BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang"

Transkripsi

1 A B Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada dunia usaha, harus menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk menjamin terselamatkan pekerja dan lingkungan sekitar serta demi lancarnya kegiatan usaha. Wujud keselamatan dan kesehatan kerja yaitu terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja. Wujud keterjaminnya tersebut tertuang dalam UU RI Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, bahwa telah menjamin setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, selain pekerja setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Menurut UU RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menyatakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para tenaga kerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Namun, keselamatan dan kesehatan kerja sebagai usaha semata. Usaha untuk menjaga dan meminimalisir melalui manejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan juga Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai pelaksana K3. Dalam kegiatan usaha kejadian yang tidak diinginkan dapat terjadi. Inilah yang dimaksud dengan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja bisa disebabkan oleh perilaku,alat dan bahan. Bahan menjadi salah satu penyebab kecelakaan ketika bahan tersebut berupa bahan beracun dan berbahaya. Oleh karena itu, perlu adanya suatu usaha untuk meminimalisir akibat kecelakaan kerja, tertutama yang berkaitan dengan nyawa manusia. Usaha tersebut yaitu Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Sehingga perlu adanya pembahasan tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan dan mengetahui bahan beracun dan berbahaya. Pembahasan tersebut dituangkan dalam makalah yang berjudul Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan(P3K) dan Bahan Beracun dan Berbahaya(B3). Rumusan Masalah Untuk memudahkan dalam pembahasan makalah dengan judul 1

2 C 1 Apa pengertian, tujuan, prinsip dan pedoman Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan(P3K)? 2 Apa saja alat dan kebutuhan P3K? 3 Apa saja jenis dan karakteristik Bahan Berbahaya dan beracun(b3)? 4 Bagaimana tata cara mengelola B3? Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk : 1 Mengetahui dasar P3K 2 Mengetahui alat dan kebutuhan pelaksanaan P3K 3 Mengetahui bahan kimia yang berada di perusahaan guna pencegahan terhadap bahan kimia yang membahayakan. 4 Mengetahui pengelolaan bahan berbahaya dan beracun agar tidak menimbulkan kerugian. 2

3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian, Tujuan, Prinsip Dan Pedoman Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan(P3K) Pengertian,tujuan dan pedoman pertolongan pertama pada kecelakaan, yaitu sebagai berikut : 1. Pengertian P3K Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan merupakan usaha pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera di tempat kerja dengan penanganan medis dasar. Medis dasar adalah tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh awam atau awam yang terlatih secara khusus. Batasannya adalah sesuai dengan sertifikat yang dimiliki oleh Pelaku Pertolongan Pertama (First Aider). First Aider tidak dapat menggantikan tenaga medis, tetap hanya memberikan pertolongan awal terhadap korban yang sakit atau cedera. 2. Tujuan P3K Tujuan P3K yaitu : a b Mencegah cidera bertambah parah Menunjang uapaya penyembuhan 3. Prinsip P3K a Sikap tenang (tidak panik), tindakan yang harus dilakukan tidak tergesa-gesa, perhatikan si korban, lakukan tindakan secara hati-hati. b Perhatikan pernapasan si korban, Korban kecelakaan atau bahaya, apapun perlu perhatian tentang pernapasan si korban, misalnya napas tersengal-sengal, napas terganggu, atau pernapasan terhenti. c Hentikan pendarahan, Hentikan pendarahan apabila terjadi, karena apabila tidak segera dilakukan akan menimbulkan kematian. d Mengamankan si korban, Si korban harus diamankan dari bahaya/kejadian yang akan timbul lagi, misalnya di jalan raya dan di sungai. e Lakukan penyelamatan di tempat, Sebelum di bawa ke dokter, korban harus ditolong di tempat yang aman. 3

4 f Lakukan tindakan penyelamatan dengan cepat, tepat, dan hati-hati, Perhatikan pertolongan secara cepat dan tepat pada diri si korban, yang membahayakan tubuh korban. 4. Pedoman P3K Pedoman P3Kyaitu menerapkan PATUT, PATUT adalah; P = Penolong mengamankan sendiri lebih dahulu sebelum bertindak A = Amankan korban dari gangguan di tempat kejadian sehingga bebas dari bahaya T = Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu bahwa di tempat itu ada kecelakaan U = Usahakan menghubungi ambulans,dokter,rumah sakit atau yang berwajib polisi atau keamanan setempat T = Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan paling tepat B. Alat Dan Bahan P3K Alat dan bahan P3K dijadikan satu dalam Kotak P3K. Adapun isi yang wajib ada dalam kotak P3K adalah sebagai berikut : 1. Pinset Pinset digunakan untuk mengambil kotoran tau serpihan pada luka. Singkatnya, pinset digunakan untuk membersihkan luka tanpa tangan si penolong berkontak langsung dengan luka tersebut. Pastikan pinset yang digunakan bersih, steril, dan tidak berkarat. 2. Perban / Kassa / Plester Perban digunakan untuk membalut luka sementara. Sediakan pula plester untuk menutup luka berukuran kecil. Jika tidak, bisa menggunakan mitela untuk membalut luka. 3. Cairan Pembersih Luka Cairan pembersih luka digunakan untuk membersihkan luka ssebelum ditutup dengan perban. Salah satu yang sudah dikenal adalah betadine. Alternatif lain adalah alkohol. 4. Alkohol Alkohol digunakan sebagai alternatif untuk membersihkan luka apabila tidak ada cairan pembersih luka. 5. Spray Penghilang Rasa Nyeri Spray penghilang rasa nyeri digunakan untuk mengurangi rasa perih di otot atau karena gigitan serangga. Spray penghilang rasa nyeri juga digunakan untu mengurangi rasa sakit akibat cedera. 6. Sarung Tangan Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari kotoran. 4

5 7. Hand Sanitizer Hand sanitizer digunakan untuk membunuh kuman kuman yang mungkin ada karena luka. Hand sanitizer dapat digunakan sebelum dan sesudah pertolongan pertama. 8. Obat Penurun Demam Demam merupakan penyakit yang umum ditemui. Tak jarang demam muncul sebagai gejala dari suatu penyakit tertentu. Beberapa obat penurun demam diantaranya paracetamol, aspirin, acetaminophen, dll. Gunakan apabila suhu tubuh penderita di atas 37 derajat Celcius dan sesuaikan dosisnya. Selain itu, dalam kotak P3K harus tersedia obat penurun demam untuk anak anak. 9. Obat Anti Alergi Obat anti alergi (antihistamin) dapat digunakan untuk mengobati alergi baik alergi tertentu maupun alergi yang disebabkan karena gigitan serangga. Dalam beberapa kasus, antihistamin mampu mencegah resiko yang buruk akibat alergi berat yang disebabkan karena makanan tau gigitan serangga. 10. Antibiotik Antibiotik berfungsi sebagai pelindung luka dari infeksi. Selain antibiotik, dapat digunakan plester untuk mencegah luka lengket dan terjaga kelembapannya. 11. Obat Batuk Penting untuk selalu sedia obat batuk. Batuk seringkali terjadi karena berbagai hal. Obat batuk dapat digunakan untuk mengurangi intensitas batuk sebelum penderita dibawa ke dokter. 12. Balsem atau Obat Gosok Balsem digunakan untuk menghangatkan tubuh. Selain itu, juga dapat digunakan untuk obat hirup saat hidup tersumbat. Seringkali balsem digunakan untuk menggosok punggung saat masuk angin. 13. Obat Luka Bakar Obat luka bakar digunakan untuk mengurangi radang di kulit yang terbakar. Obat luka bakar di pasaran salah satunya bioplacenton.bioplacenton berfungsi sebagai antibiotik untuk mencegah infeksi, radang, dan pelebaran luka di kulit. 14. Oralit Oralit digunakan untuk penderita dehidrasi tinggi. Oralit berfungsi untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. C. Langkah P3K 5

6 Sebelum dilakukan Pertolongan maka perlu dilakukan evakuasi korban. Evakuasi adalah untuk memindahkan korban ke lingkungan yang lebih aman dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut. Prinsip dasar dalam melakukan evakuasi adalah: 1. Dilakukan jika mutlak perlu 2. Menggunakan teknik yang baik dan benar 3. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki semangat untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau bahkan kematian Dalam melaksanakan proses evakusi korban, ada beberapa cara atau alat bantu yang harus digunakan, namun hal tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi seperti medan, kondisi korban, ketersediaan alat dan sebagainya. Apabila tidak memiliki alat bantu untuk mengangkut korban maka mau-tikak mau kita harus mengangkutnya langsung tanpa alat bantu. Jika hanya satu orang pengangkut, maka korban harus dipondong apabila korban ringan dan anak-anak, di gendong apabila korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang, dipapah apabila korban tanpa luka di bahu atas, dipanggul atau digendong atau bahkan juga bisa dilakukan dengan merayap posisi miring. Dan apabila ada dua orang atau lebih pengangkut korban, maka korban dipondong dengan posisi tangan lepas dan tangan berpegangan, Model membawa balok, atau bahkan bisa mengangkut korban dengan model membawa kereta. Cara yang digunakan untuk mengangkut korban di atas merupakan cara alternatif saja. Tetapi kalau ada alat bantu seperti: Tandu permanen, Tandu darurat, Kain keras/ponco/jaket lengan panjang, dan Tali/webbing malah lebih bagus dan tenaga tidak banyak terkuras, beban terasa ringan. TINDAKAN PERTAMA SAAT MENEMUKAN KORBAN a. Pastikan ABC korban telah stabil. b. Mengadakan diagnosa (mendapatkan informasi tentang keadaan korban) 1. Riwayat 6

7 Yaitu cerita tentang bagaimana insiden itu terjadi, bagaimana cedera atau penyakit yang didera. Tanyakan kepada korban bila sadar dan atau saksi mata. 2. Petunjuk luar Semua petunjuk yang mungkin ada pada korban seperti catatan medis korban, obat-obatan yang dibawa korban 3. Keluhan Adalah sesuatu yang dirasakan atau dialami atau dijelaskan oleh korban seperti mual, nyeri panas, dingin atau lemah. Hal itu harus ditanyakan dan dicocokkan dengan diagnose lainnya 4. Gejala Adalah rincian dari pengamatan yang anda lihat, cium dan raba dalam suatu pemeriksaan korban (pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki) c. Melakukan pertolongan dan perawatan terhadap hasil diagnosa diatas sesuai dengan prioritas pertolongan. KELUHAN DAN GEJALA PENYAKIT ATAU DERITA 1. Keluhan yang mungkin diungkapkan korban: Misalnya: nyeri, takut, panas, tidak dapat mendengar secara normal, hilang penginderaan, penginderaan abnormal, haus, mual, perih, mau pingsan, kaku, tidak sadar sebentar, lemah, gangguan daya ingat, pening, tulang terasa patah. 2. Gejala yang mungkin dilihat (ekspresi): Misalnya: Cemas dan nyeri, gerakan dada abnormal, berkeringat, luka, pendarahan dari liang tubuh, bereaksi bila disentuh, bereaksi atas ucapan, lebam, warna kulit abnormal, kejang otot, bengkak deformitas (kelainan bentuk), benda asing, bekas suntikan, bekas gigitan, bekas muntahan, dll. 3. Gejala yang didapatkan dari perabaan: Misalya: lembab, suhu tubuh abnormal, nyeri dan luka lunak bila disentuh, pembengkakan, deformitas (perubahan bentuk ke yang buruk), ujung-ujung tulang bergeser. 4. Gejala yang mungkin didengar: Misalnya: napas bising atau sesak, rintihan, suara hisapan, bereaksi bila disentuh, reaksi atas ucapan. 5. Gejala yang mungkin dicium: Misalnya: Aseton, alcohol, gas atau uap, asap atau terbakar. 7

8 TINDAKAN DAN PERAWATAN LANJUTAN Tindakan dan perawatan lanjutan ini tergantung kepada penilaian anda terhadap kondisi korban, anda biasa: a Membawa korban ke tempat yang aman dan nyaman untuk beristirahat b Menghubungi rumah sakit atau pihak berwewenang c Mengatur evakuasi dan transportasi korban ke rumah sakit d Menghubungi keluarga korban e Mengijinkan korban pulang PERTOLONGAN DAN PERAWATAN KORBAN a) KELAINAN JALAN NAPAS DAN PERNAPASAN 1 Tersendak Gejala : a. Kesulitan bicara dan bernapas (biasa henti napas) b. Kulit biru (sianosis) dan biasanya memegang leher Tujuan : Mengeluarkan benda yang menyumbat dan memulihkan pernapasan. # Pada orang dewasa a. Korban ditenangkan dan suruh batuk bila sadar b. Bungkukkan badan dan pukul punggung c. Bila tidak berhasil lakukan hentakan perut d. Bila tidak berhasil kombinasikan antara keduannya # Pada korban anak-anak dan bayi dilakukan pukulan punggung saja jika tidak berhasil lakukan RJP. 2 Tenggelam Tujuan : Mencegah dan mengatasi kekurangan oksigen di dalam darah a. Ketika mengangkat korban kepala harus lebih rendah dari badan, ini bertujuan untuk mengurangi resiko menghirup air. b. Baringkan korban pada tempat yang hangat (atasi Hipothermia) dan siap-siap untuk RJP 3 Menghirup gas Tujuan : Memulihkan pernapasan 8

9 a. Singkirkan korban dari bahaya dan bawa ketempat yang berudara segar b. Berikan oksigen bila ada c. Tetapkan bersama korban, periksa napas, nadi, dan tingkat reaksinya setiap 10 menit. 4 Asthma yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan. Gejala : a. Sesak napas, ditandai fase ekspirasi yang memanjang b. Suara mencicit ketika menghirup napas c. Tegang dan cepat, korban susah diajak bicara, banyak berbisik d. Kulit membiru (sianosis) e. Kesadaran menurun (gelisah/meracau) f. Pada serangan berat usaha untuk bernapas dapat menyebabkan kelelahan hebat g. Otot bantu napas di leher terlihat menonjol Tujuan : Melegakan pernapasan a. Tenangkan korban b. Dudukkan pasien bersandar ke depan dengan posisi ½ duduk dan istirahat sambil berpegangan. Pastikan pasien cukup mendapat udara segar c. Suruh pasien untuk mengatur napasnya d. Beri oksigen (bantu) bila diperlukan e. Bila pasien mempunyai obat, suruh ia menggunakannya / meminumnya b) GANGGUAN SIRKULASI 1. Shock Gejala : a. Lemah dan pening b. Mual dan mungkin muntah dan haus c. Napas cepat dan dangkal d. Nadi cepat dan tidak teratur Tujuan : a. Mengenali tanda-tanda shock b. Menangani penyebabnya bila jelas c. Memperbaiki suplai darah ke otak, jantung ydan paru-paru a. Atasi setiap penyebab shock yang mungkin dapat anda tangani b. Pasien dibaringkan dengan posisi kepala harus lebih rendah 9

10 c. Kaki ditinggikan dan ditopang. Hati-hati kalau anda menduga ada patah tulang d. Longgarkan pakaian yang mengikat agar tekanan pada keher, dada, dan punggang berkurang e. Pasien diselimuti agar tidak kedinginan f. Periksa dan catat pernapasan, nadi dan tingkat reaksi tiap 10 menit 2. Pingsan yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O 2, lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), hiploglikemia, animea Gejala : a. Perasaan limbung b. Menguap berlebihan c. Pandangan berkunang-kunang d. Telinga berdenging e. Nafas tidak teratur f. Muka pucat g. Biji mata melebar h. Lemas i. Keringat dingin j. Tak respon (beberapa menit) k. Denyut nadi lambat Tujuan : Memperbaiki aliran darah ke otak, menenangkan dan menyamakan korban setelah sadar a. Pasien dibaringkan dengan posisi kaki di tinggikan dan ditopang b. Baringkan korban dalam posisi terlentang c. Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung d. Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang menghambat pernafasan e. Beri udara segar f. Periksa kemungkinan cedera lain g. Selimuti korban h. Korban diistirahatkan beberapa saat i. Bila tak segera sadar, periksa nafas dan nadi, posisi stabil, Rujuk ke instansi kesehatan 3. Luka 10

11 yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tibatiba karena kekerasan/injury. Jenis-jenis luka : a. Luka sayat b. Laserasi (Luka robek) c. Abrasi (luka lecet) d. Kontusi (Memar) e. Luka tembus f. Luka tembak a. Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol/boorwater) b. Tutup luka dengan kasa steril/plester c. Balut tekan (jika pendarahannya besar) d. Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka: a. Anda harus memperhatikan dan mengecek apakah ada benda asing pada luka, bila ada: Keluarkan tanpa menyinggung luka Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau kain berbulu) Evakuasi korban ke pusat kesehatan b. Bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika di buang maka luka akan berdarah lagi. 4. Pendarahan yaitu keluarnya darah dari saluran darah kapan saja, dimana saja, dan waktu apa saja. Jenis-jenis Pendarahan : a. Pendarahan arteri b. Pendarahan vena c. Pendarahan Kaliper Prinsip dasar pertolongan pada pendarahan adalah tekan, tinggikan, tinggikan, tekan pembuluh darah dan tenangkan korban serta balut bila perlu (5T), kita juga bisa meneteskan betadine pada bagian yang luka supaya darah terhenti dan tidak terinfeksi 5. Pendarahan Luar Yang Hebat Tujuan : a. Mengatasi pendarahan 11

12 b. Mengatasi shock c. Mengurangi resiko infeksi a. Pakaian dilepas atau digulung supaya luka terlihat b. Tekan luka secara langsung dengan jari atau telapak tangan anda, sebaiknya dengan perban steril atau bantalan kain bersih c. Anggota tubuh yang luka ditinggikan sampai diatas jantung, ditopang dan dipegangi secara hati-hati kalau ada patah tulang d. Baringkan korban agar aliran darah ke daerah luka lebih lambat untuk mencegah infeksi e. Biarkan bantalan semula pada tempatnya. Tutupi dengan perban steril. Balut dengan ketat tapi jangan terlalu keras agar tidak menghambat sirkulasi. f. Bagian yang terluka ditopang seperti pada patah tulang. 6. Pendarahan Dalam Tujuan : Mengatasi endarahan dan mengatasi shock a. Korban dibaringkan telentang, kaki ditinggikan dan ditopang b. korban diselimuti aga5r tidak kedinginan. Periksa dan catat pernapasan, nadi dan reaksinya setiap 10 menit c. Catat jenis, jumlah dan sumber darah yang keluar dari ling tubuh. Bila mungkin, kirim sampelnya ke rumah sakit bersama korban. 7. Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim (terlalu panas/terlalu dingin/kelelahan/benturan). Gejala : a. Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri b. Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh darah c. Kadang disertai pusing a. Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman b. Tenangkan korban c. Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung d. Diminta bernafas lewat mulut e. Bersihkan hidung luar dari darah f. Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan Pertama 12

13 8. Lemah jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah kejantung terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung. Ingat!!! Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung. Hal itu bisa terjadi karena gangguan pencernaan, stress, dan tegang. Gejala : a. Nyeri di dada b. Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit membungkuk c. Kadang sampai tidak merespon terhadap suara d. Denyut nadi tak teraba/lemah e. Gangguan nafas f. Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung g. Kepala terasa ringan h. Lemas i. Kulit berubah pucat/kebiruan j. Keringat berlebihan a. Tenangkan korban b. Istirahatkan c. Posisi ½ duduk d. Buka jalan pernafasan dan atur nafas e. Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan f. Jangan beri makan/minum terlebih dahulu g. Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain didekatnya) 9. Luka Bakar yaitu luka yangterjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar) Tujuan : a. Menghentikan proses terbakar dan meredakan nyeri b. Melakukan resusitasi bila perlu c. Menengani cedera yang ikut terjadi d. Mengurangi resiko infeksi a. Matikan api dengan memutuskan suplai oksigen b. Perhatikan keadaan umum penderita 13

14 c. Pasien dibaringkan. Kalau bisa bagian yang luka jangan menyetuh tanah d. Luka disiram dengan air dingin sebanyak-banyaknya e. Sementara mendinginkan luka, periksa jalan napas, pernapasan dan nadi. Siap-siap melakukan resusitasi jika perlu. f. Lepaskan cincin, arloji, ikat pinggang, sepatu dan pakain yang bekas terbakar secara hati-hati sebelum luka membengkak. Kalau melekat pada luka, pakaian tidak perlu di lepas. g. Luka dibalut dengan pembalut luka atau bahan lainya (luka pada wajah tidak perlu ditutup, ttapi harus terus didinginkan dengan air untuk meredakan nyeri) h. Untuk mencegah terjadinya infeksi: 1 Luka ditutup dengan perban atau kain bersih kering yang tak dapat melekat pada luka 2 Penderita dikerudungi kain putih 3 Luka jangan diberi zat yang tak larut dalam air seperti mentega, kecap dll i. Pemberian sedative/morfin 10 mg im diberikan dalam 24 jam sampai 48 jam pertama j. Bila luka bakar luas penderita dikuasakan k. Transportasi kefasilitasan yang lebih lengkap sebaiknya dilakukan dalam satu jam bila tidak memungkinkan masih bisa dilakukan dalam jam pertama dengan pengawasan ketat selama perjalanan. l. Khusus untuk luka bakar daerah wajah, posisi kepala harus lebih tinggi dari tubuh. c) GANGGUAN KESADARAN 1. Gangguan kesadaran karena terhambat jalan napas dll Tujuan : a. Mempertahankan agar jalan napas tetap terbuka b. Menilai dan mencatat tingkat reaksi c. Menangani cedera yang menyertai a. Buka jalan napas, periksa nadi dan napasnya siap-siap resusitasi b. Atasi pendarahan luar yang berat maupun patah tulang, jangan melangkahi korban yang yang tidak sadar c. Cari cedera atau kelainan yang tidak jelas, cium bau pernapasan d. Baringkan korban dalam posisi pemulihan 14

15 2. Histeria yaitu sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak, berguling-guling) oleh korban; secara kejiwaan mencari perhatian. Gejala : a. Seolah-olah hilang kesadaran b.sikapnya berlebihan (meraung-raung, berguling-guling di tanah) c. Tidak dapat bergerak/berjalan tanpa sebab yang jelas a. Tenangkan korban b. Pisahkan dari keramaian c. Letakkan di tempat yang tenang d. Awasi d) PENGARUH PANAS DAN DINGIN a Hipotermia Hipotermia merupakan suatu kedaan dimana korban dalam keadaan dingin atau suhu badan korban meknurun karena lingkungan yang dingin. Gejala : a. Menggigil atau gemetar b. Kulit dingin, pucat dan kering, kulit terasa dingin seperti marmer c. Apatis, konfusi atau perilaku yang tidak masuk akal, sering menjadi agresif d. Mengantuk e. Gangguan kesadaran f. Pernapasan dangkal, cepat dan nadi lambat g. Pada kasus yang eksterna henti jantung h. Pandangan terganggu. i. Reaksi manik mata terhadap rangsangan cahaya lambat Tujuan : Mencegah agar panas yang hilang tidak bertambah dan menghangatkan badan a. Bawa korban ketempat hangat b. Korban dibaringkan dan diselimuti c. Jaga jalan nafas tetap lancar d. Korban yang sadar di beri minuman hangat, sup atau makan yang berenergi tinggi seperti coklat dll e. Jaga korban agar tetap sadar e. Kalu anda ragu akan kondisi korban yang sudah tua atau masih bayi, panggil dokter 15

16 d. Jika korban menjadi tidak sadar, periksa nadi dan napasnya, serta melakukan resusitasi jika perlu b c Kelelahan akibat kepanasan Gejala : a. Sakit kepala, pening dan konfusi b. Tidak ada nafsu makan dan mual c. Berkeringat, kulit pucat dan lembap d. Kejjang pada kaki atau tangan dan perut e. Denyut nadi cepat kemudian lemah. Tujuan : Memindahkan korban ke tempat yang sejuk, mengganti kehilangan garam dan cairan a. Baringkan korban di tempat sejuk, kaki di tinggikan ydan ditopang b. Kalau korban sadar, berikan minuman cairan yang memiliki kandungan garam rendah (1 sendok garam per liter air) sebanyak munugkin. c. kalau korban segera pulih kembali, sarankan agar berobat ke dokter d. Jika korban menjadi tidak sadar, barinigkan tdalam posisi pemulihan, minta bantuan. Periksa dan catat nadi dan pernapasan serta tingkat reaksinya setiap 10 menit. Dehidrasi yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan cairan. Hal ini terjadi apabila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang masuk. Keluarnya cairan ini biasanya disertai dengan elektrolit (K, Na, Cl, Ca). Dehidrasi disebabkan karena kurang minum dan disertai kehilangan cairan/banyak keringat karena udara terlalu panas atau aktivitas yang terlalu berlebihan. Gejala : a. Dehidrasi ringan Defisit cairan 5% dari berat badan b. Dehidrasi sedang Penderita merasa haus Denyut nadi lebih dari 90x/menit 16

17 Defisit cairan antara 5-10% dari berat badan Denyut Nadi lebih dari 90x/menit Nadi lemah Penderita merasa sangat haus c. Dehidrasi berat Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan Hipotensi Mata cekung Nadi sangat lemah, sampai tak terasa Kejang-kejang a. Mengganti cairan yang hilang dan mengatasi shock b. Mengganti elektrolit yang lemah c. Mengenal dan mengatasi komplikasi yang ada d. Memberantas penyebabnya e. Rutinlah minum jangan tunggu haus e) CEDERA PADA PATAH TULANG, SENDI DAN OTOT Jenis cedera : 1. Fraktur 2. Dislokasi 3. Cedera jaringan lunak 4. Tindakan umum pada tulang Gejala Umum : 1. Kesulitan untuk menggerakkan bagian yang cedera atau tidak bisa di gerakan sama sekali 2. Nyeri paha atau di dekat tempat cedera dan diperberat oleh gerakan. Nyeri yang hebat dan menyakitkan sering menunjukkan suatu dislokasi, nyeri dan lunak di atas tulang kalau disentuh merupakan gejala dari fraktur 3. Perubahan bentuk, memar dan bengkak 4. Gejala-gejala shock kalau patah tulang paha, lengkungan iga dan atau panggul Tujuan : Mencegah gerakan dari bagian yang sakit, mencegah bengkak dan nyeri dan mencari bantuan medis Tindakan Umum: 1. Katakan pada korban supaya tenang. Bagian yang sakit distabilkan dan ditopang dengan tangan sampai dimobilisasi 17

18 2. Agar dapat ditopang dengan baik, bagian yang sakit di satukan dengan bagian tubuh yang sehat. Jika anda menduga ada dislokasi jangan mencoba mengembalikan tulang-tulang ke dalam rongga sendi 3. Minta bantuan, tangani shock kalau ada. Bila mungkin bagian yang cedera ditinggikan, diperiksa sirkulasi di bawah balutan tiap 10 menit. d e Patah Tulang/fraktur yaitu rusaknya jaringan tulang, secara keseluruhan maupun sebagian Gejala : a. Perubahan bentuk b. Nyeri bila ditekan dan kaku c. Bengkak d. Terdengar/terasa (korban) derikan tulang yang retak/patah e. Ada memar (jika tertutup) f. Terjadi pendarahan (jika terbuka) 1. Bagian yang sakit di topang dengan tangan 2. Agar dapat ditopang dengan baik, bagian yang sakit di satukan dengan bagian tubuh yang sehat 3. Minta bantuan, tangani shock kalau ada. Bila mungkin bagian yang cedera ditinggikan, diperiksa sirkulasi di bawah balutan tiap 10 menit. Patah tulang tertutup Periksa Gerakan (apakah bagian tubuh yang luka bisa digerakan/diangkat),sensasi (respon nyeri), Sirkulasi (peredaran darah) a. Ukur bidai (Jalinan bilah bambu atau rotan untuk kerai) disisi yang sehat b. Pasang kain pengikat bidai melalui sela-sela tubuh bawah c. Pasang bantalan didaerah patah tulang d. Pasang bidai meliputi 2 sendi disamping luka e. Ikat bidai f. Periksa GSS (Gerakan, Sensasi (respon nyeri) dan Sirkulasi (peredaran darah) 18

19 f g h i Untuk patah tulang terbuka a. Buat pembalut cincin untuk menstabilkan posisi tulang yang mencuat b. Tutup tulang dengan kasa steril, plastik, pembalut cincin c. Ikat dengan ikatan V d. Untuk selanjutnya ditangani seperti pada patah tulang tertutup Kram yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan. Gejala : a. Nyeri pada otot b. Kadang disertai bengkak a. Istirahatkan penderita b. Posisikan penderita pada posisi yang nyaman c. Relaksasi d. Pijatlah penderita pada arah berlawanan dengan kontraksi Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras. Gejala : a. Warna kebiruan/merah pada kulit b. Nyeri jika di tekan c. Kadang disertai bengkak a. Kompres penderita dengan air dingin b. Balut dan tekanlah pada bagian yang memar c. Tinggikan bagian luka Keseleo yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram. Gejala : a. Bengkak b. Nyeri bila tekan c. Kebiruan/merah pada derah luka d. Sendi terkuncingan e. Ada perubahan bentuk pada sendi a. Korban diposisikan nyaman b. Kompres es/dingin 19

20 c. Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan d. Tinggikan bagian tubuh yang luka f) CEDERA JARINGAN RINGAN Tujuan : Mengurangi bengkak dan nyeri, kemudian mencari bantuan medis bila perlu. 1. Istirahatkan, stabilkan dan topang bagian bagian yang cedera dalam posisi yang nyaman bagi korban 2. Bila cedera baru saja terjadi, kompres (dinginkan) bagian tersebut dengan es yanig dibungkus dengan kain untuk mengurangi bengkak dan nyeri. 3. Seputar bagian yang cedera ditekan sedikit dengan gumpalan kapas atau busa yang tebal, eratkan dengan balutan 4. Bagian yang cedera ditopang dan ditinggikan supaya aliran darah ke tempat itu berkurang dan untuk mengurangi memar 5. Minta bantuan bila perlu. g) KERACUNAN MAKANAN ATAU MINUMAN Keracunan yanug dialami oleh penderita akibat makanan atau minuman yang mengandung racun. Gejala : 1. Mual, muntah 2. Keringat dingin 3. Wajah pucat/kebiruan 4. Pusing 5. Kejang-kejang seluruh badan 6. Kadang-kadang mencret 7. Kalau terlalu berat bisa pingsang 1. Bawa korban ke tempat yang teduh dan segar 2. Jika korban tidak sehat, pastikan jalan napas selalu terbuka dan amati pernapasan dan sirkulasinya 3. Cegah c edera lebih lanjut 4. Untuk racun yang tertelan, jangan berusaha agar korban muntah karena bisa membahayakan korban, ada baik korban di beri susu atau obat norit kalau ada 5. Untuk racun yang terhirup, Singkirkan korban dari bahaya dan bawa ke tempat yang udaranya segar 20

21 6. Untuk racun yang terserap, sisa-sisa zat kimia yang masih ada pada kulit di bilas dengan air megalir. 7. Istirahatkan 8. Jangan diberi air minum sampai kondisinya lebih baik. Catatan : Apabila anda menginginkan korban muntah, Tindakan yang harus dilakukan adalah mencampur satu sendok garam dengan air panas Atau dengan sepotong sabun yang dikocok dengan segelas air panas. Jika racun sudah leluar beri minum segelas susu untuk melepaskan jaringan-jaringan yang rusak. h) BENDA ASING 1. Tentukan apakah mungkin atau bijaksana apabila berusahamengeluarkan benda tersebut. Ada benda yang tidak boleh dan tidak dapat dikeluarkan oleh penolong. Apabila tidak dapat dikeluarkan mintalah bantuan medis 2. Jika benda tersebut dapat di keluarkan maka yang terpenting adalah tenangkan korban dan kurangi serta perhatikan resiko pendarahan dan terinfeksi. i) PUSING/VERTIGO/NYERI KEPALA yaitu sakit kepala yang disebabkan oleh kelelahan, kelaparan, gangguan kesehatan dll. Gejala : 1. Kepala terasa nyeri/berdenyut 2. Kehilangan keseimbangan tubuh 3. Lemas 1. Istirahatkan korban 2. Beri minuman hangat 3. beri obat bila perlu 4. Tangani sesuai penyebab j) MAAG/MUAL yaitu gangguan lambung/saluran pencernaan. Gejala : 1. Perut terasa nyeri/mual 2. Berkeringat dingin 21

22 3. Lemas 1. Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi korban 2. Beri minuman hangat (teh/kopi) 3. Jangan beri makan terlalu cepat D. Pengertian, Jenis Dan Karakteristik B3 1. Pengertian B3 Pengertian B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, B3 didefinisikan sebagai bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Sedangkan menurut OSHA (Occupational Safety and Health of the United State Government) adalah bahan yang karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan properti dan atau lingkungan. 2. Jenis - jenis B3 a. Jenis B3 menurut jenisnya : B3 Jenis Padatan B3 Jenis Cairan B3 Jenis Gas b. Jenis B3 menurut sumbernya meliputi : B3 dari sumber tidak spesifik; B3 dari sumber spesifik; B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. 3. Karakteristik B3 22

23 Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 74 Tahun 2001 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu: Mudah Meledak Pada suhu dan tekanan standar (25 derajat Celcius, 760 mmhg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya. Mudah Terbakar Limbah yang mempunyai salah satu sifat ini sebagai berikut : a Berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan atau pada titik nyala tidak lebih dari 60 derajat Celcius akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmhg b Bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air, atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus c Limbah yang bertekanan yang mudah terbakar d Merupakan limbah pengoksidasi 23

24 Beracun Limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, kulit, atau mulut. Infeksius Limbah laboratorium medis, atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular. 24

25 Bersifat Korosif Limbah yang memiliki dari salah satu sifat berupa : a Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit b Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja c Mempunyai ph sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan dan sama atau lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa Bersifat Reaktif Yang dimaksud dengan reaktif adalah : a Pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkab b c perubahan tanpa peledakan Dapat bereaksi hebat dengan air, apabila bercampur air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan Limbah Sianida, Sulfida, atau Amoniak yang pada kondisi ph antara 2 dan 12.5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun 25

26 d e dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan Yang Mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar (25 derajat Celcius, 760 mmhg) Menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi Peningkatan karakteristik materi limbah B3 ini menunjukan bahwa pemerintah sebenarnya memberikan perhatian khusus untuk pengelolaan lingkungan Indonesia. Hanya memang perlu menjadi perhatian bahwa implementasi dari peraturan masih sangat kurang di negara ini. E. Tata Cara Mengelola Bahan Berbahaya Dan Beracun(B3) Untuk tatacara pengelolaan B3 tertuang peraturan UU RI dan PP tentang dasar hukum perizinan dan kewajiban pengelolaan limbah b3: Undang-undang RI No. 23 / 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup : Pasal 16 : setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan; Pasal 20 ayat (1), Tanpa Suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan hidup; Pasal 15 ayat (1), Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) PP No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 : 26

27 Pasal 9 s/d Pasal 26 : pelaku pengelola limbah B3 (penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan/atau penimbun limbah B3) wajib melakukan pengelolaan limbah B3 sesuai ketentuan yang berlaku; Pasal 40 ayat (1) : setiap badan usaha yang melakukan kegiatan pengelolaan limbah B3 wajib memiliki izin dan atau rekomendasi pengelolaan limbah B3; Pasal 40 PP 18/1999 Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan : Penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan atau penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari Kepala Instansi yang bertanggung jawab Pengangkut limbah B3 wajib memiliki izin pengangkutan dari Menteri Perhubungan setelah mendapat rekomendasi dari Kepala Instansi yang bertanggung jawab; Pemanfaat limbah B3 sebagai kegiatan utama wajib memiliki izin pemanfaatan dari instansi yang berwenang memberikan izin pemanfaatan setelah mendapat rekomendasi dari Kepala instansi yang bertanggung jawab. Pasal 43 PP 18/1999 Kegiatan pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 sebagai kegiatan utama wajib dibuatkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Permen LH No. 11/2006 ttg Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL : Wajib AMDAL untuk pengelolaan limbah B3 sebagai kegiatan utama kecuali kegiatan skala kecil spt pengumpul minyak pelumas bekas, 27

28 slop oil, timah dan flux solder, aki bekas, solvent bekas, limbah kaca terkontaminasi limbah B3 (cukup UKL & UPL) Pengelolaan limbah B3 bukan sebagai kegiatan utama, AMDAL atau UKL & UPL-nya sudah terintegrasi dalam kegiatan utama dengan ketentuan bahwa dalam dokumen AMDAL atau UKL & UPL sudah mencantumkan kegiatan pengelolaan Limbah B3 Pasal 45 PP 18/1999 Kegiatan baru yang menghasilkan limbah B3 yang melakukan pengolahan dan pemanfaatan limbah yang lokasinya sama dengan kegiatan utama, maka AMDAL untuk kegiatan pengolahan limbah B3 dibuat secara terintegrasi dengan AMDAL kegiatan utama. Apabila pengolahan limbah B3 dilakukan penghasil dan pemanfaat di lokasi kegiatan utamanya, maka hanya RKL-RPL yang telah disetujui yang diajukan kepada instansi yang bertanggungjawab. Pasal 26 PP 27/1999 tentang AMDAL Keputusan kelayakan LH suatu usaha dan/atau kegiatan menjadi batal atas kekuatan PP ini apabila pemrakarsa mengubah desain dan/atau proses dan/atau kapasitas dan/atau bahan baku dan/atau bahan penolong. Apabila pemrakarsa hendak melaksanakan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (1), maka pemrakarsa wajib membuat analisis mengenai dampak LH baru sesuai dengan ketentuan PP ini. Permen LH No. 12/2007 Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup bagi Usaha dan/ atau Kegiatan yang tidak Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup. KRITERIA suatu usaha dan/atau kegiatan WAJIB DPPL : o Telah melakukan kegiatan fisik baik tahap konstruksi sampai dengan tahap operasional sebelum 25 September

29 o o o Tidak memiliki dokumen pengelolaan lingkungan hidup yang telah disahkan (AMDAL, UKL-UPL, SPPL, SEMDAL, DPL) Telah memiliki izin usaha dan/atau izin kegiatan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang Sesuai dengan peruntukan TATA RUANG Kewenangan Penilaian Dokumen Lingkungan Bidang Pengelolaan Limbah B3 : AMDAL = Permen LH 05 Tahun 2008 o Kegiatan pengolahan dan penimbunan sebagai kegiatan utama = Komisi AMDAL Pusat o Kegiatan pengumpulan skala provinsi dan pemanfaatan limbah B3 sebagai kegiatan utama = Komisi AMDAL Provinsi o Kegiatan pengumpulan skala kabupaten/ kota = Komisi AMDAL Kabupaten/ Kota o UKL UPL = Kepmen LH 86 Tahun 2002 Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/ Kota o DPPL = Permen LH 12 Tahun 2007 Kementerian Lingkungan Hidup Pasal 1 Permen LH No. 02/2008 Tentang Pemanfaatan Limbah B3 : Butir 6 : Reuse adalah penggunaan kembali limbah B3 dengan tujuan yang sama tanpa melalui proses tambahan secara kimia, fisika, biologi, dan/atau secara thermal. Butir 7 : Recycle adalah mendaur ulang komponen-komponen yang bermanfaat melalui proses tambahan secara kimia, fisika, biologi, dan/atau secara thermal yang menghasilkan produk yang sama ataupun produk yang berbeda. Butir 8 : Recovery adalah perolehan kembali komponen-komponen yang bermanfaat dengan proses kimia, fisika, biologi, dan/atau secara thermal. 29

30 Pasal 6 Permen LH No. 18/2009 Tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3 : Usaha dan/atau kegiatan yang menggunakan produk dan/atau produk antara yang dihasilkan dari usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan limbah B3 tidak diwajibkan memiliki izin. Produk dan/atau produk antara sebagaimana dimaksud di atas harus telah melalui suatu proses produksi dan memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), standar internasional, atau standar lain yang diakui oleh nasional atau internasional. Keterangan : Usaha dan/atau kegiatan yang menggunakan produk dan/atau produk antara yang dihasilkan dari usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan limbah B3 tetap diwajibkan memiliki izin apabila produk dan/atau produk antara tersebut belum atau tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), standar internasional, atau standar lain yang diakui oleh nasional atau internasional. Pasal 2 Permen LH No. 18/2009 Tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3 : Penghasil limbah B3 tidak dapat melakukan kegiatan pengumpulan limbah B3. Keterangan : Ketentuan diatas dimaksudkan bagi pelaku pengelola limbah yang hanya sebagai penghasil limbah B3 tetapi bagi Penghasil limbah B3 yang sekaligus sebagai pemanfaat dan/atau pengolah limbah B3 dapat melakukan kegiatan pengumpulan limbah B3. TUJUAN PERIZINAN PLB3 Sebagai alat kontrol dalam penaatan PLB3 Memastikan pengelolaan limbah B3 memenuhi persyaratan administratif dan teknis sehingga meminimisasi potensi bahaya ke lingkungan; Menjamin leveled playing field ; 30

31 Memudahkan pengawasan. 31

32 A B BAB III PENUTUP Kesimpulan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) merupakan perlakukan paling cepat dan tepat yang dilakukan oleh seseorang dalam upaya pemulihan keadaan bagi orang yang sedang mengalami kecelakaan. PPPK memiliki tujuan, prinsip dan pedoman yang harus dimengerti dan dipahami oleh penolong agar dapat memperbaiki keadaan, bukan malah memperburuk keadaan. Karena sebagian besar orang malah panik dan tidak fokus untuk menolong dalam situasi kecelakaan, tetapi justru konsentrasi dengan ketakutannya sendiri. Dalam melakukan tindakan PPPK, pihak penolong perlu memiliki alat dan bahan yang digunakan untuk menangani luka yang dialami oleh korban dengan sesegera mungkin. Biasanya alat dan bahan ini diletakkan di dalam kotak yang disebut kotak PPPK. Kotak ini berukuran tidak terlalu besar. Sehingga bisa dianggap cukup cocok untuk dibawa dalam perjalanan. Karena di manapun dan kapanpun manusia tidak tahu kecelakaan yang akan menimpanya. PPPK bisa dilakukan oleh orang awam sekali pun, sebelum ditangani langsung oleh ahli. Penyebab terjadinya kecelakaan yang membahayakan manusia salah satunya adalah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Setiap jenis bahan ini memberikan dampak yang berbeda pada korbannya. Meski demikian, tentu selemah-lemahnya dampak yang diakibatkan akan menyebabkan rasa tidak nyaman pada korban. Sehingga sebisa mungkin manusia dihindarkan dari penyebab kecelakaan, termasuk dari apa yang tergolong dalam B3. B3 memang dapat merugikan berbagai pihak, namun dengan pengolahan yang tepat, tentu B3 tidak akan merugikan. Dengan kata lain, B3 tidak semata-mata selalu menimbulkan akibat buruk, tetapi B3 dapat diolah, bahkan dimanipulasi agar tidak berbahaya, atau malah dapat menguntungkan bagi kehidupan manusia. Manusia harus pandai-pandai mengelola lingkungan dan dirinya sendiri untuk menjaga kesehatan dan keselamatan banyak pihak. Saran Manusia hendaknya mengerti dan memahami tujuan, prinsip dan pedoman dari Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK). Sekali pun 32

33 bukan dokter atau juru kesehatan, pengetahuan tentang PPPK akan sangat brmanfaat dalam kehidupan manusia. Manusia hendaknya memiliki pengetahuan tentang alat dan bahan yang dapat digunakan untuk melakukan PPPK sehingga manusia dapat mempersiapkan dan memanfaatkan alat-alat di sekitarnya untuk melakukan PPPK. Manusia hendaknya mengetahui bahan-bahan yang termasuk di dalam jenis Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) sehingga manusia dapat menghindarkan diri dari bahan-bahan sejenis ini yang dapat membahayakan kondisi tubuhnya dan sekitarnya. Manusia hendaknya dapat mengelola B3 agar bahan-bahan ini tidak mengakibatkan dampak negatif, tetapi justru dapat berdampak positif dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. 33

34 DAFTAR PUSTAKA Alam Endah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Pengertian dan Jenis. pengertian-dan-jenis/. (Online). Diakses pada 21 Maret Ecostar Group Limbah B3. (Online). Diakses Pada 21 Maret Panitia Revisi PUIL Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000). Jakarta : Badan Standardisasi Nasional. Sputra, Wanda Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). (Online). Diakses pada 22 Maret Winarso P3K Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (First Aid). (Online). Diakses pada 22 Maret

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA DIABETES HIPOGLIKEMIA GEJALA TANDA : Pusing Lemah dan gemetar Lapar Jari dan bibir kebas Pucat Berkeringat Nadi cepat Mental bingung Tak sadar DIABETES HIPOGLIKEMIA PERTOLONGAN PERTAMA ; Bila tak sadar

Lebih terperinci

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Oleh : Agus Triyono, M.Kes Pengertian Kedaruratan medis adalah keadaan non trauma atau disebut juga kasus medis. Seseorang dengan kedarutan medis dapat juga terjadi cedera.

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Pengertian P3K Pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang menderita sakit atau kecelakaan sebelum mendapat pertolongan dari dokter. Sifat dari P3K :

Lebih terperinci

LUKA BAKAR Halaman 1

LUKA BAKAR Halaman 1 LUKA BAKAR Halaman 1 1. LEPASKAN: Lepaskan pakaian/ perhiasan dari daerah yang terbakar. Pakaian yang masih panas dapat memperburuk luka bakar 2. BASUH: Letakkan daerah yang terbakar di bawah aliran air

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Tujuan 1. Menyelamatkan jiwa korban 2. Meringankan penderitaan korban serta mencegah bahaya lanjut akibat kecelakaan 3. Mempertahankan daya tahan korban sampai pertolongan

Lebih terperinci

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Paryanto, Ir.,MS Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sebelas Maret Bimbingan Teknis Pengendalian B3 Pusat Pelatihan

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN KARYA TULIS PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Disusun Oleh: Tito Sucipto, S.Hut., M.Si. NIP. 19790221 200312 1 001 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara SUBSTANSI MATERI

13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara SUBSTANSI MATERI 13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara Modul Diklat Basic PKP-PK 13.1 Kecelakaan pesawat udara 13.1.1 Terjadinya kecelakaan pesawat udara a. Kecelakaan pesawat udara diketahui sebelumnya;

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA Latar belakang: Sumber bahaya di tempat kerja Disadari tapi tidak dimengerti Dapat mengakibatkan cedera terhadap pekerja (manusianya) Adanya kecelakaan

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Menimbang Mengingat BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum TOKSIKOLOGI Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik Sola dosis facit venenum 1 KLASIFIKASI Berdasarkan cara: Self-poisoning Attempted poisoning Accidental poisoning

Lebih terperinci

MANAJEMEN P3K DI TEMPAT KERJA. Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja

MANAJEMEN P3K DI TEMPAT KERJA. Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja MANAJEMEN P3K DI TEMPAT KERJA Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi kecelakaan yang menimpa Kecelakaan

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA Jika anda orang yang pertama menemukan kejadian kecelakaan yang serius, jangan menjadikan diri anda sebagai korban. Tetap tenang Ikuti prosedur gawat darurat Pertolongan pertama harus

Lebih terperinci

P3K Posted by faedil Dec :48

P3K Posted by faedil Dec :48 P3K Posted by faedil011-06 Dec 2009 20:48 PENDAHULUAN 1. Ketrampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) merupakan salah satu kegiatan kepramukaan yang memberikan bekal peserta didik dalam hal pengalaman:

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB I KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) Sistem utama tubuh manusia Sistem Pernapasan Sistem Peredaran Darah Mati Mati klinis Pada saat pemeriksaan penderita tidak menemukan adanya fungsi sistem perdarahan

Lebih terperinci

BAB VI PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

BAB VI PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN BAB VI PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN A. Pengertian Pertolongan pertama adalah pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang sakit mendadak atau yang mendapat kecelakaan sebelum mendapat

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT Klinik Pratama 24 Jam Firdaus Pendahuluan serangkaian usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan seseorang dari kematian

Lebih terperinci

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL 1. N a m a Golongan Essential Oil Sinonim / Nama Dagang (3) Cannabis chinense; Cannabis indica; Hempseed oil Nomor Identifikasi Nomor CAS : 68956-68-3 (1,7) Nomor

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB I. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE- KABUPAATEN TEGAL

PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE- KABUPAATEN TEGAL PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE- KABUPAATEN TEGAL Tegal, 19 s/d 20 Mei 2004 PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE-KABUPAATEN TEGAL TANGGAL 19 S/D 20 MEI 2004 1. Darah

Lebih terperinci

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Materi 12 CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Oleh : Agus Triyono, M.Kes A. CEDERA KEPALA Pengertian : Semua kejadian pada daerah kepala yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak baik

Lebih terperinci

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati

Lebih terperinci

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE 1. N a m a Golongan Mineral Sinonim/Nama Dagang (1,2) Tidak tersedia. Selenium aspartat merupakan komposisi dari sodium selenite, l-aspartic acid, dan protein sayur

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

Lebih terperinci

MAKALAH P3K. Untuk memenuhi salah satu tugas dari Guru Bidang K3LH Ibu Atik Maskomara. Disusun Oleh: Milan Herdiana Ayu Risma Wini Nursopah

MAKALAH P3K. Untuk memenuhi salah satu tugas dari Guru Bidang K3LH Ibu Atik Maskomara. Disusun Oleh: Milan Herdiana Ayu Risma Wini Nursopah MAKALAH P3K Untuk memenuhi salah satu tugas dari Guru Bidang K3LH Ibu Atik Maskomara Disusun Oleh: Milan Herdiana Ayu Risma Wini Nursopah SMK ALFARIZI BANTARUJEG 2014/2015 KATA PENGANTAR Segala puja dan

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR Apa yang akan Anda lakukan jika Anda menemukan seseorang yang mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernafas spontan? Apakah Anda

Lebih terperinci

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK Demam pada anak merupakan salah satu pertanda bahwa tubuhnya sedang melakukan perlawanan terhadap kuman yang menginfeksi. Gangguan kesehatan ringan ini sering

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Cedera Otak dan Penyakit Kronis Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Apakah yang Dimaksudkan dengan Kelumpuhan Otak itu? Kelumpuhan

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

KOMPLIKASI PHLEBOTOMY

KOMPLIKASI PHLEBOTOMY NAMA NIM/SMT : HALUMMA FADHILAH : P17434113014/ IVA ANALIS KOMPLIKASI PHLEBOTOMY A. Pendarahan Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilan darah alteri. Pengambilan darah kapiler lebih

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA

PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA Sebuah perusahaan hendaknya memiliki ruangan khusus (ruang P3K) untuk berjaga-jaga jika ada pegawai yang mengalami kecelakaan kerja. Letak ruang Pertolongan Pertama (P3K)

Lebih terperinci

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 #7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001

Lebih terperinci

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax. Jl. Raya Merak Km. 7 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Telp. (0254) 570-42, Fax. (0254) 57-458 0 April 2007 7 November 204 PAGE OF 6 BAGIAN- : IDENTIFIKASI PERUSAHAAN DAN PRODUK KIMIA Nama produk Kimia :

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN A. UMUM P3K merupakan sebuah pengetahuan dan keterampilan karena jika kita hanya mengetahui teorinya saja tanpa melakukan latihan atau praktek, maka mental kita tidak

Lebih terperinci

Soal UKK Penjasorkes Kurikulum 2013 Kelas VII SMP

Soal UKK Penjasorkes Kurikulum 2013 Kelas VII SMP Soal UKK Penjasorkes Kurikulum 2013 Kelas VII SMP Latihan Soal UKK (Ulangan Kenaikan Kelas) Mapel Penjasorkes (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) Kurikulum 2013 Kelas VII SMP 1. Kemampuan tubuh

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2 By: Syariffudin Definisi Teori Penyebab Penyakit Teori penyebab penyakit memiliki pengertian sebuah teori yang mempelajari gejala-gejala timbulnya penyakit karena adanya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

11/9/2011 TOKSIKOLOGI. Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Sola dosis facit venenum

11/9/2011 TOKSIKOLOGI. Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Sola dosis facit venenum TOKSIKOLOGI Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik Sola dosis facit venenum 1 KLASIFIKASI Berdasarkan cara: Self-poisoning Attempted poisoning Accidental poisoning

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 Disampaikan pada tanggal 23 November 2017 DIREKTORAT PEMULIHAN KONTAMINASI DAN TANGGAP DARURAT LIMBAH B3 DIRJEN PENGELOLAAN SAMPAH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelahiran bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi yang lahir sehat. bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan pembagian.masa neonatal,

Lebih terperinci

Manfaat Minum Air Putih

Manfaat Minum Air Putih Manfaat Minum Air Putih "Teman-teman, mungkin banyak dari kita yang malas minum air putih...padahal manfaatnya banyak banget...yuks kita kupas manfaatnya!" Sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari air. Otak

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis RUST PREVENTIVE OIL 05 Januari 2015 1. Pengantar RUST PREVENTIVE OIL adalah bahan kimia yang diformulasikan khusus sebagai anti karat yang bersifat mudah

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. PSM/AGR-KBN/10 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 07 Mei 2012 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Hal 1 dari 8 SEJARAH PERUBAHAN DOKUMEN

Lebih terperinci

Panduan kecil Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD)

Panduan kecil Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) Panduan kecil Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PBBM) D i b u a t o l e h Y a y a s a n I D E P i n f o @ i d e p f o u n d a t i o n. o r g Untuk keterangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011

LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011 LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011 SPESIFIKASI WADAH PESTISIDA a. Volume Volume wadah dinyatakan dengan satuan yang jelas seperti ml (mililiter),

Lebih terperinci

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA PROGRAM STUDI DIPLOMA III AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 KATA PENGANTAR Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 tahun

Lebih terperinci

CEDERA OLAHRAGA PADA SENAM DAN UPAYA P3K. Oleh: Dr. Sugeng Purwanto Dosen PJKR FIK UNY

CEDERA OLAHRAGA PADA SENAM DAN UPAYA P3K. Oleh: Dr. Sugeng Purwanto Dosen PJKR FIK UNY CEDERA OLAHRAGA PADA SENAM DAN UPAYA P3K Oleh: Dr. Sugeng Purwanto Dosen PJKR FIK UNY Pendahuluan Or senam dimasyarakat sdh banyak dikenal, bhw OR senam terdiri dari senam ritmis, gymnastic, dan sport

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis NEUTRALIZER 25 05 Januari 2015 1. Pengantar NEUTRALIZER 25 adalah produk yang berbentuk bubuk (powder), produk ini secara khusus diformulasikan sebagai

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTEM KESELAMATAN KERJA. Penyusun : Tim Prodi Teknik Komputer Kontrol

PEDOMAN SISTEM KESELAMATAN KERJA. Penyusun : Tim Prodi Teknik Komputer Kontrol PEDOMAN SISTEM KESELAMATAN KERJA Penyusun : Tim Prodi Teknik Komputer Kontrol PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER KONTROL POLITEKNIK MADIUN 2016 P E D O M A N SISTEM KESELAMATAN KERJA Keselamatan kerja di tempat

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3

PENGELOLAAN OPERASI K3 PENGELOLAAN OPERASI K3 Bahan Kuliah Fakultas : Teknik Program Studi : Teknik Industri Tahun Akademik : Genap 2012/2013 Kode Mata Kuliah : TIN 211 Nama Mata Kuliah : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri

Lebih terperinci

Keselamatan Kerja di Laboratorium

Keselamatan Kerja di Laboratorium Keselamatan Kerja di Laboratorium Perhatikan PetunjuKeselamatan kerja Berkaitan dengan keamanan, kenyamanan kerja, dan kepentingan kesehatan, Keselamatan kerja sangat penting di perhatikan dalam bekerja

Lebih terperinci

PINGSAN. Gejala: Keringat dingin Mual Pusing dan mata berkunang-kunang Telinga berdenging Dada berdebar-debar Kepala terasa ringan.

PINGSAN. Gejala: Keringat dingin Mual Pusing dan mata berkunang-kunang Telinga berdenging Dada berdebar-debar Kepala terasa ringan. PINGSAN Pingsan atau syncope adalah kehilangan kesadaran sementara yang terjadi secara spontan dan dapat kembali ke kondisi normal. Kondisi ini disertai hilangnya kekuatan otot yang dapat berakibat pada

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Glufosinate ammonium 150 g/l Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Kenbast 150 SL Nama Kimia : ammonium 4-(hydroxyl(methyl)

Lebih terperinci

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA Penjelasan gambar Zat aktif + pencampur Pestisida Sebagian besar pestisida digunakan di pertanian,perkebunan tetapi bisa digunakan di rumah tangga Kegunaan : - Mencegah

Lebih terperinci

CARA MENGATASI GIGITAN ULAR

CARA MENGATASI GIGITAN ULAR CARA MENGATASI GIGITAN ULAR Waingapu, 18 Pebruari 2016 SAMPOERNA RESCUE 1 PEMBAHASAN Cara Mengatasi Gigitan Ular Berbisa Cara Mengatasi Gigitan Ular Tidak Berbisa Memahami Ular dan Gigitannya 2 MENGENAL

Lebih terperinci

Pertolongan Pertama. pada Keracunan Pestisida

Pertolongan Pertama. pada Keracunan Pestisida INDONESIA Peranan CropLife Indonesia Pertolongan Pertama Dalam Meminimalkan Pemalsuan Pestisida pada Keracunan Pestisida CROPLIFE INDONESIA - vegimpact Deddy Djuniadi Executive Director CropLife Indonesia

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Imidacloprid 10% Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Kimida 10 WP Nama Kimia : (E)-1-(6-chloro-3-pyridylmethyl)-N-nitroimidazolidin-2-

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis PAINT REMOVER 40 05 Januari 2015 1. Pengantar PAINT REMOVER 40 adalah bahan kimia yang bersifat asam yang sangat efektif untuk menghilangkan cat 2. Penggunaan

Lebih terperinci

Regina Tutik Padmaningrum, Jurdik Kimia, UNY

Regina Tutik Padmaningrum, Jurdik Kimia, UNY KESELAMATAN DAN KEAMANAN KERJA DI LABORATORIUM KIMIA Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta regina_tutikp@uny.ac.id Keselamatan kerja di laboratorium

Lebih terperinci

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax. Jl. Raya Merak Km. 7 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Telp. (0254) 570-42, Fax. (0254) 57-458 0 April 2007 7 November 204 PAGE OF 6 BAGIAN- : IDENTIFIKASI PERUSAHAAN DAN PRODUK KIMIA Nama produk Kimia :

Lebih terperinci

BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA

BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA 1417031006 Tabel Bahan Kimia Berbahaya No Nama Bahan Kimia Simbol Keterangan 1 Natrium Peroxide Oksidasi Korosif 2 Acrylamide 3 Sodium Hidroxide Korosif 4 Napthalene

Lebih terperinci

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi: Dehidrasi Pengertian, Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan Pengertian: Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan, sehingga keseimbangan gula-garam

Lebih terperinci

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi ASI Asi harus dibuang dulu sebelum menyusui, karena ASI yang keluar adalah ASI lama (Basi). ASI tak pernah basi! biasanya yang dimaksud dengan ASI lama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai denganisi pasal 34 ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai denganisi pasal 34 ayat (3) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan sarana utama untuk menunjang dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai denganisi pasal 34 ayat (3) UUD 1945 bahwa Negara bertanggung

Lebih terperinci

! KARTU PP/ DARSTELLERKARTEN / ACTORS CARDS 1

! KARTU PP/ DARSTELLERKARTEN / ACTORS CARDS 1 KARTU PP/ DARSTELLERKARTEN / ACTORS CARDS 1 "#$%&'()%*&' "#$%&'#$()*+,-+*#.'/0#12.##$.34,./#$5%#'*,+67"894$:(;0;#,&+*3/,)&1/.D.;=#&/+$/$E4,6#$%*+,='/0.,4$#)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Praktik Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Perawatan Luka 1. Pengertian Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respon. Sikap dapat terwujud dalam tindakan

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Gliserin Mentah

Material Safety Data Sheet. : Gliserin Mentah Material Safety Data Sheet Gliserin Mentah Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Gliserin Mentah Identifikasi Perusahaan : Campuran Gliserin dan Asam Lemak Ester Alamat : Tradeasia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Fipronil 50 g/l : Ken-Pronil 50 SC : 5-amino-1-(2, 6-dichloro-4-(trifluoromethyl)phenyl)-4-

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Lambda-cyhalothrin 25 g/l : Taekwando 25 EC : (S)-α-cyano-3-phenoxybenzyl

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Glyphosate Isopropylammonium 490 g/l : Kenfosat 490 SL : N-(fosfonometil)

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

Untuk menjamin makanan aman

Untuk menjamin makanan aman Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN I. UMUM P3K merupakan sebuah pengetahuan dan keterampilan karena jika kita hanya mengetahui teorinya saja tanpa melakukan latihan atau praktek, maka mental kita tidak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa pengelolaan limbah

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : 2,4-D Dimethyl ammonium 865 g/l : Ken-Amine 865 SL : 2, 4-dichlorophenoxy

Lebih terperinci

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun Lampiran 1 KUESIONER GAMBARAN KELUHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA PANDAI BESI DITINJAU DARI SIKAP KERJA DAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KUALA BEGUMIT KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan mencegah keadaan bertambah buruk, cacat tubuh bahkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. tujuan mencegah keadaan bertambah buruk, cacat tubuh bahkan kematian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertolongan pertama merupakan suatu tindakan pertolongan ataupun bentuk perawatan yang diberikan secara cepat dan tepat terhadap seorang korban dengan tujuan mencegah

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo Material Safety Data Sheet Resin Pinus Oleo Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Resin Pinus Oleo Sinonim : Pinus Resin Turpentin Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International

Lebih terperinci

Bab XV. Aborsi dan Komplikasinya. Mengapa bisa terjadi aborsi pada perempuan? Aborsi yang aman dan tidak aman. Komplikasi aborsi

Bab XV. Aborsi dan Komplikasinya. Mengapa bisa terjadi aborsi pada perempuan? Aborsi yang aman dan tidak aman. Komplikasi aborsi Bab XV Aborsi dan Komplikasinya Mengapa bisa terjadi aborsi pada perempuan? Aborsi yang aman dan tidak aman Komplikasi aborsi Pencegahan aborsi yang tidak aman 326 Aborsi adalah suatu tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS 1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kirakira 6 minggu. Anjurkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasa digunakan sebagai pelarut di industri dan sebagai bahan tambahan dari etanol dalam proses denaturasi

Lebih terperinci

Penyuluhan tentang VAS+D

Penyuluhan tentang VAS+D Nama: Penyuluhan tentang VAS+D Bagian Pemberian Tablet Obat Cacing Umur 6- bulan (6 bulan sampai tahun Umur - bulan ( tahun sampai tahun Usia 4-59 bulan ( tahun sampai 5 tahun Vitamin A Sambutan selamat

Lebih terperinci