BENDA ASING KAWAT HALUS DI DALAM HIPOFARING (Laporan Kasus)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BENDA ASING KAWAT HALUS DI DALAM HIPOFARING (Laporan Kasus)"

Transkripsi

1 Jurnal THT - KL Vol.10, No.1, Januari - April 2017, hlm BENDA ASING KAWAT HALUS DI DALAM HIPOFARING (Laporan Kasus) Dimas Adityawardhana, Sri Herawati Juniati Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya PENDAHULUAN Hipofaring adalah bagian dari tenggorok yang berada di belakang laring dan di bawah orofaring. Hipofaring memiliki struktur memanjang mulai dari tulang hioid sampai kartilago krikoid. Batas hipofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior adalah laring, batas inferior adalah esofagus, serta batas posterior adalah vertebra servikal. Hipofaring dibagi menjadi tiga bagian yaitu sinus piriformis lateral, dinding posterior laring dan daerah postkrikoid anterior. Struktur pertama yang tampak di bawah lidah adalah valekula yang merupakan dua cengkungan yang terbentuk oleh ligamentum glosoepiglotika medial dan lateral pada tiap sisi. Di bawah valekula terdapat epiglotis yang berfungsi melindungi glotis ketika makanan atau minuman ditelan menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus. Pada saat lidah mendorong makanan ke hipofaring, otot krikofaring mengalami relaksasi hingga bolus makanan dapat masuk ke esofagus. 1,2 Benda asing hipofaring merupakan masalah yang sering dihadapi dalam bidang THT- KL. Sebuah benda asingyang tertelan dapat tertanam di daerah tonsil, dasar lidah, fossa piriformis atau esofagus bagian atas. Dalam beberapa kasus, benda asing hipofaring yang tajam dapat melubangi struktur di jaringan sekitar dan bermigrasi ke jaringan lunak leher, mempersulit deteksi dengan pemeriksaan yang menggunakan laringoskopi secara langsung. Dalam keadaan tersebut dapat terjadi komplikasi yang berpotensi menyebabkan morbiditas atau bahkan kematian terutama jika gagal untuk mengidentifikasi. 1,2 Meskipun jarang terjadi, benda asing hipofaring termasuk kasus yang harus segera dilakukan diagnosis dan penanganan yang tepat untuk menghindari komplikasi yang bisa terjadi. LAPORAN KASUS Pasien Ny. S perempuan berusia 42 tahun rujukan dari RSUD Jombang dengan keluhan merasa tertelan kawat saat makan tetel pada tanggal 11 April 2014 pukul Pasien datang ke RSUD Dr. Soetomo pada tanggal 12 April 2014 pukul Berdasarkan anamnesis pasien merasa tidak yakin mengenai benda yang tertelan tersebut. Pasien merasa nyeri dan mengganjal di daerah leher sisi kanan dan mengaku sempat mencoba untuk dimuntahkan sendiri dengan memasukkan ujung sendok ke mulut tapi tidak berhasil. Sejak itu pasien tidak berani untuk makan dan minum. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan. Pada laringoskopi indirek tidak tampak benda asing maupun lesi dan hiperemi pada mukosa. Pada hasil foto serviko-toraks AP/lateral di RSUD Jombang tanggal 12 April 2014 pukul terdapat gambaran benda asing setinggi VC 4-5 dengan posisi melintang. Kemudian pasien difoto ulang di RSUD Dr. Soetomo pukul 13.00, didapatkan posisi benda tidak berubah. Kemudian pasien direncanakan untuk dilakukan tindakan esofagoskopi dan eksplorasi. Sebelumnya pasien dilakukan edukasi mengenai tindakan dan resiko yang mungkin akan terjadi dan pihak keluarga setuju untuk dilakukan tindakan. Setelah mendapat persetujuan, pasien dilakukan persiapan operasi sebelum tindakan. Pasien dilakukan foto ulang pukul sebelum naik OK dan didapat benda asing tidak berubah posisi. Dilakukan esofagoskopi dan eksplorasi pukul dengan anestesi umum menggunakan 21

2 Benda Asing Kawat... (Dimas Adityawardhana, Sri Herawati Juniati) esofagoskop rigid dewasa ukuran 11x14x50 cm dengan teleskop. Pada eksplorasi didapatkan lesi pada daerah introitus esofagus sekitar 14 cm dari deret gigi atas jam 8 dan krikofaring di 15 cm dari deret gigi atas. Dilanjutkan eksplorasi dan tidak didapatkan benda asing hingga 25 cm dari deret gigi atas. Dilakukan insersi ulang untuk evaluasi kembali tetapi benda asing tetap tidak nampak hingga 40 cm dari deret gigi atas. Mukosa esofagus normal dan esofagoskopi dihentikan. Dilakukan MSCT kepala leher tanggal 13 April 2014 pukul di IRD didapatkan benda asing berdensitas logam melintang berada di daerah VC 4-5 dan dilakukan esofagoskopi eksplorasi kedua pada pukul Pada esofagoskopi dengan teleskop tidak ditemukan benda asing, namun didapatkan lesi keputihan di daerah krikofaring jam 8. Eksplorasi dilanjutkan sampai ke daerah kardia sejauh 40 cm dari deret gigi atas dan esofagoskopi dihentikan. Pasien kembali diobservasi ke ROI dan dilakukan foto servikal AP/lateral ulang pukul dan didapatkan benda asing tidak berubah posisi dari semula. Gambar 1. Foto servikal AP/lateral tanggal 12/4/2013 pukul 13.00, benda asing berada di VC 4-5 Dilakukan laringoskopi direk dengan laringoskop milik anestesi untuk mengevaluasi daerah orofaring dan hipofaring. Tidak ditemukan lesi maupun hiperemi di daerah orofaring namun ditemukan lesi jam 8 sepanjang 2 cm di daerah hipofaring. Pasien dipindahkan ke Ruang Observasi Intensif (ROI) untuk observasi 2 jam pasca tindakan dan dilakukan foto ulang servikal AP/lateral tanggal 13 April 2014 pukul Didapat posisi benda asing masih berada di VC 4-5 dan direncanakan foto rontgen MSCT kepala leher sebelum dilakukan esofagoskopi ulang. Gambar 2. Foto servikal AP/lateral tanggal 13/4/2014 pukul 02.00, benda asing masih berada di VC 4-5 Gambar 3. Foto rontgen MSCT Kepala leher tanggal 13/4/2014, pukul benda asing masih berada di VC 4-5 Pasien dievaluasi hingga keadaan umum membaik dan dipindah ke ruang THT-KL RSUD Dr. Soetomo. Pasien merasa masih nyeri tenggorok saat menelan ludah dan mengganjal seperti tertusuk di leher kanan. Tidak didapatkan keluhan nyeri dada maupun panas badan. Pasien mendapat terapi infus D5 ½ NS 50 cc, injeksi Ceftriaxone 2x500mg, injeksi Metamizole 3x150 mg, injeksi Ranitidin 2x15 mg dan diet cair per oral. Pasien direncanakan esofagoskopi elektif dengan panduan C-arm beserta kemungkinan pendekatan secara eksternal pada tanggal 17 April Namun pasien saat itu menolak dengan alasan ingin pulang terlebih dahulu untuk mengurus BPJS. Pasien pulang paksa pada tanggal 13 April 2014 dan dijadwalkan kembali untuk MRS tanggal 16 April Tiga hari kemudian (16 April 2014) pasien MRS kembali di ruang THT-KL dengan keluhan yang masih sama dan dikonsulkan kembali ke anestesi untuk persiapan operasi. Dilakukan edukasi mengenai tindakan esofagoskopi dengan 22

3 Jurnal THT - KL Vol.10, No.1, Januari - April 2017, hlm panduan C-arm dan kemungkinan dilakukan pendekatan secara eksternal bila tidak berhasil dengan pendekatan internal. Pasien dan keluarga setuju untuk dilakukan tindakan dengan segala resiko. Pada tanggal 17 April 2014, dilakukan esofagoskopi ketiga di OK Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) pukul untuk ekstraksi dan eksplorasi dengan anestesi umum menggunakan esofagoskop rigid dewasa ukuran 11x14x50 cm dengan bantuan C-arm. Benda asing masih tidak terlihat di krikofaring. Didapatkan lesi daerah krikofaring pada 16 cm dari deret gigi atas pukul 8. Dari gambaran C-arm didapat benda asing berada di hipofaring. Esofagoskop dilepas dan dipasang kleinsasser ukuran dewasa dan konfirmasi posisi benda asing oleh operator C-arm. Dilakukan orientasi posisi lidah dengan bantuan C- arm hingga didapatkan posisi benda asing dan selanjutnya dilakukan ekstraksi dengan menggunakan forsep biopsi. Karena posisi benda yang sudah masuk ke dalam mukosa hipofaring, dilakukan insisi sepanjang 1 cm untuk memperluas lapangan ekstraksi. Dilakukan ekstraksi dengan forsep biopsi dan benda asing berhasil dikeluarkan dengan dua kali ekstraksi. Didapat benda asing berupa kawat halus terpisah secara dua bagian sepanjang 1 cm dan 0,5 cm. Dilakukan kontrol perdarahan pasca ekstraksi. Pasien kemudian dipasang nasogastric tube pada hidung kanan dan diobservasi selama 3 hari. Pasien direncanakan evaluasi dengan Fiber Optic Laryngoscope (FOL)di poli THT-KL. \ Gambar 4. Benda asing berupa kawat halus sepanjang 1 cm dan 0,5 cm Pasien dievaluasi dengan FOL di poli THT-KL pada tanggal 21 April 2014 dan didapat lesi keputihan pada daerah krikofaring sepanjang 1 cm pada jam 8, luka tertutup baik dan tidak didapatkan hiperemi. Pasien dites makan dan minum, tidak ada keluhan nyeri menelan pada tenggorok dan rasa mengganjal seperti tertusuk di leher kanan. Nasogastric tube dilepas dan pasien dipulangkan. PEMBAHASAN Benda asing dalam hipofaring adalah kasus yang umum ditemukan dalam bidang THT- KL. Benda asing yang sering ditemukan berkaitan dengan berbagai macam ukuran, bentuk dan lokasi, secara umum meliputi potongan daging, tulang, gigi palsu, uang logam, atau jarum pentul. Sebagian besar benda asing berukuran kecil dapat melewati sepanjang saluran pencernaan secara spontan. 3,4 Keluhan yang ditimbulkan setelah tertelan benda asing hipofaring berdasar dari benda asing yang tertelan. Kebanyakan keluhan berupa rasa nyeri saat menelan, dan mengganjal di tenggorok hingga berkurangnya nafsu makan karena pasien yang merasa takut untuk mencoba makan minum menyebabkan penurunan berat badan. Gejala dari benda asing hipofaring berupa nyeri menelan, nyeri retrosternal dan nyeri kontraksi leher. Selain itu terkadang ditemukan gejala lain seperti banyak mengeluarkan air liur, sulit menelan, suara parau dan sesak. 5,6 Pada pasien ini didapatkan rasa nyeri di tenggorok dan mengganjal di leher kanan yang menetap setiap makan dan minum disebabkan oleh benda asing yang diduga kawat masih terasa di tenggorok. Benda asing yang memiliki bagian yang tajam dapat mengakibatkan komplikasi yang berpotensi menyebabkan perforasi dari faring dan migrasi ke jaringan sekitar yang dapat diperantarai dengan proses menelan, batuk, serta melemahnya otot dinding faring akibat proses peradangan lokal. Komplikasi yang dapat terjadi dari perforasi hipofaring bagian atas meliputi abses retrofaring, mediastinitis, dan fistulaesofagoarterial. Pada komplikasi yang lebih jauh dapat menyebabkan terjadinya bau tidak sedap dari mulut sebagai 23

4 Benda Asing Kawat... (Dimas Adityawardhana, Sri Herawati Juniati) pertanda terbentuknya abses dari benda asing tersebut yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Proses ini diikuti oleh gejala peningkatan suhu tubuh, krepitasi leher, dan pembengkakan leher yang merupakan tanda-tanda dari komplikasi. Dalam kasus ini tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi bakteri yang jelas seperti abses. Hal ini mungkin disebabkan karena pasien adalah perempuan sehat dalam arti tidak ada riwayat penyakit sistemik (diabetes mellitus, TBC, hipertensi) yang sedikit-banyak akan mempengaruhi keadaan umum pasien. 5,6 Diagnosis berdasar pada anamnesis dan gejala. Di samping itu diperlukan pemeriksaan penunjang berupa laringoskopi indirek, foto polo sleher AP/lateral, foto toraks, CT-scan, dan endoskopi dengan alat endoskopi rigid atau fleksibel. Masing-masing diagnostik penunjang memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebagian besar benda asing hipofaring terdeteksi oleh pemeriksaan laringoskopi indirek dan dapat dilakukan ekstraksi dengan anestesi lokal. Pada pasien ini, benda asing tidak didapatkan dengan pemeriksaan laringoskopi indirek hingga diperlukan pemeriksaan diagnostik lanjutan berupa foto servikal AP/lateral dan MSCT. 7 Foto radiologi polos memiliki manfaat mengevaluasi jaringan yang lebih lunak dan mendeteksi dugaan komplikasi pada jaringan lunak leher, mediastinum dan prevertebral. CT-scan leher dianggap sebagai modalitas pencitraan yang paling akurat untuk mendiagnosis keberadaan setiap benda asing dan lebih unggul dari radiografi polos. Penelitian telah menunjukkan bahwa sensitivitas dan spesifisitas sinar X polos untuk mendeteksi benda asing berkisar antara 23,5% hingga 100%, sedangkan dengan CT-scan memiliki sensitivitas lebih dari 90% hingga 100%. Beberapa peneliti merekomendasikan penggunaannya dalam kasus yang rumit, sementara para ahli lainnya menganjurkan bahwa CT-scan harus dilakukan pada semua kasus yang dicurigai benda asing yang tidak dapat dideteksi melalui laringoskopi indirek. Dalam kasus ini, MSCT adalah metode diagnostik pilihan, karena benda asing dapat dideteksi di dalam jaringan posterior faring. 8,9 Pada benda asing bersifat radio-opak, dilakukan x-foto jaringan lunak leher lateral. Foto jaringan lunak leher sangat membantu dalam mendeteksi jenis dan lokasi benda asing, tunggal atau multiple atau ada tidaknya komplikasi seperti pneumotoraks, emfisema kutis dan abses. Foto juga sangat berperan mendeteksi kondisi fisik benda asing, misalnya tajam, halus, besar atau kecil yang berguna untuk menentukan metode dan alat yang tepat untuk ekstraksi benda asing. Pada benda asing yang tidak bersifat radio-opak dan berukuran kecil (duri ikan, potongan tulang, isi staples), umumnya tidak dapat dideteksi dengan foto polos hingga sebaiknya dilakukan x-foto esofagus dengan zat kontras barium. Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan x-foto dengan kontras barium. 10,11 Pada pasien ini dilakukan foto servikal berulang kali untuk mengevaluasi posisi benda asing serta memastikan posisi benda tetap berada di posisi semula atau berpindah tempat. Di samping itu untuk mendeteksi apakah benda tersebut berpindah posisi oleh karena tindakan esofagoskopi (iatrogenik) atau bukan. Posisi benda asing tidak berubah setelah dilakukan esofagoskopi eksplorasi sebanyak dua kali. Hal ini menguatkan dugaan bahwa benda asing kemungkinan besar masuk ke dalam mukosa. Selain itu ditemukan bekas lesi berwarna keputihan daerah krikofaring yang diduga adalah lokasi masuknya benda asing ke dalam mukosa. Evaluasi dengan foto servikal secara simultan cukup penting untuk mendeteksi kemungkinan benda tersebut turun ke saluran makanan bawah atau tidak hingga tindakan selanjutnya dapat ditentukan. 10 Manajemen klinis dampak benda asing di hipofaring dan esofagus bagian atas berfokus pada mempertahankan jalan napas, menghilangkan benda asing, dan mencegah komplikasi. Pada kasus ini dilakukan esofagoskopi yang bertujuan menegakkan diagnosis dan terapi. Esofagoskopi dapat dikerjakan dengan esofagoskop rigid atau fleksibel menggunakan alat Transanasal Esofagoscopy (TNE) dan masing-masing alat memiliki keunggulan serta bersifat saling melengkapi. Esofagoskopi rigid memiliki keunggulan hal ekstraksi benda asing maupun tindakan biopsi, sedangkan pada TNE memiliki keunggulan dari segi visualisasi untuk tindakan 24

5 Jurnal THT - KL Vol.10, No.1, Januari - April 2017, hlm diagnostik. Pada esofagoskopi rigid memiliki resiko komplikasi sekitar 50% dari seluruh tindakan, meliputi aspirasi, oversedasi, hipoventilasi dan sumbatan jalan nafas, sedangkan pada TNE resiko tersebut dapat diminimalisir. 11,12 Pada kasus ini, pasien dilakukan pendekatan secara internal dengan esofagoskopi rigid. Pada esofagoskopi pertama menggunakan teleskop namun kondisi teleskop kurang baik hingga sulit dilakukan eksplorasi. Pada esofagoskopi kedua menggunakan teleskop yang lebih baik tetapi benda asing tetap tidak tampak saat eksplorasi dan diputuskan untuk digunakan C- arm di IRD, namun saat itu alat rusak dan tidak dapat digunakan. Pada esofagoskopi ketiga menggunakan panduan C-arm di GBPT dan dilakukan insisi kecil pada daerah posterior faring serta ekstraksi benda asing menggunakan forsep biopsi. Saat evaluasi tidak didapatkan tanda-tanda komplikasi. Prosedur bedah dengan eksplorasi leher merupakan sebuah pendekatan alternatif bila pendekatan secara internal tidak berhasil atau bila timbul komplikasi. Sebuah diagnosis yang tepat dan intervensi terapi awal diperlukan untuk meminimalkan tindakan yang bersifat invasif hingga menghindari tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. 13,14 laringoskopi indirek dan ekstraksi secara lokal. Pada kasus yang lain dilakukan dengan pendekatan anestesi umum apabila posisi benda asing terlalu dekat di daerah krikofaring dan pada pasien yang kurang kooperatif. Pada kasus ini dilakukan esofagoskopi dengan panduan C-arm untuk mengevaluasi posisi benda asing dan memastikan kemungkinan jika benda asing sebagian bermigrasi dan tertanam. Pada kasus ini dapat diambil sebagai pelajaran adalah: 1. Perlunya pemeriksaan radiologis secara simultan untuk evaluasi posisi benda asing sebelum dan setelah tindakan. 2. Selalu menggunakan teleskop saat eksplorasi. 3. Pemeriksaan dengan C-arm pada kasus ini disarankan mengingat sulitnya menentukan posisi yang tepat untuk dilakukan ekstraksi. 4. Pada kasus ini sebisa mungkin dilakukan ekstraksi secara minimal invasive dengan pendekatan internal untuk menghindari komplikasi dan tindakan bedah sebagai alternatif. RINGKASAN Telah dilaporkan kasus benda asing hipofaring berupa kawat halus yang pada awalnya sulit untuk dideteksi. Pada esofagoskopi dan eksplorasi dengan teleskop, benda asing hampir tidak terlihat karena posisinya yang telah masuk ke dalam jaringan lunak hipofaring. Pada kasus ini, telah dilakukan foto berulang kali sebelum serta sesudah tindakan dan didapatkan masih tetap pada posisi semula. Kemudian diputuskan untuk dilakukan esofagoskopi ekplorasi dengan panduan C-arm dan dilakukan ekstraksi melalui pendekatan internal dengan melakukan insisi kecil pada daerah lesi. Benda asing berhasil dikeluarkan. Gambar 5. C-arm 13 Pada kasus ini ditangani dengan cara yang bervariasi. Ekstraksi benda asing hipofaring umumnya dilakukan dengan pendekatan panduan 25

6 Benda Asing Kawat... (Dimas Adityawardhana, Sri Herawati Juniati) DAFTAR PUSTAKA 1. Frank H. Netter, MD. Pharynx: Median Section and Pharynx: Opened Posterior View. In: Atlas of Human Anatomy 4th Edition. Section 1 Head and Neck;2006.p.63, Joshi AS. Pharynx Anatomy, Available from: overview#showall Accessed: October 26th, Feled C, Smith M, Handler J, Gilliam M, Foreign Body in Throat, Available from: htm. Accessed October 19th, Panigrahi R, Sarangi TR, Behera SK, Biswal RN. Unusual foreign body in throat. Indian Journal Otolaringology Head and Neck Surgery; 2007:59.p Karol C, Slobodan M, Jovancevic L. Complicated hypopharyngeal perforation caused by a foreign body. Medicinski pregled; 2007; 60.p Mehta AK, Panwar SS, Verma RK. Retropharyngeal foreign body. Medical Journal Armed Force India; 2004; 60.p In: Wetmore RF, ed. Pediatric otolaryngology-the requisites in pediatrics. Philadelphia: Mosby Inc, 2007;.p Chee LW, Sethi DS. Diagnostic and therapeutic approach to migrating foreign bodies. The Annals of otology, rhinology, and laryngology; 1999;108.p Herawati S. Esofagoskopi rigid. Dalam Herawati S, eds Buku ajar ilmu kesehatan THT-KL: Esofagus ed. 2. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR, hal Elluru RG, Wilging JP. Endoscopy of the pharynx and esophagus. In: Cummings CW, Flint PW, Haughey PH,eds. Cummings Otolaryngology-Head and Neck Surgery4th ed. Vol 1. Philadelphia: Elsevier Mosby /inc, 2005; p Bhatt C, Reddy NV, Reddy TN.Removal of sub-mucosal foreign body (metal wire) from the pharynx using image intensifier. The Journal of Laryngology and Otology; 2003;117.p Chiu HS, Chung CH.Management of foreign bodies in throat: an emergency department s perspective. Hongkong Journal Emergency Medicine; 2002 vol 9:3.p Murthy PSN, Bipin TV, Ranjit R, Murty KD, George V, Mathew KJ. Extraluminal migration of swallowed foreign body into the neck. AmericanJournal of Otolaryngology; 1995; 16.p Freidman EM, Calzada G. Caustic ingestion and foreign bodies in the aerodigestive tract. In: Bailey BJ, Calhoun KH, Healy GB, Johnson JT, Jackler RK, Pillsbury HC, et al. Head and neck surgery-otolaryngology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams abd Wilkins, 2006;.p Samadi DS. Foreign bodies of the upper aerodigestove tract and caustic ingestion. 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Pharynx Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Pharynx terletak di belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dikenal dengan benda asing endogen (Yunizaf, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dikenal dengan benda asing endogen (Yunizaf, 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benda asing dalam suatu organ merupakan benda yang berasal dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing yang berasal dari

Lebih terperinci

PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGUS. HARRY A. ASROEL Fakultas Kedokteran Bagian Tenggorokan Hidung dantelinga Universitas Sumatera Utara

PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGUS. HARRY A. ASROEL Fakultas Kedokteran Bagian Tenggorokan Hidung dantelinga Universitas Sumatera Utara PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGUS HARRY A. ASROEL Fakultas Kedokteran Bagian Tenggorokan Hidung dantelinga Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Penyakit refluks gastroesofagus (PRGE) merupakan kelainan

Lebih terperinci

Karakteristik Benda Asing Esophagus di Bagian T.H.T.K.L Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Januari 203 Desember 205 dr. Puspa Zuleika, Sp.T.H.T.K.L, MKes*,

Lebih terperinci

Ekstraksi benda asing gigi palsu di esofagus dengan esofagotomi servikal

Ekstraksi benda asing gigi palsu di esofagus dengan esofagotomi servikal Laporan Kasus Ekstraksi benda asing gigi palsu di esofagus dengan esofagotomi servikal Arie Cahyono, Bambang Hermani, Fachri Hadjat, Sukri Rahman Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan seorang dokter gigi untuk mengenali anatomi normal rongga mulut, sehingga jika ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini apendisitis merupakan penyebab terbanyak dilakukannya operasi pada anak-anak. Selain itu apendisitis yang ditandai dengan keluhan nyeri perut kanan

Lebih terperinci

Kesulitan Ekstraksi Benda Asing Gigi Palsu Di Esofagus

Kesulitan Ekstraksi Benda Asing Gigi Palsu Di Esofagus Kesulitan Ekstraksi Benda Asing Gigi Palsu Di Esofagus Fachzi Fitri, Surya Azani Bagian Ilmu KesehatanTelingaHidung dan Tenggorokan Bedah Kepala Leher (THT-KL) Abstrak Tingginya pemakaian gigi palsu meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE Laporan Kasus Besar Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE 406117055 IDENTITAS PASIEN PEMERIKSAAN SUBJEKTIF AUTOANAMNESIS Rabu, 25 April jam 09.00 1. Keluhan Utama Benjolan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur os nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior wajah merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada tonsil atau yang biasanya dikenal masyarakat amandel merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak- anak usia 5 sampai 11 tahun. Data rekam medis RSUD

Lebih terperinci

RONTGEN Rontgen sinar X

RONTGEN Rontgen sinar X RONTGEN Penemuan sinar X berawal dari penemuan Rontgen. Sewaktu bekerja dengan tabung sinar katoda pada tahun 1895, W. Rontgen menemukan bahwa sinar dari tabung dapat menembus bahan yang tak tembus cahaya

Lebih terperinci

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Penyakit pulpa dan periapikal Kondisi normal Sebuah gigi yang normal bersifat (a) asimptomatik dan menunjukkan (b) respon ringan sampai moderat yang bersifat

Lebih terperinci

Anatomi dan fisiologi tenggorokan Anatomi Tenggorokan 8

Anatomi dan fisiologi tenggorokan Anatomi Tenggorokan 8 Anatomi dan fisiologi tenggorokan 2.3.1 Anatomi Tenggorokan 8 Tenggorokan merupakan bagian dari leher depan dan kolumna vertebra, terdiri dari faring dan laring. Bagian terpenting dari tenggorokan adalah

Lebih terperinci

ETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB. SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten

ETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB. SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten ETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten Pendahuluan Endotracheal Tube (ETT) adalah sejenis alat yang digunakan di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum merupakan penyakit yang mengerikan. Banyak orang yang merasa putus harapan dengan kehidupannya setelah terdiagnosis

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi

Lebih terperinci

BENDA ASING HIDUNG. Ramlan Sitompul DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

BENDA ASING HIDUNG. Ramlan Sitompul DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 BENDA ASING HIDUNG Ramlan Sitompul DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 Benda asing pada hidung salah satu kasus yang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Intubasi endotrakeal merupakan "gold standard" untuk penanganan jalan nafas.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Intubasi endotrakeal merupakan gold standard untuk penanganan jalan nafas. BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Intubasi endotrakeal merupakan "gold standard" untuk penanganan jalan nafas. Prosedur ini dapat dilakukan pada sejumlah kasus pasien yang mengalami penyumbatan jalan

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Benda Asing Gigi Palsu di Esofagus

Penatalaksanaan Benda Asing Gigi Palsu di Esofagus Penatalaksanaan Benda Asing Gigi Palsu di Esofagus Fachzi Fitri, Novialdi, Seres Triola Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Abstrak Benda asing di esofagus adalah salah satu masalah umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kendala yang sering dijumpai dalam menentukan diagnosis peradangan sinus paranasal. Gejala dan tandanya sangat mirip dengan gejala dan tanda akibat infeksi saluran

Lebih terperinci

Gambar. Klasifikasi ukuran tonsil

Gambar. Klasifikasi ukuran tonsil TONSILEKTOMI 1. Definisi Tonsilektomi adalah tindakan mengangkat tonsil palatina seutuhnya bersama jaringan patologis lainnya, sehingga fossa tonsilaris bersih tanpa meninggalkan trauma yang berarti pada

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO 42 ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan ( Di Susun

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

TUTIK KUSMIATI, dr. SpP(K)

TUTIK KUSMIATI, dr. SpP(K) TUTIK KUSMIATI, dr. SpP(K) TB paru problem kesehatan global MODALITAS TES CEPAT MENDETEKSI DR-TB & DS-TB TB Resisten Obat meningkat TB HIV +++ METODE DETEKSI KASUS YANG LAMBAT PASIEN TB HIV + PASIEN DIAGNOSIS

Lebih terperinci

Sejarah X-Ray. Wilheim Conrad Roentgen

Sejarah X-Ray. Wilheim Conrad Roentgen PENCITRAAN X-RAY Sejarah X-Ray Wilheim Conrad Roentgen DEFINISI Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet tetapi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis merupakan kasus paling sering dilakukan pembedahaan pada anak, walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi keterlambatan

Lebih terperinci

TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM

TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM TRAUMA MUKA DAN HIDUNG DEPT. THT FK USU / RSHAM PENDAHULUAN Hidung sering fraktur Fraktur tulang rawan septum sering tidak diketahui / diagnosis hematom septum Pemeriksaan dapat dilakukan dengan palpasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Abses leher dalam adalah terkumpulnya nanah (pus) di dalam ruang potensial yang terletak di antara fasia leher dalam, sebagai akibat penjalaran dari berbagai sumber

Lebih terperinci

3. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus) dan Buta Warna. Pemeriksaan HBs Ag Malaria (untuk daerah endemis malaria)

3. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus) dan Buta Warna. Pemeriksaan HBs Ag Malaria (untuk daerah endemis malaria) Lampiran : Surat No. 224/DL.004/V/AMG-2012 Tanggal 15 Mei 2012 Hal : Pemeriksaan Kesehatan MACAM DAN JENIS PEMERIKSAAN KESEHATAN 1. Riwayat Penyakit (Anamnesis) 2. Pemeriksaan Fisik (Physical Test) 3.

Lebih terperinci

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C) Nama : Ardian Nugraheni (23111307C) Nifariani (23111311C) MACAM-MACAM PENYAKIT A. Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) 1) Pengertian Terjadinya penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus Esophagus merupakan tuba muskular dengan panjang 9-10 inci ( 25 cm) dan diameter 1 inci (2,54 cm). 4 Saat lahir panjang esofagus bervariasi antara 8

Lebih terperinci

Bagian torakal: 1. Panjang cm, setinggi vertebra torakalis II-IX 2. Berada di mediastinum superior antara trakea dan kolumna vertebralis

Bagian torakal: 1. Panjang cm, setinggi vertebra torakalis II-IX 2. Berada di mediastinum superior antara trakea dan kolumna vertebralis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Fisiologi Esofagus Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari perjalanannya

Lebih terperinci

SCLINICAL PATHWAY SMF THT RSU DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

SCLINICAL PATHWAY SMF THT RSU DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN SCLINICAL PATHWAY SMF THT RSU DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN (NAMA PENYAKIT) Nama Pasien : BB : No. RM : Jenis Kelamin : TB : Umur/Tanggal Lahir : Tgl. Masuk RS Jam : Diagnosa Masuk RS : Tonsilitis Kronis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinosinusitis kronis (RSK) adalah penyakit inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung lebih dari 12 minggu. Pengobatan RSK sering belum bisa optimal

Lebih terperinci

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS Pembimbing: drg. Ernani Indrawati. Sp.Ort Disusun Oleh : Oktiyasari Puji Nurwati 206.12.10005 LABORATORIUM GIGI DAN MULUT RSUD KANJURUHAN KEPANJEN FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

RANGKUMAN. Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun

RANGKUMAN. Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun 1 RANGKUMAN Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun skrotum yang dapat menyebabkan rasa nyeri, atrofi testis dan menyebabkan infertilitas. 5 Anatomi dan Histologi a. b. Gambar

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS (CASE REPORT)

LAPORAN KASUS (CASE REPORT) LAPORAN KASUS (CASE REPORT) I. Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : Amelia : 15 Tahun : Perempuan : Siswa : Bumi Jawa Baru II. Anamnesa (alloanamnesa) Keluhan Utama : - Nyeri ketika Menelan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Farokah, dkk Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Farokah, dkk Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tonsillitis atau yang lebih dikenal masyarakat dengan amandel sering diderita anakanak. Kejadian tersebut sering membuat ibu-ibu merasa khawatir, karena banyak berita

Lebih terperinci

LAMPIRAN. VEG F HY L 42 Melayu III NK SCC 2 2. No MR Nama Sex Usia Suku Std PA. Adeno P 22. Jawa. Jawa. Adenoid P 70

LAMPIRAN. VEG F HY L 42 Melayu III NK SCC 2 2. No MR Nama Sex Usia Suku Std PA. Adeno P 22. Jawa. Jawa. Adenoid P 70 Lampiran 1 Data Sampel Penelitian LAMPIRAN No MR Nama Sex Usia Suku Std PA VEG F 1 7.57.97 HY L 42 Melayu III NK SCC 2 2 7.72.01 SD Jawa Adeno P 22 IVb 8.4.47 SS Jawa Adenoid P 70 IVb cystic 4 8.46.18

Lebih terperinci

Gambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan

Gambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan EMBRIOLOGI ESOFAGUS Rongga mulut, faring, dan esophagus berasal dari foregut embrionik. Ketika mudigah berusia kurang lebih 4 minggu, sebuah divertikulum respiratorium (tunas paru) Nampak di dinding ventral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada anak dan paling sering jadiindikasi bedah abdomen emergensi pada anak.insiden apendisitis secara

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR Diajukan guna melengkapi tugas Komuda Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post BAB V PENUTUP Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post ovarektomi dextra atas indikasi kista ovarium yang merupakan hasil pengamatan langsung pada klien yang dirawat di ruang Bougenvile

Lebih terperinci

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI Oleh : Furkon Nurhakim INTERVENSI PASCA OPERASI PASE PASCA ANESTHESI Periode segera setelah anesthesi à gawat MEMPERTAHANKAN VENTILASI PULMONARI Periode

Lebih terperinci

RINCIAN KEWENANGAN KLINIS DOKTER SPESIALIS THT-KL. Dokter spesialis yang mengajukan : Lulusan : Tahun lulus:

RINCIAN KEWENANGAN KLINIS DOKTER SPESIALIS THT-KL. Dokter spesialis yang mengajukan : Lulusan : Tahun lulus: RINCIAN KEWENANGAN KLINIS DOKTER SPESIALIS THT-KL Dokter spesialis yang mengajukan : Lulusan : Tahun lulus: No Rincian kewenangan klinis kemampuan klinis 1 2 3 1 Benda asing di telinga 2 Perikondritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan peradangan apendiks vermiformis yang memerlukan pembedahan dan biasanya ditandai dengan nyeri tekan lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda dan gejala klasik apendisitis akut pertama kali dilaporkan oleh Fitz pada tahun 1886 (Williams, 1983). Sejak saat itu apendisitis akut merupakan salah satu kegawatdaruratan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Benda Asing pada Esofagus 2.1.1 Definisi Benda asing didalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada.

Lebih terperinci

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker paru merupakan kasus keganasan yang paling sering ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD Sebelum melakukan percobaan, praktikan menonton video tentang suction orofaringeal dan perawatan WSD. Station 1:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit batu kandung empedu atau kolelitiasis merupakan penyakit yang lazim ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET IdentitasMataKuliah IdentitasdanValidasi Nama TandaTangan Kode MataKuliah : SKILL502B Dosen Pengembang

Lebih terperinci

Simposium dan Workshop Emergensi di Bidang Telinga Hidung dan Tenggorok

Simposium dan Workshop Emergensi di Bidang Telinga Hidung dan Tenggorok Naskah Lengkap Simposium dan Workshop Emergensi di Bidang Telinga Hidung dan Tenggorok Pangeran Beach Hotel Padang 9 Februari 2013 Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyakit bedah mayor yang sering terjadi adalah. 1 merupakan nyeri abdomen yang sering terjadi saat ini terutama di negara maju. Berdasarkan penelitian epidemiologi

Lebih terperinci

Benda Asing Batu Kerikil di Bronkus

Benda Asing Batu Kerikil di Bronkus Benda Asing Batu Kerikil di Bronkus Novialdi, Sukri Rahman ABSTRAK Diagnosis dan penatalaksanaan benda asing di saluran nafas masih merupakan tantangan bagi dokter ahli telinga hidung tenggorok. Angka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informed consent 2.1.1 Definisi Informed consent Informed consent adalah suatu persetujuan mengenai akan dilakukannya tindakan kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya. Persetujuan

Lebih terperinci

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Rahmy Sari S.Pd PERNAPASAN/RESPIRASI Proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida (CO 2 ), dan menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh) Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Pernapasan

Lebih terperinci

Ditetapkan Tanggal Terbit

Ditetapkan Tanggal Terbit ASSESMEN ULANG PASIEN TERMINAL STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur O1 dari 04 Ditetapkan Tanggal Terbit dr. Radhi Bakarman, Sp.B, FICS Direktur medis Asesmen ulang pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kompleksitas dari anatomi sinus paranasalis dan fungsinya menjadi topik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kompleksitas dari anatomi sinus paranasalis dan fungsinya menjadi topik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompleksitas dari anatomi sinus paranasalis dan fungsinya menjadi topik yang menarik untuk dipelajari. Sinus paranasalis dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu

Lebih terperinci

Gambar klasifikasi Le Fort secara sistematis

Gambar klasifikasi Le Fort secara sistematis Fraktur Le Fort terjadi pada 10-20% dari fraktur wajah. Fraktur ini terjadi karena terpajan kekuatan yang cukup. Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama, penyebab lain yang mungkin yaitu

Lebih terperinci

BENDA ASING TELINGA HIDUNG TENGGOROK DI BAGIAN/SMF THT-KL BLU/RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2008 DESEMBER 2011

BENDA ASING TELINGA HIDUNG TENGGOROK DI BAGIAN/SMF THT-KL BLU/RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2008 DESEMBER 2011 BENDA ASING TELINGA HIDUNG TENGGOROK DI BAGIAN/SMF THTKL BLU/RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 00 DESEMBER 0 Marthalisa S. Sosir Ora I. Palandeng R. E. C. Tumbel Bagian THTKL Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

LAPORAN JAGA 24 Maret 2013

LAPORAN JAGA 24 Maret 2013 LAPORAN JAGA 24 Maret 2013 Kepaniteraan Klinik Pediatri Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta 2013

Lebih terperinci

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab :

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab : E. Analisa data NO DATA MASALAH PENYEBAB DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. DO : Kelebihan volume Penurunan Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan - Terlihat edema derajat I pada kedua kaki cairan haluaran

Lebih terperinci

CA TONSIL 1. DEFINISI CA TONSIL

CA TONSIL 1. DEFINISI CA TONSIL CA TONSIL 1. DEFINISI CA TONSIL Kanker tonsil andalah indikasi keganasan pada tonsil. Penyakit tonsil dan adenoid merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi dalam masyarakat. Nyeri tenggorokan, infeksi,

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

Laporan Operasi Tonsilektomi

Laporan Operasi Tonsilektomi Laporan Operasi Tonsilektomi Oleh: Ahmad Riza Faisal Herze 1110103000034 Pembimbing: dr. Heditya Damayanti, Sp.THT-KL KEPANITERAAN KLINIK THT RSUP FATMAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

FACIAL GUN SHOT WOUND IN CONFLICT AREA

FACIAL GUN SHOT WOUND IN CONFLICT AREA FACIAL GUN SHOT WOUND IN CONFLICT AREA PENDAHULUAN Penyebab tersering trauma wajah pada daerah konflik biasanya adalah luka tembak selain ledakan bom, yang ditandai dengan adanya penetrasi peluru pada

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Perhatikan gambar berikut! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL Bagian yang ditunjukan nomor 2 dan 4 adalah... Bronkiolus dan alveolus Bronkus danalveolus Bronkus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinusitis adalah peradangan pada salah satu atau lebih mukosa sinus paranasal. Sinusitis juga dapat disebut rinosinusitis, menurut hasil beberapa diskusi pakar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang penting di dunia. Angka kesakitan dan kematian akibat pneumonia, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang penting di dunia. Angka kesakitan dan kematian akibat pneumonia, khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia pada anak sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang penting di dunia. Angka kesakitan dan kematian akibat pneumonia, khususnya di Negara berkembang,

Lebih terperinci

Indikasi : No. Rekam : Medis Nama pasien : Tanggal Masuk : Jenis kelamin : Laki-laki Rujukan : Ya Tidak

Indikasi : No. Rekam : Medis Nama pasien : Tanggal Masuk : Jenis kelamin : Laki-laki Rujukan : Ya Tidak Indikasi : No. Rekam : Medis Nama pasien : Tanggal Masuk : Jenis kelamin : Laki-laki Rujukan : Ya Tidak Perempuan Umur : Pengirim : Diagnosa Awal : Appendisitis (Tanpa Komplikasi) DPJP : KEGIATAN URAIAN

Lebih terperinci

LUKA BAKAR Halaman 1

LUKA BAKAR Halaman 1 LUKA BAKAR Halaman 1 1. LEPASKAN: Lepaskan pakaian/ perhiasan dari daerah yang terbakar. Pakaian yang masih panas dapat memperburuk luka bakar 2. BASUH: Letakkan daerah yang terbakar di bawah aliran air

Lebih terperinci

Kasus Serial : Aspirasi Peluit pada Anak

Kasus Serial : Aspirasi Peluit pada Anak 307 Laporan Kasus Kasus Serial : Aspirasi Peluit pada Anak Aci Mayang Sari, Fachzi Fitri, Novialdi Abstrak Kasus aspirasi benda asing selalu memberikan tantangan bagi dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorok

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN RM 02.05.04.0114 Dokter Pelaksana Tindakan Penerima Informasi Penerima Informasi / Pemberi Penolakan * SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN PEMBERIAN INFORMASI JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDA ( ) 1

Lebih terperinci

Laporan Kasus. Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder

Laporan Kasus. Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder Laporan Kasus Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder Martin Leman, Zubaedah Thabrany, Yulino Amrie RS Paru Dr. M. Goenawan

Lebih terperinci

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka PNEUMOTHORAX A. Definisi Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Price & Willson, 2003). Pneumotoraks terjadi ketika pleura parietal ataupun visceral

Lebih terperinci

LatihanPenemuanKasusTB dan MenentukanKlasifikasiSerta TipePasien. Kuliah EPPIT 13 Departemen Mikrobiologi FK USU

LatihanPenemuanKasusTB dan MenentukanKlasifikasiSerta TipePasien. Kuliah EPPIT 13 Departemen Mikrobiologi FK USU LatihanPenemuanKasusTB dan MenentukanKlasifikasiSerta TipePasien Kuliah EPPIT 13 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Kasus 1 IbuMariam, berumur37 tahun, datangkers H Adam Malik dengan keluhan batuk-batuk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis. Setiap rongga sinus ini

Lebih terperinci

Bronkoskopi dan Ekstraksi Jarum Pentul pada Anak

Bronkoskopi dan Ekstraksi Jarum Pentul pada Anak Bronkoskopi dan Ekstraksi Jarum Pentul pada Anak Fachzi Fitri, Jon Prijadi Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Abstrak Sebagian besar aspirasi benda asing terjadi pada usia kurang dari 3

Lebih terperinci

NUTRISI POST GANGGUAN MENELAN Dipublish oleh: Sunardi (Residensi Sp.KMB)

NUTRISI POST GANGGUAN MENELAN Dipublish oleh: Sunardi (Residensi Sp.KMB) NUTRISI POST GANGGUAN MENELAN Dipublish oleh: Sunardi (Residensi Sp.KMB) Deskripsi Kesulitan menelan (dysphagia) sering terjadi diberbagai kelompok usia, khususnya pada orang tua. Dysphagia merujuk pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK BENDA ASING ESOFAGUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP) SANGLAH DENPASAR DARI TAHUN

ABSTRAK KARAKTERISTIK BENDA ASING ESOFAGUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP) SANGLAH DENPASAR DARI TAHUN ABSTRAK KARAKTERISTIK BENDA ASING ESOFAGUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP) SANGLAH DENPASAR DARI TAHUN 2014-2016 Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut

Lebih terperinci

KASUS. Seorang laki-laki umur 65 thn dengan Hidropneumothoraks dextra ec keganasan primer di paru DD/ metastasis Ca di paru

KASUS. Seorang laki-laki umur 65 thn dengan Hidropneumothoraks dextra ec keganasan primer di paru DD/ metastasis Ca di paru KASUS Seorang laki-laki umur 65 thn dengan Hidropneumothoraks dextra ec keganasan primer di paru DD/ metastasis Ca di paru Limphadenopati et regio colli anterior Oleh: ASTRID ARSIANTI Pembimbing: dr. Jatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan diagnosis penyakit pasien. Penegakkan diagnosis ini berperan penting

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Akurasi Transbronchial Needle Aspiration dalam tindakan Bronkoskopi dengan dalam membantu menegakkan stadium kanker paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penyakit usus buntu adalah saluran usus yang terjadinya pembusukan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Penyakit usus buntu adalah saluran usus yang terjadinya pembusukan dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Penyakit Usus Buntu Penyakit usus buntu adalah saluran usus yang terjadinya pembusukan dan menonjol dari bagian awal usus besar atau seku. Penyakit usus buntu timbul

Lebih terperinci

WASPADAI BAHAYA ASAM KUAT DALAM PRODUK YANG DIGUNAKAN DI RUMAH TANGGA

WASPADAI BAHAYA ASAM KUAT DALAM PRODUK YANG DIGUNAKAN DI RUMAH TANGGA WASPADAI BAHAYA ASAM KUAT DALAM PRODUK YANG DIGUNAKAN DI RUMAH TANGGA Asam merupakan bahan yang sangat akrab dan mudah dijumpai dalam kehidupan kita. Asam merupakan suatu zat yang mempunyai rumus kimia

Lebih terperinci

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Nama : Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : 19720826 200212 1 002 Departemen Mata Kuliah Topik : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar : Kep. Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan

Lebih terperinci