BAB II KEPEMIMPINAN DAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KEPEMIMPINAN DAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA"

Transkripsi

1 BAB II KEPEMIMPINAN DAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA A. KEPEMIMPINAN 1. Pengertian Kepemimpinan Kata kepemimpinan merupakan terjemahan dari kata Leadership berasal dari bahasa Inggris. Terjemahan kata leadership yang paling sesuai dalam bahasa Indonesia adalah kepemimpinan. Leadership memiliki arti luas, yaitu meliputi ilmu tentang kepemimpinan, teknik kepemimpinan seni kepemimpinan, ciri kepemimpinan, serta sejarah kepemimpinan. 1 Leadership memiliki kata dasar leader, yang berarti pemimpin. Kata pemimpin di dalam bahasa Indonesia memiliki banyak arti, misalnya pimpinan, ketua, atau komandan. Namun, dalam arti yang lebih dalam, pemimpin yang dimaksudkan di dalam leadership harus diartikan sebagai seseorang yang memimpin sebuah organisasi atau institusi dan terlibat di dalamnya. Pemimpin di sini bukan berarti pemimpin insidentil, misalnya orang yang (sekali saja) membantu serombongan anak menyeberang jalan, Master of Ceremony (MC), atau seseorang yang mendadak didaulat untuk memimpin doa. 2 1 Tikno Lensufiie, Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa (Jakarta: Erlangga Group,),hlm Ibid, hlm.2. 26

2 27 Berikut pengertian kepemimpinan dari beberapa ahi : a. Menurut Stephen P Robbins dalam bukunya Hadari Nawawi yang berjudul Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian (tujuan). Pendapat ini memandang semua anggota kelompok atau organisasi sebagai satu kesatuan, sehngga kepemimpinan diberi makna sebagai kemampuan mempengaruhi semua anggota kelompok atau organisasi agar bersedia melakukan kegiatan atau bekerja untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasi. 3 b. James A.F. Stoner dan Charles Wankel berpendapat kepemimpinan adalah kemampuan dan ketrampilan mengarahkan, merupakan faktor (aktivitas) penting dalam efektivitas pemimpin. 4 c. Ordway Tead memberikan rumusan Leadership is the activity influencing people to coorperate some good which they come of find desirable. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. 5 3 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi (Jakarta: Gajah Mada Universty Pers, 2006),hlm Ibid, hlm Veithzal Rivai, dkk, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 4.

3 28 d. Menurut Kimball Young dalam bukunya Kartini Kartono yang berjudul Pemimpin dan Kepemimpinan menyatakan bahwa kepemimpinan adalah bentuk dominasi didasari kemampuan pribadi, yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan akseptansi atau penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus. 6 e. Menurut Jacobs & Jacques dalam bukunya Gary Yukl yang berjudul Kepemimpinan Dalam Organisasi menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran. 7 f. Menurut Jhon Piffner dalam bukunya Veithzal Rivai yang berjudul Pemimpin Dan Kepemimpinan Dalam Organisasi, kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. 8 g. Menurut Purwanto dalam bukunya Veithzal Rivai yang berjudul Pemimpin Dan Kepemimpinan Dalam Organisasi bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian 6 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998), hlm Gary Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi, (Jakarta: Prenhallindo, 1998), hlm Veithzal Rivai, dkk, Op.Cit.,hlm. 4

4 29 kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa. 9 Dalam Islam, kepemimpinan sering dikenal dengan perkataan khalifah yang bermakna wakil, sesuai firman Allah Swt. Dalam surah Al-Baqarah (2) : 30 : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". 10 Mustafa al-maraghi, mengatakan khalifah adalah wakil Tuhan di muka bumi (khalifah fil ardli) Rasyid Ridla al Manar, menyatakan khalifah adalah sosok manusia yang dibekali kelebihan akal, pikiran dan pengetahuan untuk 9 Ibid, hlm M. Quraish Shihab, Al-Qur an dan maknanya, (Tanggerang: Lentera Hati, 2013), hlm.6.

5 30 mengatur.istilah atau perkataan khalifah ini, mulai popular digunakan setelah Rasulullah Saw.wafat. Dalam istilah yang lain, kepemimpinan juga terkandung dalam pengertian Imam, yang berarti pemuka agama dan pemimpin spiritual yang diteladani dan dilaksanakan fatwanya. Ada juga istilah amir, pemimpin yang memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk mengatur masyarakat. 11 Dengan demikian, kepemimpinan adalah suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk memengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi, sehingga dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. 12 Menurut Hadari Nawawi dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi bahwa unsur-unsur kepemimpinan diantaranya adalah sebagai berikut: a. pemimpin atau orang yang mempengaruhi. b. orang yang dipimpin sebagai pihak yang dipengaruhi. 11 Veithzal Rivai, dkk, Op. Cit., hlm Veithzal Rivai, dkk, Op. Cit, hlm. 3-5.

6 31 c. interaksi atau kegiatan atau usaha dan proses mempengaruhi. d. tujuan yang hendak dicapai dalam proses mempengaruhi. e. perilaku atau kegiatan yang dilakukan sebagai hasil mempengaruhi. 13 Di dalam struktur kepemimpinan, pemimpin tidak dapat berdiri sendiri. Pemimpin adalah salah satu komponen di dalam kepemimpinan. Artinya, ada komponen-komponen lain di dalam sebuah struktur kepemimpinan, yaitu : a. Pemimpin b. Kemampuan menggerakkan c. Pengikut d. Tujuan yang baik e. Organisasi Kepemimpinan Organisasi Kemampuan Menggerakkan Tujuan Pemimpin Pengikut 13 Hadari Nawawi, Op. Cit., hlm. 29.

7 32 Analisis relasi unsur-unsur kepemimpinan di atas dapat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum tentang efektivitas kepemimpinan terjadi pada sebuah komunitas.indikator-indikator efektivitas kepemimpinan didapat dari unsur-unsur kepemimpinan itu Sifat Sifat Kepemimpinan Menurut Ordway Tead dalam bukunya Kartini Kartono yang berjudul Pemimpin dan Kepemimpinan mengemukakan 10 sifat kepemimpinan yaitu : 15 a. Energi jasmaniah dan mental (physical and nervous energy) Hampir setiap pribadi pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar biasa, yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, atau tenaga yang istimewa yang tampaknya seperti tidak akan pernah habis. Hal ini ditambah dengan kekuatan-kekuatan mental berupa semangat juang, motivasi kerja, disiplin, kesabaran, Ausdauer (keuletan), katahanan batin, dan kemauan yang luar biasa untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi. b. Kesadaran akan tujuan dan arah ( A sense of purpose and direction) Ia memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua perilaku yang dikerjakan. 14 Tikno lensufiie, Op. Cit., hlm Kartini kartono, Op.Cit., hlm

8 33 c. Antusiasme (enthusiasm; semangat, kegairahan, kegembiraan yang besar) Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan sukses, dan menimbulkan semangat serta esprit de corp. d. Keramahan dan kecintaan (Friendliness and affection) Affection itu berarti kesayangan, kasih saying, cinta, simpati yang tulus, disertai kesediaan berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi. e. Integritas (integrity, keutuhan, kejujuran, ketulusan hati) Pemimpin itu bersifat terbuka, merasa utuh bersatu, sejiwa, dan seperasaan dengan anak buahnya, bahkan senasib sepenanggungan dalam satu perjuangan. f. Penguasaan teknis Setiap pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya. g. Ketegasan dan mengambl keputusan (decisiveness) Pemimpin yang berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas, dan cepat sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya.

9 34 h. Kecerdasan (intelligencea) Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin itu merupakan kemampuan untuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara penyelesaiannya dalam waktu singkat. i. Keterampilan mengajar (teaching skill) Pemimpin yang baik itu adalah seorang guru pula yang mampu menuntun, mendidik, mengarahkan, mendorong (memotivir), dan menggerakkan anak buahnya untuk berbuat sesuatu. j. Kepercayaan Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya selalu didukung oleh kepercayaan anak buahnya. Yaitu kepercayaan bahwa para anggota pasti dipimpin dengan baik, dipengaruhi secara positif, dan diarahkan pada sasaran-sasaran yang benar. Menurut Kruse dalam bukunya Mulyadi yang berjudul Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu menyatakan: perilaku pemimpin meliputi disiplin diri, tujuan, pencapaian, tanggung jawab, pengetahuan, jenjang dan keteladanan memberikan pengaruh besar dalam meningkatkan kinerja seorang pemimpin dalam mengelola organisasi Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2010) hlm

10 35 3. Fungsi Kepemimpinan Menurut William A. Cohen dalam bukunya Gatot Suradji yang berjudul Ilmu dan Seni Kepemimpinan menjelaskan bahwa kepemimpinan itu seni mempengaruhi orang lain untuk melakukan unjuk kerja maksimum guna menyelesaikan suatu tugas mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan suatu proyek. 17 Fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing, membangun,memberi ataumembangunkan motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi atau pengawasan yang efisien dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan. 18 Selanjutnya secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan yaitu : a. Fungsi instruksi Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana perintah itu dikerjakan agar keputusan dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah. 17 Gatot Suradji dan Engelbertus Martono, Ilmu dan Seni Kepemimpinan (Bandung : Pustaka Reka Cipta, 2014), hlm Kartini Kartono, Op. Cit., hlm. 81.

11 36 b. Fungsi konsultasi Fungsi ini bersifat komunkasi dua arah.pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan. Biasanya pemimpin akan meminta pertimbangan terhadap atau berkonsultasi kepada orang-orang yang dipimpinnya, yang dinilai memiliki berbagai bahan informasi yang diperlukan untuk menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi terhadap bawahan dalam rangka mengharapkan feedback untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif, diharapkan apa yang diputuskan oleh pimpinan akan mendapatkan dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif. c. Fungsi partisipasi Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilaksanakan secara terkendali dan terarah, berupa kerjasama dengan tidak mencampuri dan mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin tetap dalam fungsi sebagai pemimpin bukan sebagai pelaksana. d. Fungsi delegasi Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang untuk membuat keputusan, baik melalui persetujuan dari

12 37 pimpinan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan.fungsi delegasi pada dasarnya kepercayaan.para penerima delegasi adalah orang-orang yang diyakni merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi. e. Fungsi pengendalian Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan. 19 Dalam kepemimpinan faktor pemimpin tidak dapat dilepaskan dari faktor orang yang dipimpin. Keduanya saling tergantung sehingga yang satu tidak mungkin ada tanpa yang lain. 20 Seseorang dapat menjalankan fungsi kepemimpinan apabila memenuhi beberapa persyaratan, sebagai berikut : a. Memiliki kecerdasan atau intelegensi yang cukup baik Seorang pemimpin harus mampu menganalisa masalah yang dihadapi organisasinya.kemampuan itu memungkinkan seorang pemimpin mengarahkan pemikiran anggotanya dalam menyusun perencanaan dan menetapkan keputusan yang tepat dalam mewujudkan beban tugas organisasinya. b. Percaya diri sendiri dan bersifat membership. Seorang pemimpin harus selalu yakin bahwa dengan kemampuan yang dimilikinya setiap beban kerjanya akan dapat diwujudkan. 19 Musfirotun Yusuf, Manajemen Pendidikan (Pekalongan : STAIN Pekalongan Press, 2012), hlm Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2002),hlm.79

13 c. Cakap bergaul dan ramah tamah Seorang pemimpin harus diterima oleh anggota kelompoknya, untuk itu seorang pemimpin hanya akan efektif menjalankan kepemimpinannya bilamana mampu dan cakap bergaul dengan orang lain. d. Kreatif, penuh inisiatif dan memiliki hasrat atau kemauan untuk maju dan berkembang menjadi lebih baik. Seorang pemimpin harus mampu memprakarsai suatu kegiatan secra kreatif. e. Organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa Seorang pemimpin harus mampu mengelola kerjasama sekelompok manusia sebagai suatu organisasi dengan pembagian satuan kerja dan penempatan setiap personal secara tepat dan berdaya guna. f. Memiliki keaslian atau ketrampilan dalam bidangnya. Untuk mewujudkan kerja sesuai dengan sifat dan jenis organisasi yang mengemban misi tertentu, selalu diperlukan personal yang memiliki ketrampilan atau keahlian yang berbeda antar satu oraganisasi dengan organisasi yang lain. g. Suka menolong, memberi petunjuk dan dapat menghukum secara konsekuan dan bijaksana. Seorang pemimpin harus selalu berusaha membantu atau menolong orang-orang yang dipimpinnya apabila menghadapi kesulitan., baik kesulitan dalam bidang kerja maupun kesulitan pribadi. h. Memiliki keseimbangan atau kesetabilan emonsional dan bersifat bebas. Seorang pemimpin harus mampu mengendalikan emosinya dan selalu berusaha mempergunakan pemikiran yang rasional dan logisdalam mengahadapi masalah dan dalam mengambil suatu keputusan. i. Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi. Seorang pemimpin selalu bekerja dan berbuat untuk kepentingan organisasi atau seorang organisasi yang menjadi anggota kelompoknya. j. Berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab. Seseorang pemimpin selalu menjadi contoh atau patokan dan suri teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya. k. Jujur, rendah hati, sederhana dan dapat dipercaya. Sikap jujur, rendah hati dan sederhana dalam setiap perbuatan akan menimbulkan kepercayaan orang lain. l. Bijaksana dan selalu berlaku adil. Seorang pemimpin harus bijaksana dan adil dalam membagi pekerjaan dan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkenaan dengan perseorangan atau kelompok-kelompok kecil di dalam organisasi. 38

14 39 m. Disiplin Seorang pemimpin harus berusaha dengan sungguhsungguh dalam menegakkan dsiplin kerja, disiplin waktu dan dalam mentaati peraturan yang telah ditetapkan di dalam organisasi atau lembaga yang dipimpinnya. n. Berpengetahuan dan berpandangan luas Seorang pemimpin harus selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan bidang kerjanya agar mampu memenuhi tuntutan masyarakat dan kemajjuan ilmu pengetahuan serta tehnologi. o. Sehat jasmani dan rohani. Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap perwujudan kepemimpinan yang efektif Tipe dan Gaya Kepemimpinan Setiap pemimpin berbeda-beda cara berperilaku guna mempengaruhi anak buah. Perilaku yang berbeda itu tercermin dari sikap tindakan melakukan pekerjaan. Misalnya, cara pemimpin memerintah rapat, membuat keputusan, dan atau cara-cara lain. Sikap berperilaku itu adalah aspek-aspek gaya kepemimpinan. Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku,gerak gerik yang bagus,kekuatan dan kesanggupan untuk berbuat baik.sedangkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau pola perilaku dan strategi yang disukai danditerapkan oleh seorang pemimpin. 22 Adapun tipe-tipe kepemimpinan yang pokok, atau dapat juga disebut ekstrem, ada tiga yaitu : 21 Ibid, hlm Ibid, hlm. 121.

15 40 a. Kepemimpinan yang otokratis Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya.baginya, memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok.kekuasaan pemimpin yang otokratis hanya dibatasi oleh undang-undang. Penafsirannya sebagai pemimpin tidak lain adalah menunjukkan dan memberikan perintah. Kewajiban bawahan atau anggota-anggotanya hanyalah mengikuti dan menjalankan, tidak boleh membantah ataupun mengajukan saran. Akibat-akibat negatif dalam kepemimpinan ini dibidang pendidikan adalah: 1) Guru menjadi penurut yang tidak mau dan tidak mampu berinisiatif dan takut mengambil keputusan. 2) Guru dan murid dipaksa bekerja keras, patuh dan mekanis dengan diliputi perasaan takut dan ketegangan karena terus menerus dibayangi dengan ancaman hukuman. 3) Sekolah menjadi statis. Kepemimpinan otokratis bertolak dari asumsi bahwa manusia adalah obyek yang dapat diatur menurut kehendak pemimpin sebagai penguasa, sebagaimana boneka atau robot yang

16 41 harus selalu siap menjalankan instruksi tanpa bertanya dan membantah. 23 b. Kepemimpinan Laissez Faire Dalam tipe kepemimpinan macam ini, sebenarnya pemimpin tidak memberi pimpinan.tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya.pemimpin yang termasuk tipe ini tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggotaanggotanya. Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan kepada anggota-anggota kelompoknya., tanpa petunjuk atau saran-saran dari pimpinan kekuasaan dan tanggung jawab bersimpang siur berserakan diantara anggota-anggota kelompoknya, tidak merata. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan dan bentrok-bentrokan. Di dalam tipe kepemimpinan ini, biasanya tidak ada organisasi. Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pemimpin. 24 c. Kepemimpinan yang demokratis Pemimpin yang bertipe demokratis, menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah anggota kelompoknya. Hubungan dengan anggota-anggota kelompoknya bukan sebagai majikan terhadap bawahannya, melainkan sebagai saudara tua diantara teman-teman sekerjanya atau sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya. Pemimpin Musfirotun Yusuf, Administrasi Pendidikan, (Pekalongan: STAIN Press, 2003), hlm. 24 Hadari Nawawi, Op. Cit., hlm. 80.

17 42 yang demokratis selalu berusaha untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan-tindakan dan usaha-usahanya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya. 25 Untuk mencapai kepemimpinan yang demokratis, aktivitas pemimpin harus : 1) Meningkatkan interaksi kelompok dan perencanaan kooperatif. 2) Menciptakan iklim yang sehat untuk perkembangan individual dan memecahkan pemimpin-pemimpin yang potensial. Konsep kepemimpinan yang demokratis harus dapat dibuktikan kepemimpinannya dengan arah tindakan dimana: 1) Kebebasan pemikiran seseorang atau kelompok menghasilkan tindakan yang bertangung jawab. 2) Orang-orang memakai kecakapannya dengan efektif dalam menyelesaikan masalah-masalah. 3) Perbedaan penilaian dari kepercayaan dapat memanfaatkan perbedaan itu untuk lebih mendekati kebenaran. 4) Motivasi perasaan dan sentimen orang-orang mendorong dan mengarahkan kepada pemecahan masalah-masalah Musfirotun Yusuf, Manajemen Pendidikan, (Pekalongan: STAIN Press, 2012), hlm.

18 43 5) Kelompok-kelompok dapat mencari pertimbangan antara kepentingan kelompok dan kepentingan umum. 26 Menurut Kartini Kartono, terdapat 8 (delapan) tipe kepemimpinan antara lain: 27 a. Tipe kharismatis Tipe kepemimpinan kharismatis ini memiliki kekuatan energy, daya tarik, dan wibawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. b. Tipe Paternalistis dan maternalistis Yaitu tipe kepemimpinan yang kebapakan atau keibuan, dengan siafat-sifat antara lain sebagai berikut: 1) menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak atau belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, 2) bersikap terlalu melindungi, 3) jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, 4) hamper tidak pernah memberikan kesempatan bawahannya untuk berinisiatif, 5) bersikap maha tahu dan maha benar. c. Tipe Militeristis Tipe ini sifatnya sok kemiliter-militeran. Hanya gaya luar saja yang mencontoh gaya militer. Tetapi jika dilihat lebih 26 Hendiyat Soetopo, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 2000), hlm Kartini Kartono, Op. Cit., hlm

19 44 seksama, tipe ini mirip sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat pemimpin militeris antara lain : 1) lebih banyak menggunakan sistem perintah terhadap bawahannya, keras sangat otoriter, kaku, seringkali kurang bijaksana, 2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, 3) menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual, 4) menuntut adanya disiplin keras, 5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, 6) komunikasi hanya berlangsung searah saja. d. Tipe otokratis atau otoritatif Kepemimpinan otokratis itu mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi.pemimpinnya selalu mau berperan sebagai peran tunggal pada a one-man show.dia berambisi sekali untuk merajai situasi.setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya.anak buah tidak pernah diberi informasi mendetail engenai rencana dan tindakan yang harus dilakukan.semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi pemimpin sendiri. e. Tipe Laissez Faire Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin; dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya.semua pekerjaan dan

20 45 tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri.dia merupakan pemimpin simbol, dan biasanya tidak memiliki ketrampilan teknis.sebab duduknya sebagai pemimpin diperolehnya melalui penyogokan, suapan atau berkat sistem nepotisme.dia tidak mempunyai kewibawaan dan tidak bisa mengontrol anak buahnya. Tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, dan tidak berdaya sama sekali menciptakan suasana kerja kooperatif. Sehingga organisasi yang dipimpinnya menjadi kacau balau dan morat-marit. f. Tipe populistis Kepemimpinan populistis adalah kepemimpnan yang dapat membangunkan solidaritas rakyat, misalnya Sukarno dengan ideologi marhaenismenya, yang menekankan masalah kesatuan nasional.tipe kepemimpinan ini berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional.juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan dari pihak luar. g. Tipe Administratif Kepemimpinan tipe administratif adalah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.sedang para pemimpinnya sendiri dari teknokrat dan administrator yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan.dengan demikian dapat dibangun system administrasi dan birokrasi yang efisien untuk memerintah.

21 46 h. Tipe Demokratis Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri pribadi) dengan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada person atau individu pemimpin akan tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. B. Ekstrakurikuler Kepramukaan 1. Pengertian ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler pada dasarnya bersal dari rangkaian tiga kata yaitu : kegiatan, ekstra, dan kurikuler. Kata ekstrakurikuler berasal dari kata ekstra dan kurikuler.ekstra berasal dari kata Extra (Inggris) yang artinya tambahan.kurikuler berasal dari kata Curriculum (Inggris) yang artinya rencana pelajaran.jika keduanya digabungkan Ekstrakurikuler berarti di luar rencana pelajaran. 28 Menurut bahasa, kata ekstra mempunyai arti tambahan di luar yang resmi.sedangkan kata kurikuler, mempunyai arti bersangkutan dengan 28 John.Echols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1993), hlm. 227.

22 47 kurikulum. 29 Sehingga kegiatan ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan tambahan di luar yang berkaitan dengan kurikulum. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar kelas dan diluar jam pelajaran untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki peserta didik baik berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya maupun dalam pengertian khusus untuk membimbing peserta didik dalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada dalam dirinya melalui kegiatan-kegiatan yang wajib maupun pilihan. 30 Menurut Dewa Ketut Sukardi bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh para siswa di luar jam pelajaran biasa, termasuk pada saat liburan sekolah, yang betujuan untuk memberikan pengayaan kepada peserta didik dalam artian memperluas pengetahuan peserta didik dengan cara mengaitkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya. 31 Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka), baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah, dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai bidang studi Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Panduan Ektrakurikuler Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), hal Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir Di Sekolah Sekolah, (Jakarta: Galia Indonesia, 1987), hlm Moh.Uzer Usman dan Lilis Setyowati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 22.

23 48 Jadi kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar jam sekolah yang telah ditentukan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk lebih mengaitkan pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikuler dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.kegiatan ini disamping dilaksanakan di sekolah, dapat juga dilaksanakan di luar sekolah guna memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan atau kemampuan meningkatkan nilai sikap dalam rangka penerapan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dan kurikulum sekolah. Secara umum kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan keterampilan interpersonal siswa.melalui kegiatan ekstrakurikuler siswa menjalin hubungan interpersonal dengan teman sebaya anggota ekstrakurikuler yang diikuti, senior, dan pembina ekstrakurikuler.bagi siswa yang memiliki kompetensi interpersonal rendah, pola kegiatan dan materi yang diajarkan dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan penerimaan sosial dan popularitas, menurunkan alienasi sosial, mengembangkan identitas sosial dan menurunkan perilaku antisosial. 33 Pada hakekatnya tujuan kegiatan ekstrakurikuler yang ingin dicapai adalah untuk kepentingan siswa. Dengan kata lain, kegiatan ektrakurikuler memiliki nilai-nilai pendidikan bagi siswa dalam upaya hlm Suparno, Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi, (Yogyakarta: Kanisius, 2002),

24 49 pembinaan manusia seutuhnya. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dapat meningkatkan kepemimpinan yakni ekstrakurikuler kepramukaan. 2. Kepramukaan a. Pengertian Pramuka Istilah kepramukaan berasal dari kata pramuka yang merupakan kepamjangan dari Praja Muda Karana, berarti rakyat muda yang suka berkarya. Akar kata ini mendapat awalan ke-dan akhiran an, sehingga menjadi kata kepramukaan yang artinya suatu proses dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggung jawab orang dewasa. 34 Kepramukaan merupakan salah satu proses pendidikan luar lingkungan sekolah dan di luar keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alamterbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak. 35 Menurut Lord Baden-Powell (terjemahan) kepramukaan itu bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari dengan tekun, bukan pula merupakan ajaran-ajaran dan naskah-naskah dari suatu buku. Bukan! Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, 34 W. J. S. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hlm Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Jawa Tengah,Pedoman Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (Jawa Tengah : Kwartir Daerah,2009),hlm.10.

25 50 mengadakan pengembaraan bagaikan kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, keterampilan dan kesediaan untuk memberipertolongan bagi yang membutuhkannya. Kepramukaan adalah suatu permainan yang mengandung pendidikan yang dapat memberikan sumbangan positif terhadap Negara dengan penyemaian benih-benih calon pemimpin yang patriotis. 36 Sedangkan pengertian kepramukaan berdasarkan AD/ART Gerakan Pramuka Bab III pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan,yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. 37 Sementara itu, The World Organization of The Scout Movement (WOSM) menyatakan bahwa kepramukaan adalah: - Pendidikan sepanjang hayat, yang artinya: Kepramukaan merupakan pelengkap pendidikan sekolah dan pendidikan dalam keluarga, mengisi kebutuhan peserta didik yang tidak terpenuhi oleh kedua pendidikan tersebut. Kepramukaan mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki 36 Andri Bob Sunardi. Boyman : Ragam Latih Pramuka (Bandung: CV.Nuansa Muda,2006), hlm Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, (Jakarta: Kwarnas Gerakan Pramuka, 2005), hlm. 28.

26 51 peserta didik, minat untuk melakukan penjelajahan/penelitian, penemuan dan keinginan untuk tahu. - Kegiatan kaum muda, yang artinya: Kepramukaan adalah suatu gerakan.suatu prses, suatu aktivitas yang dinamis dan selalu bergerak maju. Kepramukaaan sebagai proses pendidikan dalam bentuk kegiatan bagi remaja dan pemuda itu dimanapun dan kapanpun selau berubah sesuai dengan kepentingannya, kebutuhan dan kondisi setempat. - Rekreasi yang edukatif, yang artinya : Kepramukaan bukan sekedar rekreasi.dengan rekreasi itu, peserta didik mengembangkan kemantapan mental, fisik, pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, dan rasa social dan spiritual. - Terbuka bagi siapapun, yang artinya: Sesuai dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan yang ditetapkan oleh penemu kepramukaan Lor Baden Powell, kepramukaan itu terbuka untuk siapapun dengan tidak memandang suku, agama, ras dan golongan. - Tantangan bagi orang dewasa, yang artinya: Dalam kepramukaan orang dewasa tidak hanya memperoleh kesempatan untuk beribadah atau memberikan pengabdian membantu kaum muda, tetapi juga menghadapi tantangan dalam membina interaksi dan saling pengertian dengan

27 52 kaum muda, serta dalam memahami kaum muda. Dalam pengabdiannya orang dewasa (Pembina) akan memperoleh pelatihan dan pengalaman yang sangat berharga yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya potensi yang dimilikinya. - Kesukarelaan, yang artinya: Kesukarelaan merupakan ketentuan konstitusional keanggotaan organisasi gerakan pramuka di seluruh dunia. Gerakan pramuka yang keanggotaannya tidak berdasarkan kesukarelaan bukanlah organisasi Gerakan Pramuka dan tidak bisa menjadi anggota The World Organization of The Scout Movement (WOSM). Seseorang menjadi anggota organisasi Gerakan Pramuka berupa Kode Kehormatan Pramuka Tri Satya dan Dasa Darma serta secara sukarela mengucapkan Tri Satya dan mengamalkannya. - Non politik dan non pemerintah, yang artinya: Gerakan pramuka sebagai oraganisasi pendidikan, tidak dan harus tidak menjadi bagian atau mewakili partai poltik atau organisasi apapun termasuk pemerintah dan instansinya.naum para pramuka didorong untuk memberikan pengabdian yang konstruktif kepada masyarakat, bangsa, dan negara.setiap pramuka disiapkan untuk menjadi warga Negara yang bermoral tinggi, sehat mental fisiknya dan mengabdikan dirinya bagi masyarakat, bangsa dan negara.

28 53 - Metode, yang artinya : Kepramukaan merupakan cara pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia, akhlak, budi pekerti kaum muda, yang dilaksanakan dengan metode kepramukaan. - Norma hidup, yang artinya : Kepramukaan sebagai proses pendidikan, merupakan norma hidup yang mengandung nilai spiritual. Norma hidup yang menekankan pada upaya mengutamakan nilai spiritual dalam kehidupan dan penghidupan di atas kehidupan materal. - Nilai sosial Mendorong peserta didik untuk melibatkan diri dalam pembangunan masyarakat, menghormati dan menghargai orang lain dan integritas alam seisinya. Dengan kepramukaan mempromosikan kerukunan dan kedamaian local maupun internasional, serta memupuk saling pengertian dalam kerjasama. - Nilai pribadi Membina dan mengembangkan rasa tanggungjawab pribadi serta membangkitkan hasrat peserta didik untuk bersikap dan bertindak laku yang bertanggungjawab Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Jawa Tengah, Op. Cit., hlm

29 54 b. Sejarah Kepramukaan Mempelajari sejarah kepramukaan tidak lepas dari riwayat hidup pendiri Geraka Pramuka Sedunia, Lord Robert Boden Powell. Hal ini disebabkan karena pegalaman hidup beliaulah yang mengilhami untuk mengeluarkan gagasannya mengenai pengaruh pada adpembinaan para remaja di Negeri Inggris. Boden Powell lahir pada tanggal 22 Pebruari 1857 di London, nama sesungguhnya Robert Stephenson Smyth (tetapi para pandu biasa memanggilnya Boden Powell). Ayahnya seorang Profesor Geometry di Universitas Oxford, bernama Boden Powell, yang meninggal ketika Stephenson masih kecil. 39 Sejarah kepramukaan dunia disebutkan bahwa pada awal tahun 1908, Boden Powell selalu menulis cerita pengalamannya sebagai bungkus acara latihan kepramukaan yang dirintisnya.kumpulan tulisannya itu kemudian terbit sebagai buku Scouting for Boys. Buku ini cepat tersebar ke seluruh negeri Inggris, bahkan ke Negaranegara lainnya.dan berdiri dimana-mana organisasi kepramukaan (yang semula hanya untuk anak laki-laki berusia penggalang) yang disebut Boy Scout. Kemudian disusul berdirinya organisasi kepramukaan putri yang diberi nama Girl Guidesatas bantuan Agnes, adik perempuan Boden Powell dan diteruskan oleh Ny.Boden Powell Andri Bob Sunardi, Op. Cit,.hlm Gerakan Pramuka, Bahan Serahan KMD, (Jakarta: Kwarnas, 2001), hlm. 20

30 55 Tahun 1916 berdiri kelompok pramuka usia siaga yang disebut Cub (anak srigala) dengan buku The Juggle Book, berisi cerita tentang Mowgil anak didikan rimba (anak yang dipelihara di hutan oleh induk srigala) karangan Rudyard Kipling sebagai cerita pembungkus Cub tersebut. Tahun 1918 Boden Powell membentuk Rover Scout (pramuka usia penegak) untuk menampung mereka yang sudah lewat 17 tahun tetapi masih senang dan giat dibidang kepramukaan. Tahun 1922 Boden Powell menerbitkan buku Rovering to Success (mengembara menuju bahagia) yang berisi petunjukbagi para pramuka penegak dalam mengahadapi hidupnya agar mencapai kebahagiaan. Buku itu menggambarkan seorang pemuda yang harus mengayun sampannya sendiri menuju kepantai bahagia, di hadapannya terhadap karangkarang berbahaya, yaitu : karang perjudian, karang wanita, karang minuman keras dan merokok, karang mementingkan diri sendiri dan mengorbankan orang lain (munafik), dan karang tidak ber-tuhan. 41 Jadi dari semula Boden Powell telah mengajarkan bahwa untuk bisa meraih keberhasilan, para pemuda harus bisa menahan diri dari berbagai macam tantangan dan rintangan untuk menghindari rintangan berbentuk karang kehidupan atau perbuatan atau kebiasaan yang kurang baik. Pada tahun 1920 diselenggarakan jambore sedunia, diarea Olympia, London. Boden Powell telah mengundang pramuka dari Andri Bob Sunardi, Op. Cit,.hlm

31 56 negara, dan pada saat itu Boden Powell diangkat sebagai bapak pandu sedunia (Chief Scout of the World). Pada tahun yang sama,dibentuk Dewan Internasional dengan 9 orang anggota dan Biro sekretariatnya berada di London, inggris. Pada tahun 1958 Biro Kepramukaan sedunia (putera) dipindahkan dari London ke Ottawa di Kanada. Tanggal 1 mei 1968 Biro kepramukaan Sedunia(putera) dipindahkan lagi ke Geneva,di Swiss. Sejak tahun 1920 sampai 1965 Kepala Biro Kepramukaan Sedunia dipegang berturut-turut oleh Hubert Martin (Inggris), colonel J.S. Wilson (Inggris),Mayjen D.C. Spray (Canada). Tahun 1965 D.C. Spry diganti R.T Lund, dan sejak 1 Mei 1968 dipegang oleh DR. Laszio Nagy sebagai Sekjen. Biro Kepramukaan Sedunia (Putera) hanya mempunyai 40 orang tenaga staf yang ada d Geneva dan 5 Kantor Kawasan, yaitu di Costaria, Mesir, Pilipina, Swiss, dan Nigeria. Biro Kepramukaan Sedunia (Puteri) sampai sekarang tetap berada di London dan juga mempunyai kantor di 5 Kawasan, yaitu Eropa, Asia Pasifik, Arab, Afrika dan Amerika Latin. 42 Kepanduan masuk di Indonesia (pada waktu itu masih Hindia Belanda, karena Negara kita sedang dijajah orang Belanda) pertamatama dibawa oleh orang Belanda.Organisasinya bernama Nederland Indische Padvinders Vereniging (NIPV) yang artinya adalah Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda.Kemudian berdiri organisasi-organisasi kepanduan yang bercirkan nasionalisme, dan organisasi kepanduan 42 Gerakan Pramuka, Bahan Serahan KMD, (Jakarta: Kwarnas, 2001), hlm. 22.

32 57 nasional yang pertama didirikan adalah pada tahun 1916, Javaanse Padvinders Organisatie (JPO) atas prakarsa Sultan Pangeran Mangkunegara VII di Surakarta. Pendiri JPO ini membuat para remaja dan pemuda di daerah lain tertarik mendirikan organisasi kepanduan. Yang memang pada waktu itu bisa dianggap sebagai salah satu perjuangan dalam usahanya mencapai kemerdekaan. Tonggak kebangkitan bangsa Indonesi adalah berdirinya organisasi Boedi Oetomo, 20 Mei Lalu peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang menjiwai Gerakan Kepanduan Nasional kita semakin bergerak maju (merupakan semangat Nasionalisme). Kemudian setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 berdiri kembali organisasi-organisasi kepanduan hngga mencapai jumlah lebih dari 100 organisasi yang tergabung ke dalam 3 federasi, yaitu: - IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia, ( ), - POPPINDO (Persatuan Organisas Pandu Puteri, tahun 1954), dan - PKPI (Perserikatan Kepanduan Puteri Indonesia). Kemudian terjadi peristiwa penting lainnya adalah Jambore Nasional Kepanduan Pertama pada masa Pandu (sebelum jadi pramuka), yaitu diselenggarakan di Pasar Minggu.Jakarta pada tahun 1955 (diselenggarakan oleh PINDO).Ketiga federasi tersebut bergabung menjadi satu dalam PERKINDO (Persatuan Kepaduan Indonesia), sekitar 60 Organisasi dengan anggota

33 58 pandu.akhirnya, disadari bahwa banyaknya organisasi kurang baik untuk Persatuan Bangsa, maka Pemerintah mengeluarkan KEPPRES No. 238/61Tentang Gerakan Pramuka, sebagai dukungan pemerintah terhadap organisasi kepanduan di Indonesia.Keppres tersebut di atas ditandatangani oleh Perdana Menteri RI saat itu, Ir. H. Juanda (Presiden Soekarno sedang mengadakan dukungan kenegaraan ke Negara Jepang). Gerakan Pramuka bukan badan pemerintah, semua organisasi kepaduan melebur diri masuk menjadi anggota Gerakan Pramuka, kecuali organisasi-organsasi kepanduan yang berhaluan kiri/komunis.mulailah Gerakan Pramuka berkembang menjadi organisasi yang disegani.kemudian sampai saat ini telah diselenggarakan beberapa kali Jambore Nasional (Jamnas). 43 c. Tujuan dan Fungsi Ekstrakurikuler Pramuka Tujuan gerakan pramuka adalah mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga menjadi : a. Manusia berwatak, berkepribadian, dan berbudi pekerti luhur, yang: 1) Tinggi moral, spiritual, kuat mental, sosial, intelektual, emosional, dan fisiknya; 43 Andri Bob Sudino, Op. Cit., hlm

34 59 2) Tinggi kecerdasan dan mutu keterampilannya; 3) Kuat dan sehat jasmaninya. b. Warga Negara Republik Indonesia yang berjiwa pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan Negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan, baik lokal, nasional, maupun internasional. 44 Sedangkan gerakan pramuka berfungsi sebagai lembaga luar sekolah dan di luar sekolah serta sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda dengan menerapkan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan serta sistem among, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia. 45 Dapat juga dikatakan bahwa fungsi kepramukaan adalah: 1) Sebagai kegiatan menarik (game) yang mengandung pendidikan bagi anak-anak, remaja dan pemuda. Jadi, semua kegiatan yang didelenggarakan tidak boleh bersifat hura-hura semata, tetapi harus direncanakan, diorganisir sebelumnya dan harus dapat dievaluasi. 44 Gerakan Pramuka, Bahan Serahan KMD, (Jakarta: Kwarnas, 2010), hlm Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Jawa Tengah,Op. Cit., hlm. 13.

35 60 2) Sebagai pengabdian bagi orang dewasa. Setiap orang dewasa yang mengabdikan diri dalam pembinaan generasi muda di gerakan pramuka harus dijiwai dengan semangat pengabdian yang tinggi dan harus selalu mencari inovasi baru yang dapat digunakan sebagai bahan membina yang nantinya dapat bermanfaat bagi orang lain dewasa itu sendiri maupun peserta didiknya. Disamping itu setiap orang dewasa yang menghendaki hasil didikannya berhasil secara maksimal dan memuaskan, maka ia harus bisa menempatkan diri secara tepat dihadapan peserta didiknya (artinya di gerakan pramuka harus bisa menjadi seorang kakak yang baik dan pantas menjadi tauladan bagi adik-adiknya bukan mencampur adukkan posisinya yang ganda sebagai Guru dan Pembina). 3) Sebagai alat untuk mencapai tujuan bagi masyarakat dan organisasi. Setiap kegiatan dan materi yang diberikan di gerakan pramuka bukanlah menjadi tujuan utama, tetapi semua itu hanya sekedar alat untuk mencapai tujuan. Jadi, setiap kegiatan dan materi di gerakan pramuka harus disesuaikan dengan keinginan,

36 61 minat, kebutuhan, situasi dan kondisi masyrakat atau organisasi yang menyelenggarakan kegiatan kepramukaan. 46 d. Tingkatan dalam Pramuka 1. Kesiagaan Siaga adalah anggota muda Gerakan Pramuka yang berusia 7 sampai 10 tahun. Satuan digugus depan sebagai tempat berhimpunnya pramuka siaga dsebut Perindukan Siaga. Perindukan idealnya terdiri atas pramuka siaga yang dibagi ke dalam 3-4 kelompok disebut Barung.Barung yang ideal terdiri atas 6 pramuka siaga.perindukan siaga dipimpin oleh pembina perindukan siaga disingkat pembina siaga dibantu oleh pembantu pembina siaga.untuk melaksanakan tugas di tingkat prindukan, dipilih pemimpin barung utama yang dipanggil sulung dan dipilih dari para pemimpin barung.posisi pemimpin barung utama tidak permanen, dapat berganti setelah beberapa kali latihan.halini dimaksudkan untuk memberi kesempatan lebih banyak bagi anggota barung berlatih menjadi memimpin. 47 Didalam kegiatan siaga dibentuk Dewan Siaga (Dewan Satuan Siaga) untuk memenuhi hak anak dan melatih 46 Arwan Hardiyanto, Jalur Alternatif Mengikuti Jejak Tapak Anak Sang Pandu, (Klaten: Kurnia Abadi Offset), hlm Gerakan Pramuka, Bahan Serahan KMD, (Jakarta: Kwarnas, 2010), hlm. 39.

37 62 kepemimpinan pramuka siaga.ketua Dewan Siaga adalah Pemimpin Barung Utama atau Sulung. Dewan Siaga bertugas : - Memilih dan membahas kegiatan yang diusulkan Pembina - Mengatur kegiatan perindukan - Menjalankan keputusan-keputusan yang diambil Dewan, termasuk pemberian penghargaan Kepenggalangan Penggalang adalah anggota muda Gerakan Pramuka yang berusia tahun.untuk pendidikan kepemimpinan dan mengikutsertakan dalam pengambilan keputusan para pramuka penggalang, dibentuk Dewan Pasukan Penggalang, disingkat Dewan Penggalang, yang terdiri atas Pemimpin Regu Utama (Pratama), para Pemimpin Regu, Wakil Pemimpin Regu, Pembina Penggalang dan Para Pembantu Pembina Penggalang. Pasukan Penggalang idealnya terdiri atas 3 sampai 4 Regu dengan jumlah anggota Regu 6 sampai dengan 8 penggalang. Dewan Penggalang bertugas: - Mengurus dan mengatur program kegiatan-kegiatan Pasukan Penggalang - Mengevaluasi program kegiatan 48 Ibid, hlm. 40.

38 63 - Mendukung regu dalam kegiatan mengintegrasikan anggota baru - Menyelenggarakan pemilihan Pemimpin Regu dan Wakil Pemimpin Regu - Merekrut anggota regu baru - Menyiapkan materi yang akan dibahas dalam Dewan Majelis Penggalang Kepenegakan Penegak adalah anggota muda Gerakan Pramuka yang berusia tahun dan setiap sangga beranggotakan 4-8 Pramuka Penegak. Untuk mengembangkan kepemimpinan dan mengikutsertakan dalam pengambian keputusan bagi Pramuka Penegak, dibentuk Dewan Ambalan Penegak, disingkat Dewan Penegak yang dipimpin seorang ketua disebut Pradana dengan susunan sebagai berkut : a. Seorang ketua yang disebut Pradana. b. Seorang pemangku adat (penjaga kode etik ambalan) c. Seorang kerani (sekretaris) d. Seorang bendahara e. Beberapa orang anggota Dewan tersebut dipilih dari para Pemimpin dan Wakil Pemimpin Sangga. Dewan Penegak bertugas : 49 Ibid, hlm

39 64 - Menyusun perencanaan, pemrograman, pelaksana program dan mengadakan penilaian atas pelaksanaan kegiatan. - Menjalankan dan mengamalkan semua keputusan dewan. - Mengadministrasikan semua kegiatan satuan. - Keputusan Dewan dibuat secara demokratis Kepandegaan Pandega adalah anggota muda Gerakan Pramuka yang berusia tahun, yang disebut Senior Rover. Untuk mengembangkan kepemimpinan di Racana dibentuk Dewan Racana Pandega disingkat Dewan Pandega yang dipimpin seorang ketua, dengan susunan sebagai berikut : a. Seorang ketua b. Seorang pemangku adat c. Seorang sekretaris d. Seorang bendahara e. Beberapa anggota. 50 Ibid, hlm

40 65 Dewan Pandega dipilih oleh anggota Racana. Tugas Dewan Pandega adalah : - Merancang kegiatan - Mengurus dan mengatur kegatan - Mengevaaluasi pelaksanaan kegiatan - Merekrut anggota baru - Mencari/ mengidentifikasi sumber dana untuk disampaikan kepada Pembina Gudep - Mengelola dana untuk menjalankan program kegiatan - Melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Pembina Gudep Ibid, hlm

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAANDI SMK PGRI BATANG

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAANDI SMK PGRI BATANG BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAANDI SMK PGRI BATANG Pada bab ini peneliti akan melakukan analisis dari survey baik pustaka maupun lapangan. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi) dewasa ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila generasi muda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya penting yang dapat menunjang pembentukan watak, karakter dan akhlak manusia adalah melalui pendidikan secara terus menerus. Pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UNESCO (DEPAG RI, 2004: 8) mencanangkan pilar-pilar penting dalam pendidikan, yakni bahwa pendidikan hendaknya mengembangkan kemampuan belajar untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya gerakan kepanduan dunia dipelopori oleh Robert Stephenson Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia (22 Februari 1857-8

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah satunya adalah pembangunan di bidang pendidikan yang di kenal dengan sebutan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, khususnya siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis (Renstra) Depdiknas

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 104 Tahun 2004 TANGGAL : 18 Oktober 2004 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 104 Tahun 2004 TANGGAL : 18 Oktober 2004 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR : 104 Tahun 2004 TANGGAL : 18 Oktober 2004 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN Bahwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan makmur, materiil

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

PRAMUKA EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH. Saipul Ambri Damanik

PRAMUKA EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH. Saipul Ambri Damanik Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 13 (2) Juli Desember 2014: 16-21 PRAMUKA EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH Saipul Ambri Damanik Abstrak: Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA - 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA I. UMUM Salah satu tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 34 Tahun 1999 TANGGAL : 3 Mei 1999 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN Bahwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baden Powell, seorang letnan jendral angkatan bersenjata Britania Raya, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baden Powell, seorang letnan jendral angkatan bersenjata Britania Raya, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran Gerakan Pramuka Dunia dimulai pada tahun 1907 ketika Robert Baden Powell, seorang letnan jendral angkatan bersenjata Britania Raya, dan William Alexander

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA Menimbang Ketua, : a. bahwa untuk keseragaman dan keselarasan dalam

Lebih terperinci

MODEL KEPEMIMPINAN CAMAT UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DI KECAMATAN KAPUAS BARAT KABUPATEN KAPUAS PROPINSI KALIMANTAN TENGAH.

MODEL KEPEMIMPINAN CAMAT UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DI KECAMATAN KAPUAS BARAT KABUPATEN KAPUAS PROPINSI KALIMANTAN TENGAH. Al Ulum Vol.59 No.1 Januari 2014 halaman 4145 41 MODEL KEPEMIMPINAN CAMAT UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DI KECAMATAN KAPUAS BARAT KABUPATEN KAPUAS PROPINSI KALIMANTAN TENGAH Dewi Merdayanty* ABSTRAK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2010 PENDIDIKAN. Kepramukaan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan nasional yang sangat penting, yang merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peranan Gerakan Pramuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai kolektivitas, senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai, norma, dan moral. Kehidupan

Lebih terperinci

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencapai tujuan Ombudsman, para

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

BAB II KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA BAB II KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA A. Sejarah Gerakan Pramuka Gagasan Boden Powell yang cemerlang dan menarik mengenai konsep

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA HASIL MUNASLUB GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2012 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN Bahwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan makmur, materiil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada masa sekarang ini pergaulan bebas sangatlah berbahaya apalagi yang banyak terjadi pada kalangan pemuda calon penerus generasi bangsa diantaranya yang paling meresahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai pancasila

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Menimbang : 1. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus

Lebih terperinci

AD/ART GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2009 Hlm. 13 dari 13

AD/ART GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2009 Hlm. 13 dari 13 AD/ART GERAKAN PRAMUKA TAHUN 2009 Hlm. 13 dari 13 2. Usul perubahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka diterima oleh Musyawarah Nasional jika disetujui oleh sekurang-kurangnya tiga perempat dari jumlah suara

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA RENUNGAN BADEN POWELL DAY

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA RENUNGAN BADEN POWELL DAY 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA RENUNGAN BADEN POWELL DAY TANGGAL 21 PEBRUARI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG Assalamu alaikum Wr. Wb. 2 Salam sejahtera bagi kita

Lebih terperinci

REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU : H.

REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU : H. REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU Oleh : H. Muhammad Syafrudin, ST, MM (Anggota DPR RI Fraksi PAN Dapil NTB Andalan Nasional Kwarnas Pramuka Urusan Komunikasi

Lebih terperinci

Oleh : RUSLAN EFFENDI Bahan Materi Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa SMK MAKMUR 1 CILACAP

Oleh : RUSLAN EFFENDI Bahan Materi Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa SMK MAKMUR 1 CILACAP Oleh : RUSLAN EFFENDI Bahan Materi Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa SMK MAKMUR 1 CILACAP Email : putrasawangan73@yahoo.co.id ORGANISASI Pengertian : 1. Etimologi (Bahasa): Organisasi berasal dari kata

Lebih terperinci

Mengenal Sosok Panutan dalam Perkembangan Karakter Pramuka Indonesia

Mengenal Sosok Panutan dalam Perkembangan Karakter Pramuka Indonesia Mengenal Sosok Panutan dalam Perkembangan Karakter Pramuka Indonesia Baden Powell lahir di London, Inggris pada tanggal 22 Februari 1857 dengan nama Robert Stephenson Smyth Baden Powell. Nama Baden Powell

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. kekuasaannya dalam rangka mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. kekuasaannya dalam rangka mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. 6 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan ialah proses mempengaruhi bawahannya dalam hal ini adalah Pegawai, dengan menggunakan pengaruh atas dasar wewenang atas kekuasaannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO 64 BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MA YMI Wonopringgo, peneliti

Lebih terperinci

ISSN: PRAMUKA SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN PENDIDI- KAN BERKARAKTER

ISSN: PRAMUKA SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN PENDIDI- KAN BERKARAKTER ISSN: 2407-2095 PRAMUKA SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN PENDIDI- KAN BERKARAKTER Yatik Septi Wulandari Mahasiswa prodi PGMI Semester V yatikwulandari@yahoo.co.id Abstrak Pendidikan karakter merupakan sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Seorang pemimpin adalah seorang yang mempunyai kemampuan mempengaruhi bawahannya agar mau dan mampu untuk bekerja secara efektif efisien,

Lebih terperinci

MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS )

MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS ) MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS ) A. Pendahuluan Tujuan nasional Indonesia, seperti yang tercantum pada Pembukaan Undangundang Dasar 1945, adalah melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepemimpinan Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya manusia memegang peranan penting diperusahaan dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan, dimana terdapat sekelompok orang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

Kode Kehormatan Pramuka

Kode Kehormatan Pramuka Kode Kehormatan Pramuka (1) Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri atas janji yang disebut satya dan ketentuan moral yang disebut Darma adalah salah satu unsur yang terdapat dalam Metode Kepramukaan. (2)

Lebih terperinci

GERAKAN PRAMUKA IKIP BANDUNG HINGGA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN

GERAKAN PRAMUKA IKIP BANDUNG HINGGA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia, Kata "Pramuka" merupakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 1 PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA Penyelenggaraan pendidikan pada perguruan tinggi tidaklah semata-mata ditujukan pada upaya menyiapkan mahasiswa menjadi lulusan yang berilmu

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara faktual, data realistik menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat ini telah runtuh. Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa tersebut telah

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014

Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014 Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014 PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA HARI PRAMUKA KE-53 DI LAPANGAN BUMI PERKEMAHAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan rakyat Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK

DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK oleh : Lani Widia Astuti & Eka Jayadiputra Program Studi PPKn Universitas Islam Nusantara, Bandung ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI

PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI EKSTRAKURIKULER WAJIB PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR 43 TAHUN 1997 PETUNJUK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR 43 TAHUN 1997 PETUNJUK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR 43 TAHUN 1997 PETUNJUK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA BAB I PENDAHULUAN 1. Umum a. Gerakan Pramuka mempunyai tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar (pendidikan) adalah proses yang dimana seseorang diajarkan untuk bersikap setia dan taat juga pikirannya dibina dan dikembangkan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI SALAH SATU JALUR PEMBINAAN KESISWAAN

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI SALAH SATU JALUR PEMBINAAN KESISWAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI SALAH SATU JALUR PEMBINAAN KESISWAAN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Pendidikan Dan Latihan JARDIKNAS Yang Diselenggarakan Oleh ICT Kabupaten Cianjur DISUSUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP.05.02 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI

Lebih terperinci

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas No.605, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kode Etik. Pegawai Pemasyarakatan. Majelis Kehormatan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Jambore Nasional IX Gerakan Pramuka th 2011, Kab. OKI, 2 Juli 2011 Sabtu, 02 Juli 2011

Sambutan Presiden RI pada Jambore Nasional IX Gerakan Pramuka th 2011, Kab. OKI, 2 Juli 2011 Sabtu, 02 Juli 2011 Sambutan Presiden RI pada Jambore Nasional IX Gerakan Pramuka th 2011, Kab. OKI, 2 Juli 2011 Sabtu, 02 Juli 2011 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA JAMBORE NASIONAL IX GERAKAN PRAMUKA TAHUN

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 800-376 Tahun 2011 TENTANG KODE ETIK KHUSUS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN DITJEN KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2007 TANGGAL : 19 Juni 2007 ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA" Bahwa Veteran

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 166 TAHUN 2002 TENTANG. Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka,

KEPUTUSAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 166 TAHUN 2002 TENTANG. Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, KEPUTUSAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 166 TAHUN 2002 TENTANG PENYEMPURNAAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KARYA PRAMUKA KELUARGA BERENCANA Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1094, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. Kode Etik. Pegawai Negeri Sipil. Pembinaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dan rakyat Indonesia dewasa ini tengah gencar-gencarnya mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan. Pendidikan karakter yang diimplementasikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. memengaruhi tersebut. Berdasarkan pengertian diatas dan dikaitkan dengan kegiatan

BAB II KAJIAN TEORITIS. memengaruhi tersebut. Berdasarkan pengertian diatas dan dikaitkan dengan kegiatan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Kepemimpinan Pembahasan tentang kepemimpinan secara umum dapat dijelaskan bahwa Kepemimpinan adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh orang untuk mempengaruhi orang

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para pemuda Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para pemuda Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan makmur, materiil dan spiritual serta beradab merupakan adicita Bangsa Indonesia yang mulai

Lebih terperinci

PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA. Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PELATIH OLAHRAGA Sukses tidaknya kegiatan ekstrakurikuler OR di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari segi pelatih, peserta didik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia ini sangat dinamis dalam arti perjalanan kehidupan seorang manusia dipengaruhi oleh apa yang terjadi di sekelilingnya dan manusia belajar apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan perubahan sosial. Perubahan bertanggung jawab atas terciptanya generasi bangsa yang paripurna, sebagaimana

Lebih terperinci

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.156, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kode Etik. Disiplin Kerja. PNS PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas SDM sangat penting, karena kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan untuk membentuk kepribadian peserta didik seperti yang dimaksud dalam tujuan gerakan pramuka tidak dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat secara sekaligus,

Lebih terperinci

KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 76 TAHUN 1993 (76/1993) Tanggal: 18 AGUSTUS 1993 (JAKARTA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mempunyai peranan pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk masa yang akan datang. Maka dari itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Dasar Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Dasar Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan pramuka sebagai satu-satunya wadah kegiatan kepanduan di sekolah merupakan tempat pendidikan bagi anak-anak yang dilaksanakan dengan penuh kegembiraaan, penuh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

KODE ETIK PANITERA DAN JURUSITA

KODE ETIK PANITERA DAN JURUSITA KODE ETIK PANITERA DAN JURUSITA KETENTUAN UMUM Pengertian PASAL 1 1. Yang dimaksud dengan kode etik Panitera dan jurusita ialah aturan tertulis yang harus dipedomani oleh setiap Panitera dan jurusita dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA

KATA PENGANTAR. Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA KATA PENGANTAR Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Menengah, dan dalam rangka Implementasi Kurikulum 2013,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya adalah pembangunan di bidang pendidikan yang dikenal dengan sebutan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diubah dengan Undang Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. diubah dengan Undang Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era reformsi telah banyak perubahan di segala bidang termasuk reformasi Undang Undang No. 5 tahun 1974 tentang pemerintahan daerah yang diubah dengan Undang Undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam

Lebih terperinci