BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Ridwan Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Perceived Threat Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia mengelompokkan diri berdasarkan kategori tertentu, seperti suku, agama, paham politik, asal daerah, dsb. Pengelompokan secara natural menciptakan perspsi adanya ingroup (orangorang yang dianggap sebagai bagian dari kelompok) dan outgroup (orang-orang yang dianggap sebagai bukan anggota kelompok). Sebagai contoh, dalam kelompok Islam, hanya individu yang beragama Islam yang dianggap anggota, individu dari agama lain bukan dianggap anggota). Pengelompokan ini akan membentuk identitas individu yang ada di dalamnya (Stephen, Ybarra, & Kimberly, 2009). Kelompok merupakan sumber identitas bagi individu, oleh karena itu kelompok menjadi hal yang sangat penting bagi individu dan harus dijaga. Pada situasi dan kondisi tertentu, anggota suatu kelompok dapat merasakan keberadaan kelompok lain dapat memberikan kerugian bagi kelompoknya, hal ini disebut sebagai persepsi ancaman, yaitu pengalaman subjektif anggota-anggota suatu kelompok (ingroup) bahwa kelompok lain (outgroup) berada pada posisi yang dapat menyebabkan hal negatif terhadap kelompoknya (stephan, Ybbara, & Morrison, 2008). Menurut Stephan, ada dua tipe ancaman, yaitu (1)ancaman realistik dan (2)simbolik (Stephan & Stephan, 2000). Ancaman simbolik adalah ancaman terhadap kekuatan, sumber daya, 8
2 kesejahteraan kelompok. Ancaman realistik adalah ancaman yang konsekuensinya bersifat nyata dan langsung. Contoh dari kedua bentuk ancaman dapat dilihat dari insiden pembakaran mesjib di Papua (Nuroyono, Pembakaran mesjid di Papua, ini hasil penulusuran komnas HAM, 2015). Dalam kasus ini, bagi umat Islam di Indonesia, insiden pembakaran masjid di Papua merupakan tindakan yang dirasakan sebagai ancaman realistik, karena menimbulkan kerugian fisik dan materi yang nyata. Sedangkan bagi umat yang menjadi pelaku pembakaran tindakan pembakaran dipicu oleh ancaman yang bersifat simbolik, yaitu penggunaan pengeras suara di masjid tersebut ketika umat masjid tersebut melaksanak kegiatan ibadah. Penggunaan pengeras suara tersebut bisa saja dipandang sebagai tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh umat yang melakukan pembakaran. Menurut Stephan dan Mealy (2011) ancaman simbolik yang mereka maksudkan termasuk juga di dalamnya adalah ancaman-ancaman seperti ancaman terhadap group distinctiveness (ancaman bahwa suatu kelompok tidak berbeda dengan kelompok lain), threat towards ingroup values (ancaman bahwa nilainilai kelompok dianggap tidak bermoral; Wohl & Branscombe, 2005), atau relative status (ancaman bahwa ingroup kalah dengan outgroup dalam hal kompetensi, pengetahuan, atau sumber daya; Ellemers, Kortekaas & Ouwerkerk, 1999). Di Indonesia bentuk-bentuk ancaman yang telah dijelaskan sebelumnya juga muncul. Ancaman group distinctiveness dan ancaman terhadap nilai-nilai kelompok muncul ketika umat Islam menghadapi aliran-aliran yang dianggap 9
3 sesat oleh umat Islam. misalnya kasus Ahmadiyah yang dianggap oleh umat Islam mengaku-ngaku agama Islam tapi telah mengobok-ngobok prinsip Islam (Akbar, 2011). Ahmadiyah yang menyatakan dirinya Islam dianggap ancaman oleh mayoritas umat Islam Indonesia karena nila-nilai yang dianut jemaat Ahmadiyah dianggap berbeda oleh kebanyakan umat Islam di Indonesia. Pada kasus juga disampaikan bahwa Ahmadiyah bukan urusan kebebasan beragama, tapi penodaan agama. 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Ancaman pada Kelompok Fenomena persepsi ancaman yang dirasakan oleh anggota suatu kelompok adalah hal kompleks. Berbagai aspek yang ada dalam hubungan antar kelompok memberikan pengaruh terhadap persepsi ancaman yang dirasakan oleh anggota kelompok, aspek-aspek tersebut adalah: 1) Kelompok dengan kekuatan yang besar cenderung lebih mudah bereaksi terhadap ancaman (Stephen Walter G., Ybarra O, Morrison K) 2) Kelompok yang memiliki kekuatan seimbang juga memiliki persepsi ancaman yang tinggi, karena kekuatan yang seimbang justru membuat antar kelompok menjadi saingan (Esses, Dovidio, Jackson, & Armstrong, 2001) 3) Pengalaman kelompok akan konflik (Shamir & Sagiv-Schifter, 2006; Stephan et al., 2002) 4) Jumlah anggota kelompok (Campbell, 2006; Corneille, Yzerbyt, Rogier, & Buidin,2001; McLaren, 2003; Quillian, 1995; Schaller & Abeysinghe, 2006). Kelompok minoritas akan mudah merasa terancam karena jumlah anggota nya yang sedikit sehingga mudah untuk dikalahkan oleh kelompok mayoritas. 10
4 2. Dampak Persepsi Ancaman Seperti yang telah dijelaskan di atas, berbagai bentuk ancaman terhadap kelompok muncul di Indonesia. Kecintaan anggota kelompok Islam menimbulkan berbagai persepsi ancaman terhadap kelompok. Masalahnya adalah, ancaman yang dipersepsikan oleh anggota kelompok terhadap kleompoknya belum tentu akurat. Dampak buruk terhadap kelompok belum tentu benar-bernar terjadi. Namun efek buruk dari persepsi ancaman adalah hal yang nyata. Persepsi ancaman dapat merubah sikap anggota kelompok terhadap kelompok lain (Stephan & Stephan, 2000) dan sikap dapat mewujud kedalam kognitif, afektif, dan perilaku. a. Kognitif Respon kognitif dari anggota kelompok dapat merubah persepsi ingroup terhadap outgroup (Quist & Resendez, 2003). Hal ini dapat mengarah kepada ethnocentrism, intolerance, hatred, dan dehumanization terhadap outgroup (Shamir & Sagiv-Schifter, 2006; Skitka, Bauman, & Mullen, 2004). Efek dari bias kognitif ini adalah lebih mudahnya anggota kelompok melakukan kekerasan dan mudah memberikan lebel terhadap kelompok lain (Stephen Walter G., Ybarra O, Morrison K, 2009). Di Indonesia sendiri, berbagai kasus yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa bias kognitif telah muncul di berbagai kasus. Dengan adanya persepsi ancaman yang dirasakan oleh anggota kelompok telah mendorong terjadinya bias kognitif yang berujung kepada kebencian, tidak toleransi. 11
5 Sehingga mempermudah terjadinya tindak kekerasan terhadap anggota kelompok lain atas nama membela kelompok. b. Afektif Persepsi ancaman dapat memunculkan berbagai emosi negative, seperti: takut, cemas, marah, kebencian. (Stephan, Renfro, & Davis, 2008; Renfro et al., 2006), kerentanan (MacLeod & Hagan, 1992), dan berbagai emosi negative lain seperti rasa malu, helplessness, putus asa, panik. Hal ini sesuai dengan kasus yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa anggapan-anggapan bahwa agama lain sedang menghina nilai-nilai Islam, dan berbagai bentuk persepsi ancaman lain dapat menimbulkan rasa takut, cemas, benci, rentan pada umat Islam. c. Perilaku Efek dari persepsi ancaman terhadap perilaku anggota kelompok dapat berupa penarikan diri, menyerah, pembenaran terhadap kekerasan (langsung ataupun tidak langsung), diskriminasi, berbohong, curang, mencuri, menganggu, balas dendam, sabotase, protes, meyerang, perang, dan berbagai perilaku lain yang dapat memicu konflik (Stephen Walter G., Ybarra O, Morrison K, 2009). Sesuai dengan kasus pembakaran masjid yang terjadi di Papua yang telah dijelaskan sebelumnya, pembakaran masjid diawali oleh tuntutan untuk tidak beribadah dengan menggunakan pengeras suara yang tidak dipenuhi oleh kelompok Islam, yang berakhir dengan penyerangan dan pembakaran masjid. Umat Kristen mempersepsikan tuntutan yang tidak dipenuhi tersebut sebagai sebuah bentuk ancaman, tidak dihargainya nilai yang mereka anut. Persepsi ancaman ini mewujud ke dalam bentuk perilaku, yaitu menyerang. 12
6 B. Identitas Sosial 1. Definisi Tajfel menjelaskan Identitas sosial dalam (Utami, 2013) adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan kelompok tersebut. Hogg dan Abrams dalam (Maukar, 2013) identitas sosial adalah pengetahuan seseorang bahwa ia milik suatu lingkungan sosial atau kelompok. Identitas sosial sangat penting bagi individu, karena memberikan banyak keuntungan. Crocker dan Luhtanen menjelaskan keuntungan identitas sosial dalam (stephan, Ybbara, & Morrison, 2008) adalah penerimaan, dukungan sosial, peran, peraturan, norma, nilai, dan keyakinan untuk mengarahkan perilaku. Kelompok juga menyediakan arti bagi hidup kita dengan meningkatkan selfesteem individu, meningkatkan sense of distinctiveness kita dari orang lain (Turner, 1987), dan membuat kita yakin tentang dunia sosial dan tempat kita di dalamnya (Abraham & Hogg, 1988). Dari berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan karena ada begitu banyak keuntungan yang diberikan oleh identitas sosial, menjadikan individu takut akan kehancuran kelompok mereka sebagaimana mereka takut akan kehancuran mereka sendiri. Sebagai contoh ketika terjadi reaksi menentang film anti Islam di Pakistan. Ketika umat Islam di Pakistan merasa agamanya dihina, maka umat Islam di Pakistan turun ke jalan untuk melakukan unjuk rasa, bahkan pemerintah Pakistan mengadakan hari libur nasional guna memberikan 13
7 kesempatan kepada warganya untuk melakukan unjuk rasa (BBC, 2012). Menurut penjelasan di atas, umat Islam Pakistan akan membela agamanya karena agamanya adalah hal yang sangat penting baginya, sehingga mereka tidak akan membiarkan agamanya direndahkan. Sehingga dapat dilihat bahwa segala membentuk ancaman terhadap eksistensi kelompok akan mengancam semua individu yang berada di kelompok tersebut. Jadi ancaman terhadap identitas dapat mengarahkan individu pada perilaku-perilaku melindungi identitas, termasuk dengan upaya yang ekstrim. Sehingga anggota kelompok akan melakukan apapun untuk melindungi kelompoknya termasuk menyerang kelompok lain. 3. Aspek-aspek Identitas Sosial Menurut Deaux (2001) identitas sosial memiliki beberapa aspek: a. Aspek kognitif Aspek kognitif pada identitas sosial sangat luas dan bervariasi. Dapat berupa trait, sikap politik dan ingatan yang berhubungan dengan identitas. Sebagai contoh, seorang muslim yang baik adalah orang yang tidak hanya sekedar shalat atau berpuasa, melainkan ikut berjuang menegakkan ajaran agamanya. b. Aspek Emosional dan Motivasional Emosi kita juga dapat berhubungan dengan identitas sosial kita. Misalnya seorang muslim itu penyabar, bersahabat. Kelompok tertentu memiliki kriteria sifat tertentu. Sedangkan motivasi terbagi tiga. Pertama, motivasi sebagai kontribusi terhadap self definition atau self esteem, membuat individu merasa lebih baik. Contohnya, seorang individu merasa esteemnya meningat setelah 14
8 menjadi anggota sebuah organisasi Islam. Kedua, identititas sosial mempermudah hubungan kita dengan orang yang sama dengan kita. Contoh: Dengan mengindifikasi diri kita seorang muslim, kita akan lebih mudah berhubungan dengan muslim lain. Ketiga, membedakan diri individu yang satu dengan individu yang lain dari kelompok lain. Dengan membedakan diri dengan dengan kelompok lain, individu lebih dapat menonjolkan kelompoknya pada masyarakat. Contohnya organisasi Islam yang menggunakan atribut tertentu agar dapat dikenali bahwa indovidu tersebut merupakan anggota dari kelompok Islam tertentu. c. Aspek Perilaku Identitas sosial individu juga berhubungan dengan perilakunya terutama dengan orang diluar kelompoknya. Individu akan melakukan perilaku yang ditujukan untuk menguntungkan kelompoknya dan tidak menguntungkan bagi kelompok lain. Individu yang memiliki identitas kelompok yang tinggi akan lebih melakukan perilaku-perilaku yang mendukung kelompoknya. C. Islam Radikal Menurut Sheri Berman (2003) dalam Islamism, revolution, and civil society, Islamisme, adalah paham yang menganggap seluruh aspek kehidupan harus diatur berdasarkan ajaran Islam. Penganut paham ini ingin menguasai kepemimpinan, dan ingin merubah komunitas tempat hidupnya secara revolusioner. Penganut paham ini menyatakan dengan jelas bahwa perubahan yang mendasar pada komunitas tempat mereka tinggal adalah tujuan mereka. Paham ini menjadi kekuatan yang besar terutama di Negara-negara Arab yang 15
9 kurang stabil secara ekonomi, politik dan/atau sosial. Gerakan Islamisme muncul sebagai dampak akumulasi dari keluhan sosial, ketidakpuasan dan kesenjangan antara pemerintah dan rakyat. Sebagaimana penjelasan Berman bahwa Islamisme muncul di Negara yang sedang kacau dan lemah. Berman memberikan contoh Mesir. Mesir dalam keadaan politik yang buruk, sehingga Mesir sedang berada di posisi yang lemah, sehingga gerakan islamisme muncul di Mesir. Tidak semua negara di negara Arab gerakan Islamisme muncul. Contohnya Uni Emirat Arab, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pencapaian pertumbuhan ekonomi Arab Saudi akan meningkat di atas empat persen pada 2014 dan 2015 (Puspaningtyas, 2014). Sehingga menurut penjelasan Berman Islamisme tidak akan muncul di Arab Saudi, karena Islamisme sama sekali tidak dibutuhkan di sana. Apabila merujuk pada Berman, maka potensi islamisme untuk berkembang di Indonesia cukup besar karena adanya berbagai ketidak puasan terhadap pemerintah. Sebagai contoh berdasarkan Lingkaran survey Indonesia hanya 31,4 persen masyarakat yang merasa puas dengan pelaksaan reformasi, sejak tahun 2008 sampai 2013 jumlah kepuasan publik terus menurun hingga 14 %. (Umi, 2013). Kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap hukum juga rendah. Peneliti LSI, Dewi Arum menyatakan pada survey tahun 2013, jumlah masyarakat yang tidak puas terhadap hukum Indonesia sebesar 56%, 29% menyatakan puas dan 14,2% tidak menjawab, (Damarwati, 2013). Dari sisi ekonomi, survey pada tahun 2011 menyatakan bahwa 35,7% masyarakat Indonesia menyatakan kondisi 16
10 ekonomi semakin memburuk (Ina, 2011). Dari berbagai hasil survey tersebut dapat disimpulakan bahwa kepuasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintah adalah rendah. Islamisme muncul dan dianggap oleh sebagian orang Islam di Indonesia sebagai satu-satunya keluar dari permasalahan ini. Segala konflik seperti ketidak adilan, kesenjangan ekonomi dan sebagainya dapat diselesaikan melalui jalan pelaksanaan hukum Islam secara mutlak di Indonesia. Gerakan Islamisme sudah terlihat di Indonesia. Salah satunya adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). HTI menerbitkan buku yang berjudul Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia. Dalam buku tersebut, HTI menjelaskan bahwa persoalan-persoalan yang terjadi di Indonesia seperti kemiskinan, kebodohan, korupsi, kedzaliman, ketidakadilan dsb, berpangkal dari tidak tegaknya hukum Islam di Indonesia. Sistem sekuler yang menguasai Indonesia selama lebih dari 6 dekade, dianggap gagal untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di Indonesia. Sehingga dibutuhkan negara dengan sistem hukum Islam yang diharapkan akan memberikan kebaikan dan kemajuan. Dikarenakan penegakan hukum Islam sedemikian penting, setiap umat Islam wajib untuk menegakkan agamanya. Hizbut Tahrir sama sekali tidak menggunakan cara-cara yang kompromis atau langkah-langkah penyesuaian diri dalam penegakan hukum Islam. meskipun demikian HTI juga tidak menggunakan kekerasan fisik dalam perjuangannya. Contoh lainnya adalah Front Pembela Islam (FPI). FPI dikenal sering terlibat dalam berbagai aksi kekerasan fisik di Indonesia. Ketua umum FPI Muhammad Rizieq Shihab di situs Youtube dengan jelas mengatakan bahwa 17
11 hukum Islam lebih tinggi posisinya dibandingkan konstitusi Negara, Hukum Islam tidak boleh dikalahkan oleh hukum manusia, dan umat Islam tidak boleh mengalah dan menyerah dalam urusan prinsip ini. (Arsyad, 2015). Ada berbagai istilah yang dapat merujuk kepada Islamisme, salah satunya fundamentalisme. Istilah islamisme dapat disamakan dengan istilah fundamentalisme, yaitu sebuah gerakan sosial dan keagamaan yang mengajak umat Islam kembali kepada kemurnian etika dengan cara mengintegrasikannya secara positif (dengan doktrin agama), kembali kepada keseimbangan hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan kepribadiannya sendiri (Yusril Mahendra dalam Fenomena Sosial Fundamentalisme Islam). Dari definisi tersebut, gerakan-gerakan Islamisme yang telah disampaikan sebelumnya juga merupakan gerakan fundamentalisme. Ada tujuh ciri fundamentalisme (Farid Essack dalam Fenomena Sosial Fundamentalisme Islam), yaitu: berkomitmen pada praktik keagamaan yang ketat, berkomitmen mentaati teks, memiliki pandangan ahistoris bahwa Islam mampu menjawab semua persoalan umat manusia secara permanen, berkeyakinan akan perlunya penerapan syari at sebagai yang diyakini fundamentalis telah dipraktikkan dalam era Nabi Muhammad SAW di Madinah, berkomitmen untuk menegakkan Negara Islam dengan kedaulatan di tangan tuhan, permusuhan dengan semua yang menentang fundamentalis dengan menyebut mereka sebagai orang yang telah memiliki kesesatan dari pada kebenaran, penyangkalan terhadap kebaikan apapun dalam sesuatu yang non Islam. 18
BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Penduduk muslimnya berjumlah 209.120.000 orang atau 13% dari jumlah penduduk Muslim
Lebih terperinciBab II. Kajian Pustaka. Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam
Bab II Kajian Pustaka 2.1. Identitas Sosial Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial dan konflik antar kelompok.
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa
REKONSTRUKSI DATA B. NO Analisa Analisa dan koding tematik Perceive threat Adanya ketidakadilan terhadap pelebelan terorisme yang dirasakan umat Islam FGD.B..8 FGD.B..04 FGD.B.. FGD.B..79 FGD.B..989 Umat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Social Identity 1. Definisi Teori social identity (identitas sosial) dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial
Lebih terperinciMuhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI
Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Rusuh Ambon 11 September lalu merupakan salah satu bukti gagalnya sistem sekuler kapitalisme melindungi umat Islam dan melakukan integrasi sosial. Lantas bila khilafah
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperinciWAJAH ISLAM YANG SEBENARNYA
WAJAH ISLAM YANG SEBENARNYA Pada 11 September 2001, saya melihat wajah Islam yang sebenarnya. Saya melihat kegembiraan di wajah bangsa kami karena ada begitu banyak orang kafir yang dibantai dengan mudahnya...saya
Lebih terperinciGrafik 1: Transmisi Pengetahuan Agama 9.6. Grafik 2: Bertetangga dengan orang yang berbeda Suku dan Agama
Grafik 1: Transmisi Pengetahuan Agama Orang tua/keluarga 68.1 Pendidikan di sekolah 9.6 Majelis-majelis agama/ pengajian/ kebaktian 19 Tidak tahu/menjawab 3.3 Grafik 2: Bertetangga dengan orang yang berbeda
Lebih terperinciSYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI
l Edisi 003, Agustus 2011 SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI P r o j e c t i t a i g k a a n D Saiful Mujani Edisi 003, Agustus 2011 1 Edisi 003, Agustus 2011 Syariat Islam dan Keterbatasan Demokrasi
Lebih terperinciDawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis
http://www.sinarharapan.co/news/read/31850/dawam-rahardjo-saya-muslim-dan-saya-pluralis- Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis 03 February 2014 Ruhut Ambarita Politik dibaca: 279 Dawam Rahardjo.
Lebih terperinciMemutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin
Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan
Lebih terperinciKERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA KELOMPOK 4 ANANDA MUCHAMMAD D N AULIA ARIENDA HENY FITRIANI
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA KELOMPOK 4 ANANDA MUCHAMMAD D N AULIA ARIENDA HENY FITRIANI PENDAHULUAN Nilai moral agama bagi bangsa Indonesia adalah segala sesuatu atau ketentuan yang mengandung petunjuk
Lebih terperinciMuhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI
Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Survei syariah terbaru yang diselenggarakan SEM Institute menunjukkan mayoritas rakyat Indonesia (72 persen) menginginkan tegaknya syariah hingga level negara. Ini mengkonfirmasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Normative Social Influence 2.1.1 Definisi Normative Social Influence Pada awalnya, Solomon Asch (1952, dalam Hogg & Vaughan, 2005) meyakini bahwa konformitas merefleksikan sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harmoni kehidupan umat beragama di Indonesia. 1. Syiah di Sampang pada tahun 2012 yang lalu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tanggal 30 Mei 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapatkan penghargaan World Statesman Award dari Appeal of Conscience Foundation yang berkedudukan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perasaan cemas dan tidak nyaman ini dapat dirasakan baik oleh kelompok mayoritas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intergroup anxiety adalah perasaan cemas dan tidak nyaman yang mungkin dirasakan seseorang ketika berinteraksi dengan kelompok outgroupnya (Stephan, 2014). Perasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. kelompok berdasarkan atribut khas seperti ras, kesukubangsaan, agama, atau
BAB V PEMBAHASAN A. Bentuk - bentuk Diskriminasi yang Dialami Penghayat Kapribaden di Dusun Kalianyar Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan yang tidak adil dan tidak seimbang yang dilakukan untuk membedakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. menolak Islamophobia karena adanya citra buruk yang ditimbulkan oleh hard
BAB V KESIMPULAN Riset ini membahas salah satu isu yang berkaitan dengan fenomena Islamophobia yang berkembang di Amerika Serikat pasca 9/11 dikarenakan kebijakan hard diplomacy George W.Bush dan motivasi
Lebih terperinciMAKALAH. Hate Speech: Ancaman terhadap Kebhinnekaan dan Demokrasi
WORKSHOP DAN SEMINAR HAM UNTUK TENAGA PENDIDIK AKPOL Negara, Radikalisme dan Tantangan Kepolisian untuk Perlindungan Kebebasan Agama dan Berkeyakinan Di Indonesia Hotel Santika Premiere Semarang, 15 17
Lebih terperinciSaat ini ia adalah Perwakilan Media Muslimah Hizbut Tahrir Inggris di samping sebagai seorang istri dan seorang ibu dari dua orang anak.
{mosimage} Dr. Nazreen Nawaz (Media Representatif Muslimah Hizbut Tahrir Inggris) Terlibat dalam dakwah untuk mendirikan Khilafah bukanlah sebatas pilihan bagi orang yang memiliki waktu, tapi kewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam suatu kelompok kerja (Dale, dalam Widyatmini dan Izzati, 1995). Selain
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan kesatuan proses perencanaan mulai dari penyusunan, pengembangan dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubungan kerja dari orangorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari gambaran demografi bahwa terdapat 726 suku bangsa dengan 116 bahasa daerah dan terdapat 6 (enam) jenis agama.(koran Tempo,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama adalah penghubung antara manusia dengan Tuhan. Setiap manusia berhak menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1945
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga
Lebih terperinciIDEOLOGI GERAKAN ISLAM KONTEMPORER. Fundamentalisme, Islamisme, Salafisme, dan Jihadisme
IDEOLOGI GERAKAN ISLAM KONTEMPORER Fundamentalisme, Islamisme, Salafisme, dan Jihadisme Pengantar Istilah-istilah yang muncul terkait dengan faham dan gerakan Islam kontemporer kebanyakan dari hasil kajian
Lebih terperinciPERTEMUAN 15 KONFLIK
PERTEMUAN 15 KONFLIK UNTUK DAPAT MENGELOLA KONFLIK KITA PERLU MENGETAHUI: Dalam berinteraksi dengan orang lain kita tidak dapat menghindar dari terjadinya konflik, untuk itu kemampuan mengelola konflik
Lebih terperinciHak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015
Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) menyebut istilah basic human rights (hak-hak asasi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan yang digambarkan dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pengukuhan PAI sebagai bagian dari mata kuliah yang harus
Lebih terperinciAneh jika ada orang yang mengaku Muslim tapi takut terhadap penerapan syariah.
Aneh jika ada orang yang mengaku Muslim tapi takut terhadap penerapan syariah. Perubahan adalah sebuah keniscayaan. Tak ada masyarakat yang statis. Masyarakat selalu dinamis. Ketika mereka menghadapi kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup di hari-hari ini semakin rentan dengan stres, mahasiswa sudah masuk dalam tahap persaingan yang sangat ketat, hanya yang siap mampu menjawab kemajuan teknologi
Lebih terperinciPengalaman dan Perjuangan Perempuan Minoritas Agama Menghadapi Kekerasan dan Diskriminasi Atas Nama Agama
Laporan Pelapor Khusus Komnas Perempuan Tentang Kekerasan dan Diskriminasi terhadap Perempuan dalam Konteks Pelanggaran Hak Konstitusional Kebebasan Beragama Pengalaman dan Perjuangan Perempuan Minoritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada yang halus dan juga ada yang kasar, ada yang berterus terang dan ada juga yang
Lebih terperinciPedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan
Lebih terperinciKONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar)
KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar) Rasuki I Sumenep sebagai salah satu Kabupaten paling timur diujung Madura, dengan mayoritas penduduk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PRASANGKA 1. Definisi Prasangka Prasangka merupakan sedikit dari banyaknya masalah yang harus dihadapi manusia. Ketika sekelompok orang berseteru, memicu berbagai tindakan agresif,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti memilih teori Identitas Sosial dari Henry Tajfel, karena menurut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Peneliti memilih teori Identitas Sosial dari Henry Tajfel, karena menurut peneliti teori Identitas Sosial yang dikemukakan oleh Henry Tajfel sesuai dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. PERSEPSI ANCAMAN 1. Definisi Persepsi ancaman adalah sebuah sebuah keadaan dimana individu mempersepsikan sebuah situasi sebagai situasi yang negatif dan merasakan perlunya melindungi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya, agama, serta aliran kepercayaan menempatkan Indonesia sebagai negara besar di dunia dengan
Lebih terperinciSISTEM PENANGANAN DINI KONFLIK SOSIAL DENGAN NUANSA AGAMA
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris Vol. 2., No. 1., 2016. Hal. 57-65 JIPP Non-Empiris SISTEM PENANGANAN DINI KONFLIK SOSIAL DENGAN NUANSA AGAMA a Subhan El Hafiz Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan
Lebih terperinciIndonesia akan menyelenggarakan pilpres setelah sebelumnya pilleg. Akankah ada perubahan di Indonesia?
{mosimage} Hafidz Abdurrahman Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Tak lama lagi, rakyat Indonesia akan kembali berpesta dalam demokrasi. Setelah beberapa waktu lalu diminta memilih wakil rakyat, kini rakyat
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. Bahwa setiap manusia,
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperinciSurvei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia
Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia Jakarta, 7 Agustus 2006 METHODOLOGI Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis.
BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN A. Keharusan Saling Mengenal Di sini akan dijelaskan tentang persamaan dan perbedaan pemikiran pluralisme agama dalam Islam dan pluralisme agama menurut Alwi Shihab, meliputi:
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VI/2008
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VI/2008 I. PEMOHON Nama pekerjaan Alamat : Suryani : Buruh sesuai dengan KTP : Serang Propinsi Banten II. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI : Pemohon dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 29 Ayat (2) disebutkan, bahwa Negara menjamin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama berfungsi sangat penting dalam kehidupan manusia, baik manusia pribadi, maupun manusia sebagai penduduk suatu Negara. Secara konstitutif, jaminan kebebasan kehidupan
Lebih terperinciKapitalisme adalah ideologi yang cacat dan terbukti gagal membawa kebahagiaan bagi manusia di muka bumi ini.
Kapitalisme adalah ideologi yang cacat dan terbukti gagal membawa kebahagiaan bagi manusia di muka bumi ini. Mungkin hanya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang menentang kedatangan Presiden Barack Obama
Lebih terperinciIslam dalam Tatanan Kehidupan Bermasyarakat
Islam dalam Tatanan Kehidupan Bermasyarakat Kampungmuslim.org Di dalam al-quran, Adam adalah nama dari Nabi Adam [as]. Namun Adam juga digunakan al-quran untuk menyebut umat manusia. Atau manusia sebagai
Lebih terperinciMEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel
MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel Dasar Filosofis Rukun: Orang Indonesia (khususnya Orang Jawa) selalu mengedepankan
Lebih terperinciMengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel?
Hafidz Abdurrahman Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Inggris melakukan berbagai upaya untuk mendudukkan Yahudi di Palestina namun selalu gagal. Tapi setelah khilafah runtuh dan ruh jihad mati barulah negara
Lebih terperinciSikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa
Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat Oleh : Suzanalisa ABSTRAK Tindak pidana kekerasan premanisme yang sangat lekat dengan pelanggaran hukum
Lebih terperinciREKAPITULASI PROGRAM SEMESTER September' No Uraian Kegiatan Jml. Minggu
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Purworejo : VII (Tujuh) : I (Satu) Tahun Pelajaran : 01 / 013 1 Juli'11 Waktu Agustus'11 5 1 Menunjukan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku 1 3 September'11
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,
Lebih terperinciKISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Nomor Soal. Kelas VII Norma 1. Konstitusi dan Proklamasi. Hak Asasi Manusia 6
KISI KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Nama Madrasah: MTsN 1 Kota Serang Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas : IX Kurikulum : KTSP/2006 No Standar Kompetensi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Karen Amstrong dalam bukunya yang berjudul Sejarah Tuhan (2001), menjelaskan bahwa pada mulanya manusia memunculkan satu Tuhan yang merupakan penyebab pertama bagi segala sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu proses perubahan pada pembentuk sikap, kepribadian dan keterampilan manusia untuk menghadapi masa depan. Dalam proses pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga dalam menjalani interaksinya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia merupakan mahluk sosial yang hidup dalam situasi lingkungan sosial. Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan mengenai kesejahteraan subjektif pria dengan orientasi seksual sejenis, didapatkan kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beberapa macam suku, adat istiadat, dan juga agama. Kemajemukan bangsa Indonesia ini secara positif dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu konflik/masalah (Nashori, 2008). Sebagian orang mungkin ada yang merasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan orang lain, disaat berinteraksi dengan orang lain tidak menutup kemungkinan akan terjadinya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama
Lebih terperinciKONSEP TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA
KONSEP TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA Abu Bakar UIN Sultan Syarif Kasim Riau jambuair58@gmail.com Abstrak Toleransi merupakan suatu sikap atau perilaku manusia yang mengikuti aturan, di mana seseorang
Lebih terperinciC. RINCIAN WAKTU. Alokasi
Tahun Pelajaran 10/11 Tahun Pelajaran 10/11 Hari Pertama Masuk Sekolah Libur Awal Puasa Ujian Tengah Semester Ulangan Akhir Semester Juli Agust. Sept. Okt. p. SK/KD Waktu 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,
Lebih terperinciMANAJEMEN KONFLIK. Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr.
MANAJEMEN KONFLIK Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr. Konflik: percekcokan; perselisihan; pertentangan (KBBI) Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok,
Lebih terperinciBenarkah HTI tidak berhak melakukan itu semua dengan alasan tersebut di atas?
{mosimage}mediaumat.com-hti tidak berhak menolak judicial review UU No 1 PNPS Th 1965 dan menolak kedatangan Obama karena HTI bukan dari Indonesia dan malah menentang sistem pemerintahan yang berlaku di
Lebih terperinciPENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI
PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI Danu Hoedaya Ilustrator: Didin Budiman Kementerian Negara Pemuda & Olahraga Republik Indonesia Bidang Peningkatan Prestasi dan Iptek Olahraga Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang
Lebih terperinciBAB V KESMPULAN. Jemaah Ahmadiyah, demikian mereka memanggil dirinya, di Pakistan,
BAB V KESMPULAN 5.1. kesimpulan Jemaah Ahmadiyah, demikian mereka memanggil dirinya, di Pakistan, negara kelahirannya sendiri, sejak 1889, secara konstitusional pada tahun 1984, dianggap sebagai kelompok
Lebih terperinciSMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL Pengertian Konflik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik diartikan sebagai percekcokan,
Lebih terperinciNATIONAL ROLE. Konsep Peranan Nasional dalam Politik Luar Negeri. By: Dewi Triwahyuni
NATIONAL ROLE Konsep Peranan Nasional dalam Politik Luar Negeri By: Dewi Triwahyuni Konsep Peranan Peranan dapat diartikan sebagai orientasi atau konsepsi dari bagian yang dimainkan oleh suatu pihak dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing dalam dirinya, baik untuk menghadapi masalah dalam dirinya sendiri atau dalam bersosialisasi dengan teman-teman
Lebih terperinciDAKWAH AMAR MA RUF NAHYI MUNKAR DAN JIHAD. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.
DAKWAH AMAR MA RUF NAHYI MUNKAR DAN JIHAD Presented By : Saepul Anwar, M.Ag. Urgensi Amar Ma ruf Nahyi Munkar Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil melalui lisan Nabi Daud dan Isa putra Maryam.
Lebih terperinciPENERAPAN SILA PERTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
PENERAPAN SILA PERTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah pendidikan pancasila Dosen: Drs. Tahajudin Sudibyo DISUSUN OLEH: Nama : NIKA NUR ANINDA Nim : 11.11.5142 Kelompok
Lebih terperinciModul ke: MASYARAKAT MADANI. 13Fakultas FASILKOM. Salamah, SPd. MSi. Program Studi Teknik Informatika
Modul ke: 13Fakultas Yayah FASILKOM MASYARAKAT MADANI Salamah, SPd. MSi. Program Studi Teknik Informatika Tujuan Instruksional Khusus 1. Menyebutkan pengertian dan latar belakang masyarakat madani 2. Menjelaskan
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Masyarakat Madani
Modul ke: 12 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Masyarakat Madani Fakultas EKONOMI Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian dan Latar Belakang 2. Sejarah
Lebih terperinciPERSATUAN DAN KERUKUNAN
PERSATUAN DAN KERUKUNAN PENGERTIAN PERSATUAN DAN KESATUAN A. PERSATUAN Dari segi bahasa persatuan berarti gabungan, ikatan atau kumpulan. Sedangkan menurut istilah persatuan adalah kumpulan individu manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu sangat penting bagi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Kekalahan Uni Soviet dalam perang dingin membuatnya semakin lemah sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini dimanfaatkan oleh negara-negara
Lebih terperinciLEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR
LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR A. FAKTA HUKUM 1. Bahwa Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. juga dapat menyengsarakan dan menghancurkan suatu negara. Dampak korupsi bagi negara-negara dengan kasus korupsi berbeda-beda bentuk,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Korupsi dewasa ini sudah semakin berkembang baik dilihat dari jenis, pelaku maupun dari modus operandinya. Masalah korupsi bukan hanya menjadi masalah nasional
Lebih terperinciANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA
ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA A. Abstrak Negara Indonesia kian terancam karena efek pemikiran ideologi orang luar yang ditelan mentah-mentah tanpa adanya suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK A. Pengertian Konflik Istilah konflik dalam ilmu politik seringkali dikaitkan dengan kekerasan seperti kerusuhan, kudeta terorisme, dan reformasi. Konflik mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menjelaskan dengan tegas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechstaat) dan bukan berdasarkan atas kekuasaan (machstaat).
Lebih terperinciTeori Perubahan Sosial Budaya.
Teori Perubahan Sosial Budaya Herbert Spencer Lahir Derby, England 27 April 1820 Social Darwinism yang menerapkan teori Darwin dalam bidang sosial. Pandangan Herbert Spencer Dalam Pandangan Spencer masyarakat
Lebih terperinciBimbingan Ruhani. Penanya:
Bimbingan Ruhani Hazrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifah ke empat dari Jemaat Islam Ahmadiyah selalu memberikan kesempatan dari waktu ke waktu kepada semua orang dari segala bangsa, agama dan keyakinan untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika gerakan sosial keagamaan di Indonesia sangat menarik untuk dikaji. Dikatakan menarik, karena salah satu agendanya adalah menyebarkan gagasannya dan ingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling memerlukan adanya bantuan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia dituntut untuk saling
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konflik Konflik merupaka gejala sosial yang hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi telah membuka wawasan dan kesadaran masyarakat yang diikuti dengan munculnya sejumlah harapan dan kecemasan. Harapan dan kecemasan tersebut merupakan
Lebih terperinciCEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI
CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI O L E H : PROF. DR. IRFAN IDRIS, MA DIREKTUR DERADIKALISASI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) RI JOGJAKARTA, 11 JUNI 2014 1 Kerangka Konsepsi
Lebih terperinciPerjuangan Nabi di Kota Madinah dalam Menegakan Agama Islam
Perjuangan Nabi di Kota Madinah dalam Menegakan Agama Islam Kelompok 2 Arum Suci Alfiani Innesyifa Haqien Syifa Fatimah Azzahra Keadaan Masyarakat Madinah sebelum Islam Terdapat suku Aus dan suku Khazraj,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya
Lebih terperinciPEMANTAPAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MENCEGAH BERKEMBANGNYA FAHAM RADIKAL PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA
PEMANTAPAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MENCEGAH BERKEMBANGNYA FAHAM RADIKAL PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA 1 KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Kondisi Dimana Antar Umat Beragama
Lebih terperinci