana peralatan tersebut mengandung N sehingga total N yang di analisis bukan dari sampel saja tapi juga dari kontaminan serta ketidaktelitian praktikan yang membuat hasil akhirnya menjadi berbeda. Hasil akhir titrasi yang terlalu pekat atau melebihi volume merupakan salah satu faktor berbedanya hasil dengan literatur. Selain itu pada metode Kjeldhal nitrogen yang dihitung merupakan nitrogen total pada bahan sehingga sumber nitrogen yang bukan berasal dari protein juga ikut terhitung. Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara Kjeldahl ini disebut sebagai kadar protein kasar (crude protein) karena terikut senyawaan N bukan protein, misalnya urea, asam nukleat, ammonia, nitrat, nitrit, asam amino, amida, purin, dan pirimidin (Sudarmadji dkk., 1996). Hal tersebut merupakan salah satu kekurangan dari metode Kjeldhal. Kelebihan metode Kjeldhal adalah bisa diterapkan pada semua bahan pangan, relatif sederhana, dan murah. Kelebihan dari metode Kjeldahl ini dapat digunakan untuk analisis protein semua jenis bahan pangan. Prosedur penetapannya tidak membutuhkan biaya mahal dan hasilnya cukup akurat. Salah satu kelemahan dari metode Kjeldahl adalah metode ini mengukur bukan hanya nitrogen pada protein, tetapi juga nitrogen dalam protein menjadi sangat penting untuk digunakan sebagai faktor konversi dalam perhitungan. 6.2 Penentuan Kadar Protein Metode Biuret Metode Biuret merupakan salah satu cara yang terbaik untuk menentukan kadar protein suatu larutan. Dalam larutan basa, Cu2+ akan membentuk kompleks dengan ikatan peptida suatu protein, sehingga menghasilkan warna ungu yang dapat didentifikasi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm. Absorbansi ini berbanding langsung dengan kosentrasi protein dan tidak tergantung jenis protein karena seluruh protein pada dasarnya mempunyai jumlah ikatan peptida yang sama persatuan berat. Sebelum praktikum dilakukan sebaiknya dilakukan dulu preparasi sampel. Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini seharusnya berbentuk cair, apabila padat maka harus diberi beberapa perlakuan terlebih dahulu. Sampel harus
8 diblender dan dihancurkan, lalu ditambahkan air lalu saring dan disentrifuge supernatant (soluble protein), perhatikan faktor pengencerannya. Jika cairan sudah berupa larutan protein maka persiapan selanjutnya cukup dengan pengenceran secukupnya. Namun apabila campuran masih keruh, maka harus ditambahkan 1 ml TCA 10%, TCA berfungsi untuk menghilangkan zat-zat pengotor yang dapat mengganggu reaksi, terutama fenol atau gula. Setelah itu disentifuge dan TCA dapat mendenaturasi protein yang mengendap. Lalu tambahkan 2 ml etil eter yang berfungsi untuk menghilangkan sisa-sisa TCA yang ada pada endapan protein. Setelah itu disentrifuge kembali dan dilakukan prosedur selanjutnya untuk melakukan penentuan kadar protein dengan menggunakan pereaksi biuret. Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan adalah telur puyuh, telur bebek, susu steril, susu pasteurisasi, sari kacang hijau, telur ayam kampung, telur ayam negeri, susu UHT, yoghurt, dan sari kacang kedelai. Setelah itu ditambahkan 6 ml pereaksi biuret. Setelah itu gojok-gojok dan diamkan pada suhu kamar selama 10 menit (warna ungu), lalu ukur absorbansinya pada 540 nm. Hitung kadar protein dalam sampel dengan kurva standar. Setelah itu masukkan kembali sampel albumin 0,5 ml kedalam 6 tabung reaksi yang masing-masing ditambahkan larautan protein standar atau BSA sebanyak 0,1 ml, 0,2 ml, 0,4 ml, 0,6 ml, 0,8 ml dan 1 ml. Pemilihan standard protein merupakan penentu keberhasilan analisis kuantitatif. Bovine Serum Albumin (BSA) adalah protein yang umum digunakan sebagai standard dalam penetapan kadar protein. BSA banyak dipilih karena tingkat kemurniannya yang tinggi dan harganya relatif murah. Selain keenam tabung reaksi tersebut juga harus dibuat blanko, yaitu tabung reaksi yang hanya berisi larutan protein standar/ BSA dan air yang berfungsi sebagai standar. Blanko berwarna biru muda dan semakin banyak jumlah yang dimasukkan kedalam sampel, maka warna larutan akan semakin menjadi tua. Setelah itu masing-masing tabung reaksi dimasukkan air sebanyak 4 ml dan 6 ml pereaksi biuret, lalu campur merata. Setelah itu simpan tabung reaksi pada suhu kamar selama 30 menit, seharusnya lebih baik disimpan pada suhu 37 C agar reaksi yang terjadi bisa lebih cepat. Pada perlakuan ini terjadi reaksi albumin dengan perekasi biuret membentuk senyawa kompleks yang
9 berwarna ungu. Reaksi yang terjadi adalah ikatan peptida pada protein berekasi dengan Cu2+ dalam alkalinitas untuk membentuk warna ungu dengan absorbansi maximum λ=540 nm asam amino dan ion-ion Cu 2+ dari senyawa kompleks berwarna biru. Metode ini tepat untuk produk tepung-tepungan, gandum, darah, dan anggur. Berikut ini adalah reaksinya: Protein + (CuSO4 + +NaOH 20 %) biru lembayung/ungu. Setelah terbentuk warna ungu sempurna ukur absorbansinya 540 nm dan buat kurva. Namun pada metode ini ada hal-hal yang mengganggu percobaan ini diantaranya adalah adanya urea (mengandung gugus -CO-NH-) dan gula preduksi yang bereaksi dengan Cu 2+. Metode penentuan kadar protein dengan menggunakan pereaksi biuret hampir sama dengan penentuan kadar protein dengan metode lowry, sama-sama menggunakan CuSO4 hanya saja reagennya berbeda. Pada lowry harus ditambahkan asam fosfomolibdat dan asam fosfotungstat yang akan direduksi oleh tiroksin dan triptofan yang membentuk warna biru dengan absorbansi 650 nm. Namun lowry mempunyai kelamahan yang sangat fatal. Kelemahannya terletak pada tiroksin dan triptofan yang menjadi dasar untuk menentukan kandungan protein pada makanan, namun pada dasarnya triptofan dan tiroksin bisa tidak sesuai dengan kadungan protein yang ada pada beberapa jenis produk pangan dan mengacaukan hasil akhir. Dari hasil juga bisa diketahui bahwa nilai a yang didapat sebesar 0,0218, nilai b adalah 0,0013 sehingga di dapat nilai y = 00,0218 x + 0,0013. Jika nilai r yang didapat adalah satu atau mendekati satu maka nilai yang didapat sudah cukup akurat. Dari literatur yang ada, nilai protein yang terkandung dalam albumin putih telur adalah sebanyak %.
10 VII. KESIMPULAN Dalam praktikum kali ini dapat diambil beberapa kesimpulan Faktor yang menyebabkan ketidaktepatan hasil pengamatan dengan literatur adalah kontaminasi dari bahan lain pada peralatan dimana yang mengandung N, hasil akhir titrasi yang terlalu pekat atau melebihi volume, dan berbagai kesalahan praktikan lainnya. Kelebihan dari metode Kjeldahl ini dapat digunakan untuk analisis protein semua jenis bahan pangan. Prosedur penetapannya tidak membutuhkan biaya mahal dan hasilnya cukup akurat. Kelemahan dari metode Kjeldahl adalah metode ini mengukur bukan hanya nitrogen pada protein, tetapi juga nitrogen dalam protein menjadi sangat penting untuk digunakan sebagai faktor konversi dalam perhitungan. Metode penentuan kadar protein dengan menggunakan pereaksi biuret hampir sama dengan penentuan kadar protein dengan metode lowry, samasama menggunakan CuSO4 hanya saja reagennya berbeda. Dalam larutan basa, Cu 2+ akan membentuk kompleks dengan ikatan peptida suatu protein, sehingga menghasilkan warna ungu yang dapat didentifikasi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm. Reaksi yang terjadi adalah ikatan peptida pada protein berekasi dengan Cu 2+ dalam alkalinitas untuk membentuk warna ungu dengan absorbansi maximum λ=540 nm asam amino dan ion-ion Cu 2+ dari senyawa kompleks berwarna biru.
11 DAFTAR PUSTAKA Andarwulan, Nuri Analisis Pangan. Penerbit : Dian Rakyat, Jakarta. Buckle KA et.al Ilmu Pangan. Purnomo H, Adiono, penerjemah. Terjemahan dari Food Science. Jakarta: UI Press. Dennison, C., 2002, A Guide to Protein Isolation, Kluwer Academic Publishers, New York. K. Mahmud, Mien dkk Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI). Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Kusnandar, Feri Kimia Pangan Komponen Makro. Penerbit : Dian Rakyat, Jakarta. Poedjiadi, Anna & Titin Supriyatin Dasar-Dasar Biokimia edisi revisi. UI Press:Jakarta Romanoff, Romanoff The Avian Eds. NY: John Wiley&Sons. Sudarmaji, Bambang Haryono, & Suhardi Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.Liberty:Yogyakarta Sudarmadji, Slamet Analis Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit : Liberty, Jakarta. Tranggono, Setiaji B., Suhardi, Sudarmanto, Y. Marsono, Agnes Murdianti, Indah S.U., dan Suparmo. Biokimia Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan gizi, UGM. Winarno, F.G Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
12
ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1
ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan
Lebih terperinciPENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE KJELDAHL
PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE KJELDAHL 1. Tujuan Percobaan - Mahasiswa dapat melakukan analisis kadar protein dalam suatu bahan pangan - Mahasiswa dapat mengetahui kadar protein dalam bahan 2.
Lebih terperinciPENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE KJELDAHL
PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE KJELDAHL 1. Tujuan Percobaan - Mahasiswa dapat melakukan analisis kadar protein dalam suatu bahan pangan - Mahasiswa dapat mengetahui kadar protein dalam bahan 2.
Lebih terperincilaporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret
laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret V.1 HASIL PENGAMATAN 1. TELUR PUYUH BJ = 0,991 mg/ml r 2 = 0,98 VOLUME BSA ( ml) y = 0,0782x + 0,0023 KONSENTRASI ( X ) 0,1 0,125 0,010 0,2 0,25
Lebih terperinciAnalisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.
Analisa Protein Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu memahami prinsip dasar berbagai metode analisa protein Mahasiswa mampu memilih metode yang tepat untuk mengukur
Lebih terperinciBahan kimia : * Asam sulfat pekat 98%, Asam borat 2 % Natrium salisilat, Natrium nitroprusida, Natrium hypokhlorida, Natrium hidroksida, Kalium hidrog
Senyawa nitrogen yang terdapat didalam tumbuhan, sebagian besar adalah protein. Protein terdiri dari 50-55% unsur karbon, 6-8% hidrogen, 20-23% oksigen, 15-18% nitrogen dan 2-4 % sulfur. Protein rata-rata
Lebih terperinciTEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XVIII PENGUJIAN BAHAN SECARA KIMIAWI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU
Lebih terperinciBAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. senyawa lain selain protein dalam bahan biasanya sangat sedikit, maka penentuan
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Protein Metode Kjeldahl Dalam penentuan protein cara Kjeldahl ini, kandungan unsur N yang didapatkan tidak hanya berasal dari protein saja. Mengingat jumlah kandungan
Lebih terperinciPENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL
1 PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL I. TUJUAN PERCOBAAN Menjelaskan prinsip penentuan kadar nitogen atau protein dalam cuplikan dengan metoda mikro kjeldahl secara benar dan jelas.
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) UJI PROTEIN DINDA FARRAH DIBA 1. Dr. rer.nat
Lebih terperinciCara uji kimia - Bagian 4: Penentuan kadar protein dengan metode total nitrogen pada produk perikanan
Standar Nasional Indonesia Cara uji kimia - Bagian 4: Penentuan kadar protein dengan metode total nitrogen pada produk perikanan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B
Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Kandungan air dalam suatu bahan perlu diketahui untuk menentukan zatzat gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut. Kadar air dalam pangan dapat diketahui melakukan
Lebih terperinci2. ANALISIS PROTEIN. 1. Pendahuluan
2. ANALISIS PROTEIN 1. Pendahuluan Protein merupakan polimer asam amino. Ada puluh asam amino yang berbeda merupakan penyusun protein alami. Protein dibedakan satu sama lain berdasarkan tipe, jumlah dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Ayam Pakan merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan,ataupun bahan lain yang diberikan kepada ternak. Pakan tersebut diberikan kepada ayam dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian pengaruh konsentrasi larutan tawas terhadap protein terlarut dan kandungan asam amino pada ikan tongkol adalah melalui eksperimen di bidang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1
Lebih terperinciLAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN
LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN Nama : Ade Tria NIM : 10511094 Kelompok : 4 Shift : Selasa Siang Nama Asisten : Nelson Gaspersz (20512021) Tanggal Percobaan
Lebih terperincidimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)
Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciANALISA KUANTITATIF TERHADAP PROTEIN DAN ASAM AMINO
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA ANALISA KUANTITATIF TERHADAP PROTEIN DAN ASAM AMINO Oleh: Nama : Ai Rikani NIM : 1147020004 Kelompok : II (Dua) Kelas : Biologi 3 - A Tanggal praktikum : 26 Oktober 2015 Tanggal
Lebih terperinciBAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai POM di Gorontalo, Jalan Tengah, Toto
BAB III TEKNIK PELAKSANAAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan di Balai POM di Gorontalo, Jalan Tengah, Toto Selatan, Bone Bolango Gorontalo selama dua bulan, mulai dari Tanggal
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari
Lebih terperinciPENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI
K E L O M P O K 4 PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI L/O/G/O www.themegallery.com Pend. Kimia Rombel 3 1 2 Vepy Iandasari 46 Gustiyani Eka. S 48 3 4 Anggun Dwi Astiningsih 49 Nurul Anggi Ayuningtias
Lebih terperinciR E A K S I U J I P R O T E I N
R E A K S I U J I P R O T E I N I. Tujuan Percobaan Memahami proses uji adanya protein (identifikasi protein) secara kualitatif. II. Teori Dasar Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,
Lebih terperinciKADAR ABU & MINERAL. Teti Estiasih - THP - FTP - UB
KADAR ABU & MINERAL 1 PENDAHULUAN Analisis kadar abu penting untuk bahan atau produk pangan Menunjukkan kualitas seperti pada teh, tepung, atau gelatin Merupakan perlakuan awal untuk menentukan jenis mineral
Lebih terperinciLampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah
30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)
Lebih terperinciAHP MINGGU KE-3. Prof. Simon B W Ph.D.
AHP MINGGU KE-3 Prof. Simon B W Ph.D. TOTAL PROTEIN PRINSIP: BHN ORGANIK DIDESTRUKSI DGN H2SO4, TERBENTUK NH4SO4, LAR. DIDESTILASI DLM NaOH, UAP NH3 DITANGKAP ASAM BORAT, NITROGEN DLM LAR. DITETAPKAN DGN
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis
L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk kedalam jenis penelitian eksperimen
24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk kedalam jenis penelitian eksperimen karena dilakukan percobaan dengan menyimpan kista artemia pada suhu yang
Lebih terperinciSTUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN
Jurnal Sains Kimia Vol 10, No.1, 2006: 40 45 STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN Emma Zaidar
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos
LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengujian Balai Besar Teknologi
Lebih terperincix100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)
LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006) Prosedur pengujian daya serap air: 1. Sampel biskuit dihancurkan dengan menggunakan mortar. 2. Sampel
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di
23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,
31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :
Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat produk yang diperoleh dengan
Lebih terperinciMETODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat
12 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2012. Penelitian dilakukan di Laboratorium Karakterisasi Bahan Baku Hasil Perairan (preparasi
Lebih terperinciMATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecap Kecap merupakan pelengkap makanan dan masakan, yang hampir setiap hari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecap Kecap merupakan pelengkap makanan dan masakan, yang hampir setiap hari dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat di negara kita. Namun, kini kecap semakin populer di dunia,
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Alat alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss alat destruksi Kjeldahl 250ml - - alat destilasi uap - - - labu destruksi
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010
LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM Kelompok 10 Delis Saniatil H 31113062 Herlin Marlina 31113072 Ria Hardianti 31113096 Farmasi 4B PRODI
Lebih terperinciBAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Bahan baku yang digunakan adalah limbah padat industri kecap yang berasal dari Industri Kecap cap angsa Jalan Meranti No. 12 Medan dan kaki serta
Lebih terperinciANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih
ANALISIS KARBOHIDRAT Analisis Zat Gizi Teti Estiasih 1 Definisi Ada beberapa definisi Merupakan polihidroksialdehid atau polihidroksiketon Senyawa yang mengandung C, H, dan O dengan rumus empiris (CH2O)n,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Umbi bawang dayak segar, simplisia, keripik, metanol, etanol, etilasetat, heksan, air destilata, toluen, H 2 SO 4 pekat, H 2 BO 3 3%, NaOH-5%, Na 2 S 2
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan
Lebih terperinciANALISA PROTEIN DAN ZAT PENGAWET (NITRAT DAN NITRIT) DALAM SOSIS DAGING SAPI SIAP SAJI
ANALISA PROTEIN DAN ZAT PENGAWET (NITRAT DAN NITRIT) DALAM SOSIS DAGING SAPI SIAP SAJI Roslinda Rasyid 1, Yuli anita 2, dan Krisyanella 2 1 Universitas Andalas, Padang 2 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi STIFARM,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. varietas unggul dapat mencapai 40-43%. Kebutuhan protein sebesar 55 gram per
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kedelai Kedelai merupakan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting perananya dalam kehidupan. Kedelai mengandung 35% protein sedangkan pada varietas unggul dapat
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah jagung pipil kering dengan varietas Pioneer 13 dan varietas Srikandi (QPM) serta bahanbahan kimia yang
Lebih terperinciA = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)
LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )
41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO
Lebih terperinciI. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein
I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein II. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Menganalisis unsur-unsur yang menyusun protein 2. Uji Biuret pada telur III. DASAR
Lebih terperinciProtein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan
A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciLampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)
LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara
Lebih terperinciPRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON
SEMINAR HASIL PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON OLEH : FITHROTUL MILLAH NRP : 1406 100 034 Dosen pembimbing : Dra. SUKESI, M. Si. Surabaya, 18 Januari 2010 LATAR BELAKANG
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinci1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.
57 Lampiran I. Prosedur Analisis Kimia 1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). Timbang contoh yang telah berupa serbuk atau bahan yang telah dihaluskan sebanyak 1-2 g dalam botol timbang
Lebih terperinciUji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis
Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN
LAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN Dosen Pengasuh : Drs. H. Hardiansyah, M. Si Dra. Noorhidayati, M. Si Asisten : Istiqamah Muhammad Robbi Febian Oleh: Widya Rizky Amalia A1C211018
Lebih terperinciJURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik
Paraf Asisten Judul JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu senyawa organik
Lebih terperinciKADAR PROTEIN KISTA ARTEMIA CURAH YANG DIJUAL PETAMBAK KOTA REMBANG DENGAN VARIASI SUHU PENYIMPANAN. Endang Triwahyuni Maharani 1 Yusrin 2
KADAR PROTEIN KISTA ARTEMIA CURAH YANG DIJUAL PETAMBAK KOTA REMBANG DENGAN VARIASI SUHU PENYIMPANAN Endang Triwahyuni Maharani 1 Yusrin 2 1, 2.. FakultasIlmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis
Lebih terperinciIsolation and Characterization of Rice Bran Protein Using NaOH Solution
Isolation and Characterization of Rice Bran Protein Using NaOH Solution Akyunul Jannah Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Email: akyunul_jannah2008@yahoo.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam tubuh protein menempati 1/6 dari berat tubuh manusia. Zat ini memegang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein adalah zat makanan yang sangat penting bagi tubuh manusia. Di dalam tubuh protein menempati 1/6 dari berat tubuh manusia. Zat ini memegang peranan penting sebagai
Lebih terperinciPENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A
PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016
Lebih terperinciLAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Reaksi Perubahan Warna Uji Protein)
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA (Reaksi Perubahan Warna Uji Protein) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA I. PROTEIN A. REAKSI UJI PROTEIN 1. PENGENDAPAN PROTEIN OLEH GARAM-GARAM
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Pacet-
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Pacet- Cibeureum. Sampel yang diambil berupa tanaman CAF. Penelitian
Lebih terperinciBab III Bahan dan Metode
Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong
Lebih terperinciUji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak
Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak Bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari harus mengandung nutrient yang diperlukan tubuh. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan nutrient
Lebih terperinciI. Tujuan Menentukan kadar protein dalam sampel putih telur ayam ras dengan metoda Lowry.
I. Tujuan Menentukan kadar protein dalam sampel putih telur ayam ras dengan metoda Lowry. II. Prinsip Reduksi Cu 2+ menjadi Cu + oleh asam amino aromatik dalam protein. Ion Cu + bersama dengan Fosfotungsat
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak
21 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak dilaksanakan pada Mei 2013 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan
Lebih terperinciPEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI
MAKALAH PENELITIAN PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI Oleh : Arnoldus Yunanta Wisnu Nugraha L2C 005 237
Lebih terperinciSUPARJO Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Univ. Jambi PENDAHULUAN
SUPARJO jatayu66@yahoo.com Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Univ. Jambi PENDAHULUAN P enyediaan bahan pakan pada hakekatnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ternak akan zat-zat makanan.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian pengaruh konsentrasi larutan tawas terhadap kandungan protein, nitrogen terlarut, dan kandungan nitrogen non protein pada ikan tongkol adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran
Lebih terperinciI. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika
Lebih terperinciHubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan
STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga
Lebih terperinciRINGKASAN PENDAHULUAN
TEKNIK PENGENCERAN ANALISIS PROTEIN KASAR METODE KJELDAHL DENGAN MARKHAM STILL DALAM BAHAN PAKAN Kata kunci : Tekntk pengenceran, metode Kjeldahl Heny Hendrayati Dan Surayah Askar Balai Penelitian Ternak,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Untuk mengetahui kinerja adsorpsi arang aktif-bentonit pada aroma susu kedelai, dilakukan penelitian di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,
Lebih terperinciBiota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung.
III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13-21 Januari 2014 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 s/d juni 2014. Lokasi penelitian dilaksanakan di perkebunan PT. Asam Jawa Kecamatan Torgamba, Kabupaten
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA
LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 17 Oktober 2013 Nama Mahasiswa : 1. Nita Andriani Lubis 2. Ade Sinaga Tujuan Praktikum : Teori 1. Mengetahui pembuatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab
Lebih terperinciKadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis. 1. Kadar Air (AOAC, 1999) Sebanyak 3 gram sampel ditimbang dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobot keringnya. tersebut selanjutnya dikeringkan dalam oven
Lebih terperinciBAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Selatan, Bone Bolango Gorontalo selama dua bulan, mulai bulan Maret sampai
BAB III TEKNIK PELAKSANAAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan di Balai POM Gorontalo, Jalan Tengah, Toto Selatan, Bone Bolango Gorontalo selama dua bulan, mulai bulan Maret sampai
Lebih terperinciMETODELOGI PENELITIAN. dan Teknologi Pangan, Laboratorium kimia, dan Laboratorium Biomedik Fakultas
III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan membeli sampel bakso pada beberapa pedagang bakso Malang yang ada di sekitar kampus III Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinci