TANGGUNG JAWAB DOKTER TERHADAP KESALAHAN DIAGNOSIS. Oleh. Dian Mauli
|
|
- Sukarno Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 38 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 TANGGUNG JAWAB DOKTER TERHADAP KESALAHAN DIAGNOSIS Oleh Dian Mauli ABSTRAK: Hubungan dokter dan pasien berawal saat pasien datang untuk meminta pertolongan di bidang kesehatan. Hubungan tersebut disebut kontrak teraupetik. Sengketa medis antara dokter dan pasien muncul diantaranya karena kesalahan dokter melakukan diagnosis. Permasalahan dalam penelitian adalah, pertama Faktor apa saja yang mempengaruhi kesalahan diagnosis dan tanggung jawab dokter terhadap kesalahan diagnosis? Kedua Apa dasar hukum tuntutan terhadap dokter jika melakukan kesalahan diagnosis? Hasil penelitian: pertama, langkah-langkah dalam menegakan diagnosis adalah anamnesis, pemeriksaaan fisik, pemeriksaan penunjang dan diagnosis, maka faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan diagnosis adalah Sumber Daya Manusia dan kelengkapan pemeriksaan penunjang. Jumlah dokter di Puskesmas rawat inap di Lampung Utara belum sesuai dengan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas yaitu minimal 2 orang, bahkan masih terdapat puskesmas rawat inap yang tidak mempunyai dokter atau belum memiliki pemeriksaan penunjang seperti laboratorium. Kedua, ketika terbukti terjadi kesalahan diagnosis maka dasar hukum tuntutan terhadap dokter adalah tanggung jawab etis berdasarkan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), Tanggung jawab disiplin Berdasarkan Pasal 69 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran dan tanggung jawab pidana Pasal Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. Kata kunci: Tanggung Jawab, Kesalahan, Diagnosi I. PENDAHULUAN Ada dua jenis hubungan hukum antara pasien dan dokter dalam pelayanan kesehatan, yaitu hubungan karena terjadinya kontrak terapeutik dan hubungan karena adanya peraturan perundang-undangan. Kedua hubungan tersebut melahirkan tanggung jawab hukum, tanggung jawab profesi dan tanggung jawab etika dari seorang dokter.
2 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember Kedua hubungan tersebut melahirkan tanggung jawab hukum, tanggung jawab profesi dan tanggung jawab etika dari seorang dokter. Seorang dokter atau dokter gigi yang melakukan pelanggaran dapat saja dituntut dalam beberapa pengadilan, misalnya dalam bidang hukum ada pengadilan perdata, pengadilan pidana dan pengadilan administratif. Selain itu dokter atau dokter gigi juga dapat diperhadapkan pada Pengadilan Etik pada organisasi profesi Majelis Kesehatan Etika Kedokteran & Majelis Kehormatan Etika Kedokteran Gigi (MKEK dan MKEKG), dan Pengadilan Disiplin Profesi oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Seorang dokter dituntut untuk bekerja sesuai dengan Kode etik, peraturan perundang-undagan dan standar psofesi yang mereka miliki. Jika terjadi suatu sengketa medik terhadap dokter yang memberikan pelayana maka perlu di telaah kembali apakah seorang dokter sudah bekerja sesuai dengan aturan yang berlaku sehingg baru dikatakan seorang dokter melakukan melpraktek medis contohnya kesalahan dalam mendiagnosis. Kesalaan dalam melakukan diagnosis dapat dikategorikan kedalam suatu kelalaian tindakan medis. Seseorang dikatakan lalai apabila ia bertindak acuh, tak peduli, tidak memperhatikan kepentingan orang lain sebagaimana lazimnya di dalam tata pergaulan hidup di masyarakat. Selama akibat dari kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain, atau karena menyangkut hal-hal yang sepele maka tidak ada akibat hukum apa-apa. Prinsip ini berdasarkan adagium De minisis not curat lex. Hukum tidak mencampuri hal-hal yang dianggap sepele. Namun apabila kelalaian itu sudah mencapai tingkat tertentu yaitu tidak memperdulikan benda atau keselamatan jiwa orang lain, maka sifat kelalaian itu berubah menjadi delik 21. Delik ini ketika sampai kepengadilan maka ini dinamakan telah terjadi sengketa medis antara pasien atau keluarga pasien dengan tenaga kesehatan. Sengketa medik adalah sengketa yang terjadi antara pasien dan keluarga pasien dengan tenaga kesehatan atau antara pasien dengan rumah sakit / fasilitas kesehatan. Biasanya yang dipersengketakan adalah hasil atau hasil akhir pelayanan kesehatan dengan tidak memperhatikan atau mengabaikan prosesnya. Padahal dalam hukum kesehatan diakui bahwa tenaga kesehatan atau pelaksana pelayanan kesehatan saat memberikan pelayanan hanya bertanggung jawab atas proses atau upaya yang dilakukan (Inspaning Verbinntenis) dan tidak menjamin / menggaransi hasil akhir (Resultalte Verbinntenis), kemudian sengketa medik ini menjadi permasalahan yang besar ketika diberitakan di media massa, ditambah lagi pengetahuan hukum kesehatan dari aparat penegak hukum yang kurang, 21 Dalmy Iskandar, 1998, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 86
3 40 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 penggunaan pasal yang tidak konsisten, menggeser kasus perdata ke ranah pidana dan kesulitan dalam pembuktian fakta hukum. 22 Akhir-akhir ini sering diberitakan di media massa adanya ketidakpuasan pasien atau keluarga pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diterima, baik dari dokter ataupun dari sarana pelayanan kesehatan lainnya. Kesalahan mendiagnosis pasien mungkin saja terjadi, baik faktor kesengajaan ataupun kelalaian. Dokter adalah manusia biasa yang tidak lepas dari sifat kesalahan sebagai sifat kodrati manusia pada umumnya. Ketika telah terjadi kesalahan dalam mendiagnosis dan dapat dibuktikan kesalahan tersebut tentunya seorang dokter harus mempertanggungjawabkan terhadap kesalahan atau kekeliruan yang telah dilakukan. Adanya tuntutan hukum itu dapat membuat dokter menerapkan defensive medicine yang pada akhirnya justru akan merugikan masyarakat. Namun sekali lagi, pelayanan medis yang berimplikasi pada kematian atau kecacatan pasien belumlah tentu kasus malpraktik. 23 II. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan yaitu penelitian terhadap data sekunder 24, maka pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan konseptual (conceptual approach) yaitu dengan cara meneliti teoriteori dan asas-asas hukum serta pendekatan perundang-undangan (normative approach) yang berkaitan dengan pertanggungjawaban dokter dalam hal kesalahan diagnosis. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Lampug Utara Kabupaten Lampung Utara adalah salah satu dari 15 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Utara beribukota di Kotabumi yang berjarak ±110 Km dari ibukota Provinsi. Secara administrasi, Lampung Utara terbagi dalam 23 Kecamatan dan 247 Desa/Kelurahan dengan luas wilayah ,35 Km 2. Letak geografis Kabupaten Lampung Utara berada di arah Utara-Selatan 4. 34, , Lintang Selatan, arah Timur-Barat , -105, 08 Bujur Timur, dengan luas areal daratan seluas Ha (7,72%) dari luas wilayah Provinsi Lampung). 22 Makalah Dr. M. Nasser SpKK.D.Law. Sengketa Medis Dalam Pelayanan Kesehatan Ari Yunanto & Helmi, 2010, Hukum Pidana Malpraktik Medik, Yogyakarta, Andi Offset, Hlm Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Balai Aksara, Jakarta, Hlm 24
4 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember Sarana Pelayanan Kesehatan a. Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar. b. Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya c. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat. 2. Sumber Daya Manusia Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2016 sebanyak orang dengan 12 jenis ketenagaan. Sebanyak 971 orang tenaga kesehatan bertugas di Puskesmas berserta jaringan nya dan 504 orang di Rumah Sakit. Rasio tenaga kesehatan per penduduk di Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2016 masih jauh dari target nasional. Rasio tenaga medis (dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi per penduduk di Kabupaten Lampung Utara selama 5 tahun terakhir masih jauh dibawah target. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Utara untuk menambah tenaga medis (dokter) guna memberikan dan meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesalahan Diagnosa Dan Tanggung Jawab Dokter Terhadap Kesalahan Diagnosis 1. Pengertian Diagnosis. Diagnosis adalah identifikasi sifat-sifat penyakit atau kondisi atau membedakan satu penyakit atau kondisi dari yang lain 25. Penilaian dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik, tes laboratorium, atau sejenisnya, dan dapat dibantu oleh program komputer yang dirancang untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan. Selain itu, diagnosis juga diartikan sebagai hasil dari evaluasi dan itu mencerminkan temuan. Diagnosis berfungsi untuk menentukan penyakit yang dialami oleh pasien, dengan melalui tahapan-tahapan pemeriksaan mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pasal 35 ayat (1) UU No 29 Tahun 2009 tentang Praktek Kedokteran menyebutkan bahwa Dokter atau Dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi mempunyai wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas : a. Mewawancarai pasien; b. Memeriksa fisik dan mental pasien; c. Menentukan pemeriksaan penunjang; d. Menegakkan diagnosis; e. Menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien; 25
5 42 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 f. Melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi; g. Menulis resep obat dan alat kesehatan; h. Menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi; i. Menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; j. Meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di daerah terpencil yang tidak ada apotik. 2. Kesalahan Diagnosis Adalah: kesalahan dalam diagnosis setelah pemeriksaan klinis atau prosedur diagnostik teknis dilakukan. Salah diagnosis adalah kesalahan dalam diagnosis setelah pemeriksaan klinis atau prosedur diagnostik teknis 26. Kesalahan diagnosis yang dilakukan oleh seorang dokter termasuk malpraktek medik/kelalaian medik atau bukan, sepanjang seorang dokter dalam melakukan tindakan medik terhadap pasiennya memenuhi peraturan perundang-undangan, kode etik kedokteran Indonesia dan Standar Profesi Indonesia maka sekalipun dokter tersebut melakukan kesalahan diagnosis, kesalahan dokter tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan malpraktek medik/kelalaian medik 27. Seorang dokter dalam melakukan tindakan medik terhadap pasiennya harus memenuhi peraturan-peraturan sebagai berikut: 1) Peraturan Perundang-Undangan: a. Pasal 50 UU NO 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran: a) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional b) Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional b. Pasal 24 ayat 1 UU NO 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan: Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. c. Pasal 1 UU No 36 Tahun 2004 Tentang Tenaga Kesehatan
6 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember Ayat (14): Standar Prosedur Operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untukmenyelesaikan proses kerja rutin tertentu dengan memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan berdasarkan Standar Profesi. 2) Kode Etik Kedokteran Indonesia ( KODEKI ): Pasal 1: Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter Pasal 2: Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi Pasal 6: Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat Pasal 10: Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilan nya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut. Pasal 11: dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya. 3) Standar Profesi Kedokteran Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, standar profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi. Jadi dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter harus menjalankan tugas dengan tiga peraturan diatas maka sekalipun dokter tersebut melakukan kesalahan diagnosis, tindakan dokter tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan malpraktek medik / kelalaian medik ibid
7 44 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 Senada dengan yang disebutkan oleh Bapak M. fakih dalam seminar nasionalnya bahwa dikatakan peniadaan kesalahan medis jika terjadi hal-hal berikut ini 29 : a) Risiko dalam pengobatan (Risk of Treatment) yaitu resiko yang melekat (Inherent Risk), risiki akibat reaksi alergik, risiko komplikasi yang timbul dalam tubuh pasien. b) Kecelakaan medis (Mischap, accident, misadventure). c) Kekeliruan dalam penilaian klinis (Error of Clinical Judgement). d) Risiko besar yang sudah diketahui (volenti non fit Iniura) e) Pasien melakukan kelalaian (Contributory negligence) Untuk menilai apakah kesalahan diagnosis yang dilakukan oleh seorang dokter termasuk kategori malpraktek medik atau kelalaian medik, dapat ditelaah melalui standar di atas sebagai berikut 30 : 1) Dokter harus bekerja secara teliti dan seksama. Apabila memang kesalahan diagnosis yang dilakukan oleh seorang dokter adalah akibat ketidaktelitiannya, misalnya salah dalam membaca hasil pemeriksaan laboratorium pasiennya, maka dokter yang bersangkutan telah memenuhi unsur kelalaian. 2) Dokter dalam mengambil tindakan harus sesuai dengan ukuran ilmu medik. Apabila dokter tersebut telah melakukan tindakan medik sesuai dengan ukuran ilmu medik dan terjadi kesalahan diagnosis, maka kesalahan dokter tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai malpraktek medik atau kelalaian medik. 3) Kemampuan rata-rata dibanding kategori keahlian medik yang sama. 4) Dalam situasi kondisi yang sama. 5) Sarana upaya yang sebanding dengan tujuan kongkrit tindakan medik tersebut. Tidak gampang untuk mengetahui apakah seorang dokter telah melakukan suatu kesalahan, kelalaian atau malpraktek medic karena untuk menguji apakah yang dilakukan dokter dalam menjalankan profesinya itu merupakan suatu malpraktik atau bukan, Leenen menyebutkan lima kriteria, seperti yang dikutip oleh Fred Ameln 31, yaitu: 1) Berbuat secara teliti/seksama (zorgvuldig hendelen) dikaitkan dengan kelalaian (culpa). Bila seorang dokter bertindak onvoorzichteg, tidak teliti, tidak berhatihati, maka ia memenuhi unsur kelalaian; bila ia sangat tidak berhati-hati, ia memenuhi unsur culpa lata; 2) Yang dilakukan dokter sesuai ukuran ilmu medik (volgens de medische standard); 29 M. Fakih Perlindungan Hukum Tenaga Kesehatan Dalam Melakukan Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Seminar Nasional. UGM 30 ( 31 Fred Ameln, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Jakarta: Grafikatama Jaya, 1991, hlm.87
8 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember ) Kemampuan rata-rata (overage) dibanding kategori keahlian medis yang sama (gemiddelde bewaamheid van gelijke medische categorie); 4) Dalam situasi dan kondisi yang sama (gelijke omstandigheden); 5) Sarana upaya (middelen) yang sebanding/proporsional (asas proporsionalitas) dengan tujuan kongkret tindakan/perbuatan medis tersebut (tot het concrete handelingdoel). 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesalahan Diagnosis Pada Pasal 35 (1) UU Praktek Kedokteran menyebutkan bahwa dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi mempunyai wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas: a. mewawancarai pasien; b. memeriksa fisik dan mental pasien; c. menentukan pemeriksaan penunjang; d. menegakkan diagnosis; e. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien; Artinya wewenang untuk mendiagnosis pasien adalah wewenang seorang dokter atau dokter gigi. Kekurangan tenaga dokter atau dokter gigi ini tentu akan berpengaruh pada ketepatan dalam melakukan tahapan-tahapan diagnosis terhadap pasien. Adapun tahapan-tahapan dalam melakukan diagnosis adalah sebagai berikut 32 : 1) Anamnesis Anamnesa / Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara pasien/keluarga pasien dan dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang berwenang untuk memperoleh keterangan-keterangan tentang keluhan dan penyakit yang diderita pasien 2) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan kondisi fisik dari pasien. 3) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menentukan diagnosis penyakit penderita. Pemeriksaan penunjang ini umumnya dilakukan apabila langkahlangkah pemeriksaan penentuan diagnosis di atas belum dapat dengan pasti 32
9 46 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 mendiagnosis suatu penyakit yang diderita pasien sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis pasti penyakit. 4) Diagnosis Diagnosis yaitu penetapan jenis penyakit tertentu berdasarkan analisis hasil anamnesis dan pemeriksaan yang teliti. Sumber lain mengatakan diagnosis adalah identifikasi sifat-sifat penyakit atau kondisi atau membedakan satu penyakit atau kondisi dari yang lain 33. Faktor lain yang tak kalah penting dan dapat mempengaruhi dalam menegakan diagnosis adalah pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang ini umumnya dilakukan apabila langkah-langkah pemeriksaan penentuan diagnosis di atas belum dapat dengan pasti mendiagnosis suatu penyakit yang diderita pasien sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis pasti penyakit. Suatu pemeriksaan medis yang dilakukan atas indikasi tertentu guna memperoleh keterangan yang lebih lengkap. Tujuan pemeriksaan ini dapat bertujuan: a. Terapeutik, yaitu untuk pengobatan tertentu b. Diagnostik, yaitu untuk membantu menegakan diagnosis tertentu c. Pemeriksaan,laboratorium,Rontagen, USG, dll 4. Tanggung Jawab Dokter Terhadap Kesalahan Diagnosis. Tanggung jawab menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Berkewajiban menanggung, memikul tanggung jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab Hukum adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja Seorang Dokter dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya juga mempunyai tanggung jawab dalam bidang hukum, yaitu 13 : a. Tanggung jawab dokter dalam bidang hukum perdata 1) Karena Wanprestasi Pengertian wanprestasi ialah suatu keadaan dimana seseorang tidak memenuhi kewajibannya yang didasarkan pada suatu perjanjian atau kontrak. Pada dasarnya pertanggungjawaban perdata itu bertujuan untuk memperoleh ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh pasien akibat adanya wanprestasi atau perbuatan melawan hukum dari tindakan dokter. Menurut ilmu hukum perdata, seseorang dapat dianggap melakukan wanprestasi apabila: Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan, melakukan apa yang 33
10 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember dijanjikan tetapi terlambat dan melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan serta melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. 2) Tanggung Jawab Perdata karena melanggar hukum (onrechtmatige daad) Tanggung jawab karena kesalahan merupakan bentuk klasik pertanggungjawaban perdata. Berdasar tiga prinsip yang diatur dalam Pasal 1365, 1366, 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dalam ilmu hukum dikenal 3 katagori dari perbuatan melawan hukum, yaitu sebagai berikut: a) Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan b) Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan maupun kelalaian) c) Perbuatan melawan hukum karena kelalaian b. Tanggung jawab hukum dokter dalam bidang hukum pidana Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran hukum masyarakat, dalam perkembangan selanjutnya timbul permasalahan tanggung jawab pidana seorang dokter, khususnya yang menyangkut dengan kelalaian, hal mana dilandaskan pada teori-teori kesalahan dalam hukum pidana. Tanggung jawab pidana di sini timbul bila pertama-tama dapat dibuktikan adanya kesalahan profesional, misalnya kesalahan dalam diagnosa atau kesalahan dalam cara-cara pengobatan atau perawatan. Suatu perbuatan dapat dikategorikan sebagai criminal malpractice apabila memenuhi rumusan delik pidana yaitu: Perbuatan tersebut harus merupakan perbuatan tercela dan dilakukan sikap batin yang salah yaitu berupa kesengajaan, kecerobohan atau kelapaan. Kesalahan atau kelalaian tenaga kesehatan dapat terjadi di bidang hukum pidana, diatur antara lain dalam: Pasal 263, 267, 294 ayat (2), 299, 304, 322, 344, 347, 348, 349, 351, 359, 360, 361, 531 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Ada perbedaan penting antara tindak pidana biasa dengan tindak pidana medis. Pada tindak pidana biasa yang terutama diperhatikan adalah akibatnya, sedangkan pada tindak pidana medis adalah penyebabnya. Walaupun berakibat fatal, tetapi jika tidak ada unsur kelalaian atau kesalahan maka dokternya tidak dapat dipersalahkan.
11 48 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 Beberapa contoh dari criminal malpractice yang berupa kesengajaan adalah melakukan aborsi tanpa indikasi medis, membocorkan rahasia kedokteran, tidak melakukan pertolongan seseorang yang dalam keadaan emergency, melakukan eutanasia, menerbitkan surat keterangan dokter yang tidak benar, membuat visum et repertum yang tidak benar dan memberikan keterangan yang tidak benar di sidang pengadilan dalam kapasitas sebagai ahli. c. Tanggung jawab hukum dokter dalam bidang hukum administrasi. Dikatakan pelanggaran administrative malpractice jika dokter melanggar hukum tata usaha negara. Contoh tindakan dokter yang dikategorikan sebagai administrative malpractice adalah menjalankan praktek tanpa ijin, melakukan tindakan medis yang tidak sesuai dengan ijin yang dimiliki, melakukan praktek dengan menggunakan ijin yang sudah daluwarsa dan tidak membuat rekam medis. Pasal 11 Undang-Undang No. 6 Tahun 1963, sanksi administratif dapat dijatuhkan terhadap dokter yang melalaikan kewajiban, melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang dokter, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah sebagai dokter, mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh dokter dan melanggar ketentuan menurut atau berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun C. Dasar Hukum Tuntutan Terhadap Dokter Jika Melakukan Kesalahan Diagnostik 1. Tanggung Jawab Etis Peraturan yang mengatur tanggung jawab etis dari seorang dokter adalah Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Lafal Sumpah Dokter. Kode etik adalah pedoman perilaku. Kode Etik Kedokteran Indonesia dikeluarkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan no. 434 / Men.Kes/SK/X/1983 Pelanggaran terhadap butir-butir Kode Etik Kedokteran Indonesia ada yang merupakan pelanggaran etik semata-mata dan ada pula yang merupakan pelanggaran etik dan sekaligus pelanggaran hukum. Pelanggaran etik tidak selalu berarti pelanggaran hukum, sebaliknya pelanggaran hukum tidak selalu merupakan pelanggaran etik kedokteran. Berikut diajukan beberapa contoh: a. Pelanggaran etik murni 1) Menarik imbalan yang tidak wajar atau menarik imbalan jasa dari keluarga sejawat dokter dan dokter gigi.
12 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember ) Mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya. 3) Memuji diri sendiri di depan pasien. 4) Tidak pernah mengikuti pendidikan kedokteran yang berkesinambungan. 5) Dokter mengabaikan kesehatannya sendiri. b. Pelanggaran etikolegal 1) Pelayanan dokter di bawah standar. 2) Menerbitkan surat keterangan palsu. 3) Membuka rahasia jabatan atau pekerjaan dokter. 4) Abortus provokatus. 2. Tanggung Jawab Disiplin Berdasarkan Pasal 69 Ayat (3) Undang-Undang Praktik Kedokteran sanksi disiplin yang dimaksud dapat berupa: a. Pemberian peringatan tertulis b. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Ijin Praktek. c. Kewajiban mengikuti pendidikan dan pelatihan institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi. 3. Tanggung Jawab Pidana Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran: Ada enam pasal yang merumuskan tindak pidana bidang kesehatan yaitu: 1) Tindak pidana praktek kedokteran tanpa Surat Tanda Registrasi (STR) (Pasal 75) 2) Tindak pidana praktek kedokteran tanpa Surat Ijin Praktek (SIP) (Pasal 76) 3) Tindak pidana menggunakan identitas gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan dokter yang memiliki STR dan SIP (Pasal 77) 4) Tindak pidana menggunakan alat, metode pelayanan kesehatan yang menimbulkan kesan dokter yang memiliki STR dan SIP (Pasal 78) 5) Tindak pidana dokter praktek yang tidak memasang papan nama, tidak membuat rekam medis dan tidak berdasarkan Standar Profesi (Pasal 79) 6) Tindak pidana memperkerjakan dokter tanpa SIP (Pasal 80) IV. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas maka dioeroleh simpulan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan diagnosis diantaranya adalah faktor sumber daya manusia atau ketenagaan (dokter) dan alat pemeriksaan
13 50 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 penunjang. Pada puskesmas rawat inap yang tersedia di kabupaten lampung utara mempunyai jumlah tenaga dokter yang masih belum memadai, diantaranya ada puskesmas rawap inap yang mempunyai satu orang dokter bahkan ada juga yang belum mempunyai dokter. Di puskesmas rawat inap yang ada di Lampung Utara juga belum semuanya memiliki alat pemeriksaan penunjang yang lengkap atau memadai, misalnya laboratorium, Rontgen, USG dan lain-lain. Hal ini juga yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahan diagnosis terhadap pasien. 2. Seorang dokter dapat di beri sangksi jika melakukan kesalahan diagnosis. Dasar hukum tuntutan terhadap dokter jika melakukan kesalahan diagnosis diatur dalam peraturan perundang-undangan, KODEKI, standar profesi, dan standar prosedur operasioal. B. SARAN Saran yang dapat diberikan terhadap penelitian tesis ini sesuai dengan pokok bahasan antara lain: 1. Kabupaten Lampung Utara yang memiliki10 Puskesmas Rawat Inap perlu menambah tenaga dokter dan melengkapi alat pemeriksaan penunjang agar tahapan-tahapan diagnosis penyakit dapat dilakukan dengan baik sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mendiagnosis penyakit pasien 2. Seorang dokter harus bekerja sesuai peraturan perundang-undangan, kode etik kedokteran, standar profesi dan standar prosedur operasional agar tidak terjadi kesalahan diagnosis. DAFTAR PUSTAKA Ari Yunanto & Helmi, 2010, Hukum Pidana Malpraktik Medik, Yogyakarta, Andi Offset. Dalmy Iskandar, 1998, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien, Sinar Grafika, Jakarta. M. Fakih Perlindungan Hukum Tenaga Kesehatan Dalam Melakukan Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Seminar Nasional. UGM Ronny Hanitijo Soemitro, 1985, Metodologi Penelitian Hukum, Balai Aksara, Jakarta.
14 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Praktek Kedokteran Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2004 Tentang Tenaga Kesehatan Kode Etik Kedokteran Indonesia ( KODEKI ): Iskandar Dalmy, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien, Sinar Grafika, Jakarta M. Nasser SpKK.D.Law. Sengketa Medis Dalam Pelayanan Kesehatan
Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Pasien. 1. Tanggung Jawab Etis
Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Pasien 1. Tanggung Jawab Etis Peraturan yang mengatur tanggung jawab etis dari seorang dokter adalah Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Lafal Sumpah Dokter. Kode etik
Lebih terperinciPEMBUKTIAN MALPRAKTIK
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Proceeding Annual Scientific Meeting 2017 PEMBUKTIAN MALPRAKTIK Syarifah Hidayah
Lebih terperinciInform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L
Inform Consent Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L 1 PENDAHULUAN Malpraktek pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional (profesi) yang bertentangan dengan Standard Operating Procedure
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem
No.671, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Izin. Pelaksanaan. Praktik Kedokteran. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN. 1. Peraturan Non Hukum (kumpulan kaidah atau norma non hukum)
BAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN Peraturan tertulis maupun tidak tertulis, dilihat dari bidang pengaturannya, dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: 25 1. Peraturan Non Hukum
Lebih terperinciHospital by laws. Dr.Laura Kristina
Hospital by laws Dr.Laura Kristina Definisi Hospital : Rumah sakit By laws : peraturan Institusi Seperangkat peraturan yang dibuat oleh RS (secara sepihak) dan hanya berlaku di rumah sakit yang bersangkutan,dapat
Lebih terperinciMasalah Malpraktek Dan Kelalaian Medik Dalam Pelayanan Kesehatan. Written by Siswoyo Monday, 14 June :21
Di dalam berbagai tulisan bahwa penggunaan istilah malpraktek (malpractice) dan kelalaian medik (medical negligence) di dalam pelayanan kesehatan sering dipakai secara bergantian seolah-olah artinya sama,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER MANDIRI Diundangkan dalam Berita Daerah Kota Bogor Nomor
Lebih terperinciAndrie Irawan, SH., MH Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
* Andrie Irawan, SH., MH Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta *Kesehatan dlm kosnep duni internasional adalah a state of complete physical, mental and social, well being and not merely the
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. continental dan sistem Anglo Saxon. Perkembangan hukum secara. campuran karena adanya kemajemukan masyarakat dalam menganut tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara maju maupun negara berkembang di dunia ini menganut berbagai sistem hukum, apakah sistem hukum kodifikasi maupun sistem hukum-hukum lainnya. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
Lebih terperincivii DAFTAR WAWANCARA
vii DAFTAR WAWANCARA 1. Apa upaya hukum yang dapat dilakukan pasien apabila hak-haknya dilanggar? Pasien dapat mengajukan gugatan kepada rumah sakit dan/atau pelaku usaha, baik kepada lembaga peradilan
Lebih terperinciKEDUDUKAN REKAM MEDIS DALAM
KEDUDUKAN REKAM MEDIS DALAM PEMBUKTIAN PERKARA MALPRAKTEK DI BIDANG KEDOKTERAN 1 Oleh: Agriane Trenny Sumilat 2 ABSTRAK Kesehatan memiliki arti yang sangat penting bagi setiap orang. Kesehatan menjadi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP DOKTER YANG MELAKUKAN TINDAKAN MALPRAKTEK DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA INDONESIA
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP DOKTER YANG MELAKUKAN TINDAKAN MALPRAKTEK DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA INDONESIA Oleh : I Gede Indra Diputra Ni Md. Ari Yuliartini Griadhi Bagian Hukum
Lebih terperinciPERAN IDI DALAM MELAKSANAKAN KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA TERKAIT PROSES VERIFIKASI BPJS
PERAN IDI DALAM MELAKSANAKAN KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA TERKAIT PROSES VERIFIKASI BPJS Dr. Slamet Budiarto, SH, MH.Kes (KETUA IDI WILAYAH DKI JAKARTA) Dasar Hukum 1. UU NO 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTEK
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
64 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan dalam pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penegakan hukum terhadap tindakan malpraktek di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. mendapatkan hasil dari penelitian pihak Polda DIY dan Rumah Sakit Panti
59 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Data yang saya dapat dilapangan dengan melakukan wawancara dan mendapatkan hasil dari penelitian pihak Polda DIY dan Rumah Sakit Panti Rapih, bahwa penyidik dan MKDKI serta
Lebih terperinciSENGKETA MEDIS DALAM PELAYANAN KESEHATAN 1. Dr.M.Nasser SpKK.D.Law 2
SENGKETA MEDIS DALAM PELAYANAN KESEHATAN 1 Dr.M.Nasser SpKK.D.Law 2 Ada dua jenis hubungan hukum antara pasien dan dokter dalam pelayanan kesehatan, yaitu hubungan karena terjadinya kontrak terapeutik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya
1 BAB I PENDAHULUAN Akhir-akhir ini di beberapa media baik media cetak maupun elektronik nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya akan di sebut RS) yang menyelenggarakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DOKTER DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN MEDIS 1 Oleh : Michel Daniel Mangkey 2
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DOKTER DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN MEDIS 1 Oleh : Michel Daniel Mangkey 2 A B S T R A K Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat saat ini menimbulkan pengaruh
Lebih terperinciHAK PASIEN MENDAPATKAN INFORMASI RESIKO PELAYANAN MEDIK 1 Oleh : Rocy Jacobus 2
HAK PASIEN MENDAPATKAN INFORMASI RESIKO PELAYANAN MEDIK 1 Oleh : Rocy Jacobus 2 ABSTRAK Tujuan dilakukan penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana hak pasien mendapatkan informasi resiko
Lebih terperinciLex Crimen Vol. III/No. 3/Mei-Jul/2014. MATINYA ORANG KARENA KELALAIAN PELAYANAN MEDIK (CRIMINAL MALPARCTICE) 1 Oleh: Gladys Jenniver Sondakh 2
MATINYA ORANG KARENA KELALAIAN PELAYANAN MEDIK (CRIMINAL MALPARCTICE) 1 Oleh: Gladys Jenniver Sondakh 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana standart profesi medik
Lebih terperinciHubungan Kemitraan Antara Pasien dan Dokter. Indah Suksmaningsih Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
Hubungan Kemitraan Antara Pasien dan Dokter Indah Suksmaningsih Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) Pelayanan Kesehatan Memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau merupakan hak dasar
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.915, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Data. Informasi Kesehatan. Rahasia Kedokteran. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
Lebih terperinciIMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI. Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude
IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : 35240258861 Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude Hasil Evaluasi Peran dan Fungsi Perawat Puskesmas Daerah Terpencil (Depkes
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 512/MENKES/PER/IV/2007 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 512/MENKES/PER/IV/2007 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait dalam bidang pemeliharaan kesehatan. 1 Untuk memelihara kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan pokok manusia karena kesehatan merupakan modal utama manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Melaksanakan upaya kesehatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan sesuai dengan tujuan pembentukan Negara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
Lebih terperinciHAK DAN KEWAJIBAN PASIEN - DOKTER
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN - DOKTER dr. Meivy Isnoviana, S.H. Hak dan kewajiban dokter, berkaitan erat dengan transaksi terapeutik Transaksi terapeutik : terjadinya kontrak antara dokter dengan pasien 1
Lebih terperinciContoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI
Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI Halaman Judul Panduan. i Daftar isi. ii Keputusan Karumkital Marinir Cilandak... iii Lampiran
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI MENTERI KESEHATAN Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004
Lebih terperinciHAK DAN KEWAJIBAN DOKTER PADA MASYARAAT
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER PADA MASYARAAT Masyarakat madani vs Profesi Masyarakat terasing berkelompok masyarakat madani : stabil, beradab, punya nilai dan standar. Abraham Maslow : The law of RISING DEMANDS.
Lebih terperinciTujuan & Tugas KKI. Tujuan:
Tujuan & Tugas KKI Tujuan: 1. Memberikan perlindungan kepada pasien 2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis 3. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter/dokte gigi Tugas : Melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lain yang diperlukan. orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap orang. Dalam
12 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap orang. Dalam kondisi sehat, orang dapat berpikir dan melakukan segala aktifitasnya secara optimal dan menghasilkan
Lebih terperinciPada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:
Hak dan Kewajiban Pasien Menurut Undang-Undang Menurut Declaration of Lisbon (1981) : The Rights of the Patient disebutkan beberapa hak pasien, diantaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang bebas,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan
Lebih terperinciMajelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dalam Dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dalam Dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran Dody Firmanda Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) Ketua KSM Kesehatan Anak, RSUP
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. 1 Secara umum, setiap orang yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dokter adalah seseorang yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatan serta dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. 1 Secara umum, setiap orang yang sakit (pasien)
Lebih terperinci-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN
-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTEK DI BIDANG MEDIS. dalam undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTEK DI BIDANG MEDIS 1.1 Ganti Kerugian Pengertian mengenai ganti kerugian tidak ditemukan dalam KUHP, namun pengertian mengenai ganti kerugian dapat dilihat menurut
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari sudut pandang yuridis, menurut R. Soesilo 1, pengertian
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dilihat dari sudut pandang yuridis, menurut R. Soesilo 1, pengertian kejahatan adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang sedangkan
Lebih terperinciPEMBATALAN SANKSI DISIPLIN PROFESI KEDOKTERAN OLEH PENGADILAN TATA USAHA NEGARA
PEMBATALAN SANKSI DISIPLIN PROFESI KEDOKTERAN OLEH PENGADILAN TATA USAHA NEGARA Andryawan 1 1 Fakultas Hukum, Universitas Tarumanagara Jakarta Email: andryawan@fh.untar.ac.id ABSTRAK Dokter merupakan salah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDASAR HUKUM PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS
DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS Landasan hukum yang mendasari penyelenggaraan rekam medis di Indonesia: a. UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 pada pasal 53, disebutkan bahwa setiap tenaga kesehatan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Informed Consent, kesehatan, medis
ABSTRAK INDRA SETYADI RAHIM, NIM 271409137, Implementasi Informed Consent di Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Dibawah bimbingan I DR. Fence M. Wantu S.H., M.H dan bimbingan II Dian Ekawaty Ismail
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 16 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI
Lebih terperinciASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada
ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada Status hukum dan peraturan tentang catatan kesehatan harus dijaga oleh institusi pelayanan kesehatan. Istitusi kesehatan
Lebih terperinci2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang
No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciLILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG
LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG OUTLINE PENDAHULUAN TENAGA KESEHATAN MENURUT UNDANG-UNDANG TUGAS & WEWENANG PERAWAT PENDELEGASIAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTEK KEDOKTERAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTEK KEDOKTERAN Bagian Hukum Setda Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 9 TAHUN
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015
MEKANISME PENYELESAIAN HUKUM KORBAN MALPRAKTIK PELAYANAN MEDIS OLEH DOKTER 1 Oleh : Fernando Sarijowan 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mekanisme penyelesaian
Lebih terperinciWALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. maupun tenaga kesehatan yang ada di tempat-tempat tersebut belum memadai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan pengobatan kepada masyarakat atau pasien yang membutuhkan pertolongan. Pelayanan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK. Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK Kesehatan merupakan hal yang harus dijaga oleh setiap manusia, karena
Lebih terperincitindakan pendidikan serta kondisi dan situasi pasien.
Informed Consent Informed Consent atau Persetujuan Tindakan Medik (PTM) adalah suatu cara bagi pasien untuk menunjukkan preferensi atau pilihannya. Secara harifiah Informed Consent memiliki dua unsur yaitu:
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016
KESALAHAN DOKTER DAN SANKSINYA 1 Oleh: Fano Franklin Singal 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kesalahan dokter dan sanksinya dalam melakukan tugas profesinya dan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG
1 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN MILIK PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.
PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. SURAT KEPUTUSAN No. : Tentang PANDUAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DIREKTUR RS Menimbang : a. Bahwa untuk mengimplementasikan hak pasien dan keluarga di
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA KLINIK, IZIN USAHA RUMAH BERSALIN, DAN IZIN USAHA LABORATORIUM KLINIK SWASTA
Lebih terperinciPELANGGARAN ETIK, DISIPLIN PROFESI & GUGATAN HUKUM DI AREA PRAKTEK KEDOKTERAN
PELANGGARAN ETIK, DISIPLIN PROFESI & GUGATAN HUKUM DI AREA PRAKTEK KEDOKTERAN KASUS 1 WANITA, 29 THN, mendapat Doksisiklin dari SpKK, MRS hari ke-2 dengan lesi di kulit,mukosa mulut dan vagina. Hari ke-3
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosi harapan dan kekhawatiran makhluk insani. perjanjian terapeutik adalah Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal mengenai umat manusia sudah dikenal adanya hubungan kepercayaan antara dua insan, yaitu manusia penyembuh dan penderita yang ingin disembuhkan. Dalam zaman
Lebih terperincidr. Ganung Harsono, Sp.A (K)
CURRICULUM VITAE dr. Ganung Harsono, Sp.A (K) Pendidikan : 1. Dokter Umum FK UGM, lulus tahun 1977 2. Dokter Spesialis Anak FK UNDIP lulus tahun 1985 3. Dokter Spesialis Anak (Konsultan Alergi Imunologi)
Lebih terperinciMenimbang: bahwa perlu ditetapkan peraturan tentang wajib simpan rahasia kedokteran.
Bentuk: Oleh: PERATURAN PEMERINTAH (PP) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 10 TAHUN 1966 (10/1966) Tanggal: 21 MEI 1966 (JAKARTA) Sumber: LN 1966/21; TLN NO. 2803 Tentang: Indeks: WAJIB SIMPAN RAHASIA
Lebih terperinciRUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) , Fax. (0342) Kembangarum - Sutojayan - Blitar
RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) 444168, Fax. (0342) 444289 Kembangarum - Sutojayan - Blitar PERJANJIAN KERJA ANTARA RUMAH SAKIT UMUM AULIA DAN DOKTER No. Yang bertanda tangan
Lebih terperinciApa yang perlu dokter ketahui agar tidak masuk penjara? Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F PIT IDI Tangerang 11 Februari 2018
Apa yang perlu dokter ketahui agar tidak masuk penjara? Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F PIT IDI Tangerang 11 Februari 2018 Pendahuluan Saat ini ada beberapa kasus hukum yang melibatkan dokter maupun tenaga
Lebih terperinciMASA BAKTI DAN PRAKTEK DOKTER DAN DOKTER GIGI Peraturan Pemerintah (Pp) Nomor 1 Tahun 1988 Tanggal 15 Februari Presiden Republik Indonesia,
MASA BAKTI DAN PRAKTEK DOKTER DAN DOKTER GIGI Peraturan Pemerintah (Pp) Nomor 1 Tahun 1988 Tanggal 15 Februari 1988 Menimbang : Presiden Republik Indonesia, a. bahwa dalam usaha mewujudkan derajat kesehatan
Lebih terperinciStrategi Penanganan Kasus Pelanggaran Disiplin Praktik Kedokteran dalam Rangka Pembinaan Profesi Dokter/Dokter Gigi pada Era MEA #
Strategi Penanganan Kasus Pelanggaran Disiplin Praktik Kedokteran dalam Rangka Pembinaan Profesi Dokter/Dokter Gigi pada Era MEA # Dody Firmanda Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 45
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. optimal dimana hal ini merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum
BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dimana hal ini merupakan
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Penyalahgunaan Wewenang oleh Dokter Gigi Umum yang Melakukan Kewenangan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti Dikaitkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Rekam Medis a. Definisi Rekam Medis Definisi Rekam Medis dalam berbagai kepustakaan dituliskan dalam berbagai pengertian: 1) M.Jusuf Hanafiah dan Amri Amir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 1 Kesehatan sebagai salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cita-Cita Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP DOKTER ATAS KESALAHAN DAN KELALAIAN DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN MEDIS DI RUMAH SAKIT. Oleh : Erdiansyah, SH, MH.
296 PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP DOKTER ATAS KESALAHAN DAN KELALAIAN DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN MEDIS DI RUMAH SAKIT Oleh : Erdiansyah, SH, MH. Perumahan Nuansa Griya Flamboyan Kel. Delima Pekanbaru.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Profesi perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Perawat adalah tenaga profesional yang memiliki body of
Lebih terperinciPROPOSAL TESIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA DI BIDANG PELAYANAN MEDIS (SUATU TINJAUAN DARI SUDUT HUKUM PERDATA)
PROPOSAL TESIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA DI BIDANG PELAYANAN MEDIS (SUATU TINJAUAN DARI SUDUT HUKUM PERDATA) 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam dunia medis yang semakin berkembang,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI
LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 5 2007 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS
Lebih terperinci(dalam) layanan primer
HAK dan KEWAJIBAN DOKTER (dalam) layanan primer Poernomo Boedi Setiawan Ketua Umum IDI Jawa Timur Rakorda PDUI cabang Jawa Timur Surabaya, 14 Nopember 2013 Pelayanan kesehatan Tanggung jawab siapa? Bermutu,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam
BAB V PENUTUP A. Simpulan Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam keseluruhan bab yang sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Perlindungan terhadap pasien dalam
Lebih terperinciPENYUSUNAN RUU TENTANG PRAKTIK KEPERAWATAN * Oleh : F.X. Soekarno, SH
PENYUSUNAN RUU TENTANG PRAKTIK KEPERAWATAN * Oleh : F.X. Soekarno, SH A. PENDAHULUAN Pasca amandemen UUD 1945, jaminan hak asasi manusia di Indonesia semakin kuat karena pengaturannya telah mendapat tempat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa pada uraian dari Bab I (satu) sampai dengan Bab IV. merupakan cangkupan dari bahasan sebelumnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisa pada uraian dari Bab I (satu) sampai dengan Bab IV (empat) skripsi ini, maka penulis menarik beberapa point kesimpulan dan saran yang merupakan cangkupan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.298, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan
Lebih terperinciBAB V BENTUK DAN PERTANGGUNGJAWABAN MALPRAKTIK APOTEKER DAN EFEKTIFITAS PERUNDANG-UNDANGAN KEFARMASIAN
BAB V BENTUK DAN PERTANGGUNGJAWABAN MALPRAKTIK APOTEKER DAN EFEKTIFITAS PERUNDANG-UNDANGAN KEFARMASIAN A. Bentuk Dan Pertanggungjawaban Malpraktik Apoteker Kesadaran masyarakat terhadap perkembangan pelayanan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA KLINIK, IZIN USAHA RUMAH BERSALIN, DAN IZIN USAHA LABORATORIUM KLINIK SWASTA
Lebih terperinciMasalah Penegakan Disiplin Praktik Kedokteran
Masalah Penegakan Disiplin Praktik Kedokteran Dody Firmanda Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) 70 60 50 Jumlah Pengaduan 2013-2017 64 57 2017 (12 Mei 2017) Kasus Baru : 19 1.
Lebih terperinci