HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Penyediaan Air Bersih Di IPB Darmaga Air bersih sangat dibutuhkan dalam menunjang kegiatan seperti pendidikan, penelitian, dan juga perkantoran khususnya di kampus IPB Darmaga. Walaupun IPB sebagai institusi pendidikan, namun pada kenyataannya jenis pemakaian air yang ada di lingkungan kampus IPB Darmaga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pemakaian domestik dan non-domestik. Pemakaian domestik untuk keperluan rumah tangga seperti di perumahan dosen dan asrama, sedangkan pemakaian non-domestik untuk keperluan industri, pendidikan, dan komersial. Kegiatan pemenuhan kebutuhan air di kampus IPB Darmaga baik itu berupa pengolahan, penyaluran dan penyimpanan air, secara umum menjadi tanggung jawab dari Direktorat Fasilitas dan Properti (Faspro). Pada saat ini IPB memanfaatkan air sungai sebagai air baku untuk memenuhi kebutuhan air dalam menunjang kegiatannya tersebut. Sungai yang dimanfaatkan sebagai air baku tersebut adalah Sungai Ciapus dan Sungai Cihideung. Saat ini IPB memiliki tujuh buah instalasi pengolahan air atau WTP (Water Treatment Plant) yang berlokasi pada dua tempat yang berbeda. Tempat pengolahan pertama yaitu WTP Ciapus yang berlokasi di pintu keluar belakang IPB sedangkan tempat pengolahan kedua yaitu WTP Cihideung yang berlokasi di belakang pangkalan bis IPB WTP Ciapus Pertama kali dibangun pada tahun 1972 dan terletak di dekat pintu keluar belakang IPB. WTP Ciapus memiliki dua buah instalasi pengolahan yang disebut sebagai WTP 1 dan WTP 2 Ciapus. Masing-masing instalasi tersebut memanfaatkan air Sungai Ciapus sebagai bahan bakunya. Baik WTP 1 dan WTP 2, memiliki daerah pelayanan kebutuhan air bersih yang berbeda, sehingga WTP ini terbagi menjadi dua jalur pendistribusian. WTP 1 Ciapus melayani kebutuhan air bersih yang ada di Perumahan Dosen IPB (Perumdos), Asrama Silvasari dan Silvalestari, Asrama Putri Darmaga (APD), Asrama Amarilis, dan juga GOR (Gelanggang Olah Raga)Lama. Sedangkan untuk WTP 2 Ciapus dikhususkan untuk melayani kebutuhan air bersih bagi mahasiswa asrama TPB yang ada di gedung Asrama Putra (Astra) dan Asrama Putri (Astri). Pada Gambar 4 dapat dilihat bagan struktur pendistribusian air dari WTP Ciapus hingga ke masingmasing unit pemakaiannya. Berdasarkan tipenya, instalasi pengolahan air yang ada di WTP Ciapus dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu tipe tekanan pada WTP 1 dan tipe gravitasi pada WTP 2. Setiap instalasi pengolahan air tersebut terdiri dari beberapa unit atau bagian pengolahan yang memiliki peranannya sendiri dan saling menunjang dalam proses pengolahan air secara keseluruhan. Unit-unit tersebut antara lain adalah unit intake, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan penampungan serta distribusi. Sehingga secara umum sebenarnya tahapan pengolahan air pada kedua WTP ini sama, yang membedakan hanya proses penyaluran air dari unit satu ke unit lainnya. 25

2 Sumber: Direktorat Fasilitas dan Properti IPB, 2010 Gambar 4. Bagan struktur pendistribusian air untuk WTP Ciapus 26

3 Pada WTP 1 yang bertipe tekanan proses penyaluran airnya dari unit koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi menuju unit filtrasi hingga unit penampungan, memanfaatkan tekanan dari pompa air, sedangkan untuk WTP 2 memanfaatkan gaya gravitasi. WTP 1 ini terdiri dari unit intake, unit koagulasi/flokulasi dan sedimentasi yang menyatu, unit filtrasi, dan unit penampungan berupa GWT. Skema pengolahan air pada WTP 1 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Skema pengolahan air pada WTP dengan tipe tekanan Proses pengolahan air pada WTP 1 adalah sebagai berikut, air dari bak intake dipompakan menuju unit gabungan koagulasi/flokulasi dan sedimentasi. Pada pipa air baku dimasukkan (injection) larutan koagulan, pengadukan cepat dengan sistem statis terjadi tepat setelah titik penginjeksian larutan koagulasi dan pengadukan secara lambat terjadi selama air baku mengalir menuju unit koagulasi/flokulasi dan pada sebagian unit sedimentasi. Selanjutnya flok yang terbentuk dipisahkan dalam bagian sedimentasi yang dilengkapi dengan lamella (lihat Gambar 6.). Flok yang tertangkap lamella jatuh dan mengendap pada bagian dasar membentuk lumpur. Air yang bebas dari flok mengalir melalui mekanisme overflow menuju ke bagian penampungan air sebelum dipompa ke unit filtrasi. Lumpur yang terbentuk diaduk dengan menggunakan efek hidrodinamis dari aliran air yang masuk. Kelebihan lumpur dibuang secara periodik melalui kran pembuangan lumpur (lihat Gambar 7). Gambar 6. Lamella yang terdapat pada bagian sedimentasi WTP tipe tekanan. Gambar 7. Kelebihan lumpur yang dibuang melalui kran pembuangan 27

4 Kemudian pada unit filtrasi terjadi proses penyaringan partikel yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dipisahkan pada unit koagulasi/flokulasi dan sedimentasi. Unit ini dirancang dengan sistem filtrasi bertekanan, di mana air dari tahapan sebelumnya dipompa secara kontinyu melewati lapisan filter. Kualitasi hasil filtrasi sangat dipengaruhi oleh kualitas proses sebelumnya, terutama sedimentasi. Semakin rendah kualitas sedimentasi maka akan semakin cepat terbentuknya resistensi berupa pengkristalan dalam filter. Selanjutnya air bersih terbentuk setelah melewati unit filtrasi dialirkan menuju tempat penampungan air atau GWT (Ground Water Tank). Pada satu titik tertentu di pipa air bersih, diinjeksikan kaporit sebagai desinfeksi yang bertujuan untuk mendestruksi mikroorganisme patogen. Kemudian dari GWT ini akan dialirkan dengan pompa transmisi menuju resevoir yang berupa menara air untuk selanjutnya dialirkan menuju unit-unit pengguna secara gravitasi. Pada WTP 2 yang bertipe gravitasi memiliki tahapan pengolahan yang sama dengan WTP 1 yang berbeda hanya proses penyalurannya saja yang memanfaatkan gravitasi. Itu sebabnya WTP 2 dengan tipe gravitasi pada unit koagulasi/flokulasi dibuat tinggi, agar air memiliki energi yang cukup untuk mengalir dan melalui filter yang ada untuk menuju ke unit berikutnya hanya dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Begitu pula dengan unit filtrasi, dibuat tinggi agar mampu menuju ke GWT secara overflow hanya dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Setelah itu air bersih yang ditampung di dalam GWT, akan disalurkan melalui pompa transmisi menuju ke resevoir yang ada dan pada akhirnya akan disalurkan hingga menuju unit-unit pengguna secara gravitasi pula. Skema proses pengolahan air pada WTP 2 yang bertipe gravitasi dapat dilihat pada Gambar 8. Koagulan overflow overflow GWT (Ground Water Tank) Tangki air baku/intake Unit koagulasi/flokulasi dan sedimentasi Unit filtrasi Gambar 8. Skema pengolahan air pada WTP dengan tipe gravitasi Kemudian perbedaan berikutnya adalah pada WTP yang bertipe gravitasi di unit koagulasi/flokulasinya tidak terdapat lamella seperti yang terdapat di tipe tekanan. Bentuk dari WTP 1 dan 2 Ciapus dapat dilihat pada Gambar 9 dan

5 Gambar 9. WTP 1 Ciapus yang merupakan WTP bertipe tekanan (unit koagulasi/filtrasi) Gambar 10. WTP 2 Ciapus bertipe gravitasi, unit filtrasi (kiri), dan unit koagulasi/flokulasi (kanan) 29

6 Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, WTP 1 Ciapus mampu memproduksi air bersih sebesar liter/detik atau m 3 /jam, sedangkan WTP 2 Ciapus memiliki kapasitas produksi sebesar liter/detik atau m 3 /jam. Kedua WTP ini beroperasi dalam sehari selama 21 jam (1 jam untuk backwash) maka dalam sehari mampu menghasilkan m 3 untuk WTP 1 dan 1,319 m 3 air untuk WTP 2, sehingga total WTP Ciapus mampu menghasilkan air sekitar 2, m 3 /hari. Rincian hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Ulangan Tabel 5. Hasil pengukuran kapasitas produksi di WTP 1 Ciapus Luas Pertambahan Volume Permukaan Air Tinggi Air Air Waktu Debit (m 2 ) (m) (m 3 ) (detik) (liter/detik) (m 3 /jam) Rata-rata Keterangan: Pengukuran dilakukan pada GWT 1 Ciapus Tempat Pengukuran Bak Filtrasi Bak Sedimentasi Tabel 6. Hasil pengukuran kapasitas produksi di WTP 2 Ciapus Diameter Pertambahan Volume Waktu Debit Bak Tinggi Air Air Ulangan (dm) (dm) (liter) (detik) (liter/detik) (m 3 /jam) , Rata-rata Rata-rata Total rata-rata WTP Cihideung Pertama kali dibangun pada tahun 1986, WTP Cihideung ini memanfaatkan Sungai Cihideung sebagai air bakunya. WTP Cihideung memiliki lima buah instalasi pengolahan air yang terdiri dari dua tipe yang berbeda. Empat buah instalasi bertipe tekanan dan satu buah instalasi bertipe UF system (Ultra Filtration). Daerah pelayanan air bersih di WTP Cihideung sangat banyak dan luas, yaitu meliputi semua gedung perkuliahan, yang terdiri dari Fakultas Pertanian, Perikanan, Peternakan, Kedokteran Hewan, Kehutanan, Teknologi Pertanian, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ekonomi dan Manajemen, dan juga Ekologi Manusia. Selain itu juga gedung rusunawa (rumah susun mahasiswa yaitu asrama yang diperuntukkan bagi mahasiswi TPB), Gymnasium, Rumah Sakit Hewan, kandang ternak, gedung Graha Widya Wisuda, perpustakaan LSI, gedung Rektorat, hingga laboratorium lapangan yang ada di Leuwikopo dan Cikabayan termasuk dalam daerah pelayanan air WTP Cihideung. Pada Gambar 11 dapat dilihat bagan struktur pendistribusian air dari WTP Cihideung hingga ke unit-unit pengguna. 30

7 Sumber: Direktorat Fasilitas dan Properti IPB, 2010 Gambar 11. Bagan struktur pendistribusian air untuk WTP Cihideung 31

8 WTP 1 hinga 4 Cihideung merupakan instalasi pengolahan air bertipe tekanan (lihat Gambar 12) sedangkan WTP 5 yang baru selesai dibangun dan beroperasi pada bulan Juli 2010 adalah bertipe UF (Ultra Filtration) lihat Gambar 13. Gambar 12. Beberapa WTP Cihideung yang bertipe tekanan Gambar 13. WTP 5 yang ada di Cihideung, merupakan WTP bertipe UF system. 32

9 Proses produksi air pada WTP 1 hingga 4 WTP Cihideung sama dengan proses produksi di WTP 1 Ciapus, karena sama-sama bertipe tekanan. WTP 5 yang bertipe UF bekerja secara otomatis dan menggunakan tiga buah filter yang terdiri dari sand filter, ultra filtration filter, dan carbon filter. UF membran memiliki ukuran pori-pori antara micron yang berfungsi menyaring partikel-partikel di dalam air. UF membran ini memiliki kemampuan yang cukup baik untuk menyaring sebagian besar bakteri, virus, dan partikel koloid. Semakin kecil ukuran pori maka semakin tinggi kemampuan penyaringannya. UF sistem bekerja pada tekanan kpa dan beroperasi pada kecepatan konstan. Transmembran Pressure (TMP) akan meningkat secara konstan sejalan dengan pemakaiannya, dan secara otomatis akan dilakukan proses backwash. Bahan kimia dan disinfectant dapat digunakan untuk menigkatkan hasil proses dari backwash dan sekaligus juga menjaga kinerja dari membran akibat adanya pertumbuhan bakteri di permukaan membran. Pada Gambar 14 dapat dilihat skema dari WTP tipe UF sistem. Gambar 14. Skema WTP tipe UF system Total kapasitas produksi air bersih dari WTP 1 hingga 4 adalah m 3 /jam (lihat Tabel 7) dan dalam sehari keempat WTP ini beroperasi selama 18.5 jam. Sehingga dalam sehari mampu menghasilkan 2, m 3 /hari. Pengukuran kapasitas produksi pada WTP 5 menggunakan flowmeter, hasil yang diperoleh dari flowmeter menunjukkan angka 475 liter/menit, dan WTP ini hanya beroperasi 45 menit memproduksi air dalam sejam karena 15 menit sisanya digunakan untuk backwash. Sehingga kapasitas produksinya adalah m 3 /jam. Dalam sehari WTP 5 ini beroperasi selama 5.5 jam, sehingga dalam sehari WTP 5 ini mampu menghasilkan m 3 /hari. Jadi WTP Cihideung mampu memproduksi air bersih sebesar 2, m 3 /hari. Khusus untuk WTP 5 yang bertipe UF, bila kekeruhan air meningkat hingga lebih besar dari 130 TU(turbidity) maka WTP ini tidak dapat berproduksi dengan baik. Tingkat kekeruhan yang tinggi dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan pada UF membran. Itu sebabnya saat hujan turun dengan deras WTP ini biasanya akan berhenti berproduksi, karena hujan dapat meningkatkan kekeruhan pada air sungai Cihideung yang menjadi air baku. Cara yang dapat dilakukan agar WTP ini tetap dapat berproduksi pada saat hujan turun adalah dengan memperbaiki 33

10 filter atau menambah filter yang ada pada bak intake sehingga air baku yang akan masuk ke dalam WTP UF ini tingkat kekeruhannya telah menurun terlebih dahulu. Tabel 7. Hasil pengukuran kapasitas produksi di WTP 1 hingga 4 Cihideung Tempat V T Q Pengukuran (liter) (detik) (m 3 /jam) WTP 1 WTP 2 WTP 3 WTP , Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Total Dengan demikian berdasarkan pembahasan sub-bab hingga maka dapat diketahui total produksi air bersih yang mampu dihasilkan oleh WTP yang ada di IPB. Pada WTP Ciapus secara total dari kedua unit yang ada mampu menghasilkan 2, m 3 /hari air bersih, sedangkan pada WTP Cihideung dari kelima unit yang ada mampu menghasilkan 2, m 3 /hari air bersih. Jadi sistem produksi air yang ada di kampus IPB Darmaga mampu memproduksi 4, m 3 /hari air bersih Pendistribusian Air Bersih Sistem pendistribusian air bersih yang ada di IPB Darmaga menggunakan metode pompa dengan reservoir, yaitu perpaduan antara metode pompa dan gravitasi di mana air didistribusikan ke sebuah resevoir (menara air) terlebih dulu dengan bantuan pompa, dan setelah itu disalurkan dari menara air menuju ke masing-masing unit pengguna atau konsumen dengan bantuan gravitasi. Namun sebenarnya ada keunikkan lainnya dalam metode pendistribusian air di IPB ini. Selain memanfaatkan suplai langsung dari WTP ke menara air, pada umumnya masing-masing resevoir tersebut juga mendapat suplai air dari GWT yang ada di dekatnya. Suplai air dari GWT ini di aktifkan pada jam-jam tertentu yang dianggap pemakaian air sedang tinggi, guna membantu pasokan air ke menara air. Pipa distribusi yang digunakan merupakan pipa dengan material cast 34

11 iron (besi tuang) dan berdiameter 6 inchi. Jaringan pipa distribusi yang ada menerapkan sistem percabangan, lihat Lampiran 10. Jalur pendistribusian di IPB terbagi menjadi empat jalur utama, yaitu jalur distribusi perumahan dosen (perumdos), jalur asrama TPB, jalur menara Fakultas Kehutanan (Fahutan), dan jalur menara Fakultas Peternakan (Fapet). Daerah pelayanan yang termasuk ke dalam jalur perumdos antara lain adalah perumahan dosen, Asrama Silvalestari, Asrama Silvasari, Asrama Puti Darmaga (APD) dan Gedung Olah Raga Lama (GOR Lama), sedangkan yang termasuk daerah pelayanan untuk jalur distribusi asrama TPB adalah gedung Asrama Putri (Astri) dan Asrama Putra (Astra) TPB. Kedua jalur distribusi ini mendapat suplai air bersih dari WTP Ciapus. Jalur menara Fahutan terdiri dari gedung Fakultas Matematika dan IPA, Pertanian, Ekologi Manusia, Ekonomi dan Manajemen, Teknologi Pertanian, Kehutanan, Perpustakaan LSI, dan gedung Rektorat. Gymnasium, rusunawa (rumah susun mahasiswa), gedung Graha Widya Wisuda (GWW) dan laboratorium lapangan Leuwikopo juga termasuk di dalamnya. Sedangkan untuk jalur Fapet antara lain adalah gedung Fakultas Peternakan, Perikanan, Kedokteran Hewan, Rumah Sakit Hewan dan kandang-kandang ternak Fapet,dan laboratorium lapangan Cikabayan. Kedua jalur ini mendapat suplai air dari WTP Cihideung. Skema jalur pendistribusian air bersih dapat dilihat pada Gambar 15. Sumber: Direktorat Faspro IPB 2010 Gambar 15. Skema jalur distribusi air bersih di kampus IPB Darmaga Keempat jalur tersebut akan mendistribusikan air ke masing-masing daerah pelayanannya atau ke unit-unit penggunanya dengan memanfaatkan gravitasi, sehingga pada masing-masing jalur terdiri dari satu menara induk (lihat Gambar 16 dan Gambar 17). Menara induk ini dibuat 35

12 tinggi(lebih tinggi dari gedung perkuliahan) atau diletakkan pada daerah yang tinggi, selain agar air dapat mengalir ke semua unit pemakaian secara gravitasi, juga agar air dapat mencapai lantai 4 dan 5 gedung perkuliahan sehingga prinsip ini seperti prinsip bejana berhubungan. Gambar 16. Menara air induk yang mendistribusikan air secara gravitasi ke unit pengguna, menara air Fahutan (kiri) dan menara air Fapet (kanan) Gambar 17. Menara induk yang terdapat pada jalur distribusi perumdos (kiri) dan jalur distribusi asrama TPB (kanan) 36

13 Pada jalur untuk asrama TPB, selain ada menara induk yang berkapasitas 66 m 3, jalur ini juga menggunakan tangki air tambahan dari fiber yang berjumlah dua buah dan masing-masing berkapasitas 15 m 3 (lihat Gambar 18). Dari tangki dan menara induk inilah kemudian air disalurkan menuju Astra dan Astri. Gambar 18. Tangki air fiber yang berada di asrama putri TPB Suplai air bersih dari WTP Cihideung menuju menara Fahutan dan Fapet akan mulai beroperasi dari pukul hingga pukul Setelah itu selama sekitar 12 jam berikutnya, suplai air dari WTP Cihideung akan digunakan untuk mengisi GWT yang ada di dekat menara induk. Selain mengandalkan suplai air dari WTP Cihideung, kedua menara air tersebut juga mendapat bantuan suplai dari GWT yang ada di dekat menara. Hanya saja suplai air dari GWT ini tidak bisa menyuplai air ke menara selama 12 jam. Pada menara Fahutan, suplai air dari GWT yang ada di bawahnya akan dijalankan oleh operator pada pukul hingga sekitar pukul dan akan kembali mendapat suplai air dari GWT pada pukul hingga pukul Pada menara Fapet bantuan suplai air dari GWT yang ada di bawah menara berjalan secara otomatis. 4.2 Prediksi Kebutuhan Air Bersih Di IPB Darmaga Pada bagian tinjauan pustaka telah dijelaskan bahwa kebutuhan air berdasarkan jenis pemakaiannya secara umum dibagi menjadi dua yaitu domestik dan non-domestik. Di IPB Darmaga ini, pemakaian airnya ada yang untuk kebutuhan domestik dan juga non-domestik. Kebutuhan air domestik di kampus antara lain terjadi pada astra (asrama putra TPB), astri (asrama putri TPB), asrama Silvasari, asrama Silvalestari, APD (Asrama Putri Darmaga), rusunawa, dan perumdos. Sedangkan untuk yang non-domestik antara lain adalah kebutuhan air di gedung-gedung fakultas 37

14 untuk kepentingan akademik dan juga kebutuhan air untuk keperluan komersil seperti di kantin, dan kios atau toko. Pada dasarnya terdapat standar pemakaian atau kebutuhan air berdasarkan jenis bangunan, jenis kegiatan, ataupun dari subyek pemakai air itu sendiri. Pada Tabel 1 di bagian tinjauan pustaka dapat dilihat beberapa standar kebutuhan air. Pemakaian air oleh pegawai, dikategorikan sebagai pemakaian air untuk gedung perkantoran yaitu sebesar 100 liter/orang/hari, yang termasuk ke dalam kategori pegawai dalam penelitian ini adalah para dosen, pegawai kantor, petugas keamanan dan juga para pegawai honorer yang ada di fakultas maupun rektorat. Sedangkan untuk pemakaian air oleh mahasiswa dikategorikan sebagai pemakaian air untuk gedung SLTA atau lebih tinggi yaitu 80 liter/orang /hari. Selain itu dilakukan juga penghitungan prediksi pemakaian air yang dipakai oleh kantin dan kios yang ada di IPB, untuk kantin dan kios digunakan standar 100 liter/orang/hari bagi para pegawainya. Bagi mahasiswa TPB, dilakukan dua kali penghitungan dengan menggunakan standar kebutuhan air bersih yang berbeda. Hal ini berdasarkan pada aktivitas dari mahasiswa TPB itu sendiri yaitu sebagai mahasiswa yang aktif kuliah (non-domestik) dan sebagai penghuni asrama (domestik). Standar kebutuhan air untuk penghuni asrama adalah 120 liter/orang/hari sedangkan standar untuk rumah biasa adalah 250 liter/orang/hari. Detail prediksi kebutuhan air dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8. Hasil perhitungan prediksi kebutuhan air non-domestik Gedung Jumlah Penghuni Prediksi Kebutuhan Air (m 3 ) Mahasiswa Pegawai Mahasiswa Pegawai Faperta 1, FKH Fpik 1, Fapet Fahutan 1, Fateta 1, FMIPA 2, FEM 1, FEMA 1, TPB 3, Pasca Sarjana 2, Rektorat 1, Sub Total 1, Total Kebutuhan Air non-domestik 1, Sumber: Direktorat AJMP - IPB,

15 Tabel 9. Hasil perhitungan prediksi kebutuhan air domestik Gedung Jumlah Penghuni Prediksi Kebutuhan Air (m 3 ) Asrama Putra 1, Asrama Putri 1, Rusunawa Asrama Silvalestari Asrama Silvasari Asrama Amarilis Asrama Putri Darmaga * Perumahan Dosen (159 KK) ** Kantin dan Kios (260 buah) Total Kebutuhan Air Domestik * asumsi perumahan dosen 1 KK terdiri dari 4 orang ** asumsi masing masing kios terdiri dari 2 orang Sumber: Direktorat Faspro dan Direktorat Bisnis & Kemitraan- IPB, 2010 Berdasarkan hasil perhitungan prediksi kebutuhan air pada Tabel 8 dan Tabel 9, maka WTP Ciapus dan WTP Cihideung harus memenuhi kebutuhan air di IPB sekitar 2, m 3 /hari. Namun hasil perhitungan ini masih bersifat prediksi kasar atau perkiraan agar penyediaan air bersifat aman, di mana kebutuhan air maksimum adalah pemakaian minimum yang harus dipenuhi. Sehingga hal ini harus dibandingkan dengan pemakaian air secara aktual agar dapat dicari kisaran kebutuhan air di kampus IPB per harinya. 4.3 Pemakaian Air Bersih Aktual Perhitungan pemakaian air bersih secara aktual merupakan perhitungan pemakaian air yang benar-benar terpakai dan dipantau berdasarkan meteran air yang ada. Hal ini dilakukan untuk membandingkan nilai dari perhitungan prediksi kebutuhan air dengan perhitungan pemakaian secara aktual. Dengan membandingkan kedua nilai tersebut maka dapat diketahui kisaran kebutuhan air atau pemakaian air sebenarnya di IPB setiap harinya. Pengamatan pemakaian air bersih secara aktual terbagi menjadi empat jalur distribusi utama yaitu, jalur distribusi di perumahan dosen (perumdos), Asrama Putra dan Putri TPB, menara Fahutan, dan menara Fapet. Namun pengamatan pemakaian air bersih secara aktual hanya dapat dilakukan pada jalur distribusi di menara induk Fahutan dan Fapet saja, sedangkan pengamatan pada jalur distribusi di perumdos dan asrama TPB sulit dilakukan karena tidak adanya meteran induk yang berfungsi. Pengamatan pada jalur distribusi menara Fahutan dan Fapet hanya dapat dilakukan pada meteran air induk yang terdapat pada kedua menara tersebut saja. Hal ini dikarenakan sulit untuk memantau pemakaian air aktual yang berada di setiap gedung fakultas dan unit pemakaian air lainnya secara bersamaan. Selain itu juga dikarenakan pada tiap unit pemakaian air bersih belum tentu terpasang meteran air dan kalau pun terpasang, adakalanya meteran air tersebut berada dalam kondisi rusak. 39

16 Pemakaian Air Bersih Aktual Di Jalur Distribusi Perumdos Pengamatan pemakaian air bersih secara aktual di jalur distribusi perumdos ini tidak dapat dilakukan secara langsung di menara induk air yang ada. Hal ini dikarenakan tidak berfungsinya meteran air induk tersebut, sehingga tidak dapat diketahui jumlah air yang terpakai di jalur distribusi ini. Pada akhirnya hal yang dilakukan untuk mencari pemakaian aktual di jalur ini adalah dengan menggunakan pendekatan produksi air yang dihasilkan oleh WTP 1 Ciapus, dengan asumsi tidak ada air yang hilang karena kebocoran dan semua air yang diproduksi setiap harinya dianggap benar-benar habis terpakai untuk memenuhi kebutuhan air yang ada pada daerah pelayanan jalur ini. Dengan demikian maka pemakaian air bersih aktualnya di jalur perumdos menjadi 903 m 3 /hari Pemakaian Air Bersih Aktual Di Jalur Distribusi Asrama TPB Pemakaian air bersih aktual di jalur ini juga tidak dapat dilakukan secara langsung seperti pada jalur perumdos. Ini dikarenakan pada jalur ini tidak terpasangnya meteran air induk. Sehingga air yang keluar dari menara induk di jalur distribusi asrama TPB tidak dapat dipantau. Pada akhirnya pendekatan yang dilakukan untuk mencari pemakaian air bersih aktualnya adalah dengan menggunakan sampel pemakaian air yang ada pada rumah susun mahasiswa (rusunawa) TPB. Meskipun rusunawa ini berada pada jalur distribusi yang berbeda, yaitu pada jalur distribusi menara Fahutan, akan tetapi karena penghuninya adalah sama-sama mahasiswa asrama TPB, maka diasumsikan bahwa karakteristik jumlah pemakaian air yang ada di rusunawa akan sama dengan pemakaian air untuk Asrama Putra dan Asrama Putri TPB. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengamati meteran air yang ada di gedung rusunawa. Pengamatan dilakukan selama dua hari. Pada hari pertama dibaca meteran air dari pukul 10 hingga pukul 12. Pengamatan berikutnya di hari kedua juga dilakukan hal yang sama. Sehingga pada akhirnya dapat diketahui jumlah rata-rata pemakaian air selama satu hari. Rincian pengukuran ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil pengukuran pemakaian air aktual di rusunawa Penghuni Jam Meteran terbaca (m 3 ) Total Pemakaian air Rusunawa Pemakaian Air Hari ke-1 Hari ke-2 (m 3 /hari) (orang) (m 3 /orang/hari) 10:00 10, , :00 10, , :00 10, , Rata-rata Setelah mengetahui pemakaian air rata-rata selama sehari di rusunawa, maka hasilnya ini dibagi dengan jumlah penghuni yang ada di rusunawa. Diperoleh hasil bahwa pemakaian airnya adalah m 3 /orang/hari atau 231 liter/orang/hari. Jumlah ini ternyata lebih besar daripada 40

17 standar kebutuhan air yang ada untuk penghuni asrama yang telah tercantum pada Tabel 1. Pemakaian air ini hampir dua kali lipat dari standar tersebut yang sebesar 120 liter/orang/hari. Besarnya pemakaian air ini yang melebihi standar dari pemakaian air yang ada, bergantung pada kondisi di lapangan. Penulis berpendapat hal ini bisa saja terjadi dikarenakan mahasiswa asrama TPB telah membayar biaya tinggal di asrama selama satu tahun penuh terlebih dahulu di awal tahun ajaran. Sehingga menimbulkan kemungkinan bagi penghuni asrama untuk menggunakan air di asrama secara sepuasnya (boros) karena tidak harus membayar tiap bulan yang berdasarkan jumlah pemakaian ai secara riil di lapangan. Selain itu mungkin saja terjadinya kebocoran yang tidak tampak pada jaringan pipa distribusi. Kemudian dengan menggunakan data sampel ini, maka didapatkan standar pemakaian air yang baru bagi penghuni asrama mahasiswa di IPB. Sehingga pemakaian air aktual pada jalur asrama TPB, baik astra maupun astri bisa dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Total pemakaian air mahasiswa penghuni (0.231m 3 /orang/hari) Penghuni Tempat (orang) Asrama Putra 1, Asrama Putri 1, Total gedung astra dan astri TPB Pemakaian Air (m 3 /hari) Dengan demikian besarnya pemakaian air aktual di jalur distribusi asrama TPB adalah m 3 /hari Pemakaian Air Bersih Aktual Di Jalur Distribusi Menara Fahutan dan Menara Fapet Pengamatan pemakaian air dilakukan pada dua masa, yaitu pada masa liburan dan masa aktif kuliah. Pengamatan pada masa liburan dilakukan pada bulan Juli 2010 selama tiga hari berturut-turut, dimulai dari tanggal 13 hingga 15 Juli Meskipun pada masa ini dapat dikatakan sebagai masa liburan akademik, namun di kampus IPB Darmaga tetap saja masih ada beberapa kegiatan akademik di beberapa fakultas seperti semester pendek, kegiatan matrikulasi mahasiswa TPB dan kegiatan penelitian, serta kegiatan perkantoran di masing-masing fakultas maupun gedung rektorat, sehingga produksi dan pemakaian air bersih tetap saja ada. Pengamatan ini dilakukan di dua jalur distribusi air bersih secara langsung dan bersamaan yaitu pemakaian air pada menara induk Fahutan dan menara induk Fapet. Total pemakaian air pada menara induk Fahutan selama tiga hari berturut turut adalah 1, m 3 ; 1, m 3 ; dan m 3 dengan rata-rata pemakaiannya adalah m 3 /hari. Sedangkan pada menara induk Fapet selama tiga hari berturut-turut adalah m 3 ; m 3 ; m 3 dengan rata-rata pemakaiannya adalah m 3 /hari (lihat Lampiran 1). Bila dibandingkan antara pemakaian pada menara induk Fahutan dengan menara induk Fapet, maka akan terlihat bahwa pemakaian pada menara induk Fahutan lebih besar hal ini memang disebabkan karena pada jalur menara induk Fahutan lebih banyak terdapat unit-unit 41

18 pemakaian air. Grafik pemakaian air bersih pada menara induk Fahutan dan Fapet selama tiga hari dapat dilihat pada Gambar 19 hingga Gambar 21. Selama tiga hari pengamatan dari tanggal 13 hingga 15 Juli 2010, pemakaian air tertinggi (peak time) pada menara induk Fahutan terjadi antara pemakaian pukul dengan volume pemakaian air yang tertinggi mencapai m 3 (lihat Gambar 19). Sedangkan pada menara induk Fapet volume pemakaian air tertinggi mencapai m 3 (Gambar 20), dengan peak time yang bervariasi yaitu antara pemakaian pukul dan pukul (lihat Gambar 19 hingga 21). Kemudian pada jalur menara induk Fahutan pemakaian air rata-rata perjamnya dalam satu hari adalah m 3, hasil ini diperoleh dari rata-rata pemakaian aktual pada jalur distribusi menara Fahutan selama masa liburan yang sebesar m3/hari dibagi 12 jam. Angka ini merupakan penentu apakah pemakaian air pada jam tersebut tergolong tinggi atau rendah, bila angka yang terbaca oleh meteran lebih besar dari m 3 maka pemakaian air tergolong tinggi demikian pula sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut maka pada jalur menara Fahutan pemakaian yang dapat dikatakan tinggi terjadi dari pukul 8.00 hingga pukul 13.00, sehingga pada jam-jam tersebut suplai air dari WTP Cihideung menuju menara Fahutan tidak boleh terganggu karena akan menyebabkan kekurangan pasokan air pada setiap unit pemakaian. Pada pukul hingga pukul pemakaiannya bervariasi bisa tinggi atau rendah, hal ini mungkin dipengaruhi oleh jadwal kegiatan perkuliahan yang berbeda tiap harinya sehingga jenis kegiatannya pun berbeda. Menara Fahutan : 1, m 3 /hari Menara Fapet : m 3 /hari Gambar 19. Grafik pemakaian air bersih aktual pada tanggal 13 Juli 2010 (masa liburan) 42

19 Menara Fahutan : 1, m 3 /hari Menara Fapet : m 3 /hari Gambar 20. Grafik pemakaian air bersih aktual pada tanggal 14 Juli 2010 (masa liburan) Menara Fahutan Menara Fapet : m 3 /hari : m 3 /hari Gambar 21. Grafik pemakaian air bersih aktual pada tanggal 15 Juli 2010 (masa liburan) 43

20 Pola pemakaian air pada jalur menara Fapet sangat berbeda bila dibandingkan dengan menara Fahutan. Pada jalur menara Fapet pemakaian air rata-rata perjamnya dalam satu hari adalah m 3, sehingga pemakaian air yang tergolong tinggi terjadi pada pukul sampai pukul dan sisanya dari pukul hingga pukul bervariasi. Hal yang unik terjadi di menara Fapet pada pengamatan tanggal 15 Juli, dari Gambar 21 terlihat pemakaian air dari jam hingga jam adalah nol. Hal ini terjadi karena tidak adanya suplai dari WTP Cihideung ke menara Fapet atau dengan kata lain suplai dari WTP ke menara dimatikan. Selanjutnya pemantauan pemakaian air bersih secara aktual dilakukan kembali pada tanggal 21 hingga 23 September 2010 (masa aktif perkuliahan). Di mana pada masa tersebut semua kegiatan akademik dan perkantoran sudah dilaksanakan secara penuh, sehingga diharapkan pemakaian air yang terpantau lebih tinggi daripada hasil pada masa liburan. Berdasarkan grafik pada Gambar 22 hingga gambar 24, memang pemakaian air pada masa aktif perkuliahan lebih tinggi daripada masa liburan, hanya angkanya serta pola pemakaiannya tidak jauh berbeda dengan masa liburan. Pemakaian air pada menara induk Fahutan dari tanggal 21 hingga 23 September 2010 secara berturut-turut adalah 1, m 3 ; 1, m 3 ; dan 1, m 3 dengan rata-rata pemakaiannya adalah 1, m 3 /hari. Sedangkan pada menara induk Fapet selama tiga hari berturut-turut adalah m 3 ; m 3 ; dan m 3 dengan rata-rata pemakaiannya adalah m3/hari (lihat Lampiran 2). Grafik pemakaian air bersih pada menara induk Fahutan dan Fapet selama tiga hari (masa aktif perkuliahan) dapat dilihat pada Gambar 22 hingga Gambar 24. Peak time di jalur distribusi menara induk Fahutan bisa terjadi pada saat pemakaian air dari pukul atau dari pukul dengan volume pemakaian tertinggi mencapai m 3 (lihat Gambar 22 hingga 24). Sedangkan untuk jalur menara Fapet peak time bervariasi yaitu pada pagi hari antara pukul 8.00 hingga pukul 9.00, pada siang hari pemakaian air dari pukul hingga dan ada juga dari pukul hingga , dengan volume pemakaian tertinggi yang tercatat mencapai m 3 (Gambar 22) Menara Fahutan : 1, m 3 /hari Menara Fapet : m 3 /hari Gambar 22. Grafik pemakaian air bersih aktual pada tanggal 21 September

21 Menara Fahutan : 1, m 3 /hari Menara Fapet : m 3 /hari Gambar 23. Grafik pemakaian air bersih aktual pada tanggal 22 September 2010 Menara Fahutan : 1, m 3 /hari Menara Fapet : m 3 /hari Gambar 24. Grafik pemakaian air bersih aktual pada tanggal 23 September

22 Berdasarkan pembahasan pada sub-bab hingga 4.3.3, maka dapat diketahui total pemakaian air bersih secara aktual di kampus IPB Darmaga. Besarnya adalah 3, m 3 /hari. Hasil ini berdasarkan jumlah pemakaian air yang ada pada empat jalur distribusi, yaitu jalur perumdos sebesar 903 m 3 /hari, jalur asrama TPB m 3 /hari, jalur menara Fahutan 1, m 3 /hari, dan jalur menara Fapet m 3 /hari. 4.4 Head Loss Perhitungan besarnya nilai head loss hanya akan dilakukan dari WTP Cihideung hingga menara Fahutan. Skema jalur pipa dari WTP Cihideung hingga menara Fahutan dapat dilihat pada Gambar 25. Panjang pipa dari titik A (rumah pompa WTP Cihideung) hingga ke O (menara Fahutan) adalah 1560 m (lihat lampiran 9) dengan diameter pipa adalah 6 inci atau sama dengan 152 mm yang terbuat dari besi tuang. Pompa distribusi dari WTP Cihideung berdaya 30 hp atau 22 kw dan mampu menghasilkan debit air 70 m 3 /jam atau m 3 /s dan suhu air rata-rata adalah 28 0 C. Tampak dari gambar jumlah belokan 90 O adalah lima buah (B, E, G, L, dan N) sedangkan jumlah belokan 45 0 adalah delapan buah (C, D, F, H, I, J, K, dan M). Ditetapkan nilai K untuk belokan 90 0 adalah 0.75 dan nilai K untuk belokan 45 0 adalah 0.45 (lihat tinjauan pustaka halaman 13). Dengan informasi tersebut maka dapat dicari besarnya head loss (h L ) dengan persamaan 6. Gambar 25. Jalur pipa transmisi dari WTP Cihideung hingga ke menara Fahutan. Terlebih dahulu dicari besarnya kecepatan aliran air V, yaitu: 1 2 A = 4 D 1 2 = = m 2 4 V = Q/A = = m/s

23 Kemudian mencari besarnya viskositas kinematik air pada suhu 28 0 C, agar bilangan Reynold dapat dicari. Cara mencarinya dengan menggunakan interpolasi dari Tabel 3. Suhu Kekentalan Kinematik (m 2 /s) 0 C ( 0 F) (harga tabel x 10-6 ) 26.7 (80) (90) Interpolasi: v v 5.5 v v x 10 m 2 /s -5 v 8.41 x 10 m 2 /s Setelah nilai viskositas kinematik air didapat, maka bilangan Reynold dapat dicari dengan persamaan 4, maka: VD Re v x x x 10-5 Mencari kekasaran relatif ( / D ), di mana material pipa yang digunakan adalah besi tuang maka besarnya nilai adalah 0.25mm (lihat Tabel 3) dan diameter pipa adalah 152 mm. Jadi kekasaran relatifnya adalah: 0.25 Kekasaran relatif ( / D ) = 152 Mencari nilai faktor gesekan = dengan cara memplotkan nilai Re yang didapat yaitu 1.95 x 10 5 dan nilai kekasaran relatif ( / D) sebesar ke dalam diagram Moody (lihat Gambar 26), sehingga diperoleh nilai f = 2.3 x 10-2 = Mencari h L dengan persamaan (6) maka: h L ( f D 0 0 L Total belokan 45 x K 0 belokan 90 x K ( m 8 x x 0.75)( ) 2 x V ) 2g 47

24 Sumber: Linsley & Franzini, 1985 Gambar 26. Penentuan nilai koefisien gesekan ƒ dengan diagram Moody 48

25 Jadi besarnya head loss yang terjadi pada jalur pipa transmisi dari A ke O adalah 14 m, artinya head loss ini setara dengan penurunan tinggi kolom air sebesar 14 m atau penurunan tekanan sebesar 1.4 kg/cm 2. Head loss di atas hanya memperhitungkan pipa jika dalam kondisi lurus tanpa tanjakan ataupun turunan, dengan kata lain tanpa memperhitungkan beda elevasi antara WTP dengan menara Fahutan. Head loss dapat diartikan sebagai kehilangan tekanan ataupun kehilangan energi, maka pencarian nilai head loss ini bertujuan untuk mencari besarnya energi yang diperlukan agar mampu mengatasi kehilangan tersebut sehingga mampu mengalirkan air dengan jumlah yang diinginkan. Sehingga dibutuhkan pula perhitungan lengkap dengan memperhitungkan beda elevasi agar didapatkan head pompa yang kemudian dapat dicari besarnya daya pompa yang dibutuhkan. Selanjutnya setelah mendapatkan besarnya total head loss pada pipa transmisi dari A ke O, maka dapat dicari besarnya head pompa transmisi dengan menggunakan persamaan Bernoulli (persamaan 1). Di mana untuk Z A diasumsikan 0 dan untuk Z O adalah 41 m yang diperoleh dari pengukuran menggunakan autolevel sebesar 16 m dan ditambah dengan tinggi menara 25 m, kemudian untuk p A dan p O diasumsikan bernilai 0 karena tidak adanya tekanan yang bekerja, serta besarnya kecepatan aliran di sepanjang penampang diasumsikan seragam. Berdasarkan hal tersebut maka perhitungannya menjadi sebagai berikut: z A p A 0 0 V 2 A 2g V 2 A 2g 0 0 h P h P h P h P z O po m Dengan head pompa sebesar 55 m, maka dapat dicari besarnya energi yang dibutuhkan, yaitu menggunakan persamaan 1: P P P g h 1000 p Q V 2 O 2g 14 V 2 O 2g 14 h L 1000 x 9.8 x 55 x kw Besarnya daya yang dibutuhkan untuk mengatasi head tersebut adalah minimal kw. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pompa transmisi yang digunakan berdaya 22 kw. Ini berarti sudah cukup untuk mengalirkan air dari WTP hingga ke menara Fahutan. Diketahui pompa transmisi berkapasitas 22 kw dan menghasilkan debit 70 m 3 /jam, maka besarnya head pompa h adalah: p P ρ gh p Q x 9.8 x hp x h p x 9.8 x h p 115 m 49

26 Dengan memakai pompa berdaya 20 kw, maka pompa tersebut dapat mengatasi head loss yang terjadi hingga maksimal 115 m. Kemudian untuk memperkecil head loss yang terjadi pada jaringan pipa, yang dapat dilakukan adalah dengan mengganti dengan pipa yang baru, di mana permukaan dalam pipa masih halus atau koefisien gesekkannya kecil, atau bisa juga dengan meminimumkan jumlah belokkan pada jaringan pipa. 4.5 Kebocoran Pada Distribusi Air Di dalam pendistribusian air bersih dari menara air hingga ke keran-keran konsumen, tidak dapat dipungkiri lagi pasti terjadi kebocoran air. Kebocoran yang terjadi merupakan jenis kebocoran fisik. Kebocoran ini terjadi karena pipa yang bocor, yang disebabkan karena kondisi pipa yang sudah tua atau juga karena beberapa jenis tanah yang bersifat korosif terhadap pipa, sehingga mempercepat kerusakan pada pipa. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilaksanakan tanggal 31 Juli 2010, tingkat kebocoran air untuk jalur menara air Fahutan mencapai 88 hingga 90 liter/menit dalam satu harinya. Tabel 12. Hasil pengukuran debit kebocoran air pada jalur distribusi menara Fahutan No Waktu Volume Debit kebocoran (menit) Terbaca (m 3 ) (m 3 /jam) (liter/menit) Pengukuran ini dilakukan pada malam hari pukul 22.00, dengan asumsi tidak adanya pemakaian air di keran-keran konsumen pada jam tersebut. Sebelumnya menara air terlebih dahulu diisi dengan air dari WTP Cihideung dengan menutup keran utama distribusi ke gedung-gedung fakultas. Setelah air di menara dirasa cukup untuk dilakukan pengukuran, maka keran distribusi dibuka, agar mengalir melalui pipa-pipa distribusi ke gedung-gedung fakultas. Kemudian dilakukan pembacaan terhadap meteran air utama yang ada di menara air Fahutan, karena pengukuran dilakukan pada malam hari dengan asumsi tidak adanya pemakaian air di gedung-gedung fakultas, maka angka yang terbaca pada meteran air tersebut merupakan kebocoran air yang terjadi pada pipa jalur distribusi. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dengan masing-masing pengukuran selama lima menit. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 12. Dari data tersebut maka jumlah volume air bersih yang hilang karena kebocoran bisa mencapai 64.8 m 3 /hari (dalam satu hari terjadi dua belas jam pendistribusian air dari menara air Fahutan). Pemakaian air bersih rata-rata dalam sehari dari menara induk Fahutan bisa mencapai 1, m 3, dari angka tersebut maka tingkat kebocoran pada jalur distribusi menara Fahutan mencapai 6.05%. Angka ini tergolong kecil karena kurang dari 10%, namun meskipun kecil kebocoran ini tetap akan menimbulkan kerugian karena air bersih tersebut adalah air olahan yang untuk pengolahannya saja memerlukan biaya. Berarti kebocoran yang dibiarkan terus menerus sama saja pemborosan keuangan. Selain terjadi kebocoran fisik, sering terjadi pula air bersih yang terbuang percuma pada tampungan air yang terdapat di kandang ternak Fapet karena tidak adanya kesadaran pengurus kandang untuk mematikan keran air pada tampungan yang telah penuh. Sehingga hal ini juga dapat dihitung sebagai kehilangan atau kebocoran air administrasi, yaitu kebocoran air yang disebabkan pemakaian yang tidak sesuai peruntukkannya. 50

27 4.6 Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas Sistem pengolahan air bersih akan selalu terdiri dari tiga komponen penyusunnya, yaitu sistem produksi, sistem distribusi, dan juga manajemen kebutuhan. Ketiga komponen ini harus bekerja dengan baik agar tercapainya kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang diinginkan. Pada akhirnya kualitas, kuantitas, dan kontinuitas ini merupakan indikator baik atau buruknya suatu sistem pengolahan air bersih yang bertujuan melayani kebutuhan air konsumennya, yang dalam hal ini adalah seluruh civitas akademik IPB, baik itu dosen, mahasiswa, ataupun pegawainya. Kualitas air sungai sebagai bahan baku harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air sedangkan kualitas air bersih hasil olahan juga harus sesuai dengan Permenkes No. 416/Men. Kes/Per./IX/1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Berdasarkan hasil dari Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB, uji kualitas air baku maupun hasil olahan di IPB menunjukkan nilai yang masih memenuhi persyaratan, detail dari uji kualitas tersebut dapat dilihat pada bagian lampiran, yaitu Lampiran 3 hingga 8. Kuantitas air yang dibutuhkan oleh civitas akademik IPB Darmaga adalah 3, m 3 /hari. Ini didapatkan dari jumlah pemakaian air yang terdapat pada empat jalur distribusi, yaitu jalur perumdos sebesar 903 m 3 /hari, jalur asrama TPB m 3 /hari, jalur menara induk Fahutan 1, m 3 /hari dan jalur menara induk Fapet sebesar m 3 /hari. Bila dibandingkan dengan kemampuan memproduksi air bersih yang dimiliki oleh WTP di IPB yang sebesar 4, m 3 /hari dengan kebutuhannya, maka pelayanan kebutuhan air di IPB mencukupi. Kejadian sering tidak adanya air di beberapa gedung perkuliahan pada pada sore harinya, lebih disebabkan oleh faktor non-teknis. Seperti tertutupnya valve dari tampungan air yang ada di gedung, sehingga air tidak mengalir menuju kerankeran pemakaian. Kontinuitas yang dimaksudkan dalam hal ini adalah ketersediaan jumlah air yang dibutuhkan oleh pengguna atau konsumen setiap saat yang harus selalu tersedia (24 jam). Namun untuk saat ini hal tersebut belum dapat dipenuhi, karena masih adanya kebocoran pada jaringan pipa distribusi. Sehingga terkadang jam pelayanan air yang dimulai dari pukul , harus lebih awal dihentikan guna mengurangi jumlah air yang terbuang sia-sia dengan asumsi pada sore hari kegiatan pendidikan yang memerlukan air bersih sudah berkurang. Sehingga hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menambah jumlah tampungan air yang ada di masing-masing gedung, agar mememiliki cadangan air pada malam air walaupun WTP sudah tidak lagi mensuplai air ke menara induk. Selain itu bisa juga memanfaatkan air tanah dengan menggunakan pompa air pada masing-masing gedung, sehingga diharapkan setiap gedung dapat memenuhi kebutuhan airnya di malam hari ataupun saat suplai air dari WTP mengalami gangguan. 51

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI UMUM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kampus IPB Dramaga tidak bisa terlaksana tanpa adanya air bersih. Saat ini pemenuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai jalur pengiriman air dilakukan di sekitar Kampus IPB Darmaga. Penelitian selanjutnya mengenai kebutuhan air aktual kampus, dilakukan

Lebih terperinci

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP III. METODOLOGI 5.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat selama tiga bulan dari Agustus sampai Oktober 2010. 5.2 ALAT DAN BAHAN Alat-alat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga dan dilakukan dari bulan Juni hingga bulan Oktober 2010. 3. 2 Alat dan Bahan 3.2.

Lebih terperinci

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya. 5 3.2.1.3 Metode Pengumpulan Data Luas Atap Bangunan Kampus IPB Data luas atap bangunan yang dikeluarkan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti IPB digunakan untuk perhitungan. Sebagian lagi, data luas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Air Sumber Air Bersih Air Laut Air Atmosfir

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Air Sumber Air Bersih Air Laut Air Atmosfir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Air Air merupakan zat cair yang terdiri dari unsur H 2 dan O yang mempunyai banyak kegunaan dalam kehidupan manusia, merupakan unsur yang penting dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR DAN HEAD LOSS PADA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DARMAGA BOGOR SKRIPSI BUDI APRIYANTO F

ANALISIS KEBUTUHAN AIR DAN HEAD LOSS PADA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DARMAGA BOGOR SKRIPSI BUDI APRIYANTO F ANALISIS KEBUTUHAN AIR DAN HEAD LOSS PADA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DARMAGA BOGOR SKRIPSI BUDI APRIYANTO F14061266 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ANALYSIS OF

Lebih terperinci

EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA

EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup, karena selain dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup, juga dibutuhkan untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04 Yuniati, PhD KOMPONEN SPAM Materi yang akan dibahas : 1.Komponen SPAM 2.Air baku dan bangunan intake KOMPONEN SPAM Sumber air baku Pipa transimisi IPAM Reservoar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ketersediaan air dengan tingkat pemenuhan yang dapat ditelorir di daerah yang

BAB II LANDASAN TEORI. ketersediaan air dengan tingkat pemenuhan yang dapat ditelorir di daerah yang 4 BAB II LANDASAN TEORI Penyediaan air bersih di Desa Kanigoro Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang kemudian dapat berdampak pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Untuk itu diperlukan suatu instalasi pengolahan air

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Untuk itu diperlukan suatu instalasi pengolahan air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber energi yang terpenting di dunia ini adalah air. Ketersediaan air yang cukup secara kuantitas, kualitas, dan kontinuitas sangat penting untuk

Lebih terperinci

RESERVOIR 14. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

RESERVOIR 14. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 RESERVOIR 14 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEDIAAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH UNTUK KAMPUS DRAMAGA INSTITUT PERTANIAN BOGOR SKRIPSI SURYO ARIMURTI F

ANALISIS PENYEDIAAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH UNTUK KAMPUS DRAMAGA INSTITUT PERTANIAN BOGOR SKRIPSI SURYO ARIMURTI F ANALISIS PENYEDIAAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH UNTUK KAMPUS DRAMAGA INSTITUT PERTANIAN BOGOR SKRIPSI SURYO ARIMURTI F14062514 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 Supply and distribution

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur Hari/ Tgl Menara Fahutan No Jam Meteran terbaca Volume Ketinggian Air Di Air Menara Terpakai Keterangan (m 3 ) (m 3 ) (m 3 ) 1 6:00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti mencuci, dan mandi. Jenis air yang digunakan

Lebih terperinci

EVALUASI DEBIT AIR DAN DIAMETER PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN NELAYAN INDAH BELAWAN SEPTIAN PRATAMA

EVALUASI DEBIT AIR DAN DIAMETER PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN NELAYAN INDAH BELAWAN SEPTIAN PRATAMA EVALUASI DEBIT AIR DAN DIAMETER PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN NELAYAN INDAH BELAWAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Penaksiran Laju Aliran Air Ada beberapa metoda yang digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran air, di antaranya yang akan dibahas di sini, yaitu : a. Berdasarkan jumlah

Lebih terperinci

UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5

UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5 UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN JUDUL ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 2 L/det V.1. Umum Pelayanan air bersih di Kota Kendari diawali pada tahun 1928 (zaman Hindia

Lebih terperinci

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma,,2013

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR PENYEDIAAN AIR SEBAGAI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA Oleh : Mardayeli Danhas, ST, M. Si Staf Bidang Bina Teknik Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan dan Manfaat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan dan Manfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dipilih sebagai objek kajian mengingat badan usaha milik pemerintah daerah ini merupakan sebuah lembaga yang penting untuk dapat

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAYA POMPA SUPLAI AIR BERSIH, PERENCANAAN SEPTIK TANK DAN PERENCANAAN SALURAN DRAINASE AIR HUJAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL

PERHITUNGAN DAYA POMPA SUPLAI AIR BERSIH, PERENCANAAN SEPTIK TANK DAN PERENCANAAN SALURAN DRAINASE AIR HUJAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL PERHITUNGAN DAYA POMPA SUPLAI AIR BERSIH, PERENCANAAN SEPTIK TANK DAN PERENCANAAN SALURAN DRAINASE AIR HUJAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL LEOFANDY THEO DORUS GOSAL NRP : 9921004 Pembimbing : Maria Christine

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 INSTALASI PENGOLAHAN AIR Air merupakan salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan yang cukup besar dalam kehidupan,bagi manusia air berperan dalam pertanian, industri,

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK 29 4.1 Prosedur Start-Up IPAL Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC Start-up IPAL dilakukan pada saat IPAL baru selesai dibangun atau pada saat

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek pada saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

ABSTRAK. : SPAM Kampus, Sistem Pengaliran Kombinasi, Pompa, Menara Reservoir, WaterNet

ABSTRAK. : SPAM Kampus, Sistem Pengaliran Kombinasi, Pompa, Menara Reservoir, WaterNet ABSTRAK Kawasan Kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran di masa yang akan datang mengalami beberapa perubahan berupa tata letak kampus dan pengembangan fasilitas tambahan sesuai dengan Master Plan (2017-2026),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Air Bersih Sistem penyediaan air bersih adalah suatu sistem penyediaan atau pengeluaran air ke tempat-tempat yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran terhadap

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Perhitungan kadar Fe metode titrasi sederhana : Pagi, WIB : a. Kadar Fe lantai dasar : Fe = 1000

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Perhitungan kadar Fe metode titrasi sederhana : Pagi, WIB : a. Kadar Fe lantai dasar : Fe = 1000 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. KUALITAS AIR 1. Kadar besi (Fe) kamar mandi pria Besi V n tetes 0,1 ( mg l ) Perhitungan kadar Fe metode titrasi sederhana : Pagi, 08.00 WIB : 0,60 0,30 Siang, 12.30 WIB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu komponen yang paling dekat dengan manusia yang menjadi kebutuhan dasar bagi kualitas dan keberlanjutan kehidupan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BAKU DI PDAM NANGA PINOH KABUPATEN MELAWI

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BAKU DI PDAM NANGA PINOH KABUPATEN MELAWI GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BAKU DI PDAM NANGA PINOH KABUPATEN MELAWI Indri Sukma Dewi, Khayan dan Hajimi Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail: indridri@gmail.com Abstrak: Gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak terbesar di Indonesia. PT. CPI memperhatikan kebutuhan masyarakatyang tinggal di lingkungan PT.

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA RANOLAMBOT KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA RANOLAMBOT KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.6 Juni 2016 (357-366) ISSN: 2337-6732 PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA RANOLAMBOT KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA Dianty Elisa Umboh Eveline M.

Lebih terperinci

CV. BINTANG AIR SILAMPARI C O M P A N Y P R O F I L E

CV. BINTANG AIR SILAMPARI C O M P A N Y P R O F I L E CV. BINTANG AIR SILAMPARI C O M P A N Y P R O F I L E PENDAHULUAN PROFIL PERUSAHAAN VISI & MISI PRODUK UNGGULAN: WTP PRODUK UNGGULAN: RO Surat Izin Perdagangan ( SIUP ) Nomor : 503/SIUP.K/2701/KPPT/2012

Lebih terperinci

pada September 2006 terletak sekitar 3 km dari pusat ibu kota Aceh Utara, yaitu

pada September 2006 terletak sekitar 3 km dari pusat ibu kota Aceh Utara, yaitu BAB III LOKASI STUDI DAN KONDISI EKSISTING 3.1 Lokasi Studi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Meunasah Reudeup yang mulai beroperasi pada September 2006 terletak sekitar 3 km dari pusat ibu kota Aceh Utara,

Lebih terperinci

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS 8.1. Sistem Daur Ulang Di BTIK Magetan mempunyai dua unit IPAL yang masingmasing berkapasitas 300 m 3 /hari, jadi kapasitas total dua IPAL 600 m 3 /hari.

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG Laksmi Handayani, Taufik Anwar dan Bambang Prayitno Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail: laksmihandayani6@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENYEDIAAN AIR MINUM DI KOTA SANGGAU

PERENCANAAN PENYEDIAAN AIR MINUM DI KOTA SANGGAU PERENCANAAN PENYEDIAAN AIR MINUM DI KOTA SANGGAU Syarifah Melly Maulina 1) Abstrak Kota Sanggau merupakan kota yang berpotensi untuk berkembang yang memerlukan perbaikan sarana dan prasarana, antara lain

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA PILOLODAA KOTA GORONTALO

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA PILOLODAA KOTA GORONTALO PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA PILOLODAA KOTA GORONTALO Mohamad Oktora Yassin Lingkan Kawet, Fuad Halim, M. I. Jasin Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA SEA KOTA MANADO

ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA SEA KOTA MANADO ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA SEA KOTA MANADO Fandy Rayyan Dasir Fuad Halim, Lingkan Kawet, M. I. Jasin Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

Pendahuluan. Peningkatan jumlah penduduk Kebutuhan akan air bersih Kondisi IPAM yang kurang ideal Evaluasi IPAM

Pendahuluan. Peningkatan jumlah penduduk Kebutuhan akan air bersih Kondisi IPAM yang kurang ideal Evaluasi IPAM Tugas Akhir Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Minum Legundi unit 1 PDAM Gresik Stephanus Kristianto 3306100010 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

BAB III KONDISI EKSISTING SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH BAB III KONDISI EKSISTING SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH 3.1 Umum Keberadaan air bersih dalam jumlah yang mencukupi dan kualitas yang memenuhi adalah prioritas utama dalam memenuhi kebutuhan suatu komunitas.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran BAB IV Bab IV Hasil dan Analisis HASIL DAN ANALISIS 4.1. Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan suatu kombinasi dari berbagai sistem untuk

Lebih terperinci

Perancangan Unit Instalasi Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Perancangan Unit Instalasi Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-51 Perancangan Unit Instalasi Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Eko Ary Priambodo dan Hariwiko

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja Pompa Hidram Prinsip kerja hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI Perencanaan Sistem Suplai Air Baku 4.1 PERENCANAAN SALURAN PIPA Perencanaan saluran pipa yang dimaksud adalah perencanaan pipa dari pertemuan Sungai Cibeet dengan Saluran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitan ini adalah untuk mengidentifikasi pengelolaan air bersih pada instalasi pengolahan air (IPA) yang digunakan di kawasan Jababeka. 3.2.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH Ridwan Naway F. Halim, M. I. Jasin, L. Kawet Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi email: Ridwannaway@ymail.com ABSTRAK Kawasan Perumahan

Lebih terperinci

ANALISA POMPA AIR PADA GEDUNG BERTINGKAT

ANALISA POMPA AIR PADA GEDUNG BERTINGKAT ANALISA POMPA AIR PADA GEDUNG BERTINGKAT Nama : Aldian Sya Ban NPM : 20411550 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT. Latar Belakang 1. Perkembangan Kota

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya teknologi berdampak pada peningkatan penggunaan alat komunikasi. Masyarakat cenderung

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN)

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN) DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN) Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja, Tommy Jansen Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado

Lebih terperinci

Simulasi Proses Pengisian Bak Pengumpul PDAM dari Raw Water Intake dengan Kontrol PID

Simulasi Proses Pengisian Bak Pengumpul PDAM dari Raw Water Intake dengan Kontrol PID Simulasi Proses Pengisian Bak Pengumpul PDAM dari Raw Water Intake dengan Kontrol PID Tetti Novalina Manik 1), Nurma Sari 1) dan Nurul Aina 2) Abstrak: Sistem pengolahan air bersih terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Anjar P,RB Rakhmat 1) dan Karnaningroem,Nieke 2) Teknik Lingkungan, ITS e-mail: rakhmat_pratama88@yahoo.co 1),idnieke@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG Atang Sarbini, ST.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii ABSTRAK Suplai air bersih di Kota Tebing Tinggi dilayani oleh PDAM Tirta Bulian. Namun penambahan jumlah konsumen yang tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas jaringan, penyediaan dan pelayanan air

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK TUGAS 1 MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK 1. Feriska Yuanita (105100200111012) 2. Alifian Juantono Sahwal (105100213111003) 3. Nadia Sabila

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Universitas Mercu Buana Disusun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Penelitian Penelitian sling pump jenis kerucut variasi jumlah lilitan selang dengan menggunakan presentase pencelupan 80%, ketinggian pipa delivery 2 meter,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kampus IPB Darmaga merupakan salah satu dari lima kampus milik Institut Pertanian Bogor (IPB). Luas keseluruhan Kampus IPB Darmaga adalah 270

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA Priskila Perez Mosesa Liany A. Hendratta, Tiny Mananoma Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

-1- DOKUMEN STANDAR PERENCANAAN TEKNIS TERINCI

-1- DOKUMEN STANDAR PERENCANAAN TEKNIS TERINCI -1- LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR PERENCANAAN TEKNIS TERINCI A. STANDAR DOKUMEN

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN

BAB 3 METODA PENELITIAN BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1 Peralatan Yang Digunakan Penelitian dilakukan dengan menggunakan suatu reaktor berskala pilot plant. Reaktor ini mempunyai ukuran panjang 3,4 m, lebar 1,5 m, dan kedalaman air

Lebih terperinci

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II BAB II FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS 2.1 Tujuan Pengujian 1. Mengetahui pengaruh factor gesekan aliran dalam berbagai bagian pipa pada bilangan reynold tertentu. 2. Mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING PELAYANAN PDAM TIRTA DARMA AYU

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING PELAYANAN PDAM TIRTA DARMA AYU BAB II II.1 Profil PDAM Tirta Darma Ayu II.1.1 Sejarah PDAM Tirta Darma Ayu Bermula pada tahun 1932 dibangunlah sebuah instalasi pengolahan air di Kabupaten Indramayu dengan kapasitas 20 liter/detik dan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL 4.1 Kondisi perancangan Tahap awal perancangan sistem perpipaan air untuk penyiraman kebun vertikal yaitu menentukan kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrodinamika 2.1.1 Definisi Hidrodinamika Hidrodinamika merupakan salah satu cabang ilmu yang berhubungan dengan gerak liquid atau lebih dikhususkan pada gerak air. Skala

Lebih terperinci

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA disusun oleh : ERVANDO TOMMY AL-HANIF 21080113140081 FAKULTAS TEKNIK SEMARANG 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

Usulan Perbaikan Sistem Distribusi Air Bersih dengan Menggunakan Pressure Reducing Valve

Usulan Perbaikan Sistem Distribusi Air Bersih dengan Menggunakan Pressure Reducing Valve Usulan Perbaikan Sistem Distribusi Air Bersih dengan Menggunakan Pressure Reducing Valve untuk Mengatur Tekanan pada Bangunan Gedung X Tinggi 40 Lantai Miftahudin Teknik Mesin, Program Sarjana, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH PADA RUMAH SEWA 2 LANTAI DI JALAN HAJI WASID NO. 15 BANDUNG

ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH PADA RUMAH SEWA 2 LANTAI DI JALAN HAJI WASID NO. 15 BANDUNG ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH PADA RUMAH SEWA 2 LANTAI DI JALAN HAJI WASID NO. 15 BANDUNG PUNGKY ADI NUGRAHA NRP : 0821039 Pembimbing : Ir. Kanjalia Tjandrapuspa T., M.T. ABSTRAK Kota Bandung sebagai ibukota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Air merupakan kebutuhan vital makhluk hidup. Tanpa adanya air, metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak dapat berjalan dengan sempurna. Manusia membutuhkan air, terutama

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Misalkan sembarang persamaan fisik melibatkan k variabel seperti berikut. u 1 = f ( u 2, u 3,..., u k )

BAB II DASAR TEORI. Misalkan sembarang persamaan fisik melibatkan k variabel seperti berikut. u 1 = f ( u 2, u 3,..., u k ) BAB II DASAR TEORI 2.1 Analisis Dimensional Analisis dimensi adalah analisis dengan menggunakan parameter dimensi untuk menyelesaikan masalah masalah dalam mekanika fluida yang tidak dapat diselesaikan

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN REGULATOR PELAYANAN AIR MINUM DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA LAPORAN KUNJUNGAN KERJA PDAM TIRTA KHATULISTIWA KOTA PONTIANAK Oleh : Ir. Tano Baya Ir. Tatit Palgunadi Camelia Indah Murniwati, ST Bidang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU Pada jaringan distribusi air bersih pipa merupakan komponen yang paling utama, pipa berfungsi untuk mengalirkan sarana air dari suatu titik simpul ke titik simpul yang

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI PDAM GRESIK UNIT 4 (100 LITER/ DETIK)

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI PDAM GRESIK UNIT 4 (100 LITER/ DETIK) EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI PDAM GRESIK UNIT 4 (100 LITER/ DETIK) Putu Rasindra Dini 3306 100 033 Dosen Pembimbing Ir. Hari Wiko Indarjanto, MEng. 1 LATAR BELAKANG Jumlah penduduk

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON Brian Victori Langi Isri R. Mangangka, Sukarno Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email:

Lebih terperinci

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... ix Abstract...

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Dalam perancangan sistem instalasi penyediaan air bersih pada gedung Twin Building di UMY. Metode yang digunakan yaitu: a. Studi Literatur Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ground Tank Ground tank atau dalam bahasa Indonesia lebih sering disebut Tangki bawah tanah, merupakan salah satu bentuk bak penampungan air yang dibangun atau diletakkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Panduan Manual. Alat Peraga PLTMH Dengan Turbin Pelton. 1. Bagian Bagian Alat. Gambar 1.1 Bagian Alat. Keterangan gambar:

LAMPIRAN. Panduan Manual. Alat Peraga PLTMH Dengan Turbin Pelton. 1. Bagian Bagian Alat. Gambar 1.1 Bagian Alat. Keterangan gambar: LAMPIRAN Panduan Manual Alat Peraga PLTMH Dengan Turbin Pelton 1. Bagian Bagian Alat Gambar 1.1 Bagian Alat Keterangan gambar: 1. Turbin Pelton 2. Rumah Turbin 3. Bagian Display 4. Pompa Air 5. Sensor

Lebih terperinci

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran Beberapa waktu lalu sudah dibahas mengenai cara menghitung debit rencana untuk kepentingan perencanaan saluran drainase. Hasil perhitungan debit rencana bukan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES)

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES) BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES) 4.1 Pendahuluan Kerugian tekan (headloss) adalah salah satu kerugian yang tidak dapat dihindari pada suatu aliran fluida yang

Lebih terperinci

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan J. of Math. and Its Appl. ISSN: 189-605X Vol. 1, No. 1 004, 63 68 Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan Basuki Widodo Jurusan Matematika Institut

Lebih terperinci

PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I RP JARINGAN AIR BERSIH

PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I RP JARINGAN AIR BERSIH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I RP09-1303 Minggu ke - 8 JARINGAN AIR BERSIH Oleh: Rulli Pratiwi Setiawan, ST., M.Sc. 1 Materi Kuliah ua POKOK BAHASAN Pengelolaan dan penyediaan air bersih SUB POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI Fenny Nelwan E. M. Wuisan, L. Tanudjaja Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email: nelwanfenny@ymail.com ABSTRAK Air

Lebih terperinci

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-25 Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung Firga Yosefa dan Hariwiko Indarjanto

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG ABSTRAK

STUDI PERENCANAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG ABSTRAK STUDI PERENCANAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG Bastyo Tafano, Eko Noerhayati, Azizah Rachmawati Email: tyotafa@ymail.com ABSTRAK Kecamatan Ngunut merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. Sebelum melakukan pengujian pada sistem Bottle Filler secara keseluruhan, dilakukan beberapa tahapan antara lain :

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. Sebelum melakukan pengujian pada sistem Bottle Filler secara keseluruhan, dilakukan beberapa tahapan antara lain : BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisis pada alat Bottle Filter yang berbasis mikrokontroler. Tujuan dari pengujian adalah untuk mengetahui apakah alat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan suatu bahan pokok yang sangat diperlukan oleh setiap mahluk hidup yang ada di bumi. Keberadaan sumber air bersih pada suatu daerah sangat mempengaruhi

Lebih terperinci