PEMETAAN DAERAH RAWAN KEBAKARAN PADA LAHAN BASAH DIKECAMATAN GAMBUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMETAAN DAERAH RAWAN KEBAKARAN PADA LAHAN BASAH DIKECAMATAN GAMBUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN"

Transkripsi

1 PEMETAAN DAERAH RAWAN KEBAKARAN PADA LAHAN BASAH DIKECAMATAN GAMBUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fonny Rianawati, Mufidah Asyári, Fatriani dan Asysyifa Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Jln. A. Yani km 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan 707 ABSTRAK Salah satu penyebab kerusakan hutan yang paling besar dan bersifat sangat merugikan adalah kebakaran hutan. Perbaikan kerusakan akibat kebakakaran memerlukan waktu yang lama, terlebih lagi untuk mengembalikannya menjadi hutan kembali. Kebakaran hutan akhir-akhir ini kembali terjadi di Indonesia hingga kini, sudah ada 9 provinsi di Kalimantan, Provinsi Jambi, Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Riau. Berita terbaru dari pantauan terakhir satelit NOAA 8, terdeteksi sedikitnya 874 titik panas (hotspot) di Provinsi Kalimantan Selatan yang sebagian besar diantaranya terdapat di Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut (BKASDA Kalsel, 04). Informasi mengenai daerah rawan kebakaran merupakan informasi yang sangat penting dan diperlukan oleh fire manager dalam kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan daerah rawan kebakaran hutan dikawasan lahan basah kec gambut kabupaten banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan Gambut memiliki luas sebesar.930 Ha. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa di kecamatan didominasi oleh tingkat kerawanan kebakaran hutan rendah dan sedang, untuk tingkat kerawanan rendah dengan luas ± 7.30 Ha dan untuk tingkat kerawanan sedang ± 5.6 Ha. Faktor kebakaran hutan di kecamatan Gambut yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan yaitu tutupan lahan, aksesibilitas, iklim, (curah hujan) dan kelerengan. Daerah tingkat kerawanan kebakaran hutan yang berpotensi terjadi kebakaran di Desa Gambut, Desa Guntung Papuyu dan Desa Makmur Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar. Keynote : Daerah, Kebakaran, Lahan Basah, Pemetaan. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kebakaran Hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang paling besar dan bersifat sangat merugikan, selain dampak asap yang ditimbulkannya yang dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar baik dari sisi ekologi, ekonomi dan social, selain bias menyebabkan penyebaran asap lintas Negara (transboundary haze). Kebakaran lahan basah di kawasan lahan basah gambut memerlukan penanganan yang menyeluruh dan terintegrasi mengingat sifat dari penyebaran apinya yang khas dan sulit untuk dideteksi,dimana kejadiannya selalu berulang setiap tahunnya utamanya pada musim-musim kemarau. Perbaikan kawasan hutan yang rusak akibat kebakaran memerlukan waktu yang lama, terlebih lagi jika kebakaran tersebut berlangsung pada daerah kawasan lahan basah khususnya pada lahan-lahan gambut. Dua kelompok permasalahan kebakaran hutan di Indonesia adalah kebakaran hutan di lahan kering dan lahan basah.wilayah Kalimantan memiliki kedua jenis lahan tersebut. Kedua jenis lahan tersebut memiliki karakteristik bahan bakar dan aksesibilitas berbeda satu sama lain. Jika kebakaran pada lahan kering hanya terjadi di permukaan tanah maka kebakaran pada lahan gambut api permukaan dapat menyebar masuk ke dalam gambut di bagian bawah permukaan. Dimana cara pemadaman api bawah permukaan relatif lebih sulit dibandingkan dengan api dipermukaan (Akbar, Drs. Acep. M.P, 005). Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO 06 7

2 Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kebakaran hutan antara lain :. Wilayah hutan dengan titik api (hot spot) cukup tinggi terutama lahan gambut di musim panas dan kemarau yang berkepanjangan.. Membuka ladang atau lahan pertanian dengan cara membakar hutan. 3. Meninggalkan bekas api unggun yang membara di hutan. 4. Membuat arang di hutan. 5. Membuang puntung rokok sembarangan di dalam hutan. Pencegahan kebakaran hutan merupakan semua usaha, tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam pencegahan kebakaran hutan yaitu pembuatan peta rawan kebakaran.informasi mengenai daerah rawan kebakaran merupakan informasi yang sangat penting dan diperlukan oleh fire manager dalam kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Menurut penelitian Solichin, dkk (007) penyajian secara spasial akan lebih membantu memberikan gambaran yang jelas dan akurat mengenai lokasi, jarak serta aksesibilitas antara lokasi daerah rawan kebakaran dengan sumberdaya pemadaman yang ada di lapangan. Oleh karena itu, pembuatan peta daerah rawan kebakaran hutan dan lahan sangat diperlukan karena berperan penting dalam membantu fire manager mengambil keputusan tersebut dan digunakan sebagai informasi peringatan dini untuk mencegah dan mengendalikan kebakaran hutan dan lahan. B. Tujuan dan Kontribusi Dari Penelitian Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah dalam rangka usaha untuk mengatasi dampak terjadinya kebakaran hutan dalam upaya pengendalian kebakaran hutan dan atau lahan di kawasan lahan basah, maka perlu dilakukan kajian sebagai berikut:. Memetakan daerah rawan kebakaran hutan di kawasan kawasan Lahan basah Kecamatan Gambut kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan.. Menghitung luas daerah rawan kebakaran hutan di kawasan Lahan basah Kecamatan Gambut kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Kegunaan dari penelitian ini di harapkan tidak saja untuk memperkaya keilmuan dalam skala akademis dan riset unggulan perguruan tinggi, tetapi secara praktis juga dapat digunakan oleh pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah daerah dalam menyusun dan merancang pola menanggulangan kebakaran hutan dan lahan khususnya pada lahan basah gambut dengan mengikutsertakan masyarakat disekitar hutan. Mengingat data /informasi zona daerah rawan kebakaran hutan dan lahan belum ada, maka penelitian ini akan memberikan kontribusi berupa informasi data ilmiah mengenai daerah-daerah rawan kebakaran berupa peta spasial kepada instansi terkait dalam hal ini Badan Pengendalian Bencana Daerah (BPBD), Dinas Kehutanan dan Pemerintah Daerah Kabupaten Banjar.. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada lahan basah Gambut di Kecamatan Gambut kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu :. Peta digital administrasi Kecamatan Gambut, Provinsi Kalimantan Selatan tahun 03 dari kantor Kecamatan Gambut Provinsi Kalimantan Selatan. Peta digital penutupan lahan tahun 03 dari BPKH Wilayah V Banjarbaru 3. Peta lokasi pemukiman dari BPKH, bersumber dari peta RBI skala : Bakorsutanal 4. Peta elevasi hasil derivasi DEM resolusi 5 meter bersumber dari peta RBI skala : Bakorsutanal yang diperoleh dari BPKH Wilayah V Banjarbaru 5. Data curah hujan tahun dari BMKG Klas I banjarbaru 7 SENASPRO 06 Seminar Nasional dan Gelar Produk

3 6. Data sebaran hotspot tahun dari BKSDA Kalimantan Selatan, bersumber dari pemantauan satelit NOAA melalui website Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :. Personal Computer (PC) dan Sofware pengolah data GIS yaitu ArcGIS0. Global Positioning System (GPS) 3. Kamera Digital 4. Kuisioner C. Prosedur Penelitian. Pengumpulan Data Data yang diperlukan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengambilan titik langsung ke lapangan menggunakan GPS untuk mewakili data yang terkait dengan data penutupan lahan, ketinggian lahan/ hutan, curah hujan, dan lokasi pemukiman. Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh dari instansi terkait, seperti data peta digital administrasi kawasan Gambut, peta digital penutupan lahan dan lokasi pemukiman, peta digital elevasi atau ketinggian, data curah hujan, serta data sebaran hotspot.. Analisis Data Semua data yang diperoleh dianalisa, diidentifikasi zona bahaya kebakaran hutan dan lahan yang didasarkan faktor pernentunya dengan tingkat kerawanan sangat rendah, rendah, sedang/ menengah, tinggi, dan sangat tinggi dengan nilai skoring yang telah ditetapkan. Untuk melakukan overlay pada peta, peta yang disintesis yaitu : a. Peta tipe vegetasi/ penggunaan dalam bentuk shapefile. b. Peta elevasi hasil derivasi DEM resolusi 5 meter meliputi kawasan Lahan Basah di Kecamatan Gambut diolah dengan menggunakan ArcGISmelalui menu surface, create TIN from feature, convert to grid (pengklasifikasian), dan convert to shp. c. Data curah hujan diinterpolasikan dengan peta administrasi kecamatan Gambut dengan menggunakan Thisen Polygon. d. Peta lokasi pemukiman dilakukan dengan cara membuffer peta lokasi pemukiman yang ada di Kabupaten e. Peta titik panas (hotspot). Selanjutnya peta-peta tersebut diatas diskoring dan dioverlaykan untuk mendapatkan peta rawan kebakaran hutan dan lahan di kawasan kecamatan Gambut, Provinsi Kalimantan Selatan. 3. Penentuan Skoring Penutupan Lahan Pemberian bobot untuk tipe vegetasi atau penutupan lahan dilakukan dengan berdasarkan kepada kepekaan tipe vegetasi terhadap terjadinya kebakaran.vegetasi atau penutupan lahan yang sangat peka adalah yang sangat mudah terbakar diberi nilai bobot sampai dengan nilai 7 yang sulit terbakar. Pembobotan penelitian saat ini mengacu pada klasifikasi dan pembobotan yang dilakukan oleh Ruecker (00) yang dikutip oleh Suparni (04). Tabel. Tipe Vegetasi atau Penutupan Lahan dan Pembobotannya Tipe Vegetasi atau Penutupan Lahan Kelas / Bobot Belukar Belukar Rawa Hutan Mangrove Primer Hutan Mangrove Sekunder Hutan Lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Sekunder Hutan Tanaman Industri Hutan Rawa Sekunder Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO 06 73

4 Hutan Rawa Primer Perkebunan Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering Bercampur dengan Semak Tambak Tanah Terbuka Pertambangan Pemukiman/ Transmigrasi Sumber : Suparni, b. Ketinggian Tempat (mdpl) Ketinggian tempat dari permukaan laut diperoleh dari hasil derivasi DEM resolusi 5 meter.ketinggian tempat di atas permukaan laut diklasifikasikan dan diberi nilai bobot sesuai mudah dan tidaknya untuk terbakar. Bobot adalah tempat dengan ketinggian rendah dan seterusnya sampai dengan bobot nilai 6 untuk tempat dengan ketinggian yang sangat tinggi yang sulit terbakar. Pengklasifikasian dan nilai bobotnya dapat dilihat pada tabel. Tabel. Klasifikasi Ketinggian Tempat dan Pembobotannya Ketinggian Tempat (mdpl) Kelas / Bobot < 40 > > > 30 0 > > 500 Sumber : Suparni, 04 c. Curah Hujan Curah hujan diklasifikasikan berdasarkan tipe iklim di wilayah kecamatan Gambut.. Hasil klasifikasi dan pembobotan curah hujan dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Klasifikasi Curah Hujan Bulanan dan Pembobotannya Curah Hujan Bulanan (mm) Kelas/ Nilai > 360 Sumber: Suparni,04 d. Jarak dari Pemukiman Peta jarak dari pemukiman diperoleh dari proses buffering data lokasi pemukiman dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS. Peta batas pemukiman dalam bentuk shapefile diolah dengan menggunakan fitur create buffer pada menu theme, sehingga diperoleh peta jarak dari pemukiman (Nuarsa, 005). Dasar untuk membagi kelas jarak dari pemukiman diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Arianti (006) yang dikutip oleh Suparni (04) yang menyatakan bahwa jarak tempuh terjauh 74 SENASPRO 06 Seminar Nasional dan Gelar Produk

5 yang dapat dicapai oleh manusia adalah ± 4 km. Klasifikasi Jarak dari Pemukiman dan Pembobotannya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 4. Klasifikasi Jarak dari Pemukiman dan Pembobotannya Jarak dari Pemukiman (m) Kelas / Bobot > > > > Sumber : Suparni, Analisis Tumpang Susun Untuk menghasilkan peta zona-zona (daerah) bahaya kebakaran hutan dan lahan di kawasan lahan gambut kecamatan Gambut Provinsi Kalimantan Selatan, dari berbagai peta yang tersedia dan menunjang dilakukan sintesis yang berkaitan dalam suatu analisis tumpang susun dengan penilaian zona-zona bahaya kebakaran. Berdasarkan pembobotan dari masing-masing elemen selanjutnya dilakukan penentuan kelas kerawanan berdasar pada rumus.. Rawan Kebakaran = {40% * (Penutupan Lahan)} + {30% * (Iklim)} + {0% * (Elevasi)} + {0% * (Jarak Pemukiman)} Penentuan banyaknya kelas dan interval kelas untuk menentukan kelas kerawanan digunakan rumus sturges dalam Mangkuatmojo (997) seperti yang dikutip oleh Suparni (04). Banyaknya kelas = + 3,3 log n Range Interval kelas = Banyaknya kelas Keterangan : n = Banyaknya data range = Kelas tertinggi dikurangi kelas terendah Berdasarkan rumus tersebut di atas maka dapat ditentukan klasifikasi tingkat kerawanan bahaya kebakarannya seperti terlihat pada table 7. Tabel 5. Klasifikasi Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan Tingkat Kerawanan Kelas / Bobot Sangat Tinggi Tinggi Sedang/Menengah 48 9 Rendah Sangat Rendah Sumber: Data primer hasil perhitungan e. Evaluasi / Verifikasi Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO 06 75

6 Zona-zona rawan kebakaran dari peta hasil analisis tumpang susun (overlay) kemudian dievaluasi atau verifikasi. Verifikasi dilakukan dengan cara pengambilan titik ke lapangan (ground check) dan membandingkan data titik tersebut dengan hasil overlay penyebaran hotspot yang sebenarnya di peta. Penentuan nilai akurasi hasil ground check digunakan rumus ; Jumlah Titik yang Benar di Lapangan x00% Jumlah Titik yang Diambil Menurut Nugroho (00) dikutip oleh Suparni (04) nilai akurasi yang mempunyai tingkat ketelitian 80% sudah dianggap baik/mewakili. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian. Letak dan Luas Gambut merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Luas wilayah Kecamatan Gambut menurut Badan Pusat Statistik (04) adalah.597,5 ha yang merupakan,77 % dari luas Kabupaten Banjar. Gambut memiliki 3 desa yakni : Desa Sungai Kupang, Desa Keladan Baru, Desa Guntung Ujung, Desa Guntung Papuyu, Desa Makmur, Desa Tambak Sirang Darat, Desa Tambak Sirang Baru, Desa Tambak Sirang Laut, Desa Malintang, Desa Malintang Baru, Desa Kayu Bawang, Kelurahan Gambut, dan Desa Banyu Hirang. Secara administrasi batas Kecamatan Gambut adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Sungai Tabuk Sebelah Selatan : Kecamatan Aluh-Aluh Sebelah Barat : Kecamatan Kertak Hanyar Sebelah Timur : Kecamatan Landasan Ulin. Penutupan Lahan Berdasarkan hasil interprestasi visual citra landsat 8 DCM tahun 05, penutupan lahan didaerah kecamatan Gambut dapat dilihat seperti pada Gambar, sedangkan nilai skor dan luasannya dapat dilihat pada Tabel SENASPRO 06 Seminar Nasional dan Gelar Produk

7 Gambar. Peta penutupan lahan dikecamatan Gambut Tabel 6. Penutupan lahan didaerah kecamatan Gambut Nomor Penutupan Lahan Skor Luas (hektar) Persen Permukiman.074,8 9,7% Pertambangan 6 7,6 0,5% 3 Pertanian Lahan Kering 3,90 0,% 4 Sawah 6.547,73 56,46% 5 Semak dan Belukar Rawa 3.943,78 34,0% Luas Total.597,5 00,00% 3. Tipe Iklim dan Curah Hujan Berdasarkan data iklim dan curah hujan dari Badan Meteorologi dan Geofisika Klas I Banjarbaru (06), Kecamatan Gambut dan desa yang ada di Kecamatan Gambut memiliki iklim tropis dengan tingkat curah hujan tahunan rata-rata mencapai.8456 mm/tahun, termasuk dalam skor 3. Berdasarkan pengklasifikasian type iklim menurut Schmidt-Ferguson (95) termasuk kedalam type iklim C (agak basah) dengan nilai Q sebesar 0,53. Hujan turun pada musim penghujan, yaitu pada bulan November sampai bulan April, sedangkan musim kemarau sering terjadi kemarau panjang yang terjadi pada bulan April sampai bulan November. Intensitas hujan per tahun rata-rata 50 hari, dengan suhu udara rata-rata sekitar 5 o C hingga 38 o C dengan variasi musiman. Suhu berkisar 3 o C sampai 4 o C sedangkan kelembaban udara cukup tinggi. 4. Sosial Ekonomi Secara umum sebagian besar penduduk di Kecamatan Gambut adalah petani (78 %), sedangkan mata pencaharian lainnya adalah PNS, Pedagang, Tukang bangunan, Buruh pabrik dan pekrja swasta Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO 06 77

8 lainnya. Dengan demikian ada hubungan yang sangat erat antara manusia dan alam lingkungannya, khususnya tanah. Ketergantungan penduduk terhadap tanah inilah yang menjadikan seluruh upaya untuk menjaga kerusakan hutan dan lahan ini menjadi penting, selain dampak asap yang ditimbulkan. 5. Aksesibilitas Peta jarak dari pemukiman diperoleh dari proses buffering data akses jalan dan sungai dengan menggunakan perangkat lunak software GIS. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan fitur multiple buffering pada analysis tools, diperoleh peta jarak dari pemukiman seperti pada gambar. Gambar. Peta jarak dari pemukiman penduduk Dengan asumsi jarak tempuh terjauh yang bisa dicapai oleh manusia berdasarkan penelitian Endarmiyati (009) adalah sebesar -4 km maka dapat dibagi kelas jarak dari pemukiman seperti pada tabel 0. Tabel 7. Kelas / skor jarak dari pemukiman Nomor Jarak dari Permukiman Skor Luas (hektar) Persen m 9.3,4 78,74% m.73,07 4,77% m 3 56,4 4,85% m 4 8,8,56% 5 > m 5 9,3 0,08% 78 SENASPRO 06 Seminar Nasional dan Gelar Produk

9 Luas Total.597,5 00% 6. Kemiringan Lereng (elevasi) Untuk menentukan tingkat kemiringan lahan (elevasi) dilakukan dilakukan derivasi DEM resolusi 5 yang bersumber dari peta RBI skala : Bakorsutanal. Berdasarkan hasil derivasi tersebut diketahui bahwa seluruh wilayah di Kecamatan Gambut berada pada elevasi kurang dari 40 m di atas permukaan laut,termasuk skor. B. Tingkat Kerawanan Kebakaran hutan Di Kecamatan Gambut Penentuan tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan pada Kecamatan Gambut didasarkan dari hasil pemetaan parameter aksesibilitas aktivitas penduduk (buffer jalan dan sungai), densitas hotspot, kemiringan lahan (elevasi), curah hujan dan tutupan lahan dapat memberikan gambaran tentang daerah yang berpotensi sebagai penghasil hotspot sehingga upaya dalam pengendalian kebakaran untuk antisipasi kemungkinan terjadinya kebakaran lebih besar dapat dilakukan sehingga kemungkinan perusakan sumberdaya alam yang tersisa dapat diminimalisasikan. Dengan diketahuinya daerah-daerah yang rawan terhadap kebakaran untuk maka kegiatan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan khususnya dalam kegiatan pencegahan menjadi lebih efektif dan efisien. Hasil overlay pemetaan parameter faktor lingkungan (aksesibilitas, densitas hotspot, tutupan lahan, curah hujan dan kemiringan lereng) yang mempengaruhi tingkat kerawanan kebakaran hutan di Kecamatan Gambut diperoleh tiga tingkat kerawanan kebakaran yaitu tingkat "rendah" dan "sedang" dan Tinggi Berdasarkan hasil pemetaan, Kawasan Kecamatan Gambut merupakan wilayah yang didominasi dengan 3 (tiga) tingkat bahaya kebakaran yaitu kelas kerawanan rendah dengan luas 7,6 Ha (5 %), kerawanan sedang seluas.87,86 Ha (6,5 %) dan tinggi seluas 9.707,38 (83,70 %). Peta tingkat kerawanan kebakaran hutan yang terdapat di Kecamatan Gambut seperti yang terlihat pada gambar 3. Sedangkan nilai tingkat kerawanan kebakaran dapat dilihat pada tabel 8. Gambar 3. Peta tingkat kerawanan Kebakaran Hutan/Lahan Di kecamatan Gambut Tabel 8. Nilai Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan Berdasarkan Kelas Kerawanan Menurut Luasannya No Nilai Kelas kerawanan Luas (ha) Lokasi < 7,5 Rendah 7,6 Guntung Papuyu 7,5 - < 5 Sedang.87,86 Banyu irang, gambut, malintang lama, guntung papuyu Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO 06 79

10 3 5 - < 3,5 Tinggi 9.707,38 Pemurus, Rumpiang, babirik, lawahan, sungai kupang, kabau, bunipah, Tambak sirang darat, malintang lama, kayu bawang,gambut. Jumlah total.597,5 Hasil pemetaan, sebaran hotspot umumnya terjadi pada wilayah dengan tingkat kerawanan kebakaran hutan/lahan sedang dan tinggi, sedangkan pada daerah dengan tingkat kerawanan kebakaran hutan/lahan rendah hanya ditemukan beberapa titik hotspot saja. Hal ini menunjukkan bahwa daerah bahaya kebakaran hutan yang dibuat mempunyai hubungan yang positif atau cukup erat dengan terjadinya kebakaran hutan di kecamatan Gambut Berdasarkan dari nilai tabel 8 dan peta pada Gambar 3, d a p a t d i l i h a t b a h w a terjadinya kebakaran hutan yang paling berpotensi terdapat di desa Pemurus, Rumpiang,babirik, lawahan, sungai kupang, kabau, bunipah, Tambak sirang darat, malintang lama, kayu bawang, gambut, dengan luasan sebesar 9.707,38 ha Hal ini ditandai dengan adanya sejumlah hotspot yang ditemukan di desa-desa tersebut. Daerah y a n g memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap kebakaran hutan/lahan tersebut berdasarkan peta penutupan lahan pada gambar merupakan daerah yang memiliki tutupan lahan berupa alang-alang, semak belukar, dan daerah persawahan, serta daerah pemukiman. Apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan di kawasan ini maka kebakaran tersebut akan sulit dipadamkan karena akses kondisi lahan gambut yang susah untuk mendeteksi dimana sumber titik api selain akses untuk memasuki daerah pada desa-desa tersebut agak sulit karena merupakan daerah bergambut IV. KESIMPULAN Kawasan kecamatan Gambut merupakan wilayah yang didominasi dengan 3 (tiga) tingkat bahaya kebakaran yaitu kelas kerawanan rendah seluas 7,6 Ha (5 %) meliputi wilayah Guntung papuyu, kerawanan sedang seluas.87,86 Ha (6,5 %) meliputi daerah Banyu irang, gambut, malintang lama, guntung papuyu dan tinggi seluas 9.707,38 (83,70 %) meliputi daerah Pemurus, Rumpiang, babirik, lawahan, sungai kupang, kabau, bunipah, Tambak sirang darat, malintang lama, kayu bawang,gambut. DAFTAR PUSTAKA [] Akbar, Drs. Acep, M.P Teknologi dan Kelembagaan Pengendalian Kebakaran hutan. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan. Banjarbaru. [] Endarmiyati Pemetaan kerawanan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Siak Provinsi Riau. Riau. [3] Solichin, L. Tarigan, P. Kimman, B. Firman, dan R. Bagyono Pemetaan Rawan Kebakaran. Dari : ( Di akses pada 0 Oktober 00). [4] Suparni. 04. Penentuan Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan di Tahura Sultan Adam Privinsi Kalimantan Selatan. Program S- Non Reguler Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. 80 SENASPRO 06 Seminar Nasional dan Gelar Produk

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

Abdul Jawad, Bachrun Nurdjali, Tri Widiastuti

Abdul Jawad, Bachrun Nurdjali, Tri Widiastuti ZONASI DAERAH RAWAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Zoning Area of Forest Fire in Kubu Raya District of West Kalimantan Abdul Jawad, Bachrun Nurdjali, Tri Widiastuti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada daerah kajian Provinsi Kalimantan Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan Sistem

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. wilayah Sumatera dan Kalimantan. Puncak jumlah hotspot dan kebakaran hutan

PENDAHULUAN. wilayah Sumatera dan Kalimantan. Puncak jumlah hotspot dan kebakaran hutan PENDAHULUAN Latar Belakang Kebakaran hutan akhir-akhir ini sering terjadi di Indonesia khususnya di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Puncak jumlah hotspot dan kebakaran hutan dan lahan pada periode 5 tahun

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Gambar 7. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penelitian yang terletak pada 6 56'49''-7 45'00'' Lintang Selatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM EVALUASI DAERAH RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN BANJARNEGARA (Studi Kasus di Gunung Pawinihan dan Sekitarnya Sijeruk Kecamatan Banjarmangu Kabupaten

Lebih terperinci

ABSTRACT. Alamat Korespondensi : Telp , PENDAHULUAN

ABSTRACT. Alamat Korespondensi : Telp ,   PENDAHULUAN KAJIAN FAKTOR PENYEBAB DAN UPAYA PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN GAMBUT OLEH MASYARAKAT DI DESA SALAT MAKMUR KALIMANTAN SELATAN Oleh/By FONNY RIANAWATI Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 20 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 20 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 20 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK 1. Jumlah update laporan hotspot di tanggal 19 Oktober 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran hutan merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia (Stolle et al, 1999) yang menjadi perhatian lokal dan global (Herawati dan Santoso, 2011). Kebakaran

Lebih terperinci

PEMETAAN DAERAH RAWAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

PEMETAAN DAERAH RAWAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PEMETAAN DAERAH RAWAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR Muhammad Ikhwan Staf Pengajar Fakultas Kehutanan, Univeristas Lancang Kuning, Pekanbaru Jln. Yos Sudarso Km.8 Rumbai, Pekanbaru,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Sebaran Hotspot Tahunan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi kebakaran hutan dan lahan yang tinggi di Provinsi Riau dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: penggunaan api, iklim, dan perubahan tata guna

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 22 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Luas dan Lokasi Wilayah Merang Peat Dome Forest (MPDF) memiliki luas sekitar 150.000 ha yang terletak dalam kawasan Hutan Produksi (HP) Lalan di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Intepretasi Variabel BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah paling awal dalam penelitian ini adalah penentuan lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini ditentukan dengan membuat peta daerah aliran

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta

Lebih terperinci

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003 REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003 KATA PENGANTAR Assalaamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Buku

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas KAJIAN UMUM WILAYAH Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi dirancang dengan kegiatan utamanya pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan... 4 D. Manfaat...

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 46 HASIL DAN PEMBAHASAN A Verifikasi Data Hotspot Verifikasi data hotspot dilakukan terhadap data hotspot Bulan Januari sampai Bulan Mei 2005 yang bersumber dari stasiun pengamat kebakaran JICA (Japan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebakaran Hutan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi dan Tipe Kebakaran Hutan dan Lahan Kebakaran hutan adalah sebuah kejadian terbakarnya bahan bakar di hutan oleh api dan terjadi secara luas tidak

Lebih terperinci

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 14 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 14 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 14 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK 1. Jumlah update laporan hotspot di tanggal 13 Oktober 2016

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PENCEGAHAN PENCEMARAN DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN/ATAU LAHAN MENTERI

Lebih terperinci

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 13 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 13 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 13 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK 1. Jumlah update laporan hotspot di tanggal 12 Oktober 2016

Lebih terperinci

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 15 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 15 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 15 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK 1. Jumlah update laporan hotspot di tanggal 14 Oktober 2016

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai) Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten ) Risma, Paharuddin, Sakka Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Unhas risma.fahrizal@gmail.com Sari Penelitian

Lebih terperinci

Daftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5

Daftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Daftar Gambar... 4 Bab 1. Pendahuluan... 5 Bab 2. Metode Prediksi Iklim, Pola Tanam dan... 6 2.1 Pemodelan Prediksi Iklim... 6 2.2 Pengembangan Peta Prediksi Curah Hujan... 8

Lebih terperinci

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN Tanggal : 11 Agustus 2016 Jam Sumber : 11:00 WITA : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Kalimantan, KLHK 1. Jumlah update laporan hotspot

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Studi

Gambar 2. Lokasi Studi 17 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Studi ini berlokasi di Kawasan Sungai Kelayan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sungai Kelayan terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan (Gambar 2).

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kuin adalah wilayah sepanjang daerah aliran Sungai Kuin yang terletak di kota Banjarmasin.

Lebih terperinci

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE 1 Cindy Tsasil Lasulika, Nawir Sune, Nurfaika Jurusan Pendidikan Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo e-mail:

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Citra 5.1.1 Kompilasi Citra Penelitian menggunakan citra Quickbird yang diunduh dari salah satu situs Internet yaitu, Wikimapia. Dalam hal ini penulis memilih mengambil

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Disamping itu hutan juga memiliki fungsi hidrologi sebagai

I. PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Disamping itu hutan juga memiliki fungsi hidrologi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan aset kekayaan yang bukan saja penting bagi bangsa Indonesia, namun juga bagi sebagian penduduk dunia. Keragaman hayati yang tinggi terdapat pada hutan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode Tahun 2009-2011

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian

III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian 16 III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian Ruang lingkup dan batasan-batasan kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wilayah kajian adalah wilayah administratif Kabupaten b.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Provinsi Sumatera Barat (Gambar 5), dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Kota merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. non hutan atau sebaliknya. Hasilnya, istilah kebakaran hutan dan lahan menjadi. istilah yang melekat di Indonesia (Syaufina, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. non hutan atau sebaliknya. Hasilnya, istilah kebakaran hutan dan lahan menjadi. istilah yang melekat di Indonesia (Syaufina, 2008). 3 TINJAUAN PUSTAKA Kebakaran hutan didefenisikan sebagai suatu kejadian dimana api melalap bahan bakar bervegetasi, yang terjadi didalam kawasan hutan yang menjalar secara bebas dan tidak terkendali di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan 27 METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi yang terjadi pada tiap waktu membutuhkan peningkatan kebutuhan akan ruang. Di sisi lain luas ruang sifatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdesaan (rural) didefenisikan sebagai wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

Lebih terperinci

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep) Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten ) Arfina 1. Paharuddin 2. Sakka 3 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Unhas Sari Pada penelitian ini telah

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian 20 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu 4 bulan, pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Persiapan dilakukan sejak bulan Maret 2011

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN VI. PERPETAAN HUTAN Perpetaan Kehutanan adalah pengurusan segala sesuatu yang berkaitan dengan peta kehutanan yang mempunyai tujuan menyediakan data dan informasi kehutanan terutama dalam bentuk peta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Longsoran adalah salah satu jenis bencana yang sering dijumpai di Indonesia, baik skala kecil maupun besar. Upaya penanggulangan longsoran biasanya dilakukan setelah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

5. SIMPULAN DAN SARAN

5. SIMPULAN DAN SARAN 5. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Citra ALOS PALSAR dapat digunakan untuk membangun model pendugaan biomassa di ekosistem transisi yang telah mengalami transformasi dari hutan sekunder menjadi sistem pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berikut adalah metode penelitian yang diusulkan : Pengumpulan Data Peta Curah Hujan tahun Peta Hidrologi Peta Kemiringan Lereng Peta Penggunaan Lahan

Lebih terperinci

1. Jumlah update laporan hotspot tanggal 15 September 2016 adalah sebagai berikut : 1 Kalimantan Timur Katingan

1. Jumlah update laporan hotspot tanggal 15 September 2016 adalah sebagai berikut : 1 Kalimantan Timur Katingan LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN Tanggal : 16 September 2016 Jam : 11:00 WITA Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Kalimantan, KLHK 1. Jumlah update laporan hotspot

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di Jakarta dan Bogor untuk organisasi-organisasi tingkat nasional, di Pekanbaru dan Pontianak masingmasing untuk tingkat

Lebih terperinci

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 8 NOMOR 1 FEBRUARI Pemetaan Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Konawe

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 8 NOMOR 1 FEBRUARI Pemetaan Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Konawe JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 8 NOMOR 1 FEBRUARI 2012 Pemetaan Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Konawe Taufik Q, Firdaus, Deniyatno Jurusan Fisika FMIPA Universtas Haluoleo e-mail : firdaus66@ymail.com,

Lebih terperinci

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN Tanggal : 5 Oktober 2016 Jam : 11:00 WITA Sumber : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Kalimantan, KLHK 1. Jumlah update laporan hotspot

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa 3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan (wildfire/forest fire) merupakan kondisi dimana keadaan api menjadi tidak terkontrol dalam vegetasi yang mudah terbakar di daerah pedesaan atau daerah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembobotan. Tabel 5.1 Persentase Pembobotan Tingkat Bahaya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembobotan. Tabel 5.1 Persentase Pembobotan Tingkat Bahaya BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembobotan Adapun hasil dari kuesioner yang dilakukan dibeberapa instansi terkait kerentanan banjir dapat dilihat pada lampiran 1, sedangkan untuk hasil kuesioner tingkat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.9/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2018 TENTANG KRITERIA TEKNIS STATUS KESIAGAAN DAN DARURAT KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan menegaskan bahwa air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN DEM (Digital Elevation Model) Wilayah Penelitian Proses interpolasi beberapa data titik tinggi yang diekstraksi dari berbagai sumber dengan menggunakan metode semivariogram tipe ordinary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat telah dikenal sejak tahun 1997 dan merupakan bencana nasional yang terjadi setiap tahun hingga

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar

Lebih terperinci

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP Lailla Uswatun Khasanah 1), Suwarsito 2), Esti Sarjanti 2) 1) Alumni Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau) A758 Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau) Agita Setya Herwanda, Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan suatu tempat yang luas yang didalamnya terdapat berbagai macam makhluk hidup yang tinggal disana. Hutan juga merupakan suatu ekosistem yang memiliki

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Kecamatan Mangarabombang merupakan salah satu Kecamatan yang berada di wilayah pesisir Kabupaten Takalar. Secara geografis, kecamatan Mangara Bombang berada pada posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara memiliki luas total sebesar 181.860,65 Km² yang terdiri dari luas daratan sebesar 71.680,68 Km² atau 3,73 % dari luas wilayah Republik Indonesia. Secara

Lebih terperinci

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian Bab 3 Deskripsi Daerah Penelitian 25 III.1. Pengantar Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dengan mengambil studi kasus praktik pendidikan dan pembelajaran

Lebih terperinci

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN Tanggal : 13 Agustus 2016 Jam Sumber : 11:00 WITA : Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Kalimantan, KLHK 1. Jumlah update laporan hotspot

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 1 Lokasi penelitian. 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar

Lebih terperinci

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab. C6 Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab. Lumajang) Zahra Rahma Larasati, Teguh Hariyanto, Akbar Kurniawan Departemen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum dan Distribusi Titik Panas (hotspot)provinsi Jambi Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0 o 45-2 o 45 LS dan 101 o 104 o 55 BT, terletak di tengah Pulau Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber energi yang telah lama digunakan dan telah berkembang hingga saat ini adalah batubara. Semakin menurunnya tren produksi minyak dan gas saat ini membuat

Lebih terperinci