DINAS KESEHATAN. Dinkes Kab Bandung LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DINAS KESEHATAN. Dinkes Kab Bandung LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG"

Transkripsi

1 DINAS KESEHATAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

2 Laporan Akuntabilitas Kinerja KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas izin dan karunia- Nya Laporan Akuntabilitas Kinerja (L KIP) Bandung. Dinas Kesehatan Kabupaten Laporan ini merupakan media pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan berisi informasi tentang pencapaian target indikator kinerja utama Dinas Kesehatan pada, serta gambaran capaian kinerja Dinas Kesehatan selama kurun waktu pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) Tahun Dinas Kesehatan telah berupaya keras dalam mencapai sasaran sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan, namun demikian masih terdapat kendala dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan kesehatan. Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hasil kinerja Dinas Kesehatan kepada masyarakat dan para pemangku kepentingan lain. Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi. Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan ini dapat menjadi bahan evaluasi guna peningkatan kualitas kinerja Dinas Kesehatan dalam mendukung terwujudnya Visi dan Misi Dinas Kesehatan Soreang, Februari 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG dr. ACHMAD KUSTIJADI, M.Epid Pembina Utama Muda NIP i

3 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ikhtisar Eksekutif P erubahan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung , berorientasi pada perubahan dokumen RPJMD serta perkembangan pembangunan kesehatan di Kabupaten Bandung, guna menyiapkan kemandirian masyarakat sehat Kabupaten Bandung sesuai dengan Visi dan Misi. Permasalahan dan isu strategis yang menjadi dasar pertimbangan dalam upaya pelayanan kesehatan adalah masih belum terpenuhinya akses dan mutu pelayanan kesehatan yang masih perlu pembenahan. Untuk itu ditahun 2015 ini akses dan mutu pelayanan kesehatan lebih ditingkatkan dengan adanya pengembangan pelayanan kesehatan ditingkat fasilitas kesehatan dasar (Puskesmas) menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Tantangan lain pembangunan kesehatan ke depan yang masih memerlukan upaya dan kerja keras adalah pengendalian program penyakit menular, penyakit tidak menular (PTM) dan penyehatan lingkungan. Kebiasaan masyarakat sangat besar peranannya dalam menyehatkan lingkungan, untuk itu peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi sangat penting dalam mengatasi tantangan ini. Keberhasilan yang telah dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung sepanjang tahun 2015 ini, antara lain adalah peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat melalui beberapa kegiatan sehingga Kabupaten Bandung mendapatkan Tanda Penghargaan SWASTI SABA PADAPA atas keberhasilan dalam menyelenggarakan kabupaten sehat tahun 2015 untuk klasifikasi Pemantapan. Dalam upaya meningkatkan kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung pada tahun mendatang, maka perlu dilakukan beberapa program/kegiatan dilanjutkan dengan meningkatkan target sasaran pembangunan kesehatan maupun mempertahankan kinerja yang telah baik; membuat/merencanakan program/kegiatan inovasi baru yang dapat meningkatkan prioritas program pembangunan kesehatan melalui upayaupaya yang lebih efektif dan efisien serta meningkatkan kualitas dan cakupan bimbingan teknis dan melakukan pemantauan capaian kinerja secara berkala. ii

4 Laporan Akuntabilitas Kinerja iii

5 Laporan Akuntabilitas Kinerja DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....i IKHTISAR EKSEKUTIF...ii DAFTAR ISI.... iii BAB I PENDAHULUAN UMUM TUGAS, PERAN, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGI... 5 BAB II PERENCANAAN KINERJA RENCANA STRATEGIS TAHUN SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA SASARAN... 8 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA TAHUN CAPAIAN KINERJA ORGANISASI TAHUN REALISASI ANGGARAN TAHUN BAB IV PENUTUP LAMPIRAN LAMPIRAN i

6 Laporan Akuntabilitas Kinerja DAFTAR GRAFIK Grafik. 1 Perkembangan Indeks Kepuasaan Masyarakat (IKM) Bidang Pelayanan Kesehatan Grafik. 2 Trend Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Masyarakat MiskinTahum Grafik. 3 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat MiskinTahun Grafik. 4 Persentase Keluarga yang menggunakan sarana jamban KeluargaSehat Grafik. 5 Perkembangan Penderita DBD di Kabupaten Bandung Grafik. 6 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita Grafik. 7 Perkembangan Pencapaian Universal Child of Immunization daritahun Grafik. 8 Perkembangan Indeks Kesehatan Tahun Grafik. 9 PerkembanganUsia Harapan Hidup KabupatenBandung dari tahun Grafik.10 Perbandingan Target dan Capaian Usia Harapan Hidup Tahun Grafik.11 AngkaKematianBayiTahun Grafik.12 Perbandingan Target dancapaian angka kematianbayi tahun Grafik.13 Trend Cakupan Pertoongan Persalinan olehtenaga Kesehatan Yang memiliki Kompetensi KebidananTahun Grafik.14 Trend Cakupan Pelayanan Pada Ibu Nifas Tahun Grafik.15 Trend Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani Grafik.16 Cakupan Desa Siaga Aktif Grafik. 17 Trend Rata-Rata Belanja Obat yang Bermutu per Kapita Tahun ii

7 Laporan Akuntabilitas Kinerja DAFTAR TABEL Tabel. 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Tabel. 2.2 Proporsi Anggaran Program Dinas Kesehatan Kab. Bandung Berdasarkan Sumber Anggaran Tabel. 3.1 Realisasi Anggaran Bersumber APBD Kabupaten Bandung Di Kabupaten Bandung TahunAnggaran Tabel. 3.2 Realisasi Anggaran Bersumber DAK Bidang KesehatanTahun Anggaran Tabel. 3.3 Realisasi Anggaran Bersumber Bantuan Gubernur Jawa Barat Tahun Anggaran Tabel. 3.4 Rincian Program/Tugas Pembantuan dari Kementrian Kesehatan Dalam Kegiatan Bantuan Operasonal Puskesmas th iii

8 Laporan Akuntabilitas Kinerja DAFTAR GAMBAR Gambar. 1 Puskesmas WangisaraKec. Majalaya dan Puskesmas Katapang Banjaran Gambar. 2 Puskesmas PONED Ciparay Kec.Ciparay Gambar. 3 Poskesdes yang dibangun Tahun Anggaran Gambar. 4 Call Center SIJariEmas KIBBLA Gambar. 5 Workshop Periode Emas 1000 Hari Pertama Kehidupan Gambar. 6 Kegiatan Program Gizi Gambar. 7 Workshop Implementasi Penegakan Perbup Kawasan Tanpa Asap Rokok di Kabupaten Bandung Gambar. 8 Hasil Pembangunan Gedung dan Revitalisasi Puskesmas Rawabogo Bersumber dari Bantuan Gubernur T.A iv

9 Laporan Kinerja Instansi Pmerintah BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Dalam lima tahun terakhir ini berbagai langkah terobosan program dan kegiatan telah dilakukan dalam upaya untuk mencapai target-target kinerja di bidang kesehatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) serta Perubahan Rencana Strategis (Renstra) Tahun Pada tahun 2015 ini, merupakan masa penilaian pencapaian Sasaran Rencana Strategis (Renstra) yang telah ditetapkan. Sasaran strategis yang ditetapkan terutama diarahkan dalam rangka pencapaian amanah sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yakni Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan program dan kegiatan. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja. Laporan kinerja disusun dalam bentuk Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP), yang berisi informasi capaian kinerja instansi pemerintah yang dapat digunakan sebagai komunikasi pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. LKIP juga berperan sebagai alat kendali, alat penilai dan alat pendorong terwujudnya Good Governance yaitu pemerintahan yang baik, bersih, dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sesuai dengan Tap MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan 1

10 Laporan Kinerja Instansi Pmerintah UndangUndang Nomor 28 Tahun 1999 serta Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 2. Tugas, Peran, Fungsi dan Struktur Organisasi merupakan Dinas Otonomi Daerah yang secara struktur sepenuhnya berada dalam kewenangan pemerintahan Daerah, sedangkan hubungan dengan Dinas Kesehatan Propinsi adalah merupakan hubungan kerja fungsional, sehingga tugas-tugas bantuan (dekonsentrasi) di bidang kesehatan di tingkat Kabupaten dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. mempunyai tugas merumuskan kebijaksanaan sistem kesehatan Kabupaten dan dan melaksanakan kegiatan teknis operasional di bidang kesehatan yang meliputi program, penyehatan lingkungan dan penanggulangan penyakit, pelayanan kesehatan, kesehatan keluarga, farmasi serta melaksanakan ketatausahaan Dinas. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung berfungsi sebagai pelaksana perumusan kebijaksanaan sistem kesehatan kabupaten dan kegiatan teknis operasional di bidang kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan, penyehatan lingkungan dan penanggulangan penyakit, kesehatan keluarga dan farmasi serta pelaksana pelayanan teknis administratif ketatausahaan di bidang kesehatan. Dinas ini berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Bupati Bandung. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung, mempunyai kedudukan, tugas pokok dan fungsi sebagai berikut : 1. Kedudukan a. Dinas daerah adalah unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. 2

11 Laporan Kinerja Instansi Pmerintah b. Dinas Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan tanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah. 2. Tugas Pokok Dinas mempunyai tugas pokok merumuskan kebijaksanaan sistem kesehatan Kabupaten dan dan melaksanakan kegiatan teknis operasional di bidang kesehatan yang meliputi program, penyehatan lingkungan dan penanggulangan penyakit, pelayanan kesehatan, kesehatan keluarga, farmasi serta melaksanakan ketatausahaan Dinas. 3. Fungsi Berdasarkan perda tersebut Dinas Kesehatan mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan perumusan kebijaksanaan sistem kesehatan kabupaten dan pelaksanaan kegiatan teknis operasional di bidang kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan, penyehatan lingkungan dan penanggulangan penyakit, kesehatan keluarga dan farmasi. b. Pelaksana pelayanan teknis administratif ketatausahaan. Struktur Organisasi dapat dilihat pada gambar berikut : 3

12 Laporan Kinerja Instansi Pmerintah BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN (Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20 Tahun 2007) Bidang Pelayanan Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus Seksi Penunjang Pelayanan Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Seksi Pengamatan dan Pencegahan Penyakit Seksi Pemberantas an Penyakit Seksi Penyehatan Lingkungan KEPALA DINAS Sub.Bag. Keuangan Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Keluarga Seksi Gizi Seksi Kemitraan dan Pembiayaan Kesehatan SEKRETARIAT Sub. Bag. Umum dan Kepegawaian Sub. Bag. Penyusunan Program Bidang Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Seksi Pengawasan dan Pengendalian Farmasi dan Makanan dan Minuman Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Penelitian, Pengembangan, dan Informasi Kesehatan Kelompok Jabatan Fungsional UPTD Laboratorium UPTD Obat & Perbekkes UPTD Pelayanan Kesehatan 4

13 Laporan Kinerja Instansi Pmerintah 3. Permasalahan dan Isu Strategis Tatakelola Pemerintahan yang Baik (good governance) telah menjadi isu sentral dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Kualitas tatakelola pemerintahan adalah prasyarat tercapainya sasaran pembangunan nasional, baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Selain itu, penerapan tata kelola pemerintahan yang baik secara konsisten akan turut berkontribusi pada peningkatan daya saing Indonesia di lingkungan internasional. Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan, dan partisipasi masyarakat. Pembangunan kesehatan periode adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan financial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Isu strategis yang menjadi sasaran pokok RPJMN adalah : 1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak 2. Meningkatnya pengendalian penyakit 3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan 4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Kesehatan 5. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, Obat dan Vaksin 6. Meningkatkan responsivitas system kesehatan. Permasalahan dan isu strategis yang menjadi dasar pertimbangan dalam upaya pelayanan kesehatan adalah masih belum terpenuhinya akses dan mutu pelayanan kesehatan yang masih perlu pembenahan, peningkatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan, peningkatan aksesbilitas serta mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan, peningkatan sumber daya manusia kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan yang masih rendah, peningkatan pembiayaan kesehatan serta manajemen, regulasi dan system informasi kesehatan yang masih rendah. 5

14 Laporan Kinerja Instansi Pmerintah Untuk itu ditahun 2015 ini akses dan mutu pelayanan kesehatan lebih ditingkatkan dengan adanya pengembangan pelayanan kesehatan ditingkat fasilitas kesehatan dasar (Puskesmas) menjadi Ba dan Layanan Umum Daerah (BLUD), diharapkan permasalahan tersebut dapat teratasi. Urusan pada Bidang Kesehatan di Dinas Kesehatan terdapat 5 aspek kewajiban dengan indikator target capaian sampai tahun 2015 meliputi : 1. Meningkatnya status kesehatan masyarakat 2. Meningkatnya status gizi masyarakat 3. Pengendalian penyakit menular dan penyakit tidak menular 4. Penyehatan Lingkungan 5. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan 6

15 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BAB II PERENCANAAN KINERJA 1. Rencana Strategis Tahun VISI Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bandung Sehat Mandiri. Yang secara MISI TUJUAN STRATEGIS 1. Memberikan pelayanan kesehatan berkualitas kepada masyarakat. 2. Menyehatkan lingkungan tempat tinggal dan lingkungan tempat beraktivitas. 3. Menanggulangi penyakit menular dan tidak menular. 4. Menyehatkan keluarga dan memberdayakan masyarakat dalam bidang kesehatan. 5. Melaksanakan pengawasan sediaan farmasi dan makanan. 1. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. 2. Meningkatnya ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan bagi masyarakat Kabupaten Bandung. 3. Meningkatnya pengelolaan data dan informasi pelayanan kesehatan yang terintegrasi dalam rangka fasilitasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan. 4. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup yang sehat 5. Menurunnya angka kesakitan penyakit menular dan tidak menular. 6. Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar bagi ibu hamil, bayi, balita, anak SD dan lanjut usia 7. Meningkatnya status gizi masyarakat. 8. Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan. 9. Meningkatnya kualitas pengelolaan obat. 10. Meningkatnya kualitas makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan. 7

16 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Perubahan Rencana Strategis , berorientasi pada perubahan dokumen RPJMD serta perkembangan pembangunan kesehatan di Kabupaten Bandung, guna menyiapkan kemandirian masyarakat sehat Kabupaten Bandung, sehingga lebih difokuskan pada upaya promotif dan preventif melalui pengembangan kegiatan utama ( core business) berdasarkan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan sarana pelayanan kesehatan yang ditunjang oleh peningkatan sumber daya kesehatan. Upaya yang dilakukan dalam mewujudkan keberhasilan tujuan strategis ini melalui program antara lain ; 1. Program obat dan perbekalan kesehatan 2. Program upaya kesehatan masyarakat 3. Program Pengawasan obat dan makanan 4. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 5. Program Perbaikan Gizi Masyarakat 6. Program Pengembangan lingkungan sehat 7. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular 8. Program standarisasi pelayanan kesehatan 9. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin 10. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya 11. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan 12. Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia 13. Program Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak 8

17 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah SASARAN Meningkatnya fungsi sarana pelayanan kesehatan dan kompetensi tenaga kesehatan terhadap pelayanan kesehatan 2. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Untuk mencapai tujuan strategis maka ditetapkan target kinerja yang harus dicapai sebagai berikut ; INDIKATOR KINERJA Indeks Kepuasan Masyarakat Persentase Puskesmas yang dibangun dan direhab sesuai standar tata ruang Persentase Puskesmas yang mampu PONED Persentase Poskesdes dibangun sesuai tata ruang Persentase Pemenuhan perlengkapan dan sarana Puskesmas/PONED /Pustu/Poskesdes yang dibangun TARGET KEGIATAN PROGRAM Program upaya kesehatan masyarakat indikator kinerja dan KEGIATAN Pelayanan kesehatan penduduk miskin dipuskesmas dan jaringannya Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas dan Jaringannya Peningkatan Kesehatan Masyarakat Peningkatan Pelayanan Kesehatan bagi Pengungsi Korban Bencana Peningkatan Pelayanan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan Penyediaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan 82.3% Program Pembangunan Puskesmas Pengadaan, Pembangunan puskesmas Peningkatan dan pembantu Perbaikan sarana Pengadaaan sarana dan dan prasarana prasarana puskesmas puskesmas/puskes Pengembangan gedung dan mas pembantu dan revitalisasi Puskesmas 94.0% jaringannya Pembangunan Puskesmas Pembangunan puskesmas pembantu Pengadaaan sarana dan prasarana puskesmas 45% Pembangunan Puskesmas Pembangunan puskesmas pembantu Pengadaaan sarana dan prasarana puskesmas 100% Pembangunan Puskesmas Pembangunan puskesmas pembantu Pengadaaan sarana dan prasarana puskesmas 9

18 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET KEGIATAN PROGRAM KEGIATAN Mengendalika n penyakit berbasis lingkungan Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin Cakupan pelayanan kesehatan rujukan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarkes (RS) di Kab/Kota Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk Persentase rumah yang sehat 100% Program Pelayanan kesehatan penduduk miskin Kegiatan Pelayanan Kesehatan Operasi Katarak Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan Bagi Masyarakat Miskin Jaminan kesehatan bagi penerima Bantuan Iuran (PBI) 100% Kegiatan Pelayanan Kesehatan Operasi Katarak Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan Bagi Masyarakat Miskin Jaminan kesehatan bagi penerima Bantuan Iuran (PBI) 100.0% Kegiatan Pelayanan Kesehatan Operasi Katarak Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan Bagi Masyarakat Miskin 0.4% Program standarisasi pelayanan kesehatan Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan 80.0% Program Pengembangan lingkungan sehat Penyusunan Standart Jaminan Pelayanan Kesehatan Evaluasi dan Pengembangan standar pelayanan kesehatan Pembangunan dan Pemutakhiran data dasar standar pelayanan kesehatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kemitraan Peningkatan Kualitas Dokter dan Paramedis Penyelenggaraan penyehatan lingkungan (Bandung Sehat) Pengkajian Pengembangan Lingkungan Sehat Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat 10

19 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET KEGIATAN PROGRAM KEGIATAN Menurunnya angka kesakitan penyakit menular Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak(perkotaandan pedesaan) Presentase keluarga yang menggunakan sarana jamban keluarga sehat Presentase tempattempat umum sehat Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TB Paru Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD Cakupan pelayanan penderita Diare 85.0% Penyelenggaraan penyehatan lingkungan (Bandung Sehat) Pengkajian Pengembangan Lingkungan Sehat Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat 78.0% Penyelenggaraan penyehatan lingkungan (Bandung Sehat) Pengkajian Pengembangan Lingkungan Sehat Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat 82.0% Penyelenggaraan penyehatan lingkungan (Bandung Sehat) Pengkajian Pengembangan Lingkungan Sehat Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat 90.0 Program Pelayanan Pencegahan dan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Penanggulangan Menular Penyakit Menular Pencegahan Penularan Penyakit Endemik / Epidemik Peningkatan Imunisasi Peningkatan Surveillance Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah 100 Penyemprotan/fogging sarang nyamuk Pengadaan alat fogging dan bahan-bahan fogging Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Pencegahan Penularan Penyakit Endemik / Epidemik Peningkatan Imunisasi Peningkatan Surveillance Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah 100 Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular 11

20 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET KEGIATAN PROGRAM KEGIATAN Meningkatnya status gizi dan kesehatan keluarga dalam masyarakat Prog. Pencegahan & Penanggulangan Penyakit Menular Pencegahan Penularan Penyakit Endemik / Epidemik Peningkatan Imunisasi Peningkatan Surveillance Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah Cakupan penemuan penderita penyakit Pneumonia Balita 73.0 Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Pencegahan Penularan Penyakit Endemik / Epidemik Peningkatan Imunisasi Peningkatan Surveillance Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah Cakupan desa/kelurahan yang mengalami wabah dan KLB 100 Penyemprotan/fogging sarang nyamuk Pengadaan alat fogging dan bahan-bahan fogging penyakit menular Pelayanan vaksinasi bagi yang dilakukan balita dan anak sekolah penyelidikan Pelayanan Pencegahan dan epidemiologi < 24 Penanggulangan Penyakit jam Menular Pencegahan Penularan Penyakit Endemik / Epidemik Peningkatan Imunisasi Peningkatan Surveillance Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 90.0 Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Pencegahan Penularan Penyakit Endemik / Epidemik Peningkatan Imunisasi Peningkatan Surveillance Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah Indeks Kesehatan Program Penyuluhan Kesehatan Bagi Peningkatan Ibu Hamil Dari Keluarga keselamatan ibu Kurang Mampu melahirkan dan anak 12

21 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET KEGIATAN PROGRAM KEGIATAN Angka Kematian Bayi (AKB) Cakupan kunjungan ibu hamil (K4) Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yg memiliki komp.kebidanan Cakupan kunjungan bayi Cakupan pelayanan pada ibu nifas Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani Cakupan penjaringan kesehatan anak SD & setingkat Cakupan peserta KB aktif Cakupan puskesmas santun lansia Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat penanganan Program Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Masyarakat 32.5 Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil Dari Keluarga Kurang Mampu 100 Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil Dari Keluarga Kurang Mampu 95 Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil Dari Keluarga Kurang Mampu 90 Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil Dari Keluarga Kurang Mampu 95 Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil Dari Keluarga Kurang Mampu 90 Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil Dari Keluarga Kurang Mampu 95 Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil Dari Keluarga Kurang Mampu 100 Program upaya Peningkatan Kesehatan kesehatan Masyarakat masyarakat 81 Program Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak 19.4 Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia 100 Program Perbaikan Gizi Masyarakat Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil Dari Keluarga Kurang Mampu Pembangunan Pusat - Pusat Pelayanan Kesehatan Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A dan Kekurangan Zat Gizi Mikro lainnya Penanggulangan Balita Gizi Buruk dan Kurang 13

22 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET KEGIATAN PROGRAM KEGIATAN Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan Meningkatnya kualitas farmasi, makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan. Cakupan ibu hamil KEK mendapat PMT Prevalensi anak balita yang menderita gizi buruk Cakupan PHBS pada tatanan Rumah Tangga Cakupan desa siaga aktif Rata-rata belanja obat yang bermutu per kapita Persentase produk olahan makanan dan minuman yang telah tersertifikasi layak edar 50 Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A dan Kekurangan Zat Gizi Mikro lainnya 0.04 Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi 70 Program Promosi Pengembangan Media Kesehatan dan Promosi & Informasi Sadar Pemberdayaan Hidup Sehat Masyarakat Peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan Peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan Program Promosi Pengembangan Media 70 Kesehatan dan Promosi & Informasi Sadar Pemberdayaan Hidup Sehat Masyarakat Peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan Peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan 6000 Program obat dan Pengadaan Obat dan pebekalan Perbekalan Kesehatan Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Masyarakat 90% Program Pengawasan obat dan makanan Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit 14

23 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Jumlah anggaran yang tersedia menurut DPPA tahun 2015 secara keseluruhan setelah perubahan anggaran dengan rincian sebagai berikut : 1. Pendapatan Target pendapatan sebesar Rp ,- 2. Anggaran Belanja Anggaran Belanja Dinas Kesehatan Rp ,- terdiri dari : Belanja tidak langsung Rp ,- Belanja langsung Rp ,- Terdiri dari : - Belanja Pegawai Rp ,- - Belanja Barang dan Jasa Rp ,- - Belanja modal Rp ,- Sumber anggaran dalam belanja langsung untuk program pada tahun 2015 sebagaimana tabel berikut : Proporsi Anggaran Program Dinas Kesehatan Kab. Bandung Berdasarkan Sumber Anggaran APBN TP DAK Bid. Kesehatan APBD Propinsi APBD Kabupaten Dari tabel diatas terlihat proporsi anggaran tahun 2015 berdasarkan sumber anggaran menunjukkan bahwa proporsi terbesar sekitar 97,41% anggaran Dinas kesehatan Kesehatan bersumber dari dana alokasi umum melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah II Kabupaten Bandung tahun

24 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Pada tahun anggaran 2015, Dinas Kesehatan sasaran yang akan dicapai. telah menetapkan 6 (Enam) Keenam Sasaran tersebut selanjutnya diukur melalui indikator kinerja dan target kinerja. Pengukuran tingkat capaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi dari tiap indikator kinerja sasaran. Rincian tingkat capaian kinerja tiap indikator dapat diinformasikan dalam bentuk tabel berikut : NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % 1 1. Pengukuran Capaian Kinerja Indeks Kepuasan Masyarakat 74,48 75,90 101,91 2 Persentase Puskesmas yang dibangun dan direhab sesuai standar tata ruang 3 Persentase Puskesmas yang mampu PONED 4 Persentase Poskesdes dibangun sesuai tata ruang Sasaran 1: 5 Persentase pemenuhan perlengkapan dan sarana Puskesmas/ PONED/ Pustu/ Poskesdes yang dibangun 6 Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin 7 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 8 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarkes (RS) di Kab/Kota Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanankesehatan ,77 119, ,

25 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % 9 Rasio Tenaga Medis Per Satuan 0,4 0,31 77,50 Penduduk Sasaran 2: Mengendalikan penyakit berbasis lingkungan NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % 1 Persentase rumah yang sehat 80 55,1 68,88 2 Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak (perkotaan dan pedesaan) 3 Presentase keluarga yang menggunakan sarana jamban keluarga sehat 85 74,5 87, ,4 90,26 4 Persentase tempat-tempat umum ,63 Sasaran 3: Menurunnya Angka Kesakitan Penyakit Menular NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % 1 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TB Paru 2 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD 90 73,37 81, Cakupan pelayanan penderita Diare Cakupan penemuan penderita penyakit Pneumonia Balita 5 Cakupan desa/kelurahan yang 90 95,15 105,72 mengalami wabah dan KLB penyakit menular yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam 6 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child 90 62,8 69,78 Immunization (UCI) 16

26 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Sasaran 4: Meningkatnya status gizi dan kesehatan keluarga dalam masyarakat NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % 1 Indeks Kesehatan 76,02 76,62 100,79 2 Angka Kematian Bayi (AKB) 32,5 33,64 96,61 3 Cakupan kunjungan ibu hamil (K4) ,5 91,50 4 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 5 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yg memiliki komp.kebidanan 95 84,4 88, ,3 98,11 6 Cakupan kunjungan bayi 95 99,2 104,42 7 Cakupan pelayanan pada ibu nifas ,22 8 Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 9 Cakupan penjaringan kesehatan anak SD & setingkat 95 88,3 92, Cakupan peserta KB aktif 81 82,3 101,60 11 Cakupan puskesmas santun lansia 19,4 24,19 124,69 12 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat penanganan Cakupan ibu hamil KEK mendapat PMT 50 52,43 104,86 14 Prevalensi anak balita yang menderita gizi buruk Sasaran 5: 0, Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % 1 Cakupan PHBS pada tatanan Rumah Tangga 70 43,7 62,43 2 Cakupan desa siaga aktif ,43 17

27 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Sasaran 6: Meningkatnya kualitas farmasi dan makanan minuman sesuai standar kesehatan NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % 1 Rata-rata belanja obat yang bermutu per kapita 2 Pengawasan peredaran obat berbahaya di sarana kesehatan 2. Capaian Kinerja Organisasi , ,2 103,56 Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2015 Dinas Kesehatan pada Tahun 2015 dapat dijelaskan sebagai berikut ; Sasaran 1: Meningkatnya fungsi sarana pelayanan kesehatan dan kompetensi tenaga kesehatan terhadap pelayanan kesehatan Sasaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan pelayanan kesehatan yang dilakukan terhadap masyarakat di sarana pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan milik pemerintah di Kabupaten Bandung, dari sasaran ini diukur capaian realisasi 38indikator kinerja yaitu: 1. Indeks Kepuasan Masyarakat Indeks Kepuasan Masyarakat melalui adalah Data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan public dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya. Dalam perhitungan indeks kepuasan masyarakat terhadap 14 unsur pelayanan yang dikaji, setiap unsur pelayanan memiliki penimbang yang sama, dan digunakan perhitungan nilai rata-rata tertimbang kemudian dikonversikan dengan nilai dasar 25. Pada tahun 2015 IKM Bidang 18

28 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Pelayanan Kesehatan memperoleh 75,90 point dengan predikat kinerja baik, jika dibandingkan dengan tahun 2014 terdapat kenaikan sekitar 1,67 point. Nilai tertinggi terdapat pada unsur pelayanan ke-1 yaitu unsur procedure pelayanan dengan nilai rata-rata sebesar 3,65, sedangkan nilai terendah terdapat pada unsure pelayanan ke-13 yaitu unsure kenyamanan lingkungan dengan nilai rata-rata sebesar 2,95. Dari tahun IKM Bidang Pelayanan Kesehatan mengalami peningkatan hal ini seiring dengan peningkatan pelayanan kesehatan baik dari peningkatan SDM, prasarana dan sarana kesehatan. Dengan adanya pengembangan pelayanan kesehatan yaitu puskesmas menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) ditahun 2016 diharapkan dapat lebih mendukung peningkatan IKM Bidang Pelayanan Kesehatan di tahun mendatang. Grafik. 1 Perkembangan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Bidang Pelayanan Kesehatan Tahun Sumber data : BPS Kab.Bandung 19

29 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 2. Persentase Puskesmas yang dibangun dan direhab sesuai standar tata ruang. Persentase Puskesmas yang dibangun/rehab sesuai standar tata ruang diperoleh dari perhitungan jumlah puskesmas yang sudah dibangun dengan jumlah seluruh puskesmas. Pada tahun 2015 jumlah Puskesmas yang dibangun ada 9 Puskesmas ( Puskesmas : Wangisagara,Cicalengka, Katapang (lanjutan), Ciwidey, Nagrak, Rawabogo, Soreang (lanjutan), Cangkuan g dan Pakutandang), secara target tahun 2015 dengan realisasi telah mencapai dari yg ditargetkan 100 persen, jika dibanding dengan tahun 2014realisasi pembangunan puskesmas ini sama yaitu 9 puskesmas dan tercapai 100 persen dari target. Persentase pembangunan puskesmas sampai dengan tahun 2015 telah mencapai 96,77% dan melampaui dari yang ditargetkan yaitu 81%. Gambar 1 : Puskesmas Wangisara Kec. Majalaya dan Puskesmas Katapang Kec. Katapang Hal ini dikarenakan dukungan dari berbagai sector melalui musyawarah perencanaan pembangunan mulai dari tingkat desa sampai kabupaten, namun pembangunan tersebut mengalami beberapa kendala dalam pengadaan tanah dan pembuatan IMB terutama untuk sertifikat Hak Milik Tanah, sehingga perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak terutama dalam penguatan oleh stakeholder yang berkepentingan. 20

30 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 3. Persentase Puskesmas yang mampu PONED. Persentase Puskesmas yang mampu PONED dibangun, didapat dari perhitungan jumlah puskesmas PONED dibangun dengan Jumlah prioritas puskesmasyang dijadikan PONED. Jumlah Puskesmas mampu PONED sampai tahun 2015 telah terbangun sebanyak 15 puskesmas mampu PONED hal ini telah terealisasi 100 dari target, jika dibandingkan dengan tahun lalu pada tahun 2015 ini PONED yang dibangun kembali ada 2 PONED sedangkan pada tahun 2014 tidak ada PONED yang dibangun. Gambar 2 : Puskesmas mampu PONED Ciparay Kec. Ciparay Jumlah Puskesmas mampu PONED meningkat dari 2 Puskesmas pada tahun 2008 menjadi 15 Puskesmas pada tahun 2015, Puskesmas dengan kemampuan untuk melaksanakan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) merupakan terobosan dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB sebagai salah satu target pencapaian MDGs Puskesmas PONED bertujuan mendekatkan akses masyarakat kepada pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. 21

31 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Puskesmas yang diharapkan mampu PONED adalah puskesmas dengan akses ke tempat rujukan sangat jauh, sedangkan Puskesmas yang keberadaannya berada di wilayah dekat dengan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan rujukan (PONEK, RS Swasta dan Klinik Swasta) tidak menjadi prioritas untuk menjadi puskesmas mampu PONEDdan bagi puskesmas yang tidak diprioritaskan menjadi puskesmas mampu PONED tetap diupayakan sebagai puskesmas yang dapatmelayani pertolongan persalinan 24 jam sebagai upaya dalam menunjang cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan menurunkan AKI dan AKB di Kabupaten Bandung.Keberhasilan pembangunan Puskesmas PONED ini tidak terlepas dengan dukungan dari pemerintah Propinsi Jawabarat dan optimalisasi pemberdayaan dari berbagai pihak mulai dari masyarakat dan aparat pemerintahan yang berhubungan dengan bidang kesehatan. 4. Persentase Poskesdes dibangun sesuai tata ruang. Jumlah Poskesdes yang dibangun sesuai tata ruang, diperoleh perhitungan jumlah rencana Poskesdes yang dibangun sesuai standar tata ruang. Pada tahun 2015 Poskesdes yang dibangun 9 unit (Poskesdes Cikuya Kec. Cicalengka, Mekarmekanik Kec. Cimenyan, Sukaluyu Kec. Pangalengan, Girimulya, Cipeujeuh Kec. Pacet, Banjaranwetan Kec. Banjaran, Rancaekek Kencana Kec. Rancaekek, Mekarlaksana Pameungpeuk) sesuai rencana dan tercapai 100%. Gambar. 3 : Poskesdes yang dibangun Tahun Anggaran 2015 dari Kec. Ciparay, Rancatungku Kec. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) merupakan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. 22

32 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Poskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang bidan) dengan dibantu sekurang-kurangnya 2 (dua) orang kader. Jumlah Poskesdes yang beroperasi pada tahun 2015 mencapai 132 Poskesdes atau sebesar 78,11% dari target 169, dan realisasi 100 persen dari target 2015, bila dibandingkan dengan tahun 2014, terdapat peningkatan sebesar 9 unit Poskesdes. Selama 5 tahun periode Renstra secara kumulatif Poskesdes yang beroperasi bertambah dari 55 unit dari capaian tahun Hal-hal yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan jumlah Poskesdes yang beroperasi adalah: a) Melakukan advokasi ke pemerintah daerah untuk menyediakan tenaga bidan di Poskesdes. b) Memasukkan pembangunan Poskesdes beserta peralatan kesehatan dan alat promosi kesehatan sebagai salah satu menu musrenbang mulai dari desa sampai ke Kabupaten Bidang Kesehatan. c) Melakukan koordinasi dalam upaya meningkatkan keterpaduan dalam pembinaan Poskesdes dengan lintas program dan sektor melalui Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Bidang Pelayanan Kesehatan. d) Membangun sistem Pencatatan dan Pelaporan Poskesdes dan UKBM terpadu dengan tujuan mengetahui pertumbuhan jumlah UKBM. e) Menyelenggarakan Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan. f) Menyusun Kurikulum/Modul Pelatihan Promosi Kesehatan bagi Petugas Puskesmas. g) Meningkatkan kapasitas bidan dan kader dalam rangka pencapaian target indikator PHBS. h) Meningkatkan kapasitas tenaga puskesmas, dalam rangka peningkatan peran puskesmas dalam membina poskesdes yang berada di wilayah kerjanya. 5. Persentase Pemenuhan perlengkapan dan sarana Puskesmas/PONED/Pustu/Poskesdes yang dibangun. Fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi standar sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, PONED, Pustu dan Poskesdes) yang memiliki bangunan/gedung, prasarana dan jenis peralatan kesehatan sesuai fasilitas pelayanan kesehatan dan persyaratan teknis. 23

33 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Persentase Pemenuhan perlengkapan dan sarana Puskesmas/PONED/Pustu/Poskesdes yang dibangun pada tahun 2015 telah mencapai 100%, indikator ini menargetkan sebesar 22 fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi standar sarana, prasarana dan peralatan kesehatan, sampai dengan akhir tahun 2015 di hasilkan sebanyak 287 fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari 62 Puskesmas, 132 Poskesdes, 78 Pustu dan 15 PONED yang telah terpenuhi perlengkapan dan sarana fasilitas kesehatan tersebut. Hasil ini jauh melebihi target yang ditetapkan dalam Renstra.Jika dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya di mulai dari tahun 2010 maka terlihat bahwa selalu terjadi peningkatan capaian dan yang lebih terlihat jauh di atas penetapan target awal adalah pada tahun Walaupun capaian telah melampaui target Renstra tetapi capaian tersebut masih jauh dari jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. Diharapkan fasilitas pelayanan kesehatan yang diluar target periode tersebut diatas dapat segera distandarkan pada perencanaan strategis berikutnya. Meskipun capaian Indikator Kinerja Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang telah terpenuhi sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan telah melebihi target, namun masih ada beberapa hal yang harus di perhatikan antara lain : 1. Kalibrasi terhadap peralatan kesehatan masih kurang dilakukan secara keseluruhan. 2. Belum optimalnya koordinasi antaradinas Kesehatan terkait pembinaan dan pengawasan sarana prasarana kesehatan di fasyankes. 3. Kurangnya peningkatan kapasitas dan kapabilitas tenaga teknis pengelola pemeliharaan sarana prasarana kesehatan difasilitas pelayanan kesehatan. Upaya pemecahan masalah : 1. Koordinasi pelaksanaan kalibrasi terhadap peralatan kesehatan dengan lintas sektor terkait. 2. Meningkatkan koordinasi antaradinas Kesehatan terkait pembinaan dan pengawasan sarana prasarana kesehatan di fasyankes. 3. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas, serta pengadaan tenaga teknis pengelola pemeliharaan sarana prasarana kesehatan oleh Dinas Kesehatan ke fasilitas pelayanan kesehatan. 24

34 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 6. Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin (maskin). Indicator cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin pada tahun 2015 sebesar 100% mencapai target, jumlah masyarakat miskin yang memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yaitu sebesar jiwa angka ini didapat dari frekuensi masyarakat miskin pelayanan kesehatan dasar (puskesmas & jaringannya) yang menggunakan sarana terlayani seluruhnya dari kunjungan masyarakat miskin. Jika dibandingkan dengan cakupan tahun 2014 kunjungan maskin mengalami penurunan sekitar 24,9% (tahun 2014 sebesar 749,110 jiwa kunjungan masyarakat miskin). Grafik.2 Trend Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Masyarakat Miskin Tahun , , , , , , , , ,410 Sumber : LKIP Dinkes Tahun , , , , Dari tahun cakupan ini mengalami fluktuasi, bila dibandingkan dengan seluruh masyarakat miskin yang ada di Kabupaten Bandung maka cakupan masyarakat miskin yang mengalami masalah kesehatan hanya sebesar rata-rata dibawah 5 % hal ini menunjukkan bahwa intervensi program kesehatan terhadap masyarakat cukup berhasil. Penurunan angka kunjungan pada tahun 2015 ini tidak terlepas dari berbagai dukungan dan upaya lintas program dan lintas sector, serta terselenggaranya kegiatan program Jaminan Kesehatan Nasional yaitu dengan adanya BPJS Kesehatan dan peningkatan mutu pelayanan preventif dan promotif kesehatan dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya peningkatan derajat kesehatan. 25

35 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 7. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin Cakupan ini didapat dari perhitungan persentase jumlah masyarakat miskin yang dirujuk ke RS type B dan C dibagi jumlah seluruh mayarakat miskin yang dirujuk. Angka masyarakat miskin yang dirujuk dan ditangani pada tahun 2015 sebanyak atau 100% dari target kinerja tercapai. Data ini diperoleh dari catatan rujukan peserta jamkesmas, Jamkesda juga dari peserta yang mengajukan SKTM (Surat keterangan Tidak Mampu). Jika dibandingkan tahun 2014 mengalami penurunan jumlah kasus rujukan sebesar 44,3%. Sumber : LKIP Dinkes Tahun Dalam kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin mengalami penurunan terus dari tahun ke tahun, hal ini menunjukkan pelayanan kesehatan dasar sudah lebih optimal, baik preventif, promotif dan kuratif untuk masyarakat miskin. Kebijakan pemerintah daerah dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat miskin sangat besar, terlihat dari anggaran yang cukup besar untuk klaim Jamkesda dan pembayaran premi BPJS tahun

36 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 8. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarkes (RS) di Kab/Kota Pelayanan kesehatan rujukan gawat darurat level 1 adalah sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat, perhitungan cakupan pelayanan kesehatan rujukan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarkes (RS) di Kab/Kota didapat dari jumlah RS yang mampu memberikan pelayanan gawat darurat level 1 dibagi dengan jumlah RS Kabupaten. Pada tahun 2015cakupan pelayanan kesehatan rujukan gawat darurat level 1 telah mencapai target 100%, jumlah RS yang ada di kabupaten Bandung berjumlah 6 dan semuanya telah memiliki kemampuan pelayanan gawat darurat hal ini dikarenakan adanya dukungan dalam meningkatkan kompetensi tenaga, sarana dan prasarana pelayanan kesehatan melalui berbagai pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan serta pengadaan sarana dan prasarana kesehatan. Dari tahun capaian cakupan ini telah memenuhi target, yang mana pemenuhan target tersebut sebagai upaya dalam peningkatan pelayanan kesehatan serta penurunan angka kesakitan dan kematian. 9. Rasio Tenaga Medis Per Satuan penduduk. Sumber daya manusia kesehatan dalam aspek jumlah, kualitas dan penyebarannya terus membaik, namun masih belum mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di seluruh wilayah terutama bila dilihat dari segi perbandingan dengan jumlah penduduk, padahal menurut rekomendasi WHO seharusnya 1 orang tenaga medis (dokter umum) per penduduk, sedangkan ditahun 2015 jumlah penduduk di kabupaten Bandung sebesar jiwa dengan jumlah tenaga medis sekitar orang sehingga rasio dokter umum sebesar 0.31 orang dokter per penduduk sehingga hal ini masih belum mencapai dari yang ditargetkan yaitu hanya teralisasi sebesar 77,5 %, jika dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami penurunan rasio yaitu sebesar 0,01 hal ini dikarenakan dengan pertambahan jumlah penduduk sebesar jiwa sedangkan pertambahan tenaga medis tidak mengalami kenaikan secara signifikan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pemenuhan rasio tersebut melalui advokasi dan koordinasi sector terkait serta rekruetmen 27

37 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah tenaga pegawai tidak tetap (19 orang dokter umum dan 10 orang dokter gigi). Sasaran 2: Mengendalikan penyakit berbasis lingkungan Sasaran pengendalian sasaran, yaitu : ini dimaksudkan untuk menggambarkan lingkungan sehat sebagai 1. Presentase rumah yang sehat penyakit akibat lingkunganmempunyai 3 indikator pencapaian Persentase rumah sehat didapatkan dari perhitungan rumah yang diperiksa dengan hasil sehat dibagi dengan jumlah rumah yang diperiksa. Pada tahun 2015 capaian kinerja rumah sehat mencapai 55,1% dan masih belum mencapai dari yang ditargetkan. Hasil itu diperoleh dari jumlah rumah yang disurvey sebanyak terdapat rumah yang sehat, jika dibandingkan dengan tahun 2014 jumlah rumah sehat mengalami kenaikan sebanyak rumah dari tahun ke tahun selama lima tahun ( ) indicator tersebut mengalami kenaikan hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan kesehatan untuk rumah sehat cukup baik meskipun sesungguhnya kegiatan ini kurang mendapat intervensi secara paripurna, artinya bila dilihat dari segi program kesehatan yang dilakukan hanya kegiatan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dan promotif sedangkan untuk kegiatan secara fisik kewenangan ada di sektor lain sehingga dalam hal ini untuk indicator ini memerlukan dukungan dan intervensi berbagai sector namun karena adanya upaya program kegiatan yang terintegrasi dengan kegiatan yang berbasis lingkungan maka realisasi kinerja cukup baik. 2. Proporsi Rumah Tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak (perkotaan dan pedesaan). Angka proporsi didapat dari hasil survey terhadap akses air minum rumah tangga. Berdasarkan hasil inspeksi sanitasi sarana air minum (faktor risiko pencemaran dan fisik air minum) pada tahun 2015, jumlah rumah tangga yang disurvey air minum layak sebesar dengan hasil rumah tangga yang layak memenuhi syarat kesehatan sebanyak Hal ini menunjukan bahwa proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum belum mencapai dari target 85%, yang berarti sebanyak 74.05% rumah tangga telah memiliki sumber air 28

38 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah bersih yang berkelanjutan. Pencapaian tersebut mengalami penurunan, pada tahun 2014 proporsi rumah tangga dengan akses air minum sebesar 81.16% sedangkan pada tahun 2013 sebesar 78,50%. Selama kurun waktu indikator ini mengalami fluktuasi. Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencapai capaian target yang dimaksud, tidak semata-mata upaya para pelaku mitra dan pemerintah saja namun kontribusi positif dari peran serta aktif warga masyarakat juga tidak dapat diabaikan, seperti melalui kegiatan STBM dan Kegiatan RAKSA yang didalam kegiatan tersebut melibatkan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan peningkatan akses air minum dan sanitasi merupakan kegiatan yang termasuk indikator program MDGs. Kebijakan terkait penyehatan air dan sanitasi adalah peningkatan kemampuan pencegahan dan penanggulangan faktor resiko penyakit berbasis lingkungan; peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan terkait air minum dan sanitasi; advokasi dan sosialisasi untuk meningkatkan komitmen dan kepedulian daerah terhadap pembangunan sarana air minum dan sanitasi. 3. Presentase keluarga yang menggunakan sarana jamban keluarga sehat. Presentase ini merupakan salah satu indikator dalam mendukung upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan. Pada tahun 2015 capaian Presentase keluarga yang menggunakan sarana jamban keluarga sehat sebesar 75.14% melampaui target 0.14%. Dari keluarga yang diawasi di kabupaten Bandung sebanyak keluarga memiliki jamban sehat. Jika dibandingkan dengan tahun 2013 dan 2012 capaian ini mengalami peningkatan, hal ini disebabkan dengan adanya keterlibatan aktif masyarakat mulai dari mengidentifikasi masalah lingkungan, dilanjutkan dengan perencanaan untuk mencari alternatif solusi sesuai dengan budaya dan kearifan lokal/setempat dan pelaksanaan kegiatan sampai dengan monitoring dan evaluasi yang selalu melibatkan masyarakat pengguna dengan pedekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Kegiatan penyehatan lingkungan sangat penting dan tidak terpisahkan untuk mendukung upaya pengendalian penyakit. Berbagai upaya terus dilakukan dalam bidang penyehatan Berbasis Masyarakat yaitu pendekatan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan, yang dilatar belakangi oleh komunitas masyarakat yang mempunyai kesamaan 29

39 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah kebutuhan dan nilai-nilai untuk meraih tujuan. STBM ini mempunyai 5 pilar yaitu stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum/makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair rumah tangga. Pada tahun 2015 di kabupaten Bandung terdapat 150 desa yang sudah melaksanakan STBM sehingga mengalami kemajuan dalam upaya mendukung peningkatan sanitasi lingkungan. Grafik. 4 Persentase keluarga yang menggunakan Sumber : LKIP Dinkes Tahun Persentase tempat-tempat umum sehat sarana jamban keluarga sehat Cakupan ini dihitung berdasarkan jumlah tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat dibagi dengan jumlah tempat tempat umum dan tempat pengelolaan makanan yang disurvey. Tempat-tempat umum yang menjadi sasaran untuk disurvei diantaranya yaitu : hotel, pasar dan rumah makan. Pada tahun 2015 jumlah sasaran tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan makanan (TTU-TPM) sebanyak 449 dan termasuk kategori TTU sehat berjumlah 361 TTU sehingga 80.4% mencapai dari yang ditargetkan. Jika dibandingkan dengan tahun 2013, dari 368 tempat umum yang menjadi sasaran, hanya 279 tempat-tempat umum yang memenuhi syarat atau 75.82%, mengalami kenaikan 4.58%. Ketersediaan tempat tempat umum sehat di Kabupaten Bandung telah mengalami peningkatan dari tahun 2012 yang hanya 30

40 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 71,9%. Hal ini dikarenakan banyaknya kegiatan petugas kesling di Puskesmas lebih meningkat serta dukungan dari berbagai pihak dan seiring dengan kemajuan pembangunan TTU yang memperhatikan persyaratan yang prioritas dan berstandarisasi. Sasaran 3: Menurunnya Angka Kesakitan Penyakit Menular Sasaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan tingkat pengendalian penyakit yang dapat menimbulkan angka kesakitan yang diketahui dalam kurun waktu 1 tahun di Kabupaten Bandung. Indikator dan capaian kinerja dari sasaran ini dapat digambarkan sebagai berikut; 1. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TB Paru. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia terutama negara-negara yang sedang berkembang. Data tahun 2015 target penemuan sekitar orang tersangka TB Paru dengan BTA Positif dari penemuan tersangka TB Paru atau sekitar 73.37% dan masih dibawah target SPM, jika dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami penurunan kasus penemuan TB Paru, secara kasus kemungkinan memberikan beberapa gambaran yaitu salah satunya dengan adanya penurunan kasus kesakitan menunjukkan bahwa kemungkinan preventif dan promotif sudah berjalan, akan tetapi hal ini memerlukan survey secara epidemiologi untuk membuktikan hal tersebut sehingga dimasa mendatang tidak menjadi fenomena gunung es, bila dilihat dari target kendala yang dihadapi dari program ini adalah terbatasnya SDM yang kompeten serta prasarana dan sarana program TB serta perlu adanya dukungan yang melibatkan layanan berbasis masyarakat. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TB Paru merupakan salah satu indikator keberhasilan MDGs dan SPM yang harus dicapai, dari tahun cakupan ini mengalami fluktuasi, sehingga program penanggulangan penyakit TB Paru ini harus terus ditingkatkan melalui berbagai upaya dalam rangka mendukung strategi nasional program pengendalian TB, program diarahkan kepada universal access terhadap layanan TB berkualitas dengan 31

41 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah tujuan peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan Directly observed Treatment Short-course (DOTS) yang lebih luas. Upaya yang telah dilakukan untuk mencapai target 1) Memenuhi kebutuhan OAT melalui lintas vertikal (Dinkes Propinsi) guna menjamin keberlanjutan pengobatan dari pasien TB. 2) Peran PMO TB dalam memantau keteraturan berobat pasien berjalan dengan baik. 3) Pelibatan rumah sakit dalam layanan TB berkualitas, Public Private Mix (PPM) atau bauran layanan pemerintah swasta adalah hubungan kerja sama antara pemerintah dengan institusi/ sektor swasta atau antara institusi/ sektor pemerintah dengan institusi/ sektor pemerintah dalam upaya ekspansi dan kesinambungan program pengendalian TB. PPM meliputi semua bentuk kolaborasi pemerintah swasta, (seperti kerjasama dengan industri/ perusahaan/ tempat kerja, dengan RS swasta), dengan tujuan menjamin akses layanan TB yang bermutu dan berkesinambungan bagi masyarakat terdampak TB memperoleh serta dijamin kesembuhannya. 4) Pelayanan TB Multi Drugs Resistance (MDR) secara bertahap. 5) Validasi data dan monev Program TB ke Puskesmas dan Rumah Sakit 6) Pelatihan TB DOTS bagi Dokter Praktek Swasta 7) Monitoring Lab. Dan Pengambilan sample slide Fasyankes 8) Serah terima dan monitoring pasien MDR dari Rumah Sakit ke Puskesmas 9) Koordinasi dengan TB Care Aisyiyah 32

42 Laporan Akuntabilitas Kinerja 2. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi prioritas yang harus ditanggulangi, agar tidak menyebar ke wilayah yang lebih luas. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD, diperoleh dari perhitungan persentase jumlah penderita DBD yang ditemukan dan ditangani sesuai standar operasional prosedur yang berlaku dibagi dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan di wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2015 ditemukan 1013 kasus DBD dan telah mendapatkan penanganan sehingga mencapai target 100%, jika dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami kenaikan kasus DBD sekitar 18 kasus, hal ini sangat erat kaitannya dengan perubahan iklim/cuaca yang terjadi di tahun 2015 serta tidak terlepas dari kesadaran masyarakat dalam tindakan preventif dalam menangani kasus DBD serta promotif dari faskes, sehingga dari tahun ke tahun penemuan kasus DBD mengalami fluktuasi. Grafik. 5 Perkembangan Penderita DBD di Kabupaten Bandung Tahun Sumber data : Profil Dinkes Kab.Bandung Beberapa upaya telah dilakukan melalui bebrbagai kegiatan dan program diantaranya adalah menggencarkan Gerakan Pemberantasan Sarang 29

43 Laporan Akuntabilitas Kinerja Nyamuk (PSN), Upaya penanggulangan kasus, p engendalian vektor dan upaya-upaya pemutusan rantai penularan penyakit tetap ditingkatkan dan dioptimalkan dengan mengedepankan upaya promotif dan preventif antara lain dengan meningkatkan peran serta masyarakat. Masyarakat secara aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang ada di daerah Pemberantasan jentik melalui PSN menjadi salah satu unsur penting dalam kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di semua tatanan masyarakat. 3. Cakupan pelayanan penderita Diare Cakupan ini diperoleh dari jumlah penderita diare yang ditemukan dan diobati selama kurun waktu tertentu dibagi dengan jumlah perkiraan penderita diare dalam kurun waktu yang sama. Pada, ditemukan kasus dari jumlah sasaran kasus (100%), jika dibandingkan dengan tahun2015 penemuan kasus diare mengalami penurunan signifikan sekitar kasus.hal ini menunjukkan bahwa tingkat perilaku hidup bersih sehat disebagian masyarakat meningkat sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap penyakit diare. Oleh karena itu besarnya kasus diare diupayakan serendah mungkin, berbagai upaya telah dilakukan melalui lintas program dengan gerakan PHBS dan STBM, di tahun 2015 Dinas Kesehatan mengadakan kerjasama dengan SELARAS dalam program Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di berbagai daerah dan sekolah, sebagai upaya dalam preventif dan promotif kesehatan. 4. Cakupan penemuan penderita penyakit Pneumonia Balita. Angka ini didapatkan dari perhitungan Penderita pneumonia pada balita yang ditangani sesuai standar di satu wilayah dalam waktu satu tahun dibandingkan dengan jumlah perkiraan penderita Pneumonia balita disatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Pada, ditemukan kasus pneumonia balita dari 90% dari yang ditargetkan dan telah melampaui dari target. jika dibandingkan dengan tahun 2014, mengalami penurunan jumlah kasus, bila dilihat dari tahun tahun kasus penemuan penyakit pneumonia ini memberikan gambaran fluktuasi. 30

44 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sumber : LKIP Dinkes Tahun Beberapa upaya meningkatkan kelangsungan hidup anak balita, salah satu upaya yang dilakukan adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian melalui penanganan balita sakit. Upaya tersebut satu nya adalah kegiatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan yang komprehensif dalam penanganan balita sakit. 5. Cakupan desa/kelurahan yang mengalami wabah dan KLB penyakit menular yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam. Cakupan ini diperoleh dari jumlah kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa ( KLB) yang ditangani kurang dari 24 jam dibagi dengan jumlah kelurahan dengan KLB yang ada pada kurun waktu yang sama. Pada, terjadi 11 kasus KLB yang seluruhnya dapat ditangani kurang dari 24 jam dan telah mencapai dari yang ditargetkan yaitu 100%, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (tahun 2014) jumlah kasus KLB Penyakit menular yang terjadi mengalami penurunan sekitar 4 kejadian, selama kurun waktu lima tahun dari tahun jumlah kasus KLB mengalami penurunan hal ini terjadi karena bekerjanya Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD -KLB) penyakit menular baik melalui upaya preventif dan promotif kesehatan 31

45 Laporan Akuntabilitas Kinerja maupun adanya peran serta masyarakat dan dukungan lintas sector. Upaya Surveilans Epidemiologi dalam pencarian, penemuan, dan pelacakan kasus baru berpotensi wabah/klb melalui Surveilans Terpadu Berbasis Puskesmas dan Surveilans Aktif Rumah Sakit dapat menjaring dan meminimalisir penyebaran kasus sehingga dapat tertanggulangi dan tertangani. 6. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah Suatu keadaan dimana Desa/Kelurahan cakupan imunisasi BCG, DPTHB-Hib, Polio4 dan Campak mencapai 80%. Target UCI desa pada tahun 2015 adalah 90%, dan capaian indicator ini 62,86% belum mencapai dari target sedangkan cakupan UCI desa pada tahun 2014 sudah melampaui target dan terjadi penurunan sekitar 27,14% Bila dibandingkan dengan cakupan gambaran fluktuasi, tahun memberikan factor yang menghambat diantaranya terjadinya kekosongan sarana vaksin, adanya mutasi petugas dan kekosongan bidan desa di beberapa desa sebagai ujung tombak pelayanan imunisasi serta peamntauan wilayah setempat yang belum maksimal, beerbagai intervensi telah di upayakan untuk memaksimalkan capaian cakupan UCI desa diantaranya dukungan : Kelembagaan (aparat desa/rw/rt/posyandu/kader), Kelompok Masyarakat (Tokoh masyarakat/agama, LSM dll), Sasaran Imunisasi (Ibu bayi/ibu hamil/anak SD), Petugas (kesehatan/camat/kua dll) sehingga dengan dukungan semua sector diharapkan capaian cakupan UCI desa bisa meningkat. 32

46 Laporan Akuntabilitas Kinerja Grafik. 7 Perkembangan Pencapaian Universal Child Of Immunization (UCI) dari Tahun Sumber data : Profil Dinkes Kab.Bandung Namun demikian koordinasi lintas sektor pun perlu diadakan di tingkat kecamatan/kelurahan sebagai penggerak pemberdayaan masyarakat, sehingga diharapkan dukungan masyarakat juga akan meningkat terhadap program imunisasi. Sasaran 4: Meningkatnya status gizi dan kesehatan keluarga dalam masyarakat Sasaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan upaya penurunan angka kematian bayi, angka kematian ibu dan angka kematian balita di Pelayanan Kesehatan Dasar Kabupaten Bandung. Indikator dan capaian kinerja dari sasaran ini dapat digambarkan sebagai berikut; 1. Indeks Kesehatan Salah satu komponen dari Indeks Pembangunan Manusia adalah indeks kesehatan. Indeks kesehatan merupakan konversi angka harapan hidup dalam persen terhadap rentang angka harapan hidup maksimal yang dapat 33

47 Laporan Akuntabilitas Kinerja di capai. Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya pelayanan kesehatan, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya. Dengan demikian keberhasilan program kesehatan terutama dalam pencapaian indeks kesehatan dan usia harapan hidup bukan hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan saja namun merupakan tanggung jawab bersama antara unsur pemerintah, swasta, akademisi, serta masyarakat. Capaian Indeks Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Bandung bila dilihat dari tahun 2011 s.d. 2015, berturut-turut adalah Tahun 2011 sebesar 75,10, Tahun 2012 sebesar 75,46, Tahun 2013 sebesar 75.56, Tahun 2014 sebesar 75,90 dan mencapai 76,72 point. Nilai indeks kesehatan yang dicapai ini mengindikasikan bahwa angka harapan hidup penduduk di kabupaten Bandung masih dapat ditingkatkan serta secara umum memperlihatkan bahwa kualitas kesehatan masyarakat di Kabupaten Bandung semakin membaik. Namun demikian, meningkatnya indeks kesehatan membutuhkan investasi yang sangat besar dan jangka waktu yang cukup lama sehingga perlu dukungan dan penguatan lintas sector dan lintas program. Grafik. 8 Perkembangan Indeks Kesehatan Tahun Sumber data : BPS Kabupaten Bandung 34

48 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pada tahun 2015 Usia Harapan Hidup Kabupaten Bandung adalah sebesar 71,03 meningkat 0,49 dari tahun Keberhasilan program kesehatan terutama dalam pencapaian indeks kesehatan dan usia harapan hidup bukan hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan namun merupakan tanggung jawab bersama antara unsur pemerintah, swasta, akademisi, serta masyarakat sehingga untuk dapat mencapai targetnya harus ada kerjasama yang baik antara unsur pemerintah, swasta, akademisi, serta masyarakat. Selama periode tahun angka harapan hidup cenderung mengalami peningkatan. Seiring dengan teori yang ada bahwa bila angka harapan hidup meningkat maka angka kematian akan rendah, semakin tinggi kualitas kesehatan maka angka kematian semakin rendah. Keberhasilan ini tidak terlepas dari intervensi program kesehatan dan dukungan berbagai sector terkait serta kebijakan dari pemerintah. Grafik. 9 Perkembangan Usia Harapan Hidup Kabupaten Bandung dari tahun dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Sumber data : BPS Kabupaten Bandung 35

49 Laporan Akuntabilitas Kinerja Grafik. 10 Perbandingan target dan capaian Usia Harapan Hidup Tahun Sumber data : BPS Kabupaten Bandung 2. Angka Kematian Bayi Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan salah satunya dapat dilihat dari indikator : Angka Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah kematian bayi dibawah usia satu tahun pada setiap 1000 kelahiran hidup. Hal tersebut diatas dilakukan melalui meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat serta meningkatnya Perilaku Masyarakat Hidup Bersih dan Sehat serta menggunakan fasilitas kesehatan yang didalamnya terdapat sasaran dan indikator kinerja yang menunjang Angka Kematian Bayi. Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Bandung merupakan salah satu indikator yang belum mencapai target namun tetap mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 realisasi yang tercapai yaitu sebesar 33,9 dan tahun 2015 sebesar 33,64 mengalami penurunan 0,26 secara kinerja mengalami peningkatan meskipun tidak mencapai target yang diberikan yaitu 32,5. 36

50 Laporan Akuntabilitas Kinerja Dalam rentang waktu lima tahun trend angka kematian bayi menunjukkan penurunan sebagai dampak pelaksanaan pembangunan disegala bidang serta adanya intervensi program kesehatan. Grafik. 11 Angka Kematian Bayi Tahun Sumber data : BPS Kabupaten Bandung Grafik. 12 Perbandingan target dan capaian Angka Kematian Bayi Tahun Sumber Data : BPS Kab. Bandung 37

51 Laporan Akuntabilitas Kinerja 3. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (Ke 4) Cakupan Kunjungan Ibu Hamil ( Ke 4) adalah ibu hamil yang sudah kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Pada tahun 2015, cakupan ibu hamil yang mendapatkan Pelayanan antenatal (K4) mencapai 91,5% dan belum mencapai dari yang ditargetkan baik target kabupaten maupun target nasional.jika dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 2014 capaian tersebut mengalami penurunan sekitar 3,9%, bila dilihat dari tahun capaian ini terus mengalami fluktuasi. Ada beberapa kendala dalam mencapai target cakupan tersebut diantaranya, peningkatan jumlah sasaran ibu hamil seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, masih kurangnya pemahaman dan pengetahuan ibu hamil serta masyarakat dalam hal kesehatan ibu hamil. Upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan cakupan kunjungan ibu hamil K4 ini diantaranya meningkatkan pemahaman dan pengetahuan serta perilaku ibu hamil melalui kegiatan terpadu dengan lintas program, berbagai workshop tentang kesehatan ibu hamil, pelayanana KB-Kes, kegiatan kelas ibu hamil di posyandu, peningkatan kerja sama dengan berbagai sector terkait serta pembangunan dan pemenuhan sarana dan parsarana poskesdes sebagai sarana mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu hamil. 4. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani. Perhitungan Cakupan ini didapatkan dari persentase jumlah ibu hamil komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan dibagi dengan 20% jumlah ibu hamil di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditanggani pada tahun 2015 dengan realisasi 84,4 % masih belum mencapai target (95%) walaupun jikadibandingkan dengan tahun 2013 mengalami peningkatan signifikan sekitar 5,53% dan bila diamati dari tahun mengalami kenaikan walaupun dari tahun tersebut masih tetap rendah dari target. Kendala dari capaian indikator ini diantaranya adalah masih belum dipahami dengan benar oleh tenaga kesehatan bahwa cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani tidak 38

52 Laporan Akuntabilitas Kinerja Gambar. 4 : Cal Center SIJari Emas KIBBLA hanya pada pengelolaan kasus yang dirujuk saja akan tetapi untuk kasus yang tertangani di faskes pun merupakan cakupan, selain itu dengan adanya keterbatasan SDM yang kompeten di bidang tersebut baik disarana pelayanan dasar maupun ditingkat pelayanan rujukan.untuk mengatasi kendala ini telah dilakukan berbagai terobosan kegiatan melalui call center kegawat darurat ibu dan anak/call Center SIJariEmas KIBBLA, pelatihan dan sosialisasi, kegiatan program EMAS serta pengembangan desa siaga. 5. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yg memiliki kompetensi kebidanan. Indikator pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yg memiliki kompetensi kebidanan (Pn) diukur dari jumlah persalinan yang ditolong tenaga kesehatan dibandingkan dengan jumlah sasaran ibu bersalin dalam setahun dikali 100%. Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuan Pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Pada tahun 2015 capaian indikator Pn sebesar 88,3% lebih rendah dari target 90% (capaian 98,11 %), bila dibanding dengan tahun 2014(87,5%) cakupan indikator ini meningkat namun tidak signifikan. Secara historis sejak tahun 2011 trend capaian indikator persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 sebesar 82,9% sampai tahun 2014 sebesar 87,5%. Dengan demikian bahwa target Pn sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun secara kumulatif terdapat peningkatan kinerja indikator Pn dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sebesar 5,4% dari capaian awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bidang Kesehatan (2011). 39

53 Laporan Akuntabilitas Kinerja Grafik.13 Trend Cakupan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yg memiliki kompetensi kebidanan Tahun Sumber : LKIP Dinkes Tahun Beberapa upaya prioritas yang telah dilakukan dalam meningkatkan capaian indikator Pn, sebagai berikut: 1. Menetapkan kebijakan tentang seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan diupayakan dilakukan di fasilitas kesehatan. 2. Meluncurkan SIjari Emas KIBBLA dengan Call Center SIKIBBLA SABILULUNGAN 40

54 Laporan Akuntabilitas Kinerja 3. Memberi orientasi dan berbagai pelatihan tenaga kesehatan PONED dan Puskesmas. 4. Meluncurkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan pada fokus totalitas pemantauan yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil. 5. Menyediakan akses dan pelayanan kegawat daruratan kebidanan dan bayi baru lahir dasar di tingkat Puskesmas (PONED) 6. Pengembangan program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. 7. Penyediaan anggaran terkait dengan Jampersal dan Jamkesmas yang telah bertransformasi ke dalam Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 8. Menguatnya motivasi dan komitmen tenaga kesehatan setempat dalam menjalankan program. Walaupun beberapa kegiatan dan upaya telah dilakukan namun tidak terlepas dari berbagai kendala yang diantaranya adalah a) Belum semua dukun bermitra dengan bidan b) Walaupun persalinan ditolong tenaga kesehatan sudah tinggi, namun masih ada persalinan yang dilakukan di rumah dan lainnya c) Masih ada kepercayaan sebagian masyarakat yang lebih memilih persalinan ditolong non tenaga kesehatan dan dilakukan di rumah. d) Sistem pencatatan dan pelaporan belum sesuai yang diharapkan e) Puskesmas yang telah dilatih PONED belum sepenuhnya berfungsi secara optimal, disebabkan mobilitas SDM/provider tinggi, f) Belum optimalnya pencatatan dan pelaporan data KIA. Alternatif pemecahan masalah: Untuk mengatasi hambatan di atas, telah disusun beberapa alternatif intervensi yang memiliki daya ungkit dalam menyelesaikan hambatan, sebagai berikut; a) Advokasi ke pemerintah daerah terkait ketersediaan dan distribusi tenaga kesehatan (khususnya bidan) yang merata serta penyediaan alokasi APBD yang memadai untuk mendukung kegiatan kesehatan ibu. 41

55 Laporan Akuntabilitas Kinerja b) Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam program kesehatan ibu, baik di Puskesmas maupun di desa dan tetap menjalankan kemitraan bidan dan dukun. c) Memenuhi sarana dan prasarana fasyankes, untuk meningkatkan mutu pelayanan persalinan. d) Melaksanakan bimbingan teknis ke tenaga kesehatan e) Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui P4K dalam Desa Siaga f) Memfokuskan pemanfaatan Bantuan Operasional Kesehatan untuk kegiatan-kegiatan prioritas, termasuk kesehatan ibu dan anak g) Memperbaiki sistem pencatatan dan pelaporan KIA h) Meningkatkan koordinasi dan integrasi LP/LS untuk mendukung kegiatan KIA i) Memperluas jejaring untuk mendukung pelaksanaan kegiatan KIA j) Memperkuat manajemen dan jejaring pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan. 6. Cakupan kunjungan bayi Indikator inidi ukurdari persentase jumlah kunjungan bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar dibagi dengan estimasi jumlah bayi di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Pada, sebanyak bayi telah mendapatkan pelayanan sesuai standar, dari jumlah estimasi atau sekitar 99,2% dan telah melampaui target 95%, jika dibandingkan dengan tahun 2014 terjadi peningkatansebesar 2,4%. Berdasarkan data series dalam periode 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan adanya Trend capaian gambaran fluktuasi antara tahun 2011 sampai tahun 2015, namun bila dibandingkan dengan target tiap tahun indikator ini telah mancapai target. Pelayanan kesehatan di pencapaian ini didalamnya adalah komposit pelayanan lintas program meliputi imunisasi dasar lengkap, vitamin A dan pemantauan tumbuh kembang. Faktor pendukung dan penghambat capaian indikator kinerja ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 42

56 Laporan Akuntabilitas Kinerja 1) Faktor Pendukung : a. Adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah setempat. b. Kemauan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan bayi di lingkungannya. c. Tingginya motivasi dari tenaga kesehatan setempat. d. Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu e. Tersedianya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi Puskesmas. 2) Faktor Penghambat: a. Kurangnya dukungan dari para pemangku kepentingan, dimana posyandu hanya didukung oleh tenaga kesehatan dari puskesmas setempat. b. Kualitas dan kuantitas dari kader masih kurang c. Bergantinya pejabat desa atau RW mempengaruhi pergantian kader posyandu. d. Terbatasnya dana operasional, sarana dan prasarana di posyandu. e. Kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam pemantauan pertumbuhan, konseling dan pendampingan kader posyandu. f. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang fungsi dan 3) Upaya Tindak Lanjut: pentingnya posyandu. Untuk mengatasi hambatan diatas, berikut telah disusun beberapa alternatif penyelesaian masalah yang dapat mendorong terselesainya hambatan, sebagai berikut : a. Advokasi dan readvokasi kepada pemangku kepentingan terkait b. Mengintegrasikan kegiatan posyandu dengan kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) c. Pelatihan fasilitator pemantauan pertumbuhan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas d. Memanfaatkan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas. 43

57 Laporan Akuntabilitas Kinerja e. Melakukan bimbingan teknis kepada tenaga kesehatan baik di puskesmas maupun di posyandu. f. Pelatihan ulang kader posyandu (refreshing kader). g. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam pendampingan kader posyandu. h. Penyesuaian waktu kegiatan posyandu dengan waktu dan kesediaan masyarakat. 7. Cakupan pelayanan pada ibu nifas Cakupan pelayanan pada ibu nifas, diperoleh dari perhitungan persentase jumlah kunjungan ibu nifas yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar dibagi dengan estimasi jumlah ibu bersalin di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Indikator pelayanan nifas pada tahun 2015 telah mencapai target yaitu sekitar 92% bila dibandingkan pada tahun 2014 mengalami kenaikan secara signifikan 4,5% sedangkan bila ditinjau dari tahun mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun hanya dari tahun 2013 ke 2014 memperlihatkan gambaran flattening. Grafik.14 Trend Cakupan pelayanan pada ibu nifas Tahun Sumber : LKIP Dinkes Tahun

58 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pencapaian upaya pelayanan kesehatan ibu nifas menjadi salah satu tolak ukur, dan ini merupakan salah faktor yang mendukung terhadap penurunan AKI dan AKB dimana saat ibu dalam masa nifas adalah merupakan masa yang rawan untuk terjadinya kesakitan dan merupakan periode Gold untuk kehidupan bayi/anak. Hal tersebut seiring dengan upayamendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di fasilitas pelayanan Kesehatan sehingga pelayanan masa nifas pun terpantau, sebagai upaya penurunan AKI dan AKB. 8. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani. Indikator ini diperoleh dari perhitungan persentase jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan dibagi dengan jumlah keseluruhan neonatus resiko tinggi yang ada di wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Pencapaian cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani terealisasi sebesar 82,3% masih jauh dari target yang ditetapkan pada tahun 2015 yaitu 95%, akan tetapi bila dibandingkan dengan tahun 2014 cukup mengalami kenaikan sebesar 4,8%. Berdasarkan data series indikator ini menggambarkan kenaikan dari tahun , walaupun tidak dapat mencapai target yang ditetapkan dalam Renstra maupun target nasional. Grafik. 15 Trend Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani Sumber : LKIP Dinkes Tahun

59 Laporan Akuntabilitas Kinerja Gambar. 5 Workshop Periode Emas 1000 Hari Pertama Kehidupan Beberapa upaya terkait dengan pencapaian indikator ini, diantaranya adalah : a) Peningkatan Implementasi Pembelajaran Neonatal Esensial, Manajemen Asfiksia dan BBLR di PONED dan Bidan di desa b) Pembinaan Teknis terkait Program Bayi Baru Lahir dan Bayi dalam rangka Akselerasi Penurunan Angka Kematian Bayi c) Fasilitasi Peningkatan Kemampuan Tenaga Kesehatan dalam Pelayanan Neonatus di PONED dan Puskesmas Hal-hal yang menjadi faktor pendungkung dan penghambat dalam pencapaian indikator ini, secara terperinci sebagai berikut: 1. Faktor pendukung: a. Alokasi anggaran yang sesuai dengan rencana pencapaian target. b. Dukungan dari organisasi profesi dan lintas program. c. Masuknya indikator neonatus komplikasi dalam SPM 46

60 Laporan Akuntabilitas Kinerja d. Pembinaan Dokter Spesialis Anak dan Spesialis Kandungan ke setiap PONED dengan mengikutsertakan Puskesmas dan jaringannya, 2. Faktor Penghambat: 1. Distribusi SDM mampu tatalaksana neonatal essensial yang masih kurang. 2. Penggunaan pedoman dalam pelayanan masih kurang terutama bagi pelaksana program dilapangan. 3. Mekanisme pelaporan pelayanan yang masih kurang optimal. 4. Kurangnya kesadaran serta partisipasi masyarakat akan perlunya dalam memeriksakan bayi baru lahirnya ke tenaga kesehatan. 3. Upaya Tindak Lanjut: Penanganan hambatan dalam upaya peningkatan cakupan neonatus dengan komplikasi, dilakukan beberapa tindak lanjut antara lain; a. Distribusi tenaga bidan yang berkompeten hingga ke tingkat desa. b. Pembinaan teknis tentang peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap standar/pedoman melalui pendampingan. c. Pemanfaatan Jaminan Kesehatan, d. Penguatan pemanfaatan register kohort bayi untuk pemantauan sasaran neonatus, e. Sosialisasi dan advokasi tentang pentingnya pemeriksaan bayi baru lahir ke nakes dan masyarakat. 9. Cakupan penjaringan kesehatan anak SD & setingkat Cakupan ini didapatkan dari perhitungan hasil pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan dan tenaga terlatih (Guru UKS atau Dokter Kecil) pada kegiatan penjaringan yang dilakukan kepada seluruh siswa SD kelas 1. Kegiatan penjaringan kesehatan adalah pemeriksaan kesehatan yang mencakup penilaian status gizi, pemeriksaan penglihatan, pendengaran, gigi dan kesehatan mental yang dilakukan oleh tenaga Puskesmas. Kegiatan penjaringan kesehatan dilakukan pada peserta didik baru kelas 1 SD/MI dan sederajat, pada tahun 2015 telah menjangkau anak/siswa Sekolah Dasar dan sederajat yang dijaring kesehatannya mencapai 99,01% dan belum mencapai dari target jika dibandingkan 47

61 Laporan Akuntabilitas Kinerja dengan tahun 2014 mengalami kenaikan yang sangat signifikan sekitar 3,85% serta bila ditinjau dari tahun pun mengalami kenaikan terus, hal ini seiring dengan semakin baiknya koordinasi lintas program dan sektor serta intervensi dari program. 10. Cakupan peserta KB aktif Cakupan peserta KB aktif, didapat dari perhitungan persentase jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif dikurangi Drop out dan kegagalan dibagi dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) yang ada pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2015, cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif mencapai 81,53% dan telah mencapai target walaupun mengalami penurunan sekitar 0.07% dari tahun 2014 Dari tahun cakupan peserta KB aktif mengalami fluktuasi hal ini diberhubungan dengan tingkat laju pertumbuhan ekonomi masyarakat, dan terhenti nya jampersal. Bertambahnya fasilitas pelayanan KB faskes KB di tahun 2015, diharapkan dapat memberikan kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan KB berkualitas, selain itu melalui kegiatan dengan lintas sektor melalui kegiatan safari KB. 11. Cakupan puskesmas santun lansia Cakupan puskesmas santun lansia, diperoleh perhitungan prosentase jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan pada usia lanjut. Pada tahun 2015 puskesmas yang menyelenggarakan pembinaan lansia terdapat 15 puskesmas dan telah melampaui dari target jika dibandingkan dengan tahun 2014 tidak mengalami kenaikan (flattening) dan dari tahun terus mengalami kenaikan, Berbagai upaya dan intervensi program telah dilakukan hal ini diharapkan untuk mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) yang menyerang pada usia manula. Puskesmas santun lansia merupakan pelayanan kesehatan bagi usia lanjut di dalam gedung dengan sarana mulai dari pendaftaran, tempat pemeriksaan dan pengambilan obat terpisah dari pasien umum. Selain Puskesmas santun lansia terdapat juga Posbindu, yaitu salah satu upaya kegiatan pengendalian faktor risiko PTM 48

62 Laporan Akuntabilitas Kinerja berbasis masyarakat sebagai bentuk peran serta masyarakat dalam upaya monitoring faktor risiko PTM, deteksi dini dan pengendalian faktor risiko secara mandiri dan berkelanjutan. Melalui kegiatan Posbindu PTM dilaksanakan monitoring, dan deteksi dini faktor risiko PTM (merokok, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stress, hipertensi, hiperglikemi dan hiperkolesterol) secara terpadu, rutin dan periodik, serta menindak lanjutinya secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuknya ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Kenaikan ini tidak terlepas dari baiknya koordinasi pemangku kepentingan dalam menata penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi usia lanjut. 12. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat penanganan Penimbangan balita di posyandu (D/S) merupakan dasar strategi pemberdayaan masyarakat yang telah dikembangkan sejak awal 1980-an, dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan anak secara teratur setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) yang berfungsi sebagai instrumen penilaian pertumbuhan anak sehingga dari kegiatan tersebut akan menjaring kasus gizi buruk pada balita. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan didapat dariperhitungan persentase jumlah kasus balita gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat dibagi jumlah kasus balita gizi buruk yang ditemukan di suatu di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di kali 100%. Jumlah balita dengan kasus gizi buruk yang ditemukan pada tahun 2015 sebanyak 66 balita dibanding pada tahun 2014 balita yang mengalami gizi buruk 67 balita mengalami penurunan signifikan hal ini dikarenakan semakin baiknya partisipasi masyarakat dan lintas program dalam menjaring kasus gizi buruk balita, masalah gizi buruk selain kurangnya asupan makanan tetapi ada factor lain yang berpengaruh seperti factor ekonomi, social dan ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga dll. Seluruh balita gizi buruk yang ditemukan mendapatkan perawatan baik rawat jalan maupun rawat inap, sehingga cakupan balita gizi buruk yang mendapatkan penanganan dari tahun mencapai target 100%. 49

63 Laporan Akuntabilitas Kinerja Faktor pendukung dan penghambat capaian indikator kinerja ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Faktor Pendukung : a. Adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah setempat. b. Kemauan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan balita di lingkungannya. c. Tingginya motivasi dari tenaga kesehatan setempat. d. Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu dengan dilandasi Permendagri nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu. e. Bulan penimbangan balita. Sesuai Surat Edaran Menteri Kesehatan nomor GK/Menkes/333/IX/2012 tanggal 21 September f. Tersedianya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Bantuan Gubernur bagi balita gizi buruk. g. Terbitnya Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang 2) Faktor Penghambat: Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. a. Kurangnya dukungan dari para pemangku kepentingan, dimana posyandu hanya didukung oleh tenaga kesehatan dari puskesmas setempat. b. Pola asuh balita yang kurang yang dapat menyebabkan ba;ita gizi buruk disamping adanya faktor lainnya misalnya penyakit yang penyerta, kecacingan dan lain-lain c. Pengetahuan ibu balita yang masih kurang d. Terbatasnya dana operasional, sarana dan prasarana di posyandu. e. Kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam pemantauan pertumbuhan, konseling dan pendampingan kader posyandu. 3) Upaya Tindak Lanjut: Untuk mengatasi hambatan diatas, berikut telah disusun beberapa alternatif penyelesaian masalah yang dapat mendorong terselesainya hambatan, sebagai berikut : 50

64 Laporan Akuntabilitas Kinerja a. Advokasi dan readvokasi kepada pemangku kepentingan terkait tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. b. Pelatihan fasilitator pemantauan pertumbuhan kepada seluruh tenaga kesehatan di Puskesmas Gambar. 6 Kegiatan Program Gizi c. Memanfaatkan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Bantuan Gubernur dalam PMT balita gizi buruk. d. Melakukan bimbingan teknis kepada tenaga kesehatan baik di puskesmas maupun di posyandu. e. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam pendampingan kader posyandu. f. Peningkatan kemitraan dengan pelaku usaha dan donator g. Peningkatan komitmen dan peran aktif para pemangku kepentingan melalui pertemuan dan penyelenggaraan lokakarya baik lintas program maupun lintas sektor. 51

65 Laporan Akuntabilitas Kinerja h. Melakukan pelacakan balita gizi buruk, memperbaiki sistem rujukan dan pasca rujukan sehingga mengurangi risiko jatuh kembali balita ke dalam status gizi buruk. 13. Cakupan ibu hamil KEK mendapat PMT Ibu hamil KEK keluarga miskin adalah ibu hamil dari keluarga miskin yang ditandai dengan lingkar lengan atas <23,5 cm. cakupan ibu hamil KEK mendapat PMT Pemulihan didapat dari perhitungan persentase jumlah ibu hamil KEK keluarga miskin mendapat PMT Pemulihan dibagi dengan jumlah ibu hamil KEK keluarga miskin yang ditemukan disuatau wilayah pada kurun waktu tertentu dan menjadi sasaran untuk diberikan PMT. Ibu hamil yang mendapat PMT Pemulihan pada tahun 2015 sekitar 300 dan telah mencapai dari yang ditargetkan 52,43%, jika dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami kenaikan 10,53% dan dari tahun mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya dukungan berbagai sector terhadap indicator ini. Langkah yang ditempuh sebagai upaya untuk meningkatkan capaian indicator ini diantaranya adalah pemberian tambahan asupan zat gizi makro dan mikro (tablet Fe) serta PMT untuk Ibu Hamil KEK dari keluarga miskin selama 3 bulan dengan pemberian prioritas diwilayah presentase ibu hamil KEK tinggi selama 90 hari makan ibu hamil, Kegiatan Pembekalan Kader Dalam Upaya Percepatan Perbaikan Gizi tingkat Desa, Kegiatan Pembinaan kepada Tenaga Nutrisionis, Kegiatan Monitoring Perbaikan Gizi ke UPTD yankes Kecamatan. 14. Prevalensi anak balita yang menderita gizi buruk Persentase ini didapat dari perhitungan balita yang mengalami gizi buruk dibagi jumlah seluruh balita yang tercatat. Angka prevalensi balita gizi buruk, pada tahun 2015 berdasarkan hasil pemetaan status gizi buruk didapat persentase 0.04%. Balita yang mengalami gizi buruk 66 balita sementara total balita yang tercatat balita. Sementara target yang ingin dicapai untuk prevalensi gizi buruk 0.04%, dan telah mencapai dari target yang ditetapkan. Jika dibandingkan dengan tahun 2014 kasus gizi buruk mengalami penurunan 52

66 Laporan Akuntabilitas Kinerja kasus seiring dengan dipengaruhi oleh factor social ekonomi, kesakitan balita dan pola asuh, bila dilihat dari tahun masih tetap mencapai target dan cenderung memberikan gambaran penurunan hal ini tidak terlepas dari keberhasilan kerjasama berbagai pihak terutama dalam pemberdayaan masyarakat melalui kader dan tokoh masyarakat, dukungan sector terkait dan intervensi dari program. Sasaran 5: Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan Sasaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan upaya penekanan pada kebiasaan perilaku hidup bersih di masyarakat Kabupaten Bandung Tahun Cakupan PHBS pada tatanan Rumah Tangga Cakupan Rumah Tangga Sehat (Cakupan rumah tangga ber-phbs), adalah jumlah rumah tangga yang sudah memenuhi 10 indikator PHBS dibagi dengan jumlah seluruh rumah tangga yang nilai. Data Rumah Tangga sehat yang didapat melalui survei dengan 10 indikator PHBS, dari tahun masih rendah. Hal ini disebabkan adanya 2 indikator yang sulit untuk memenuhi target yaitu indikator tidak merokok didalam ruangan dan mencuci tangan dengan air bersih dan pakai sabun. Gambar. 7 Workshop Implementasi Penegakan Perbup Kawasan Tanpa Asap Rokok di Kabupaten Bandung, Soreang 26 Agustus

67 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pada cakupan PHBS pada tatanan rumah tangga 43,7% masih belum mencapai dari yang ditargetkan, jika dibandingkan dengan tahun 2014 capaian ini mengalami 0,4%. Dalam kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun cakupan ini menggambarkan kenaikan yang sedikit. Pencapaian ini lebih rendah dari target nasional rumah tangga ber-phbs yaitu 60%. Pencapaian tersebut erat kaitannya dengan pengetahuan, sikap dan perilaku tiap keluarga dalam menerapkan PHBS di rumah tangganya. Pengetahuan yang cukup, tapi tidak disertai dengan sikapdan perilaku yang menunjang maka menghasilkan pencapaian yang rendah. Pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat dilakukan dengan meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, dan upaya promotif preventif. Beberapa bentuk pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan terkait dengan kampanye PHBS, antara lain: kegiatan pengembangan desa siaga, kegiatan STBM, peningkatan frekuensi penyuluhan dampak merokok dan kampanye tidak merokok di dalam rumah/ruangan. Peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan; rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat merupakan upaya untukmemberdayakan anggota keluarga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. 2. Cakupan desa siaga aktif Cakupan Desa Siaga aktif, diperoleh dari jumlah desa siaga yang aktif dibagi dengan jumlah seluruh desa siaga yang ada. Pada, dari 280 kelurahan/desa siaga yang ada, hanya 238 desa siaga yang aktif atau 85%. Jika dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami penurunan 2,14%, dan telah mencapai target yang ditetapkan. 54

68 Laporan Akuntabilitas Kinerja Grafik. 16 Cakupan Desa Siaga Aktif Sumber : LKIP Dari tahun cakupan ini mengalami fluktuasi seiring dengan pembangunan dan partisipasi masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan diantaranya Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan lainnya dilaksanakan melalui upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. di dalam mendukung kegiatan desa aktif Kab.Bandung, desa yang sudah mempunyai poskesdes merupakan kegiatan unggulan yang terlihat dari peningkatan jumlah pembangunan poskesdes setiap tahun. total desa yang mempunyai poskesdes menjadi 132, ini menunjukkan dukungan yang besar dari pemerintah dan masyarakat Kabupaten Bandung terhadap pembangunan kesehatan. Sasaran 6: Meningkatnya kualitas farmasi dan makanan minuman sesuai standar kesehatan Sasaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan dasar sebagai pendukung pelayanan kesehatan di Kabupaten Bandung. Indikator dan capaian kinerja dari sasaran ini dapat digambarkan sebagai berikut ; 55

69 Laporan Akuntabilitas Kinerja 1. Rata-rata belanja obat yang bermutu per kapita Rata-rata belanja obat yang bermutu per kapitaadalah jumlah alokasi perkapita kebutuhan obat dibagi jumlah penduduk. Rata-rata ini dibandingkan dengan alokasi obat ideal perkapita versi KONAS (Rp.9000,-) sebagai target nasional. Nilai nominal perkapita kebutuhan obat tahun 2015 di Kabupaten Bandung Rp ,- sementara versi KONAS Rp. 9000,- artinya kebutuhan obat perkapita dikabupaten Bandung sebesar 23,71% lebih rendah dari target versi KONAS sedangkan secara target kabupaten (Rp ,-) mencapai 35,71%. Hal ini menggambarkan bahwa kebutuhan obat berdasarkan versi KONAS masih jauh dari komitmen KONAS tetapi upaya kearah tersebut terus dilakukan seiring dengan peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan merata. Jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 70,89% mengalami penurunan sebesar 35,18%, selama kurun waktu lima tahun dari tahun cakupan ini mengalami fluktuasi. Sumber : LKIP Hal ini disebabkan tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Bandung yang terus meningkat sementara peningkatan perkapita penduduk tidak terlalu signifikan. Factor peningkatan capaian indicator ini di tahun 2015 dikarenaka adanya dana yang bersumber dari kapitasi BPJS Kesehatan yang memberikan dampak yang cukup besar. Dalam kerangka anggaran 56

70 Laporan Akuntabilitas Kinerja alokasi pembiayaan terutama untuk ketersediaan farmasi obat kenaikannya tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk. 2. Persentase produk olahan makanan dan minuman yang telah tersertifikasi layak edar. Cakupan produk olahan makanan dan minuman yang telah tersertifikasi layak edar, didapat dari perhitungan persentase jumlah industri yang mengikuti penyuluhan tentang pengelolaan pangan industri rumah tangga makanan dan minuman. Berdasarkan hasil kegiatan tahun 2015, dari sasaran 90% pengelola industri rumah tangga yang mengikuti penyuluhan tata kelola perindustrian yang sehat ada 93,20 % dari pengelola industri rumah tangga, artinya telah mencapai target yang direncanakan. Dari tahun produk olahan makanan dan minuman yang layak edar memebrikan gambaran peningkatan, hal ini menunjukkan animo pengelola industri rumah tangga begitu besar, sebagai persyaratan dalam memproduksi olahan yang sesuai persyaratan kesehatan. Upaya ini akan terus dikembangkan sejalan dengan maraknya industri olahan rumah tangga dalam meningkatkan taraf kehidupan ekonomi, namun demikian hal tersebut belum mencapai maksimal disebabkan belum seluruhnya produk olahan makanan dan minuman layak edar untuk mencapai indicator ini diperlukan dukungan dan intervensi dari sector terkait. 57

71 Laporan Akuntabilitas Kinerja 3. Realisasi Anggaran Kegiatan pembangunan kesehatan Kabupaten Bandung didanai dari berbagai sumber anggaran yaitu APBD Kabupaten Bandung, Bantuan Gubernur Jawa Barat dan (DAK), Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Dana Alokasi Khusus Tahun anggaran 2015 semua kegiatan yang anggarannya baik bersumber DAK bidang kesehatan maupun Bantuan Gubernur dialirkan melalui kas daerah sehingga pembuatan Dokumen Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran (DPA) bersatu dengan kegiatan bersumber APBD Kabupaten Bandung Pembantuan dan Dana Kapitasi BPJS. serta APBN berupa tugas Untuk jelasnya mengenai alokasi dan realisasi anggaran pada belanja langsung pelaksanaan program dan kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dari berbagai sumber APBD Kabupaten Bandung dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Realisasi Anggaran Bersumber APBD Kabupaten Bandung, Di Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2015 PROGRAM/ KEGIATAN ALOKASI REALISASI % I Pendapatan II Belanja A. Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai B. BELANJA LANGSUNG I Belanja Langsung SKPD 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran ,25 Penyediaan jasa surat menyurat ,48 Penyediaan jasa komunikasi, ,96 sumber daya air dan listrik Penyediaan jasa peralatan dan ,76 perlengkapan kantor Penyediaan jasa kebersihan kantor Penyediaan alat tulis kantor ,74 58

72 Laporan Akuntabilitas Kinerja PROGRAM/ KEGIATAN ALOKASI REALISASI % Penyediaan barang cetakan dan ,79 penggandaan Penyediaan peralatan dan ,44 perlengkapan kantor Penyediaan peralatan rumah ,86 tangga Penyediaan bahan bacaan dan ,63 peraturan perundang-undangan Penyediaan makanan dan ,15 minuman Rapat-rapat kordinasi dan ,84 konsultasi ke luar daerah Penyediaan Tenaga Pendukung teknis dan Administrasi Perkantoran Rapat-rapat kordinasi dan ,27 konsultasi ke Dalam Daerah Penunjang Perayaan Hari-hari Bersejarah ,38 2 Program peningkatan sarana ,85 dan prasarana aparatur Pemeliharaan rutin/berkala rumah ,98 dinas Pemeliharaan rutin/berkala ,79 gedung kantor Pemeliharaan rutin/berkala ,98 kendaraan dinas/operasional 3 Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur ,99 Pendidikan dan pelatihan formal ,99 4 Program peningkatan ,57 pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan Penyusunan laporan capaian ,19 kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD Penyusunan laporan keuangan semesteran Penyusunan pelaporan prognosis ,57 realisasi anggaran Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun Penyusunan Rencana dan Penganggaran Kegiatan ,91 II JUMLAH BELANJA SKPD : ,52 Belanja Langsung Program 1 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Pengadaaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan , , ,44 59

73 Laporan Akuntabilitas Kinerja PROGRAM/ KEGIATAN ALOKASI REALISASI % Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit ,91 2 Program Upaya Kesehatan Masyarakat ,53 Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya Peningkatan kesehatan masyarakat Peningkatan pelayanan kesehatan bagi pengungsi korban bencana Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan Penyelenggaraan penyehatan lingkungan Peningkatan Pelayanan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan (DBHCHT) Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Cileunyi Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Cicalengka Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Nagreg Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Soreang Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Kutawaringin Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTDYANKES Pasir Jambu Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Ciwidey Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Rancabali Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Dayeuhkolot Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Cangkuang Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Margahayu , , , , , , , , , , , , , , , ,52 60

74 Laporan Akuntabilitas Kinerja PROGRAM/ KEGIATAN ALOKASI REALISASI % Peningkatan Mutu Pelayanan ,07 Kesehatan UPTD YANKES Katapang Peningkatan Mutu Pelayanan ,85 Kesehatan UPTD YANKES Margaasih Peningkatan Mutu Pelayanan ,90 Kesehatan UPTD YANKES Arjasari Peningkatan Mutu Pelayanan ,57 Kesehatan UPTD YANKES Pameungpeuk Peningkatan Mutu Pelayanan ,63 Kesehatan UPTD YANKES Banjaran Peningkatan Mutu Pelayanan ,43 Kesehatan UPTD YANKES Pangalengan Peningkatan Mutu Pelayanan ,95 Kesehatan UPTD YANKES Cimaung Peningkatan Mutu Pelayanan ,99 Kesehatan UPTD YANKES Ciparay Peningkatan Mutu Pelayanan ,68 Kesehatan UPTD YANKES Baleendah Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Pacet ,57 Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Kertasari Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Majalaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Solokan Jeruk Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Paseh Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Ibun Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Cikancung Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Rancaekek Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Cilengkrang Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Cimenyan Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan UPTD YANKES Bojongsoang , , , , , , , , , ,15 61

75 Laporan Akuntabilitas Kinerja PROGRAM/ KEGIATAN ALOKASI REALISASI % Program Pengawasan Obat dan Makanan Peningkatan pengawasan keaman pangan dan bahan berbahaya Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat Peningkatan Pemanfaatan Sarana Kesehatan Peningkatan Pendidikan Tenaga Penyuluh Kesehatan 5 Program Perbaikan Gizi Masyarakat Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi ( cetak) Pemberian tambahan makanan dan vitamin Penanggulangan kurang energi protein (KEP),Anemia Gizi Besi,Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY),Kurang Vitamin A,dan kekurangan zat Gizi Mikro lainnya Penanggulangan Balita Gizi Buruk dan Kurang ( Bantuan Gubernur ) 6 Program Pengembangan Lingkungan Sehat Pengkajian pengembangan lingkungan sehat Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat 7 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Penyemprotan/fogging sarang nyamuk Pengadaan alat fogging dan bahan-bahan fogging Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular Pencegahan penularan penyakit Endemik/Epidemik , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,38 Peningkatan imunisasi ,21 Peningkatan survellance Epidemiologi dan penanggulangan wabah ,37 62

76 Laporan Akuntabilitas Kinerja PROGRAM/ KEGIATAN ALOKASI REALISASI % Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan ,82 9 Penyusunan standar pelayanan kesehatan Evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan Pembangunan dan pemutakhiran data dasar standar pelayanan kesehatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin Pelayanan operasi katarak Pelayanan Kegiatan Dasar dan Rujukan bagi masyarakat miskin Jaminan Kesehatan bagi Penerima Bantuan Iuran ( PBI) Bantuan Gubernur Penunjang Operasi Katarak ( Bantuan Gubernur ) 10 Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/ puskemas pembantu dan jaringannya , , , , , , , , ,97 Pembangunan puskesmas ,90 Pembangunan puskesmas pembantu Pengadaan sarana dan prasarana puskesmas Pengadaan sarana dan prasarana Puskesmas Pembantu Pengembangan Gedung dan Revitalilsasi Puskesmas ( Bangub) Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan Kemitraan peningkatan kualitas dokter dan paramedis Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia , , , , , ,76 Pembangunan pusat-pusat pelayanan kesehatan 13 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak , ,

77 Laporan Akuntabilitas Kinerja PROGRAM/ KEGIATAN ALOKASI REALISASI % Penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu ,32 JUMLAH BELANJA PROGRAM ,55 Pada tabel 3.1 dapat dilihat bahwa realisasi pendapatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung tahun anggaran 2015 sebesar Rp ,- lebih dari taget sebesar Rp ,- atau sekitar 130,48%, target diatas setelah perubahan anggaran. Sumber pendapatan Dinas Kesehatan berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) berupa Retribusi Pelayanan K esehatan dan Lain- lain Pendapatan Asli Daerah yang sah yaitu dana kapitasi BPJS. Penentuan kebijakan kenaikan target pendapatan didasarkan pada potensipotensi pendapatan yang sudah tersedia. Sedangkan untuk realisasi belanja langsung program dan kegiatan pada tahun 2015 sebesar Rp ,- atau mencapai 70,55% dari total alokasi anggaran sebesar Rp ,-. Sedangkan jika dibandingkan dengan alokasi anggaran tahun 2014 sebesar Rp ,- penyerapannya sebesar Rp ,- atau 66,35% secara persentase penyerapan tahun 2015 dengan tahun 2014 ada kenaikan sebesar 4,2% tetapi secara nominal anggaran tahun 2015 ada kenaikan jumlah anggaran dengan tahun 2014 yaitu sebesar Rp ,- dari total anggaran tahun 2014, hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah pendapatan yang cukup signifikan terutama dari pendapatan kapitasi/pendapatan jasa layanan umum BLUD. Alokasi dan Realisasi Anggaran Bersumber DAK Bidang Kesehatan. Adapun kegiatan yang bersumber anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung tahun 2015 dipergunakan untuk Program Obat dan Perbekalan Kesehatan yang dialokasikan pada Kegiatan Pengadaan 64

78 Laporan Akuntabilitas Kinerja Obat dan Perbekalan Kesehatan untuk belanja obat pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya. Lebih jelasnya mengenai alokasi dan realisasi kegiatan bersumber DAK Bidang Kesehatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel. 3.2 Realisasi Anggaran Bersumber DAK Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2015 NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI REALISASI % 1 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Kegiatan Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Kegiatan Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan (pendamping) ,40 91,22 T OT A L Alokasi anggaran kegiatan bersumber DAK Bidang Kesehatan di tahun anggaran 2015 sebesar Rp ,- untuk belanja langsung dana pendamping bersumber APBD Kabupaten Bandung sebesar Rp ,- sehingga jumlah totalnya sebesarrp ,-. Dengan realisasi anggaran sebesar Rp ,- atau sebesar 97.43%. Jika dibandingkan dengan DAK tahun 2014, alokasi DAK 2015 mengalami penurunan sebesar Rp ,- dan bila dilihat dari realisasi perbandingan dengan realisasi tahun 2014 maka realisasi tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 0,31% sedangkan peruntukan penggunaan dana sama seperti DAK tahun Alokasi dan Realisasi Anggaran Bersumber Bantuan Gubernur Jawa Barat Kegiatan bersumber Bantuan Gubernur Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan di Kabupaten Bandung yang meliputi kegiatan pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas / 65

79 Laporan Akuntabilitas Kinerja NO Puskesmas pembantu dan jaringannya berupa pembangunan gedung dan revitalisasi puskesmas, Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin berupa kegiatan Penunjang Operasi Katarak Bagi Maskin yang tidak mendapat Bantuan Kesehatan dan kegiatan Pelayanan Kesehatan Dasar dan rujukan bagi maskin serta Program Gizi Masyrakat dengan kegiatan Penanggulangan Balita Gizi Buruk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 3.3 Realisasi Anggaran Bersumber Bantuan Gubernur Jawa Barat PROGRAM/KEGIATAN 1 PROGRAM PENGADAAN, PENINGKATAN DAN PERBAIKAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS / PUSKESMAS PEMBANTU DAN JARINGANNYA Program Pembangunan Puskesmas Tahun Anggaran 2015 a. Pembangunan Gedung dan Revitalisasi Puskesmas Rawabogo 2 PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN PENDUDUK MISKIN Pelayanan Kegiatan Dasar dan Rujukan bagi Masyarakat Miskin Kegiatan Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan bagi Masyarakat miskin Kegiatan Penunjang Operasi Katarak Bagi Maskin yang tidak mendapat Bantuan Kesehatan ALOKASI ANGGARAN REALISASI % , , , PROGRAM GIZI MASYARAKAT Penanggulangan Balita Gizi Buruk Total , 47 66

80 Laporan Akuntabilitas Kinerja Realisasi anggaran kegiatan bersumber Bantuan Gubernur Jawa Barat kepada sebesar Rp ,- atau 97,47% dari total anggaran sebesar Rp ,-. Jika dibandingkan dengan alokasi kegiatan bersumber Bantuan Gubernur Jawa Barat tahun 2014 sebesar Rp ,- alokasi anggaran bersumber Bantuan Gubernur Jawa Barat tahun 2015 mengalami penurunan sebesar Rp ,- anggaran tahun 2015 lebih tinggi sedangkan realisasi daripada tahun Perbedaan ini disebabkan dengan adanya satu program yaitu program kegiatan penunjang operasi katarak bagi maskin yang tidak mendapat bantuan kesehatan tidak terserap karena hasil temuan penjaringan kasus katarak sebagian besar peserta BPJS dan mendapatkan dana dari sponsor tetapi secara capaian kinerja dan fisik kegiatan Ban-gub mencapai 100%, kecuali kegiatan penunjang operasi katarak bagi maskin yang tidak mendapat bantuan kesehatan. Selama liam tahun dari tahun dinas kesehatan selalu mendapatkan Anggaran Bantuan Gubernur Jawa Barat dengan gambaran naik turun alokasi anggarannya. Gambar.7 : Hasil Pembangunan Gedung dan Revitalisasi Puskesmas Rawabogo bersumberkan dari Bantuan Gubernur T.A

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2014 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2014 merupakan laporan

Lebih terperinci

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasioanal dan Provinsi Telaahan terhadap kebijakan Nasioanal dan provinsi menyangkut arah kebijakan dan prioritas pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. atas rachmat dan

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. atas rachmat dan KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. atas rachmat dan karunia-nya, Laporan Kinerja InstansiPemerintah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dapat diselesaikan dengan baik.

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....i IKHTISAR EKSEKUTIF...ii DAFTAR ISI.... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 1. UMUM.... 1 2. TUGAS, PERAN, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI... 2 3. PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGI... 5

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai Pasal 13 dan 14 huruf j Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dikatakan bahwa Kesehatan merupakan urusan wajib dan dalam penyelenggaraannya

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Kab. Demak Nomor Tanggal : 12 TAHUN 2016 : 23 DESEMBER 2016 PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGI 1. Visi Visi 2012-2017 adalah Mewujudkan GorontaloSehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya

Lebih terperinci

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100. Berdasarkan uraian mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah selama periode 2011-2015, maka telah ditetapkan target agregat untuk

Lebih terperinci

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : 6 TAHUN 2017 29 Desember 2017 PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

B A B P E N D A H U L U A N

B A B P E N D A H U L U A N 1 B A B P E N D A H U L U A N I A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab telah diterbitkan Instruksi Presiden No.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 Pemerintah Kabupaten Pacitan DINAS KESEHATAN Jl. Letjend Soeprapto No. 42 Pacitan KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) Lampiran III Unit Eselon I Kementrian/Lembaga/SKPD : Dinas Kesehatan Tahun : 2016 SASARAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,

Lebih terperinci

REKAPITULASI LAPORAN TRI WULAN 1 s.d 4 TAHUN ANGGARAN 2016

REKAPITULASI LAPORAN TRI WULAN 1 s.d 4 TAHUN ANGGARAN 2016 REKAPITULASI LAPORAN TRI WULAN 1 s.d 4 TAHUN ANGGARAN 2016 No Program / Kegiatan Indikator Kinerja Program (Outcome) / Kegiatan (Output) Sasaran 1 Target dan Realisasi Kinerja pada Triwulan Triwulan I

Lebih terperinci

penduduk 1 : dari target 1:2.637, Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA mencapai 92,11 % dari target 82,00 %, Cakupan penemuan dan

penduduk 1 : dari target 1:2.637, Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA mencapai 92,11 % dari target 82,00 %, Cakupan penemuan dan RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah (LAKIP) merupakan amanat INPRES No. 7 tahun 1999 sebagai bentuk transparansi pemerintah kepada masyarakat. LAKIP disusun dalam rangka

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Kesehatan merupakan salah satu tahap penting penyusunan dokumen Renstra Dinas Kesehatan sebagai

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian Renstra Evaluasi pelaksanaan RENJA tahun lalu ditujukan untuk mengidentifikasi sejauh mana kemampuan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : 8 Tahun 2016 29 December 2016 PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN KEPALA DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA A. Kinerja Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

Tabel 1. Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan dan Pencapaian Renstra Dinas Kesehatan s/d tahun Realisa si (s/d 2012)

Tabel 1. Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan dan Pencapaian Renstra Dinas Kesehatan s/d tahun Realisa si (s/d 2012) Tabel 1. Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan dan Pencapaian Renstra Dinas Kesehatan s/d tahun 2013 Kode Program/Kegiatan Indikator Target Renstra 2014 Realisa si (s/d 2012) Target

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya, sehingga Laporan Kinerja (LKj) Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2016 dapat disusun sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : 15 29 December 2016 PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS PROVINSI BANTEN 2012-2017 DATA CAPAIAN Persentase Balita Ditimbang Berat 1 2 1 PROGRAM BINA GIZI DAN Badannya

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Target SPM Target IKK Target Indikator Lainnya Target Renstra

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA CIMAHI TAHUN ANGGARAN 2015

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA CIMAHI TAHUN ANGGARAN 2015 Urusan Pemerintahan Organisasi :.0. KESEHATAN :.0.0. DINAS KESEHATAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA CIMAHI TAHUN ANGGARAN 05 Kode Rekapitulasi Belanja Langsung

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI DINAS KESEHATAN JLN. JEND. AHMAD YANI NO. 2D TELP. (0461) 211906 LUWUK SULAWESI TENGAH KEPUTUSAN KEPALA DINAS

Lebih terperinci

DINKES KAB BDG KATA PENGANTAR

DINKES KAB BDG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2015 Kata Pengantar Rencana Kerja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode satu (1) tahun, yang memuat kebijakan, program,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP DINAS KESEHATAN Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep Tahun 2014 PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP DINAS KESEHATAN JL. Dr. SOETOMO No. 04 TELPON (0328) 662122, Fax. 665373 Email

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Urusan Pemerintahan : Organisasi : 1.02. KESEHATAN 1.02.01. DINAS KESEHATAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG TAHUN ANGGARAN 2013 Formulir RKA SKPD 2.2

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG Tahun Anggaran 2017

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG Tahun Anggaran 2017 DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir DPA SKPD 2.2 PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG Tahun Anggaran 207 Urusan Pemerintahan :. 02 Urusan Wajib Pelayanan Dasar Organisasi :. 02.

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1. VISI : Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor yang mandiri untuk hidup sehat MISI I : Meningkatkan Kemandirian dalam Jaminan Kesehatan Nasional Pelayanan Kesehatan. Meningkatkan Masyarakat Miskin Cakupan

Lebih terperinci

B. MATRIKS RENCANA STRATEGIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN SINJAI TAHUN

B. MATRIKS RENCANA STRATEGIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN SINJAI TAHUN B. MATRIKS RENCANA STRATEGIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN SINJAI TAHUN 2008-2013 Instansi : Dinas Kesehatan Visi : Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Sinjai dalam Rangka Mewujudkan Sinjai Religius,

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN III PERATURAN DAERAH NOMOR TANGGAL 5 TAHUN 2013 31 DESEMBER 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2006 PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA (BIDANG KESEHATAN) Disampaikan dalam Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR RI Jakarta, 23 November 2005 AGENDA PEMBANGUNAN AGENDA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan 2. URUSAN KESEHATAN Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA AMBON Tahun Anggaran : 2014 TARGET KINERJA (KUANTITATIF)

PEMERINTAH KOTA AMBON Tahun Anggaran : 2014 TARGET KINERJA (KUANTITATIF) RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA AMBON Tahun Anggaran : 2014 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan Organisasi Sub Unit Organisasi : 1. 02 : 1. 02. 01 : 1. 02.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 25 Februari 2017 Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 25 Februari 2017 Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas izin dan perkenan-nya dapat menyelesaikan dan menyajikan Laporan Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun Anggaran

Lebih terperinci

POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN

POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN ESELON II POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN ESELON III ESELON IV VISI MISI SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS NAMA PROGRAM SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM SASARAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Pemerintah Kota Pekalongan

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Pemerintah Kota Pekalongan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Pemerintah RKA-SKPD 2.2 SEMUA Tahun Anggaran 2017 Urusan Pemerintahan : 1. Organisasi : 1..20 DINAS Rekapitulasi Anggaran Langsung Berdasarkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis BAB II PERENCANAAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2015 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

a. 10 (dua belas) indikator memperoleh capaian > 100 %, b. 4(empat) indikator capaiannya < 100 %, yaitu 1).Cakupan Imunisasi dasar

a. 10 (dua belas) indikator memperoleh capaian > 100 %, b. 4(empat) indikator capaiannya < 100 %, yaitu 1).Cakupan Imunisasi dasar IKHTISAR EKSEKUTIF Sebagai perwujudan dan pertanggungjawaban atas keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan visi, misi, tujuan dan sasaran SKPD yang telah ditetapkan di dalam Rencana Kinerja Tahun 2016 dan

Lebih terperinci

PP No 38/2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMDA PROVINSI DAN KAB/KOTA PP 65/2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN

PP No 38/2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMDA PROVINSI DAN KAB/KOTA PP 65/2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN EVALUASI PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN (Perbaikan SK Menkes) Dr Siti Noor Zaenab,M.Kes Dinas Kab. Bantul DASAR HUKUM UU No 32 /2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PP No 38/2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 A. POTRET AKI/AKB DI PROVINSI NTB 1. Trend Kematian Bayi 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 276 300 248 265 274 240 Tren Angka Kematian Bayi Provinsi

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi Visi : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR : Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat Misi : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Anggaran : 204 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan :. 02 Urusan Wajib Organisasi :. 02. 0 Sub Unit Organisasi :.

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015 PERUBAHAN RENCANA KERJA (RENJA) SKPD DINAS KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015 Dinas Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak dipungkiri dalam proses penyelenggaraan pembangunan yang telah direncanakan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Dinas Kesehatan Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN

Dinas Kesehatan Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Organisasi Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 bahwa Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR ^7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR ^7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR ^7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017

RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017 RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017 DINAS KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL KABUPATEN JEMBRANA FEBRUARI 2017 Dinas dan Kesos Kabupaten Jembrana KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

PEMERTNTAH KOTA PRABUMULIH. I}INAS KE,SEHATAN Kantor Pemerintah Kota Prabumulih Lantai 5 Jalan Jenderal Sudirman Km. 12 Pangkul Pratrumulih TENTANG

PEMERTNTAH KOTA PRABUMULIH. I}INAS KE,SEHATAN Kantor Pemerintah Kota Prabumulih Lantai 5 Jalan Jenderal Sudirman Km. 12 Pangkul Pratrumulih TENTANG .l:,, & ii e. -*. 1r.l: '8,, PEMERTNTAH KOTA PRABUMULIH I}INAS KE,SEHATAN Kantor Pemerintah Kota Prabumulih Lantai 5 Jalan Jenderal Sudirman Km. 12 Pangkul Pratrumulih &Hrt*hl* ICEBqEHaH I(EPUTUSAN KEPALA

Lebih terperinci

e. Bidang Kesehatan Keluarga dan Promosi Kesehatan, terdiri dari : 1. Seksi Gizi dan PSM 2. Seksi Kesehatan Keluarga dan KB 3. Seksi Promosi Kesehatan

e. Bidang Kesehatan Keluarga dan Promosi Kesehatan, terdiri dari : 1. Seksi Gizi dan PSM 2. Seksi Kesehatan Keluarga dan KB 3. Seksi Promosi Kesehatan STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN Dengan diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan UU Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah dan daerah, serta

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci