MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 68 / HUK / 2010 TENTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 68 / HUK / 2010 TENTANG"

Transkripsi

1 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 68 / HUK / 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL PENYANDANG CACAT BERAT MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran pelaksanaan dan pengawasan Program Jaminan Sosial Penyandang Cacat Berat diperlukan Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Penyandang Cacat Berat, guna perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka; b. bahwa Pedoman sebagaimana dimaksud pada huruf a, merupakan acuan bagi para petugas dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam memberikan bantuan dan jaminan sosial bagi penyandang cacat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Sosial RI tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Penyandang Cacat Berat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3670); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3754); 8. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 10. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II; 11. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 12. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 07/KEP/MENKO/KESRA/III/2005 tentang Koordinasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Penyandang Cacat Tahun ; 13. Peraturan Menteri Sosial Nomor 82/HUK/2005 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial; Memperhatikan : 1. Resolusi UN ESCAP Nomor 58/4 Tahun 2002 Dekade II Se Asia Pasifik tentang Penyandang Cacat (Asian and Pacifik Decade of Person With Disability); 2. Resolusi PBB Nomor 61/106 Tahun 2006 tentang Konvensi Hak-Hak 2

3 Penyandang Cacat dan Protokol Opsional Terhadap Konvensi (The Convention on The Human Rights of Person with Disabilities and The Optional Protocol to The Convention); 3. Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL PENYANDANG CACAT BERAT. PERTAMA : Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Penyandang Cacat Berat sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. KEDUA : Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Penyandang Cacat Berat sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA merupakan pedoman bagi petugas dan para pihak terkait dalam memberikan bantuan dana jaminan sosial bagi penyandang cacat berat, guna perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka. KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal 1 Maret 2010, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan diperbaiki sebagaimana mestinya. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 September 2010 A.N. MENTERI SOSIAL RI, DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL, ttd. MAKMUR SANUSI, Ph.D Salinan, Keputusan ini disampaikan kepada Yth: 1. Menteri Sosial RI (sebagai laporan). 2. Para Gubernur Provinsi di seluruh Indonesia. 3. Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Sosial Republik Indonesia. 4. Kepala Pusat Perundang-undangan dan Bantuan Hukum Kementerian Sosial Republik Indonesia. 5. Kepala Biro Perencanaan Kementerian Sosial Republik Indonesia. 6. Para Kepala Dinas/Instansi Sosial Provinsi di seluruh Indonesia. 7. PT Pos Indonesia (Persero). 3

4 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 68 / HUK / 2010 TANGGAL : 2 SEPTEMBER 2010 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL PENYANDANG CACAT BERAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara bertanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pelaksanaan tanggung jawab negara ini, lebih lanjut diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, penyandang cacat juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. Secara umum penyelenggaraan kesejahteraan sosial ditujukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan sosial, termasuk penyandang cacat. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya-upaya nyata agar kesamaan dan kesetaraan dengan warga negara Indonesia lainnya dapat terwujud, terpadu dan berkesinambungan yang pada akhirnya akan menciptakan kemandirian dan kesejahteraan hidup bagi penyandang cacat. Ada tiga upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menangani permasalahan penyandang cacat yaitu rehabilitasi sosial, pemberdayaan, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial. Upaya rehabilitasi sosial dan pemberdayaan ditujukan kepada mereka penyandang cacat yang derajat kecacatannya tergolong ringan dan sedang, dimana mereka masih bisa membantu dirinya sendiri dan/atau keluarganya. Sedangkan upaya pemeliharaan taraf 4

5 kesejahteraan sosial ditujukan bagi mereka yang sudah tidak bisa direhabilitasi dan seluruh kegiatan sehari-hari tergantung pada orang lain. Berdasarkan data yang dimiliki Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) Kesejahteraan Sosial, jumlah penyandang cacat pada tahun 2008 tercatat sebanyak orang. Adapun jumlah penyandang cacat berat berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000 sebanyak orang. Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat menyatakan bahwa untuk memenuhi hak penyandang cacat berat dilakukan upaya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial yang diberikan kepada penyandang cacat berat yang derajat kecacatannya tidak dapat direhabilitasi dan kehidupannya secara mutlak tergantung pada bantuan orang lain. Kementerian Sosial sejak tahun 2006 telah mengembangkan Program Jaminan Sosial Penyandang Cacat Berat. Sampai dengan tahun 2010 program ini sudah memberikan bantuan kepada orang penyandang cacat berat. Pelaksanaan program ini melibatkan berbagai pihak terkait seperti pemerintah daerah, PT Pos Indonesia, dunia usaha, organisasi sosial, dan masyarakat. Hal tersebut dilakukan agar penanganan terhadap program ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dan terpadu. Program ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal penyandang cacat berat yang mencakup: permakanan/peningkatan gizi dan pembelian sandang. Untuk keberlanjutan pelaksanaan jaminan sosial penyandang cacat berat serta terjadi kesamaan pemahaman, sinkronisasi, dan koordinasi antara para pelaksana di berbagai lini dan tingkatan dan/atau pihak terkait, maka disusunlah Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Penyandang Cacat Berat yang merupakan hasil penyempurnaan dari tahun sebelumnya. B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi petugas dan para pihak terkait dalam memberikan bantuan dana jaminan sosial bagi penyandang cacat berat, guna perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka. 2. Tujuan a. Tersedianya pedoman kerja bagi para petugas dan para pihak terkait dalam melaksanakan pemberian bantuan dana jaminan sosial bagi penyandang cacat berat. 5

6 b. Meningkatnya upaya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial khususnya dalam pelaksanaan pemberian bantuan dana jaminan sosial penyandang cacat berat. c. Terwujudnya mekanisme pelaksanaan pemberian bantuan dana jaminan sosial penyandang cacat berat sehingga dapat terlindungi dan terpenuhinya hak-hak penyandang cacat berat. C. Sasaran Sasaran pedoman ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pemberian bantuan dana jaminan sosial bagi penyandang cacat berat antara lain: 1. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Kementerian Sosial; 2. Pelaksana di dinas/instansi sosial provinsi; 3. Koordinator lapangan di dinas/instansi sosial kabupaten/kota; 4. Pendamping dan pendata; dan 5. Pihak-pihak terkait dalam program jaminan sosial penyandang cacat berat seperti PT Pos Indonesia dan organisasi sosial kecacatan. D. Pengertian 1. Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya, yang terdiri dari penyandang cacat fisik, mental, serta fisik dan mental. 2. Penyandang cacat berat adalah penyandang cacat yang kecacatannya sudah tidak dapat direhabilitasi, tidak dapat melakukan aktivitas kehidupannya sehari-hari dan/atau sepanjang hidupnya tergantung pada bantuan orang lain, dan tidak mampu menghidupi diri sendiri. 3. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. 4. Pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus menerus agar penyandang cacat dapat mewujudkan taraf hidup yang wajar. 5. Jaminan Sosial Bagi Penyandang Cacat Berat untuk selanjutnya disebut JSBPC Berat adalah kebijakan pemerintah dalam bentuk bantuan langsung berupa uang tunai yang diberikan kepada penyandang cacat berat untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar hidup sehari-hari. 6. Kebutuhan dasar hidup adalah kebutuhan hidup minimal, meliputi pangan, sandang, air bersih dan perawatan sehari-hari. 6

7 7. Wali adalah orang tua/keluarga/seseorang yang sehari-harinya mengurus dan membantu aktivitas kehidupan penerima bantuan, serta dapat mewakili kepentingan penerima bantuan. 8. Pendamping adalah petugas lapangan yang ditunjuk dinas/instansi sosial kabupaten/kota berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Sosial untuk melaksanakan tugas pendampingan dalam Program Bantuan Dana Jaminan Sosial Bagi Penyandang Cacat Berat. 9. Pelaksana adalah seseorang yang mempunyai tugas dan bertanggung jawab melaksanakan Program Pemberian Bantuan Dana JSBPC Berat di tingkat provinsi dan/atau kabupaten/kota. 10. Pemutakhiran data adalah perubahan sebagian atau seluruh data awal yang tercatat pada Data Dasar Utama. 7

8 BAB II PROGRAM JAMINAN SOSIAL PENYANDANG CACAT BERAT A. Pengertian Pemberian bantuan dana jaminan sosial bagi penyandang cacat berat adalah kebijakan pemerintah dalam bentuk bantuan langsung berupa uang tunai yang diberikan kepada penyandang cacat berat untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar hidup sehari-hari. B. Tujuan 1. Terpenuhinya kebutuhan dasar minimal penyandang cacat berat (sandang, pangan, air bersih, keperluan sehari-hari) agar taraf kesejahteraan hidupnya dapat terpenuhi secara wajar. 2. Tumbuhnya kepedulian keluarga dan masyarakat terhadap penyandang cacat berat. C. Sasaran 1. Karakteristik Sasaran Penyandang Cacat Berat dengan kecacatannya tidak dapat direhabilitasi melaksanakan aktivitas sehari-hari, dan sepanjang hidupnya sangat tergantung dengan bantuan orang lain. 2. Kriteria Sasaran Program JSPC Berat adalah sebagai berikut: a. kecacatannya sudah tidak dapat direhabilitasi; b. tidak dapat melakukan sendiri aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, dan lain sebagainya atau selalu memerlukan bantuan orang lain; c. tidak mampu menghidupi diri sendiri dan tidak memiliki sumber penghasilan tetap, baik dari diri sendiri maupun dari orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasar; d. berusia antara 2 s/d 59 tahun; e. tidak diberikan kepada kelayan yang sedang mendapat pelayanan dalam panti; f. diutamakan berasal dari keluarga miskin; g. terdaftar sebagai penduduk setempat; dan h. tidak sedang mendapatkan bantuan sejenis dari pemerintah/lembaga sosial. 8

9 D. Tahapan Pelaksanaan Tahapan pelaksanaan program bantuan dana JSPC Berat adalah sebagai berikut: 1. Sosialisasi Program Sosialisasi adalah penyampaian informasi dan penjelasan secara rinci tentang pelaksanaan program jaminan sosial bagi penyandang cacat berat melalui pertemuan yang sifatnya formal maupun informal dan berbagai media informasi seperti media cetak, dan elektronik. 2. Pendataan Pendataan adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang calon penerima bantuan dan keluarganya yang meliputi nama, alamat yang jelas, jenis kecacatan, keadaan sosial ekonomi keluarga dan lain-lain. Pendataan dilakukan dengan menggunakan formulir isian yang telah disediakan (lampiran 1) dan disertai dengan foto seluruh badan terbaru yang menggambarkan kondisi kecacatannya apa adanya dan kondisi tempat tinggal penyandang cacat. Data bisa berasal dari pendamping melalui dinas sosial kabupaten/kota, dan/atau dari organisasi sosial, media massa, kemudian diseleksi dan di kirim ke Kementerian Sosial RI (lampiran 3). 3. Penetapan Penerima JSPC Berat a. Kementerian Sosial RI menerima data dari provinsi, yang selanjutnya diverifikasi ulang secara administratif sebagai bahan untuk menetapkan daftar nama calon penerima bantuan. b. Pemilihan penyandang cacat berat tidak membeda-bedakan suku, ras, dan agama. c. Penetapan penerima JSPC Berat disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Sosial RI. d. Penetapan calon penerima JSPC Berat harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam pedoman ini (lampiran 3), yang diterbitkan Kementerian Sosial RI. Jika dalam pelaksanaannya ditemukan kesalahan dalam penetapan penerima JSPC Berat, maka kepala dinas/instansi sosial kabupaten/kota segera mengalihkan ke sasaran yang lebih tepat. e. Kesalahan dalam penentuan calon penerima JSPC Berat akan menjadi tanggung jawab bersama antara pendamping, kepala desa/lurah dan dinas sosial kabupaten/kota/ provinsi. 9

10 4. Penyaluran Bantuan a. Berdasarkan SK Menteri Sosial RI diterbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) oleh Direktur Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat selaku pembuat komitmen, kemudian diajukan ke KPPN Jakarta III. b. Berdasarkan pengajuan SPM dari Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Penyandang Cacat, KPPN Jakarta III menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) kepada mitra kerja PT Pos Indonesia (Persero). c. Pihak PT Pos Indonesia (Persero) menyampaikan bantuan kepada pihak penerima sesuai dengan prosedur yang telah disepakati bersama antara Kementerian Sosial RI dengan PT Pos Indonesia (Persero) melalui KPRK Posindo dan Kanca Posindo. d. SK Menteri Sosial RI berikut lampiran dikirim ke PT Pos Indonesia (Persero), dinas sosial provinsi dan kabupaten/kota berikut kartu penerima. Berdasarkan SK tersebut pelaksana pada dinas sosial kabupaten/kota mengisi kartu dan menyerahkan kepada wali dan kantor pos setempat. e. Dari kantor pos setempat atau Kanca Posindo dana jaminan sosial diberikan kepada wali secara langsung di tempat tinggal masing-masing. Bila walinya tidak berada di tempat selama 2 (dua) kali pengantaran, maka dana dapat diambil di kantor pos cabang terdekat yang telah ditunjuk atau berdasarkan kesepakatan bersama. Untuk lebih jelasnya mekanisme penyaluran bantuan dapat dilihat pada bagan dibawah ini. 10

11 BAGAN MEKANISME PENYALURAN DANA JAMINAN SOSIAL BAGI PENYANDANG CACAT BERAT DEPKEU RI/KPPN KEMENSOS RI cq. Dit. PRSPC PT. POS IND SGLK (Sentra Giro. Wilayah POS DINSOS/KESOS PROV KPRK POSINDO DINSOS/KESOS KAB/KOTA KANCA POSINDO PENDAMPING WALI PENCA WALI PENCA WALI PENCA Keterangan : Alur Dana Alur Administrasi Pelayanan Alur Koordinasi Dalam melaksanakan penyaluran dana jaminan sosial, setiap unsur yang terlibat harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. kelancaran dan ketepatan waktu pelaksanaan penyaluran; b. koordinasi untuk menghindari terjadinya kesalahan proses penyaluran; c. transparansi dan akuntabilitas; 11

12 d. penggunaan dana untuk memenuhi kebutuhan permakanan/ peningkatan gizi, pembelian sandang; e. pada saat program berjalan, apabila penerima jaminan sosial meninggal dunia atau pindah alamat maka segera dilakukan penggantian, pendamping segera melaporkan ke dinas sosial kabupaten/kota dengan melampirkan surat kematian, selanjutnya dinas sosial kabupaten/kota membuat SK penunjukkan pengganti yang ditandatangani oleh kepala dinas sosial kabupaten/kota yang kemudian diteruskan ke dinas sosial provinsi dan Kementerian Sosial RI; f. musyawarah dan mufakat dalam menangani permasalahan yang mungkin terjadi. 5. Pemberhentian dan Penggantian Penerima a. Pemberhentian JSPC Berat dapat dilakukan apabila: 1) Penerima meninggal dunia, yang dinyatakan dengan surat keterangan kematian dari kepala desa/lurah (lampiran 5). 2) Penerima tidak sesuai dengan kriteria penyandang cacat berat berdasarkan laporan hasil monitoring dan evaluasi petugas, maupun pengaduan masyarakat (lampiran 5). 3) Penerima pindah alamat ke kabupaten/kota lain yang bukan merupakan wilayah uji coba program, dengan Surat keterangan pindah alamat dari desa/kelurahan (lampiran 5). b. Pemberhentian penerima dikuatkan dengan berita acara pemberhentian yang ditandatangani oleh kepala dinas sosial kabupaten/kota (lampiran 6). c. Penggantian penerima bantuan dilakukan dengan cara penetapan ulang yang ditetapkan dengan surat keputusan kepala dinas/instansi sosial kab/kota, digantikan oleh penyandang cacat berat yang sesuai kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan skala prioritas atau data terbaru yang sesuai dengan kriteria. d. Penggantian wali dapat dilakukan apabila terjadi penyalahgunaan bantuan oleh wali penerima bantuan, pindah alamat, sulit ditemui, bekerja di luar daerah sehingga menghambat penyaluran, atau meninggal. Penggantian dilakukan berdasarkan laporan pendamping dan setelahnya wali tersebut dapat diganti dengan keluarga dan/atau masyarakat, yang ditetapkan dengan surat keputusan kepala dinas/instansi sosial kab/kota. e. Kartu Pengganti wajib diselesaikan oleh dinas /instansi sosial kabupaten/kota bersamaan dengan SK pengganti dan dikoordinasikan dengan PT POS. f. Bagi penerima dengan status pengganti, harus memiliki surat persetujuan kepala dinas/instansi sosial kabupaten/kota berdasarkan Berita Acara Pengalihan. 12

13 g. Masa berlaku penerima pengganti ditetapkan oleh kepala dinas/instansi sosial kabupaten/kota mulai bulan berikutnya. 6. Pemutakhiran Data Seluruh data penerima bantuan yang telah ditetapkan akan menjadi Data Dasar Utama (Master Data Base) Program Bantuan Dana Jaminan Sosial dan merupakan daftar resmi. Seluruh informasi tersebut dapat diakses pada website Kementerian Sosial RI ( dan media publik lainnya. Berdasarkan Data Dasar Utama tersebut, akan diterbitkan dengan kartu penerima bantuan dan format-format lainnya yang diperlukan untuk uji petik, pembayaran, pemutakhiran, dan lain sebagainya. Pemutakhiran data adalah perubahan sebagian atau seluruh data awal yang tercatat pada Data Dasar Utama. Beberapa contoh perubahan informasi adalah sebagai berikut: a. kematian; b. perubahan tempat tinggal; c. perbaikan nama atau dokumen; atau d. perubahan nama wali penerima bantuan karena menyalahgunakan dana bantuan, meninggal, atau pindah/bekerja di luar domisili. Pemutakhiran data dilaporkan oleh pendamping melalui pelaksana kepada dinas sosial kabupaten/kota setempat. 7. Pengaduan Melalui Unit Pengaduan Masyarakat Warga masyarakat atau organisasi sosial yang ingin menyampaikan pengaduan dan/atau saransaran berkaitan dengan program pemberian bantuan dana JSPC Berat dapat menyampaikan pengaduan melalui surat/fax ke: a. Dinas/instansi sosial provinsi/kabupaten/kota setempat. b. Kementerian Sosial RI cq. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat di Jakarta melalui nomor telepon (021) faximile (021) E. Organisasi Pelaksana 1. Tim Pemantau a. Tingkat Pusat 1) Menteri Sosial RI; dan 13

14 2) Ketua Umum PPCI. b. Tingkat Provinsi 3) Gubernur; dan 4) Ketua DPD PPCI. c. Tingkat Kabupaten 1) Bupati/Walikota; dan 2) Ketua DPC PPCI atau Organisasi sosial kecacatan setempat. 2. Unsur-Unsur Pelaksana a. Lembaga/instansi di tingkat pusat 1) Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial RI; 2) Departemen Keuangan; 3) Sentral Giro dan Layanan Keuangan/SGLK Jakarta PT Pos Indonesia (Persero); dan 4) DPP PPCI. b. Lembaga/Instansi tingkat provinsi: 1) Dinas Sosial Provinsi; dan 2) DPD PPCI. c. Lembaga/instansi kabupaten/kota: 1) dinas/instansi sosial kabupaten/kota; dan 2) DPC PPCI atau orsos kecacatan setempat. d. Kecamatan: seksi sosial kecamatan atau sederajat. e. Unsur masyarakat Perorangan, kelompok maupun organisasi seperti: 1) Tokoh Agama; 2) Organisasi-organisasi kecacatan lokal; 3) Tim Penggerak PKK Kecamatan; 4) FK PSM Kecamatan; 14

15 5) Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK); dan 6) Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM). f. Desa/keluarahan: kepala desa/lurah g. Pendamping Pendamping adalah penduduk setempat yang bersatus bukan Pegawai Negeri Sipil antara lain: 1) Pekerja Sosial Masyarakat (PSM); 2) Pengurus Karang Taruna; 3) TKSK; 4) Kader RBM; atau 5) Kader/Pengurus PKK/WKSBM. Kompetensi pendamping adalah: 1) memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi untuk membantu orang lain; 2) memiliki motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas; 3) memiliki reputasi baik sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat; 4) memiliki kemampuan berkomunikasi dan menjalin relasi sosial yang harmonis dengan berbagai pihak di lingkungan masyarakat; 5) tidak sedang menjadi pendamping program Program Keluarga Harapan (PKH); dan 6) diutamakan berpendidikan minimal SLTA/sederajat. Rekruitment/Seleksi pendamping dilakukan oleh dinas/ instansi sosial kab/kota yang dikoordinir oleh dinas/ instansi sosial provinsi. 15

16 BAB III TUGAS DAN WEWENANG A. Lembaga Tingkat Pusat 1. Kementerian Sosial RI Kementerian Sosial RI c/q Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial merupakan penanggung jawab program bantuan dana JSPC Berat yang secara teknis dilaksanakan oleh Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, dengan tugas dan wewenang sebagai berikut: a. menetapkan kebijakan Program JSPC Berat; b. menyusun dan menetapkan pedoman pelaksanaan program; c. merencanakan dan mengalokasikan anggaran; d. mensosialisasikan program; e. menetapkan daftar nama nominatif penerima bantuan dengan Keputusan Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial atas nama Menteri Sosial RI; f. menyalurkan Bantuan bekerjasama dengan PT Pos Indonesia (Persero); g. menyiapkan instrumen pendataan, monitoring, evaluasi dan pelaporan; h. melaksanakan monitoring, evaluasi serta supervisi pelaksanaan program; dan i. menerima dan menindaklanjuti pengaduan serta laporan tentang pelaksanaan program. 2. Kementerian Keuangan a. memberikan persetujuan dan pencairan dana; b. memberikan petunjuk penyaluran dan prosedur pertanggungjawaban keuangan bantuan; dan c. menerima kembali dana yang tidak tersalurkan dari PT Pos Indonesia (Persero). 3. Sentral Giro dan Layanan Keuangan/SGLK Jakarta PT Pos Indonesia (Persero) a. bertanggung jawab terhadap penyampaian bantuan hingga ke alamat penerima paling lambat tanggal 15 pada setiap bulannya; b. menetapkan Kantor Pos Pemeriksa (KPRK) di masing-masing kabupaten/kota; 16

17 c. menyampaikan laporan realisasi penyaluran bantuan kepada Kementerian Sosial RI tembusan ke Kementerian Keuangan; dan d. mengembalikan dana yang tidak tersalurkan kembali ke kas negara. 4. DPP PPCI a. mensosialisasikan program pemberian bantuan; dan b. memantau pelaksanaan program, baik sasaran maupun pemanfaatan. B. Lembaga Tingkat Provinsi 1. Dinas/ Instansi Sosial Provinsi Tugas dan tanggung jawab dinas/instansi sosial provinsi dalam kaitannya dengan program JSPC Berat, antara lain: a. sebagai penanggung jawab program pada tingkat provinsi; b. membantu Tim Pusat dalam melaksanakan sosialisasi program, pendataan, monitoring, evaluasi dan supervisi; c. menghimpun data dari dinas sosial kabupaten/ kota, dan menyampaikan pengajuan daftar calon penerima bantuan ke Kementerian Sosial RI; d. membuat laporan triwulan tentang pelaksanaan JSPC Berat kepada Kementerian Sosial RI; dan e. menerima dan menindaklanjuti pengaduan pelaksanaan program bantuan ke tingkat Pusat/Kementerian Sosial RI. 2. DPD PPCI a. melaksanakan sosialisasi pemberian bantuan dana jaminan sosial cacat berat; dan b. memantau pelaksanaan pemberian Jaminan Sosial Penyandang Cacat Berat sesuai sasaran dan pemanfaatan. C. Lembaga Tingkat Kabupaten /Kota 1. Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota Tugas dan tanggung jawab dinas/instansi sosial kabupaten/kota adalah sebagai berikut: a. sebagai penanggung jawab program pada tingkat kabupaten/kota; b. membantu Tim Pusat dalam melaksanakan pendataan dan sosialisasi program; 17

18 c. menetapkan nama-nama petugas, pendamping dan pelaksana; d. mengumpulkan, mengkoordinasikan, memasukan (entry) data calon penerima bantuan di kabupaten/kota; e. menyerahkan instrumen hasil pendataan dan entry data dalam media penyimpan data (Compact Disc [CD]/Flash Disk/Disket) ke provinsi; f. membantu Tim Pusat dan Provinsi dalam melaksanakan monitoring, evaluasi, dan supervisi; g. menerima, menindaklanjuti pengaduan dan melaporkan ke dinas/instansi sosial provinsi; h. melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan bantuan; i. membuat laporan per triwulan tentang pelaksanaan program pemberian bantuan sesuai ketentuan; j. berkoordinasi dengan pendamping, unsur masyarakat/organisasi sosial seperti tokoh agama, FK PSM, TP PKK, serta organisasi kecacatan lokal setempat dalam pelaksanaan pendataan, pendampingan dan pengawasan; k. menetapkan dan menerbitkan surat keputusan tentang penghentian, penggantian penerima bantuan dan penggantian wali; l. mensinkronisasikankan data penerima dalam surat keputusan, dan kemudian memasukkan data tersebut kedalam kartu; dan m. mengisi identitas lengkap penerima bantuan dalam kartu penerima bantuan serta menyerahkan kepada PT Pos. 2. Pelaksana di kabupaten/kota a. mengkoordinir pelaksanaan pendataan di kabupaten/kota; b. memantau pendampingan; c. membantu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan penyaluran bantuan; d. mengumpulkan/menghimpun instrumen pendataan dan laporan dari pendamping; dan e. melaporkan pelaksanaan program JSPC Berat setiap triwulan dan tahunan kepada Pelaksana Program JSPC Berat Provinsi dan tembusan kepada Direktorat PRSPC, Kementerian Sosial RI. 18

19 3. Kantor Pos Pemeriksa (KPRK) di Kabupaten/Kota a. menggunakan daftar nama berdasarkan ketetapan Surat Keputusan Menteri Sosial. Apabila ada perbedaan agar dikomunikasikan dengan Kementerian Sosial RI sebagai penanggung jawab program; b. mendistribusikan kartu penerima yang telah dikeluarkan Kementerian Sosial RI melalui dinas/instansi sosial kab/kota; c. melaporkan kepada dinas/instansi sosial kabupaten/kota bila menemukan ketidaktepatan sasaran penerima bantuan untuk segera diganti. Namun, apabila sampai bulan berikutnya belum juga diganti maka dapat melaporkan kepada Kementerian Sosial RI dengan melampirkan data secara lengkap; d. menyalurkan dana ke Kantor Pos Cabang sebagai kantor pos bayar, sesuai dengan lokasi penerima bantuan; e. melaporkan setiap bulan realisasi penyaluran dana ke Kementerian Sosial RI, dinas/instansi sosial provinsi dan kabupaten/kota; dan f. mengembalikan dana yang tidak tersalurkan ke Sentral Giro Layanan Keuangan (SGLK) Jakarta, tembusan disampaikan kepada Kementerian Sosial RI c/q Dit. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat. 4. DPC PPCI/Organisasi Kecacatan setempat a. melaksanakan sosialisasi; b. memantau pelaksanaan sesuai sasaran dan pemanfaatan; dan c. bersama jaringan lokalnya menginformasikan keberadaan penyandang cacat berat. 5. Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (FK PSM) a. membantu pelaksanaan sosialisasi program; b. membantu menyediakan tenaga pendata, pendamping dan pelaksana monitoring; dan c. membantu mengelompokkan data sesuai dengan lokasi penerima bantuan. 6. Pendamping a. mengikuti kegiatan sosialisasi melaksanakan sosialisasi program; b. melaksanakan tugas pendataan, monitoring, evaluasi dan resertifikasi, serta pelaporan; 19

20 c. menjadi penghubung bagi penerima bantuan apabila terdapat hambatan dalam penerapan program; dan d. melakukan kegiatan advokasi bagi penerima bantuan. D. Lembaga/Non Lembaga Kecamatan 1. Kecamatan a. membantu pelaksanaan program; b. membantu tim dinas/instansi sosial kabupaten/kota dalam melaksanakan sosialisasi program dan pendataan, kepada petugas pelaksana di kecamatan; dan c. membantu pengawasan penyaluran dana. 2. Kantor Pos Cabang a. menyalurkan dana sampai ke alamat penerima bantuan; b. menyampaikan laporan realisasi penyaluran dana ke KPRK setiap bulan; dan c. berkoordinasi dengan petugas pendamping dalam mencari alamat penerima bantuan. 3. Unsur Masyarakat/Organisasi Sosial Kecacatan a. membantu menyampaikan informasi tentang keberadaan penyandang cacat berat; b. membantu tim pendataan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan program; c. membantu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan program; d. membantu pelaksanaan sosialisasi dan publikasi program; e. membantu memberikan bimbingan/pendampingan kepada penyandang cacat berat penerima bantuan agar pemanfaatannya sesuai dengan tujuan program; f. membimbing keluarga/wali dan penerima bantuan dalam pemanfaatan bantuan yang diterima sesuai arah dan tujuan program; g. memantau pelaksana pendataan di lokasi yang telah di tentukan; dan h. membuat laporan pelaksanaan program JSPC Berat setiap triwulan dan tahunan kepada koordinator lapangan. 20

21 E. Lembaga/Non Lembaga Kelurahan/Desa 1. Kepala Desa/Lurah a. bertanggung jawab terhadap hasil pendataan; b. membantu kelancaran pelaksanaan program; c. mengusulkan calon petugas pendata sesuai persyaratan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Sosial RI, melalui kecamatan dan ditindaklanjuti ke dinas/instansi sosial kabupaten/kota; dan d. membantu membuatkan surat identitas diri seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), atau Surat Keterangan untuk Penerima Bantuan. 2. Unsur Masyarakat/Organisasi Sosial Kecacatan, dapat berupa perorangan, kelompok maupun organisasi seperti: a. tokoh agama; b. organisasi-organisasi kecacatan lokal; c. Tim Penggerak PKK Kelurahan/Desa; dan d. IKA PSM. Unsur masyarakat tersebut diharapkan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai berikut: a. membantu menyampaikan informasi tentang keberadaan penyandang cacat berat; b. membantu tim pendataan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan program; c. membantu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan program; d. membantu pelaksanaan sosialisasi dan publikasi program penerima bantuan pelayanan; dan e. membantu memberikan bimbingan/pendampingan kepada penyandang cacat berat sebagai penerima bantuan agar pemanfaatannya sesuai dengan tujuan program. 21

22 BAB IV MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN A. Monitoring 1. Pengertian Monitoring merupakan rangkaian kegiatan pengamatan secara terus menerus untuk mengetahui tingkat perkembangan kegiatan, hambatan yang dihadapi serta dukungan yang diperoleh dari berbagai pihak. 2. Maksud dan Tujuan a. Maksud Monitoring dalam rangka pemberian bantuan dana jaminan sosial bagi penyandang cacat berat dimaksudkan untuk memantau proses ketepatan penerima pemberian bantuan, penggunaan bantuan dan hambatan yang ditemui dalam pemberian bantuan. b. Tujuan 1) mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana; 2) mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi; dan 3) mengetahui apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat untuk mencapai tujuan kegiatan. 3. Sasaran Monitoring Sasaran monitoring meliputi: a. ketepatan penerima bantuan; b. ketepatan waktu pelaksanaan; c. ketepatan pemanfaatan bantuan; d. prosedur pencairan, pelaksanaan dan pertanggung jawaban berdasarkan ketentuan yang berlaku; dan e. transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan. 22

23 4. Pelaksana Monitoring Monitoring dilaksanakan secara berjenjang oleh penanggung jawab dari Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, pelaksana dari dinas/instansi sosial provinsi, pelaksana di kabupaten/kota, dan pendamping secara periodik. 5. Metode Monitoring Metode monitoring dilaksanakan dengan: a. kunjungan lapangan; b. memantau melalui telepon; dan c. berdasarkan pengaduan masyarakat. 6. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan pelaksanaan program: a. mekanisme penyaluran bantuan dana dilaksanakan sesuai prosedur; b. bantuan senilai Rp ,- diterima per bulan selama 12 (dua belas) bulan; c. tidak ada pengaduan; dan d. disalurkan tepat waktu, tepat sasaran serta tepat pemanfaatan. B. Evaluasi 1. Pengertian Evaluasi merupakan rangkaian kegiatan penilaian dan pengukuran terhadap seluruh kegiatan pemberian bantuan dana jaminan sosial bagi penyandang cacat berat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai hasil pelaksanan kegiatan 2. Maksud dan Tujuan a. Maksud Evaluasi dimaksudkan untuk melihat keberhasilan dan hambatan dalam pelaksanaan bantuan, sehingga dapat memberikan masukan dalam rangka perbaikan kegiatan selanjutnya. b. Tujuan 1) melihat ketepatan penerima, waktu penyaluran, dan uang yang disalurkan; 2) memberikan penilaian terhadap proses pemberian bantuan; dan 23

24 3) memberikan penilaian terhadap hasil (output, outcome, dan dampak) apakah sesuai dengan tujuan pemberian bantuan. 3. Sasaran Evaluasi a. penerima bantuan, pendamping, pelaksana, dan PT Pos; b. proses pelaksanaan pemberian bantuan; dan c. hasil yang dicapai (output/oucome). 4. Pelaksana Evaluasi Evaluasi dilaksanakan secara terpadu oleh pendamping dari dinas/instansi sosial kabupaten/ kota, dinas/instansi sosial provinsi dan Kementerian Sosial RI dengan pihak lain yang terkait. 5. Metode yang Digunakan Metode yang digunakan dalam evaluasi yaitu: a. diskusi kelompok; b. survey ke lapangan (uji petik) dari hasil laporan monitoring; dan c. pengamatan. 6. Indikator Keberhasilan Program: a. mekanisme penyaluran bantuan dana dilaksanakan sesuai prosedur; b. bantuan senilai Rp ,- (tiga ratus ribu rupiah) per orang per bulan diterima selama 12 (dua belas) bulan; c. tidak ada pengaduan; d. disalurkan tepat waktu, sasaran serta tepat pemanfaatan; dan e. terpenuhinya kebutuhan dasar penyandang cacat berat. C. Resertifikasi 1. Pengertian Resertifikasi adalah proses evaluasi status kepesertaan bantuan, apakah penerima masih layak atau tidak sebagai penerima bantuan sesuai dengan kriteria dan aturan yang telah ditentukan. 2. Tujuan Resertifikasi bertujuan untuk menghindari terjadinya salah sasaran yang berkelanjutan. 24

25 3. Sasaran Kesesuaian penerima bantuan dengan kriteria yang telah ditetapkan. 4. Pelaksana a. pendamping; dan b. pelaksana kabupaten/kota. 5. Cara Pelaksanaan Untuk melakukan resertifikasi, pelaksana program mendatangi dan melihat penerima bantuan secara langsung tentang gambaran kondisi penerima bantuan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti registrasi awal, antara lain menggali informasi dasar kepesertaan (nama, alamat, umur dan jenis kelamin), kondisi kecacatan, kondisi perekonomian, kondisi tempat tinggal dan sebagainya. Data yang diperoleh dari hasil resertifikasi akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan kelanjutan status penerima. Proses resertifikasi dilakukan setiap tahun, sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali selama kepesertaan: a. Resertifikasi otomatis dilakukan ketika diketahui ada peserta program yang meninggal dunia, maka secara otomatis status kepesertaannya harus dihentikan. Namun apabila diketahui dana bantuan masih terus diberikan, maka wali bertanggung jawab untuk mengembalikan dana yang telah diterimanya terhitung sejak yang bersangkutan meninggal dunia. b. Resertifikasi kedua dilakukan ketika kepesertaan telah berlangsung selama 4-6 bulan. Apabila hasil resertifikasi tahap ini menunjukan bahwa penerima bantuan sesuai dengan kriteria sasaran, maka peserta tersebut akan tetap menerima bantuan. Namun apabila hasil resertifikasi mengindikasikan bahwa penyandang cacat tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka status kepesertaan akan dihentikan. 25

26 D. PELAPORAN 1. Pengertian Pelaporan merupakan serangkaian kegiatan penyusunan dan penyampaian hasil kegiatan baik kegiatan monitoring, resertifikasi maupun hasil kegiatan evaluasi. Pelaporan digunakan sebagai bahan dokumentasi, pertanggungjawaban keuangan dan fungsional, menjadi bahan masukan bahkan sebagai bahan kontrol bagi upaya perbaikan dan optimalisasi kegiatan pemberian bantuan dana jaminan sosial penyandang cacat berat. 2. Maksud dan Tujuan a. Maksud Pelaporan dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan kegiataan sekaligus sebagai pertanggung jawaban petugas kepada pemberi bantuan b. Tujuan Tersedianya fakta, data dan informasi yang lengkap tentang pelaksanaan pemberian bantuan, hasil yang dicapai pada setiap tahapan kegiatan maupun hasil seluruh kegiatan, faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan pemberian bantuan dana jaminan sosial bagi penyandang cacat berat. 3. Materi Pelaporan Ada beberapa materi dalam kegiatan pelaporan, yaitu input kegiatan (ketepatan penerima, waktu, dan jumlah bantuan). a. Proses pelaksanaan apakah sesuai dengan tahapan yang telah ditentukan. b. Keberhasilan yang dicapai, baik pada setiap tahap kegiatan maupun hasil dari seluruh kegiatan c. Informasi lain yang perlu dilaporkan adalah tentang data jumlah penerima bantuan, dana yang dibayarkan, sisa dana yang tidak tersalurkan, baik riil maupun persentasenya (%), lengkap dengan keterangan yang mencantumkan alasan dari dana yang belum tersalurkan (misalnya meninggal, pindah, dsb), serta ada atau tidaknya pengaduan masyarakat. d. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan. Materi ini diperoleh pada saat monitoring, resertifikasi dan evaluasi pelaksanaan pemberian bantuan dana jaminan sosial bagi penyandang cacat berat. 26

27 4. Pelaksanaan Pelaporan. Laporan Pelaksanaan program dibuat secara berjenjang dibuat oleh: a. Pendamping Laporan dibuat per triwulan, paling lambat pertengahan atau tanggal 15 pada bulan maret, juni, September dan Desember. Laporan dikirim ke Pelaksana Kabupaten/Kota b. Pelaksana di kabupaten/kota Laporan dibuat per triwulan dan tahunan oleh Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota tentang pelaksanaan program yang sifatnya kualitatif, disampaikan ke Kementerian Sosial RI dengan tembusan kepada Dinas/Instansi Sosial Provinsi. Laporan triwulanan paling lambat minggu terakhir bulan ke 3, 6, 9 dan khusus bulan Desember sekaligus dengan laporan tahunan paling lambat tanggal 15 Desember pada tahun yang bersangkutan. c. Pelaksana provinsi Laporan dibuat per triwulan dan tahunan oleh Dinas/Instansi Sosial Provinsi tentang pelaksanaan program yang sifatnya kualitatif, disampaikan ke Kementerian Sosial RI. Laporan triwulanan paling lambat 1 minggu awal bulan berikutnya dan laporan tahunan paling lambat tanggal 15 Desember pada tahun yang bersangkutan. d. PT Pos Indonesia (Persero) Laporan PT Pos Indonesia (Persero) disampaikan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya, ke Kementerian Sosial RI dan tembusannya disampaikan kepada Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota, Dinas/Instansi Sosial Provinsi, dengan mencantumkan keterangan alasan dana yang belum tersalurkan (misalnya meninggal, pindah, dan lain sebagainya). e. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Laporan Tahunan dibuat oleh Direktorat PRSPC sebagai penanggung jawab Pelaksana program, paling lambat tanggal 31 Desember pada tahun berjalan. 27

28 BAB V P E N U T U P Keputusan Menteri Sosial tentang Pedoman Pelaksanaan Program JSPC Berat merupakan acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan seluruh unsur pelaksana di lapangan. Dengan harapan program pemberian bantuan ini dapat terlaksana secara terkoordinasi, efektif, efisien, akuntabel, tepat waktu dan tepat sasaran. Dengan selesainya penyusunan pedoman ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya selama proses penyusunan. Demikian Pedoman Pelaksanaan Program JSPC Berat ini disusun agar dapat dipergunakan sebagai pedoman kerja. Jakarta, 2 September 2010 A.N. MENTERI SOSIAL RI, DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL, ttd. MAKMUR SANUSI, Ph.D 28

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30 / HUK /2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBERIAN ASISTENSI SOSIAL

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30 / HUK /2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBERIAN ASISTENSI SOSIAL LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30 / HUK /2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBERIAN ASISTENSI SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS BERAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 151 / HUK / 2011 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 151 / HUK / 2011 TENTANG MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 151 / HUK / 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL NOMOR 104/HUK/2011 TENTANG PENETAPAN NAMA NAMA ORANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TELANTAR

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TELANTAR PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TELANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 411, 2014 KEMENSOS. Sosial. Lembaga Kesejahteraan Sosial. Lanjut Usia. Asistensi. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG ASISTENSI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-20/PB/2006 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA JAMINAN SOSIAL PENYANDANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.567, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL. Pendataan. Pengelolaan Data. Penyandang. Masalah Kesejahteraan Sosial. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le No.940, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Program Keluarga Harapan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG KEPUTUSAN NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG PENETAPAN NAMA NAMA PENERIMA DANA PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TAHUN 2012 Menimbang :, a. bahwa jumlah lanjut usia yang membutuhkan perhatian dan penanganan

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/HUK/2013 TENTANG TIM KOORDINASI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK NASIONAL TAHUN 2013

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/HUK/2013 TENTANG TIM KOORDINASI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK NASIONAL TAHUN 2013 KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/HUK/2013 TENTANG TIM KOORDINASI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK NASIONAL TAHUN 2013 Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BANTUAN KEUANGAN KHUSUS DARI GUBERNUR TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA - 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR 08 / Per / Dep.2 / XII / 2016 TENTANG

Lebih terperinci

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga tidak saja mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial.

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN HIBAH DALAM NEGERI DALAM BENTUK UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL, a. bahwa sumber

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1410, 2015 KEMENSOS. Anak Penyandang Disabilitas. Pelayanan Sosial. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BANTUAN KEUANGAN KHUSUS DARI GUBERNUR TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.723, 2012 KEMENTERIAN SOSIAL. Hibah. Uang. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN HIBAH LANGSUNG DALAM NEGERI

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le No.192, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Penghargaan Kesejahteraan Sosial. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGHARGAAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 43 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM KELUARGA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010 WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa guna kelancaran

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH DESA/MUSYAWARAH KELURAHAN DALAM RANGKA PROGRAM SUBSIDI

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 6 TAHUN 2013TAHUN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RS-RTLH) TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77 / HUK / 2010 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77 / HUK / 2010 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77 / HUK / 2010 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Karang

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI PENYANDANG CACAT MISKIN DAN PENYANDANG CACAT TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI PENYANDANG CACAT MISKIN DAN PENYANDANG CACAT TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 76 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI PENYANDANG CACAT MISKIN DAN PENYANDANG CACAT TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN UJI COBA FAMILY SUPPORT KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA

PETUNJUK PELAKSANAAN UJI COBA FAMILY SUPPORT KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA PETUNJUK PELAKSANAAN UJI COBA FAMILY SUPPORT KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA KEMENTERIAN SOSIAL RI DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA 2014 PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30 / HUK / 2010 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30 / HUK / 2010 TENTANG MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30 / HUK / 2010 TENTANG UNIT KERJA PERCEPATAN DAN PENGENDALIAN PROGRAM KEMENTERIAN SOSIAL (UKP3KS) TAHUN 2010 DENGAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H No.790, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Standar Habilitasi dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN I. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK, Pasal

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 34 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pe

2016, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pe No. 24, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMSOS. Kelompok Usaha Bersama. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG KELOMPOK USAHA BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PERMEN/M/2010 TENTANG KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PERMEN/M/2010 TENTANG KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010 MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PERMEN/M/2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia

KATA PENGANTAR. Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas telah tersusunnya Pedoman Asistensi Sosial Lanjut Usia Telantar (ASLUT) yang telah disempurnakan pada tahun 2016. ASLUT diberikan

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat : : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 58 / HUK /2008 TENTANG PENGELOLAAN DANA KESEJAHTERAAN SOSIAL MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 54 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA PENGUATAN MODAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PENGHARGAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PENGHARGAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PENGHARGAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.496, 2012 KEMENTERIAN SOSIAL. Penghargaan. Kesejahteraan Sosial. Lanjut Usia. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PENGHARGAAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.913, 2011 KEMENTERIAN SOSIAL. Lembaga Kesejahteraan Sosial. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Ind

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Ind BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1763, 2017 KEMENDAGRI. DAK Fisik. Pengusulan dan Verifikasi Usulan Program dan Kegiatan Pembangunan Daerah. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 117

Lebih terperinci

BAB III PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA

BAB III PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 22/PB/2006 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA BANTUAN SOSIAL

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN LANGSUNG BERUPA UANG TUNAI BAGI KORBAN BENCANA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN LANGSUNG BERUPA UANG TUNAI BAGI KORBAN BENCANA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN LANGSUNG BERUPA UANG TUNAI BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.43, 2015 KEMENSOS. Rehabilitasi Sosial. Profesi. Pekerjaan Sosial. Standar. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN UANG DUKA BAGI KELUARGA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN UANG DUKA BAGI KELUARGA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN UANG DUKA BAGI KELUARGA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN, PENGANGGARAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemeri

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemeri BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1008, 2016 KEMENRISTEK-DIKTI. Laporan Kinerja. PTN. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 / HUK / 2012 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 / HUK / 2012 TENTANG KEPUTUSAN NOMOR 32 / HUK / 2012 TENTANG TIM KOORDINASI NASIONAL UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TAHUN 2012, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan peningkatan kualitas

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.63/UM.001/MPEK/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.63/UM.001/MPEK/2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.63/UM.001/MPEK/2013 TENTANG PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.972, 2015 KEMENKEU. Dana Keistimewaan. Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyaluran. Pengalokasian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126/ PMK.07/2015

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2009 Nomor 1 Seri E.7 PERATURAN WALIKOTA PADANG PANJANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENYALURAN BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN I. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK, Pasal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 66/M-DAG/PER/12/2009 TENTANG PELAKSANAAN SKEMA SUBSIDI RESI GUDANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 66/M-DAG/PER/12/2009 TENTANG PELAKSANAAN SKEMA SUBSIDI RESI GUDANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 66/M-DAG/PER/12/2009 TENTANG PELAKSANAAN SKEMA SUBSIDI RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN GRATIS PADA PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT KUSTA LAULENG KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Pertanyaan Untuk Kepala Bidang Perlindungan Dan Jaminan Sosial. khusus nya Dinas Sosial terhadap masalah kemiskinan?

Pertanyaan Untuk Kepala Bidang Perlindungan Dan Jaminan Sosial. khusus nya Dinas Sosial terhadap masalah kemiskinan? Pertanyaan Untuk Kepala Bidang Perlindungan Dan Jaminan Sosial 1. Apa saja permasalahan utama yang dihadapi pemerintah kabupaten kerinci khusus nya Dinas Sosial terhadap masalah kemiskinan? 2. Dalam mengurangi

Lebih terperinci

PEDOMAN ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA MELALUI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL (LKS)

PEDOMAN ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA MELALUI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL (LKS) PEDOMAN ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA MELALUI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL (LKS) KEMENTERIAN SOSIAL RI DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA TAHUN 2014 PEDOMAN ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA MELALUI LEMBAGA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013

PETUNJUK TEKNIS KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013 SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013 PETUNJUK TEKNIS I. UMUM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2013 KEMENSOS. Pekerja Migran. Tenaga Kerja Indonesia. Bermasalah. Pemulangan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PEMULANGAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DAK BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH TAHUN ANGGARAN 2013 I. KETENTUAN UMUM

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan L No. 9, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. BPSU. e-warong KUBE PKH. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN PENGEMBANGAN SARANA USAHA MELALUI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN SISTEM E-MONITORING SERAPAN ANGGARAN UNTUK PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGHITUNGAN, PENGANGGARAN DALAM APBD, DAN TERTIB ADMINISTRASI PENGAJUAN,

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PENERBITAN KARTU PENYANDANG DISABILITAS

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PENERBITAN KARTU PENYANDANG DISABILITAS - 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PENERBITAN KARTU PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 274/Menkes/SK/III/2008

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 274/Menkes/SK/III/2008 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 274/Menkes/SK/III/2008 TENTANG PEDOMAN REKRUTMEN TENAGA PELAKSANA VERIFIKASI DALAM PELAKSANAAAN PROGRAM JAMINAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2055, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Perimbangan. Pemotongan. Penundaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.07/2015 TENTANG TATA CARA PENUNDAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2010 I. KETENTUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presid

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presid BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1263, 2015 KEMENKEU. Pendanaan. Rehabilitasi. Rekontruksi. Pasca Bencana. Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah. Hibah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.. BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK Pasal 2 Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh : a. Dokumen Kependudukan; b. pelayanan yang

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 33/M-DAG/PER/8/2008 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA INSTRUKSI WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 T E N T A N G

WALIKOTA SURABAYA INSTRUKSI WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 T E N T A N G WALIKOTA SURABAYA INSTRUKSI WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMUTAKHIRAN DATA PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS) DAN POTENSI SUMBER KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS) TAHUN 2011

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 156/PMK.07/2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI DAN DANA TUGAS PEMBANTUAN MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 156/PMK.07/2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI DAN DANA TUGAS PEMBANTUAN MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 156/PMK.07/2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI DAN DANA TUGAS PEMBANTUAN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 12 /MEN/2008 TENTANG BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 12 /MEN/2008 TENTANG BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 12 /MEN/2008 TENTANG BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2012 UNTUK SEKOLAH DASAR/SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SD/SDLB)

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2012 UNTUK SEKOLAH DASAR/SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SD/SDLB) SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2012 UNTUK

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 No.403, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. BSPS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2018 2018 TENTANG BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2013

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2013 PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2013 DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013 PENGANTAR Kemiskinan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN

Lebih terperinci

2018, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang P

2018, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang P No.187, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Program Keluarga Harapan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1339, 2015 KEMEN-PUPR. Perumahan Swadaya. Bantuan Stimulan. Pedoman. Perubahan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/PRT/M/2015

Lebih terperinci

BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO DAN KECIL MELALUI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 81 /PER-DJPB/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN

Lebih terperinci