LAMPIRAN Lampiran 1. Pertanyaan Kunci

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAMPIRAN Lampiran 1. Pertanyaan Kunci"

Transkripsi

1 58 LAMPIRAN Lampiran 1. Pertanyaan Kunci 1. Identitas Responden : tempat & tanggal pelakanaan, nama, jenis kelamin, usia, fakultas. 2. Minat terhadap Produk yang Sudah Tersedia di Pasaran : kesukaan terhadap produk buah kering (dried fruit) 3. Minat terhadap Produk sale pisang : kesukaan terhadap produk sale pisang 4. Karakteristik Produk sale pisang : tekstur, bentuk, ukuran, warna, rasa, aroma, umur simpan, alami, dan nilai gizi.

2 59 Lampiran 2. Kuisioner Survei Utama KUISIONER Tempat dan Tanggal Pelaksanaan : Identitas Responden Nama : Usia : Jenis kelamin : L / P Fakultas : Minat terhadap Produk Apakah Anda mengetahui / mengenal buah kering? a. Ya b. Tidak Apakah Anda menyukai produk buah kering? a. Ya b. Tidak Apakah Anda mengetahui produk sale pisang? a. Ya b. Tidak Variasi Produk Produk sale pisang yang Anda inginkan : a. Sale pisang alami b. Manisan kering pisang Karakteristik Produk 1. TEKSTUR Seberapa kering produk sale pisang yang Anda sukai? a. Kering b. Agak basah c. Basah d... Bagaimana permukaan produk sale pisang yang Anda harapkan? a. Tidak lengket b. Lengket Seberapa empuk produk sale pisang yang Anda sukai? a. Keras b. Agak keras c. Empuk

3 60 Seberapa kenyal produk sale pisang yang Anda sukai? a. Sangat Kenyal b. Kenyal c. Agak Kenyal d. Tidak kenyal 2. BENTUK Bentuk produk sale pisang seperti apa yang Anda sukai? a. Utuh b. Potong 3. UKURAN Seberapa besar ukuran produk sale pisang yang Anda harapkan? a. Besar (± 10 cm) b. Sedang (± 7,5 cm) c. Kecil (± 5 cm) 4. WARNA Bagaimana warna produk sale pisang yang Anda sukai? a. Sangat coklat c. Kuning kecoklatan e. Sangat kuning b. Coklat d. Kuning 5. RASA Apakah Anda menghendaki rasa asli dari buah pisang tetap ada? a. Ya b. Tidak Bagaimana rasa produk sale pisang yang Anda sukai? a. Manis b. Manis-Asam c. Asam d AROMA Apakah Anda mnghendaki aroma asli dari buah pisang tetap dipertahankan? a. Ya b.tidak 7. TAHAN LAMA Seberapa lama katahanan produk sale pisang yang Anda harapkan? 0-3 bulan b. 3-6 bulan c. 6-9 bulan d bulan e ALAMI Apakah Anda menghendaki adanya penambahan senyawa pemanis buatan, pewarna, essence (penguat aroma) maupun senyawa sejenis lainnya sehingga dihasilkan penampilan yang lebih menarik?

4 61 a. Ya b. Tidak 9. NILAI GIZI Seberapa penting kandungan gizi dalam produk sale pisang yang dihasilkan? a. Sangat penting b. Penting c. Tidak penting Kandungan gizi apa yang ingin Anda pertahankan pada produk sale pisang? a. Karbohidrat b. Protein c. Mineral d.... Pilihlah 4 karakteristik produk sale pisang yang Anda anggap penting, kemudian berilah peringkat 1 4, dengan asumsi 1 = kurang penting dan 4 = terpenting. a. Tekstur [ ] b. Warna [ ] c. Bentuk [ ] d. Ukuran [ ] e. Rasa [ ] f. Aroma [ ] g. Tahan lama [ ] h. Alami [ ] i. Nilai Gizi [ ] j.... [ ] TERIMA KASIH G B U

5 62 Lampiran 3. Hasil Survei Utama Tabel 1. Pengenalan dan Minat Responden Terhadap Produk Pengenalan dan Minat Responden Nilai Presentase (%) Mengenal buah kering Ya Tidak 0 0 Menyukai buah kering Ya Tidak Mengetahui sale pisang Ya Tidak 0 0 Tabel 2. Variasi Produk Variasi Produk Persentase (%) Nilai Sale pisang Manisan kering pisang Tabel 3. Hasil Analisa Parameter dan Karakteristik Sale Pisang Parameter Persentase Karakteristik Produk Nilai Produk (%) Tekstur Kekeringan Kering Agak basah Basah 0 0 Kelengketan Kering 4 8 Lengket Kekerasan Keras 4 8 Agak keras Empuk Kekenyalan Sangat kenyal 0 0 Kenyal Agak kenyal Tidak kenyal 0 0 Bentuk Utuh Ukuran Warna Potong Kecil Sedang Besar Sangat coklat Coklat Kuning kecoklatan

6 63 Rasa Aroma Umur Simpan Alami Gizi Kuning Sangat kuning Ya Tidak Manis Manis-asam Asam Ya Tidak 0-3 bulan 3-6 bulan 6-9 bulan 9-12 bulan Ya Tidak Sangat penting Penting Tidak penting Karbohidrat Protein Mineral Vitamin Tabel 4. Parameter Produk Sale Pisang Parameter Produk Nilai Persentase (%) Rasa Tekstur Gizi Warna Alami 45 9 Aroma 44 9 Bentuk 24 5 Tahan lama 18 4 Ukuran 13 3

7 64 Lampiran 4. Peta QFD Fase I RELATIONSHIP 1. RASA ASLI PISANG a. Rasa asli pisang >< Evaluasi rasa secara sensori Untuk mengetahui karakteristik suatu bahan pangan (manis, asam, pahit, asin) dapat dilakukan analisa sensori kepada beberapa panelis. b. Rasa asli pisang >< Kadar air Semakin banyak air yang hilang pada bahan pangan menyebabkan rasa asli pisang menurun 2. RASA MANIS a. Rasa manis >< Kadar sakarosa Kadar sakarosa yang tinggi dalam bahan pangan menunjukkan rasa yang semakin menis pada bahanpangan b. Rasa manis >< Evaluasi rasa secara sensori Untuk mengetahui karakteristik suatu bahan pangan (manis, asam, pahit, asin) dapat dilakukan analisa sensori kepada beberapa panelis. c. Rasa manis >< Evaluasi warna secara sensori Pisang yang matang memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga jika dikeringkan cepat mengalami browning d. Rasa manis >< Evaluasi warna dengan kromameter Pisang yang matang memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga jika dikeringkan cepat mengalami browning e. Rasa manis >< Analisa tekstur kekenyalan dengan TA Semakin manis sale pisang maka semakin kenyal. Karena semakin banyak karbohidrat maka gula dan pati semakin banyak. f. Rasa manis >< Kadar air Semakin rendah kadar air dalam bahan pangan maka rasa manis semakin pekat karena terkonsentrasi g. Rasa manis >< Analisa karbohidrat

8 65 Semakin banyak gula maka karbohidrat semakin tinggi karena gula merupakan karbohidrat. 3. WARNA COKLAT a. Warna coklat >< Kadar sakarosa - Banyaknya kadar sakarosa dalam sale pisang dapat menimbulkan terjadinya reaksi browning yang menyebabkan warna coklat. b. Warna coklat >< Evaluasi warna secara sensoris - Dapat digunakan untuk mengukur karakteristik warna secara subyektif. c. Warna coklat >< Evaluasi warna dengan kromameter - Dapat digunakan untuk mengukur karakteristik warna secara objektif. d. Warna coklat >< Kadar air - Selama proses pengeringan terjadi penurunan kadar air dan perubahan warna 4. TEKSTUR AGAK BASAH a. Tekstur agak basah >< Kadar sakarosa Kadar sakarosa yang tinggi menunjukkan banyaknya air yang terikat dalam bahan pangan sehingga tekstur yang dihasilkan lebih basah b. Tekstur agak basah >< Evaluasi rasa secara sensori Semakin kering bahan pangan, maka rasa manis semakin terasa karena konsentrasinya semakin tinggi c. Tekstur agak basah >< Evaluasi warna secara sensori Semakin gelap warna sale pisang menunjukkan tesktur yang semakin kering karena proses pemanasan (pengeringan) yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi browning maupun reaksi karamelisasi, dimana dapat dilihat berdasarkan analisa warna secara sensori. d. Tekstur agak basah >< Evaluasi warna dengan kromameter Semakin gelap warna sale pisang menunjukkan tesktur yang semakin kering karena proses pemanasan (pengeringan) yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi browning maupun reaksi karamelisasi, dimana dapat dilihat berdasarkan analisa warna dengan kromameter. e. Tekstur agak basah >< ukuran sale pisang Semakin tebal pisang membutuhkan waktu pengeringan yang cukup lama sehingga tekstur cenderung agak basah

9 66 f. Tekstur agak basah >< Analisa tekstur kekerasan dengan TA Semakin kering sale pisamg yang dihasilkan maka tingkat kekerasan semakin tinggi g. Tekstur agak basah >< Analisa tekstur kelengketan dengan TA Semakin kering sale pisang menyebabkan tingkat kelengketan yang semakin rendah karena semakin sedikitnya kadar air dalam sale pisang. h. Tekstur agak basah >< Analisa tekstur kekenyalan dengan TA Semakin kering sale pisang menyebabkan tingkat kekenyalan yang semakin rendah (tidak kenyal) i. Tekstur agak basah >< Analisa tekstur secara sensori : Kering atau tidaknya suatu bahan dapat diketahui melalui analisa sensoris kepada beberapa panelis dengan menggunakan indera peraba. j. Tekstur agak basah >< Kadar air : Semakin rendah kadar air sale pisang, maka tekstur sale pisang semakin kering k. Tekstur agak basah >< Analisa Karbohidrat : Semakin kering produk sale pisang maka karbohidrat semakin terkonsentrasi. 5. TEKSTUR LENGKET a. Tekstur lengket >< Kadar sakarosa Semakin tinggi kadar sakarosa pada sale pisang maka permukaan sale pisang semakin lengket karena adanya reaksi karamelisasi. b. Tekstur lengket >< Analisa tekstur kelengketan dengan TA Untuk mengetahui tingkat kelengketan sale pisang dapat dilakukan dengan analisa tekstur yang bersifat objektif dengan menggunakan texture analyzer. c. Tekstur lengket >< Analisa tekstur secara sensori Uji sensori oleh panelis dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kelengketan sale pisang dengan menggunakan indera peraba d. Tekstur lengket >< Kadar air Semakin tinggi kadar air menyebabkan sale pisang masih nampak basah sehingga tingkat kelengketannya pun semakin besar. 6. TEKSTUR EMPUK a. Tekstur empuk >< Kadar sakarosa

10 67 Semakin tinggi kadar sakarosa menyebabkan terikatnya air pada bahan semakin tinggi sehingga tekstur yang dihasilkan semakin empuk b. Tekstur empuk >< Ukuran sale pisang Semakin tebal ukuran pisang maka sale pisang semakin empuk c. Tekstur empuk >< Analisa tekstur kekerasan dengan TA Untuk mengetahui tingkat kekerasan sale pisang dapat dilakukan dengan analisa tekstur yang bersifat objektif dengan menggunakan texture analyzer. d. Tekstur empuk >< Analisa tekstur secara sensori : Uji sensori oleh panelis dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kekerasan sale pisang dengan menggunakan indera peraba e. Tekstur empuk >< Kadar air : Semakin rendah kadar air sale pisang maka tingkat kekerasan semakin tinggi f. Tekstur empuk >< Analisa karbohidrat : Semakin empuk sale pisang menunjukkan kandungan gula yang semakin tinggi. Gula merupakan karbohidrat. 7. TEKSTUR KENYAL a. Tekstur kenyal >< Ukuran sale pisang : Semakin tebal ukuran pisang yang digunakan maka semakin terasa kenyal b. Tekstur kenyal >< Analisa tekstur kekenyalan dengan TA : Texture analyzer merupakan suatu metode pengukuran texture yang bersifat obyektif, dan tepat untuk mengukur tingkat kekenyalan sale pisang. c. Tekstur kenyal >< Analisa tekstur secara sensori : Analisa tekstur secara sensori merupakan metode pengukuran tekstur suatu bahan yang bersifat subyektif d. Tekstur kenyal >< Kadar air : Semakin rendah kadar air sale pisang makan tingkat kekenyalan semakin rendah e. Tekstur kenyal >< Analisa karbohidrat : Pisang mempunyai kandungan karbohidrat dalam bentuk pati sehingga sale menjadi kenyal. 8. GIZI - KARBOHIDRAT

11 68 a. Karbohidrat >< Kadar sakarosa : Sakarosa merupakan rasa manis pada buah-buahan yang juga merupakan disakarida. b. Karbohidrat >< Evaluasi rasa secara sensori : Evaluasi rasa secara sensori dapat menentukan karbohidrat dalam sale pisang karena adanya sakarosa pada pisang. c. Karbohidrat >< Evaluasi warna secara sensori : Karbohidrat dalam bentuk sakarosa (oligosakarida) jika terkena panas akan bereaksi dengan asam amino menyebabkan reaksi pencoklatan. d. Karbohidrat >< Evaluasi warna dengan kromameter : Karbohidrat dalam bentuk sakarosa (oligosakarida) jika terkena panas akan bereaksi dengan asam amino menyebabkan reaksi pencoklatan. e. Karbohidrat >< Ukuran sale pisang : Semakin besar ukuran pisang yang digunakan maka kandungan karbohidrat semakin tinggi f. Karbohidrat >< Analisa tekstur kekerasan dengan TA : Karbohidrat dalam bentuk sakarosa (oligosakarida) yang semakin tinggi maka tingkat kekerasan semakin tinggi. g. Karbohidrat >< Analisa tekstur kelengketan dengan TA : Karbohidrat dalam bentuk sakarosa yang jika dikeringkan akan terjadi karamelisasi sehingga sale menjadi lengket. h. Karbohidrat >< Analisa tekstur kekenyalan dengan TA : Karbohidrat terdiri dari pati yang memiliki sifat kenyal. i. Karbohidrat >< Kadar air : Semakin rendah kadar air maka karbohidrat semakin tinggi karena terkonsentrasi. j. Karbohidrat >< Analisa karbohidrat : Untuk mengetahui kandungan karbohidrat dapat dilakukan analisa karbohidrat by difference. KORELASI 1. Kadar sakarosa dan evaluasi rasa secara sensori (+) Semakin tinggi kadar sukrosa, maka semakin manis sale pisang 2. Kadar sakarosa dan evaluasi warna secara sensori (+)

12 69 Semakin tinggi kadar sakarosa menyebabkan warna sale pisang semakin gelap karena reaksi browning 3. Kadar sakarosa dan evaluasi warna dengan kromameter (+) Semakin tinggi kadar sukrosa menyebabkan semakin gelapnya warna sale pisang karena reaksi browning. 4. Kadar sakarosa dan analisa tekstur kekerasan dengan texture analyzer (+) Semakin tinggi kadar sakarosa menyebabkan semakin empuk sale pisang karena pengikatan air dalam produk. 5. Kadar sakarosa dan analisa tekstur kelengketan dengan texture analyzer (+) Semakin tinggi kadar sakarosa menyebabkan semakin lengketnya permukaan sale karena terjadinya proses karamelisasi selama pengeringan. 6. Kadar sakarosa dan analisa tekstur secara sensori (+) Semakin tinggi kadar sakarosa, maka tekstur menjadi lebih empuk (tidak keras) sehingga lebih disukai responden. 7. Kadar sakarosa dan kadar air (-) Semakin tinggi kadar sakarosa menunjukkan semakin rendah kadar air sale pisang. 8. Kadar sakarosa dan analisa karbohidrat (+) Sakarosa merupakan rasa manis pada buah-buahan yang juga merupakan oligosakarida. Semakin tinggi kadar sakarosa maka kandungan karbohidrat semakin tinggi. 9. Evaluasi rasa secara sensori dan kadar air (+) Semakin rendah kadar air menyebabkan komponen volatil menguap akibat proses pengeringan yang terlalu lama sehingga rasa asli buah pisang pada sale menjadi berkurang. 10. Evaluasi rasa secara sensori dan analisa karbohidrat (-) Semakin tinggi kandungan karbohidrat dalam bentuk sakarosa maka rasanya semakin manis. 11. Evaluasi warna secara sensori dan evaluasi warna dengan kromameter (+) Keduanya sama-sama merupakan metode untuk mengetahui karakteristik warna suatu bahan, namun dibedakan secara subyektif dan obyektif. 12. Evaluasi warna secara sensori dan analisa karbohidrat (+) Karbohidrat dalam bentuk sakarosa (oligosakarida) jika terkena panas akan bereaksi dengan asam amino menyebabkan reaksi pencoklatan. 13. Evaluasi warna secara sensori dan kadar air (-)

13 70 Kadar air yang semakin rendah disebabkan oleh proses pengeringan yang terlalu lama, dimana proses penegringan yang telalu lama pada suhu tinggi menyebabkan terjadinya rekasi browning sehingga warna yang dihasilkan semakin coklat. 14. Evaluasi warna dengan kromameter dan kadar air (-) Kadar air yang semakin rendah disebabkan oleh proses pengeringan yang terlalu lama, dimana proses pengringan yang telalu lama pada suhu tinggi menyebabkan terjadinya rekasi browning sehingga warna yang dihasilkan semakin coklat. 15. Evaluasi warna dengan kromameter dan analisa karbohidrat (+) Karbohidrat dalam bentuk sakarosa (oligosakarida) jika terkena panas akan bereaksi dengan asam amino menyebabkan reaksi pencoklatan. 16. Ukuran sale pisang dan analisa tekstur kekerasan dengan texture analyzer (-) Semakin besar dan tebal ukuran pisang, maka tingkat kekerasannya semakin kecil (empuk) 17. Ukuran sale pisang dan analisa tekstur kekenyalan dengan texture analyzer (-) Semakin besar dan tebal ukuran pisang, maka tingkat kekenyalannya makin besar (makin kenyal) 18. Ukuran sale pisang dan analisa tekstur secara sensori (+) Semakin besar ukuran pisang, maka tekstur sale menjadi lebih empuk, kenyal (tidak alot). 19. Analisa tekstur kekerasan dengan texture analyzer dan analisa tekstur secara sensori (+) Keduanya sama-sama mendeskripsikan karakteristik tekstur sale (kekerasan), perbedaannya adalah metode pengukuran secara obyektif dan subyektif. 20. Analisa tekstur kekerasan dengan texture analyzer dan kadar air (-) Semakin keras sale pisang maka kadar air semakin rendah. 21. Analisa tekstur kekerasan dengan texture analyzer dan analisa karbohidrat (+) Karbohidrat dalam bentuk sakarosa (oligosakarida) yang semakin tinggi maka tekstur semakin empuk. 22. Analisa tekstur kelengketan dengan texture analyzer dan analisa tekstur secara sensori (+) Keduanya sama-sama mendeskripsikan karakteristik tekstur sale (kelengketan), perbedaannya adalah metode pengukuran secara obyektif dan subyektif. 23. Analisa tekstur kelengketan dengan texture analyzer dan kadar air (+) Semakin tinggi kadar air maka tekstur sale semakin lengket 24. Analisa tekstur kelengketan dengan texture analyzer dan analisa karbohidrat (+) Semakin tinggi kandungan karbohidrat maka tekstur sale semakin lengket.

14 Analisa kekenyalan dengan texture analyzer dan analisa tekstur secara sensori (+) Keduanya sama-sama mendeskripsikan karakteristik tekstur sale (kekenyalan), perbedaannya adalah metode pengukuran secara obyektif dan subyektif. 26. Analisa kekenyalan dengan texture analyzer dan kadar air (+) Semakin tinggi kadar air, maka tingkat kekenyalan makin tinggi 27. Analisa kekenyalan dengan texture analyzer dan analisa karbohidrat (+) Semakin tinggi kandungan karbohidrat maka tingkat kekenyalan semakin tinggi. Contoh polisakarida adalah pati. 28. Analisa tekstur secara sensori dan kadar air (-) Semakin tinggi kadar air, tekstur sale akan semakin empuk (tidak alot). 29. Kadar air dan analisa karbohidrat (-) Semakin rendah kadar air, maka konsentrasi karbohidrat semakin besar.

15 72 Lampiran 5. Peta QFD Fase II RELATIONSHIP KADAR AIR a. Kadar air >< Pemilihan bahan baku Semakin matang bahan baku yang digunakan maka semakin tinggi kadar airnya b. Kadar air >< Steam blanching Proses steam blanching ini dapat menambah kadar air pisang sehingga proses pengeringan menjadi lebih cepat c. Kadar air >< Pengeringan Proses pengeringan menurunkan kadar air hingga tingkat tertentu d. Kadar air >< Pemipihan Pemipihan dapat mempercepat waktu pengeringan karena luas permukaan bahan pangan semakin besar. Sehingga kadar air yang diharapkan lebih cepat dicapai. EVALUASI RASA SECARA SENSORI a. Evaluasi rasa secara sensori >< Pemilihan bahan baku Semakin matang pisang yang digunakan maka kadar sakarosa juga semakin tinggi sehingga rasa lebih manis b. Evaluasi rasa secara sensori >< Pengeringan Selama proses pengeringan, kadar air menurun sehingga konsentrasi gula meningkat KADAR SAKAROSA a. Kadar sakarosa >< Pemilihan bahan baku Semakin matang pisang yang digunakan, kadar sakarosa semakin tinggi b. Kadar sakarosa >< Pengeringan Semakin lama waktu pengeringan maka kadar sakarosa meningkat karena terkonsentrasi ANALISA TEKSTUR SECARA SENSORI

16 73 a. Analisa tekstur secara sensori >< Pemilihan bahan baku Semakin matang pisang yang digunakan tingkat kekerasan semakin menurun karena kadar gula tinggi b. Analisa tekstur secara sensori >< Pengerokan Pengerokan dilakukan pada bagian permukaan pisang untuk membuang lapisan putih yang banyak mengandung protein sehingga teksturnya tidak keras. c. Analisa tekstur secara sensori >< Steam blanching Semakin lama waktu blanching, maka tekstur semakin empuk karena tujuan blanching adalah untuk melunakkan jaringan d. Analisa tekstur secara sensori >< Pengeringan Semakin lama waktu pengeringan maka tekstur semakin keras e. Analisa tekstur secara sensori >< Pemipihan Pemipihan dapat mempercepat waktu pengeringan sehingga tekstur menjadi lebih kering. KORELASI 1. Pemilihan bahan baku dan pengeringan (-) Semakin matang pisang yang digunakan maka suhu pengeringan tidak boleh terlalu tinggi karena dapat menyebabkan terjadinya reaksi browning. Waktu pengeringan semakin lama. 2. Steam blanching dan pengeringan (-) Semakin lama steam blanching menyebabkan semakin cepatnya proses pengeringan akibat pelunakan tekstur jaringan pada pisang. 3. Pengeringan dan pemipihan (+) Pemipihan akan memperluas permukaan sale pisang sehingga mempercepat pengeringan.

17 74 Lampiran 6. Peta QFD Fase III RELATIONSHIP KADAR AIR a. Kadar air >< Varietas pisang Tiap varietas pisang memiliki kadar air yang berbeda-beda b. Kadar air >< Tingkat kematangan pisang Pisang yang matang memiliki kadar air yang lebih tinggi daripada pisng yang masih muda c. Kadar air >< Suhu pengeringan Suhu yang tinggi dapat mempercepat penurunan kadar air d. Kadar air >< Aliran udara pengeringan Semakin lancar dan konstan aliran udara, maka kadar air bahan pangan yang diinginkan lebih cepat tercapai e. Kadar air >< Kelembaban Semakin tinggi kelembaban maka kadar air cenderung lebih tinggi karena perbedaan tekanan uap air di sekitarnya f. Kadar air >< Efisiensi Untuk mencapai kadar air bahan pangan dengan cepat tanpa banyak merubah sifat sensori biasanya membutuhkan alat khusus dengan efisiensi pemindahan panas yang baik. g. Kadar air >< Waktu pengeringan Semakin lama pengeringan menyebabkan kadar air sale pisang akan semakin rendah. EVALUASI RASA SECARA SENSORI a. Evaluasi rasa secara sensori >< Varietas pisang Rasa pisang berbeda-beda tergantung dari varietasnya b. Evaluasi rasa secara sensori >< Tingkat kematangan pisang Semakin matang pisang maka rasanya semakin manis

18 75 c. Evaluasi rasa secara sensori >< Efisiensi Efisiensi pemindahan panas besar maka rasa sale pisang dapat dijaga d. Evaluasi rasa secara sensori >< Waktu pengeringan Semakin lama waktu pengeringan, rasa semakin kuat dan manis KADAR SAKAROSA a. Kadar sakarosa >< Varietas pisang Kadar sakarosa pada pisang berbeda-beda tergantung varietasnya b. Kadar sakarosa >< Tingkat kematangan pisang Semakin matang pisang yang digunakan maka kadar sakarosanya semakin tinggi c. Kadar sakarosa >< Waktu pengeringan Semakin lama waktu pengeringan, maka kadar sakarosa semakin rendah karena terhidrolisa oleh panas sehingga terbentuk gula reduksi ANALISA TEKSTUR SECARA SENSORI a. Analisa tekstur secara sensori >< Tingkat kematangan pisang Pisang yang matang memiliki tekstur yang lebih empuk daripada pisang mentah b. Analisa tekstur secara sensori >< Ukuran pisang Ukuran pisang yang kecil berpengaruh pada tekstur selama pengeringan c. Analisa tekstur secara sensori >< Suhu pengeringan Semakin tingi suhu yang digunakan untuk pengeringan akan menyebabkan case hardening d. Analisa tekstur secara sensori >< Waktu pengeringan Semakin lama waktu pengeringan maka tekstur makin keras dan alot KORELASI 1. Tingkat kematangan pisang dan ukuran pisang (+) Pisang matang memiliki ukuran yang lebih besar dari pisang muda. 2. Tingkat kematangan pisang dan suhu pengeringan (-) Semakin tua pisang, suhu pengeringan tidak boleh terlalu tinggi karena dapat menyebabkan terjadinya reaksi browning. 3. Tingkat kematangan pisang dan waktu pengeringan (+) Semakin matang pisang maka waktu pengeringan semakin lama 4. Ukuran pisang dan waktu pengeringan (+)

19 76 Pisang yang berukuran besar membutuhkan waktu pengeringan yang lama. 5. Suhu pengeringan dan kelembaban (-) Semakin tinggi suhu pengeringan menyebabkan kelembaban makin rendah akibat pengurangan uap air disekitar bahan pangan. 6. Suhu pengeringan dan waktu pengeringan (-) Semakin tinggi suhu alat pengering menyebabkan proses pengeringan berjalan lebih cepat. 7. Aliran udara dan efisiensi (+) Semakin tinggi efisiensi suatu alat pengering memiliki tingkat kekonstanan dan kelancaran aliran udara yang makin besar, dimana proses pengeluaran uap air dari bahan berlangsung dengan cepat dan lancar. 8. Aliran udara dan waktu pengeringan (+) Semakin konstan aliran udara dalam alat pengering menyebabkan makin banyaknya uap air yang dikeluarkan dari bahan sehingga proses pengeringan berjalan lebih cepat. 9. Kelembaban dan efisiensi (-) Semakin tinggi efisiensi suatu alat pengering memiliki kelembaban udara disekitar alat pengering yang semakin rendah karena penyerapan uap air dari udara sekitar yang makin rendah. 10. Kelembaban dan waktu pengeringan (+) Semakin tinggi kelembaban udara di sekitar bahan yang akan dikeringkan menyebabkan pengeringan berjalan semakin lambat akibat peningkatan kadar air oleh penyerapan uap air dari udara. 11. Efisiensi dan waktu pengeringan (+) Semakin tinggi efisiensi suatu alat pengering memiliki tingkat kekonstanan dan kelancaran aliran udara yang makin besar, serta kelembaban yang makin rendah, proses pengeringan dapat berjalan dengan cepat dan lancar hingga mencapai kadar air produk yang diinginkan.

20 77 Lampiran 7. Worksheet Evaluasi Sensoris Worksheet Uji Ranking Hedonik Tgl uji : 31 Maret 2009 Jenis sampel : Sale pisang Tujuan : Untuk mengetahui rasa dan tekstur yang paling disukai dari sale pisang dengan menggunakan pisang Ambon dan tingkat kematangan yang berbeda-beda Identifikasi sampel Sale pisang dengan penampakan kulit ujung hijau Sale pisang dengan penampakan kulit kuning penuh Sale pisang dengan penampakan kulit kuning penuh dengan bercak coklat Kode A B C Kode kombinasi urutan penyajian: ABC = 1 ACB = 2 BAC = 3 BCA = 4 CAB = 5 CBA = 6 Penyajian: Booth Panelis Kode sampel I # 1, 7, 13, 19, 25, 31, 37, 43, II # 2, 8, 14, 20, 26, 32, 38, 44, III # 3, 9, 15, 21, 27, 33, 39, I # 4, 10, 16, 22, 28, 34, 40, II # 5, 11, 17, 23, 29, 35, 41, III # 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, Urutan penyajian Rekap kode sampel: Sampel A Sampel B Sampel C

21 78 Lampiran 8. Kuesioner Evaluasi Sensoris UJI RANKING HEDONIK Nama : Tanggal : Umur : Produk : Sale Pisang Penilaian untuk : Overall rasa Intruksi : Berkumur-kumurlah dulu sebelum menguji sampel. Di hadapan Anda terdapat 3 sampel sale pisang. Cicipi sampel secara berurutan dari kiri ke kanan. Setelah mencicipi satu sampel, lakukan pembilasan lidah dengan meminum air tawar yang telah disediakan, rasakan masing-masing. Setelah mencicipi semua sampel, Anda boleh mengulang sesering yang Anda perlukan. Urutkan sampel dari yang paling Anda sukai (=3) hingga sampel yang paling tidak Anda sukai (=1). Kode Sampel Ranking (jangan ada yang dobel) Terima kasih - GBU -

22 79 UJI RANKING HEDONIK Nama : Tanggal : Umur : Produk : Sale Pisang Penilaian untuk : Overall Tekstur Intruksi : Berkumur-kumurlah dulu sebelum menguji sampel. Di hadapan Anda terdapat 3 sampel sale pisang. Lakukan pengujian terhadap tekstur dengan menggigit sampel mulai dari kiri ke kanan. Setelah mencicipi satu sampel, lakukan pembilasan lidah dengan meminum air tawar yang telah disediakan. Setelah menggigit semua sampel, Anda boleh mengulang sesering yang Anda perlukan. Urutkan sampel dari yang paling Anda sukai (=3) hingga sampel yang paling tidak Anda sukai (=1). Kode Sampel Ranking (jangan ada yang dobel) Terima kasih - GBU -

23 80 UJI RANKING HEDONIK Nama : Tanggal : Umur : Produk : Sale Pisang Penilaian untuk : Overall Intruksi : Berkumur-kumurlah dulu sebelum menguji sampel. Di hadapan Anda terdapat 3 sampel sale pisang. Cicipi sampel secara berurutan dari kiri ke kanan. Setelah mencicipi satu sampel, lakukan pembilasan lidah dengan meminum air tawar yang telah disediakan. Setelah mencicipi semua sampel, Anda boleh mengulang sesering yang Anda perlukan. Urutkan sampel dari yang paling Anda sukai (=3) hingga sampel yang paling tidak Anda sukai (=1). Kode Sampel Ranking (jangan ada yang dobel) Terima kasih - GBU -

24 81 Lampiran 9. Hasil Analisa SPSS Normalitas Descriptives tngkt_kmt Statistic Std. Error kdr_sakarosa ujung muda Mean % Confidence Lower Bound Interval for Mean Upper Bound % Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis kuning penuh Mean % Confidence Lower Bound Interval for Mean Upper Bound kuning penuh dgn bercak coklat 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean % Confidence Lower Bound Interval for Mean Upper Bound % Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum

25 82 Range Interquartile Range Skewness Kurtosis kdr_air ujung muda Mean % Confidence Lower Bound Interval for Mean Upper Bound % Trimmed Mean Median Variance.696 Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis kuning penuh Mean % Confidence Lower Bound Interval for Mean Upper Bound kuning penuh dgn bercak coklat 5% Trimmed Mean Median Variance.849 Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound % Trimmed Mean Median Variance.269 Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range.9169 Skewness Kurtosis

26 83 kdr_sakarosa kdr_air tngkt_kmt ujung muda kuning penuh kuning penuh dgn bercak coklat ujung muda kuning penuh kuning penuh dgn bercak coklat *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig * * * * * * Test of Homogeneity of Variances kdr_air kdr_sakarosa Levene Statistic df1 df2 Sig kdr_air kdr_sakarosa Between Groups Within Groups Between Groups Within Groups ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig

27 84 Post Hoc Tests Homogeneous Subsets kdr_air Duncan a Subset for alpha =.05 Tgk_kmtngan N 1 ujung hijau kuning penuh kuning penuh dengan bercak coklat Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = kdr_sakarosa Duncan a Subset for alpha =.05 Tgk_kmtngan N ujung hijau kuning penuh kuning penuh dengan bercak coklat Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

28 85 Beda nyata batch 1 dan 2 air_a air_b air_c Sakarosa_A Sakarosa_B Sakarosa_C Batch batch_1 batch_2 batch_1 batch_2 batch_1 batch_2 batch_1 batch_2 batch_1 batch_2 batch_1 batch_2 Ranks N Mean Rank Sum of Ranks Test Statistics b Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Batch air_a air_b air_c Sakarosa_A Sakarosa_B Sakarosa_C a.100 a.100 a.100 a.400 a.700 a

29 86 Sensoris Rasa Tekstur Overall Ranks Tingkat_kemtng ujung hijau kuning penuh kuning penuh dengan bercak coklat ujung hijau kuning penuh kuning penuh dengan bercak coklat ujung hijau kuning penuh kuning penuh dengan bercak coklat N Mean Rank Test Statistics a,b Rasa Tekstur Overall Chi-Square df Asymp. Sig a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Tingkat_kemtng Rasa : didapatkan nilai sigifikansi sebesar 0,002 (di bawah 0,05) artinya di antara ketiga tingkat kematangan tersebut ada beda nyata. Tekstur : didapatkan nilai sigifikansi sebesar 0,223 (di atas 0,05) artinya di antara ketiga tingkat kematangan tersebut tidak beda nyata. Overall : didapatkan nilai sigifikansi sebesar 0,037 (di bawah 0,05) artinya di antara ketiga tingkat kematangan tersebut ada beda nyata.

30 87 Ujung hijau vs kuning penuh Ranks Rasa Tekstur Overall Tgk_kematangan Ujung hijau Kuning penuh Ujung hijau Kuning penuh Ujung hijau Kuning penuh N Mean Rank Sum of Ranks Test Statistics a Rasa T ekstur Overall Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Tingkat_kemtng Rasa: didapatkan nilai sigifikansi sebesar 0,791 (di atas 0,05) artinya antara tingkat kematangan pisang ujung hijau dengan pisang kuning penuh tidak beda nyata. Tekstur : didapatkan nilai sigifikansi sebesar 0,513 (di atas 0,05) artinya antara tingkat kematangan pisang ujung hijau dengan pisang kuning penuh tidak beda nyata. Overall: didapatkan nilai sigifikansi sebesar 0,112 (di atas 0,05) artinya antara tingkat kematangan pisang ujung hijau dengan pisang kuning penuh tidak beda nyata.

31 88 Ujung hijau vs kuning penuh dengan bercak coklat Ranks Rasa Tekstur Overall Tgk_kematangan Ujung hijau Kuning penuh dengan bercak coklat Ujung hijau Kuning penuh dengan bercak coklat Ujung hijau Kuning penuh dengan bercak coklat N Mean Rank Sum of Ranks Test Statistics a Rasa T ekstur Overall Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Tingkat_kemtng Rasa: didapatkan nilai sigifikansi sebesar 0,002 (di bawah 0,05) artinya antara tingkat kematangan pisang ujung hijau dengan pisang kuning penuh dengan bercak coklat ada beda nyata. Tekstur : didapatkan nilai sigifikansi sebesar 0,096 (di atas 0,05) artinya antara tingkat kematangan pisang ujung hijau dengan pisang kuning penuh dengan bercak coklat tidak beda nyata. Overall: didapatkan nilai sigifikansi sebesar 0,014 (di atas 0,05) artinya antara tingkat kematangan pisang ujung hijau dengan pisang kuning penuh dengan bercak coklat ada beda nyata.

32 89 Kuning penuh vs kuning penuh dengan bercak coklat Ranks Rasa Tekstur Overall Tgk_kematangan Kuning penuh Kuning penuh dengan bercak coklat Kuning penuh Kuning penuh dengan bercak coklat Kuning penuh Kuning penuh dengan bercak coklat N Mean Rank Sum of Ranks Test Statistics a Rasa T ekstur Overall Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Tingkat_kemtng Rasa: didapatkan nilai sigifikansi sebesar 0,001 (di bawah 0,05) artinya antara tingkat kematangan pisang kuning penuh dengan pisang kuning penuh dengan bercak coklat ada beda nyata. Tekstur : didapatkan nilai sigifikansi sebesar 0,251 (di atas 0,05) artinya antara tingkat kematangan pisang kuning penuh dengan pisang kuning penuh dengan bercak coklat tidak beda nyata. Overall: didapatkan nilai sigifikansi sebesar 0,221 (di atas 0,05) artinya antara tingkat kematangan pisang ujung hijau dengan pisang kuning penuh dengan bercak coklat tidak beda nyata.

33 Lampiran 10. SNI Sale Pisang 90

34 91

Worksheet Uji Ranking Hedonik ( I )

Worksheet Uji Ranking Hedonik ( I ) 118 Lampiran 8. Worksheet Uji Rangking edonik Worksheet Uji Ranking edonik ( ) Tgl uji : Jenis : Manisan kering nanas Tujuan : Untuk mengetahui rasa dan tekstur yang paling disukai dari manisan kering

Lebih terperinci

Ranking (jangan ada yang dobel) TERIMA KASIH UJI RANKING HEDONIK. Nama : Tanggal :

Ranking (jangan ada yang dobel) TERIMA KASIH UJI RANKING HEDONIK. Nama : Tanggal : 7. LAMPIRAN Scoresheet Uji Sensori Ranking Hedonik UJI RANKING HEDONIK Nama : Tanggal : Produk : Puff Pastry Labu Kuning Atribut : Warna Instruksi Di hadapan anda terdapat 4 puff pastry. Lihat dan amati

Lebih terperinci

Keterangan : E = L 2 + a 2 + b 2 E = intensitas warna L, a, b = dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan chromameter

Keterangan : E = L 2 + a 2 + b 2 E = intensitas warna L, a, b = dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan chromameter 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Nilai Intensitas Warna Rumus : Keterangan : E = L 2 + a 2 + b 2 E = intensitas warna L, a, b = dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan chromameter Tepung tempe

Lebih terperinci

Standar Mutu Bihun Instan Menurut SNI No. Uraian Satuan Persyaratan 1. Keadaan : 1.1. bau 1.2. rasa 1.3. warna

Standar Mutu Bihun Instan Menurut SNI No. Uraian Satuan Persyaratan 1. Keadaan : 1.1. bau 1.2. rasa 1.3. warna LAMPIRAN Lampiran 1. Standar Mutu Bihun Instan Standar Mutu Bihun Instan Menurut SNI 01-3742-1995 No. Uraian Satuan Persyaratan 1. Keadaan : 1.1. bau 1.2. rasa 1.3. warna normal normal normal 2. Benda-benda

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI :2009)

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI :2009) 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI 01-3144:2009) 49 50 Lampiran 2. Kurva Standar Asam Sianida KODE KCN ABSORBANSI I ABSORBANSI II ABSORBANSI III ABSORBANSI RATA- RATA 1,2 µm 0,027 0,0269

Lebih terperinci

Mencit yang dipilih adalah mencit yang berumur 2-3 bulan dengan berat. rata-rata g dan dipelihara di Labaratorium Biokimia Fakultas

Mencit yang dipilih adalah mencit yang berumur 2-3 bulan dengan berat. rata-rata g dan dipelihara di Labaratorium Biokimia Fakultas a. Pemeliharaan hewan coba Mencit yang dipilih adalah mencit yang berumur 2-3 bulan dengan berat rata-rata 20-30 g dan dipelihara di Labaratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Kandang

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Scoresheet Uji Ranking Rolade Ikan Lele Kacang Panjang. Uji Ranking Hedonik. Produk: Rolade Atribut: Tekstur

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Scoresheet Uji Ranking Rolade Ikan Lele Kacang Panjang. Uji Ranking Hedonik. Produk: Rolade Atribut: Tekstur 48 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Scoresheet Uji Ranking Rolade Ikan Lele Kacang Panjang Uji Ranking Hedonik Nama: Produk: Rolade Atribut: Tekstur Tanggal: Instruksi Dihadapan anda terdapat 5 macam sampel rolade.

Lebih terperinci

Aspartam. 200 kali sukrosa) 147/180 = 0,82 g. 195/180 = 1,08 g. 220/180 = 1,22 g. β-karoten

Aspartam. 200 kali sukrosa) 147/180 = 0,82 g. 195/180 = 1,08 g. 220/180 = 1,22 g. β-karoten 45 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Formulasi Pembuatan Papaya Leather Formulasi papayaa leather: Bubur buah pepaya = 1200 g Asam sitrat 0,3% dari 1200 g = 3,6 g Gelatin 2% dari 1200 g = 24 g Sukrosa Aspartam Stevia

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumentasi Hasil Penyangraian Biji Kopi Biji Kopi Sangrai Level 7 (170 0 C; 12 menit)

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumentasi Hasil Penyangraian Biji Kopi Biji Kopi Sangrai Level 7 (170 0 C; 12 menit) 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumentasi Hasil Penyangraian Biji Kopi Biji Kopi Sangrai Level 7 (170 0 C; 12 menit) Biji Kopi Sangrai Level 9 (170 0 C; 17 menit 30 detik) Biji Kopi Sangrai Level 11 (170 0 C;

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Teknis UPO Dan UPP Dua Dimensi Tampak Depan. 90 cm

Lampiran 1. Gambar Teknis UPO Dan UPP Dua Dimensi Tampak Depan. 90 cm 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar Teknis UPO Dan UPP Dua Dimensi Tampak Depan 90 cm 60 cm Lampiran 2. Gambar Teknis UPO Dan UPP Dua Dimensi Tampak Samping 60 cm 45 cm Lampiran 3. Gambar Teknis UPO Dan UPP

Lebih terperinci

7.1. Lampiran 1. Worksheet Uji Ranking Hedonik Tempe Koro Glinding

7.1. Lampiran 1. Worksheet Uji Ranking Hedonik Tempe Koro Glinding 7. LAMPIRAN 7.1. Lampiran 1. Worksheet Uji Ranking Hedonik Tempe Koro Glinding Tanggal uji : Jenis sampel : Tempe Koro Glinding Identifikasi sampel Tempe Koro Glinding dengan perendaman 24 jam dan soda

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Sirup

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Sirup 45 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Sirup No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1. Keadaan : 1.1 Aroma - normal 1.2 Rasa - normal 2. Gula jumlah (dihitung sebagai %, b/b Min 65 sakarosa) 3. Bahan Tambahan

Lebih terperinci

Tests of Normality. Kolmogorov-Smirnov a

Tests of Normality. Kolmogorov-Smirnov a 7. LAMPIRA 7.1. Hasil Pengolahan Data 7.1.1. Uji ormalitas Tests of ormality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk JenisPisang Statistic df Sig. Statistic df Sig. KadarAir Pisang Kepok,143 9,200 *,963 9,828

Lebih terperinci

Worksheet Uji Hedonik. Tanggal Uji : Jenis Sampel : Minuman Sereal Instan Beras Merah dan Bekatul

Worksheet Uji Hedonik. Tanggal Uji : Jenis Sampel : Minuman Sereal Instan Beras Merah dan Bekatul 25 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Worksheet Uji Hedonik Worksheet Uji Hedonik Tanggal Uji : Jenis Sampel : Minuman Sereal Instan Beras Merah dan Bekatul Identifikasi Sampel Minuman sereal instan kontrol (energen

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. Lampiran 1 SNI Roti Manis

7. LAMPIRAN. Lampiran 1 SNI Roti Manis 50 7. LAMPIRAN Lampiran 1 SNI Roti Manis 01-3840-1995 Tabel 13. SNI Roti Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1. Keadaan Kenampakan Bau Rasa 2. Air 3. Abu (tak termasuk garam) 4. Abu yang tak larut dalam asam

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Uji Hedonik

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Uji Hedonik 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Uji Hedonik Warna Bakso Putih Telur Atribut : Warna Dihadapan Anda terdapat delapan sampel basko putih telur. Amati warna sampel secara berurutan dari kiri ke kanan. Setelah

Lebih terperinci

Tests of Normality. Kolmogorov-Smirnov a

Tests of Normality. Kolmogorov-Smirnov a 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Analisa Data 7.1.1. Kadar Air dan Protein Isolat Protein Koro Pedang ISP Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. ISP_kadarair wet

Lebih terperinci

Statistic Std. Error

Statistic Std. Error 7. LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Deskriptif Pengujian Obyektif Descriptives ph Mean 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound Statistic Std. Error 6.0706.05112 5.9678 6.1735 kadar_air 5% Trimmed Mean

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Cases. VolumeUdem KontrolNegatif % 0.0% % VolumeUdem KontrolNegatif Mean % Confidence Interval for Mean

LAMPIRAN. Cases. VolumeUdem KontrolNegatif % 0.0% % VolumeUdem KontrolNegatif Mean % Confidence Interval for Mean LAMPIRAN Lampiran 1. Interpretasi hasil SPSS Case Processing Summary Cases Kelompok Perlakuan Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent VolumeUdem KontrolNegatif 13 100.0% 0.0% 13 100.0% Pembanding

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil Pengukuran Jumlah Limfosit dan Makrofag. Kelompok Jumlah limfosit

Lampiran 1 Hasil Pengukuran Jumlah Limfosit dan Makrofag. Kelompok Jumlah limfosit Lampiran 1 Hasil Pengukuran Jumlah dan Jumlah limfosit Jumlah makrofag 1 6 2 2 7 3 3 6 2 4 6 3 5 7 3 No. 1 11 5 P 1 No. 2 12 5 P 1 No. 3 12 6 P 1 No. 4 12 6 P 1 No. 5 12 6 P 2 No. 1 14 7 P 2 No. 2 15 8

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Proses Pembuatan Torakur. a b c d

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Proses Pembuatan Torakur. a b c d 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Proses Pembuatan Torakur a b c d h g Keterangan: a) tomat Tomdari segar, b) pemotongan menjadi 4 bagian, c) perendaman dengan, larutan garam, d) perendaman dengan CaCl, e) pemasakan

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Resep-Resep yang Digunakan dalam Penelitian 1. Marshmallow a. Formulasi Meiners et al (1984) Air 110 Gelatin 55

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Resep-Resep yang Digunakan dalam Penelitian 1. Marshmallow a. Formulasi Meiners et al (1984) Air 110 Gelatin 55 LAMPIRAN 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Resep-Resep yang Digunakan dalam Penelitian 1. Marshmallow a. Formulasi Meiners et al (1984) Bahan Jumlah (g) Air 110 Gelatin 55 Putih telur (butir) 1 Gula pasir 250 Air

Lebih terperinci

Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Kadar Estrogen

Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Kadar Estrogen Lampiran 1. Analisis Data Kadar atau Estradiol Tabel 1. Data Kadar pada berbagai perlakuan penelitian (pg/ml) Perlakuan Ulangan 1 16,17 19,23 57,52 47,20 36,77 40,78 2 16,32 18,20 62,00 47,23 13,74 31,14

Lebih terperinci

Lampiran Output Hasil Uji Hedonik:

Lampiran Output Hasil Uji Hedonik: Lampiran Output Hasil Uji Hedonik: Descriptives Statistic Std. Error beras analog 1 Mean 19,914 13,0145 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -16,220 Upper Bound 56,048 5% Trimmed Mean 18,056 Median

Lebih terperinci

KURVA STANDART (BATCH 1) KURVA STANDART (BATCH 2)

KURVA STANDART (BATCH 1) KURVA STANDART (BATCH 2) Absorbansi 42 LAMPIRAN 2. Kurva Standar Beta karoten KURVA STANDART (BATCH 1) Konsentrasi (ppm) Absorbansi 0,1 0,0365 3,1 0,2491 6,1 0,3975 9,1 0,5261 12,1 0,6254 15,1 0,8196 1 0,8 0,6 0,4 0,2 y = 0,1478x

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan Lampiran 2. Tumbuhan rumput laut merah Kappaphycus alvarezii Lampiran 3. Gambar Simplisia dan Serbuk Kasar Simplisia Rumput Laut Merah Kappaphycus alvarezii

Lebih terperinci

Tabel Syarat Mutu Kecap Ikan

Tabel Syarat Mutu Kecap Ikan 30 Lampiran 3. SNI Kecap Ikan No. 01-4271-1996 Tabel Syarat Mutu Kecap Ikan No. Jenis uji Satuan Persyaratan 1 Keadaan : 1.1. Penampakan - Jernih 1.2. Bau - Khas 1.3. Rasa - Khas 1.4. Warna - Normal 2.

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN 7.1. Uji Organoleptik Penelitian Pendahuluan Panelis A B C

7. LAMPIRAN 7.1. Uji Organoleptik Penelitian Pendahuluan Panelis A B C 7. LAMPIRAN 7.1. Uji Organoleptik Penelitian Pendahuluan Panelis A B C 1 1 2 3 2 1 3 2 3 1 2 3 4 1 3 2 5 1 2 3 6 1 2 3 7 1 2 3 8 1 2 3 9 2 3 1 10 1 2 3 11 3 2 1 12 1 2 3 13 3 2 1 14 3 2 1 15 1 3 2 16 1

Lebih terperinci

(a) Nugget ayam kontrol, (b) Nugget ayam 10% rumput laut, (c) Nugget ayam 20% rumput laut, (d) Nugget ayam 30% rumput laut

(a) Nugget ayam kontrol, (b) Nugget ayam 10% rumput laut, (c) Nugget ayam 20% rumput laut, (d) Nugget ayam 30% rumput laut 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar Nugget Ayam Rumput Laut Gambar 10. (a) Nugget ayam kontrol, (b) Nugget ayam 10% rumput laut, (c) Nugget ayam 20% rumput laut, (d) Nugget ayam 30% rumput laut (a) (b) (c)

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. SNI Cookies Tabel 13. Standar Mutu Cookies (SNI )

LAMPIRAN. Lampiran 1. SNI Cookies Tabel 13. Standar Mutu Cookies (SNI ) LAMPIRAN Lampiran 1. SNI Cookies Tabel 13. Standar Mutu Cookies (SNI 01-2973-1992) Kriteria uji Klasifikasi Kalori (kalori / 100 gram) Minimum 400 Air (%) Maksimum 5 Protein (%) Minimum 9 Lemak (%) Minimum

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar Pakan Br2 Gambar Obat Streptozotosin. Gambar Kandang Tikus. dan Nikotinamid

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar Pakan Br2 Gambar Obat Streptozotosin. Gambar Kandang Tikus. dan Nikotinamid Lampiran 1 LAMPIRAN Gambar Kandang Tikus Gambar Pakan Br2 Gambar Obat Streptozotosin dan Nikotinamid Gambar Sonde oral pada tikus Gambar HDL Precipitant Gambar LDL Precipitant Gambar penimbangan Berat

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. ONE WAY ANOVA

LAMPIRAN 1. ONE WAY ANOVA 50 LAMPIRAN 1. ONE WAY ANOVA Descriptives Konsentrasi Xylitol Statistic Std. Error Komposisi Kalsium konsentrasi 20% Mean 42,8020 1,95318 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 37,3791 Upper Bound

Lebih terperinci

Perbedaan Peningkatan Kemampuan Vertical Jump Setelah Pemberian Latihan Plyometric Jump To Box Dibanding Dengan Penambahan Passive Stretching

Perbedaan Peningkatan Kemampuan Vertical Jump Setelah Pemberian Latihan Plyometric Jump To Box Dibanding Dengan Penambahan Passive Stretching SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN Saya bertandatangan dibawah ini : Nama : Jenis Kelamin : Umur : Alamat : No Tlp/HP : Dengan ini menyatakan bahwa saya telah diberikan penjelasan penelitian tentang

Lebih terperinci

Normal Normal Normal 2. Air % b/b Maks Kadar lemak 3.1. Tanpa proses penggorengan 3.2. Rasa. % b/b % b/b

Normal Normal Normal 2. Air % b/b Maks Kadar lemak 3.1. Tanpa proses penggorengan 3.2. Rasa. % b/b % b/b 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Makanan Ringan Ekstrudat (SNI 01-2886-2000) Tabel 10. Syarat Mutu Makanan Ringan Ekstrudat (SNI 01-2886-2000) Kriteria Uji Satuan Spesifikasi 1. Keadaan 1.1. Bau 1.2.

Lebih terperinci

ppm Absorbansi 0,125 0, ,25 0,0738 0,5 0, , ,3335

ppm Absorbansi 0,125 0, ,25 0,0738 0,5 0, , ,3335 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Kurva Standart Kadar Gula ppm absorbansi 2,5 0,0425 5 0,1021 10 0,1211 20 0,1925 40 0,2436 80 0,3122 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 y = 0.052x - 0.015 R² = 0.983 2.5 5 10 20

Lebih terperinci

Worksheet Uji Hedonik Susu Kedelai Fortifikasi Kalsium

Worksheet Uji Hedonik Susu Kedelai Fortifikasi Kalsium 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Worksheet Uji Hedonik Worksheet Uji Hedonik Susu Kedelai Fortifikasi Kalsium Tanggal uji : 26 Maret 2015 Jenis sampel : Susu kedelai fortifikasi kalsium Identifikasi sampel Susu

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. Kurva Standar Total Fenol

7. LAMPIRAN. Kurva Standar Total Fenol 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Kurva Standar Total Fenol Sebanyak 25 mg asam galat murni dilarutkan dalam 250 ml methanol di dalam labu takar (1000 ppm sebagai larutan stok). Dari larutan stok tersebut dibuat

Lebih terperinci

Worksheet Uji Rating Hedonik Tanggal uji : Jenis sampel: tingkat penerimaan sampel oleh masyarakat

Worksheet Uji Rating Hedonik Tanggal uji : Jenis sampel: tingkat penerimaan sampel oleh masyarakat 7 LAMPIRAN Lampiran 1. Worksheet Uji Ranking Hedonik Worksheet Uji Rating Hedonik Tanggal uji : Jenis sampel: tingkat penerimaan sampel oleh masyarakat Identifikasi sampel Nasi Jagung Biasa Nasi Jagung

Lebih terperinci

Lampiran 1: Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan. Marmot. Kelinci. 400 g. 1,5 kg 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 387,9

Lampiran 1: Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan. Marmot. Kelinci. 400 g. 1,5 kg 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 387,9 Lampiran 1: Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan Mencit Tikus Marmot Kelinci Kera Anjing Manusia 20 g 200 g 400 g 1,5 kg 4 kg 12 kg 70 kg Mencit 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 387,9 20 g Tikus 0,14

Lebih terperinci

Case Processing Summary

Case Processing Summary Lampiran 1 EXAMINE VARIABLES=PD_2 PD_24 PD_72 PD_2mgg /PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT /COMPARE GROUP /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE /NOTOTAL. Explore [DataSet0] G:\REVISI PROPOSAL\Gipsum

Lebih terperinci

7.1. Foto Proses Pembuatan Susu Bubuk Koro Pedang Putih

7.1. Foto Proses Pembuatan Susu Bubuk Koro Pedang Putih 7. LAMPIRAN 7.1. Foto Proses Pembuatan Susu Bubuk Koro Pedang Putih Pencucian Perebusan (30 menit) Pengupasan Pencampuran Perebusan dengan daun pandan (20 menit) Perendaman (60 jam) Penyaringan Pengadukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Ceplukan (Physalis angulata L).

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Ceplukan (Physalis angulata L). Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Ceplukan (Physalis angulata L). 1 Lampiran 1. Lanjutan 2 3 Lampiran 2. Hasil Pemeriksaan Organoleptis, Daya Lekat, Kekentalan, Susut Pengeringan Ekstrak

Lebih terperinci

Worksheet Uji Rangking Hedonik. Identifikasi sampel. Mi instan dengan konsentrasi tepung sukun fermentasi 10%

Worksheet Uji Rangking Hedonik. Identifikasi sampel. Mi instan dengan konsentrasi tepung sukun fermentasi 10% 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Worksheet Uji Ranking Hedonik Mie Instan Tanggal Uji : Jenis sampel : Mi instan Worksheet Uji Rangking Hedonik Identifikasi sampel Mi instan dengan konsentrasi tepung sukun fermentasi

Lebih terperinci

usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid jenis_kelamin

usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid jenis_kelamin LAMPIRAN Karakteristik Responden Frequencies Statistics usia jenis_kelamin N Valid 38 38 Missing 0 0 Frequency Table usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 9 17 44.7 44.7 44.7 10

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN. No. Responden :

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN. No. Responden : LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN No. Responden : A. Data umum : 1. Nama : 2. Tempat, tanggal lahir: 3. Umur : Tahun 4. Jenis kelamin : 5. Alamat : 6. Nomor Hp : 7. Pendidikan

Lebih terperinci

3. Dari makanan di bawah ini mana yang sering Anda konsumsi? a.snack ringan ( Chitato, Piatos, Chiki ) c.french Fries

3. Dari makanan di bawah ini mana yang sering Anda konsumsi? a.snack ringan ( Chitato, Piatos, Chiki ) c.french Fries Lampiran. Kuisioner PreTest KUISIONER PRETEST Nama : Alamat : Usia : No. telepon : Jenis Kelamin : P / L Berikanlah tanda (X) pada jawaban yang Anda pilih. Apakah Anda mengetahui MSG? a.ya 2. Apakah Anda

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Nugget Jamur Berbasis Tepung Kacang Hijau

Lampiran 1. Gambar Nugget Jamur Berbasis Tepung Kacang Hijau 7. LAMPIRA Lampiran 1. Gambar ugget Jamur Berbasis Tepung Kacang Hijau A B C D Gambar 15. (a) ugget Komersial, (b) ugget Jamur Berbasis Tepung Kacang Hijau 50%, (c) ugget Jamur Berbasis Tepung Kacang Hijau

Lebih terperinci

Tabel hasil perhitungan nilai kekerasan sebelum perendaman

Tabel hasil perhitungan nilai kekerasan sebelum perendaman L A M P I R A N Tabel hasil perhitungan nilai kekerasan sebelum perendaman No Sampel Aquades Susu bubuk Susu cair Susu kental manis d 1 d 2 D VHN d 1 d 2 D VHN d 1 d 2 d VHN d 1 d 2 d VHN 1 27 31.75 29.375

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Hasil Determinasi Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.)

Lampiran 1. Surat Keterangan Hasil Determinasi Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Lampiran 1. Surat Keterangan Hasil Determinasi Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.) 38 Lampiran 1. Lanjutan... 39 Lampiran 1. Lanjutan... 40 Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 54 LAMPIRAN 2 HASIL PEMERIKSAAN Menerangkan bahwa mahasiswa/peneliti yang namanya di bawah ini: Peneliti : dr. Dwi Rita Anggraini, M.Kes. Nama Instansi : Departemen Anatomi Fak. Kedokteran USU

Lebih terperinci

Lampiran 1. Desk Analysis Bahan Baku Serbuk Bayam Merah. Desk Analysis. Air (gr) 66,37 17,2 4,05 87,62. Energi (Kkal) 30,9 9,8 2,95 43,65

Lampiran 1. Desk Analysis Bahan Baku Serbuk Bayam Merah. Desk Analysis. Air (gr) 66,37 17,2 4,05 87,62. Energi (Kkal) 30,9 9,8 2,95 43,65 Lampiran 1. Desk Analysis Bahan Baku Serbuk Bayam Merah Desk Analysis Zat Gizi Bayam Jambu Biji Daun Katuk Total Merah 7 gr 20 gr gr Air (gr) 66,37 17,2 4,0 87,62 Energi (Kkal) 30,9 9,8 2,9 43,6 Protein

Lebih terperinci

Daftar Komposisi Buah dan Sayur (per 100 gram)

Daftar Komposisi Buah dan Sayur (per 100 gram) 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Komposisi Buah dan Sayur Daftar Komposisi Buah dan Sayur (per 100 gram) Nutrisi Melon Mangga Wortel Labu Kuning Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

WORKSHEET UJI RANGKING HEDONIK

WORKSHEET UJI RANGKING HEDONIK 7. LAMPIRAN Lampiran. Worksheet Analisa Sensori Tanggal Uji : Jenis Sampel : mie basah WORKSHEET UJI RANGKING HEDONIK Identifikasi Mie bahan baku tepung terigu 00% Mie bahan baku tepung MOCAL 00% Mie bahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Dosis Phenylephrine. Phenylephrine dosis mencit 25 gr. = 0,5 x 0,14. = 0,07 mg / 25 gram mencit

Lampiran 1. Perhitungan Dosis Phenylephrine. Phenylephrine dosis mencit 25 gr. = 0,5 x 0,14. = 0,07 mg / 25 gram mencit Lampiran 1. Perhitungan Dosis Phenylephrine Phenylephrine dosis tikus Phenylephrine dosis tikus 250 gr Phenylephrine dosis mencit 25 gr = 2 mg / kg = 0,5 mg = dosis 250 gram tikus x faktor konversi = 0,5

Lebih terperinci

Gambar 32. Diagram Alir Pembuatan Tepung Kulit Buah Manggis

Gambar 32. Diagram Alir Pembuatan Tepung Kulit Buah Manggis 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Tepung Kulit Buah Manggis Penelitian ini menggunakan bahan baku dari tepung kulit buah manggis. Pertama-tama buah manggis yang digunakan dicuci terlebih dahulu. Proses

Lebih terperinci

Jika Tidak darimana Bapak/Ibu memperoleh air bersih? Sebutkan

Jika Tidak darimana Bapak/Ibu memperoleh air bersih? Sebutkan Lampiran 1 (Kuesioner) PENGARUH KARAKTERISTIK SUMUR TERHADAP KADAR TIMBAL (PB) PADA AIR SUMUR GALI PENDUDUK DISEKITAR INDUSTRI DAUR ULANG AKI DI DESA BANDAR KHALIFAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN

Lebih terperinci

Lampiran 1 Proses Pembuatan Mi Kering Kontrol dan Perlakuan. Alat. Bahan Utama. Tep.daun kelor. Panci pengukus. Noodle maker

Lampiran 1 Proses Pembuatan Mi Kering Kontrol dan Perlakuan. Alat. Bahan Utama. Tep.daun kelor. Panci pengukus. Noodle maker Lampiran 1 Proses Pembuatan Mi Kering Kontrol dan Perlakuan Alat Timbangan digital Timbangan pegas Noodle maker Panci pengukus oven saringan Plastik LDPE Bahan Utama Terigu 100g Terigu 90g Terigu 80g Terigu

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Uji Sensori Penelitian Pendahuluan NPar Tests Kruskal-Wallis Test. Ranks

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Uji Sensori Penelitian Pendahuluan NPar Tests Kruskal-Wallis Test. Ranks 7. LAMPIRA 7.1. Lampiran 1. Uji Sensori Penelitian Pendahuluan Par Tests Kruskal-Wallis Test Ranks Warna Aroma Rasa Mouthfeel Ov erall Kecap Bango ABC Black Gold Sedaap Indof ood Piring Lombok Bango ABC

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pengukuran Tekanan Darah Lansia Pada Pelatihan Senam Lansia Menurunkan Tekanan Darah Lansia Di Banjar Tuka Dalung

LAMPIRAN. Pengukuran Tekanan Darah Lansia Pada Pelatihan Senam Lansia Menurunkan Tekanan Darah Lansia Di Banjar Tuka Dalung LAMPIRAN Pengukuran Darah Lansia Pada Pelatihan Senam Lansia Menurunkan Darah Lansia Di Banjar Tuka Dalung LAMPIRAN Peserta Senam Lansia Di Banjar Tuka Desa Dalung MASTER TABEL Darah Lansia Di Banjar Tuka

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. HASIL STANDARISASI SPESIFIK EKSTRAK TEH (Camellia sinensis Linn.) 1 5,40 2 5,42 3 5,42 x ± SD 5,41 ± 0,01.

LAMPIRAN A. HASIL STANDARISASI SPESIFIK EKSTRAK TEH (Camellia sinensis Linn.) 1 5,40 2 5,42 3 5,42 x ± SD 5,41 ± 0,01. LAMPIRAN A HASIL STANDARISASI SPESIFIK EKSTRAK TEH (Camellia sinensis Linn.) 1. Hasil Perhitungan ph Replikasi ph 1 5,40 2 5,42 3 5,42 x ± SD 5,41 ± 0,01 2. Hasil Perhitungan Kadar Sari Larut Air Replikasi

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisioner Survei Pemetaan Produk

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisioner Survei Pemetaan Produk 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner Survei Pemetaan Produk KUISIONER Tempat dan Tanggal Pelaksanaan : Identitas Responden Nama : Usia : Jenis kelamin : L / P Alamat : Pendidikan : Minat terhadap Produk 1)

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Pembuatan Infusa Kulit Batang Angsana : Dosis Loperamid

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Pembuatan Infusa Kulit Batang Angsana : Dosis Loperamid LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Kadar infus yang digunakan pada percobaan yaitu 10%, 20%, 30% Tikus 200 g 2 ml x 10% = 10 g/100 ml = 0,1 g/ml x 2 = 0,2 mg/ml Konversi tikus ke mencit = 0,14 Dosis 1 mencit

Lebih terperinci

LAMPIRAN Descriptives Pre Sistolik Deep Breathing Exercise Post Sistolik Deep Breathing Exercise Selisih Sistolik Deep Pre Diastolik Deep Breathing Exercise Post Diastolik Deep Selisih Diastolik

Lebih terperinci

APPENDICE. Appendix A Questionaire Kit

APPENDICE. Appendix A Questionaire Kit 44 APPENDICE Appendix A Questionaire Kit 45 Responden 1 1. Sejak kapan menekuni usaha pembuatan sayur asin? + 5 th 2. Mengapa tertarik di usaha ini? Meneruskan usaha keluarga (sudah turun temurun membuatnya).

Lebih terperinci

Lampiran I Pembuatan Infusa Daun Lidah Buaya Cara kerja : 1. Sediakan bahan baku berupa daun lidah buaya dengan berat 80 gram yang telah

Lampiran I Pembuatan Infusa Daun Lidah Buaya Cara kerja : 1. Sediakan bahan baku berupa daun lidah buaya dengan berat 80 gram yang telah Lampiran I Pembuatan Infusa Daun Lidah Buaya Cara kerja : 1. Sediakan bahan baku berupa daun lidah buaya dengan berat 80 gram yang telah dipotong-potong halus. 2. Buat infusa daun lidah buaya konsentrasi

Lebih terperinci

STANDAR NATIONAL INDONESIA TAHU

STANDAR NATIONAL INDONESIA TAHU Lampiran 1. SNI Tahu STANDAR NATIONAL INDONESIA 01-3142-1998 TAHU Definisi : Tahu adalah suatu produk makanan berupa padatan lunak yang dibuat melalui proses pengolahan kedelai (Glycine species) dengan

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Umur : Alamat : Dengan ini menyatakan bahwa saya telah diberikan penjelasan oleh peneliti tentang tujuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Prosedur Kerja

LAMPIRAN 1. Prosedur Kerja LAMPIRAN 1 Prosedur Kerja Hewan coba yang digunakan adalah mencit Swiss Webster jantan dewasa berusia 6-8 minggu dengan berat badan 25-30 gram sebanyak 25 ekor. Hewan coba diperoleh dari Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

Jakarta, 25 Mei Kepada yth, Univ Esa Unggul. Fakultas Fisioterapi. Di tempat. Dengan hormat,

Jakarta, 25 Mei Kepada yth, Univ Esa Unggul. Fakultas Fisioterapi. Di tempat. Dengan hormat, Jakarta, 25 Mei 2014 Kepada yth, Univ Esa Unggul Fakultas Fisioterapi Di tempat Dengan hormat, Kami sampaikan surat keterangan telah melakukan penelitian, mahasiswi Program Studi Fisioterapi, Fakultas

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Formulir Persetujuan Penelitian (Informed Consent) FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. (Informed Consent)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Formulir Persetujuan Penelitian (Informed Consent) FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. (Informed Consent) LAMPIRAN Lampiran 1. Formulir Persetujuan Penelitian (Informed Consent) FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (Informed Consent) Perkenalkan nama saya Nurul Arafah mahasiswi S1 Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Analisa Aitem Uji Coba. Skala Sikap Terhadap Menopause

Lampiran 1. Hasil Analisa Aitem Uji Coba. Skala Sikap Terhadap Menopause Lampiran 1 Hasil Analisa Aitem Uji Coba Skala Sikap Terhadap Menopause ANALISA I Case Processing Summary N % Reliability Statistics Cases Valid 87 100.0 Excluded a 0.0 Total 87 100.0 Cronbach's Alpha N

Lebih terperinci

SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN Kepada Yth. Orangtua/Wali. Di Tempat

SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN Kepada Yth. Orangtua/Wali. Di Tempat LAMPIRAN Lampiran 1 SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN Kepada Yth. Orangtua/Wali. Di Tempat Bersama ini kami mohon kesediaan dari Bapak/Ibu/Sdr selaku orangtua dari anak di Pesantren

Lebih terperinci

INFORMASI KEPADA ORANG TUA/ WALI SUBJEK PENELITIAN. Bapak/ Ibu/ Sdr... Orang Tua/ Wali Ananda... Alamat...

INFORMASI KEPADA ORANG TUA/ WALI SUBJEK PENELITIAN. Bapak/ Ibu/ Sdr... Orang Tua/ Wali Ananda... Alamat... Lampiran 1 INFORMASI KEPADA ORANG TUA/ WALI SUBJEK PENELITIAN Kepada Yth, Bapak/ Ibu/ Sdr... Orang Tua/ Wali Ananda... Alamat... Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu/ Sdr dapat mengizinkan ananda......untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Pengaruh Pelarut DMSO terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Pengaruh Pelarut DMSO terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum LAMPIRAN Lampiran 1. Data Pengaruh Pelarut DMSO terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum 1. Data Persentase Kontraksi Otot Polos Ileum Akibat Pemberian Log Konsentrasi Konsentrasi Asetilkolin (Kontrol) % Respon

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil Uji Screening Panelis Terlatih. Hasil Uji Matching Test. Panelis dengan jawaban benar 87% : 8

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil Uji Screening Panelis Terlatih. Hasil Uji Matching Test. Panelis dengan jawaban benar 87% : 8 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Screening Panelis Terlatih Hasil Uji Matching Test Jumlah Pa nelis : 50 Pertanyaan : 8 Panelis de ngan jawaban benar 100 % : 12 Panelis dengan jawaban benar 87% : 8 Panelis

Lebih terperinci

LEMBAR PEMERIKSAAN GIGI HUBUNGAN PERAN IBU DALAM MEMBERSIHKAN RONGGA MULUT DENGAN PENGALAMAN KARIES ANAK UMUR 1-3 TAHUN DI DESA PAYA GELI

LEMBAR PEMERIKSAAN GIGI HUBUNGAN PERAN IBU DALAM MEMBERSIHKAN RONGGA MULUT DENGAN PENGALAMAN KARIES ANAK UMUR 1-3 TAHUN DI DESA PAYA GELI LEMBAR PEMERIKSAAN GIGI HUBUNGAN PERAN IBU DALAM MEMBERSIHKAN RONGGA MULUT DENGAN PENGALAMAN KARIES ANAK UMUR 1-3 TAHUN DI DESA PAYA GELI Tanggal pemeriksaan : Nama ibu : Nama anak : Tanggal lahir : Alamat

Lebih terperinci

: Citra Mega Kharisma Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 27 Mei 1992

: Citra Mega Kharisma Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 27 Mei 1992 LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Citra Mega Kharisma Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 27 Mei 1992 Agama : Islam Alamat : Jalan Beringin V, nomor 2, Gaperta, Helvetia, Medan Riwayat Pendidikan : 1.

Lebih terperinci

Concentration Color Aroma Taste Crispiness Overall 2.5 % % %

Concentration Color Aroma Taste Crispiness Overall 2.5 % % % Appendix. Preliminary Research s Results Saline Tofu chips Concentration Color Aroma Taste Crispiness Overall.5 %.84 3.5 3.48 3.64 3.08 5 % 3.6 3.5 3.68 3.64 3.6 7.5 % 3.5 3.79 4.4 3.88 3.64 Explanation

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Worksheet & Scoresheet. 1.1 Worksheet Uji Ranking Hedonik. Tanggal Uji : Jenis Sampel : Daun Sereh Kering

LAMPIRAN 1. Worksheet & Scoresheet. 1.1 Worksheet Uji Ranking Hedonik. Tanggal Uji : Jenis Sampel : Daun Sereh Kering LAMPIRAN 1. Worksheet & Scoresheet 1.1 Worksheet Uji Ranking Hedonik Tanggal Uji : Jenis Sampel : Daun Sereh Kering Identifikasi Sampel Sereh yang dikeringkan dengan Solar Tunnel Dryer Sereh yang dikeringkan

Lebih terperinci

Uji Validitas I. Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a Total Reliability Statistics Cronbach's Alpha

Uji Validitas I. Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a Total Reliability Statistics Cronbach's Alpha Uji Validitas I Case Processing Summary N % Cases Valid 19 95.0 Excluded a 1 5.0 Total 20 100.0 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.971 41 Item Statistics Mean Std. Deviation N PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Rekomendasi Persetujuan Kode Etik Penelitian Kesehatan

Lampiran 1. Surat Rekomendasi Persetujuan Kode Etik Penelitian Kesehatan 43 Lampiran 1. Surat Rekomendasi Persetujuan Kode Etik Penelitian Kesehatan 43 44 Lampiran 2. Data Berat Badan Mencit Setelah Dipaparkan Asap Rokok Total Rata-rata Berat Notasi Badan Mencit K 309.17 34.35±1.23

Lebih terperinci

FORMULIR DAYA TERIMA (UJI KESUKAAN) MIE BASAH JAMUR TIRAM

FORMULIR DAYA TERIMA (UJI KESUKAAN) MIE BASAH JAMUR TIRAM Lampiran 1 FORMULIR DAYA TERIMA (UJI KESUKAAN) MIE BASAH JAMUR TIRAM Nama : Tanggal : Nama Produk : Mie Basah Jamur Tiram Dihadapan Saudara terdapat empat sampel produk mie basah. Saudara diminta untuk

Lebih terperinci

Lampiran 2. Metode Analisa Kimiawi. 2.1 Uji Kadar Air 35

Lampiran 2. Metode Analisa Kimiawi. 2.1 Uji Kadar Air 35 Lampiran 2. Metode Analisa Kimiawi 2.1 Uji Kadar Air Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 35 3 gram dalam cawan porselin yang telah diketahui berat konstannya. Lalu sampel dikeringkan dalam

Lebih terperinci

LATIHAN SPSS I. A. Entri Data

LATIHAN SPSS I. A. Entri Data A. Entri Data LATIHAN SPSS I Variabel Name Label Type Nama Nama Mahasiswa String NIM Nomor Induk Mahasiswa String JK Numeris 1. 2. TglLahir Tanggal Lahir Date da Daerah Asal Numeris 1. Perkotaan 2. Pinggiran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data dan Analisis Statistik Berat Paru-paru Mencit

Lampiran 1. Data dan Analisis Statistik Berat Paru-paru Mencit Lampiran 1. Data dan Analisis Statistik Berat Paru-paru Mencit Rataan berat paru-paru mencit (Mus musculus L) setelah dipapari asap rokok elektrik dengan kandungan rasa yang berbeda Ulangan Kelompok perlakuan

Lebih terperinci

Tabel. Pengamatan Jumlah Mortalitas Larva Instar III Plutella xylostella Hama yang diinfeksikan. Persentase Mortalitas (%)Pengamatan ke-

Tabel. Pengamatan Jumlah Mortalitas Larva Instar III Plutella xylostella Hama yang diinfeksikan. Persentase Mortalitas (%)Pengamatan ke- LAMPIRAN 1. Data Pengaruh Pemberian Larutan Pestisida Nabati Perasan Daun Kayu Kuning (Arcangelisia flava L.) terhadap Mortalitas Hama Plutella xylostella pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Tabel.

Lebih terperinci

8. LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil Uji Pendahuluan

8. LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil Uji Pendahuluan 8. LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Pendahuluan Bahan Subtitusi Pengeringan Subtitusi nanas Parameter Bonggol Daging nanas buah nanas Sangrai Oven 75% 50% 25% Overall 2,647 2,653 2,513 2,787 2,880 2,760

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

SURAT PERNYATAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Lampiran I No. Urut Responden SURAT PERNYATAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP GIZI SEIMBANG PADA SISWA TK ISLAM NUR HABIB Peneliti adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 7.1. Analisa Data Hasil Uji Pendahuluan HCN Bahan Baku. Oneway. Post Hoc Tests Homogeneous Subsets. Tests of Normality

LAMPIRAN 7.1. Analisa Data Hasil Uji Pendahuluan HCN Bahan Baku. Oneway. Post Hoc Tests Homogeneous Subsets. Tests of Normality LAMPIRAN 7.1. Analisa Data 7.1.1. Hasil Uji Pendahuluan HCN Bahan Baku HCN Biji Sari Tepung Tempe Tests of Normality Kolmogorov -Smirnov a *. This is a lower bound of the true significance. a. Lillief

Lebih terperinci

Umur kelompok. Valid < 45 tahun tahun >65 tahun Total

Umur kelompok. Valid < 45 tahun tahun >65 tahun Total 80 Frequency Table Umur kelompok Valid < 45 tahun 9 7.7 7.7 7.7 45-65 tahun 77 65.8 65.8 73.5 >65 tahun 31 26.5 26.5 100.0 Jenis Kelamin Valid laki-laki 67 57.3 57.3 57.3 perempuan 50 42.7 42.7 100.0 Agama

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. x100% = 13,72% x100% = 15,90% 5,03. Sampel AK64. Ulangan 1: 0,75 x100% = 14,94% 5,02 Ulangan 2: 0,8 x100% = 16,00% 5,00 Ulangan 3: 0,8

7. LAMPIRAN. x100% = 13,72% x100% = 15,90% 5,03. Sampel AK64. Ulangan 1: 0,75 x100% = 14,94% 5,02 Ulangan 2: 0,8 x100% = 16,00% 5,00 Ulangan 3: 0,8 33 7. LAMPIRAN 7.1. Perhitungan 7.1.1. Perhitungan Kadar Air Sampel AK46 0,78 x% = 15,60% 5,00 0,68 x% = 13,60% 5,00 0,75 x% = 15,03% 4,99 Sampel AK55 0,76 x% = 15,05% 5,05 0,79 x% = 15,83% 4,99 0,69 x%

Lebih terperinci

Lampiran 1 Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1 Identifikasi Tumbuhan Lampiran 1 Identifikasi Tumbuhan Lampiran 2 Karakteristik Tumbuhan Temu Giring Tumbuhan Temu giring Rimpang Temu Giring Simplisia Rimpang Temu Giring Lampiran 2 (sambungan) 1 2 3 4 5 6 Mikroskopik serbuk

Lebih terperinci

Lampiran Universitas Kristen Maranatha

Lampiran Universitas Kristen Maranatha Lampiran 1 Cara Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Mahoni 1. Biji mahoni yang sudah dikupas kemudian dikeringkan dan digiling hingga halus. 2. Serbuk simplisia tersebut di bungkus dengan kain kasa dan dimasukkan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Format Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur Load

Lampiran 1 Format Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur Load 97 Lampiran 1 Format Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur Load Load Kelompok No. Kgf Newton Stroke Kelompok No. Kgf Newton Stroke Sampel Sampel A 1 143,8 1409,24 5,60 C 1 170,3 1668,94 5,75 2 135,4

Lebih terperinci

Normalitas bekatul mentah varietas IR-64 dan Mentik Wangi

Normalitas bekatul mentah varietas IR-64 dan Mentik Wangi 7. LAMPIRAN 7.1. Hasil Analisa SPSS Normalitas bekatul mentah varietas IR64 dan Mentik Wangi Tests of Normality KolmogorovSmirnov(a) ShapiroWilk varietas Statistic df Sig. Statistic df Sig. Air IR.327

Lebih terperinci

Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Daun Papaya (EEDP)

Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Daun Papaya (EEDP) Lampiran 1 Perhitungan dosis dan Proses Ektraksi Daun pepaya Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Daun Papaya (EEDP) Dosis daun papaya sebagai antidiare untuk manusia dengan berat badan 70 kg adalah 1 lembar

Lebih terperinci

Lampiran A. Dokumentasi Gambar Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus Testis Mencit

Lampiran A. Dokumentasi Gambar Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus Testis Mencit 36 Lampiran A. Dokumentasi Gambar Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus Testis Mencit Penampang melintang tubulus seminiferus testis setelah pemberian vitamin C dan E pada mencit yang dipajankan monosodium

Lebih terperinci

Perlakuan Lama Waktu 2 minggu. 4 Minggu. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid. Ket: (I). Inti, (L).Lemak. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid

Perlakuan Lama Waktu 2 minggu. 4 Minggu. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid. Ket: (I). Inti, (L).Lemak. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar Histologi Preparat Jaringan Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus) pada luasan sel 25 µm dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 10 x 10. Perlakuan Lama Waktu 2 Kontrol

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL OUTPUT PENILAIAN UJI HEDONIK. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Warna K. Overall K N

LAMPIRAN HASIL OUTPUT PENILAIAN UJI HEDONIK. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Warna K. Overall K N LAMPIRAN HASIL OUTPUT PENILAIAN UJI HEDONIK One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Warna K Aroma K Rasa K Tekstur K Overall K N 31 31 31 31 31 Normal Parameters a,b 80,419 74,258 Mean 65,2258 69,8710 71,2581

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN PENELITI UTAMA. : Pengaruh Pemberian Susu Mengandung EPA pada Jumlah. Sertifikat Ethical Clearance No 150/EC/FK/RSDK/2011

SURAT PERNYATAAN PENELITI UTAMA. : Pengaruh Pemberian Susu Mengandung EPA pada Jumlah. Sertifikat Ethical Clearance No 150/EC/FK/RSDK/2011 Lampiran 1. SURAT PERNYATAAN PENELITI UTAMA Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Judul penelitian : Rudiyuwono Raharjo : Pengaruh Pemberian Susu Mengandung EPA pada Jumlah CD 8+ dalam Darah Pasien

Lebih terperinci