BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah sebuah sistem sosial terkecil yang terbuka dan terdiri atas suatu rangkaian bagian yang saling berkesinambungan dan bergantung serta dipengaruhi oleh struktur internal maupun eksternal (Friedman et al, 2010). Selanjutnya definisi lain menurut Smith (1995) keluarga adalah individu yang digabungkan oleh ikatan pernikahan, hubungan darah atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah tangga yang sama. Jadi keluarga adalah suatu sistem kecil yang terbuka yang memiliki ikatan pernikahan, hubungan darah atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah. 2. Peran Keluarga Peran adalah suatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan.peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga, jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2008). 11

2 12 3. Pengambilan Peran Pengambilan peran adalah kemampuan seseorang untuk memahami lebih baik bagaimana mereka berperilaku dalam peran mereka sendiri. Melalui sosialisasi, anggota keluarga mendapat sejumlah peran melalui peran-peran tersebut mereka dapat berfungsi dan berinteraksi dengan orang lain. Peran tidak pernah dipelajari sendiri, tetapi selalu sebagai sepasang atau serangkaian interaksi peran (Friedman, 2010). 4. Peran Informal Keluarga Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, hanya dimainkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran informal mempunyai tuntutan yang berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, ataupun jenis kelamin, melainkan lebih didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau kepribadian anggota keluarga individu (Friedman, 2010). Beberapa peran informal yang bersifat adaptif dan merusak kesejahteraan keluarga diantaranya sebagai berikut. Peran adaptif antara lain: a. Pendorong, memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan mendorong, memuji, setuju dengan, dan menerima kontribusi dari orang lain. Akibatnya ia dapat merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk didengarkan.

3 13 b. Perawatan keluarga, yaitu peran yang dijalankan terkait merawat anggota keluarga jika ada yang sakit. c. Penghubung keluarga, yaitu penghubung, biasanya itu mengirim dan memonitor komunikasi dalam keluarga. d. Koordinator, yaitu keluarga berarti mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keakraban dan memerangi kepedihan. B. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut Usia Lanjut usia (Lansia) adalah proses menjadi lebih tua dengan umur mencapai 45 tahun ke atas. Pada lansia akan mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial. Salah satu contoh kemunduran fisik pada lansia adalah rentannya lansia terhadap penyakit, khususnya penyakit degeneratif. Usia lanjut dikatakan sebagai tahapan akhir perkembangan daur kehidupan manusia (Maryam, 2008). Miller (1995) menjelaskan bahwa perubahan struktur dan fungsi penuaan adalah perubahan fisiologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Akibat dari perubahan tersebut lansia menjadi rentan mengalami masalah kesehatan terutama hipertensi. Semakin tua usia, semakin besar kemungkinan menderita hipertensi (Mauk,2010).

4 14 2. Batasan-Batasan Lanjut Usia Organisasi kesehatan dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) tahun, lanjut usia (elderly) tahun, lanjut usia tua (old) tahun, usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Dalam penelitian ini lansia yang akan dijadikan responden adalah lansia dengan usia 60 tahun keatas. 3. Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah faktor kesehatan meliputi keadaan fisik, keadaan psikososial lanjut usia dan tipe-tipe lanjut usia. Faktor keadaan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia, faktor kesehatan psikososial meliputi penyesuaian terhadap kondisi lanjut usia. Menjadi tua ditandai dengan adanya dengan kemunduran biologi yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, diantaranya kulit menjadi tidak kencang kembali atau kendur, munculnya keriput pada seluruh tubuh, perubahan rambut, terjadinya keompongan pada gigi, pendengaran dan penglihatan mengalami penurunan, mudah lelah, gerakan berubah menjadi lambat dan tidak lincah lagi, serta terjadi penimbunan lemak terutama pada perut dan pinggul. Kemunduran yang lain terjadi adalah penurunan kemampuan kognitif yaitu menjadi pelupa atau pikun, kemunduran orientasi pada waktu, ruang, tempat dan sulit menerima ide atau gagasan baru (Maryam, 2008).

5 15 C. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Hipertensi adalah tekanan darah dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastolic diatas 90 mmhg (Smeltzer & Bare, 2002). Hipertensi sering disebut juga dengan the silent killer. Ini disebabkan bahwa hipertensi sendiri tidak menimbulkan gejala yang spesifik. Akan tetapi ada beberapa gejala yang berkaitan erat dengan hipertensi, seperti sakit kepala, pusing, dan lelah. Keadaan nonspesifik seperti ini juga bisa ditemukan pada orang dengan keadaan normal, maka sering diabaikan begitu saja. Hipertensi biasanya diketahui seseorang setelah melakukan pemeriksaan umum secara rutin atau meminta saran kepada petugas kesehatan terhadap komplikasi yang dideritanya (Smeltzer & Bare, 2002). Berdasarkan diketahuinya penyebab atau tidaknya penyebab hipertensi. Menurut (Harrison, 2000) hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut: a. Hipertensi Esensial Hipertensi Esensial adalah hipertensi arterial dan penyebab dari hipertensi tersebut tidak dapat dijelaskan atau tidak diketahu penyebabnya, dan ini sering disebut hipertensi primer, esensial, dan idiopatik. Beberapa perubahan dijantung dan pembuluh darah, secara bersama menyebabkan peningkatan tekanan darah.

6 16 b. Hipertensi Sekunder Hipertensi Sekunder adalah tekanan darah tinggi yang diketahui penyebabnya atau spesifik. Hampir seluruh bentuk sekunder dihubungkan dengan perubahan sekresi hormone dan fungsi ginjal. 2. Etiologi Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada jantung dan sistemnya, yang meliputi: a. Elastisitas dinding aorta menurun b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer 3. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke

7 17 ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smeltzer & Bare, 2002). Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Smeltzer & Bare, 2002). Sebagai pertimbangan gerontologis. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada

8 18 perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi, aterosklerosis yaitu hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada giliranya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), megakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare, 2002). 4. Faktor Resiko Hipertensi Menurut Kowalski (2010) menyebutkan beberapa faktor resiko hipertensi yaitu: a. Keturunan Riwayat keluarga yang pernah mengalami hipertensi sebelumnya sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit hipertensi pada keturunan berikutnya, baik itu secara bertahap atau melompat ke genaerasi berikutnya (kakek menurun ke anak atau kakek menurun ke cucu).ini disebabkan, karena penyakit hipertensi bersifat menurun. b. Ras Ras juga berperan penting dalam timbulnya penyakit hipertensi, karena ras kulit hitam lebih beresiko daripada ras kulit putih.

9 19 c. Asupan natrium dan garam Natrium merupakan salah satu bentuk mineral, atau elektrolit, yang berpengaruh terhadap tekanan darah. Jadi jika kita terlalu banyak mengkonsumsi natrium maka kita akan beresiko terkena penyakit hipertensi. d. Alkohol Alkohol sangat berpengaruh terhadap tekanan darah.konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Walaupun jika kita mengkonsumsi dalam jumlah secukupnya dapat mengendalikan tekanan darah, tetapi lebih baik tidak mengkonsumsi alkohol. e. Stres Stres mempercepat produksi senyawa berbahaya yaitu meningkatkan kecepatan denyut jantung dan kebutuhan akan suplai darah, dan tidak lama kemudian, meningkatkan tekanan darah serta menimbulkan serangan jantung dan strok. 5. Gejala dan Komplikasi Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi sama dengan membiarkan jantung bekerja lebih keras dan mempercepat proses perusakan dinding pembuluh darah. Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan kali dibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi. Hipertensi juga menyebabkan payah jantung, gangguan pada ginjal dan

10 20 kebutaan,yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak. Berbagai macam dampak hipertensi pada tubuh penderita, diantaranya: a. Penyakit jantung koroner dan arteri Semakin bertambahnya usia, maka sistem yang ada pada tubuh, khususnya pembuluh darah seperti jantung, otak, dan ginjal akan mengalami pengerasan pembuluh darah (arterisklerosis). Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini. b. Payah jantung Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah ke seluruh tubuh sesuai dengan kebutuhan. Kondisi ini terjadi akibat kerusakan otot jantung atau sistem kelistrikan pada jantung. c. Stroke Hipertensi adalah penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Kita ketahui bahwa semakin bertambah usia, maka akan dibarengi dengan penurunan fungsi tubuh, contohnya; penurunan fungsi pembuluh darah atau terjadi arterosklerosis. Bila hal ini dibiarkan, maka akan merusak pembuluh darah di otak, dan terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.

11 21 d. Kerusakan ginjal Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali ke darah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru. e. Kerusakan penglihatan Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan. 6. Hipertensi Pada Lansia Penyebab penyakit pada lansia pada umumnya lebih bersifat endogen daripada eksogen. Hal ini misalnya disebabkan karena menurunya fungsi berbagai alat tubuh karena proses menua.keluhan penyakit atau keluhanyang umum diderita pada lansia salah satunya hipertensi(boedi-darmojo & Martono, 2006). Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VII (Joint National Commite)-VII, maka pada individu lansia didiagnosis hipertensi diklasifikasikan, sebagai berikut: a. Hipertensi sistolik(isolated Systolic Hypertention), dimana tekanan sistolik terukur 140 mmhg dengan tekanan diastolik normal atau mendekati normal (< 90 mmhg). Terdapat pada 6-12% penderita diatas usia 60 tahun, terutama pada wanita. Insidensi meningkat sejalan dengan bertambahnya umur.

12 22 b. Hipertensi Diastolik (Diastolic Hypertention), dimana tekanan diastoliknya 90 mmhg berapapun tekanan sistoliknya. Terdapat pada 12-14% penderita di atas usia 60 tahun, terutama pada pria. Insidensi menurun dengan bertambahnya umur. c. Hipertensi sistolik diastolik, terdapat pada 6-8% penderita diatas usia 60 tahun, lebih banyak pada wanita. Meningkat dengan bertambahnya umur. 7. Praktek Pencegahan Komplikasi Pada Pasien Dengan Hipertensi Menurut Hart et al (2010), agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi harus diambil tindakan pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), diantaranya: a. Diet Dalam diet terdapat beberapa jenis makanan yang harus dihindari dan dianjurkan untuk dimakan, diantaranya: 1) Mengurangi konsumsi garam atau natrium Natrium adalah salah satu mineral yang diperlukan tubuh untuk membuat tubuh tetap berfungsi dengan baik. Akan tetapi sebagian besar dari kita makan natrium dalam jumlah yang berlebih, sehingga dapat memicu kenaikan tekanan darah (Hart et al, 2010). Sumber utama natrium dalam sebagian besar makanan adalah natrium klorida atau garam dapur. Natrium klorida tidak hanya terdapat pada garam dapur atau meja, akan tetapi terdapat

13 23 pada susu, keju, roti, makanan kaleng. Semua yang disebutkan harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah (Hart et al, 2010). Diet rendah natrium dibagi menjadi tiga yaitu: diet garam rendah I ( mg Na) untuk penderita hipertensi berat, diet garam rendah II ( mg Na) atau pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt garam untuk hipertensi sedang atau tidak terlalu berat, dan diet garam rendah III ( mg Na) atau pengolahan makanan boleh menggunakan 1 sdt garam untuk penderita hipertensi ringan (Almatsier, 2007). 2) Makan lebih banyak sayur dan buah Semua jenis buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral, kecuali durian, daun singkong dan daun pepaya. Buah yang banyak mengandung mineral kalium (pisang, jeruk dan pepaya) dapat membantu menurunkan tekanan darah (Kowalski, 2010). b. Olah raga Aktifitas olah raga memiliki keuntungan utama yaitu mempertahankan dan meningkatkan kemampuan fungsional, serta memberikan rasa puas. Contoh olahraga yang dapat dilakuakan diantaranya berjalan, olahraga akan membangun daya tahan tubuh, meningkatkan tonus otot, meningkatkan fleksibilitas sendi, memperkuat tulang,mengurangi stress dan membantu menurunkan

14 24 berat badan (Potter & Perry, 2009). Keuntungan lainnya adalah peningkatan fungsi kardiovaskuler, perbaikan polipoprotein plasma, peningkatan tingkat metabolik, peningkatan waktu pengosongan gastrointestinal.penurunan resiko cidera, pencegahan penyakit depresif dan peningkatan kualitas tidur (Potter & Perry, 2009). Olahraga yang disarankan adalah berjalan kaki, bersepeda, berenang, berlari atau joging, dan berdansa untuk yang suka musik (Hart et al, 2010). c. Manajemen stress Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, takut, rasa bersalah) merupakan faktor terjadinya komplikasi hipertensi. Peran keluarga terhadap penderita hipertensi diharapakan mampu menghindari stres, menyediakan waktu untuk relaksasi, dan istirahat (Lumbantobing, 2003). d. Kontrol kesehatan Penting bagi penderita hiprertensi untuk melakukan monitoring atau memonitor tekanan darahnya.kebanyakan penderita hipertensi tidak sadar dan mereka baru menyadari saat pemerikasaan tekanan darah (Purwanto, 2004). Penderita hipertensi danjurkan untuk rutin memeriksakan diri sebelum timbul komplikasi lebih lanjut. Obatobatan anti hipertensi juga diperlukan untuk menunjang keberhasilan pengendalian tekanan darah (Suyono et al, 2001).

15 25 8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan Komplikasi a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Berdasarkan pendapat Notoatmodjo (2007) diatas, maka pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi. b. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Berdasarkan Allport

16 26 (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu: kepercayaan (keyakinan), kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total atitude). Sehingga, dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegan peranan penting (Notoatmodjo, 2007). Jadi, jika seseorang sudah bisa memenuhi 4 aspek diatas maka sikap yang akan dibuat akan bersifat membangun atau adaptif akan tetapi jika 4 aspek diatas tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi sebaliknya. c. Pendidikan kesehatan Perilaku lebih besar perannya dalam menentukan pemanfaatan sarana kesehatan, dibandingkan dengan penyediaan sarana kesehatan itu sendiri. Oleh sebab itu jika kita menginginkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat maka kita harus bersedia dan mampu mengubah perilaku masyarakat. Dalam bidang kesehatan, tugas ini merupakan tugas utama dari pendidik/penyuluh kesehatan (health educator). Pendidikan kesehatan itu mencakup kegiatan peningkatan kesadaran dan kesehatan (health promotion), pencegahan penyakit, penyembuhan dan rehabilitasi (Sarwono, 2007). d. Kepercayaan kesehatan Perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaan, tanpa menghiraukan apakah motif dan kepercayaan tersebut sesuai atau

17 27 tidak dengan realita.sangatlah penting untuk membedakan kebutuhan kesehatan obyektif dan subyektif. Kebutuhan kesehatan obyektif adalah yang diidentifikasi oleh tenaga kesehatan berdasarkan adanya gejala yang membahayakan kesehatan individu. Sebaliknya kebutuhan kesehatan subyektif berdasar pada diri sendiri (Sarwono, 2007). e. Pola tidur Kualitas tidur malam yang baik akan membuat seorang lebih produktif dan lebih menikmati kegiatan keesokan hari. Para dokter pun menyadari pentingnya tidur dan betapa kurang tidur, yang sangat umum terjadi mengingat gaya hidup yang sangat sibuk pada masa kini. Ini dapat berdampak buruk atau negatif bagi kesehatan melalui berbahgai cara. Kebiasaan tidur ini sangat berdampak pada tekanan darah seseorang (Kowalski, 2010). Sehingga, jika pola tidur tidak diatur dengan baik maka akan mempengaruhi perilaku pencegahan komplikasi. f. Kepribadian Pada 1970-an, dua orang dokter asal San Francisco, California, melakukan revolusi di bidang kardiologi dan menambahkan sebuah istilah yang diakui seluruh dunia. Mereka menggolongkan seseorang dengan sifat pemarah, terobsesi waktu, dan ambisius ke dalam kepribadian tipe-a. Orang-orang ini diduga paling beresiko mengalami penyakit jantung dan hipertensi, serta serangan jantung

18 28 dan stroke (Kowalski, 2010). Walaupun kepribadian berhubungan erat dengan faktor resiko, akan tetapi ini juga bisa menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan komplikasi. g. Agama Kesehatan dalam agama terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yaitu ajaran agama secara normative (das sein), dan ada perilaku keagamaan yang rill atau tampak dan dilakukan oleh masyarakat. Berdasarkan pemilahan pemikiran ini, maka dapat dikemukakan bahwa pada sisi normatif, agama memberikan ajaran atau panduan tentang pentingnya menjaga kesehatan, sedangkan dari sisi perilaku nyata (mungkin masih) ada penganut agama yang tidak memperhatikan aspek kesehatan (Sudarma, 2008). 9. Peran Keluarga Dalam Praktek Pencegahan Komplikasi Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia. Dalam melakukan praktek pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi, diperlukan perawatan terhadap lansia.setiap anggota keluarga memiliki peranan yang sangat penting (Maryam, 2008). Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya terhadap lansia, yaitu:

19 29 a. Melakukan pembicaran terarah terkait dengan masalah yang sedang dialami oleh lansia b. Mempertahankan kehangatan keluarga, agar lansia tetap merasa diperhatikan c. Mengingatkan untuk minum obat tepat waktu d. Membantu melakukan persiapan makan bagi lansia e. Mengingatkan tentang obat yang harus diminum dan sesuai dosis f. Membantu memenuhi sumber-sumber keuangan g. Memberikan kasih sayang h. Menghormati dan menghargai i. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia j. Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu, serta perhatian k. Selalu mengingatkan untuk melakukan kontrol kesehatan l. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama m. Mintalah nasehatnya dalam acara-acara keluarga n. Membantu mencukupi kebutuhannya o. Memberikan dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan di luar rumah termasuk pengembangan hobi p. Membantu mengatur keuangan untuk memeriksakan kesehatan secara teratur q. Memberi dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat r. Mencegah terjadinya kecelakaan

20 30 D. Kerangka Teori Penelitian Peran Keluarga: 1. Pendorong 2. Perawatan keluarga 3. Penghubung keluarga 4. Koordinator Lansia Perubahan Yang Terjadi 1. Fisiologis 2. Psikologis dan sosial Karakteristik Lansia 1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Suku Faktor Resiko Hipertensi 1. Keturunan 2. Ras 3. Asupan natrium dan garam 4. Alkohol 5. Stres Hipertensi Perilaku dan gaya hidup lansia hipertensi 4. Pendidikan Penatalaksanaan Hipertensi 1. Diet 2. Olah raga 3. Manajemen Stress 4. Kontrol kesehatan Penurunan insiden dan Pravelensi Hipertensi Gambar 2.1.Kerangka Teori Penelitian Sumber : Modifikasi dari McMurray, (2003) dan Friedman, (2010)

21 31 E.Kerangka Konsep Penelitian Variabel Bebas Peran Keluarga: 1. Pendorong 2. Perawatan keluarga 3. Penghubung keluarga 4. Koordinator Variabel Terikat Perilaku Pencegahan Komplikasi : 1. Diet 2. Olahraga 3. Manajemen stress 4. Kontrol kesehatan Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian F.Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini, peneliti merumuskan dalam bentuk hipotesis statistik dalam hipotesis nol dan alternatif. 1. Hipotesis nol (Ho) Tidak adanya hubungan antara peran keluarga terhadap perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Banyumas. 2. Hipotesis alternatif (Ha) Adanya hubungan antara peran keluarga terhadap perilaku pencegahan komplikasi pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Banyumas.

BAB 1 PENDAHULUAN. melebihi 140/90 mmhg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. melebihi 140/90 mmhg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan diastolik dan sistolik yang melebihi 140/90 mmhg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat sangat sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, banyak stresor dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan jaman dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Banyak masyarakat saat ini sering melakukan pola hidup yang kurang baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIPERTENSI 1. Pengertian Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang tetap di atas batas normal. Seseorang dianggap terkena darah tinggi bila angka tekanan darahnya menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh perlahan-lahan (silent killer) karena termasuk penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

MAKALAH FARMAKAKOLOGI

MAKALAH FARMAKAKOLOGI MAKALAH FARMAKAKOLOGI TENTANG HIPERTENSI DISUSUN OLEH ISMARDANI SAFITRI DI BIMBING OLEH SUMARYATI, S.Farm AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA PEKANBARU T.A 2013 i Kata Pengantar Puji dan Syukur Penulis Panjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan menjadikan lansia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Istilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension. Hypertension merupakan istilah kedokteran yang populer untuk menyebutkan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut JNC 7 adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi

Lebih terperinci

Mengetahui Hipertensi secara Umum

Mengetahui Hipertensi secara Umum Mengetahui Hipertensi secara Umum Eldiana Lepa Mahasiswa Kedokteran Universitas Krida Wacana Jakarta, Indonesia Eldiana.minoz@yahoo.com Abstrak Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistole, yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi tertentu. Posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah bergesernya umur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Hipertensi Hipertensi merupakan kondisi medis dimana tekanan darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World Health Organization (WHO) dalam Soenardi & Soetarjo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg. Pada populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan diastoliknya di atas 90 mmhg. Sementara itu diastolik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan adanya gejala dan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Berdasarkan data Global Burden of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi menurut kriteria JNC VII (The Seventh Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure), 2003, didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik dan diastolik

Lebih terperinci

MEDITASI DAPAT MENURUNKAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI ESENSIAL

MEDITASI DAPAT MENURUNKAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI ESENSIAL 66 MEDITASI DAPAT MENURUNKAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI ESENSIAL Adi Gunawan 1, Paulus Subiyanto 2, Fredi Erwanto 1 1 Stikes A.Yani Yogyakarta 2 Akademi Keperawatan Panti Rapih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah 1. Definisi Tekanan Darah Menurut Guyton, tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi beragam diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dikenal awam sebagai penyakit darah tinggi yang terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Keluhan juga tidak dirasakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan

Lebih terperinci

PENGARUH STRES TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MATUR, KABUPATEN AGAM

PENGARUH STRES TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MATUR, KABUPATEN AGAM PENGARUH STRES TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MATUR, KABUPATEN AGAM Yimmi Syavardie Dosen Tetap STIE H.Agus Salim, Bukittinggi Abstrak Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah

Lebih terperinci

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg dr. Annisa Fitria Hipertensi 140 mmhg / 90 mmhg 1 Hipertensi Primer sekunder Faktor risiko : genetik obesitas merokok alkoholisme aktivitas

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya industri merupakan penyebab berubahnya pola perilaku kehidupan dalam masyarakat. Salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk terjadi secara global, tidak terkecuali di Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut usia (lansia), yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer sampai saat ini. Berdasarkan data dari Riskesdas (Pusdatin Kemenkes RI 2013), hipertensi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah Beberapa faktor yang memengaruhi tekanan darah antara lain usia, riwayat hipertensi, dan aktivitas atau pekerjaan. Menurut tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangga di Indonesia pada tahun 2004 prevalensi hipertensi di pulau jawa mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangga di Indonesia pada tahun 2004 prevalensi hipertensi di pulau jawa mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah utama yang sering dialami oleh beberapa negara maju, termasuk di Indonesia. Berdasarkan data survey kesehatan rumah tangga di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2014), menyebut usia yang telah lanjut atau lebih dikenal dengan istilah lanjut usia (lansia)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan masyarakat yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode (Udjianti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk telah menjadi penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan Negara berkembang lebih dari delapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lataar Belakang Masalah Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau diastolik sedikitnya 90 mmhg. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Negara Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang paling sering terjadi baik pada negara maju maupun negara berkembang. Menurut klasifikasi JNC VII

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jeanny Ivones (G2B ) Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Jeanny Ivones (G2B ) Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro Page 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir semua reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh tergantung dari keseimbangan air dan elektrolit. Konsentrasi cairan di dalam sel (cairan intra sel) dan di luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah gaya yang diberikan oleh darah kepada dinding pembuluh darah yang dipengaruhi oleh volume darah, kelenturan dinding, dan diameter pembuluh darah

Lebih terperinci

KOSALA JIK. Vol. 4 No. 2 September Wiwin Winarni 1 Pradian Yoga Hartanto 2. Abstract

KOSALA JIK. Vol. 4 No. 2 September Wiwin Winarni 1 Pradian Yoga Hartanto 2. Abstract HUBUNGAN ANTARA PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA MASYARAKAT DI DUSUN CELEP KIDUL KELURAHAN DAGEN KECAMATAN JATEN KARANGANYAR Wiwin Winarni 1 Pradian Yoga Hartanto 2 Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Hipertensi Tekanan darah (Blood Pressure = BP) adalah perkalian antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler perifer (Pheripheral Vascular Resistance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1 Gumarang, 2 Gita 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 responden pada kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif yang berkembang pesat saat ini salah satunya

B A B I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif yang berkembang pesat saat ini salah satunya B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif yang berkembang pesat saat ini salah satunya yaitu hipertensi. Di seluruh dunia diperkirakan kurang lebih 80% kenaikan kasus hipertensi dari 639

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan manusia di seluruh dunia saat ini ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain, demografi penuaan, urbanisasi yang cepat, dan gaya hidup tidak sehat. Salah

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik diamati. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Tekanan darah adalah kekuatan yang mendesak darah untuk beredar keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Kekuatan ini bersumber pada kerja jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai oleh penduduk dunia yang mengalami pergeseran pola pekerjaan dan aktivitas. Dari yang sebelumnya memiliki pola kehidupan agraris berubah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, membuat usia harapan hidup manusia relatif bertambah panjang. Menurut United Nations: World Population

Lebih terperinci

LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Bpk. A DENGAN HIPERTENSI DI RW 13 KELURAHAN BARANANG SIANG BOGOR TIMUR

LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Bpk. A DENGAN HIPERTENSI DI RW 13 KELURAHAN BARANANG SIANG BOGOR TIMUR LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Bpk. A DENGAN HIPERTENSI DI RW 13 KELURAHAN BARANANG SIANG BOGOR TIMUR Disusun Oleh Sigit Bangun H P17320308067 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG PROGRAM

Lebih terperinci

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi Bab 1: Mengenal Hipertensi Daftar Isi Pengantar... vii Bab 1. Mengenal Hipertensi... 1 Bab 2. Faktor Risiko... 11 Bab 3. Diagnosis... 17 Bab 4. Komplikasi Hipertensi... 27 Kiat Menghindari Stroke... 33

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi secara umum didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Pasien Hipertensi di Puskesmas Kraton dan Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antihipertensi yang dapat mempengaruhi penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut definisi WHO tahun 2005, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejalagejala yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan dua fase yaitu gerakan bola mata cepat atau Rapid Eye

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan dua fase yaitu gerakan bola mata cepat atau Rapid Eye 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur menurut Hierarki Maslow merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan fisiologis. Tidur yang normal melibatkan dua fase yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah merupakan salah satu tanda vital kehidupan manusia. Tekanan darah dibagi menjadi tekanan sistolik yaitu tekanan dalam arteri saat jantung berdenyut (ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.

Lebih terperinci