BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan matematika di Indonesia, nampaknya perlu reformasi terutama dari segi pembelajarannya (Kesumawati, 2008). Hal ini disebabkan karena sampai saat ini begitu banyak siswa mengeluh dan beranggapan bahwa matematika itu sangat sulit dan merupakan momok bagi siswa. Kesan negatif yang selama ini disebabkan karena metode pembelajaran yang kurang tepat. Pada pembelajaran matematika menunjukkan bahwa matematika senantiasa menjadi masalah pada setiap jenjang pendidikan, dimana pembelajaran matematika di kelas siswa kurang menunjukkan adanya kesungguhan belajar sehingga penyampaian materi ajar kurang efisien dan efektif (Martono, 2005). Oleh karena itu bila hal tersebut dibiarkan maka akan berdampak pada penguasaan dan ketuntasan belajar siswa. Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat praktek pengalaman lapangan di SMPN 25 Malang tahun ajaran Pada saat proses pembelajaran masih menggunakan model yang berpusat pada guru atau ceramah. Sehingga pada saat proses pembelajaran siswa masih pasif, asik bermain dan berbicara sendiri dengan teman sehingga susasana kelas menjadi tidak kondusif. Hal tersebut juga didukung berdasarkan hasil observasi peneliti di SMK PGRI Mojosari tahun ajaran Saat proses belajar mengajar siswa di kelas cenderung tidak memperhatikan penjelasan dari guru karena pembelajarannya berpusat pada guru atau ceramah. Model pembelajaran dengan ceramah membuat siswa merasa bosan dan kurang aktif pada saat pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, penting dan perlu dilakukan pembenahan dan penyempurnaan dalam pembelajaran matematika. Salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam mengelola interaksi pembelajaran, guru harus memiliki kemampuan untuk mendesain program, menguasai materi 1

2 pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara atau metode yang digunakan, memiliki keterampilan mengkomunikasikan program, serta memahami landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak (Jamil, 2013). Untuk mencapai tujuan tersebut, guru hendaknya memilih dan menggunakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif baik secara mental fisik maupun mental social. Manusia harus aktif mencari pengetahuan mereka sendiri apa yang dicarinya lebih bermakna (Jamil, 2013). Discovery learning merupakan proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual para anak peserta didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan (Hamalik, 2012). Discovery Learning juga dapat diartikan sebagai proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Menggunakan metode ini cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca dan mencoba sendiri, agar siswa dapat belajar sendiri (Roestiyah, 2008). Ada beberapa keunggulan metode discovery learning yaitu: pertama, membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif. Kedua, peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pemikirannya. Ketiga, dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi. Keempat, memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing. Kelima, memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran terpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas (Hanafiah, 2010). Keberhasilan metode discovery learning pada pembelajaran matematika dapat ditunjang dengan mengkombinasikan model tersebut dengan pendekatan 2

3 pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran (Sa njaya, 2007). Oleh sebab itu pendekatan pembelajaran yang dipakai oleh guru akan berpengaruh terhadap cara belajar siswa dan keberhasilan dalam belajar mengajar. Ada dua pendekatan pembelajaran yakni, pendekatan yang berorientasi kepada guru dan pendekatan yang berorientasi kepada siswa (Sabri, 2005). Salah satu alternatif untuk memberikan pemahaman terhadap siswa adalah dengan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik antara lain memiliki langkah-langkah pokok yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013). Untuk itu seharusnya siswa dalam proses pembelajaran harus menyesuaikan dengan langkah-langkah dalam pendekatan saintifik. Hal itu juga untuk mempermudah siswa dalam memahami suatu materi. Pendekatan saintifik ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi dan informasi berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi dari guru (Majid, 2014). Diharapkan kondisi pembelajaran disekolah tercipta diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu oleh guru. Menurut Sanjaya (2010) pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang dipakai oleh guru akan berpengaruh terhadap cara belajar siswa dan keberhasilan dalam belajar mengajar. Faktanya banyak siswa yang cenderung pasif dan kurang aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung dan siswa banyak tergantung pada guru dalam memahami suatu materi pembelajaran. Salah satu metode dan pendekatan yang 3

4 diterapkan dalam melibatkan siswa secara aktif guna menanamkan pemahaman konsep yang lebih dalam pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan harapan yang diinginkan dengan memilih metode dan pendekatan yang tepat agar siswa tidak tergantung pada guru. Pemilihan metode dan pendekatan yang tepat merupakan salah satu cara untuk tercapainya dari tujuan-tujuan yang telah dipaparkan diatas. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti berusaha agar siswa aktif dan tidak tergantung dengan guru pada proses pembelajaran khususnya matematika SMK, mencari faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan memberikan solusi alternatif untuk permasalahan yang dihadapi siswa SMK. Dengan demikian, siswa dapat tertarik dan tidak bosan dalam belajar matematika dan dapat memaksimalkan prestasi belajar siswa. Hal tersebut juga berdampak pada kemampuan pemecahan masalah dengan kata lain kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu proses mencari jalan keluar dari suatu kesulitan juga kurang. Pemecahan masalah juga bukan perbuatan yang sederhana. Pemecahan masalah memerlukan keterampilan berpikir siswa termasuk mengamati, menanya, menganalisis, mengklasifikasikan, menafsirkan, sampai menarik kesimpulan dan membuat generalisasi dari informasi yang telah diperoleh. Oleh karena itu perlunya mengasah keterampilan siswa dalam memecahkan masalah agar siswa timbul penasaran untuk menyelesaikan permasalahan yang disajikan dari informasi yang telah siswa dapatkan. Memecahkan masalah matematika, siswa dituntut untuk berpikir dan bekerja keras agar mampu memecahkan masalah yang dihadapinya (Suharnan, 2005). Pada proses penyelesaian dalam memecahakan masalah perlu adanya metode. Metode yang tepat menurut peneliti adalah metode Polya. Menurut Polya untuk mempermudah siswa dalam menyelesaikan suatu masalah terlebih dahulu masalah tersebut disusun menjadi masalah masalah sederhana, lalu dianalisis dan kemudian dilanjutkan dengan proses sintesis dimana memeriksa setiap langkah yang sudah ditempuh. Langkah dari metode Polya tersebut dapat memudahkan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan matematika. 4

5 1.2 Rumusan Masalah Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menentukan rumusan masalah yang akan diteliti agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah. Dalam penelitian ini peneliti juga menentapkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana aktivitas guru pada pembelajaran matematika model Discovery Learning dengan pendekatan saintifik? 2. Bagaimana aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika model Discovery Learning dengan pendekatan saintifik? 3. Bagaimana kemampuan pemacahan masalah siswa pada pembelajaran matematika model Discovery Learning dengan pendekatan saintifik? 1.3 Pembatasan Masalah Untuk membatasi permasalahan yang diteliti, sehingga penelitian yang dilakukan tidak meluas dan didapatkan data yang akurat. Maka peneliti memberikan batasan masalah sebagi berikut: 1. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah KD 3.3 semester genap yaitu sistem persamaan dan pertidaksamaan linier. 2. Aktivitas yang dinilai yakni aspek mengamati, menanya, menkperimen atau mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Kemampuan pemecahan masalah dinilai pada pengerjaan soal. 3. Metode dalam pemecahan masalah yang digunakan adalah Polya 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis aktivitas guru pada pembelajaran matematika model Discovery Learning dengan pendekatan saintifik. 2. Menganalisis aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika model Discovery Learning dengan pendekatan saintifik. 3. Menganalisis kemampuan pemacahan masalah siswa pada pembelajaran matematika model Discovery Learning dengan pendekatan saintifik 5

6 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Sebagai bahan pengetahuan pada pembaca dan guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dan kemampuan pemecahan masalah. 2. Sebagai gambaran pada guru untuk mengetahui bahwa dalam pembelajaran matematika pendekatan yang berpusat pada siswa sering dilakukan. 1.6 Definisi Operasional Definisi oeprasional dimaksudkan untuk memungkinkan pembaca untuk melakukan persepsi yang sama atau melakukan pengamatan yang sama mengenai istilah dalam peneltian ini. Istilah istilah yang perlu diberikan penegasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran adalah proses perubahan perilaku yang relative tetap sehingga siswa dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah. 2. Pembelajaran discovery learning adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolonggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Proses belajar siswa dengan diskusi, membaca, mengumpulkan data dan mencoba sendiri menyelesaikan masalah. 3. Aktifitas guru adalah kegiatan yang terjadi selama proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sehingga adanya komunikasi antara guru dan siswa. 4. Aktifitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama kegiatan pembelajaran sehingga adanya komunikasi antara guru dan siswa. 5. Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu pencarian untuk menemukan jawaban dari sebuah permasalahan berdasarkan langkah langkah tertentu. Menurut Polya langkah pertama adalah memahami masalah, langkah kedua merencanakan penyelesaian, langkah ketiga 6

7 melaksanakan perencanaan, langkah terakhir adalah meninjau kembali dari apa yang telah dikerjakan. 7