Menilik Pangan Kedaluwarsa, Terhindar dari Keracunan
|
|
- Suparman Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Menilik Pangan Kedaluwarsa, Terhindar dari Keracunan Berbicara tentang pangan kedaluwarsa, sebaiknya kita memahami dan mengenal definisi dari tanggal kedaluwarsa. Tanggal kedaluwarsa suatu produk pangan merupakan tanggal yang menyatakan bahwa produk sudah melewati batas waktu penggunaan sebagaimana yang ditetapkan dan dapat ditemukan tercetak pada label kemasan produk pangan. Peraturan Menteri Kesehatan No. 180 / MENKES / PER / IV / 1985 tentang Makanan Daluwarsa menjelaskan bahwa tanggal kedaluwarsa merupakan batas akhir suatu makanan dijamin mutunya sepanjang penyimpanan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen. Secara umum penulisan tanggal kedaluwarsa dicetak pada kemasan produk pangan oleh perusahaan produksi atau retailer untuk mengidentifikasi tanggal dan waktu produksi serta batas penggunaan produk, di mana penanggalan kedaluwarsa dicetak dengan format kalender yang terdiri dari tanggal, bulan, dan tahun atau bulan dan tahun. Pangan, termasuk pangan olahan, harus memenuhi kriteria keamanan, mutu, dan gizi. Sebagaimana yang dijelaskan dalam peraturan menteri kesehatan, selama penyimpanan pangan sesuai dengan anjuran, mutu produk pangan terjamin dengan tanggal kedaluwarsa. Pangan yang telah lewat tanggal kedaluwarsanya tidak serta-merta dianggap telah mengalami penurunan mutu, hanya saja tidak ada jaminan bahwa mutu produk pangan masih baik. Jenis-Jenis Penandaan Kedaluwarsa Ketika konsumen membeli produk pangan, istilah-istilah di bawah ini akan ditemukan pada kemasan yang ditujukan untuk penandaan kedaluwarsa produk dan menandakan masa layak konsumsi dari suatu produk pangan. Label Expire date menandakan bahwa produk sudah tidak layak konsumsi setelah tanggal tersebut dan sebaiknya tidak dikonsumsi, definisi yang sama juga berlaku pada label do not use after atau jangan dikonsumsi setelah. Gambar 1. Penandaan Tanggal Kedaluwarsa pada Kemasan Produk Pangan Berupa Label Best Before atau Expire date Sumber: questfoodexchange.com; consumerist.com; thedailypedia.com Ketahanan Mutu Produk Pangan Penentuan tanggal kedaluwarsa oleh produsen pangan dilakukan berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh produsen produk pangan. Berbagai riset atau pengujian dilakukan pada pangan terhadap beberapa cara penyimpanan, termasuk tempat dengan kondisi suhu, kelembapan, dan ventilasi cahaya dengan mengamati dan menganalisa perubahan mutu pangan untuk mengetahui seberapa lama pangan dapat bertahan mutunya dan layak dikonsumsi. Penentuan daya tahan produk pangan dimulai dari proses pengembangan produk, homogenitas produk serta faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba
2 (ph, kandungan air dan distribusi kelembapan, kadar garam, dan bahan pengawet). Semua faktor tersebut dikontrol dengan tepat dan dievaluasi. Profil kimia, fisika, dan mikrobiologis produk pangan dari beberapa batch 1 produk harus tersedia pada tahap pengembangan produk. Di samping itu, potensi kontaminasi pada produk dan bahan pengemas yang digunakan juga harus diidentifikasi dan dievaluasi untuk mendukung pengujian dalam menentukan ketahanan atau stabilitas mutu produk pangan pada masa kedaluwarsa produk pangan tersebut. Pengujian ketahanan atau stabilitas mutu produk pangan, baik pada proses pengembangan produk maupun proses produksi komersial, terutama dilakukan pada kondisi penyimpanan yang dianjurkan, sebagai contoh, pangan yang dianjurkan untuk disimpan di lemari pendingin akan dilakukan pengujian stabilitas pada suhu 5ºC. Pada pengujian tersebut, stabilitas profil kimia dan fisika produk pangan diamati, dan pengujian terhadap mikroorganisme penyebab pembusukan dan patogen yang tahan suhu rendah juga dilakukan. Parameter penilaian profil mikroba berbeda-beda sesuai dengan spesies mikroorganisme patogen yang akan diuji pertumbuhannya dalam produk pangan seperti yang tertera dalam Tabel 1. Patogen Suhu Kadar Garam ph Aktivitas Air Keterangan Bacillus cereus < 4,0ºC >7% <4,30 <0,91 Anaerob fakultatif Clostridium botulinum < 3,3ºC >5% <5,00 <0,97 Anaerob obligat Listeria monocytogenes <-0,4ºC >10% <4,39 <0,92 Anaerob fakultatif Yersinia enterocolitica <-1,3ºC >7% >4,20 Anaerob fakultatif Tabel 1: Batas Parameter Pertumbuhan Galur Patogen Tahan Suhu Rendah Sumber: (ANZFA, 2001; Roberts T., 1996) Pengujian ketahanan atau stabilitas mutu produk pangan juga dilakukan setelah pemasaran untuk tujuan evaluasi, yaitu membuktikan bahwa produk pangan dapat mempertahankan mutunya sampai pada batas kedaluwarsa yang ditentukan. Akan tetapi, pengujian dapat dihentikan di tengah proses dan dianggap gagal apabila telah terbukti bahwa produk pangan menunjukkan tanda-tanda penurunan mutu sebelum tercapainya batas kedaluwarsa sebagaimana yang ditentukan pada label kemasan. Penilaian profil kimia, fisika, dan mikrobiologi selama uji stabilitas harus dilakukan secara komprehensif agar tidak menimbulkan kesalahan pengambilan kesimpulan. Beberapa perubahan yang dapat diamati dan terjadi selama penyimpanan pada uji ketahanan atau stabilitas mutu antara lain; Perubahan ph, dapat disebabkan oleh aktivitas mikroba atau kegagalan sistem pendapar/buffer ph. Kandungan air yang terdistribusi kembali, dapat disebabkan oleh sineresis (kandungan air keluar dari produk pangan, seperti pada jeli), kondensasi, atau emulsi pecah Ketahanan atau stabilitas pengawet 1 Batch atau Bets merupakan sejumlah obat yang mempunyai sifat dan mutu yang seragam, yang dihasilkan dalam satu siklus pembuatan atas suatu perintah pembuatan tertentu
3 Tanda-tanda pertumbuhan mikroorganisme di permukaan Migrasi kimia ke dalam produk pangan dari material yang berkontak dengan produk Perubahan lain pada produk pangan yang tidak diprediksi sebelumnya Ciri-Ciri Pangan Kedaluwarsa Tanggal kedaluwarsa dianggap penting karena faktor kesehatan dan keamanan ketika mengonsumsi pangan tersebut. Faktor kesehatan yang dimaksud adalah nutrisi yang terkandung dalam pangan, sedangkan alasan keamanan dilihat dari faktor mikrobiologis, aktivitas mikroba pada pangan menimbulkan bahaya kesehatan sebelum tanda-tanda pembusukan terlihat. Di samping melihat tanggal kedaluwarsa yang tercantum pada label pangan, penting juga untuk mengetahui tanda-tanda pangan kedaluwasa, sebab pada kondisi penyimpanan tertentu yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku, pembusukan dapat terjadi dan menyebabkan pangan tidak layak konsumsi sebelum waktu kedaluwarsa. Perubahan produk yang dapat diamati sebagai tanda bahwa pangan sudah tidak layak untuk dikonsumsi antara lain; Bau tengik/apak Perubahan tekstur Penurunan atau peningkatan kelembapan Penurunan rasa Pembusukan akibat aktivitas mikroba Potensi Mikroorganisme dalam Pangan Kedaluwarsa Perubahan warna dan aroma akibat paparan cahaya Perubahan warna karena aktivitas enzim (enzymatic browning) Perubahan warna karena aktivitas kimia (chemical browning) Hal yang paling diwaspadai dari pangan kedaluwarsa adalah kontaminasi mikroorganisme dan migrasi kimia dari bahan pengemas ke produk pangan. Pada pangan olahan, meskipun tidak semua produk merupakan produk pangan olahan steril, terdapat kriteria mikroorganisme yang harus dipenuhi untuk menjamin ketahanan mutu produk olahan pangan tersebut. Dalam Peraturan Kepala Badan POM No. 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam Pangan Olahan, kriteria mikrobiologi dijelaskan sebagai ukuran manajemen risiko yang menunjukkan keberterimaan suatu pangan atau kinerja proses atau sistem keamanan pangan yang merupakan hasil dari pengambilan sampel dan pengujian mikroba, toksin atau metabolitnya atau penanda yang berhubungan dengan patogenisitas atau sifat lainnya pada titik tertentu dalam suatu rantai pangan. Pada umumnya, kontaminan mikroorganisme pada pangan basi adalah bakteri patogen genus Listeria atau Salmonella. Selain dua genus bakteri tersebut, bakteri lain seperti Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Shigella, E. coli, dan Clostridium perfringens juga diketahui dapat mengontaminasi pangan yang sudah kedaluwarsa, terutama risiko botulisme oleh Clostridium botulinum atau galur tertentu dari Clostridium butyricum dan Clostridium baratii pada makanan kaleng kedaluwarsa. Membuat makanan kalengan rumahan seperti pembuatan acar kedelai hijau, acar sawi, dan acar tomat, juga harus berhati-hati, sebab makanan kalengan buatan rumah juga merupakan salah satu produk pangan yang paling rentan terkontaminasi Clostridium botulinum.
4 Fungi yang juga merupakan mikroorganisme kontaminan dapat menjadi indikator nyata bahwa pangan telah kedaluwarsa dan tidak layak dikonsumsi. Kapang, salah satu jenis fungi multiseluler berukuran mikroskopik, merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat tumbuh pada pangan yang kedaluwarsa, organisme ini akan menghasilkan mikotoksin yang menyebabkan gejala keracunan. Beberapa jenis fungi yang umum ditemukan pada produk pangan adalah Alternaria, Aspergillus, Botrytis, Cladosporium, Fusarium, Geotrichum, Monilia, Manoscus, Mortierella, Mucor, Neurospora, Oidium, Oosproa, Penicillium, Rhizopus dan Thamnidium. Gambar 2. Pertumbuhan Fungi pada Buah Gambar 3. Pertumbuhan Fungi pada Makanan dalam Kemasan Dampak dan Gejala Mengonsumsi Pangan Kedaluwarsa Dampak kesehatan yang timbul akibat mengonsumsi pangan kedaluwarsa dapat bervariasi dari tanpa gejala hingga gejala berat, tergantung dengan jenis dan kapan pangan tersebut dikonsumsi. Gejala yang ditimbulkan pun bermacam-macam, akan tetapi yang paling umum dalam kasus keracunan makanan antara lain; Nyeri atau kram perut Sakit kepala Muntah berulang Pusing Diare Demam Dehidrasi Gejala yang timbul dapat bertahan selama beberapa jam, hari, bahkan minggu tergantung tingkat keparahan keracunan korban. Botulisme merupakan gejala yang jarang terjadi, namun merupakan gejala yang serius sehingga perlu perhatian khusus. Botulisme disebabkan oleh toksin botulinum yang menyerang persarafan. Gejala yang timbul akibat botulisme antara lain; penglihatan ganda atau buram kelopak mata sulit terbuka bicara cadel kesulitan bernapas mual muntah kesulitan menelan mulut kering lemah otot lemah otot wajah kram perut paralisis Fungi jenis Aspergillus flavus terkenal karena menghasilkan toksin spesifik yang disebut Aflatoksin. Aflatoksin merupakan racun alami yang dapat menginduksi cidera hepatoseluler akut dan kronik sehingga berakibat pada kegagalan fungsi hati bahkan kanker hati.
5 Pencegahan Keracunan Akibat Mengonsumsi Pangan Kedaluwarsa Mencuci tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan Hindari menghirup makanan atau minuman yang sudah kedaluwarsa atau tampak ditumbuhi jamur karena akan menimbulkan masalah pernapasan. Periksa tanggal kedaluwarsa pada kemasan pangan Hindari membeli dan mengonsumsi pangan yang sudah kedaluwarsa, memiliki bau dan rasa tidak enak, serta tanda-tanda pembusukan lain. Hindari membeli atau mengonsumsi makanan kaleng yang tampak telah menggembung atau penyok karena dicurigai adanya kontaminasi mikroorganisme. Hindari membuat makanan kalengan sendiri di rumah jika tidak memahami prosedur sanitasi dan higienitas yang benar. Hindari memberikan makanan yang berisiko keracunan akibat toksin dari bakteri Clostridium botulinum pada anak dan bayi seperti makanan kaleng dengan kondisi kemasan kurang baik, atau memberikan madu asli pada bayi dibawah usia 12 bulan. Menjaga suhu pangan di bawah 50ºC atau di atas 60ºC, pertumbuhan mikroba akan lebih lambat atau terhenti. Menyimpan produk pangan sesuai dengan suhu yang dianjurkan berdasarkan jenis produk pangan, misalnya produk yang harus disimpan dingin, seperti susu pasteurisasi, keju, sosis dan sari buah dalam lemari pendingin dan produk pangan olahan beku, seperti nugget, dan es krim dalam freezer. Menyimpan pangan yang tidak habis dimakan dalam lemari pendingan Tidak membiarkan pangan beku mencair pada suhu ruang Buang pangan yang sudah kedaluwarsa dan jauhkan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Bersihkan meja dapur atau area tempat menyimpan makanan secara rutin. Bersihkan bagian dalam lemari pendingin setiap beberapa bulan. Sikat kapang pada karet penutup lemari pendingin. Jaga kebersihan kain pengering piring dan tangan, spons pencuci piring, pengepel lantai. Bau tengik menandakan adanya pertumbuhan kapang. Buang kain pembersih atau spons yang sudah tidak dapat dicuci. Jaga kelembapan rumah di bawah 40% Jika diketahui pangan ditumbuhi kapang, periksa benda atau pangan disekitarnya sebab kapang dapat menyebar dengan cepat, terutama pada buah dan sayuran Pertolongan Pertama Keracunan Pangan Kedaluwarsa Jangan memberikan pertolongan apapun kepada korban yang tidak sadar/pingsan, segera bawa ke rumah sakit Bila korban dalam keadaan sadar dan terjaga : o Muntah dan diare merupakan reaksi tubuh terhadap racun yang masuk, ini merupakan cara yang terbaik agar racun keluar dari dalam tubuh, namun harus dijaga agar tubuh tidak mengalami dehidrasi dengan memberikan minum cairan elektrolit dalam jumlah sedikit namun sering.
6 o Berikan minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang o Berikan arang aktif (diberikan segera selambat-lambatnya 1 jam setelah mengkonsumsi roti yang berkapang) dengan dosis: Anak-anak : 1 2 g/kg BB Dewasa : 50 to 100 g o Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat jika kondisi korban semakin memburuk seperti muntah dan diare lebih dari 24 jam, buang air besar yang disertai darah, demam. Kejadian keracunan pangan terjadi melalui rute paparan oral. Tipe pencemar dan jumlah yang tertelan akan memengaruhi gejala keracunan yang timbul. Pada umumnya apabila korban keracunan mengalami muntah dan diare kurang dari 24 jam, perawatan dapat dilakukan di rumah dengan memperhatikan asupan cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang karena muntah dan diare. Selama gejala muntah dan diare, korban sebaiknya dihindari dari pemberian makanan padat, alkohol, minuman berkafein, dan minuman yang mengandung gula. Apabila korban menunjukkan tanda-tanda perburukan gejala, sebaiknya segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit untuk diberikan penanganan medis, terutama jika korban tidak dapat minum sehingga asupan cairan harus diberikan melalui infus intravena. Antibiotika jarang diperlukan pada penanganan keracunan pangan, dan pada beberapa kasus pemberian antibiotika dapat memperburuk gejala. Jika korban merupakan ibu hamil, lansia, bayi, balita dan anak-anak, serta penderita gangguan sistem imun, segera dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk segera memperoleh penanganan medis. Daftar Acuan ANZFA. (2001). Date Marking User Guide to Standard Date Marking of Packaged Food. Australia New Zealand Food Authority. Peraturan Kepala Badan POM Nomor 16 Tahun 2016 Tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam Pangan Olahan Badan POM. (2016, September 20). Amankah Produk Pangan Kedaluwarsa. Dipetik Maret 22, 2017, dari InfoBPOM: Badan POM. (2017). Artikel: Keracunan Pangan Akibat Bakteri Patogen. Dipetik April 20, 2017, dari SIKer Nasional: Akibat-Bakteri-Patogen3.pdf Badan POM. (2017). Q & A: Keracunan Roti Berjamur. Dipetik April 20, 2017, dari SIKer Nasional: Badan POM RI. (2010, Juni). No. HK tentang Pencantuman Informasi Asal Bahan Tertentu, Kandungan Alkohol, dan Batas Kedaluwarsa pada
7 Penandaan/Label Obat, Obat Tradisional, Suplemen Makanan, dan Pangan. Peraturan Kepala Badan POM RI. Jakarta: Badan POM RI. Foodshare. (2015, Desember 15). Fod Storage and Shelf Life Guidelines. Dipetik Maret 20, 2017, dari f?docid=5822 Kementerian Kesehatan RI. (1985). No. 180/MENKES/PER/IV/1985 tentang Makanan Daluwarsa. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dipetik Maret 21, 2017, dari KBBI Daring: NSW Food Authority. (2010). Shelf Life Testing, Used-By Dates for Food Safety. New South Wales: New South Wales Australia Food Authority. Roberts T., B.-P. A. (1996). Microorganism in Foods 5, Microbiological specifications of food pathogens, First ed. Dalam ICMSF. Blackie Academic and Professional. U.S. Department of Health & Human Services. (2016, Mei 3). Botulism. Dipetik April 18, 2017, dari Centers for Diseases Control and Prevention: U.S. Department of Health & Human Services. (2017, April 17). Food Poisoning. Dipetik April 17, 2017, dari Food Safety: US Department of Agriculture. (2013, Agustus 22). Molds On Food. Dipetik April 18, 2017, dari FSIS: US Department of Agriculture. (2016, Desember 14). Food Product Dating. Dipetik Maret 21, 2017, dari USDA FSIS: US National Library of Medicine. (2016, Desember 21). Botulism. Dipetik April 18, 2017, dari Medline Plus:
KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN
KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan maupun mempertahankan hidup. Namun, dapat pula timbul penyakit yang disebabkan oleh pangan.
Lebih terperinciFaktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup
Marselinus Laga Nur Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup Bacilus cereus Gram-positif Aerobik membentuk endospora Tahan terhadap panas kering dan disinfektan kimia
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta (BBKPSH) merupakan unit pelaksana teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian yang berkedudukan di Bandara Udara Internasional
Lebih terperinciTeknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan
Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.
4.1 Angka Lempeng Total (ALT) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Angka lempeng total mikroba yang diperoleh dari hasil pengujian terhadap permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6. Tabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tahu merupakan makanan yang biasa dikonsumsi bukan hanya oleh masyarakat Indonesia tetapi juga masyarakat Asia lainnya. Masyarakat Indonesia sudah sangat lama mengkonsumsi
Lebih terperinciMIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12
MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME MAKANAN DAN KEMASAN Bahan pangan mempunyai mikroflora spesifik yang
Lebih terperinciTOKSIN MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti
TOKSIN MIKROORGANISME Dyah Ayu Widyastuti Toksin bisa juga disebut racun Suatu zat dalam jumlah relatif kecil, bila masuk ke dalam tubuh dan bekerja secara kimiawi dapat menimbulkan gejala-gejala abnormal
Lebih terperinciKEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu
KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menekankan tentang tantangan dan peluang terkait Keamanan Pangan. Keamanan pangan sangat penting karena keterkaitannya
Lebih terperinciASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN
ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak asasi setiap orang untuk keberlangsungan hidupnya. Makanan adalah unsur terpenting dalam menentukan
Lebih terperinciPangan dengan potensi bahaya. Bahan Pangan Apa yang Mudah Terkontaminasi? BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA
BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA FISIK BAHAYA KIMIA BEBAS BAHAYA Mengapa Keamanan Pangan Penting? Melindungi
Lebih terperinciBERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA
BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Mengapa Keamanan Pangan Penting? Melindungi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi manusia. Selain mutu proteinnya tinggi, daging juga mengandung asam amino essensial yang lengkap
Lebih terperinciXIII. JAMUR DAN MIKOTOKSIN DALAM PANGAN
XIII. JAMUR DAN MIKOTOKSIN DALAM PANGAN Jamur dapat tumbuh pada berbagai jenis pangan, dan pertumbuhannya akan menyebabkan terjadinya kerusakan pangan yang bersangkutan, diantaranya kerusakan flavor, warna,
Lebih terperinciSAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food
SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food Safety Food (keamanan pangan) diartikan sebagai kondisi pangan aman untuk dikonsumsi. Safety Food secara garis besar digolongkan menjadi 2 yaitu aman
Lebih terperinciAnalisis Kandungan Mikroba Pada Permen Soba Alga Laut Kappaphycus Alvarezii Selama Penyimpanan
Analisis Kandungan Mikroba Pada Permen Soba Alga Laut Kappaphycus Alvarezii Selama Penyimpanan 1,2 Srinildawaty Badu, 2 Yuniarti Koniyo, 3 Rully Tuiyo 1 badu_srinilda@yahoo.com 2 Jurusan Teknologi Perikanan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah kesehatan
Lebih terperinciAMANKAH PANGAN ANDA???
AMANKAH PANGAN ANDA??? BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan KEAMANAN PANGAN Pangan yang tidak
Lebih terperinciSEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP SEL VEGETATIF DAN SPORA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Manusia membutuhkan nutrisi yang bersumber dari makanan agar tubuh tetap sehat dan bugar sehingga dapat menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini masalah keamanan pangan sudah merupakan masalah global, sehingga mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan masyarakat. Letusan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya (Santoso & Anne, 1999). Warung makan
Lebih terperinciMENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN
1 MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN Pengalengan Metode pengawetan dengan pengalengan ditemukan oleh Nicolas Appert, seorang ilmuwan Prancis. Pengertian
Lebih terperinciPrinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri
Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang membutuhkan pertolongan segera, karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera maka
Lebih terperinciMIKROORGANISME PATOGEN. Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan
MIKROORGANISME PATOGEN Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan Sub Pokok Bahasan Definisi mikroorganisem pathogen Infeksi dan intoksikasi Jenis-jenis mikroorganisme pathogen dalam makanan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Jenis cemaran mikroba dan batas maksimum
216 LAMPIRAN Peraturan Kepala Badan Pengawas obat dan Makanan Nomor Hk.00.06.1.52.40.11 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan vital manusia yang harus terpenuhi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak akan berjalan dan tidak dapat menjamin kesehatan tubuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keamanan pangan, dalam UU RI no 7 tahun 1996 didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan manusia untuk pertumbuhan dan perkembangan badan. Makanan yang dikonsumsi harus aman dan
Lebih terperinciMEWASPADAI CEMARAN AFLATOKSIN PADA PANGAN
MEWASPADAI CEMARAN AFLATOKSIN PADA PANGAN Kapang dapat menghasilkan metabolit beracun yang disebut mikotoksin. Mikotoksin terutama dihasilkan oleh kapang saprofit yang tumbuh pada bahan pangan atau pakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan kimia yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan.
Lebih terperinciWaspada Keracunan Mikroba pada Air Minum Dalam Kemasan
Waspada Keracunan Mikroba pada Air Minum Dalam Kemasan Air merupakan unsur yang amat vital bagi kehidupan manusia untuk berbagai keperluan, seperti memasak, mencuci, mandi, serta minum. Kebutuhan air bersih,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging adalah salah satu pangan asal hewan yang mengandung zat gizi yang sangat baik untuk kesehatan dan pertumbuhan manusia, serta sangat baik sebagai media pertumbuhan
Lebih terperinciEnterobacter sakazakii dan Meningitis
Enterobacter sakazakii dan Meningitis Oleh : Djadjat Tisnadjaja Beberapa waktu lalu, masyarakat, khususnya ibu-ibu yang memiliki balita dan terbiasa memberikan nutrisi tambahan bagi bayi atau balita kesayangannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi
15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting. Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan dikonsumsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting karena berkaitan dengan kondisi tubuh manusia. Apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak terjaga kebersihannya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Higienis dan Sanitasi Higienis adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salmonella sp dapat menyebabkan dua masalah penyakit, yaitu yang pertama adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salmonella sp merupakan bakteri patogen penyebab penyakit pada manusia. Salmonella sp dapat menyebabkan dua masalah penyakit, yaitu yang pertama adalah Salmonellosis:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversity dengan jumlah tanaman obat sekitar 40.000 jenis, namun baru sekitar 2,5% yang telah dieksplorasi
Lebih terperincibahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Es digunakan sebagai salah satu metode atau cara pengawetan bahan-bahan makanan, daging, ikan, makanan dalam kaleng, serta digunakan untuk pendingin minuman. Es yang digunakan
Lebih terperinciBahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,
Lebih terperinciANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA
ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA Siti Fatimah1, Yuliana Prasetyaningsih2, Meditamaya Fitriani Intan Sari 3 1,2,3 Prodi D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa
Lebih terperinciKontaminasi Pada Pangan
Kontaminasi Pada Pangan Sanitasi Industri Nur Hidayat Materi Sumber-sumber kontaminasi Keterkaitan mikroorganisme dengan sanitasi Hubungan alergi dengan proses sanitasi 1 Sumber-sumber kontaminasi 1. Bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. untuk memenuhi hampir semua keperluan zat-zat gizi manusia. Kandungan yang
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Susu dan produk olahannya merupakan pangan asal hewan yang kaya akan zat gizi, seperti protein, lemak, laktosa, mineral dan vitamin yang dibutuhkan untuk memenuhi hampir
Lebih terperinciPengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani
Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Bahan makanan umumny mudah rusak (perishable). Perhatikan saja, buah-buahan dan sayuran yang kita panen. Kita dapat melihat
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN
LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)
3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Ikan Ompok hypophthalmus dikenal dengan nama daerah selais, selais danau dan lais, sedangkan di Kalimantan disebut lais
Lebih terperinciTugas Manajemen Mutu Terpadu. 3. Penanganan dan pengolahan Penanganan dan pengolahan cumi-cumi beku sesuai SNI :2010.
Nama : RaisAbdullah NPM : 230110097026 Kelas : Perikanan B Tugas Manajemen Mutu Terpadu Spesifikasi CUMI-CUMI BEKU SNI 2731.1:2010 1. Istilah dan definisi cumi-cumi beku merupakan produk olahan hasil perikanan
Lebih terperinciSosis ikan SNI 7755:2013
Standar Nasional Indonesia Sosis ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keracunan makanan noncorosive agent
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Keracunan makanan noncorosive agent a. Definisi makanan Makanan adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh manusia. Makanan tidak hanya dituntut cukup
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Nasi Uduk Makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia adalah nasi. Menurut Kristiatuti dan Rita (2004) makanan pokok adalah makanan yang dapat dikonsumsi
Lebih terperinciSumber penularan penyakit. Penerima. Diagram Penularan Penyakit
BAB 2 PENYAKIT BAWAAN MAKANAN (FOOD BORNE DISEASE) Sumber penularan penyakit orang sakit binatang / insekta tanaman beracun parasit Penerima manusia hewan Penyebaran penyakit tergantung pada kontak langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. Penggemar makanan jajanan ini merata mulai dari anak-anak sampai orang dewasa sehingga pedagang makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan dengan kandungan gizi lengkap yaitu terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu bahan pangan yang penting
Lebih terperinciPENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN
PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM
Lebih terperinciPASTEURISASI. Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1
PASTEURISASI Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1 DEFINISI Merupakan perlakuan panas yang bertujuan membunuh mikroba patogen dan pembusuk, serta inaktivasi enzim Proses termal pada produk pangan dengan tujuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu
Lebih terperinciCARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK
CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahu, merupakan salah satu makanan yang digemari oleh hampir semua kalangan masyarakat di Indonesia, selain rasanya yang enak, harganya pun terjangkau oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Oleh karena itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman diperlukan peraturan dalam memproses makanan dan pencegahan terjadinya food borne disease. Selain itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan diupayakan agar lebih tersedia dalam kualitas dan kuantitas secara memadai
Lebih terperinci2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN KADALUWARSA. Menurut Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN KADALUWARSA 2.1 Konsumen 2.1.1 Pengertian konsumen Menurut Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, konsumen adalah setiap
Lebih terperinciPrinsip pengawetan. Mencegah/memperlambat kerusakan mikrobial. Mencegah/memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan
PENGAWETAN MAKANAN DENGAN SUHU TINGGI DAN SUHU RENDAH Pengertian Pengawetan makanan salah satu cara pengolahan pangan yg sering dilakukan untuk mencegah kerusakan bahan pangan & menjaga kualitasnya. Cara
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Air susu ibu merupakan makanan terbaik bagi bayi jika ditinjau dari, komposisi zat gizinya, dimana zat gizi yang terdapat dalam air susu ibu ini sangat kompleks, tetapi ketersediaan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah, Maksud dan tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Kerangka Berpikir, Hipotesa penelitian dan Waktu dan tempat penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare sering terjadi pada anak usia sekolah dan balita dimana angka kejadian diare merupakan penyakit utama yang kedua setelah flu rotavirus. Penyakit ini mempunyai
Lebih terperinciSiomay ikan SNI 7756:2013
Standar Nasional Indonesia Siomay ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen pelengkap minuman (Hadi, 2014). Es batu termasuk produk yang penting dalam berbagai bidang usaha
Lebih terperinci4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP
90 4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP Checklist Standard Sanitation Operational Procedur (SSOP) (Lampiran 4) menunjukkan nilai akhir 83. Sesuai dengan Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011
Lebih terperinciMATA PELAJARAN : PRAKARYA SEMESTER : II Tema : Pengolahan
MATA PELAJARAN : PRAKARYA Kelas : IX SEMESTER : II Tema : Pengolahan Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Siswa mampu: 3.3 menganalisis prinsip perancangan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan komoditas yang multiguna. Tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu, minuman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial masih merupakan masalah yang penting bagi kesehatan karena dapat meningkatkan angka kematian dan salah satu komplikasi tersering bagi pasien yang
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA
PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan 1 PROSEDUR Direktorat
Lebih terperinciBAB IX SANITASI PABRIK
BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran
Lebih terperinciBAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3
BAKTERI PENCEMAR MAKANAN Modul 3 PENDAHULUAN Di negara maju 60% kasus keracunan makanan akibat Penanganan makanan yg tidak baik Kontaminasi makanan di tempat penjualan Di negara berkembang tidak ada data
Lebih terperinciSELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE
SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE 1. N a m a Golongan Mineral Sinonim/Nama Dagang (1,2) Tidak tersedia. Selenium aspartat merupakan komposisi dari sodium selenite, l-aspartic acid, dan protein sayur
Lebih terperinciPENGEMASAN MAKANAN ZAENAB
PENGEMASAN MAKANAN ZAENAB A. MIKROBIOLOGI DALAM PENGEMASAN ASEPTIK Mikrobiologi i makanan dan minuman dalam kemasan aseptik adalah suatu konsep yang membahas tentang mikroorganisme dalam kaitannya dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, pada pasal 1 menyebutkan
Lebih terperinciDehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:
Dehidrasi Pengertian, Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan Pengertian: Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan, sehingga keseimbangan gula-garam
Lebih terperinciPeranan teknologi pangan
Peranan teknologi pangan Peranan teknologi pangan (pengembangan produk olahan) harus ditingkatkan untuk antisipasi kompetisi global saat ini dan di masa depan. Salah satunya dengan memanfaatkan mikroorganisme
Lebih terperinciBLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI
PENGOLAHAN TERMAL I BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI TIM DOSEN PENGAMPU BRAWIJAYA UNIVERSITY 2013 outline 1 PENDAHULUAN 4 STERILISASI 3 PASTEURISASI 2 BLANCHING PENDAHULUAN MERUPAKAN PROSES THERMAL
Lebih terperinciMINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL
MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL 1. N a m a Golongan Essential Oil Sinonim / Nama Dagang (3) Cannabis chinense; Cannabis indica; Hempseed oil Nomor Identifikasi Nomor CAS : 68956-68-3 (1,7) Nomor
Lebih terperinciBacillius cereus siap meracuni nasi anda
AWAS!! Bacillius cereus siap meracuni nasi anda 14 Mei 2008 Iryana Butar Butar Farmasi/B/078114094 Universitas Sanata Dharma Kingdom: Bacteria Phyllum : Firmicutes Classis : Bacilli Ordo : Bacillales Familia
Lebih terperinciTeti Estiasih - THP - FTP - UB
1 2 Merupakan proses thermal yang menggunakan suhu Blansing: perlakuan pendahuluan pada buah dan sayuran Pasteurisasi dan sterilisasi merupakan proses pengawetan pangan 3 Blansing air panas Blansing uap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization atau WHO (2006), mendefinisikan foodborne disease sebagai istilah umum untuk menggambarkan penyakit yang disebabkan oleh makanan dan minuman
Lebih terperinciPENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh
PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN
Lebih terperinciPENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM
PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping memberikan manfaat yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar terhadap manusia terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah menjadi pelengkap kebutuhan pangan manusia yang mempunyai banyak variasi rasa, warna, dan serat yang bermanfaat untuk kesehatan. Selain dikonsumsi secara langsung
Lebih terperinciPengawetan dengan Suhu Tinggi
Pengawetan dengan Suhu Tinggi Pengawetan dengan suhu tinggi adalah salah satu dari sekian banyak metode pengawetan makanan yang sering digunakan. Metode ini sebenarnya sudah sangat familier dalam aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food additive) saat ini sering ditemui pada makanan dan minuman. Salah satu bahan tambahan pada makanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)
I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinci