PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BANGUNHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BANGUNHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL"

Transkripsi

1 PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BANGUNHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL FINANCIAL MANAGEMENT OF BANGUNHARJO VILLAGE SEWON BANTUL Oleh : Damar Santo Prastowo, Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, dams.santo@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo yang berpedoman pada Peraturan Bupati Nomor 88 Tahun 2016 tentang pengelolaan keuangan desa dengan prinsip pengelolaan keuangan desa yang baik yaitu transparan, akuntabeldan partisipatif. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yaitu Kepala Desa Bangunharjo dan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa Bangunharjo (PTPKD). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model Miles and Huberman. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pertanggungjawaban sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengelolaan keuangan desa dengan prinsip transparan belum sepenuhnya bisa berjalan dengan baik karena belum tersedianya informasi yang dapat diakses oleh masyarakat. Prinsip akuntabilitas juga belum optimal karena masih terdapat kesalahan dan keterlambatan pelaporan keuangan Desa Bangunharjo. Partisipasi masyarakat Desa Bangunharjo belum optimal karena terbatasnya media aspirasi masyarakat. Hambatan dalam pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo yaitu sumber daya manusia aparat desa, sistem keuangan desa, dan sarana prasarana pengelola keuangan desa. Abstract This reseach aims to describe financial management of Bangunharjo Village Sewon Bantul be guided Perbup No about financial management village with good financial governance principle that is transparency, accountable, and participatory. This research is descriptive research with qualitative approach. Subject of research of village is head of Bangunharjo village and PTPKD. Data collection techniques used were interviews, documentation, and observation. The data analysis technique used is the model of Miles and Huberman. Mechanical examination of the data validity using triangulation techniques. The results showed that the financial management of the Bangunharjo Village begin of the planning, implementation and accountability reporting is in compliance with applicable regulations. Financial management of the village with the principle of transparency has not been fully able to not good because of the unavailability of information that can be accessed by the public. The principle of accountability is also not optimal because there are errors and delays in financial reporting Bangunharjo village. The village community participation Bangunharjo not optimal because of the limited media community aspirations. Constraints in the village financial management of human resources Bangunharjo village officials, village financial system, and the financial manager of infrastructure of the village. Keywords : Management of financial, good financial management 205

2 PENDAHULUAN Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan desa tersebut (Widjaja, 2003:66). Pemerintah desa yang merupakan pemerintahan terkecil di Indonesia yang telah diatur dalam UU No. 6 Tahun 2014, memberikan hak dan kewajiban salah satunya yaitu desa berhak atas dana dari pusat dan berkewajiban untuk mengelolanya. Potensi dari desa yang berada dalam lingkup kewenangan menjadi hak atas desa sabagai sumber pendapatan desa. Perencanaan pemerintah desa yaitu desa wajib melakukan penyusunan anggaran yang tetuang dalam APBDes, kemudian pelaksanaan program program yang telah direncanakan desa, selanjutnya desa wajib melakukan pelaporan keuangan atas semua dana yang dikeluarkan kepada daerah. Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten di DIY. Di Kabupaten Bantul terdiri dari 75 Desa. Dalam pengelolaan keuangan desa telah diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 88 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Perbup No. 88 Tahun 2016). Perbup inilah yang menjadi pedoman bagi setiap desa di Kabupaten Bantul dalam melakukan pengelolaan keuangan desa. Alokasi dana yang telah diberikan kepada daerah pusat kepada desa atas pemenuhan hak desa sebagai daerah otonom yang dimaksudkan harus diserap habis oleh desa untuk pembiayaan desa dalam melaksanakan pemerintahannya. Dana desa di Kabupaten Bantul dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2015, Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp 97,5 miliar. Selain itu masih ditambah Dana Desa ( DD) Rp 22,5 miliar. Sebelumnya dana yang diberikan ke desa rata rata Rp 200 juta saja beberapa desa di Kabupaten Bantul masih ada yang belum bisa menyerap dana hingga 100%, sekarang ditambah dengan adanya UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, setiap desa bisa menerima dana yang lebih besar lagi dengan rata rata setiap desa mencapai 1 miliar. Banyak desa di Kabupaten Bantul yang mengalami kesulitan akan dana yang tidak sedikit untuk diserap hingga 100%.( read/253069/hadhuh_banyak_lurah_belum _paham_administrasi_dana_desa). Di Kabupaten Bantul telah menetapkan total anggaran untuk desa yaitu sebesar Rp 124 miliar. Namun 206

3 selama lima bulan sejak Januari hingga Mei 2015, dana tersebut mangkrak di APBD Bantul. Baik ADD maupun dana desa tidak dapat dicairkan lantaran belum ada satu pun desa telah menyelesaikan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( APBDes) ( /27/anggaran-desa-rp124-miliar-limabulan-mangkrak ) Banyak desa yang masih banyak kesulitan tentang pengelolaan keuangan desa yang baru. Penyusunan APBDes yang rinci, serta pelaporan keuangan yang harus segera diserahkan pusat daerah dengan waktu yang ditentukan pun masih belum tepat waktu sehingga proses pencairan dana pun molor. Hal ini sangat berdampak bagi pelaksanaan pemerintahaan desa. Karena keterlambatan proses pencairan dana yang tidak tepat waktu sehingga program program yang direncanakan desapun belum langsung bisa berjalan dan hanya menunggu hingga dana diterima desa (Wawancara 16 September 2016). Salah satu elemen panting dalam rangka perwujudan Good Governance adalah adanya pengelolaan keuangan yang baik (Good Financial Governance). Hal ini berarti bahwa salah satu tolok ukur dari pelaksanaan Good Governance suatu negara dapat dilihat dari baik tidaknya pengelolaan keuangan di negara tersebut.(maryono, 2005:16). Peran good financial governance sangat penting dalam proses pengelolaan keuangan, agar dapat menciptakan pengelolaan keuangan yang baik, bersih, tertib dan bertangung jawab karena di dalamnya terdapat asas transparansi, akuntabilitas dan partisipatif. Keterlambatan penyusunan APBDes disebabkan aparat desa kesulitan menyusun rencana anggaran belanja (RAB). Selain itu kemampuan personil tiap desapun berbeda - beda. Beberapa konsekuensi atas keterlambatan penyusunan APBDes yang ditanggung pemerintah desa bersangkutan adalah salah satunya berupa tertundanya pencairan ADD (Wawancara 16 September 2016). Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut peniliti ingin melakukan penelitian yang berjudul Pengelolaan Keuangan Desa Bangunharjo Sewon Bantul. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bangunharjo Sewon Bantul. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 September 2016 hingga 30 Oktober

4 Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah Lurah Desa Bangunharjo, Carik Desa Bangunharjo, Kepala Urusan Keuangan, dan BPD Desa Bangunharjo. Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data Instrumen penelitian adalah diri peneliti sendiri yang harus divalidasi terlebih dahulu untuk mengetahui seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian. Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang dibutuhkan seperti wawancara, dokumentasi serta observasi. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara semi terstruktur (semistructure interview) karena dengan wawancara semi terstruktur peneliti bisa menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. (Sugiyono, 2008: 233). Observasi adalah metode yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Burhan Bungin, 2007: 118). Pengamatan dalam penelitian ini penulis melakukan secara langsung kelapangan untuk mengamati apakah ada informasi - informasi tentang keuangan desa. Menurut Sugiyono (2008: 240), dokumentasi merupakan catatan suatu peristiwa yang sudah berlalu yang biasanya berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental seseorang. Dokumen yang dimaksud adalah semua jenis rekaman atau catatan sekunder, misalnya surat kabar, memo, foto dan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah penelitian yang sedang diteliti. Dokumen dalam penelitian ini digunakan sebagai penunjang atau untuk melengkapi data primer. Dalam penelitian ini dokumen digunakan yaitu seperti yang telah disebutkan diatas. Data-data tersebut diperoleh melalui informan secara langsung. Selain itu, juga diperoleh beritaberita melalui media online mengenai permasalahan pengelolaan keuangan desa dan beberapa hal lain yang terkait pengelolaan keuangan desa. Kemudian transkrip hasil wawancara yang direkam melalui voice recorder juga turut mendukung kelengkapan data dari hasil dokumentasi yang dilakukan peneliti. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2011: 246) yaitu aktivitas dalam analisis data kualitatif harus dilakukan secara terus menerus ampai tuntas, sehingga datanya 208

5 sudah jenuh. Proses analisis yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Aktivitas dalam analisis data, yaitu Data Reduction (Reduksi data), Data Display (Pe nyajian data), dan Verification (kesimpulan). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa. Keuangan Desa dikelola berdasarkan praktik - praktik pemerintahan yang baik (good governance). Asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana tertuang dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 yaitu transparan, akuntabel, partisipatif Dalam melaksanakan pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo dilakukan oleh PTPKD, berikut susunan PTPKD Bangunharjo. Lurah Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili Pemerintah. Pengelolaan keuangan desa terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pertanggungjawaban. Data yang diperoleh untuk mengetahui perencanaan dan penganggaran yang partisipatif Desa Bangunharjo yang harus sesuai dengan unsur-unsur didalam perencanaan itu sendiri yaitu perencanaan harus dilaksanakan dengan adanya upaya pemerintah desa melakukan musyawarah, melibatkan BPD, melibatkan unsur masyarakat dan adanya sosialisasi., berikut dapat dilihat pada tabel : Tabel 1 : Unsur Perencanaan dan Pengangaran Desa Bangunharjo Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diperlihatkan bahwa perencanaan keuangan Desa Bangunharjo sudah berjalan dengan baik dan adanya kesesuaian dengan peraturan yang berlaku. Partisipasi masyarakat dalam proses pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo juga berjalan dengan baik karena dalam proses perencanaan melibatkan semua 209

6 eleman masyarakat seperti BPD, LPMD, Kelompok Pokgiat, Dukuh, PKK, dan tokoh masyarakat. Kemudian pemerintah Desa Bangunharjo belum maksimal dalam melakukan sosialisasi terkait keuangan desa, juga masih ditemukan hambatan pemahaman sistem pengelolaan keuangan desa yang baru oleh aparat Desa Bangunharjo. Kemudian hasil observasi di kantor pemerintah desa Bangunharjo, tidak ditemukan adanya informasi terkait pengelolaan keuangan desa yang ditempel pada papan pengumuman desa Bangunharjo. Media lain seperti web dan pemberitahuan lewat surat kabar peneliti juga tidak menemukan informasi terkait pengelolaan keuangan desa Bangunharjo Konsep transparansi merupakan ketersediaan informasi pada setiap proses penyelengaraan pemerintahan. Informasi tesebut dapat mudah diakses oleh masyarakat sehingga masyarakat dapat mengetahui terhadap semua proses penyelengaraan pemerintahan. Dalam proses pengelolaan keuangan, desa wajib menginformasikan kepada masyarakat. Hal tersebut juga tercantum dalam Perbup Bantul Nomor 88 Tahun 2016 tentang pengelolaan keuangan desa pasal 47 yang menyatakan bahwa laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis atau dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat. Media informasi tersebut antara lain papan pengumuman, radio komunitas, dan media informasi lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa transparansi pengelolaan keuangan desa Bangunharjo belum optimal, karena ketersediaan informasi pengelolaan keuangan desa Bangunharjo yang dapat diakses oleh masyarakat belum ada, sehingga informasi terkait pengelolaan keuangan desa Bangunharjo sangat terbatas Patisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan desa. Dalam pengelolaan keuangan desa masyarakat berhak atas aspirasi atau usulan dalam penyelengaraan pemerintahan. Sehingga pemahaman masyarakat akan meningkat dan peduli terhadap kegiatan penyelengaraan pemerintahan. Dari pemaparan diatas bahwa patisipatif dapat dikatakan belum optimal. Dalam pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah desa yang melibatkan masyarakat sudah berjalan dengan baik namun dalam hal pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan keuangan desa masih minim. Masyarakat yang 210

7 seharusnya mengerti tentang keseluruhan pengelolaan keuangan desa dalam hal ini masih belum paham karena tidak adanya informasi yang sampai pada tingkat penyelengara pemerintah desa yang paling rendah. Pelaksanaan pengelolaan keuangan yang akuntabel Desa Bangunharjo yang harus sesuai dengan unsur-unsur di dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan itu sendiri yaitu pelaksanaan keuangan harus dilaksanakan dengan adanya pencatatan peneriamaan dan pengeluaran keuangan desa, adanya prosedur pelaksanaan keuangan, pengawasan dan adanya penyimpanan/arsip bukti pembayaran, dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 2 : Unsur Pelaksanaan Keuangan Desa Bangunharjo keuangan desa dari BPKP. Semua kegiatan penerimaan dan pengeluaran keuangan desa sudah dicatat dan disimpan sesuai dengan peraturan. Pengawasan pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo dilakukan oleh BPD sebagai wakil dari masyarakat dan inspektorat dari Kabupaten Bantul. Namun masih ada hambatan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan desa yaitu SDM aparat Desa Bangunharjo yang masih minim pengetahuan tentang akuntansi dan TI. Pelaporan keuangan yang akuntabel dari Desa Bangunharjo dengan unsur-unsur didalam pelaporan keuangan itu sendiri yaitu pelaporan keuangan harus dilaksanakan dengan adanya laporan keuangan kepada Bupati Melalui Camat, adanya laporan kepada Ketua BPD, adanya pelaporan keuangan kepada masyarakat, adanya sagksi keterlambatan, penyusunan realisasi anggaran dan evaluasi bersama masyarakat, dipaparkan pada tabel sebagai berikut : Tabel 3 : Unsur Pelaporan dan Berdasarkan tabel diatas menyebutkan bahwa pelaksanaan pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo sudah mengikuti prosedur pengelolaan keuangan yang berlaku yaitu dengan berpedoman pada prosedur pengelolaan 211

8 Pertanggungjawaban Keuangan Desa Bangunharjo Dari tabel di atas, terungkap bahwa pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo belum dapat dikatakan akuntabel dan transparan karena belum dapat memberikan infomasi laporan realisasi keuangan desa kepada masyarakat. Sedangkan prinsip akuntabilitas menghendaki bahwa masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tetapi berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut. Akuntabilitas dipahami bahwa segala kegiatan penyelengaraan pemerintahan harus berdasarkan prosedur kerja dan berpedoman pada kebijakan yang berlaku. Pembuatan laporan pertangunggajawaban kepada pusat dan masyarakat harus dilakukan karena merupakan bukti bahwa setiap kegiatan penyelengaraan pemerintahan benar benar dapat dipertanggungjawabkan. Selanjutnya untuk mencapai akuntabilitas perlu pemberian sanksi yang tegas untuk menjamin agar kegiatan penyelanggaraan pemerintahan terhindar dari kelalaian ataupun kesalahan sehingga praktik praktik pelanggaran dapat dicegah. Mengacu pada Perbup Bantul Nomor 88 tahun 2016 tentang pengelolaan keuangan desa pasal 10 ayat 5 menyebutkan bahwa pemerintah desa berhak atas pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan. Jadi pengelolaan keuangan desa harus dilaksanakan secara tertib dan disiplin dengan batasan waktu yang telah ditetapkan dalam peraturan undang undang. Kesimpulan yang dapat ditarik dari paparan diatas dalam mencapai akuntabilitas pengelolaan desa Bangunharjo belum sepenuhnya optimal. Hal tersebut dikarenakan pemahaman tim PTPKD Bangunharjo belum sepenuhnya memahami prosedur dan mekanisme pelaporan pertanggungjawaban yang harus dikerjakan dengan format yang benar dan sesuai peraturan yang berlaku. Kemudian masih adanya pembenahan jadi ketepatan waktu pelaporan pertanggungjawaban keuangan desa belum dapat tercapai. Selanjutnya belum adanya sanksi yang jelas yang diterapkan pemerintah desa Bangunharjo dalam proses pengelolaan keuangan desa yang dilaksanakan oleh PTPKD Bangunharjo. Selain itu sesuai yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemerintah desa bangunharjo belum menyediakan informasi laporan 212

9 pertanggngjawaban keuangan desa kepada masyarakat, yang seharusnya pemerintah desa memberikan informasi laporan pertanggungjawaban keuangan desa ke pusat dan juga ke masyarakat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Prinsip pengelolaan keuangan yang baik (good financial governance) transparansi, akuntabilitas dan partisipatif, pertama, prinsip transparansi dalam pengelolaan keuangan desa Bangunharjo belum sepenuhnya transparan karena keterbukaan informasi belum bisa dijangkau oleh masyarakat. Pemerintah desa Bangunharjo belum menyediakan informasi tentang pengelolaan keuangan desa untuk bisa diakses oleh masyarakat. Kedua, prinsip akuntabilitas pengelolaan keuangan desa Bangunharjo belum sepenuhnya optimal. Tahap pelaporan keuangan tidak bisa tepat waktu dan mundur karena masih ada kesalahan dan masih harus melakukan pembenahan. Ketiga, prinsip partisipatif dalam pengeolaan keuangan desa Bangunharjo masih belum optimal. Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan keuangan desa masih minim. Juga belum tersedianya informasi terkait musyawarah desa tentang pengelolaan keuangan desa sebagai wadah penyampaian aspirasi masyarakat. Proses pengelolaan keuangan Desa Bangunharjo dari perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan masih terdapat beberapa kendala. Pertama, sumber daya manusia pengelola keuangan desa yang masih minim, masih sedikit yang paham tentang pengetahuan IT dan akuntansi. Kedua, minimnya sarana dan prasarana pendukung dalam pengelolaan keuangan desa Bangunharjo seperti komputer dan sistem keuangan yang berbasis aplikasi untuk mempermudah penyusunan dan pelaporan keuangan desa Bangunharjo. Ketiga, kurangnya pendampingan dan pengawasan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan desa Bangunharjo. Pihak pengelola keuangan desa masih dalam tahap pembelajaran sehingga masih sering mengalami kesalahan dalam pelaporan keuangan menyebabkan ketepatan waktu belum bisa dicapai karena adanya pembenahan dalam pelaporan keuangan. Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diberikan saran sebgai berikut : 1. Pemerintah Desa Bangunharjo perlu menyediakan informasi 213

10 terkait pengelolaan keuangan desa yang dapat diakses semua orang. Seperti informasi yang ditempel pada papan pengumuman desa, atau media lain yaitu surat kabar dan web yang berbasis internet. 2. Perlu adanya pendampingan dan pengawas yang intensif dalam melakukan pengelolaan keuangan desa, sehingga hasil laporan keuangan benar benar akuntabel dan dapat dipertangungjawabkan. 3. Pemerintah Desa Bangunharjo perlu melakukan sosialisasi tentang pengelolaan keuangan desa kepada masyarakat untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan keuangan desa juga dapat mencegah presepsi negatif terhadap pengelolaan keuangan desa. 4. Perlunya sarana dan prasarana pendukung dalam pengelolaan keuangan desa seperti komputer dan sistem pengelolaan keuangan desa berbasis aplikasi untuk mempermudah dalam meyajikan laporan keuangan desa. DAFTAR PUSTAKA Adisasmita Rahardjo, Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu Hani Handoko T Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE- YOGYAKARTA Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi. Moleong, Lexy J Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Peraturan Bupati Kabupaten Bantul Nomor 88 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa Sugiyono Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta 214

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014)

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014) PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DI KELURAHAN TASIKMADU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DI KELURAHAN TASIKMADU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DI KELURAHAN TASIKMADU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK Veronika Erlin Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas

Lebih terperinci

Analisis Perencanaan Dan Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa (Studi pada Kantor Desa Kunir Kidul Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang)

Analisis Perencanaan Dan Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa (Studi pada Kantor Desa Kunir Kidul Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang) Analisis Perencanaan Dan Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa (Studi pada Kantor Desa Kunir Kidul Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang) Mimin Yatminiwati STIE Widya Gama Lumajang miminyatminiwati02@gmail.com

Lebih terperinci

Analisis Kepatuhan Implementasi UU RI Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal Serta Peraturan Turunannya Di Desa Simpang Empat

Analisis Kepatuhan Implementasi UU RI Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal Serta Peraturan Turunannya Di Desa Simpang Empat Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis Vol. 5 No. 1, July 2017, 111-120 E-ISSN: 2548-9836 Article History Received May, 2017 Accepted June, 2017 Analisis Kepatuhan Implementasi UU RI Nomor 6 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang :

Lebih terperinci

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil yang ada di Indonesia, mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan pimpinan

Lebih terperinci

Oleh Mimin Yatminiwati STIE Widya Gama Lumajang. Abstrak

Oleh Mimin Yatminiwati STIE Widya Gama Lumajang. Abstrak IMPLEMENTASI PENGELOLAAN DAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA BERDASARKAN PERMENDAGRI NO.113 TH. 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA (Studi pada Kantor Desa Tempeh Lor Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang)

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENETAPAN BESARAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA BAGI

Lebih terperinci

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS Sirajuddin Saleh, & Hariati Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdampak pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi, yaitu dari pemerintah pusat kepada

Lebih terperinci

JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN Vol. 4, No. 1 (2015)

JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN Vol. 4, No. 1 (2015) KESIAPAN PEMERINTAH DESA LANDUNGSARI MENGHADAPI IMPLEMENTASI ALOKASI DANA DESA SESUAI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 Akasius Akang Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Tribhuwana

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DANA DESA DI KECAMATAN BANJARNEGARA PADA TAHUN Aris Gunawan Wicaksono. H. Andre Purwanugraha

IMPLEMENTASI DANA DESA DI KECAMATAN BANJARNEGARA PADA TAHUN Aris Gunawan Wicaksono. H. Andre Purwanugraha IMPLEMENTASI DANA DESA DI KECAMATAN BANJARNEGARA PADA TAHUN 2015 Aris Gunawan Wicaksono H. Andre Purwanugraha Program Studi Akuntansi Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl. Babarsari No. 43-33, Yogyakarta.

Lebih terperinci

ROSI YULIAWATI ABSTRAK

ROSI YULIAWATI ABSTRAK PENGELOLAAN POTENSI DESA OLEH PEMERINTAH DESA DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DESA (PADES) DI DESA KAWALIMUKTI KECAMATAN KAWALI KABUPATEN CIAMIS ROSI YULIAWATI ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DI SMA MUHAMMADIYAH SE SURAKARTA

ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DI SMA MUHAMMADIYAH SE SURAKARTA ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DI SMA MUHAMMADIYAH SE SURAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi Oleh: DWI HANDAYANI A210130022

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa (UU No. 06 Tahun 2014) pada tanggal 15 Januari tahun 2014, pengaturan tentang Desa mengalami perubahan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 630 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN KEUANGAN UNTUK PENGADAAN SEMEN YANG DIPERUNTUKAN BAGI DESA-DESA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Muh. Rifai Sahempa irahmidar@yahoo.com (Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Publik Pascasarjana

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2014

PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 160 TAHUN 2014 TANGGAL 3-3 - 2014 PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN

Lebih terperinci

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA Maryeta Ernesta Ndiki Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Email: ernesta.melo@yahoo.com

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK, BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 68

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengatur

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengatur I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengatur sistem pemerintahan dalam tiga tingkatan utama, yakni provinsi sebagai daerah otonom terbatas,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MANGKUBUMI KECAMATAN SADANANYA KABUPATEN CIAMIS ASTRI SULASTRI ABSTRAK

PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MANGKUBUMI KECAMATAN SADANANYA KABUPATEN CIAMIS ASTRI SULASTRI ABSTRAK PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MANGKUBUMI KECAMATAN SADANANYA KABUPATEN CIAMIS ASTRI SULASTRI ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh adalah keterkaitan mengenai fakta dan data mengenai proses

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA KEPENGHULUAN DI KEPENGHULUAN PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN ANGGARAN 2015

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA KEPENGHULUAN DI KEPENGHULUAN PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN ANGGARAN 2015 AKUNTABILITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA KEPENGHULUAN DI KEPENGHULUAN PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN ANGGARAN 2015 Husnul Mizan e-mail: husnoelmizan@gmail.com Mayarni Fisip Universitas

Lebih terperinci

Elsa et al., Analisis Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa Di Desa Boreng...

Elsa et al., Analisis Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa Di Desa Boreng... 1 Analisis Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa Di Desa Boreng (Studi Kasus Pada Desa Boreng Kecamatan Lumajang Kabupaten Lumajang) Financial Management Planning Analysis For Villages Fund In Boreng Village

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah berimplikasi pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Hal ini terjadi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN DAN ANALISIS SUMBER SERTA PENGGUNAAN DANA PADA APBDESA SLEMANAN

ANALISIS PERBANDINGAN DAN ANALISIS SUMBER SERTA PENGGUNAAN DANA PADA APBDESA SLEMANAN ANALISIS PERBANDINGAN DAN ANALISIS SUMBER SERTA PENGGUNAAN DANA PADA APBDESA SLEMANAN Dyah Purwitasari *) Sri Witurachmi 1 ) Muhtar 2 ) *Pendidikan Ekonomi-BKK Akuntansi, FKIP Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DI KABUPATEN TANAH

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA KELAS ATAS SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA KELAS ATAS SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA KELAS ATAS SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERANAN BUPATI BADUNG SEBAGAI PENGAWAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERANAN BUPATI BADUNG SEBAGAI PENGAWAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA PERANAN BUPATI BADUNG SEBAGAI PENGAWAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA Oleh Putu Ayu Mas Sugihandari Putu Gede Arya Sumerthayasa Nengah Suharta Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisionalis, dan kolot (Furqaini,Astri:2011). Undang-Undang No. 32 tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisionalis, dan kolot (Furqaini,Astri:2011). Undang-Undang No. 32 tahun 2004 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah desa sering kali identik dengan masyarakatnya yang miskin, tradisionalis, dan kolot (Furqaini,Astri:2011). Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan

Lebih terperinci

Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol VIII, No. 1, April 2017 ISSN

Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol VIII, No. 1, April 2017 ISSN AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANS PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SMP NEGERI 4 RIMBA MELINTANG KABUPATEN ROKAN HILIR (Accountability and Transparancy of Handling Operational Expense

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bubunan Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng

Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bubunan Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bubunan Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng 1 I Putu Andi SuarJaya Putra 1 Kadek Sinarwati, 2 Made Arie Wahyuni Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, SALINAN BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI LAMONGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung dengan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam. pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah

BAB I PENDAHULUAN. langsung dengan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam. pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa sebagai pemerintahan yang bersentuhan dan berinteraksi langsung dengan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai suatu negara yang dibangun diatas dan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai suatu negara yang dibangun diatas dan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu negara yang dibangun diatas dan dari Desa, desa merupakan pelopor sistem demokrasi yang otonom dan berdaulat penuh. Desa merupakan instansi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI PELAYANAN PUBLIK

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI PELAYANAN PUBLIK IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI PELAYANAN PUBLIK Sondil E. Nubatonis, Sugeng Rusmiwari, Son Suwasono Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Ruang lingkup dalam penelitian ini pada bidang sistem rekrutmen karyawan, yang difokuskan pada analisis seleksi penerimaan pegawai outsourcing. Metode penelitian merupakan suatu

Lebih terperinci

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA Deti Kumalasari Detikumala@gmail.com Ikhsan Budi Riharjo Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai dari susunan terkecil suatu organisasi, dalam pemerintahan organisasi ini tidak lain adalah desa

Lebih terperinci

Akuntabilitas Pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) di Kabupaten Madiun Tahun 2013 (Studi Kasus pada Kecamatan Kare)

Akuntabilitas Pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) di Kabupaten Madiun Tahun 2013 (Studi Kasus pada Kecamatan Kare) 1 Akuntabilitas Pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) di Kabupaten Madiun Tahun 2013 (Studi Kasus pada Kecamatan Kare) Management Accountability ADD (Alokasi Dana Desa) in Kabupaten Madiun 2013 (Case Study

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI HAMBATAN-HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS III A SEKOLAH INKLUSI SDN GIWANGAN YOGYAKARTA

IDENTIFIKASI HAMBATAN-HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS III A SEKOLAH INKLUSI SDN GIWANGAN YOGYAKARTA IDENTIFIKASI HAMBATAN-HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS III A SEKOLAH INKLUSI SDN GIWANGAN YOGYAKARTA IDENTIFICATION OF OBSTACLES IN LEARNING TEACHER IN CLASS III A SCHOOL INCLUSION SDN GIWANGAN

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SALINAN BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang

Lebih terperinci

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (Studi kasus : Desa Tegiri dan Desa Sumberagung Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri) Disusun sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BERDASARKAN PERDA KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2015 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Pemerintah Desa adalah kepala Desa yang dibantu oleh perangkat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGETAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi termasuk di bidang keuangan negara. Semangat reformasi keuangan ini telah menjadi sebuah kewajiban dalam

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA

PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANF PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan penelitian untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan metode-metode

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SIMPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA SIMPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DESA SIMPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SIMPANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data, tujuan, dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2012:4) mendefinisikan metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhirakhir ini, membawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau village diartikan sebagai a groups of hauses or shops in a country area,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau village diartikan sebagai a groups of hauses or shops in a country area, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Desa Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis,

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 7 TAHUN 2016

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 7 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENYALURAN ALOKASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MOTIVASI WARGA YANG MENCALONKAN DIRI SEBAGAI KEPALA DESA DI DESA RANDUAGUNG, KECAMATAN SINGOSARI, KABUPATEN MALANG

MOTIVASI WARGA YANG MENCALONKAN DIRI SEBAGAI KEPALA DESA DI DESA RANDUAGUNG, KECAMATAN SINGOSARI, KABUPATEN MALANG MOTIVASI WARGA YANG MENCALONKAN DIRI SEBAGAI KEPALA DESA DI DESA RANDUAGUNG, KECAMATAN SINGOSARI, KABUPATEN MALANG MOTIVATION OF CITIZENS WHO RUN FOR VILLAGE CHIEF IN THE VILLAGE OF RANDUAGUNG, SUBDISTRICT

Lebih terperinci

Akuntabilitas Pengelolaan Dan Pemanfaatan Alokasi Dana Desa Dalam Proses Pembangunan Di Desa Dasri Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013

Akuntabilitas Pengelolaan Dan Pemanfaatan Alokasi Dana Desa Dalam Proses Pembangunan Di Desa Dasri Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 1 Akuntabilitas Pengelolaan Dan Pemanfaatan Alokasi Dana Desa Dalam Proses Pembangunan Di Desa Dasri Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013 (Accountability Management And Utilization Of Allocation

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA, BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 Peraturan Menteri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN -1- PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010

I. PENDAHULUAN -1- PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010 LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 8 Tahun 2010 Tanggal : 6 Agustus 2010 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010 PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD)

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG . BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Transparansi (Transparancy) Transparansi menurut Mardiasmo (2004:30) berarti keterbukaan (openness) pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Review Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk menganalisis pengelolaan keuangan lembaga publik, diantaranya Sumiati (2015), meneliti tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM MENGELOLA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM MENGELOLA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) PERAN PEMERINTAH DESA DALAM MENGELOLA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) Valentine Queen Chintary dan Asih Widi Lestari Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN Oleh : NAMA : HASIS SARTONO, S.Kom NIP : 19782911 200312 1 010

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN

Lebih terperinci

Jesly Marlinton 1. Kata Kunci : pengawasan, pengelolaan, alokasi dana desa (ADD)

Jesly Marlinton 1. Kata Kunci : pengawasan, pengelolaan, alokasi dana desa (ADD) ejournal Pemerintahan Integratif, 2018, 6 (2): 284-293 ISSN: 2337-8670 (online), ISSN 2337-8662 (print), ejournal.pin.or.id Copyright 2018 STUDI TENTANG PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa sebagai penyangga utama pelaksanaan

Lebih terperinci

ASAS-ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM PENCAPAIAN AKUNTABILITAS PENGGUNAAN DANA DESA DI DESA KARANG AGUNG KABUPATEN PALI

ASAS-ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM PENCAPAIAN AKUNTABILITAS PENGGUNAAN DANA DESA DI DESA KARANG AGUNG KABUPATEN PALI ASAS-ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM PENCAPAIAN AKUNTABILITAS PENGGUNAAN DANA DESA DI DESA KARANG AGUNG KABUPATEN PALI Rosy Armaini Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya rosyarmaini@yahoo.com

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP ALOKASI DANA KAMPUNG (ADK) DALAM PEMBANGUNAN DI KAMPUNG INTU LINGAU KECAMATAN NYUATAN KABUPATEN KUTAI BARAT

PENERAPAN PRINSIP ALOKASI DANA KAMPUNG (ADK) DALAM PEMBANGUNAN DI KAMPUNG INTU LINGAU KECAMATAN NYUATAN KABUPATEN KUTAI BARAT ejournal Ilmu Pemerintahan, 2014, 2 (1): 1842-1852 ISSN 2338-3651, ejournal. ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2014 PENERAPAN PRINSIP ALOKASI DANA KAMPUNG (ADK) DALAM PEMBANGUNAN DI KAMPUNG INTU LINGAU KECAMATAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009.

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009. LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009. PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD)

Lebih terperinci

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN KEPALA DESA NITA NOMOR 4 TAHUN 2015

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN KEPALA DESA NITA NOMOR 4 TAHUN 2015 KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN KEPALA DESA NITA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN BAGI LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 2.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2013

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 2.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 2.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 135 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENYALURAN ALOKASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good Governance begitu popular. Hampir di setiap peristiwa penting yang menyangkut masalah pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Ruang lingkup dalam penelitian ini pada analisis pelaksanaan program BPJS Kesehatan pada Laboratorium Klinik Patra Medica Pati ditinjau dari manajemen sumber daya manusia. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian merupakan metode ilmiah (scientific method). Metode ilmiah

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian merupakan metode ilmiah (scientific method). Metode ilmiah 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah cara-cara untuk memperoleh pengahuan atau memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Pada dasarnya metode penelitian

Lebih terperinci

MANFAAT PENGGUNAAN BUKU PENGHUBUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI GURU DENGAN ORANG TUA SISWA KELAS IIA SD MUHAMMADIYAH 3 NUSUKAN SURAKARTA

MANFAAT PENGGUNAAN BUKU PENGHUBUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI GURU DENGAN ORANG TUA SISWA KELAS IIA SD MUHAMMADIYAH 3 NUSUKAN SURAKARTA MANFAAT PENGGUNAAN BUKU PENGHUBUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI GURU DENGAN ORANG TUA SISWA KELAS IIA SD MUHAMMADIYAH 3 NUSUKAN SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN 201515 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 Peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penilitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti penelitian yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 2 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 2 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 2 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG RUMUSAN DAN PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG RUMUSAN DAN PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG RUMUSAN DAN PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Duwet Kecamatan Bendo Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Duwet Kecamatan Bendo Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan mengetahui pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Duwet Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan Tahun

Lebih terperinci

PERAN CAMAT DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN KEUANGAN DESA DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA KEMENDAGRI 2016

PERAN CAMAT DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN KEUANGAN DESA DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA KEMENDAGRI 2016 PERAN CAMAT DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN KEUANGAN DESA DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA KEMENDAGRI 2016 BAB XIV BINWAS (UU Ps. 112-115) PEM., PEMPROV., DAN PEMKAB/KOTA MEMBINA & MENGAWASI PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Timur. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan Kota Nganjuk

BAB III METODE PENELITIAN. Timur. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan Kota Nganjuk 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kota Nganjuk, Provinsi Jawa Timur. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan Kota Nganjuk merupakan daerah asal dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan audit atas laporan keuangan pada KAP Drs. Joseph Munthe, M.S.,

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan audit atas laporan keuangan pada KAP Drs. Joseph Munthe, M.S., BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Seperti yang telah dijelaskan dalam bab pendahuluan sebelumnya, bahwa tujuan dari diadakannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan perencanaan

Lebih terperinci