PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA)
|
|
- Sucianty Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 RSUD Sangatta Jl. Soekarno - Hatta Tel Sangatta PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA) 2014
2 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat yang telah dikaruniakan kepada penyusun, sehingga Buku Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA / Prevention of Mother-to-Child HIV Transmission / PMTCT) Rumah Sakit Umum Daerah Sangatta ini dapat selesai disusun. Buku Pedoman PPIA di Rumah Sakit Umum Daerah Sangatta ini disusun untuk lebih memantapkan upaya penanggulangan HIV/AIDS, keselamatan pasien, keselamatan kerja, serta meningkatkan mutu pelayanan. Dalam buku pedoman ini diuraikan Standar Ketenagaan, Standar Fasilitas, Tatalaksana Pelayanan Terapi Antiretroviral (ARV), Logistik, Keselamatan Pasien, Keselamatan Kerja, dan Pengendalian Mutu. Tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan semua pihak dalam menyelesaikan Buku Pedoman Pelayanan Terapi Antiretroviral (ARV) di Rumah Sakit Umum Daerah Sangatta. Sangatta, Januari 2014 Penyusun Page 1
3 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Denah Ruangan Pelayanan terapi ARV di RSUD Sangatta... 6 Gambar 4.1. Alur proses ibu hamil menjalani kegiatan PRONG 3 dan 4 dalam PPIA DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Distribusi ketenagaan pelayanan PPIA RSUD Sangatta... 5 Tabel 4.1. Pilihan persalinan... 8 Page 2
4 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan Epidemi HIV Global UNAIDS 2012 menunjukkan bahwa terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia. Sebanyak 50% di antaranya adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Di Asia Selatan dan Tenggara, terdapat kurang lebih 4 juta orang dengan HIV dan AIDS. Menurut Laporan Progres HIV-AIDS WHO Regional SEARO (2011) sekitar 1,3 juta orang (37%) perempuan terinfeksi HIV. Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual tidak aman, yang selanjutnya akan menularkan pada pasangan seksualnya. Di sejumlah negara berkembang HIV-AIDS merupakan penyebab utama kematian perempuan usia reproduksi. Infeksi HIV pada ibu hamil dapat mengancam kehidupan ibu serta ibu dapat menularkan virus kepada bayinya. Lebih dari 90% kasus anak terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses penularan dari ibu ke anak atau mother-tochild HIV transmission(mtct). Virus HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama kehamilan, saat persalinan dan saat menyusui. Data estimasi UNAIDS/WHO (2009) juga memperkirakan anak di wilayah Asia-Pasifik terinfeksi HIV dan tanpa pengobatan, setengah dari anak yang terinfeksi tersebut akan meninggal sebelum ulang tahun kedua. Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) telah terbukti sebagai intervensi yang sangat efektif untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak. Di negara maju risiko anak tertular HIV dari ibu dapat ditekan hingga kurang dari 2% karena tersedianya intervensi PPIA dengan layanan optimal. Namun di negara berkembang atau negara miskin, dengan minimnya akses intervensi, risiko penularan masih berkisar antara 20% dan 50%. Sebagian besar infeksi HIV dapat dicegah dengan upaya pencegahan penularan dari ibu-keanak yang komprehensif dan efektif di fasilitas pelayanan kesehatan. RSUD Sangatta merupakan salah satu fasyankes yang menjalankan upaya-upaya terkait PPIA Tujuan 1. Mengetahui standar ketenagaan di Pelayanan PPIA di RSUD Sangatta. 2. Mengetahui standar fasilitas di Pelayanan PPIA di RSUD Sangatta. 3. Mengetahui tata cara PPIA di RSUD Sangatta. 4. Mengetahui keselamatan pasien dalam PPIA di RSUD Sangatta. 5. Mengetahui keselamatan kerja dalam PPIA di RSUD Sangatta Ruang Lingkup Pelayanan PPIA merupakan upaya-upaya yang ditempuh untuk pencegahan penularan HIV dari ibu ke anaknya di lingkup instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, instalasi gawat darurat, instalasi laboratorium, instalasi farmasi, dan rekam medis. Page 3
5 1.4. Batasan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV ke dalam tubuh seseorang. Anti Retroviral Therapy (ART) adalah sejenis obat untuk menghambat kecepatan replikasi virus dalam tubuh orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Obat diberikan kepada ODHA yang memerlukan berdasarkan beberapa kriteria klinis, juga dalam rangka Prevention of Mother To Child Transmission (PMTCT). Human Immuno-deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan AIDS. Orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah orang yang tubuhnya telah terinfeksi virus HIV/AIDS. Perawatan dan dukungan adalah layanan komprehensif yang disediakan untuk ODHA dan keluarganya. Termasuk di dalamnya konseling lanjutan, perawatan, diagnosis, terapi, dan pencegahan infeksi oportunistik, dukungan sosioekonomi dan perawatan di rumah. Persetujuan layanan adalah persetujuan yang dibuat secara sukarela oleh seseorang untuk mendapatkan layanan. Informed Consent (Persetujuan Tindakan Medis) adalah persetujuan yang diberikan oleh orang dewasa yang secara kognisi dapat mengambil keputusan dengan sadar untuk melaksanakan prosedur (tes HIV, operasi, tindakan medik lainnya) bagi dirinya atau atas spesimen yang berasal dari dirinya. Juga termasuk persetujuan memberikan informasi tentang dirinya untuk suatu keperluan penelitian Landasan Hukum 1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat nomor 9/KEP/1994 tentang Strategi Nasional Penanggulangan AIDS di Indonesia; 4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1278 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Rujukan bagi ODHA 5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 tahun 2013 tentang Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) 6. Pedoman Nasional Pencegahan Penuralan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA), Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa, Kementrian Kesehatan, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Anak, Kementrian Kesehatan, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Peraturan Bupati Kutai Timur nomor 36 Tahun 2012 tentang Pola Tata Kelola Rumah Sakit Umum Daerah Sangatta; Page 4
6 BAB II STANDAR KETENAGAAN 2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Dalam melaksanakan pelayanan PPIA di RSUD Sangatta dipimpin oleh Ketua Tim Penanggulangan HIV/AIDS. Distribusi ketenagaan pelayanan PPIA disesuaikan dengan kualifikasi dan beban kerja yang ada. Untuk distribusi ketenagaan pelayanan PPIA disebutkan dalam tabel 2.1 sesuai dengan tugas masing-masing. Tabel 2.1. Distribusi ketenagaan pelayanan PPIA RSUD Sangatta Nama Jabatan Dokter Koordinator Ruang Perawatan Kebidanan dan Kandungan Petugas Laboratorium Petugas Farmasi Petugas Administrasi Klasifikasi Formal Non Formal Dokter Pelatihan PPIA Umum sesuai dengan dan/atau standar WHO atau Dokter lebih sesuai Spesialis dengan kebutuhan DIII Kebidanan DIII Analis Kesehatan atau SMAK S1 Apoteker DIII Administrasi Kesehatan Pelatihan PPIA sesuai dengan standar WHO atau lebih sesuai dengan kebutuhan Pelatihan sesuai dengan standar WHO atau lebih sesuai dengan kebutuhan Pelatihan sesuai dengan standar WHO atau lebih sesuai dengan kebutuhan Pelatihan sesuai dengan standar WHO atau lebih sesuai dengan kebutuhan Jumlah Tenaga Kebutuhan yang Ada Keterangan 1 1 dokter Cukup umum, 1 dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan 1 1 Cukup 1 1 Cukup 1 1 Cukup 1 1 Cukup 2.2. Distribusi Ketenagaan Tim PPIA berjumlah 6 orang, yang terbagi menjadi dokter CST, dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, koordinator ruang perawatan kebidanan dan kandungan, petugas laboratorium, petugas farmasi, dan petugas administrasi. Page 5
7 BAB III STANDAR FASILITAS 3.1. Denah Ruangan RSUD Sangatta tidak memiliki ruang khusus untuk pelayanan PPIA, namun terintegrasi di pusat layanan HIV/AIDS RSUD Sangatta di ruang poli VCT (lihat gambar), ruang Poliklinik Kebidanan dan Kandungan, Kamar Bersalin, dan Ruang Perawatan Kebidanan dan Kandungan. POLI VCT Gambar 3.1. Denah Ruangan Pelayanan PPIA di RSUD Sangatta 3.2. Standar Fasilitas Fasilitas yang cukup harus tersedia bagi staf medis sehingga dapat tercapai tujuan dan fungsi pelayanan PPIA yang optimal bagi pasien Kriteria Tersedia ruangan khusus pelayanan klien yang berfungsi sebagai pusat pelayanan HIV/AIDS di RSUD Sangatta meliputi kegiatan konseling, penatalaksanaan, pencatatan dan pelaporan, serta menjadi pusat jejaring internal atau eksternal pelayanan HIV/AIDS di RSUD Sangatta. 1. Ruang tersebut memenuhi persyaratan sarana dan prasarana ruangan pelayanan terapi ARV. 2. Tersedia peralatan untuk melakukan pelayanan terapi ARV. 3. Tersedia ruangan laboratorium yang mampu melakukan pemeriksaan antibodi anti-hiv. Page 6
8 BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) dilaksanakan melalui kegiatan kompehensif yang meliputi empat pilar (4 prong) yaitu : 1. Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi (15-49 tahun) 2. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan HIV positif 3. Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya 4. Dukungan psikologis, sosial, dan perawatan kesehatan selanjutnya kepada ibu yang terinfeksi HIV dan bayi serta keluarganya 4.1. PRONG 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi Prong 1 merupakan langkah pencegahan primer yang paling efektif dalam penularan HIV dari ibu ke anak. Upaya ini dilakukan dengan penyuluhan-penyuluhan dan penjelasan yang benar terkait HIV/AIDS dan penyakit IMS dalam koridor kesehatan reproduksi. Untuk menghindari perilaku seksual berisiko dalam upaya mencegah penularan HIV menggunakan strategi ABCDE yaitu : A (Abstinence), artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi orang yang belum menikah; B (Be Faithful), artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti pasangan); C (Condom), artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom; D (Drug No), artinya Dilarang menggunakan narkoba. E (Education), artinya dengan penyebarluasan informasi dan edukasi mengenai HIV/AIDS. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : 1. Menyebarkan informasi dan edukasi tentang HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi baik secara individu maupun secara kelompok. Edukasi sangat perlu diberikan pada wanita remaja, sehingga mereka dapat mengetahui cara agar tidak terinfeksi HIV. 2. Mobilisasi masyarakat, dimana melibatkan petugas lapangan dan komunitas tertentu (kelompok dukungan sebaya, tokoh agama, dan tokoh masyarakat) sebagai pemberi informasi pencegahan HIV dan IMS. 3. Layanan Test HIV. Dilakukan melalui pendekatan konseling dan testing atas inisiasi petugas kesehatan (KTIP) serta konseling dan testing sukarela (KTS). Layanan ini diberikan pada pelayanan ANC terpadu dan layanan KIA di rumah sakit. Page 7
9 4.2. PRONG 2 : Pencegahan Kehamilan yang Tidak Direncanakan pada Perempuan dengan HIV Konseling yang berkualitas,penggunaan alat kontrasepsi yang aman dan efektif serta penggunaan kondom secara konsisten akan membantu perempuan dengan HIV agar melakukan hubungan seksual yang aman, serta menghindari terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan. Perlu diingat bahwa infeksi HIV bukan merupakan indikasi aborsi. Kegiatan dalam prong ini dilakukan pada saat pasien wanita HIV positif datang kontrol ke poliklinik VCT/CST atau memeriksakan diri ke poliklinik lainnya, terutama poliklinik kebidanan dan kandungan. Apabila wanita HIV positif tidak ingin hamil, maka kontrasepsi yang dianjurkan adalah kontrasepsi jangka panjang dan kondom. Sedangkan yang tidak ingin punya anak lagi disarankan untuk menggunakan kontrasepsi mantap dan kondom. Apabila wanita HIV positif masih ingin memiliki anak, maka dilakukan konseling lanjutan untuk merencanakan kehamilannya. Ibu dengan HIV berhak menentukan keputusannya sendiri atau setelah berdiskusi dengan pasangan, suami, atau keluarga PRONG 3 : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Hamil dengan HIV ke Bayi yang Dikandungnya Kegiatan pada prong ini dilaksanakan pada setiap pasien wanita hamil HIV positif yang memeriksakan diri pada poliklinik kebidanan dan kandungan atau datang kontrol ke poliklinik VCT/CST atau dalam proses persalinan di ruang bersalin (VK). Strategi ini merupakan inti dari layanan PPIA dan merupakan kegiatan layanan KIA yang komprehensif meliputi : 1. Layanan ANC terpadu termasuk penawaran dan tes HIV, merupakan jalan bagi ibu hamil untuk mengetahui status HIV, sehingga dapat pengobatan ARV sedini mungkin, dukungan psikologis, dan KIE tentang HIV/AIDS. 2. Diagnosis HIV. Alur pemeriksaan anti HIV dalam darah dengan menggunakan metode cepat (rapid) atau ELISA. 3. Pemberian ARV untuk ibu hamil HIV positif. Diberikan berdasarkan Pedoman Terapi ARV. Pemberian ARV dimulai tanpa memandang stadium klinis ataupun jumlah CD4, dan dikonsumsi seumur hidup. Bertujuan untuk mengurangi risiko penularan dan mengoptimalkan kesehatan ibu. 4. Persalinan yang aman. Pemilihan persalinan diputuskan oleh ibu setelah mendapatkan konseling lengkap tentang pilihan persalinan, risiko penularan, dan berdasarkan penilaian petugas kesehatan. Tabel 4.1. Pilihan persalinan Page 8
10 Dengan demikian, untuk memberikan layanan persalinan yang optimal kepada ibu hamil dengan HIV direkomendasikan kondisi-kondisi berikut ini: Pelaksanaan persalinan, baik secara bedah sesar maupun normal, harus memperhatikan kondisi fisik dan indikasi obstetri ibu berdasarkan penilaian dari tenaga kesehatan. Infeksi HIV bukan merupakan indikasi untuk bedah sesar. Ibu hamil harus mendapatkan konseling sehubungan dengan keputusannya untuk menjalani persalinan per vaginam atau pun per abdominam (bedah sesar). Tindakan menolong persalinan ibu hamil, baik secara persalinan per vaginam maupun bedah sesar harus selalu menerapkan kewaspadaan standar, yang berlaku untuk semua jenis persalinan dan tindakan medis. 5. Tatalaksana pemberian makanan bagi bayi/anak. Dilakukan konseling tentang risiko penularan HIV melalui ASI. Konseling dilakukan selama ANC atau sebelum persalinan. Pengambilan keputusan di tangan ibu setelah mendapatkan konseling lengkap. Sangat dianjurkan untuk menggunakan susu formula sebagai makanan bagi bayi, apabila syarat AFASS (affordable, feasible, acceptable, sustainable, and safe) terpenuhi keseluruhannya. Apabila salah satu syarat tidak terpenuhi, maka ASI diberikan secara eksklusif selama 6 bulan. Tidak dianjurkan untuk menyusui campur (mixed feeding) artinya diberikan ASI dan PASI bergantian. 6. Mengatur kehamilan dan keluarga berencana, seperti yang telah dijelaskan pada PRONG Pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksasol pada bayi/anak. ARV yang diberikan adalah Zidovudine (AZT) dimulai pada hari pertama kehidupan sampai 6 minggu, dengan dosis 4 mg/kgbb diberikan 2 kali sehari. Setelah 6 minggu, diberikan profilaksis kotrimoksasol dengan dosis 4-6 mg/kgbb (dosis trimeptoprim) diberikan 1 kali sehari sampai diagnosis HIV dapat ditegakkan. 8. Pemeriksaan diagnostik HIV pada bayi yang lahir dari ibu HIV. Pemeriksaan untuk antibodi anti HIV dengan metode cepat (rapid) hanya dapat digunakan apabila anak berumur lebih dari 18 bulan, atau dapat dilakukan lebih awal pada usia 9-12 bulan, dengan catatan bila hasil positif maka harus diulang setelah berusia 18 bulan. Bila usia anak kurang dari 18 bulan, maka pemeriksaan yang dilakukan adalah PCR untuk melihat HIV DNA, yang dilakukan minimal 2 kali, pertama pada usia 4-6 minggu dan 4 minggu setelah pemeriksaan pertama PRONG 4 : Pemberian dukungan psikologis, sosial, dan perawatan kepada ibu dengan HIV beserta anak dan keluarganya. Penting untuk menjamin kerahasiaan status HIV ibu untuk menghindai stigma dan diskriminasi di masyarakat. Dukungan juga harus diberikan kepada anak dan keluarganya. Beberapa hal yang mungkin dibutuhkan ibu dengan HIV antara lain : Pengobatan ARV jangka panjang Pengobatan gejala penyakitnya Pemeriksaan kondisi kesehatan dan pemantauan terapi ARV (termasuk CD4 dan viral load) Page 9
11 Konseling dan dukungan kontrasepsi dan pengaturan kehamilan Informasi dan edukasi pemberian makanan bayi Pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik untuk diri sendiri dan bayinya. Penyuluhan kepada anggota keluarga tentang cara penularan HIV dan pencegahannya Layanan klinik dan rumah sakit yang bersahabat Kunjungan ke rumah (home visit) Dukungan teman-teman sesama HIV positif, terlebih sesama ibu dengan HIV Adanya pendamping saat sedang dirawat Dukungan dari pasangan Dukungan kegiatan peningkatan ekonomi keluarga Dukungan perawatan dan pendidikan bagi anak Gambar 4.1. Alur proses ibu hamil menjalani kegiatan PRONG 3 dan 4 dalam PPIA Page 10
12 BAB V LOGISTIK Pengadaan logistik untuk pelayanan PPIA dilakukan dengan permintaan secara berkala kepada Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Timur Obat Antiretroviral (ARV) Pengadaan, pengelolaan, dan pengawasan ARV merupakan tanggung jawab instalasi farmasi RSUD Sangatta di bawah petugas farmasi Tim Penanggulangan HIV/AIDS RSUD Sangatta. Obat ARV yang diminta terdiri dari : 1. Zidovudin (AZT) 2. Tenofovir (TDF) 3. Lamvudin (3TC) 4. Emtricitabine (FTC) 5. Efavirenz (EFV) 6. Nevirapine (NVP) Selain obat-obat tersebut, bisa dimintakan obat dalam kombinasi dosis tetap (KDT) yang terdiri dari 1. Zidovudine (AZT) + Lamivudine (3TC) dengan nama paten Duviral 2. Tenofovir (TDF) + Lamivudine (3TC) + Efavirenz (EFV) dengan nama paten Atripla 3. Tenofovir (TDF) + Emtricitabine (FTC) dengan nama paten Aluvia Petugas farmasi Tim HIV/AIDS RSUD Sangatta mengajukan pemesanan obat ARV kepada Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Timur melalui sistem pelaporan online IOMS setiap bulannya sebelum tanggal Logistik Laboratorium Pengadaan dan pengelolaan logistik laboratorium berkaitan dengan pelayanan VCT (pemeriksaan antibodi anti-hiv) merupakan tanggung jawab petugas laboratorium tim VCT dibawah pimpinan unit laboratorium RSUD Sangatta. Kebutuhan logistik laboratorium terkait pemeriksaan anti-hiv antara lain : 1. Jarum dan semprit steril * 2. Tabung dan botol tempat penyimpan darah * 3. Kapas alkohol * 4. Cairan desinfektan * 5. Sarung tangan karet * 6. Apron plastik * 7. Sabun dan tempat cuci tangan dengan air mengalir * 8. Tempat sampah barang terinfeksi, barang tidak terinfeksi, dan barang tajam (sesuai petunjuk Kewaspadaan Universal Departemen Kesehatan) * 9. Petunjuk pajanan okupasional dan alur permintaan pertolongan pasca pajanan okupasional. * 10. Reagen untuk testing dan peralatannya Page 11
13 11. Lemari pendingin * 12. Ruang penyimpanan testing-kit, barang habis pakai 13. Buku-buku register (stok barang habis pakai, penerimaan sampel, hasil testing, penyimpanan sampel, kecelakaan okupasional) atau komputer pencatat. 14. Pedoman testing HIV Catatan : * inventaris rumah sakit (pengadaan oleh RSUD Sangatta) Petugas laboratorium VCT mengajukan permohonan logistik laboratorium kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur Logistik Dokumentasi Logistik dokumentasi terkait dengan pelayanan PPIA merupakan formulir-formulir dan rekam medis pasien HIV positif meliputi : 1. Ikhtisar perawatan pasien HIV/ART 2. Kartu pasien 3. Register Pra-ART 4. Register ART 5. Register pemberian Obat 6. Register Stok Obat 7. Formulir Rujukan Untuk dokumentasi pelaporan dilakukan melalui sistem online dengan menggunakan program IOMS dan dilakukan setiap bulan sebelum tanggal 25. Page 12
14 BAB VI KESELAMATAN PASIEN 6.1. Pengertian Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi, dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian, dan lainlain) yang tidak seharusnya terjadi Tujuan Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan Tata Laksana Keselamatan Pasien Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah : 1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. 2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien. 3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial bermasalah. 4. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut di atas 5. Menerapkan stancak keselamatan pasien rumah sakit dan melakukan self assesment dengan instrumen akreditasi pelayanan keselamatan pasien rumah sakit. 6. Program khusus Keselamatan Pasien Rumah Sakit. 7. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan Sasaran Keselamatan Pasien HIV/AIDS di RSUD Sangatta 1. Ketepatan identifikasi pasien Page 13
15 Ketetpatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan yang diterima oleh pasien. Setiap pasien HIV/AIDS yang datang ke RSUD Sangatta harus diverifikasi identitasnya dengan menggunakan nama dan alamat, atau nama dan tanggal lahir. 2. Peningkatan komunikasi yang efektif, yaitu komunikasi lisan yang menggunakan prosedur SBAR ; write, read, dan repeat back (reconfirm). 3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert). Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert medication) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan atau kesalahan serius dan obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan. Untuk antiretroviral (ARV) yang waktu penggunaannya jangka panjang harus diwaspadai juga masa/tanggal kada luarsanya. 4. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan. Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan yang tepat. 5. Pengurangan risiko pasien jatuh. Pengurangan pengalamam pasien yang tidak direncanakan untuk terjadinya jatuh. Suatu jehadian jatuh yang tidak disengaja pada seseorang saat istirahat yang dapat dilihat/dirasakan, atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi tertentu seperti stroke, pingsan, dan lainnya. Untuk pasien HIV/AIDS yang rawat inap, dikaji pula risiko jatuhnya. Apabila termasuk berisiko, pasien tersebut dipasang gelang kuning. Page 14
16 BAB VII KESELAMATAN KERJA Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut di atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini tim penanggulangan HIV/AIDS dan perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang- Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin : 1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan sehat dan selamat. 2. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien. 3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan. Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu : 1. Kondisi dan lingkungan kerja. 2. Kesadaran dan kualitas pekerja. 3. Peranan dan kualitas manajemen. Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi bila : 1. Pelatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus. 2. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi. 3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau dingin. 4. Tidak tersedia alat-alat pengaman. 5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran, dan lain-lain. Page 15
17 7.1. Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas Kesehatan 1. Petugas kesehatan yang merawat pasien HIV/AIDS harus mendapatkan pelatihan/sosialisasi mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tidakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol. 2. Petugas yang tidak terlibat secara langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan umum mengenai penyakit tersebut Petunjuk Pencegahan Infeksi untuk Petugas Kesehatan 1. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan, petugas harus menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai untuk kewaspadaan standar sesuai dengan penyebaran penyakit. APD untuk pelayanan pasien HIV adalah goggle, masker, apron, serta sarung tangan untuk petugas laboratorium. 2. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan/sosialisasi tentang gejala HIV/AIDS 3. Pasien HIV yang juga terdiagnosis sebagai penderita TB, harus mengenakan masker jika berada di ruangan tertutup dan bersama orang lain, serta selalu menerapkan etika batuk. Page 16
18 BAB IX PENUTUP Pedoman pelayanan PPIA merupakan bahan rujukan bagi pimpinan rumah sakit dalam rangka pelayanan PPIA, juga sebagai bahan rujukan akreditasi rumah sakit. Keberhasilan pelaksanaan layanan PPIA di rumah sakit sangat bergantung pada komitmen dan kemampuan para penyelenggara pelayanan kesehatan serta dukungan stake holder terkait untuk mencapai hasil optimal. Pedoman pelayanan ini senantiasa akan disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta kebijakan dan peraturan terkait penanggulangan HIV/AIDS yang ada di Indonesia. DIREKTUR RSUD SANGATTA dr. Bahrani Penata Tk. I NIP Page 17
Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS
Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR072010031 Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Asuhan Keperawatan Wanita Dan Anak Dengan HIV/AIDS 1. Pencegahan Penularan HIV pada Wanita dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan
Lebih terperinciIntegrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Lecture Series Pusat Penelitian HIV/AIDS UNIKA ATMAJAYA: Peranan Bidan dalam Mendukung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Epidemi HIV/AIDS di Indonesia Epidemi HIV di Indonesia telah berlangsung selama 25 tahun dan sejak tahun 2000 sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan
Lebih terperinciTIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 48 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS
Lebih terperinciWALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG
WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah
Lebih terperinciPEDOMAN NASIONAL PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI
PEDOMAN NASIONAL PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI QuickTime and a decompressor are needed to see this picture. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jakarta 2011 Daftar Isi Daftar Isi... ii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus RNA yang dapat menyebabkan penyakit klinis, yang kita kenal sebagai Acquired Immunodeficiency
Lebih terperinciPemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba
Pemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba Dr. Muh. Ilhamy, SpOG Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Ditjen Bina Kesmas, Depkes RI Pertemuan Update Pedoman Nasional PMTCT Bogor, 4
Lebih terperincidan kesejahteraan keluarga; d. kegiatan terintegrasi dengan program pembangunan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota; e.
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi masalah yang serius bagi dunia kesehatan. Menurut data World Health
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi
Lebih terperinciBUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO
SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,
Lebih terperinciW A L I K O T A Y O G Y A K A R T A
W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PUSKESMAS LAYANAN SATU ATAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinci2013, No.978 BAB I PENDAHULUAN
5 2013, No.978 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK BAB I PENDAHULUAN A.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciMasalah infeksi HIV dan rantai penularannya. Evaluasi Program Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT) di RSAB Harapan Kita Jakarta
Artikel Asli Evaluasi Program Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT) di RSAB Harapan Kita Jakarta Martani Widjajanti Kelompok Kerja Alergi Imunologi SMF Anak RSAB Harapan Kita Jakarta Latar
Lebih terperinciGLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN
PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) secara global masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah kesehatan yang
Lebih terperinciWALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,
WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. b. c. bahwa dalam upaya untuk memantau penularan
Lebih terperinciKegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2
Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 201 Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2 1 Puskesmas Bulupoddo, 2 Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai, Sulawesi
Lebih terperinciPeranan Bidan dalam Mendukung Program PMTCT Dra Ropina Tarigan, Am-Keb, MM
Peranan Bidan dalam Mendukung Program PMTCT Dra Ropina Tarigan, Am-Keb, MM Kasus HIV/AIDS di Indonesia & Jakarta Jumlah kumulatif kasus HIV / AIDS di Indonesia Tahun 1987 hingga Maret 2012: 82.870 kasus
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DAN HIV/AIDS DI KABUPATEN BANYUWANGI
Lebih terperincisebuah tinjauan strategi dr. Abednego Dani N Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul PROGRAM PENGENDALIAN HIV&AIDS KABUPATEN BANTUL
PROGRAM PENGENDALIAN HIV&AIDS KABUPATEN BANTUL sebuah tinjauan strategi dr. Abednego Dani N Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Disampaikan di hadapan: Workshop P2 HIV&AIDS di Kabupaten Bantul 30 Mei 2011
Lebih terperinciJangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti
Ragu? Jangan cuma Ikut VCT, hidup lebih pasti Sudahkah anda mengetahui manfaat VCT* atau Konseling dan Testing HIV Sukarela? *VCT: Voluntary Counselling and Testing 1 VCT atau Konseling dan testing HIV
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi HIV adalah melalui kontak seksual;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem pertahanan manusia sehingga menyebababkan sistem pertahanan tubuh manusia tersebut menjadi melemah.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan tubuh
Lebih terperinciI. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERSEPSI PENDERITA HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG PENYAKIT AIDS DAN KLINIK VCT TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 21.A 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21.A TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN
Lebih terperinciSTRATEGI KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI KONSELOR VCT DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BEROBAT PADA PASIEN HIV DI RSUD KABUPATEN KARAWANG
STRATEGI KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI KONSELOR VCT DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BEROBAT PADA PASIEN HIV DI RSUD KABUPATEN KARAWANG Studi Kasus Mengenai Strategi Komunikasi Antar Pribadi Konselor VCT Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus HIV/AIDS bermunculan semakin banyak dan menyebar ke berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia, dilaporkan bahwa epidemi HIV dan AIDS
Lebih terperinciSilabus Mata Kuliah Kesehatan Seksual dan HIV/AIDS Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana
Silabus Mata Kuliah Kesehatan Seksual dan HIV/AIDS Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Kompetensi (Competency Statement) Mampu merencanakan, mengambil keputusan, mengevaluasi
Lebih terperinciBAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di
1 BAB II PENDAHULUANN 1.1 Latar Belakangg Humann Immunodeficiencyy Viruss (HIV) / Acquired Immuno Deficiency Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di dunia, dimana jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan
Lebih terperinciHASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH
HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH Upaya Penyelamatan Perempuan & Anak dari Kematian Sia-Sia Karena HIV & AIDS Bahan masukan RPJMD Propinsi Jawa Tengah TAHUN 2013-2018
Lebih terperinciMODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi... 2 Pendahuluan... 3 Kegiatan
Lebih terperinciMeyakinkan Diagnosis Infeksi HIV
ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) IV. Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV Bagian ini merangkum usulan WHO untuk menentukan adanya infeksi HIV (i) agar memastikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization), penyebab kematian terbanyak pada wanita golongan reproduktif disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS.
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1238, 2015 KEMENKES. Pengguna Napza Suntik. Dampak. Pengurangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PENGURANGAN DAMPAK
Lebih terperinci2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
No.169, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Reproduksi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5559) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Melakukan Tes HIV pada Layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Melakukan Tes HIV pada Layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas A. Latar Belakang Epidemi HIV telah memasuki babak baru dengan makin banyaknya penularan
Lebih terperinciTerapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak:
Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak: Menuju akses universal Oleh: WHO, 10 Juni 2010 Ringkasan eksekutif usulan. Versi awal untuk perencanaan program, 2010 Ringkasan eksekutif Ada
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang: a.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan global yang menjadi perbincangan masyarakat di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam sepuluh tahun terakhir, peningkatan AIDS sungguh mengejutkan.
Lebih terperinciAcquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh adanya infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI
Lebih terperinciKonseling & VCT. Dr. Alix Muljani Budi
Konseling & VCT Dr. Alix Muljani Budi Konseling merupakan proses interaksi antara konselor dan klien utk memberikan dukungan mentalemosinal kepada klien mencakup upaya-upaya yang spesifik, terjangkau dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah HIV merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS dan menyebabkan
Lebih terperinciPEDOMAN PELAYANAN KONSELING DAN TESTING HIV SECARA SUKARELA (VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING)
PEDOMAN PELAYANAN KONSELING DAN TESTING HIV SECARA SUKARELA (VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok pengguna
Lebih terperinciPemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP
Pemberian ARV pada PMTCT Dr. Janto G. Lingga,SpP Terapi & Profilaksis ARV Terapi ARV Penggunaan obat antiretroviral jangka panjang untuk mengobati perempuan hamil HIV positif dan mencegah MTCT Profilaksis
Lebih terperinci57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.
LAMPIRAN 1 KUESIONER LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER Saya bertandatangan di bawah ini: Nama : Umur : Setelah membaca penjelasan di atas, maka dengan ini menyatakan saya bersedia ikut berpatisipasi
Lebih terperinciHIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi
Prakata Dengan semakin banyak perempuan di Indonesia yang terinfeksi HIV, semakin banyak anak juga terlahir dengan HIV. Walaupun ada cara untuk mencegah penularan HIV dari ibu-ke-bayi (PMTCT), intervensi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang: a. bahwa penularan virus HIV
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan
Lebih terperinciKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Ind p
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI 616.979 2 Ind p Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Ibu dan Anak Pedoman manajemen program pencegahan penularan HIV
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PRGRAM HIV AIDS DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL I. PENDAHULUAN Dalam rangka mengamankan jalannya pembangunan nasional, demi terciptanya kwalitas manusia yang diharapkan, perlu peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yaitu masih tingginya transmisi infeksi, angka kesakitan dan angka kematian. Secara global kasus HIV pada
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 4-A PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4-A TAHUN 2008 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 4-A PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4-A TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMUNODEFICIENCY
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG. PENANGGULANGAN HIV dan AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV dan AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga pengidap akan rentan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Menurut Center
Lebih terperinciPENANGGULANGAN HIV / AIDS
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NO 5 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN HIV / AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG: Menimbang : a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,
PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) 322460, Email : kpakabmimika@.yahoo.co.id LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM HIV/AIDS DAN IMS PERIODE JULI S/D SEPTEMBER
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN
PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN Peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS dapat dilakukan dengan memberi pelatihan. Oleh karenannya, seorang penderita HIV/AIDS atau ODHA sangat perlu diberi terapi psikis dalam bentuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. (1) Saat ini
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS
1 BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BELU
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BELU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELU NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELU, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang: a. bahwa Human Immunodeficiency Virus (HIV),
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV & AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV & AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA Menimbang : a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan
Lebih terperinciHIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan
HIV AIDS 1. Singkatan dan Arti Kata HIV WINDOW PERIOD AIDS STIGMA ODHA OHIDHA VCT DISKRIMINASI 2. Mulai Ditemukan 1981 1987 1993 3. Cara Infeksi - Sex yang tidak aman - Napza suntik 4. Cara Pencegahan
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS
1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a.
Lebih terperinciLampiran 1. Informed Consent. Penjelasan prosedur
Lampiran 1 Penjelasan prosedur Informed Consent Anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian yang yang akan dilakukan oleh Gaby Gabriela Langi, SKM, mahasiswa Minat Utama Epidemiologi Lapangan Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan
Lebih terperinciBAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV
BAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV Anak dengan pajanan HIV Penilaian kemungkinan infeksi HIV Dengan memeriksa: Status penyakit HIV pada ibu Pajanan ibu dan bayi terhadap ARV Cara kelahiran dan laktasi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang:
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan infeksi yang berkembang pesat di dunia, begitu pula di Indonesia. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan epidemi HIV (human immunodeficiancy virus) yang berkembang paling cepat menurut data UNAIDS (United Nations
Lebih terperinciDaftar Kontributor. 2 Pencegahan Penularan HIV/AIDS dari Ibu Ke Bayi. Prevention Mother to Child HIV/AIDS Transmission (PMTCT) i
Panduan Bagi Petugas Kesehatan Daftar Kontributor 1. Prof. DR. Dr. Sudarto Ronoatmojo, MPH 2. Dr. Pandu Riono, PhD, MPH 3. Dr. Muh. Ilhamy Setyahadi, Sp.OG 4. Dr. Yudianto Budi Saroyo, Sp.OG 5. Dr. Dina
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPrevention Mother To Child Transmission of HIV (PMTCT) dr. Femmy Tambajong,SpA Manado, 30 Maret 2011
Prevention Mother To Child Transmission of HIV (PMTCT) dr. Femmy Tambajong,SpA Manado, 30 Maret 2011 PMTCT 1. Tindakan pencegahan primer terhadap HIV 2. Pencegahan terhadap kehamilan yang tidak direncanakan
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KONSELING DAN TES HIV
- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KONSELING DAN TES HIV DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Indonesia terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013 sampai dengan 30 Desember
Lebih terperinci