BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Kota Surakarta Kota Surakarta atau yang sering di sebut dengan Kota Solo merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah setelah Kota Semarang. Kota Surakarta terletak di perlintasan utama jalur Jawa Tengah menuju Jawa Timur. Kota Surakarta adalah kota penyangga kehidupan sosial ekonomi masyarakat dari beberapa daerah seperti Boyolali, Karanganyar, Klaten, Wonogiri dan Sukoharjo serta Sragen. Kota Surakarta memiliki luas 44 kilometer persegi dengan jumlah penduduk jiwa dengan kepadatan penduduk per kilometer persegi. Pada masa kolonial, pemerintah Kota Surakarta terbagi ke dalam wilayah kekuasaan yakni Kasunanan dan Mangkunegaran. Keberadaan rel kereta api yang membelah kota sepanjang Poerwosari Weg (sekarang jalan Slamet Riyadi) menjadi semacam batas psikologis dua kekuasaan tradisional tersebut. Mulai tahun 1927 Kota Surakarta dibagi menjadi 2 daerah kekuasaan yakni Kawedanan Distrik Kota Surakarta dan Kawedanan Distrik Kota Mangkunegaran. Pembagian wilayah dalam suatu kota tersebut menggambarkan adanya dua penguasa tradisional dibawah koordinasi seorang residen yang merupakan representasi pemerintah kolonial India Belanda. Hal itu tercermin pada tata letak Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran yang berada diantara kdiaman residen / gubernur, dalam jarak yang tidak berjauhan, begitu pula halnya dengan keberadaan Kepatihan yang menjalankan pemerintahan sehari hari. Pembagian wilayah kekuasaan dalam satu kota,telah membuat tata kota Surakarta memiliki dua corak. Corak tradisional terletak di sebelah selatan rel kereta api (wilayah Kasunanan) dan corak tata kota bergaya Eropa

2 terletak di belahan utara rel kereta api (utamanya yang termasuk dalam onder distrik Banjarsari, Kawedanan kota Mangkunegaran). Tata letak bangunan kota Surakarta masa lampau terpusat pada Keraton sebagai pusat kekuasaan (kuthagara), kota dan sekitarnya disebut sebagai Negara gung dan luar wilayah kota sebagai manca negara. Kompleks keraton disebut baluwarti (dalam bahasa Portugis, baluwarte mempunyai arti benteng).di dalam baluwarti terdapat Keraton dan tempat tinggal para kerabat dan pembantu Raja (sentana dalem dan abdi dalem). Tata ruang dan tata letak pemukiman di kawasan Mangkunegaran lebih bercorak kota Eropa dan lebih banyak disesuaikan bagi kepentingan militer. Tata ruang wilayah Mangkunegaran memisahkan wilayah hunian, rekreasi, pelayanan publik, komersial, dan ruang terbuka hijau. Dilihat dari aspek lalu lintas perhubungan di Pulau Jawa, posisi Kota Surakarta tersebut berada pada jalur strategis yaitu pertemuan atau simpul yang menghubungkan Semarang dengan Yogyakarta (Joglosemar), dan jalur Surabaya dengan Yogyakarta. Dengan posisi yang strategis ini maka tidak heran kota Surakarta menjadi pusat bisnis yang penting bagi daerah kabupaten di sekitarnya. Jika dilihat dari batas kewilayahan, Kota Surakarta dikelilingi oleh 3 kabupaten.sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Karanganyar dan Boyolali, sebelah timur dibatasi dengan kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar, sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo, dan sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar. Sementara itu secara administratif, Kota Surakarta terdiri dari 5 (lima) wilayah kecamatan, yaitu kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Dari kelima kecamatan ini, terbagi menjadi 51 kelurahan, 595 Rukun Warga (RW) dan 2669 Rukun Tetangga (RT).

3 Perkembangan Kota Surakarta semakin didukung dengan adanya beberapa universitas besar yang berada di sejumlah wilayah di Solo. Beberapa universitas diantaranya Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Institut Seni Indonesia (ISI), Unisri, Universitas Tunas Pembangunan, Universitas Setia Budi, STIKES Muhammadiyah, Universitas Islam Batik dan lainnya. Kota Surakarta juga terkenal dengan kota yang ramah investasi. Sehingga tidak mengherankan apabila pembangunan pusat-pusat perbelanjaan dan rekreasi kian menjamur terutama di kawasan Jl Slamet Riyadi menuju Gladag. Kota Solo memiliki karakteristik mayarakat yang majemuk, berbagai etnis dari berbagai daerah bermukim di Solo. Pembauran masyarakat melalui perkawinan sering terjadi antar berbagai warga masyarakat dari etnis yang berbeda.keberagaman serta kemajuan kehidupan sosial masyarakat tidak serta merta terhindar dari dampak negatif. Pembauran budaya yang terjadi terutama di kalangan remaja seringkali menimbulkan masalah sosial yang sulit untuk dicegah dan diatasi. Salah satu masalah sosial yang muncul adalah ancaman mengeai adanya penyebaran virus HIV/AIDS yang mewabah di semua lapisan masyarakat Penyebaran HIV/AIDS di Surakarta Kasus penyebaran virus HIV / AIDS di Kota Solo termasuk salah satu kasus terbesar di Indonesia. Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kota Surakarta mencatat angka kematian akibat virus mematikan tersebut sebanyak 249 orang dari 742 penderitanya. (Data LSM Mitra Alam) Angka kematian ODHA yang mencapai 36 persen tersebut menjadikan perhatian khusus bagi pemerintah Kota Surakarta. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah timbulnya korban-korban jiwa lainnya akibat virus tersebut.

4 Penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah melalui klinik tes HIV dengan konseling secara gratis (dikenal dengan sebutan Klinik VCT), perawatan, dan pengobatan. Termasuk di Kota Solo, kegiatan ini kemudian dilakukan secara masiv di bawah kepemimpinan Walikota Joko Widodo sejak 2008 lalu. Namun, di saat yang bersamaan dengan pelaksanaan program tersebut, insiden penularan HIV terus menerus terjadi, terutama pada priayang tidak memakai kondom jika melakukan hubungan seksual dengan para penjaja seks komersial (PSK). Hubungan dengan sesama jenis yang kini marak tejadi juga menjadi pemicu munculnya penyebaran HIV. Celakanya, pendekatan terhadap komunitas penyuka sesama jenis ini cenderung tertutup sehingga sulit untuk dilakukan pengawasan. Penyebaran virus ini dapat terjadi karena tidak adanya pemakaian kondom jika melakukan hubungan sexual dengan PSK, hubungan sesama jenis juga menjadi pemicu, dan juga karena pengonsumsian narkoba dengan cara suntik terutama pada para IDU yang menggunakan jarum suntik bergantian tanpa penyucihamaan secara tepat. 1 Berdasarkan data yang dihimpun dari pengurus KPA Surakarta. KPA telah menerjunkan petugas sukarelawan di setiap RW untuk melakukan sosialisasi mengenai bahaya HIV/AIDS serta melakukan pemetaan temuan penderita di wilayahnya masingmasing. Salah satu kasus yang mencengangkan mengenai HIV di Surakarta adalah adanya penularan HIV yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa para suami seringkali melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan berganti pasangan baik di dalam maupun di luar pernikahan. 1 Wawancara pada tanggal 18 Desember 2014, Informan Yunus Prasetyo, Direktur Mitra Alam

5 Hingga 2014, tercatat ada 269 kasus HIV/ AIDS baru kembali ditemukan di Kota Surakarta. Hingga Mei tahun ini, ditemukan 21 kasus baru. Dari total penderita tersebut, jumlah penderita laki-laki dan perempuan memiliki jumlah yang seimbang. Pemerintah Kota Surakarta, pada 2008 lalu telah menerbitkan Peraturan Walikota Surakarta No 4-A Tahun 2008 mengenai Penanggulangan HIV dan AIDS. Saatperaturan walikota (Perwali) itu disahkan, kasus kumulatif HIV/AIDS di Kota Solo dilaporkan tahun 2008, tercatat ada 107 kasus penyakit HIV/AIDS. (Data LSM ) Berbagai upaya yang bersifat regulatif yang dilakukan oleh Pemkot Solo, tampaknya belum membuahkan hasil yang maksimal karena terbukti belum mampu memutus mata rantai penularan HIV/AIDS yang masih saja terus terjadi. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah melakukan pendekatan berbasis komunitas dengan menggandeng lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang menaruh perhatian terhadap mewabahnya virus HIV/AIDS. Masalah yang menjadi focus kami adalah mewabahnya virus HIV/AIDS. Seperti yang kita ketahui pada waktu itu upaya yang dilakukan Pemkot dalam memutus mata rantai penularan HIV/AIDS belum membuahkan hasil maksimal.keikutsertaan kami adalah untuk membangun kerjasama yang baik agar bisa mewujudkan tujuan pemerintah. 2 Sejak 2008, pergerakan komunitas pemerhati HIV/ AIDS di Solo kian masiv. Berbagai acara mulai dari sosialisasi bahaya HIV/AIDS hingga penggalangan dana untuk memberdayakan para ODHA dilakukan secara rutin hingga ke kelas apartur wilayah paling bawah yakni tingkat RT. Dukungan pemerintah kota Surakarta terkait hal ini sudah mulai terlihat dengan diselenggarakannya berbagai acara untuk mensosialisasikan mewabahnya HIV/AIDS di Surakarta. Seluruh lapisan masyarakat digandeng, mulai dari 2 Wawancara pada tanggal 18 Desember 2014, Informan Yunus Prasetyo, Direktur Mitra Alam

6 LSM, sekolah menengah hingga mahasiswa dan kalangan profesional digerakkan untuk melakukan upaya memutuskan mata rantai HIV/AIDS. Gerakan pemerintah kota Surakarta dalam penanggulangan HIV/AIDS disambut baik oleh semua pihak termasuk salah satunya lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang ada di Kota Surakarta. Berbagai LSM kemudian muncul seiring dengan pelaksanaan program penanggulangan HIV/AIDS oleh pemkot Surakarta melalui berbagai peraturan daerah dan Perwali. Salah satu LSM yang aktif melakukan pendampingan terhadap ODHA adalah LSM Mitra Alam yang sejak dekade lalu telah melakukan kegiatan sosial untuk pencegahan wabah HIV/AIDS di wilayah eks karesidenan Surakarta (Solo. Boyolali, Klaten, Karanganyar, Sragen, Sukoharjo, Wonogiri). Keberadaan LSM Mitra Alam merupakan wujud dari keprihatinan sekelompok masyarakat mengenai mewabahnya virus HIV/AIDS yang diakibatkan oleh berbagi hal seperti penggunaan jarum suntik dalam penyalahgunaan narkoba, hubungan seksual dengan berganti pasangan dan sebagainya. LSM Mitra Alam terbentuk karena wujud keprihatinan sekelompok masyarakat terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat.salah satu masalah yang serius itu adalah mewabahnya virus HIV/AIDS di Kota Solo khususnya Gambaran Umum LSM Mitra Alam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mitra Alam merupakan lembaga non profit yang berdiri sejak tahun 2008 tepatnya pada tanggal 8 Juli LSM tersebut memiliki perhatian khusus terhadap penanganan penyalah gunaan narkotika serta penanggulangan HIV/AIDS yang memiliki wilayah pelayanan di Surakarta, Batang, Salatiga, Temanggung, Banyumas, Cilacap, Tegal dan beberapa kota lainnya. 3 Wawancara pada tanggal 28 Desember 2014, Informan Yunus Prasetyo, Direktur Mitra Alam

7 Sebenarnya, LSM tersebut sudah mulai aktif berkegiatan pada 1998 lalu. Namun, untuk meningkatkan pelayanan serta mengedepankan akuntabilitas, profesionalitas serta transparansi, LSM tersebut secara resmi tercatat berbadan hukum melalui akta notaris pada 8 Juli Program Harm Reduction untuk penanggulangan HIV/AIDS yang dilakukan oleh LSM Mitra Alam terbagi ke dalam 5 strategi kegiatan, yaitu; (1) strategi persiapan dan penguatan kapasitas lembaga; (2) strategi membuka akses PENASUN (Pecandu Narkoba Suntik) di komunitas; (3) strategi meningkatkan pengetahuan dan kepedulian PENASUN terhadap HIV dan AIDS; ; (4) strategi menawarkan kepada PENASUN untuk melakukan penilaian resiko pribadi dan penilaian resiko kelompok serta memberikan alternatif pengurangan resiko; dan (5) strategi melibatkan pengguna narkoba suntik dalam upaya advokasi pencegahan. LSM Mitra Alam menaruh perhatian pada kegiatan pengembangan masyarakat yang berorientasi pada pelayanan terhadap masyarakat rentan tanpa profit. LSM tersebut lebih banyak melakukan proses-proses pendampingan bagi para warga masyarakat yang sudah mengalami masalah sosial akibat terjerumus dalam ketergantungan obat terlarang serta menderita HIV.AIDS atau ODHA. Dalam strateginya, LSM ini melakukan berbagai cara pendekatan baik secara interpersonal, organisasi maupun kelompok dengan mengedepankan komunikasi yang bisa diterima oleh semua golongan masyarakat. Seperti pada wawancara berikut ini : Komunikasi menjadi dasar paling utama dalam melakukan setiap kegiatan, karena dengan komunikasi baik interpersonal, kelompok maupun organisasi kita dapat secara langsung mempengaruhi, mendidik, dan menginformasikan suatu gagasan kita kepada masyarakat. 4 4 Wawancara pada tanggal 20 November 2014, Informan Ligik, Manager Program

8 LSM Mitra Alam sendiri bergerak di berbagai bidang kegiatan yaitu bidang pertanian dan lingkungan, bidang penanggulangan bencana serta bidang kesehatan masyarakat (Kesmas). Dalam menjalankan tiga bidang tersebut, Mitra Alam melakukannya secara bersinergi diantara ketiga bidang dan menjalin kemitraan dengan berbagai kalangan baik pemerintah maupun korporasi swasta. Namun demikian LSM ini lebih mengutamakan keterlibatan masyarakat sebagai bagian dari lingkungan yang seringkali memiliki konflik sosial dengan para penyandang status victim baik narkoba maupun HIV/AIDS. Hingga kini, ratusan penderita HIV/AIDS dan para pecandu narkotika telah didampingi oleh para aktivis Mitra Alam. Mereka aktif melakukan kegiatan sosial yang berfungsi untuk merehabilitasi mental bagi para binaannya yang mengalami masalah sosial akibat terjangkit virus HIV/AIDS maupun ketergantungan terhadap narkotika Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya LSM Mitra Alam a. Visi Terwujudnya kelembagaan yang mandiri dengan mengembangkan prinsipprinsip akuntabilitas, transparansi, dan sustainabilitas dalam pelayanan dan pendampingan kepada masyarakat rentan. b. Misi 1.Membangun keswadayaan masyarakat rentan dengan meningkatkan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan. 2. Pelibatan kelompok-kelompok masyarakat secara aktif dan partisipatif dalam proses analisis, perencanaan, pelaksanaan sampai monitoring dan evaluasi program. 3. Menjalin kemitraan dan membangun jaringan kerja dengan pihak-pihak lain dalam mengembangkan layanan program kepada masyarakat rentan c. Tujuan :

9 Melakukan proses pendampingan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat rentan baik di perkotaan maupun di pedesaan melalui berbagai aktivitas keswadayaan Struktur Organisasi LSM Mitra Alam Bagan Struktur Organisasi LSM Mitra Alam Surakarta Badan Pengurus Direktur Bag. Adm dan Keu Koord. Bidang Lingk. Dan PRB Koord. Bidang MED Koord. Bidang Kesehatan Masy Staf Program Staf Program Staf Program Gambar 4.1 Struktur Organisasi LSM Mitra Alam Susunan Kepengurusan 1) Dewan Pengawas : Aloysius Eka Wardaya, SP 2) Dewan Pembina : Idi Bantara, MSc 3) Dewan Pengurus : Ketua Badan Pengurus : Yunus Prasetyo, SP Sekretaris Bendahara : Ir. Taholi Laia : Widi Nugroho, SE

10 Program LSM Mitra Alam Adapun yang menjadi program dari Lembaga Swadaya Masyarakat Mitra Alam berdasarkan bidangnya masing-masing adalah: a. Bidang Pertanian dan Lingkungan a) Peningkatan SDM Petani melalui Pertanian Organik b) Pengembangan Ternak Kecil bagi Petani Lahan Kering c) Pengembangan Hutan Rakyat dan Konservasi Lahan b. Bidang MED (Microenterprise Development) - Layanan Pengembangan Usaha Kecil Produktif c. Bidang Kesehatan Masyarakat 1) Program Harm Reduction untuk Penanggulangan HIV/AIDS pada IDU di Kota Surakarta dan Kota Salatiga 2) Program Awareness untuk Pencegahan HIV/AIDS Untuk melaksanakan kegiatan dalam bidang kesehatan tersebut diperlukan beberapa staf khusus yang menangani diantaranya dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Staff Program 1) Direktur Program Bertanggung jawab secara umum atas bidang yang ditangani mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta keberlanjutan proyek. Secara operasional pimpinan proyek bertanggung jawab sebagai berikut : a) Menyusun dan mengembangkan perencanaan kegiatan program b) Mengembangkan dan mengadakan koordinasi dengan stakeholder terkait

11 c) Mengadakan kunjungan lapangan untuk kepentingan lapangan supervisi dan monitoring d) Mengadakan evaluasi secara internal maupun untuk kepentingan donor e) Menyampaikan dan mengirimkan laporan kegiatan dan keuangan ke Lembaga Donor dan Badan Pengurus 2) Manager Program Bertanggung jawab membantu Direktur Program atas bidang yang ditangani mulai dari perencanaan, pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta keberlanjutan program Adapun operasional tanggung jawab Manager Program antara lain : a) Menyusun dan mengembangkan rencana kegiatan bulanan program b) Memimpin operasional seluruh kegiatan program c) Melakukan supervisi pada petugas outreach dan staf program lainnya di kantor maupun di lapangan d) Menyusun laporan kegiatan program secara periodik kepada lembaga donor e) Menjalin dan mengembangkan kerja sama dengan masyarakat sasaran program 3) Manager Data Bertanggung jawab membantu Manager Program atas bidang yang berkaitan dengan dukungan data untuk menyusun analisis perkembangan program. Operasional tanggung jawab Manager Data yaitu :

12 a) Mengumpulkan data-data yang diperoleh dari lapangan maupun data sekunder yang berhubungan dengan implementasi program b) Melakukan analisis situasi lembaga dengan data-data yang diperoleh tersebut c) Melakukan olah data untuk pengembangan program dan melakukan entry data cakupan Outreach secara Online ke lembaga donor (FHI) d) Melakukan filling data-data dari Petugas Outreach untuk membantu penyusunan pelaporan Manager Program 4) Manager Kasus a) Bertanggung jawab penuh terhadap tindak lanjut mendampingi pengguna narkoba suntik yang status HIV-nya positif dari hasil VCT yang dilakukan. b) Case Manager berperan mendampingi ODHA untuk dapat memperoleh layanan SCT dengan statusnya dalam pendampingannya. c) Case Manager berperan memfasilitasi ODHA dengan merujuk pada penyedia layanan kesehatan yang bekerjasama dalam program ini d) Dalam tahap awal 1 orang Case Manager akan mengcover 2 drop in center di Kota Salatiga e) Manager Kasus akan mulai bulan 1 program berjalan Peran Manager Kasus : a) Manager Kasus dapat bekerja dengan orang dari berbagai macam latar belakang b) Manager Kasus perlu mengetahui dan menerima bahwa setiap orang mempunyai sikap, tata nilai dan keyakinan yang berbeda.

13 c) Konseling bukanlah menekan orang untuk menganut standar tertentu yang diterima masyarakat d) Konseling yang efektif mampu memperhatikan tata nilai, sikap, dan kebudayaan klien e) Manager Kasus yang baik tidak memaksakan sikap, tata nilai dan keyakinannya mempengaruhi proses konseling f) Kesulitan dan konflik yang terjadi antara Manager Kasus Klien akan sikap, tata nilai dan keyakinan harus diselesaikan melalui supervisi, konsultasi dengan Senior Manager Kasus dan jika perlu dirujuk. 5) Konselor a) Bertanggung jawab penuh dalam proses Voluntary Counseling and Testing (VCT), mulai dari pre test, post test dan penyampaian hasil status HIV peserta Voluntary Counseling and Testing (VCT). b) Menerima rujukan klien yang akan memeriksakan status HIV-Nya di drop in center di Kota Surakarta dan kota Salatiga, untuk selanjutnya mendampingi dalam proses tes status HIV-nya dari konseling sebelum tes, proses dan pengambilan dan penyerahan hasil test yang dilakukan. 6) Staf Keuangan dan Administrasi Bertanggung jawab atas semua kegiatan administrasi dan keuangan untuk menunjang keberhasilan program. Adapun operasional tanggung jawabnya adalah : a) Melakukan kegiatan kearsipan serta mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan proyeknya b) Merealisasikan kebutuhan dana sesuai anggaran yang sudah disusun dalam cashflow

14 c) Menyiapkan kelengkapan administrasi pendukung kebutuhan proyek (alat tulis, meterai) d) Mencatat pengeluaran dan pemasukan keuangan secara teratur dengan diketahui Manager Program e) Menyimpan bukti-bukti transaksi f) Bersama Manager Program Proyek, menyusun laporan keuangan sesuai standar lembaga donor dan mengirimkan ke lembaga donor dengan tepat waktu. 7) Koordinator Petugas Outreach Bertanggung jawab penuh terhadap koordinasi pelaksanaan penjangkauan yang dilaksanakan oleh Petugas Outreach (PO). Operasional tanggung jawab adalah : a) Melakukan koordinasi dengan PO untuk perencanaan penjangkauan dan pengaturan jadwal kerja PO b) Bersama dengan PO melakukan penjangkauan kepada kelompok dampingan c) Membantu PO dalam melakukan pelaporan pelaksanaan penjangkauan kepada Manager Program d) Membantu PO dalam mengatasi permasalahan teknis di lapangan 8) Petugas Outreach (PO) Bertanggung jawab penuh dalam penjangkauan sasaran dan pendampingan kelompok sasaran dan kegiatan program di lapangan. Adapun tanggung jawab operasionalnya antara lain : a) Mendampingi kelompok sasaran b) Melakukan kunjungan lapangan dan observasi sesuai jadwal c) Menindaklanjuti masalah yang bisa diatasi di lapangan

15 d) Sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan program e) Memberikan laporan intervensi pelaksanaan program f) Menghadiri pertemuan mingguan dan bulanan 9) Janitor (2 orang bekerja 100%) a) Membantu aktivitas pelaksanaan progam di drop in center dan kantor b) Mengantar kenyamanan drop in center dan kantor c) Bertanggung jawab kepada Manager Program Dalam pelaksanaan Program Pendampingan dan Penjangkauan pada komunitas pengguna Napsa Suntik, yang paling penting adalah adanya : a. Kelompok Dampingan (Pengguna Napza Suntik) Kelompok dampingan adalah pengguna napza suntik menjadi sasaran utama sedangkan pengguna napza yang lain dan pasangan seks IDU menjadi sasaran sekunder. Selain itu masyarakat sekitar IDU baik keluarga, orang kunci dan teman-temannya menjadi sasaran tersier. b. Petugas Lapangan Petugas lapangan adalah sebuah tim yang terdiri dari petugas lapangan dan koordinator penjangkauan. Petugas lapangan dapat mempunyai lattar belakang mantan IDU atau individu yang mempunyai kemampuan dan kesediaan untuk masuk dalam komunitas IDU. Sedangkan koordinator penjangkauan berperan dalam memberikan dukungan dan pemantauan terhadapa proses penjangkauan dan pendampingan di lapangan sehingga searah dengan tujuan program yang dikembangkan oleh LSM Mitra Alam, yaitu memberikan informasi yang benar tentang HIV/AIDS dan memberikan dukungan terhadap perubahan perilaku di kalangan komunitas pengguna napza suntik dari perilaku tidak aman menjadi perilaku aman. Seperti hasil wawancara peneliti kepada manager program berikut ini:

16 Nahh...dalam kegiatan penjangkauan dan pendampingan itu nanti ada seorang petugas lapangannya yang akan memberikan informasi mengenai pencegahan HIV/AIDS pada komunitas IDU yang bertujuan untuk merubah sikap dan perilaku misalnya dari menyuntik beresiko menjadi tidak beresiko. 5 Kriteria khusus menjadi petugas lapangan sih tidak ada, yang pasti mereka yang benar-benar mengerti dan berpengetahuan tentang HIV/AIDS, bahkan disini ada lho mbak petugas lapangan yang lattar belakang mereka adalah mantan IDU. 6 Komunikasi interpersonal yang terjadi anatara petugas lapangan dengan pengguna Napza Suntik bertujuan untuk menciptakan suasana yang baik dan maksimal. Artinya, setiap individu yang terlibat di dalamnya membutuhkan komunikasi interpersonal yang baik untuk membina suatu hubungan yang harmonis dengan para IDU. Komunikasi yang terjalin anatara petugas lapangan dan pengguna Napza Suntik diawali dengan membangun komunikasi yang baik, duwujudkan dengan cara melibatkan IDU dan pasangan seksualnya, keluarga, ataupun teman IDU dalam upaya advokasi pencegahan HIV/AIDS. Komunikasi interpersonal dalam Program penjangkauan dan pendampingan yang dilaksanakan oleh petugas lapangan yaitu sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk IDU, dalam meningkatkan pengetahuan serta sikap yang mendorong perubahan perilaku dalam mengurangi resiko terinfeksi HIV. Selainitu juga peran komunkasi interpersonal juga membuka akses pendampingan pada komunitas IDU. Melalui tahap awal diterimanya petugas lapangan untuk masuk ke dalam komunitas IDU. Secara garis besar, 5 Wawancara pada tanggal 20 November 2014, Informan Ligik, Manager Program 6 Op. Cit

17 maka hubungan antara petugas lapangan dengan IDU akanterjalin lebih akrab, sehingga dapat mempermudah dalam proses penjangkauan dan pendampingan. Sedangkan komunikasi kelompok dalam program Penjangkauan dan Pendampingan dilakukan melalui diskusi. Diskusi kelompok bertujuan untuk mengembangkan dialog tentang upaya pengurangan resiko penularan HIV/AIDS di anatara IDU, sehingga bisa terbangun pengetahuan dan pemahaman yang bbaik diantara mereka. Dengan adanya distribusi informasi dan pengetahuan diantara IDU, diharapkan muncul sebuah norma yang mengatur mereka menuju pengguna Napza dan perilaku seks yang lebih aman. Melalui diskusi diharapkan dapat membangun kesadaran IDU atas situasi yang mereka alami sehingga mereka mampu mengartikan kebutuhan dan kepentingan secara bersama.

Lampiran 1. : Nanager Program. Lattar belakang LSM, program beserta kegiatannya

Lampiran 1. : Nanager Program. Lattar belakang LSM, program beserta kegiatannya Lampiran 1 Nama nara sumber Jabatan : Ligik Triyoga : Nanager Program Lattar belakang LSM, program beserta kegiatannya 1. Apa pengertian LSM menurut mas Ligik? Jelaskan Jawaban : Lsm menurut saya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aqciured Immunodeficiency Symndrome (AIDS). HIV positif adalah orang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Aqciured Immunodeficiency Symndrome (AIDS). HIV positif adalah orang yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang termasuk dalam golongan Rubonucleat Acid (RNA) di mana virus tersebut menyerang sistem kekebalan tubuh atau sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kasus HIV/AIDS di Indonesia saat ini tergolong tinggi. Banyak ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam sepuluh tahun terakhir, peningkatan AIDS sungguh mengejutkan.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN RIAU,

Lebih terperinci

KAJIAN PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS)

KAJIAN PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS) KAJIAN PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS) Bappeda Kabupaten Temanggung bekerjasama dengan Pusat Kajian Kebijakan dan Studi Pembangunan (PK2SP) FISIP UNDIP Tahun 2013 RINGKASAN I. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. LSM Mitra Alam Surakarta, penulis mendapatkan hasil penelitian sebagai berikut :

BAB V HASIL PENELITIAN. LSM Mitra Alam Surakarta, penulis mendapatkan hasil penelitian sebagai berikut : BAB V HASIL PENELITIAN Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan penulis selama penelitian di LSM Mitra Alam Surakarta, penulis mendapatkan hasil penelitian sebagai berikut : 5.1.Strategi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Peran KPA dalam penanggulangan HIV dan AIDS di Kota. Semarang adalah mengkoordinasikan segala kegiatan yang

BAB IV PENUTUP. 1. Peran KPA dalam penanggulangan HIV dan AIDS di Kota. Semarang adalah mengkoordinasikan segala kegiatan yang BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Peran KPA dalam penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Semarang. Peran KPA dalam penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Semarang adalah mengkoordinasikan segala kegiatan yang

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik yang sering dikaitkan dengan kesehatan reproduksi terutama

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. b. c. bahwa dalam upaya untuk memantau penularan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN , , ,793

BAB I PENDAHULUAN , , ,793 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV dan AIDS pada saat ini merupakan salah satu permasalahan sosial yang ada di kalangan masyarakat luas. Peningkatan penyebaran HIV dan AIDS saat ini semakin mengkuatirkan.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 3 2009 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015

SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015 SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015 LATAR BELAKANG DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi... 2 Pendahuluan... 3 Kegiatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) , PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) 322460, Email : kpakabmimika@.yahoo.co.id LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM HIV/AIDS DAN IMS PERIODE JULI S/D SEPTEMBER

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 4-A PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4-A TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 4-A PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4-A TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 4-A PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4-A TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMUNODEFICIENCY

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KLINIK MS DAN VCT PENDAHULUAN

KERANGKA ACUAN KLINIK MS DAN VCT PENDAHULUAN KERANGKA ACUAN KLINIK MS DAN VCT PENDAHULUAN A.Latar Belakang Berdasarkan laporan UNAIDS 2006 menunjukkan bahwa orang dengan HIV/AIDS yang hidup 39,4 juta orang, dewasa 37,2 juta penderita,anak-anak dibawah

Lebih terperinci

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru Artikel 1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya Tidak dapat dipungkiri, epidemi HIV/AIDS telah berkembang begitu pesat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Kasus ini paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human Health Organization) dalam penanggulangan HIV/AIDS di Kota Medan. Dengan mengambil

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini berjudul Proses Pendampingan Wanita Pekerja Seks Sebagai Upaya Pencegahan HIV/AIDS di Lokalisasi Tanjung Elmo Sentani Oleh Perkumpulan Keluarga

Lebih terperinci

wkkh~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 183 TAHUN 2012 TENTANG PEMULIHAN ADIKSI BERBASIS MASYARAKAT

wkkh~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 183 TAHUN 2012 TENTANG PEMULIHAN ADIKSI BERBASIS MASYARAKAT 1}6. [ff~pj>~~~~ wkkh~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 183 TAHUN 2012 TENTANG PEMULIHAN ADIKSI BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PUSKESMAS LAYANAN SATU ATAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di seluruh dunia, dan berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan morbidilitas. WHO telah

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Sydrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemi.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

PROFIL. PendidiKAn dan KeSEHatan PeremPUAN Woman s Health and Education

PROFIL. PendidiKAn dan KeSEHatan PeremPUAN Woman s Health and Education PROFIL PendidiKAn dan KeSEHatan PeremPUAN Woman s Health and Education Nama Organisasi : YAYASAN KASEH PUAN Alamat Pos : Jln. Wonosari No. 37 RT 02 RW 09 Kelurahan Baran Kecamatan Meral Tanjung Balai Karimun

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN HIV / AIDS

PENANGGULANGAN HIV / AIDS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NO 5 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN HIV / AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG: Menimbang : a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem

Lebih terperinci

ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG KEBIJAKAN DALAM PERMENKES 21/2013 2030 ENDING AIDS Menurunkan hingga meniadakan infeksi baru Menurunkan hingga meniadakan kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN dan Puslitkes UI pada 10 kota besar di Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBENTUKAN KOMISI PENANGGULANGAN AIDS DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBENTUKAN KOMISI PENANGGULANGAN AIDS DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 48 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, Menimbang : a. bahwa perkembangan HIV/AIDS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus). Kasus HIV dan AIDS pertama kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali muncul di wilayah Bali pada tahun 1987 (Toha Muhaimin: 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kali muncul di wilayah Bali pada tahun 1987 (Toha Muhaimin: 2009). digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS merupakan sebuah wabah epidemi yang kian tahun makin banyak merenggut korban jiwa. Penyakit epidemi ini mulai muncul keberadaannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini salah satu aspek kesehatan yang menjadi bencana bagi manusia adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 1 KEBERMAKNAAN HIDUP PADA ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) WANITA (STUDI KUALITATIF MENGENAI PENCAPAIAN MAKNA HIDUP PADA WANITA PASCA VONIS TERINFEKSI HIV/AIDS) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1238, 2015 KEMENKES. Pengguna Napza Suntik. Dampak. Pengurangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PENGURANGAN DAMPAK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

Sambutan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

Sambutan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional 0 Sambutan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Assalamualaikum Warahmatullahi wabarokatuh, Salam Sejahtera bagi kita semua. Peningkatan mutu hidup Odha dan mitigasi dampak sosioekonomi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan dari gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang. Timur yang teridentifikasi menjadi wilayah terkonsentret HIV dan AIDS selain Malang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang. Timur yang teridentifikasi menjadi wilayah terkonsentret HIV dan AIDS selain Malang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Kabupaten Banyuwangi merupakan Kabupaten yang terletak diujung timur pulau jawa yang mempunyai nilai potensial dan sangat strategis karena berdekatan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 6

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit menular yang belum dapat diselesaikan dan termasuk iceberg phenomenon atau fenomena

Lebih terperinci

BAB II RUANG LINGKUP KLINIK PKBI-ASA

BAB II RUANG LINGKUP KLINIK PKBI-ASA BAB II RUANG LINGKUP KLINIK PKBI-ASA 2.1.Gambaran Umum Klinik PKBI-ASA 2.1.1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Klinik PKBI-ASA PKBI didirikan pada 23 desember 1957 oleh sekelompok indivdu dari kalangan

Lebih terperinci

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S1 Diajukan Oleh : SLAMET WIDODO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian sangat serius. Hal ini karena jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai penanggulangannya, merupakan masalah yang sangat kompleks. Penularan HIV- AIDS saat ini tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian serta pembahasan yang dikemukakan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Himpunan

Lebih terperinci

NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG

NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) DAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction

Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction Bab 1 Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction Kaitan HIV/AIDS dan napza suntik Pengertian Harm Reduction napza suntik Strategi Harm Reduction napza suntik Program Harm Reduction napza suntik Pro-kontra Harm

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DI PROVINSI

Lebih terperinci

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014 LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014 1. Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tahun, dengan puncak peringatan pada tanggal 1 Desember. 2. Panitia peringatan Hari AIDS

Lebih terperinci

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2 No.1438, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Lembaga Rehabilitasi Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia 14 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini semakin banyak masalah yang dihadapi oleh negara, baik negara maju maupun negara berkembang, tak terkecuali dengan negara kita. Salah satu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN DAN PENGENDALIAN HUMAN IMMUNEDEFIENCY VIRUS (HIV)/ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DAN INFEKSI MENULAR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN LEMBAGA REHABILITASI SOSIAL BAGI PECANDU DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS-ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (HIV DAN AIDS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA Epidemiologi Dasar RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT ANDREAS W. SUKUR PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA Website: https://andreaswoitilasukur.wordpress.com/ Email : andreaswoitila@gmail.com Riwayat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI UMUM RIFKA ANNISA WOMEN CRISIS CENTER YOGYAKARTA. Rifka Annisa Women Crisis Center yang berarti Teman Perempuan

BAB II DESKRIPSI UMUM RIFKA ANNISA WOMEN CRISIS CENTER YOGYAKARTA. Rifka Annisa Women Crisis Center yang berarti Teman Perempuan BAB II DESKRIPSI UMUM RIFKA ANNISA WOMEN CRISIS CENTER YOGYAKARTA A. Sejarah Pendirian Rifka Annisa Women Crisis Center yang berarti Teman Perempuan adalah Organisasi non pemerintah yang berkomitmen pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok Wanita Penjaja Seks (WPS) di Indonesia pada saat ini, akan menyebabkan tingginya risiko penyebaran infeksi

Lebih terperinci

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun Catatan Kebijakan # 3 Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun Stigma terhadap penggunaan narkoba di masyarakat selama ini telah membatasi para pengguna narkoba untuk memanfaatkan layananlayanan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang Lampiran 4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia masih menjadi permasalahan nasional yang tidak kunjung tuntas bahkan semakin memprihatinkan dan mengancam

Lebih terperinci

OLEH A A ISTRI YULAN PERMATASARI ( ) KADEK ENA SSPS ( ) WAYLON EDGAR LOPEZ ( )

OLEH A A ISTRI YULAN PERMATASARI ( ) KADEK ENA SSPS ( ) WAYLON EDGAR LOPEZ ( ) PROPOSAL PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT (PKM) TENTANG PENINGKATAN PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TABANAN II TAHUN 2012 OLEH A A ISTRI YULAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA (Narkotika dan bahan/obat berbahaya)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah remaja usia 10-19 tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik saat ini mencapai 62 juta jiwa, yang merupakan 28,5%

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 21.A 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21.A TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan Rubonucleat Acid (RNA) yang spesifik menyerang sistem kekebalan tubuh/imunitas manusia dan menyebabkan Aqciured

Lebih terperinci

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2 No.219, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Lembaga Rehabilitasi Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah internasional dalam bidang kesehatan adalah upaya menghadapi masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang tertuang pada target keenam Millennium Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan HIV/AIDS, mempromosikan perubahan perilaku

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 285 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 285 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 285 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN GUGUS TUGAS KOTA LAYAK ANAK KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. b.

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara : KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA Disampaikan Pada Acara : FORUM NASIONAL VI JARINGAN KEBIJAKAN KESEHATAN Padang, 24-27 Agustus

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Komisi Pemilihan Umum (KPU) 1. Visi Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) menjadi agenda penting baik dikalangan kedokteran maupun dikalangan politisi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Sedangkan AIDS adalah suatu penyakit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV ditemukan

Lebih terperinci

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 TANGGAL 1 DESEMBER 2015 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci