BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapan Lingkungan (Environmental Disclosure) Akuntansi lingkungan adalah metodologi untuk mengidentifikasi dan mengukur biaya dan manfaat dari sebuah kegiatan lingkungan untuk mengurangi dampak lingkungan (Chrismawati, 2007). Akuntansi lingkungan bertujuan mengukur biaya (cost) dan manfaat (benefit) sosial sebagai akibat kegiatan perusahaan dan pelaporan prestasi perusahaan sebagai akibat dari kerusakan lingkungan, maka muncullah biaya lingkungan (Anggraini, 2008). Biaya lingkungan (environmental cost) adalah dampak baik finansial maupun non finansial yang menjadi beban sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan (Djogo, dalam Kartikasari, 2012). Hasil akuntansi lingkungan ini digunakan oleh para pimpinan perusahaan untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan perbaikan lingkungan. Bethelot (dalam Al Tuwaijri, 2004) mendefinisikan environmental disclosure sebagai kumpulan informasi yang berhubungan dengan aktivitas pengelolaan lingkungan oleh perusahaan di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Informasi ini dapat diperoleh 14

2 dengan banyak cara, seperti pernyataan kualitatif, asersi atau fakta kuantitatif, bentuk laporan keuangan atau catatan kaki. Sejalan dengan ini, menurut Wilmshurst dan Frost (2000) environmental disclosure adalah pengungkapan perusahaan yang terkait dengan dampak aktivitas-aktivitas perusahaan pada lingkungan fisik atau alam, di mana perusahaan tersebut beroperasi. Zhegal dan Ahmed (1990) mengidentifkasi bahwa pelaporan lingkungan hidup meliputi antara lain pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan, konservasi alam dan pengungkapan lain yang berhubungan dengan lingkungan. Pengungkapan lingkungan hidup juga merupakan respon terhadap kebutuhan informasi dari berbagai kelompok yang berkepentingan (interest groups) seperti serikat pekerja, aktivis lingkungan hidup, kalangan religius dan kelompok lain (Guthrie dan Parker, 1990). Dari beberapa definisi pengungkapan lingkungan (environmental disclosure) di atas maka dapat disimpulkan bahwa environmental disclosure adalah pengungkapan perusahaan yang terkait dengan dampak aktivitas-aktivitas perusahaan pada lingkungan fisik atau alam, di mana perusahaan tersebut beroperasi. Atau secara singkat, environmental 15

3 disclosure adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan lingkungan didalam laporan tahunan perusahaan. Environmental disclosure merupakan wujud pertanggungjawaban sosial perusahaan. Mengingat environmental disclosure ini banyak menimbulkan biaya maka tentunya harus ada manfaat yang dapat diperoleh dari pengungkapan tersebut. Adapun manfaat dari adanya environmental disclosure menurut Parsons (dalam Suhardjanto, 2010) adalah bahwa stakeholder perusahaan dapat memantau aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi tanggung jawab sosialnya. Dengan cara demikian, perusahaan akan memperoleh perhatian, kepercayaan dan dukungan dari stakeholder sehingga perusahaan dapat tetap eksis. Corporate environmental disclosure (CED) dapat mempengaruhi tuntutan dan ketersediaan atas pelaporan keuangan yang bermutu melalui salah satu dari dua cara, yaitu entrenchment effect dan alignment effect. Entrenchment effect memotivasi perusahaan sebagai penyedia laporan keuangan untuk mengelola laba secara oportunistik. Manajemen mungkin memiliki insentif untuk mengejar keuntungan pribadinya dan mengambil alih kekayaan dari pemegang saham lainnya (Prior et al., 2010). Hal ini 16

4 dikarenakan kurang efektifnya pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris. Pandangan lain adalah alignment effect, yang didasarkan pada argumen bahwa perusahaan memiliki insentif untuk melaporkan dengan itikad baik dan dengan demikian memiliki laba yang berkualitas. Perusahaan dapat membuat keputusan lebih cepat dan memiliki insentif untuk menciptakan kesetiaan karyawan dalam jangka panjang (Wang, 2006). Pengukuran pengungkapan lingkungan perusahaan dapat menggunakan indeks social responsibility disclosure yang dikembangkan dari Hackson and Milne (1996); Deegan, Rankin and Tobin (2002); Branco, Eugénio and Ribeiro (2008); William and Pei (1999); dan Gray, et al (1995) seperti dikutip oleh Eugenio (2009). Dalam indeks social responsibility disclosure mencakup aspek pengungkapan lingkungan, pengungkapan sumber daya manusia, pengungkapan produk dan konsumen, serta pengungkapan keterlibatan terhadap masyarakat, Namun dalam penelitian ini pengukuran hanya difokuskan pada pengungkapan lingkungan. Untuk setiap item yang diungkap dalam daftar pernyataan pengungkapan lingkungan dinilai 1, sedangkan untuk item yang tidak diungkap dalam daftar pernyataan pengungkapan lingkungan dinilai 0. Pengungkapan lingkungan 17

5 perusahaan dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut: Jumlah item yang diungkapkan perusahaan CED = Jumlah item pengungkapan lingkungan 2.2 Good Corporate Governance Komit Cadbury mendefinisikan Good Corporate Governance yaitu prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada para shareholders khususnya dan stakeholders pada umumnya (Daniri, 2005). Dalam konteks di Indonesia, Good Corporate Governance didefinisikan sebagai suatu pola hubungan, sistem dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku (Daniri, 2005). Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance adalah adalah suatu praktik pengelolaan perusahaan secara baik dengan mempertimbangkan keseimbangan pemenuhan kepentingan seluruh stakeholders sehingga dengan demikian maka 18

6 pengelolaan sumberdaya perusahaan diharapkan menjadi efisien, efektif, ekonomis dan produktif dengan selalu berorientasi pada tujuan perusahaan. Kebutuhan good corporate governance timbul berkaitan dengan agency theory, yaitu untuk menghindari konflik antara principal dan agentnya. Konflik muncul karena perbedaan kepentingan tersebut haruslah dikelola sehingga tidak menimbulkan kerugian pada para pihak. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Setyawan dan Zhulaikha (2012) bahwa Good Corporate Governance sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan diharapkan dapat memberikan kepercayaan terhadap manajemen dalam mengelola kekayaan pemilik (pemegang saham), sehingga dapat meminimalkan konflik kepentingan dan meminimumkan biaya keagenan. Sebagaimana diketahui bahwa agency theory menjelaskan hubungan kerja antara pihak pemberi wewenang (prinsipal) dengan pihak penerima wewenang (agen). Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa dalam hubungan keagenan terdapat adanya konflik kepentingan anatara prinsipal dan agen. Konflik kepentingan tersebut terjadi karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal. Selain itu, dalam agensi teori juga terdapat masalah 19

7 asimetris informasi. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dal prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban untuk memberikan informasi kondisi perusahaan yang sebenarnya kepada pemilik. Akan tetapi, informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya (Hendriksen & Van Breda, 2000). Adanya masalah keagenan yang disebabkan karena konflik kepentingan dan informasi asimetris mengakibatkan munculnya biaya keagenan (agency cost) yang ditanggung perusahaan. Sehubungan dengan adanya masalah keagenan tersebutlah maka muncul pemikiran mengenai Good Corporate Governance dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku (Daniri, 2005). Good Corporate Governance diharapkan mampu untuk mengatasi konflik kepentingan dan informasi asimetris sehingga dapat menekan biaya keagenan. Pengimplementasian Good Corporate Governance memerlukan komitmen dari seluruh elemen organisasi dan kepatuhan terhadap aturan-aturan yang mengikat 20

8 di dalamnya. Setidaknya ada dua elemen organisasi yang berperan dalam implementasi good corporate governance tersebut yaitu dewan komisaris dan komite audit. Kedua elemen tersebut dipilih karena mekanisme Corporate Governance diarahkan untuk menjamin dan mengawasi jalannya sistem governance dalam sebuah organisasi (Walsh dan Schward, dalam Sabeni, 2005). Fungsi pengawasan itu sendiri dilakukan oleh dewan komisaris, dan dewan komisaris dapat membentuk suatu komite audit untuk membantu menjalankan fungsi mereka. Dalam penelitian ini, dewan komisaris dan komite audit dilihat berdasarkan ukurannya (jumlah anggota yang dimiliki) karena dengan banyaknya jumlah anggota yang memadai diharapkan pelaksanaan fungsi pengawasan akan menjadi efektif. Dewan komisaris dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan selalu melaksanakan tanggung jawab sosialnya dan memantau efektifitas penerapan GCG yang dilaksanakan perusahaan (Daniri, 2005). Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris yang diangkat, bertugas, dan 21

9 bertanggung jawab untuk mengawasi dan memberi nasehat kepada direksi. Ukuran dewan komisaris dalam penelitian ini dihitung dari banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam perusahaan yang informasinya dapat dilihat dari laporan tahunan perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya, dewan komisaris dapat membentuk komite-komite yang dapat membantu pelaksanaan tugasnya. Salah satu komite yang dibentuk adalah komite audit, yang berfungsi memberikan suatu pandangan tentang masalah akuntansi, laporan keuangan dan penjelasannya, sistem pengawasan internal serta auditor independen (FCGI, 2002). Sehubungan dengan komite audit ini, Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) telah mengeluarkan keputusan ketua Bapepam nomor: Kep-29/PM/2004 mengenai Peraturan Nomor IX.1.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Beberapa hal penting dalam peraturan tersebut yang dapat dikemukakan disini antara lain bahwa: komite audit wajib dimiliki oleh setiap perusahaan publik; selain itu pedoman kerja komite audit (audit committee charter) juga wajib diperlukan oleh perusahaan publik; dalam pembentukan komite audit disebutkan dalam peraturan tersebut bahwa komite 22

10 audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen dan sekurang-kurangnya dua orang anggota lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik; dan mengingat bahwa komite audit dibentuk oleh dewan komisaris maka komite tersebut nantinya harus mempertanggung jawabkan pekerjaannya kepada dewan komisaris. Ukuran komite audit merupakan jumlah anggota komite audit dalam perusahaan. Ukuran komite audit diukur dengan menghitung jumlah anggota komite audit dalam suatu perusahaan berdasarkan jumlah keseluruhan anggota komite audit baik yang berasal dari internal perusahaan maupun anggota komite audit independen. Jumlah komite audit dalam penelitian ini dapat dilihat dari laporan tahunan perusahaan. 2.3 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan (size) merupakan skala yang digunakan dalam menentukan besar kecilnya suatu perusahaan (Sari, 2012). Perusahaan yang skalanya besar biasanya cenderung lebih banyak mengungkapkan tanggung jawab sosial dan lingkungan daripada perusahaan yang mempunyai skala kecil. Dikaitkan dengan teori agensi seperti yang dinyatakan Sembiring (2005), bahwa semakin besar suatu perusahaan maka biaya keagenan yang muncul juga 23

11 semakin besar, untuk mengurangi biaya keagenan tersebut, perusahaan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas. Ukuran perusahaan diukur berdasarkan total aset yang dimiliki oleh perusahaan yang informasinya dapat dilihat dari laporan tahunan perusahaan. Ukuran perusahaan yang diukur dari total aset akan ditransformasikan dalam bentuk logaritma dengan tujuan untuk menyamakan dengan variabel lain, karena nilai total aset perusahaan relatif lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel lain dalam penelitian ini. 2.4 Profitabilitas Profitabilitas adalah ukuran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode tertentu (Hanafi dan Halim, 1996). Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis besar laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Ukuran profitabilitas dapat berbagai macam seperti laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. 24

12 Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Dalam penelitian ini profitabilitas perusahaan diukur dengan Return on Equity (ROE) yang merupakan ukuran efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan modal yang dimilikinya. dihitung dengan menggunakan rumus : Laba bersih setelah pajak (EAT) ROE = X 100% Total ekuitas ROE 2.5 Leverage Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi berarti perusahaan sangat tergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah berarti perusahaan lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. Dengan demikian tingkat leverage menggambarkan resiko keuangan perusahaan (Sembiring, 2005). Dalam penelitian ini leverage perusahaan diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) yang merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan 25

13 semua kewajibannya dengan menggunakan modal yang dimilikinya. rumus : DER dihitung dengan menggunakan Total Kewajiban DER = X 100% Total ekuitas 2.6 Kepemilikan Saham Publik Kepemilikan saham oleh publik adalah jumlah saham yang dimiliki oleh publik. Pengertian publik disini adalah pihak individu di luar manajemen dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan (Mulyono, 2010). 2.7 Pengembangan Hipotesis Pengaruh Karakteristik Good Corporate Governance terhadap Pengungkapan Lingkungan Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Lingkungan Dewan komisaris merupakan salah satu elemen penting bagi tata kelola perusahaan. Mengacu pada pasal 108 UU No. 40 Th disebutkan bahwa dewan komisaris mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat 26

14 kepada Direksi. Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud di atas, dilakukan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Dalam kaitannya dengan pengungkapan informasi lingkungan oleh perusahaan, ukuran dewan komisaris dapat memberi efek positif ataupun negatif. Jika memberi efek positif berarti semakin besar ukuran dewan komisaris maka komposisi pengalaman dan keahlian yang dimiliki oleh anggota dewan komisaris semakin meningkat sehingga dapat melakukan aktivitas monitoring dengan lebih baik (Akhtaruddin et al, 2009). Dengan proses monitoring yang lebih baik, maka diharapkan pengungkapan informasi lingkungan semakin luas dikarenakan kemungkinan manajer untuk menyembunyikan informasi dapat dikurangi. Sementara itu jika memberi efek negatif, maka ukuran dewan komisaris yang berjumlah kecil akan memiliki efektivitas yang baik terhadap pengawasan manajemen perusahaan. Sebaliknya, dewan komisaris yang berjumlah terlalu besar menjadi kurang efektif karena dominasi anggota dewan komisaris yang mementingkan kepentingan pribadi atau kepentingan kelompoknya sehingga mengesampingkan kepentingan perusahaan (Muntoro, dalam Nur dan Priantinah, 2012). Selain itu, jumlah dewan komisaris yang tidak terlalu banyak 27

15 akan menimbulkan kesepakatan mengenai pengungkapan tanggungwajab sosial akan lebih mudah didapat (Permana dan Raharja, 2012). Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sembiring (2005) menemukan adanya pengaruh ukuran dewan komisaris dalam perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan yang tercatat (go-public) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) seperti yang tercantum dalam Indonesian Capital Market Directory Penelitian oleh Akhtaruddin et al. (2009), menunjukan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela pada perusahaanperusahaan yang tercatat di Malaysia. Berdasarkan uraian dan temuan penelitian sebelumnya di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut: H1 : Terdapat pengaruh positif yang signifikan dari ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan lingkungan. Pengaruh Komite Audit terhadap Pengungkapan Lingkungan Komite audit merupakan komite yang bertugas membantu dewan komisaris dalam melakukan mekanisme pengawasan terhadap manajemen. FCGI 28

16 (2002) menyatakan bahwa komite audit harus terdiri dari individu-individu yang mandiri dan tidak terlibat dengan manajemen dalam melakukan tugas operasional, dan harus memiliki pengalaman dalam melasanakan fungsi pengawasan secara efektif. Focker (dalam Said et al., 2009) menyebutkan bahwa komite audit dianggap sebagai alat yang efektif untuk melakukan mekanisme pengawasan, sehingga dapat mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas pengungkapan informasi perusahaan. Hal senada dikemukakan oleh Ho dan Wong (dalam Akhtaruddin et al., 2009) bahwa keberadaan komite audit dapat mempengaruhi pengungkapan yang dilakukan perusahaan secara signifikan. Jumlah komite audit sangat penting bagi pengawasan dan pengendalian perusahaan sehingga dengan adanya komite audit pada suatu perusahaan maka akan menambah efektifitas pengawasan termasuk praktik pengungkapn lingkungan perusahaan. Dengan demikian, diharapkan dengan ukuran komite audit yang semakin besar maka pengawasan yang dilakukan akan semakin baik sehingga kualitas pengungkapan lingkungan akan semakin meningkat atau semakin luas. Namun, tidak selalu ukuran komite audit yang semakin besar akan semakin baik juga fungsi pengawasannya. Hal ini dikarenakan besarnya ukuran 29

17 Komite Audit yang dimiliki oleh perusahaan tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai pengawas internal perusahaan dengan baik, dalam hal ini untuk mendorong corporate environmental disclosure. Menurut Sommer (dalam Effendi, 2005), Komite Audit di banyak perusahaan masih belum melakukan tugasnya dengan baik. Banyak komite audit yang hanya sekedar melakukan tugas-tugas rutin, seperti review laporan dan seleksi auditor eksternal, dan tidak mempertanyakan secara kritis dan menganalisis secara mendalam kondisi pengendalian dan pelaksanaan tanggung jawab oleh manajemen. Penelitian yang dilakukan oleh Said et.al. (2009) menemukan bahwa ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Demikian halnya pada penelitian yang dilakukan oleh Kamaliah dkk. (2011) yang menyatakan bahwa ukuran komite audit berpengaruh positif luas pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur di Indonesia. Berdasarkan uraian dan temuan penelitian sebelumnya di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut: H2 : Terdapat pengaruh positif yang signifikan dari ukuran komite audit terhadap pengungkapan lingkungan. 30

18 2.7.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Lingkungan Ukuran perusahaan merupakan variabel penduga yang paling banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Secara umum perusahaan besar memiliki kelengkapan informasi yang lebih luas dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk melaksanakan aktivitas tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dengan kata lain semakin besar aset perusahaan maka semakin besar tanggung jawab sosialnya, dan hal ini akan dilaporkan dalam laporan tahunan, sehingga pengungkapannya juga semakin luas (Lerner, dalam Siregar, 2001). Suripto (1999) menyebutkan bahwa perusahaan besar umumnya memiliki jumlah aktiva yang besar, penjualan besar, sistem informasi yang canggih, jenis produk yang banyak, struktur kepemilikan lengkap, sehingga membutuhkan tingkat pengungkapan secara luas. Di samping itu perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial (Yulfaida dan Zhulaikha, 2012). 31

19 Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Galani et al (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005) menemukan adanya pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada perusahaan yang tercatat (gopublic) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) seperti yang tercantum dalam Indonesian Capital Market Directory Berdasarkan uraian dan temuan penelitian sebelumnya di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut: H3 : Terdapat pengaruh positif yang signifikan dari ukuran perusahaan terhadap pengungkapan lingkungan Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Lingkungan Profitabilitas merupakan faktor yang digunakan oleh manajemen untuk lebih bebas dan fleksibel dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial dan lingkungan kepada pemgang saham. Belkaoui & Karpik (dalam Darlis et al, 2009) mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat (sosial) 32

20 menghendaki manajemen untuk membuat perusahaan menjadi profitable. Preston (dalam Anggraini, 2006) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial lingkungan. Bowman & Haire (dalam Darlis et al, 2009) juga menyatakan hal yang sama bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas maka semakin tinggi juga pengungkapan informasi lingkungan hidup suatu perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Fatayatiningrum (2011) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Kokobu dkk (dalam Anggono dan Jesica, 2009) menyatakan bahwa semakin besar profitabilitas akan membuat perusahaan mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Berdasarkan uraian dan temuan penelitian sebelumnya di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut: H4 : Terdapat pengaruh positif yang signifikan dari profitabilitas terhadap pengungkapan lingkungan. 33

21 2.7.4 Pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan Lingkungan Leverage memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang (Wijaya, 2012). Rasio leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan banyak dibiayai oleh investor atau kreditur luar. Semakin tinggi rasio leverage berarti semakin besar pula proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dari hutang (Waryanto,2010). Dalam kaitannya dengan luas pengungkapan informasi, teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen & Meckling, 1976). Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur (Schipper dalam Marwata, 2001). Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Sementara itu, pendapat berbeda dikemukakan oleh Scott (dalam Wijaya, 2012) yang menyampaikan pendapat bahwa semakin tinggi leverage kemungkinan 34

22 besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan. Perusahaan yang memiliki rasio leverage tinggi akan lebih sedikit mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial, supaya dapat melaporkan laba sekarang yang lebih tinggi (mengurangi biaya pengungkapan). Penelitian yang dilakukan oleh Hossain et al (2006) menyatakan bahwa leverage mempunyai pengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Effendi dkk (2012) menyatakan bahwa leverage perusahaan berpengaruh negatif terhadap environmental disclosure. Berdasarkan uraian dan temuan penelitian sebelumnya di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut: H5 : Terdapat pengaruh negatif yang signifikan dari leverage terhadap pengungkapan lingkungan Pengaruh Kepemilikan Saham Publik terhadap Pengungkapan Lingkungan Semua peerusahaan yang go public dan telah terdaftar dalam BEI adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki proporsi kepemilikan saham oleh publik, 35

23 yang artinya bahwa semua aktivitas dan keadaan perusahaan harus dilaporkan dan diketahui oleh publik sebagai salah satu bagian pemegang saham. Akan tetapi tingkat kepemilikan sahamnya berbeda-beda satu sama lain (Putra dan Rahardjo, 2011). Perusahaan yang memiliki pemegang saham publik akan terdorong untuk mengungkapkan aktivitas corporate social responsibility lebih banyak (Cahyono, 2010). Semakin besar saham yang dimiliki oleh publik, akan semakin banyak informasi yang diiungkapkan dalam laporan tahunan, investor ingin memperoleh informasi seluas-luasnya tentang tempat berinvestasi serta dapat mengawasi kegiatan manajemen, sehingga kepentingan dalam perusahaan terpenuhi (Rahajeng, 2010). Penelitian oleh Hasibuan (2001) menjelaskan bahwa semakin tinggi rasio/tingkat kepemilikan publik dalam perusahaan diprediksi akan melakukan tingkat pengungkapan yang lebih luas. Hal tersebut dikaitkan dengan tekanan dari pemegang saham, agar perusahaan lebih memperhatikan tanggung jawab sosialnya terhadap masyarakat. Berdasarkan uraian dan temuan penelitian sebelumnya di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut: 36

24 H6 : Terdapat pengaruh positif yang signifikan dari kepemilikan saham publik terhadap pengungkapan lingkungan. 2.8 Model Hipotesis Penelitian Berdasarkan pengembangan hipotesis seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dibuat sebuah model hipotesis seperti tampak pada Gambar 2.1. berikut ini : Dewan Komisaris (X 1 ) Komite Audit (X 2 ) Ukuran Perusahaan (X 3 ) Profitabilitas (X 4 ) Leverage (X 5 ) H1 + H2 + H3 + H4 + H5 H6 + Pengungkapan Lingkungan (Y) Kepemilikan Saham Publik (X 6 ) Gambar 2.1 Model Hipotesis Penelitian 37

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai suatu usaha atau kegiatan yang melakukan proses atau aktifitas yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, sektor industri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Dewan Komisaris, Komite Audit, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya isu kedermawanan sosial perusahaan belakangan ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya,

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dengan masayarakat memiliki hubungan timbal balik dimana keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya, perusahaan tidak dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi yang menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan menginformasikan posisi keuangan perusahaan kepada berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara perusahaan dan masyarakat yang membutuhkan informasi keuangan dan perkembangan perusahaan. Bagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Valeria (2013) menyebutkan bahwa teori agensi adalah teori yang menjelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan jasa, perusahaan manufaktur maupun perusahaan perbankan yang telah go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility. sosial perusahaan, serta prosedur pengukurannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility. sosial perusahaan, serta prosedur pengukurannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility Accounting) Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial mempunyai arti suatu proses pemilihan variable-variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam baik secara langsung maupun tidak langsung tentu memberikan dampak pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis dalam industri manufaktur semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian yang mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian pustaka 1. Teori Stakeholder (stakeholder theory) Konsep tanggung jawab sosial telah mulai dikenal sejak awal tahun 1970an yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi mengalami perkembangan pesat dengan hadirnya revolusi industri. Pelaporan akuntansi digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Investasi digolongkan menjadi dua jenis yaitu investasi kepemilikan (saham) dan surat hutang (obligasi). Investor dalam membuat keputusan investasi membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu memiliki nilai jual yang berbeda, yang biasa disebut dengan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan tercermin dalam harga pasar saham

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan kontrak di antara faktor-faktor produksi dan hubungan di antara prinsipal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory) Istilah stakeholder bukan merupakan sebuah istilah yang asing lagi. Kata stakeholder sering digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau agent) dengan pemilik perusahaan (pemegang saham atau principal) seringkali terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntanbilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori. Penelitian ini dilandasi oleh teori-teori yang berkaitan dengan pengungkapan sukarela, teori tersebut meliputi: teori keagenan (agency theory), teori sinyal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu lingkungan yang menarik investor.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu lingkup dimana orang melakukan kegiatan usaha demi mendatangkan keuntungan atau laba. Selain mencari keuntungan, perusahaan juga

Lebih terperinci

17 BAB 1 PENDAHULUAN

17 BAB 1 PENDAHULUAN 17 BAB 1 PENDAHULUAN 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikatnya setiap orang maupun organisasi memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya. Pada konteks perusahaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan sustainability. Perusahaan yang telah go public akan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan sustainability. Perusahaan yang telah go public akan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya ketika suatu perusahaan didirikan tujuan utamanya adalah untuk memperoleh keuntungan baik bagi pemilik perusahaan terlebih bagi para pemegang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 11 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Agensi Teori agensi berpandangan bahwa dalam sebuah perusahaan terdapat dua pihak yang saling terkait, yakni principal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aspek dan implikasi hubungan keagenan dalam praktik bisnis perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aspek dan implikasi hubungan keagenan dalam praktik bisnis perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan merupakan sebuah teori yang mendasari atas berbagai aspek dan implikasi hubungan keagenan dalam praktik bisnis perusahaan. Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan manufaktur yang sangat pesat menciptakan persaingan usaha yang semakin ketat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Informasi yang diungkap di dalam laporan tahunan berisi pengungkapan informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam melaporkan hasil dari kinerjanya adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam melaporkan hasil dari kinerjanya adalah melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan dalam melaporkan hasil dari kinerjanya adalah melalui laporan keuangan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2004 : 2) laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi penggunanya sebagai informasi akuntansi kepada pihak internal maupun pihak eksternal untuk pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut secara maksimal. Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan membahas tentang adanya hubungan keagenan antara principal dengan agen. Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 1. PENDAHULUAN. Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi

BAB 1 1. PENDAHULUAN. Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi 1 BAB 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi yang diberikan secara sukarela oleh perusahaan di luar pengungkapan wajib mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit.

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini maka persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit. Pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kesejahteraan dapat ditingkatkan melalui kinerja perusahaan (firm performance)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa teori keagenan merupakan teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyejahterakan para stakeholder dan shareholder, yang lainnya yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyejahterakan para stakeholder dan shareholder, yang lainnya yaitu untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan yang didirikan memiliki tujuan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang diantaranya yaitu untuk mencapai keuntungan yang maksimal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dekade terakhir ini pertumbuhan kesadaran publik terhadap peran perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan yang dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan didirikannya perusahaan memiliki beberapa tujuan, tujuan pertama adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar besarnnya, tujuan kedua adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan yang berfungsi sebagai pendanaan perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi merupakan teori yang mendefinisikan adanya hubungan antara prinsipal dan agen. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan (agency theory) telah menjadi basis penelitian yang kuat dalam disiplin keuangan dan akuntansi (Abdullah, 2001). Teori keagenan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk memenuhi kepentingan para stakeholder.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang disebut agency theory. Agency theory (teori keagenan) seperti yang dikemukakan oleh Jensen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka penerapan tata kelola perusahaan yang baik, Bapepam melalui surat edaran Bapepam No.SE-03/PM/2000 merekomendasikan imbauan perusahaan publik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Era Globalisasi ini, persaingan negara- negara maju dan berkembang tak terkecuali pada bidang bisnis manufakturnya semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan bagian penting dari strategi bisnis berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Agensi Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer sebagai agent. Teori agensi menggambarkan bahwa agent memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan komite audit menjadi perhatian penting dalam menciptakan tata kelola perusahaan yang baik. Komite audit dapat bertindak sebagai penghubung antara manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang tinggi tampa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun. Laporan keuangan menjadi media bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pelaku usaha atas usaha yang dijalankannya atau perusahaan yang telah didirikannya pasti memiliki harapan agar perusahaan tersebut dapat mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan struktur modal, good corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan dan komisaris independen terhadap tax membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 1. Teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang aset

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang aset BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena mengenai modal intelektual di Indonesia mulai berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang aset tidak berwujud (Ulum, 2009:3). Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini beserta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai lingkungan di Indonesia saat ini menjadi perhatian tersendiri, terlebih lagi mengenai dampak yang diakibatkan oleh kegiatan operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat serta teknologi yang semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan informasi mengenai kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau memaksimalkan kekayaan pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan informasi yang relevan dan tepat waktu dalam setiap pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan informasi yang relevan dan tepat waktu dalam setiap pembuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya kegiatan operasi bisnis dan pertumbuhan investasi yang sangat pesat saat ini dengan tingkat persaingan yang sangat ketat, sehingga investor memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang diukur menggunakan analisis rasio keuangan, untuk mengetahui kemampuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:2) menyatakan bahwa laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab, misalnya saja perusahan mengalami rugi terus-menerus, penjualan yang tidak laku, bencana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan pendanaan yang aman dan menguntungkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan pendanaan yang aman dan menguntungkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu entitas bisnis membutuhkan modal untuk melakukan aktivitas operasional usahanya. Sementara itu terdapat pihak yang memiliki kelebihan dana (investor-kreditor)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa menjadi kepercayaan masyarakat setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun dalam menentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Teori Agensi (Agency Theory) Menurut Jensen dan Meckling (1976), mendefinisikan bahwa teori agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pihak manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem teknologi informasi dan bertambah luasnya ilmu pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era globalisasi seperti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaaan yang berhasil dan memiliki kinerja yang baik mengerti bagaimana beradaptasi dengan pasar yang berubah secara kesinambungan. Peningkatan tekanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka memberikan informasi tentang pertanggung triple bottom line,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka memberikan informasi tentang pertanggung triple bottom line, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan ( Agency Theory) Pada hubungan agensi, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pengungkapan triple bottom line perusahaan antara lain biaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik dan didalamnya terdapat laporan

BAB II LANDASAN TEORI. laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik dan didalamnya terdapat laporan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Tahunan Laporan tahunan adalah suatu dokumen yang diterbitkan tiap tahun suatu perusahaan yang berisi laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik dan didalamnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori Stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah suatu entitas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori Stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah suatu entitas yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Stakeholder Teori Stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah suatu entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri yaitu terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajer perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi. tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi. tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemegang saham BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan alat komunikasi yang memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang sedang berkembang dewasa ini menuntut perubahan tatanan kehidupan baru dalam berbagai bidang politik, ekonomi dan sosial budaya. Kecenderungan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik menyiapkan laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.4 Landasan Teori 2.4.1 Pengertian Corporate Governance Secara umum istilah Corporate Governance (tata kelola perusahaan) berasal dari suatu anologi antara pemerintahan suatu negara

Lebih terperinci