KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK DAN SELF EFFICACY SISWA KELAS VII SMP NEGERI 19 KENDARI

Transkripsi

1 Seminar Nasional Riset Kuantitatif Terapan 2017 Kendari, 8 April KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK DAN SELF EFFICACY SISWA KELAS VII SMP NEGERI 19 KENDARI Desy Cherlyana Anapit Mahasiswa pada Program Pascasarjana Pendidikan Matematika UHO desy.anapit@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pemahaman matematik dan Self Efficacy siswa SMP. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 19 Kendari sebanyak 40 siswa. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif kuantitatif yakni dengan teknik persentase dan rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman matematik siswa termasuk dalam kategori rendah dengan rata-rata 17,17. Selanjutnya Self Efficacy siswa termasuk dalam kategori sedang dengan rata-rata 69,6. Kata Kunci Pemahaman Matematik, Self Efficacy. 1. PENDAHULUAN Berpikir terjadi dalam setiap aktivitas mental manusia yang berfungsi untuk memformulasikan atau menyelesaikan masalah, membuat keputusan, serta mencari pemahaman. Melalui berpikirlah manusia mampu memperoleh makna atau pemahaman tentang setiap hal yang dihadapinya dalam kehidupan. Aktivitas utama dalam berpikir dilakukan dalam keadaan sadar, walaupun tidak tertutup kemungkinan berkaitan dengan sesuatu yang diperoleh secara tidak sadar. Walaupun aktifitas berpikir terjadi secara personal dan individual, akan tetapi dalam kenyataanya tidak merupakan aktivitas yang terisolasi. Aktivitas tersebut terkait erat dengan faktor atau pihak lain yang beriteraksi. Dengan demikian aktivitas berpikir itu sebenarnya terkait erat dengan konteks sosial. Sebagai akibatnya, belajar berpikir tidak bisa terjadi secara optimal dalam situasi yang terisolasi dari pihak luar atau lingkungan. Membangun manusia yang berpikir ini adalah melalui pendidikan dalam pembelajaran. Keterampilan berpikir tidak otomatis dimiliki peserta didik hal ini dikarenakan peserta didik jarang melakukan transfer sendiri keterampilan berpikir ini, sehingga perlu latihan terbimbing. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk melatih proses berpikir. Dengan matematika peserta didik diharapkan mampu melatih proses Received June 1 st,2012; Revised June 25 th, 2012; Accepted July 10 th, 2012 berpikirnya. Dalam pembelajaran matematika dikenal adanya kemampuan berpikir matematik. Kemampuan berpikir matematik menjadi salah satu tolak ukur tercapainya tujuan pembelajaran matematika. Ini didukung oleh pendapat ahli yakni berpikir matematis menurut Masson, Burton dan Stacey (1982) adalah proses dinamis yang memperluas cakupan dan kedalaman pemahaman matematika. Pemahaman matematik menjadi landasan penting untuk berpikir dalam menyelesaikan persoalan matematika maupun persoalanpersoalan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang tertuang dalam NCTM 2000 menyebutkan bahwa pemahaman matematik merupakan aspek yang sangat penting dalam prinsip pembelajaran matematika. Mengembangkan kemampuan pemahaman matematik, selain telah menjadi salah satu tujuan dalam kurikulum, kemampuan tersebut sangat mendukung pada kemampuankemampuan matematis lain, yaitu komunikasi matematis, penalaran matematis, koneksi matematis, representasi matematis dan problem solving. Menurut Arajoo T. V (dalam Juliawankomang, 2015) menyatakan bahwa perkembangan aspek kognitif anak usia SMP meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan dan keterampilan berpikir. Untuk siswa SMP perkembangan kognitif utama yang dialami adalah formal operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan menggunakan simbolsimbol tertentu, sehingga pada usia ini penting

2 Anapit.IJCCSISSN: untuk melatih siswa mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematik yang akan penting untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Polya (Soemarmo, 2014) mengemukakan empat tingkat pemahaman suatu hukum atau konsep, yaitu pemehaman mekanikal, pemehaman induktif, pemahaman rasional dan pemehaman intuitif. Seseorang bisa dikatakan mempunyai pemahaman mekanikal suatu konsep, jika ia dapat mengingat dan menerapkan konsep secara benar. Kemudian seseorang dikatakan telah memiliki pemahaman induktif suatu konsep, jika ia telah mencobakan konsep itu berlaku dalam kasus yang sederhana dan yakin bahwa konsep itu berlaku dalam kasus serupa. Seseorang dikatakan telah memiliki pemahaman rasional suatu konsep, jika dapat membuktikannya. Selanjutnya seseorang dikatakan telah memiliki pemahaman intuitif suatu konsep, jika ia telah yakin akan kebenaran konsep tersebut tanpa ragu-ragu. Skemp (1979) membedakan dua jenis pemahaman, yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Pemahaman instrumental sejumlah konsep diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya hafal rumus serta menerapkannya dalam perhitungan tanpa mengetahui alasan-alasan dan penjelasannya. Sebaliknya pada pemahaman relasional termuat suatu skema atau struktur pengetahuan yang kompleks dan saling berrelasi atau berhubungan yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas dan kompleks. Dalam pemahaman relasional, sifat pemakaiannya lebih bermakna. Sebagai contoh seorang siswa yang hanya memiliki pemahaman instrumental terampil menyelesaikan persamaan kuadrat 3x + 4x 2 = 0 dengan menggunakan rumus abc, tetapi pengerjaannya menjadi salah jika dihadapkan pada persamaan kuadrat 2x 4x + 3 = 0, karena ia menganggap a=2, b=-4. C=3. Pendapat lain tentang pemahaman dikemukakan oleh Bloom (Wikipedia, 2009), yang menyatakan bahwa ada 3 macam pemahaman yaitu: pengubahan (translation), interpretasi (interpretation), dan pembuatan ekstrapolasi (extrapolation). Implementasi pengertian pemahaman tersebut dalam matematika bisa dicontohkan sebagai berikut: pengubahan (translation), misalnya mampu mampu mengubah suatu persamaan menjadi suatu grafik, mampu mengubah soal berbentuk kata-kata menjadi bentuk simbol atau 117 sebaliknya. Interpretasi, misalnya mampu menentukan konsep-konsep yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan soal, mampu mengartikan suatu kesamaan. Sedangkan ekstrapolasi (extrapolation), misalnya mampu menerapkan konsep-konsep dalam perhitungan matematis, mampu memperkirakan kecenderungan suatu diagram. Anderson & Krathwohl (2001) dalam Taxonomi Bloom yang direvisi menyatakan bahwa proses kognitif dari pemahaman ada tujuh yaitu: 1. Interpreting (menginterpretasikan): mengubah dari satu representasi ke representasi yang lain; 2. Exemplifying/Ilustrating: menemukan contoh spesifik ataupun ilustrasi dari sebuah konsep; 3. Classifying (mengklasifikasikan): menentukan bahwa suatu contoh atau suatu kasus termasuk dalam kategori dari suatu kelompok atau tidak; 4. Summaring, generalizing (menyimpulkan): membuat suatu statemen atau pernyataan yang merepresentasikan beberapa informasi yang disajikan; 5. Inferring (menduga): menemukan pola dari suatu kumpulan contoh atau kasus; 6. Comparing (membandingkan): mendeteksi kesamaan dan perbedaan antara dua objek atau lebih; 7. Explaining (menjelaskan): mengkonstruksi dan menggunakan sistim sebab akibat dari suatu konsep. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini kemampuan pemahaman matematik siswa diukur melalui indikatorindikator yaitu : mengidentifikasi data/konsep/prinsip yang termuat dalam informasi yang diberikan; mengaitkan konsep/prinsip yang satu dengan yang lainnya dan menyatakannya dalam simbol matematik; melaksanakan perhitungan terhadap proses matematika yang dilakukan disertai dengan menyertakan konsep/prinsip/aturan yang dilakukan tiap langkah pengerjaan; menetapkan solusi akhir disertai alasan untuk materi ajar Operasi hitung pada Aljabar. Kaitannya dengan kemampuan berpikir, salah satu dari afektif yang berperan penting dalam pembelajaran matematika adalah Self Efficacy (keyakinan diri).keyakinan akan kemampuan di dalam diri sangat diperlukan agar dapat bersaing dalam era globalisasi dan dunia kerja (Firmansyah dalam Kusuma, 2013:4). Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

3 118 Kemampuan Pemahaman Matematika dan Self Efficacy Siswa Selanjutnya Bandura (1997) mengemukakan bahwa Self Efficacy merupakan suatu faktor penentu pilihan utama untuk pengembangan individu, ketekunan dalam menggunakan berbagai kesulitan, dan pemikiran mengelola reaksi-reaksi emosional yag dialami. Dari berbagai pendapat para ahli, Self Efficacy pada prakteknya sinonim dengan keyakinan diri. Bandura (Feist, 2008: 415) mendefinisikan Self Efficacy sebagai keyakinan atau kepercayaan manusia akan kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungannya. Self efficacy juga merupakan sebagai pertimbangan seseorang tentang kemampuan dirinya untuk mencapai tingkat kinerja (perfomansi) yang diyakinkan atau ditentukan, yang akhirnya akan mempengaruhi tindakan selanjutnya. Perlu diketahui bahwa self efficacy merupakan salah satu komponen dari Self Regulated (kemandirian). Dalam bukunya Self Efficacy: The Exercise Of Control, Bandura (Risnanosanti, 2010: 65) menjelaskan bahwa Self Efficacy akan mempengaruhi tindakan, upaya, ketekunan, fleksibilitas dalam perbedaan, dan realisasi dari tujuan dari individu ini, sehingga Self Efficacy yang terkait dengan kemampuan seseorang seringkali menentukan outcome sebelum tindakan terjadi. Menurut Bandura, Self Efficacy merupakan konstruksi sentral dalam teori kognitif sosial yang dimiliki seseorang akan: (a) mempengaruhi pengambilan keputusannya dan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukannya, seseorang akana cenderung menjalankan sesuatu apabila ia merasa kompoten dan percaya diri, dan akan menghindarinya apabila tidak : (b) membantu seberapa jauh upaya ia bertindak dalam suatu aktivitas, berapa lama ia bertahan apabila mendapat masalah dan seberapa fleksibel dalam suatu situasu yang kurang menguntungkan baginya, dalam hal ini makin besar upaya ketekunan dan fleksibilitasnya: (c) mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosionalnya. Seseorang dengan Self Efficacy yang rendah mudah menyerah dalam menghadapi masalah, cenderung menjadi stress, depresi dan mempunyai suatu visi yang sempit tentang apa yang terbaik untuk menyelesaikan masalah itu. Sedangkan Self Efficacy yang tinggi akan membantu seseorang dalam menciptakan suatu perasaan tenang dalam menghadapi masalah atau aktivitas yang sukar. Persepsi Self Efficacy dapat dibentuk dengan menginterpretasi informasi dari empat IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page end_page sumber (Bandura, dalam Somakim, 2010: 52): (1) Pengalaman autentik (authentic mastery experiences), yang merupakan sumber paling berpengaruh, karena kegagalan atau keberhasilan pengalaman yang lalu akan menurunkan atau meningkatkan Self Efficacy seseorang untuk pengalaman yang serupa kelak. Khususnya kegagalan yang terjadi pada awal tindakan tidak dapat dikaitkan dengan kurangnya upaya atau pengaruh lingkungan eksternal; (b) pengalaman oran lain (vicarious experience), dengan memperhatikan keberhasilan atau kegagalan orang lain, seseorang dapat mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk membuat pertimbangan tentang kemampuan dirinya sendiri. Model pengalaman orang lain ini sangat berpengaruh apabila ia mendapat situasi serupa; (c) pendakatan sosial atau verbal, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan meyakini seseorang bahwa ia memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu. Perlu diperhatikan bahwa pernyataan negatif tentang kompetensi seseorang dalam area tertentu sangat berakibat buruk terhadap mereka yang sudah kehilangan kepercayaan diri; (d) indeks psikologi, dimana status fisik dan emosi akan mempengaruhi kemampuan seseorang. Emosi yang tinggi seperti kecemasan akan matematika akan merubah kepercayaan diri seseorang tentang kemampuannya. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir baik kemampuan kognitif maupun kemampuan nonkognitif khususnya pemahaman matematik dan Self Efficacy siswa kelas VII SMP Negeri 19 Kendari. 2. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yang didasari oleh tujuan peneliti yang ingin mengungkapkan secara deskriptif kemampuan pemahaman matematik dan Self Efficacy siswa SMP. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP Negeri 19 Kendari tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 40 orang siswa. Sedangkan objek penelitian ini adalah kemampuan pemahaman matematik dan Self Efficacy siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan angket. Tes diberikan kepada siswa untuk mendapatkan data kemapuan pemahaman

4 Anapit.IJCCSISSN: matematik sedangkan angket untuk memperoleh data mengenai Self Efficacysiswa untuk Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif kuantitatif yakni dengan teknik persentase dan rata-rata. Analisis ini bermaksud untuk mendeskripsikan data yang telah terkumpul tanpa melakukan generalisasi. Tabel 1. Interpretasi Pemahaman Matematik Siswa Nilai Tabel 2. Interpretasi Self Efficacy siswa Sumber : Astrid A (2010:67). Kategori 80 X Tinggi 60 X < 80 Sedang X < 60 Rendah Nilai Mean + 1(SD) X Mean -1 (SD) X < Mean +1(SD) X < Mean 1(SD) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kategori Tinggi Sedang Rendah 3.1 Kemampuan Pemahaman Matematik Kemampuan pemahaman matematik siswa kelas VII SMP Negeri 19 Kendari diperoleh dengan pemberian tes uraian sebanyak 6 soal untuk materiajar operasi hitung aljabar. Setiap soal mengukur 4 indikator pemahaman matematik sebagai berikut: (1) mengidentifikasi data/konsep/ prinsip yang termuat dalam informasi yang diberikan dengan skor 2; (2) mengaitkan konsep/prinsip yang satu dengan yang lainnya dan menyatakannya dalam simbol matematik dengan skor 3; (3) melaksanakan perhitungan terhadap proses matematika yang dilakukan disertai dengan menyertakan konsep/prinsip/aturam yang dilakukan tiap langkah pengerjaan dengan skor 3; (4) menetapkan solusi akhir disertai alasan dengan skor 2. Dari data tersebut diperoleh gambaran nilai siswa sebagai berikut: Tabel 3. Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa No Indikator Skor Skor Ketercapaian Perolehan Maximum (%) , , , Tabel 4. Interpretasi Hasil Tes Pemahaman Matematik Siswa Nilai Kategori Frekuensi Persentase 80 X Tinggi X < 80 Sedang - - X < 60 Rendah Berdasarkan Tabel 3, skor tertinggi untuk indikator pertama yaitu mengidentifikasi data/konsep/prinsip yang termuat dalam informasi yang diberikan, namun hanya mencapai 40,5%. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa belum memahami informasi yang diberikan, yang juga berimbas pada langkah-langkah penyelesaian selanjutnya yang tertuang pada indikator yang diukur. Ratarata perolehan skor untuk masing-masing indikator masih jauh dari jumlah skor yang seharusnya diperoleh siswa. Berdasarkan Tabel 4, sebanyak 40 siswa atau 100% siswa mempunyai kemampuan pemahaman matematik yang termasuk kategori rendah dengan capaian nilai rata-rata adalah Nilai tertinggi 53,33 sedangkan nilai terendah 3,33 dengan nilai standar deviasi 15, Self Efficacy Siswa Data Self Efficacy siswa diperoleh dengan pemberian angket sebanyak 38 butir pernyataan yang diikuti oleh siswa kelas VII SMP Negeri 19 Kendari sebanyak 40 orang. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5. Hasil Angket Self Efficacy Siswa Nilai Kategori Frekuensi Persentase 79,7 X Tinggi 21 52,5 59,5 X< 79,7 Sedang 3 7,5 X< 59,5 Rendah Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 40 siswa terdapat 21 siswa atau 52,5% yang termasuk dalam kategori tinggi, 3 orang siswa atau 7,5% yang termasuk dalam kategori sedang dan terdapat 16 siswa atau 40% masuk dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa rata-rata Self Efficacy siswa adalah 69,6 dan termasuk dalam kategori sedang Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

5 120 Kemampuan Pemahaman Matematika dan Self Efficacy Siswa 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VII SMP Negeri 19 Kendari memiliki: (1) Kemampuan pemahaman matematik termasuk dalam kategori rendah dan perlu ditingkatkan. (2) Self Efficacy siswa termasuk dalam kategori sedang dan perlu ditingkatkan 5. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut: (1) Bagi guru matematikakhususnya di SMP Negeri 19 Kendari dapat menindaklanjuti permasalahan-permasalahan yang ada yakni dengan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan yang dapat melatih dan meningkatkan pengetahuan dasar matematika, kemampuan pemahaman matematikaserta dapat meningkatkan keyakinan diri (Self-Efficacy) terhadap matematika. (2) Bagi guru matematika agar dapat terus mengembangkan diri demi perbaikan proses dan hasil pembelajaran agar siswa memiliki kemampuan matematika baik itu kemampuan kognitif maupun kemampuan nonkognitif. NTCM Principles and Standards for School Mathematics. USA: The National Council Of Teacher Mathematics inc. Risnanosanti Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Self Efficacy terhadap Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam Pembelajaran Inkuiri. Bandung: SPs UPI (Disertasi Tidak Dipublikasikan). Skemp, R. R. (1979). Intelligence, Learning and Action. London: Wiley. Soemarmo, U & Hendriana, H. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung: Refika Aditama. Somakim Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self Efficacy Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama dengan Penggunaan Pendekatan Matematika Realistik. Bandung: SPs UPI (Disertasi Tidak Dipublikasikan). DAFTAR PUSTAKA Anderson, L. W. & Krathwol, D. R (Ed). (2001). A Taxonomy for Learning, Teachning and Assesing: A Revision of Blooms Taxonomy of Educational Objectives, Edisi Singkat. New York: Longman. Endang.2009 Berbagi ilmu-taksonomi Bloom. 3/18/taksonomi-bloom. Maret Feist, Jess and Gregory J Theories of Personality. Edisi Keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Juliawankomang Perkembangan Peserta Didik. Maret Mason, J., Burton, L., & Stacey K. (1982). Thinking Mathematically. Wokingham, UK: Addison Wesley. IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page end_page