BAB II KONDISI UMUM DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KONDISI UMUM DAERAH"

Transkripsi

1 BAB II KONDISI UMUM DAERAH Dinamika pembangunan Kabupaten Majalengka menunjukkan pertumbuhan yang positif, ditandai keberhasilan pembangunan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Memasuki era globalisasi dan seiring dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat akan hakhaknya, serta meningkatnya kebutuhan yang semakin kompleks merupakan tantangan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan capaian hasil pembangunan. Untuk mengantisipasi berbagai permasalahan, tantangan serta perkembangan di masa kini dan masa depan diperlukan konsepsi rencana berdimensi jangka panjang dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan dengan berpijak pada kondisi saat ini. Kondisi yang diharapkan di masa depan tidak terlepas dari pencapaian sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan pembangunan secara efektif. Seiring dengan itu, upaya secara terus menerus tetap diarahkan untuk mengatasi tantangan dan hambatan pembangunan daerah guna mewujudkan kondisi yang diharapkan 20 (dua puluh) tahun ke depan dan kondisi saat ini merupakan modal dasar atau bahan untuk perencanaan yang akan menentukan keberhasilan KONDISI SAAT INI Kabupaten Majalengka berada di wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah hektar yang terdiri atas 26 kecamatan, 13 kelurahan dan 321 desa. Secara geografis terletak pada koordinat ,39 Lintang Selatan sampai dengan ,75 Lintang Selatan dan ,87 Bujur Timur sampai dengan ,84 Bujur Timur. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten berkisar antara 0-37 Kilometer, Kecamatan Lemahsugih merupakan daerah terjauh dari Ibukota Kabupaten. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten ke Ibu Kota Propinsi Jawa Barat adalah ± 91 Kilometer dan jarak ke Ibu Kota Kabupaten ke Ibukota Negara adalah II-1

2 ± 200 Kilometer. Dilihat dari batas wilayah administrasi, Kabupaten Majalengka berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya Sebelah Barat : Kabupaten Sumedang Sebelah Timur : Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon Kemiringan lahan di Kabupaten Majalengka diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelas yaitu landai / dataran rendah (0 15 persen), berbukit bergelombang (15 40 persen) dan perbukitan terjal (>40 persen). Berdasarkan klasifikasi kelas kemiringan lahan, 13,21 persen dari luas wilayah Kabupaten Majalengka berada pada kemiringan lahan di atas 40 persen, 18,53 persen, berada dalam kelas kemiringan lahan persen, dan 68,26 persen berada pada kelas kemiringan lahan 0-15 persen. Kondisi bentang alamnya sebagian besar melandai ke daerah Utara, menyebabkan aliran sungai dan mata air mengalir ke arah utara sehingga pada wilayah bagian Utara Kabupaten Majalengka terdapat banyak persawahan. Perbukitan dengan lereng yang curam terdapat di sekitar lereng Gunung Ciremai dan lereng Gunung Cakrabuana. Kondisi topografis ini selain sangat berpengaruh pada pemanfaatan ruang dan potensi pengembangan wilayah, juga mengakibatkan terdapatnya daerah rawan terhadap longsor dan gerakan tanah khususnya daerah yang mempunyai kelerengan curam. Berdasarkan ketinggian, secara umum wilayah Kabupaten Majalengka diklasifikasikan dalam 3 (tiga) klasifikasi utama yaitu dataran rendah (0-100 mdpl), dataran sedang ( mdpl) dan dataran tinggi (> 500 mdpl). Dataran rendah sebesar 42,21 persen dari luas wilayah, berada di Wilayah Utara Kabupaten Majalengka, dataran sedang sebesar 20,82 persen dari luas wilayah, umumnya berada di Wilayah Tengah, dan dataran tinggi sebesar 36,97 persen dari luas wilayah, mendominasi Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka, termasuk di dalamnya wilayah yang berada pada ketinggian di atas mdpl yaitu terletak di sekitar kawasan kaki Gunung Ciremai. II-2

3 Kondisi geologi di Kabupaten Majalengka dipengaruhi oleh adanya sesar baribis yang berada di sekitar Gunung Ciremai, dan diperkirakan merupakan patahan rawan gempa. Hal ini mengakibatkan daerah Selatan dan Timur Kabupaten Majalengka merupakan daerah yang rawan terhadap gerakan tanah (longsor dan gempa). Sumber daya air di Kabupaten Majalengka dibagi ke dalam dua bagian yaitu air permukaan dan air bawah tanah. Potensi air permukaan yang menjadi jantung kebutuhan air cukup besar untuk dimanfaatkan terutama bagi pengairan, diperoleh dari 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Cimanuk dan Cilutung dan beberapa anak sungai lainnya. Sementara potensi air permukaan lainnya berada di beberapa tempat yang mempunyai debit air tinggi yang berasal dari sumber mata air, umumnya berada di Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka. Untuk kondisi Air Bawah Tanah (ABT), berdasarkan kondisi yang ada, secara umum Wilayah Utara dan Tengah Kabupaten Majalengka mempunyai potensi ketersediaan ABT cukup baik, kecuali untuk Kecamatan Kertajati, Dawuan, dan Ligung kurang baik Sosial Budaya Pembangunan SDM mempunyai peran yang paling strategis dalam tatanan bernegara dan bermasyarakat. Pembangunan bidang sosial budaya bertujuan untuk menciptakan SDM yang terdidik, memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, berperan aktif, berketerampilan, mencintai lingkungannya, serta sehat jasmani dan rohani. Parameter untuk mengukur kemajuan pencapaian pembangunan manusia melalui kapasitas dasar dengan menggunakan Indeks pembangunan Manusia (IPM). Untuk lebih jelasnya mengenai capaian IPM Kabupaten Majalengka Tahun dapat dilihat pada tabel berikut. II-3

4 Tabel 2.1 CAPAIAN IPM KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Indikator IPM 67,20 67,35 68,01 68,52 68,81 Indeks Kesehatan 69,92 70,03 70,68 71,17 71,25 Angka Harapan Hidup 66,95 67,72 67,41 67,70 67,75 Indeks AMH 91,89 91,76 91,92 92,33 92,60 Angka Melek Huruf 91,89 91,76 91,92 92,33 92,60 Indeks Rata-rata Lama 42,13 42,67 43,00 43,27 43,30 Sekolah Rata-rata Lama Sekolah 6,32 6,40 6,45 6,49 6,50 Indeks Pendidikan 75,30 75,40 75,61 75,98 76,18 Indeks Daya Beli 56,38 56,62 57,74 58,41 58,99 Paritas Daya Beli 543,98 545,00 549,85 552,75 555, Penduduk Penduduk merupakan faktor yang sangat penting dalam mekanisme perencanaan pembangunan, karena penduduk tidak saja menjadi sasaran pembangunan, tetapi juga berperan sebagai pelaksana pembangunan. Jumlah penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan kepadatan penduduk di Kabupaten Majalengka Tahun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. 2 JUMLAH PENDUDUK, LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Penduduk Jumlah Laki-laki Perempuan Laju 0,81 1,04 0,86 0,82 0,84 Pertumbuhan Penduduk Kepadatan per KM 2 Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan gambaran dari kondisi kualitas sumber daya manusia. Tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk Kabupaten Majalengka Tahun sebagai berikut : II-4

5 Tabel 2. 3 PERSENTASE PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA MENURUT JENJANG PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN TAHUN Tingkat Pendidikan Tidak Punya 27,89 29,46 29,97 27,48 23,53 SD 48,84 49,58 47,61 49,43 49,95 SLTP 12,23 11,29 13,30 13,36 15,20 SLTA 8,88 8,21 7,75 6,63 6,38 D1 / D3 1,37 0,68 0,75 1,50 1,43 Universitas 1,15 0,79 0,62 1,33 1,16 Dilihat dari lapangan kerja, sektor pertanian merupakan sektor yang menampung paling banyak tenaga kerja, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, industri pengolahan dan sektor jasa. Untuk mengetahui keadaan penduduk Kabupaten Majalengka Tahun yang bekerja menurut lapangan usaha dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.4 PERSENTASE PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN Lapangan Usaha Pertanian 39,37 50,13 36,82 29,95 31,24 Pertambangan dan 0,69 1,35 1,45 2,29 0,67 Penggalian Industri Pengolahan 18,89 15,19 19,06 18,36 19,39 Listrik, gas dan air minum 0,07 0,08 0,09 0,39 0,10 Konstruksi 3,30 2,55 4,89 7,93 5,36 Perdagangan 22,53 19,41 23,83 26,15 26,65 Angkutan dan Komunikasi 5,09 4,94 5,50 5,97 5,80 Keuangan 3,66 0,47 0,47 0,68 0,51 Jasa-jasa Lainnya 6,40 5,88 7,89 8,28 10, Pendidikan Pendidikan mempunyai peranan penting untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai gambaran penduduk menurut usia sekolah dan partisipasi sekolah dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : II-5

6 Tabel 2.5 JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA MENURUT KELOMPOK USIA SEKOLAH TAHUN Kelompok Usia tahun tahun tahun tahun JUMLAH Tabel 2.6 JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA BERUSIA 7-24 MENURUT PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN Partisipasi Tidak/Belum Pernah Sekolah (0,48) (0,39) (0,74) (1,00) (0,17) Masih sekolah (50,70) (54,30) (52,67) (60,06) (59,46) Tidak Bersekolah Lagi (48,82) (45,31) (46,59) (38,94) (40,37) Pada umumnya terdapat dua ukuran partisipasi sekolah yang utama, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Keduanya mengukur penyerapan penduduk usia sekolah oleh sektor pendidikan. Perbedaan di antara keduanya adalah penggunaan kelompok usia "standar" di setiap jenjang pendidikan. Usia standar yang dimaksud adalah rentang usia yang dianjurkan pemerintah dan umum dipakai untuk setiap jenjang pendidikan. Untuk mengetahui Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Kabupaten Majalengka Tahun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.7 ANGKA PARTISIPASI KASAR KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Partisipasi SD/ sederajat 113,87 106,12 104,25 103,51 105,21 SMP/ sederajat 73,80 62,06 79,71 78,83 83,82 SMA/ sederajat 25,41 34,19 27,03 37,41 35,26 II-6

7 Tabel 2.8 ANGKA PARTISIPASI MURNI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Partisipasi SD/ sederajat 95,69 95,82 92,97 95,67 92,26 SMP/ sederajat 58,93 55,14 63,43 60,61 68,88 SMA/ sederajat 21,53 30,22 22,71 31,50 27,37 Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan perlu didukung oleh tersedianya sarana prasarana pendidikan. Untuk mengetahui ketersediaan sarana pendidikan di Kabupaten Majalengka Tahun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.9 JUMLAH SARANA PENDIDIKAN DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Sarana Pendidikan SD / MI SMP/ MTs SMA/ SMK / MA Perguruan tinggi yang ada saat ini adalah Universitas Majalengka, Sekolah Tinggi Agama Islam PUI, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YPIB dan Sekolah Tinggi Yasika Kesehatan Tingkat kelahiran atau fertilitas merupakan ukuran untuk mengetahui bagaimana kemampuan seorang wanita untuk dapat melahirkan. Hal ini dicerminkan dengan jumlah bayi yang dilahirkan. Kemampuan seorang wanita untuk melahirkan (secara riil), berbeda antara wanita yang satu dengan lainnya. Akibat perbedaan ini antara lain menyebabkan perbedaan kecepatan perkembangan jumlah penduduk di daerah yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat pula menimbulkan perbedaan kepadatan penduduk. Di samping itu juga akan berakibat lanjutan, yaitu menimbulkan perbedaan pertumbuhan jumlah anak usia sekolah, jumlah angkatan kerja dan sebagainya. Tabel berikut memperlihatkan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup, artinya semua anak (bayi), baik yang masih hidup maupun yang saat ini sudah II-7

8 meninggal, tetapi pada saat dilahirkan menunjukkan tanda-tanda hidup walaupun hanya beberapa saat. Tabel 2.10 RATA-RATA JUMLAH ANAK LAHIR HIDUP MENURUT KELOMPOK UMUR IBU DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Umur tahun 0,25 0,03 0,05 0,00 0, tahun 0,78 0,57 0,57 0,63 0, tahun 1,35 1,17 1,30 1,35 1, tahun 1,87 1,84 1,87 1,95 1, tahun 2,37 2,39 2,61 2,78 2, tahun 2,95 3,11 2,80 3,09 2, tahun 3,56 3,65 3,32 3,59 3,28 Salah satu indikator dari pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penolong persalinan. Indikator ini sangat penting dalam menilai persalinan yang aman. Persalinan yang aman dilakukan tenaga medis yaitu dokter dan bidan. Khususnya di pedesaan, pada umumnya persalinan dibantu oleh dukun. Untuk mengetahui persentase balita menurut penolong waktu lahir di Kabupaten Majalengka tahun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.11 PERSENTASE BALITA MENURUT PENOLONG WAKTU LAHIR DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Jenis Imunisasi Tenaga Medis 56,04 61,77 64,45 78,88 78,89 Dokter 3,81 6,51 3,73 7,53 4,13 Bidan 51,82 55,26 60,18 67,56 74,76 Tenaga Medis Lain 0,41 0,00 0,54 3,79 0,00 Bukan Tenaga Medis 43,96 38,23 35,55 21,11 21,11 Dukun Tradisional 42,29 38,23 35,55 21,11 20,46 Lainnya 1,67 0,00 0,00 0,00 0,65 Indikator penyiapan kualitas sumber daya manusia sejak dini adalah cakupan imunisasi. Pemberian imunisasi pada Balita adalah salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian Balita, selain perhatian khusus pada masa persalinan ibu dan pemberian ASI yang baik. Untuk mengetahui persentase II-8

9 Balita di Kabupaten Majalengka tahun yang mendapatkan imunisasi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.12 PERSENTASE BALITA DI KABUPATEN MAJALENGKA YANG DIIMUNISASI MENURUT JENIS IMUNISASI TAHUN Jenis Imunisasi BCG 95,65 97,53 96,14 92,49 95,98 DPT 95,51 95,60 90,10 90,57 91,20 POLIO 94,28 93,71 89,58 97,21 95,87 CAMPAK 76,58 91,81 87,79 82,57 84,51 Salah satu faktor penting untuk perkembangan anak adalah Air Susu Ibu (ASI). ASI merupakan zat yang sempurna untuk pertumbuhan bayi dan dapat mempercepat perkembangan berat badan. Untuk mengetahui persentase Balita di Kabupaten Majalengka tahun menurut lamanya disusui dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.13 PERSENTASE BALITA DI KABUPATEN MAJALENGKA MENURUT LAMANYA DISUSUI TAHUN Umur bulan 3,68 0,00 0,00 0,00 0, bulan 6,89 2,94 7,79 2,33 9, bulan 24,83 35,49 28,90 36,62 61,90 > 24 bulan 30,05 43,41 44,04 40,82 28,35 Kelangsungan hidup dan perkembangan Balita lebih banyak ditentukan oleh keadaan gizi, kesehatan dan kesempatan melatih intelegensianya. Pemenuhan gizi Balita akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan intelektualnya, dimana pemenuhan Vitamin A pada kelompok ini selain dapat mencegah penyakit yang dapat mengakibatkan kebutaan juga membantu daya tahan dan pemulihan anak terhadap infeksi. Dalam tabel berikut disajikan informasi tentang pemenuhan gizi Balita di Kabupaten Majalengka Tahun : II-9

10 Tabel 2.14 PEMENUHAN GIZI KELOMPOK BALITA DAN ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Kelompok Persentase Balita Gizi 85,70 85,98 84,70 84,50 81,21 Baik Persentase Balita 1,40 1,19 0,94 1,80 0,77 Kekurangan Energi Protein/KEP Nyata Persentase Balita 13,00 12,30 13,75 14,10 8,73 Kekurangan Energi Protein/KEP Total Persentase Cakupan 88,00 97,50 98,00 97,85 85,74 Kapsul Vit A Balita Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan perlu didukung oleh tersedianya sarana prasarana dan tenaga kesehatan. Untuk mengetahui ketersediaan sarana pelayanan dan tenaga kesehatan di Kabupaten Majalengka Tahun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.15 JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Sarana Pelayanan Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Posyandu Tabel 2.16 JUMLAH TENAGA KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Tenaga Kesehatan Dokter Umum Dokter Gigi Bidan II-10

11 Pemuda dan Olahraga Kepemudaan merupakan mata rantai yang tak terpisahkan dari sasaran pembangunan manusia seutuhnya. Keberhasilan pembangunan pemuda sebagai sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan daya saing, merupakan salah satu kunci untuk keberhasilan di berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk itu pemuda harus disiapkan dan diberdayakan agar mampu memiliki kualitas dan keunggulan daya saing guna menghadapi tuntutan kebutuhan, tantangan, dan persaingan di era global. Di Kabupaten Majalengka terdapat beberapa organisasi yang menaungi aktivitas kepemudaan yang bergerak di bidang sosial, pendidikan dan keagamaan, diantaranya KNPI, Karang Taruna, Remaja Mesjid, dll. Perkumpulan olah raga di Kabupaten Majalengka diantaranya perkumpulan Sepak bola sebanyak 328, Bola volley sebanyak 427, Bulu tangkis sebanyak 190, Tenis meja sebanyak 204, Catur sebanyak 54, Bola basket sebanyak 55, Panahan sebanyak 3, Pencak silat sebanyak 63, Atletik sebanyak 13, Renang sebanyak 4 dan Karate sebanyak 4 perkumpulan Seni dan Budaya Seni dan budaya merupakan salah satu bentuk ekspresi manusia berupa ungkapan nurani terhadap hubungan antar sesama manusia, lingkungan sekitarnya dan hubungan dengan Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Sehingga kesenian dan kebudayaan merupakan cerminan dari seberapa tinggi peradaban manusia yang dimiliki. Tabel berikut menggambar kelompok seni yang terdapat di Kabupaten Majalengka pada Tahun Tabel 2.17 JUMLAH PERKUMPULAN KESENIAN DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Kesenian KELOMPOK KARAWITAN Sekar Gending Sekar Gending KELOMPOK PEDALANGAN Wayang Golek Wayang Kulit KELOMPOK SENI TARI II-11

12 Tari Upacara Tari Rakyat Tari Topeng KELOMPOK PERTUNJUKAN RAKYAT Terbangan Helaran Humor Ketangkasan KELOMPOK MUSIK Vokal Instrument Music Campuran KELOMPOK TEATER Teater Rakyat Teater Modern Teater Transisi SENI RUPA SENI SASTRA Upacara adat dan tradisi budaya yang masih berkembang di masyarakat di antaranya Upacara Adat Sumur Sindu, Upacara Sambut Pengantin, Upacara Guar Bumi, Upacara Mapag Sri, dan tradisi budaya perorangan yang berhubungan dengan siklus kehidupan manusia. Esensi dari kegiatan ini adalah pelestarian nilai-nilai budaya untuk membentuk jatidiri. Secara umum penduduk Kabupaten Majalengka menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Namun demikian, terdapat sebagian kecil penduduk yang menggunakan bahasa Jawa (Cirebonan), sedangkan penggunaan bahasa asing (misalnya, bahasa Inggris, Bahasa Jepang, Bahasa Jerman atau Bahasa Mandarin) masih jarang kecuali pada forum akademis / sekolah Agama Karakteristik masyarakat Kabupaten Majalengka merupakan pencerminan masyarakat yang religius dan berbudaya luhur. Tabel berikut menggambarkan mengenai pemeluk agama dan sarana ibadah yang ada di Kabupaten Majalengka pada Tahun II-12

13 Tabel 2.18 JUMLAH PEMELUK AGAMA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Agama Islam Kristen/Protestan Katolik Hindu Budha Lainnya Tabel 2.19 JUMLAH SARANA IBADAH DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Sarana Ibadah Mesjid Langgar Mushola Gereja Pura Vihara Pengarusutamaan Gender Pemerintah Kabupaten Majalengka secara bertahap berupaya untuk mengintegrasikan Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam berbagai sektor pembangunan sesuai dengan proporsi dan karakteristik yang dimiliki. Organisasi Wanita, baik Sosial, Profesi maupun Kemasyarakatan serta Keagamaan, diantaranya : Gabungan Organisasi Wanita, Organisasi Wanita Persatuan antara lain Dharma Wanita Persatuan, Persit, Pia Ardia Garini, Bhayangkari dan Ikatan Isteri Dokter Indonesia (IIDI). Selain itu, terdapat Organisasi Wanita di Bidang Kemasyarakatan antara lain Tim Penggerak PKK, Wirawati Cahya Panca dan IKKT. Organisasi Wanita Profesi yang ada diantaranya Ikatan Bidan Indonesia (IBI), HWK, IWAPI dan PERWOSI serta Organisasi Wanita Keagamaan antara lain Al-Hidayah, Wanita PUI, Muslimat NU, Wanita Muhamadiyah dan Perempuan Persis. II-13

14 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) tahun 2006 meliputi: Anak Balita terlantar sebanyak orang, Anak terlantar sebanyak orang, Anak korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah sebanyak 139 orang, Anak nakal sebanyak 337 orang, Anak jalanan sebanyak 283 orang, Anak cacat sebanyak orang, Wanita rawan sosial ekonomi sebanyak orang, Wanita korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah sebanyak 114 orang, Lanjut usia terlantar sebanyak orang, Lanjut usia korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah sebanyak 181 orang, Penyandang cacat sebanyak orang, Penyandang cacat bekas penderita penyakit kronis sebanyak orang, Tuna susila sebanyak 100 orang, Pengemis sebanyak 38 orang, Gelandangan sebanyak 5 orang, Bekas narapidana sebanyak 298 orang, Korban penyalahgunaan NAPZA sebanyak 137 orang, Keluarga fakir miskin sebanyak KK, Keluarga berumah tidak layak huni sebanyak KK, Keluarga bermasalah sosial psikologis sebanyak 137 KK, Komunitas adat terpencil sebanyak 8 KK, Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana sebanyak 719 KK, Pekerja migran sebanyak 372 orang, dan Keluarga rentan sebanyak 750 KK. Pada tahun 2002 Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) antara lain Panti asuhan sebanyak 17 buah dengan penghuni sebanyak 854 orang, 2 buah panti sosial lanjut usia dengan jumlah penghuni 70 orang. Sedangkan pada tahun 2006 jumlah Panti Asuhan sebanyak 33 buah dengan penghuni sebanyak 995 orang, 3 buah panti sosial lanjut usia dengan penghuni sebanyak 60 orang dan 2 buah panti sosial penyandang cacat dengan penghuni 60 orang. Jumlah Karang Taruna sebanyak 331 buah Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Setiap upaya pembangunan, selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha, sehingga penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Salah satu sasaran utama pembangunan adalah terciptanya II-14

15 lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahun. Untuk mengetahui kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Majalengka Tahun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.20 PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA MENURUT KELOMPOK UMUR KHUSUS TAHUN Umur tahun (26,14) (26,70) (26,43) (28,32) (26,04) tahun (67,97) (67,91) (66,50) (65,66) (68,30) 65 ke atas (5,89) (5,39) (7,07) (6,02) (5,65) Jumlah Angka Beban 47,12 47,26 50,37 52,29 46,40 Tanggungan Tabel 2.21 PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA 10 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN UTAMA TAHUN Penduduk USIA KERJA ANGKATAN KERJA Bekerja Mencari Pekerjaan BUKAN ANGKATAN KERJA (61,67) (65,86) (56,69) (60,82) (62,34) (89,54) (89,12) (88,87) (89,58) (87,51) (10,46) (10,88) (11,13) (10,42) (12,49) (38,33) (34,14) (43,31) (39,18) (37,66) II-15

16 Tabel 2.22 TINGKAT TPAK, TPT DAN TKK KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Uraian TPAK 61,67 65,86 56,69 60,82 62,34 Laki-laki 76,41 80,95 78,52 79,67 84,79 perempuan 47,52 50,65 35,72 42,78 39,73 TPT 10,46 10,88 11,13 10,42 12,49 Laki-laki 5,38 7,65 7,93 5,53 11,30 perempuan 18,31 16,08 17,88 19,15 15,03 TKK 89,54 89,12 88,87 89,58 87,51 Laki-laki 94,62 92,35 92,07 94,47 88,70 perempuan 81,69 83,92 82,12 80,85 84, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datang menuntut peningkatan kemampuan dalam penguasaan dan penerapan Iptek dalam rangka menghadapi perkembangan regional, nasional, dan internasional. Untuk meningkatkan daya saing, kemampuan pemanfaatan dan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) di Kabupaten Majalengka masih perlu ditingkatkan. Hal ini, antara lain dapat dilihat dari belum berkembangnya budaya Iptek di masyarakat dan terbatasnya sumber daya Iptek yang dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, Iptek untuk pangan/pertanian, Iptek untuk pengembangan energi, Iptek untuk mengatasi degradasi lingkungan, dan Iptek terapan untuk pengolahan produk-produk pertanian Perekonomian Pertumbuhan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dicapainya, karena PDRB merupakan salah satu indikator kinerja pembangunan yang menggambarkan capaian kegiatan perekonomian secara makro. Kondisi perekonomian makro Kabupaten Majalengka tahun dapat dilihat pada tabel berikut. II-16

17 Tabel 2.23 KONDISI PEREKONOMIAN MAKRO KABUPATEN MAJALENGKA KONDISI PEREKONOMIAN MAKRO TAHUN KABUPATEN MAJALENGKA NO INDIKATOR TAHUN PDRB (jutaan rupiah harga konstan thn 2000) , , , , ,57 Sektor Lapangan Usaha a. Pertanian , , , , ,58 (31,26) (30,22) (30,04) (30,35) (29,43) b. Pertambangan dan Galian , , , , ,74 (4,28) (4,53) (4,34) (4,29) (4,24) c. Industri Pengolahan , , , , ,78 (17,25) (17,35) (17,53) (17,39) (17,56) d. Listrik, Gas, Air Bersih , , , , ,33 (0,62) (0,65) (0,65) (0,68) (0,69) e. Bangunan , , , , ,17 (4,51) (4,54) (4,58) (4,53) (4,66) f. Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , ,81 (19,65) (19,93) (20,19) (20,07) (20,38) g. Pengangkutan dan Komunikasi , , , , ,62 (6,47) (6,59) (6,62) (6,64) (6,72) h. Keuangan , , , , ,53 (3,62) (3,60) (3,58) (3,61) (3,60) i. Jasa , , , , ,01 (12,35) (12,59) (12,47) (12,45) (12,72) 2 PDRB PER KAPITA (dalam rupiah) , , , , ,87 3 LPE (dalam persen) 3,31 3,25 4,09 4,47 4,18 Sumber Keterangan data : : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Angka Dalam Kurung menunjukkan konstribusi terhadap PDRB dalam persen. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu tahun , perekonomian Kabupaten Majalengka menunjukan pertumbuhan positif setiap tahunnya, tercermin dari PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun 2002 sebesar Rp ,00 sampai tahun 2006 telah mencapai Rp ,00 dengan pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya sebesar 3,86 persen. Begitu pula PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2002 sebesar Rp ,00 sampai dengan tahun 2006 mencapai Rp ,00 dengan pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya sebesar 12,86 persen. Kontribusi persektor tahun terbesar berada pada sektor pertanian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor jasa. Indikator lainnya yang menunjukan pertumbuhan perekonomian Kabupaten Majalengka adalah PDRB Perkapita. Atas dasar harga konstan tahun 2000, pada tahun 2002 PDRB perkapita sebesar Rp ,75 sampai tahun 2006 mencapai Rp ,87 atau meningkat setiap tahunnya rata-rata sebesar 2,89 persen. Sedangkan PDRB perkapita atas dasar harga berlaku tahun 2002 sebesar Rp ,12 sampai tahun 2006 II-17

18 mencapai Rp ,90 atau meningkat setiap tahunnya rata-rata sebesar 12,58 persen Sektor Pertanian Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Majalengka yaitu tahun 2002 sebesar 31,26 persen dan tahun 2006 sebesar 29,43 persen. Walaupun terjadi penurunan, hal ini menunjukan bahwa sumber mata pencaharian utama masyarakat Kabupaten Majalengka masih bertumpu pada sektor pertanian. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) sektor pertanian tahun 2002 mengalami pertumbuhan yang negatif yaitu sebesar -2,57 persen akibat terjadinya kemarau panjang, sedangkan LPE sektor pertanian tahun 2006 tumbuh sebesar 1,04 persen dan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2005 mencapai 5,55 persen. Pertumbuhan sektor pertanian selalu mengalami fluktuasi, yang sebagian besar disebabkan karena pengaruh iklim yang terjadi dalam kurun waktu 5 tahun. Kontribusi terbesar dari sektor pertanian adalah dari sub sektor tanaman pangan dan hortikultura rata-rata mencapai 25,74 persen terhadap PDRB Kabupaten Majalengka. Dengan demikian, produksi terbesar di Kabupaten Majalengka berasal dari usaha budi daya tanaman pangan dan hortikultura. Kontribusi masing-masing sub sektor pertanian terhadap PDRB dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.24 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB adh. KONSTAN KABUPATEN MAJALENGKA BERDASARKAN SEKTOR LAPANGAN USAHA PERTANIAN TAHUN Sektor Usaha Tanaman Bahan 26,76 25,71 25,47 25,79 24,96 Makanan Tanaman 1,04 1,06 1,05 1,05 1,06 Perkebunan Peternakan dan 2,64 2,63 2,69 2,69 2,64 hasil-hasilnya Kehutanan 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 Perikanan 0,65 0,65 0,66 0,65 0,60 JUMLAH 31,26 30,22 30,04 30,35 29,43 II-18

19 Secara umum, Perkembangan Sektor Pertanian Tahun masih belum optimal, hal ini ditunjukan dengan : 1. Masih besarnya ketergantungan proses produksi di sektor pertanian terhadap kondisi iklim, yang ditunjukkan dengan berkurangnya areal tanam pada saat musim kemarau dan belum adanya diversifikasi produksi pertanian. 2. Sempitnya kepemilikan lahan sehingga skala usaha yang dilaksanakan oleh para petani pada umumnya masih bersifat konvensional, tidak fokus pada bussines oriented, serta semakin berkurangnya lahan-lahan produktif karena perubahan fungsi lahan. 3. Masih rendahnya penerapan teknologi yang disebabkan karena rendahnya kemampuan dan keterampilan petani dalam penguasaan teknologi. 4. Tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan petani dalam melaksanakan usahataninya, sementara para petani rata-rata tidak memiliki kemampuan permodalan yang memadai. 5. Semakin berkurangnya tenaga kerja produktif disektor pertanian yang disebabkan karena beralih ke sektor non pertanian Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kegiatan perekonomian di Kabupaten Majalengka ditunjang oleh fasilitas perdagangan berupa : pasar desa sebanyak 28 buah yang tersebar di beberapa Kecamatan dengan frekuensi hari pasar 2 kali seminggu sampai dengan harian, pasar milik Pemerintah Daerah sebanyak 4 buah yang terdapat di Kecamatan Cigasong, Sumberjaya, Talaga dan Kadipaten, Jumlah kelompok pertokoan sebanyak 6004 buah, Supermarket / Pasar Swalayan / Toserba / Minimarket sebanyak 21 buah, Restoran / Rumah Makan / Kedai Makanan sebanyak 65 buah, Koperasi Unit Desa (KUD) 26 buah, dan Non KUD 505 buah, sedangkan sarana akomodasi meliputi penginapan sebanyak 9 buah yang terdiri dari 192 kamar sementara jumlah rumah makan/restoran sebanyak 65 buah. Sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi terhadap PDRB tahun rata-rata sebesar 20,04 persen yang terdiri dari sub II-19

20 sektor perdagangan memberikan kontribusi rata-rata sebesar 13,54 persen per tahun, sub sektor restoran memberikan kontribusi rata-rata sebesar 6,47 persen per tahun dan dan sub sektor hotel memberikan kontribusi rata-rata sebesar 0,04 persen per tahun. Kontribusi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.25 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB adh. KONSTAN KABUPATEN MAJALENGKA BERDASARKAN SEKTOR LAPANGAN USAHA PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN TAHUN Lapangan Usaha Perdagangan Besar 13,09 13,34 13,66 13,67 13,93 dan Eceran Hotel 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 Restoran 6,52 6,55 6,49 6,36 6,41 JUMLAH 19,65 19,93 20,19 20,07 20,38 Secara umum, perkembangan sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kabupaten Majalengka masih menghadapi beberapa permasalahan, diantaranya : 1. Rendahnya aksesibilitas produsen dalam memperoleh informasi pasar, sehingga mengalami hambatan dalam pemasaran terutama dirasakan oleh para produsen berskala usaha mikro, kecil dan menengah. 2. Rendahnya tingkat hunian hotel/penginapan yang disebabkan karena kondisi sektor jasa Kabupaten Majalengka masih kurang memiliki nilai jual dan daya saing, bila dibandingkan dengan daerah sekitar. Selain itu, dunia usaha masih belum berkembang karena masih rendahnya investasi Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan yang berkembang di Kabupaten Majalengka saat ini mayoritas berupa industri berskala mikro, kecil dan menengah, antara lain industri kerajinan dan industri olahan makanan, sementara industri besar perkembangannya relatif lebih lambat. Kelompok perindustrian di Kabupaten Majalengka saat ini tergabung dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu IKAHH II-20

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 25 dimana : (dj + ) = jarak euclidian alternatif ke j kepada solusi ideal positif; (dj - ) = jalak euclidian alternatif ke j ke solusi ideal negatif. (5) Menghitung kedekatan dengan solusi ideal Perhitungan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 59 IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografi, topografi, tanah

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0 GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0 2.1 KEBIJAKAN PERENCANAAN Keberadaan suatu wilayah tidak terlepas dari perkembangan wilayah lainnya yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Kebijakan nasional akan menjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan perekonomin Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan masih tetap positif, utamanya bila mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara agraris, Lebih dari 60% penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian. Berbagai tanaman dikembangkan di Indonesia,

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka 4.1. Pendidikan Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Peningkatan SDM lebih difokuskan pada pemberian kesempatan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA 3.1. Pengertian Demografi Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara, maka perlu didalami kajian demografi.

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , ,

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , , Anggaran (Sebelum 21 Program Pengadaan, Peningkatan Sarana Dan 4.654.875.000,00 18.759.324.259,00 15.731.681.490,00 83,86 Prasarana Rumah Sakit 22 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rumah 39.808.727.000,00

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN BAB VI TUJUAN DAN SASARAN Penetapan tujuan dan sasaran organisasi di dasarkan pada faktor-faktor kunci keberhasilan yang dilakukan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan dan sasaran dirumuskan dalam bentuk

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 1 Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan 1. Jumlah rumah ibadah yang difasilitasi 400 jumlah kegiatan

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dan Berdaya Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera Yang Berkeadilan Dan Berakhlak Mulia,

KATA PENGANTAR. Dan Berdaya Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera Yang Berkeadilan Dan Berakhlak Mulia, KATA PENGANTAR Dengan niat yang tulus, segala bentuk kebijakan, program dan kegiatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan dengan harapan semoga gerak langkah kita selalu diberkahi

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS Pembangunan yang diprioritaskan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mendesak yang memberikan dampak luas bagi masyarakat, sebagai berikut : 8.1. Indikasi Program

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan Umum adalah arahan strategis yang berfungsi sebagai penunjuk arah pembangunan Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk jangka panjang. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Tabel IX-1 Indikator Kinerja Daerah Menurut Sasaran Strategis SASARAN INDIKATOR KINERJA Misi satu : Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang melalui peningkatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan sebagai sumberdaya alam fisik mempunyai peranan sangat penting dalam segala kehidupan manusia, karena lahan diperlukan manusia untuk tempat tinggal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA BAB IX PENETAPAN INDIKATOR Pada akhir tahun kedua pelaksanaan Tahun 2011-2015, terjadi dinamika dalam pencapaian target kinerja daerah, antara lain beberapa indikator telah tercapai jauh melampaui target

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : H.

Lebih terperinci

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Majalengka terdiri atas 26 Kecamatan dan 334 Desa. Dari 334 desa tersebut meliputi 321 berstatus desa dan 13 berstatus kelurahan. Bila dilihat dari klasifikasi desanya terdapat 3 desa swadaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015 NO LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 05 Kehidupan yang kondusif bagi umat beragama. tercapai Mewujudkan tatanan sosial keagamaan 00% Penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Kabupaten Grobogan pada saat ini, dan terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 06 Kabupaten Tahun Anggaran : 06 : Hulu Sungai Selatan TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 4 Mewujudkan nilai- nilai agamis sebagai sumber

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB V VISI, MISI, DAN V - 1 Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 5.1. VISI Dalam rangka mewujudkan pembangunan jangka panjang sebagaimana tercantum di dalam

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH A. KEBIJAKAN UMUM Pembangunan Daerah harus didasarkan pada sasaran tertentu yang hendak dicapai; untuk itu, kebijakan yang dibuat dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN Upaya untuk mewujudkan tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan dari setiap misi daerah Kabupaten Sumba Barat

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

Lampiran Meningkatnya cakupan

Lampiran Meningkatnya cakupan Lampiran : Peraturan Walikota Pagar Alam Nomor : Tahun 2017 Tanggal : 2017 I II Pemerintah Visi Kota Pagar Alam Terwujudnya Keseimbangan Masyarakat Pagar Alam Yang Sehat, Cerdas, Berakhlaq Mulia, Dan Didukung

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i 1. GEOGRAFI Tabel : 1.01 Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat Dan Kabupaten/Kota... 1 Tabel : 1.02 Jumlah Kecamatan Dan Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011... 2 2. KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp.

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp. Realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten selama tahun anggaran 2009 tercatat mencapai Rp. 966.481.044.588,- Sedangkan realisasi pengeluaran mencapai Rp. 928.141.675.797,- Bila dilihat dari penerimaan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

RENCANA KINERJA TAHUNAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BIMA RENCANA KINERJA TAHUNAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BIMA Sasaran Strategis 1. Terwujudnya peningkatan sosial keagamaan 2. Terwujudnya peningkatan pengamalan nilai-nilai religius dalam masyarakat 3. Meningkatnya

Lebih terperinci

SKPD : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar Indikator Kinerja

SKPD : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar Indikator Kinerja NO NAMA SKPD HALAMAN 1 SKPD : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar 2 2 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Denpasar 3 3 SKPD : RSUD Wangaya Kota Denpasar 4 4 SKPD : Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar

Lebih terperinci

BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Visi Kabupaten Sleman adalah Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih sejahtera, mandiri, berbudaya dan terintegrasinya sistem e-government menuju smart

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) 1 Menurunnya angka 1 Angka Kemiskinan (%) 10-10,22 kemiskinan 2 Pendapatan per kapita

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

REKAPITULASI ANGGARAN DAN REALISASI BERDASARKAN MISI PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG TAHUN 2012

REKAPITULASI ANGGARAN DAN REALISASI BERDASARKAN MISI PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG TAHUN 2012 Misi 1 163 358,829,768,129 302,555,469,461 84.32% Urusan Pendidikan 79 233,617,961,655 200,628,537,308 85.88% 1 Program Pendidikan Anak Usia Dini 5 1,300,000,000 1,275,743,850 98.13% 2 Program Wajib Belajar

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMK Aceh Tamiang Tahun 2013-2017, baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 (PERUBAHAN) No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 2015

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 (PERUBAHAN) No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 2015 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 (PERUBAHAN) VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 2015 MISI 1 : TUJUAN

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 23 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan Badan Perpustakaan, Arsip dan Pengembangan Sistem Informasi (BAPAPSI) mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUKURAN KINERJA Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai kean dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

RELIGIUS, MAJU, SEJAHTERA TERWUJUDNYA KABUPATEN (REMAJA) VISI KABUPATEN MAJALENGKA MAJALENGKA YANG. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 1

RELIGIUS, MAJU, SEJAHTERA TERWUJUDNYA KABUPATEN (REMAJA) VISI KABUPATEN MAJALENGKA MAJALENGKA YANG. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya adalah usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam pelaksanaannya perencanaan pembangunan memerlukan ketersediaan data yang

Lebih terperinci

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN 3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN Manajemen pembangunan berbasis kinerja mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program/ kegiatan yang sudah direncanakan. Esensi dari manajemen

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA MALANG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA MALANG PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA MALANG No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) 1. Meningkatnya kualitas, aksesibilitas dan pemerataan pelayanan pendidikan 1. Angka

Lebih terperinci